PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah :
a. Mendapatkan sejarah dan perkembangan konstruksi pondasi cakar
ayam.
b. Memahami tentang struktur pondasi cakar ayam
c. Bagaimana proses ditemukannya pondasi cakar ayam
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai adalah :
a. Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai
konstruksi
pondasi.
b. Dapat memahami dan mempelajari suatu konstruksi pondasi
yang bisa
digunakan untuk suatu bangunan.
BAB II
PEMBAHASAN
Pondasi cakar ayam terdiri dari plat beton bertulang yang relatif tipis
yang
didukung oleh buis-buis beton bertulang yang dipasang vertikal dan
disatukan
secara monolit dengan plat beton pada jarak 200-250 cm. Tebal pelat
beton
berkisar antara 10-20 cm, sedang pipa-buis beton bertulang berdiameter 120
cm,
tebal 8 cm dan panjang berkisar 150-250 cm. Buis-buis beton ini gunanya
untuk
pengaku pelat. Dalam mendukung beban bangunan, pelat buis beton dan
tanah
yang terkurung di dalam pondasi bekerjasama, sehingga menciptakan
suatu
sistem komposit yang di dalam cara bekerjanya secara keseluruhan akan
identik
dengan pondasi rakit ralft foundation.
Mekanisme sistem podasi cakar alam dalam memikul beban dari hasil
pengamatan adalah sebagai berikut: Bila diatas pelat bekerja beban titik,
maka
beban tersebut membuat pelat melendut. Lendutan ini menyebabkan
buis-buis
cakar ayam berotasi. Hasil pengamatan pada model menunjukkan rotasi
cakar
terbesar adalah pada cakar yang terletak di dekat beban. Rotasi cakar
memobilisasi tekanan tanah lateral di belakang cakar-ayam dan
merupakan
momen yang melawan lendutan pelat. Dengan demikian, cara
mengurangi
lendutan pelat, semakin besar momen lawan cakar untuk melawan lendutan
maka
semakin besar reduksi lendutan. Momen lawan cakar dipengaruhi oleh
dimensi
cakar dan kondisi kepadatan (kuat geser) tanah disekitar cakar,yaitu
semakin
panjang (dan juga lebar) cakar, maka semakin besar momen lawan
terhadap
lendutan pelat yang dapat diperoleh.
Banyak bangunan yang telah menggunakan sistem yang di ciptakan oleh Prof
Sedijatmo ini, antara lain: ratusan menara PLN tegangan tinggi, hangar
pesawat
terbang dengan bentangan 64 m di Jakarta dan Surabaya, antara runway dan
taxi
way serta apron di Bandara Sukarno-Hatta Jakarta, jalan akses Pluit-
Cengkareng,
pabrik pupuk di Surabaya, kolam renang dan tribune di Samarinda,
jalan tol
palembang-indralaya, dan ratusan bangunan gedung bertingkat di berbagai
kota.
Sistem pondasi cakar ayam ini telah pula dikenal di banyak negara, bahkan
telah mendapat pengakuan paten internasional di 11 negara, yaitu:
Indonesia,
Jerman Timur, Inggris, Prancis, Italia, Belgia, Kanada, Amerika Serikat,
Jerman
Barat, Belanda; dan Denmark.
Gambar 2.2 Pondasi Cakar Ayam yang Telah diberi Tulangan dan Siap Cor
Uji coba skala penuh konstruksi CAM ini dilakukan di jalan pantura
Indramayu-Pamanukan. Dibandingkan cakar ayam konvensional yang
dipakai
Waskita, CAM memiliki beberapa kelebihan. Pada sistem lama berat
pipa
mencapai satu ton, sedangkan pipa pada sistem CAM hanya 35 kg,
tetapi
memiliki kekuatan yang setara.
CAM muncul menggantikan Cakar Ayam konvensional karena beberapa hal,
yaitu sudah habisnya masa patent dari Cakar Ayam Konvensional
dan penyempurnaan metodenya.
Beberapa hal penting yang dapat dirangkum dari kinerja sistem Cakar Ayam
konvensional adalah sebagai berikut :
a. Pipa-pipa Cakar Ayam berfungsi sebagai stiffener sehingga slab
yang
relatif “tipis” (± 15 cm) dapat berprilaku seperti slab “tebal” (±
50 cm)
namun dengan beban berat sendiri slab yang jauh lebih kecil yaitu
hanya
sekitar 1/3-nya.
b. Paling berfungsi bagus apabila mendukung beban terpusat atau
momen.
c. Karena “kakunya” slab, beban terpusat mampu disebarkan ke
luasan
efektif yang relatif besar (semakin lunak tanahnya akan semakin
luas
penyebarannya), sehingga meskipun tanah di bawah slab lunak
namun
bearing capacity sistem menjadi jauh lebih besar. Meskipun
demikian,
karena batasan nilai lendutan maksimum dan deformasi slab beton
yang
diijinkan, sistem ini akan berfungsi optimal pada kisaran tanah
lunak
dengan daya dukung 1,5 – 3,0 t/m2
d. Lendutan akibat beban terpusat relatif jauh lebih kecil (dibanding
dengan
slab tanpa pipa Cakar Ayam)
e. Differential settlement yang terjadi relatif jauh lebih kecil.
f. Yang menahan rotasi pipa bukan tekanan tanah pasif (k p) namun
reaksi subgrade horisontal (kh), yang besarnya proporsional
terhadap lendutan yang terjadi.
g. Sistem tidak dapat mengatasi masalah consolidation settlement
3.1 Kesimpulan
Pondasi Cakar Ayam adalah pondasi yang digunakan untuk mengatasi
masalah pembangunan konstruksi di atas tanah yang lembek. Sistem pondasi
ini
ditemukan oleh Prof. Dr. Ir. Sedijatmo sebagai solusi untuk menghadapi
masalah
pembangunan di atas tanah lembek kawasan Tanjung Priok pada tahun
1961.
Pada tahun 1961, ketika menjadi pejabat PLN, Prof. Sedijatmo
mengemban
tanggung jawab untuk mendirikan tujuh menara listrik bertegangan tinggi
di
daerah rawa-rawa Ancol, Jakarta. Ketujuh menara ini didirikan untuk
menyalurkan listrik dari Tanjung Priok ke Gelanggang Olahraga Senayan,
untuk
keperluan penyelenggaraan Asian Games tahun 1962.
Pondasi cakar ayam terdiri dari plat beton bertulang yang relatif tipis
yang
didukung oleh buis-buis beton bertulang yang dipasang vertikal dan
disatukan
secara monolit dengan plat beton pada jarak 200-250 cm. Tebal pelat
beton
berkisar antara 10-20 cm, sedang pipa-buis beton bertulang berdiameter 120
cm,
tebal 8 cm dan panjang berkisar 150-250 cm. Sistem pondasi cakar ayam ini
telah
pula dikenal di banyak negara, bahkan telah mendapat pengakuan paten
internasional di 11 negara, yaitu: Indonesia, Jerman Timur, Inggris,
Prancis,
Italia, Belgia, Kanada, Amerika Serikat, Jerman Barat, Belanda; dan
Denmark.
Pada perkembangannya, konstruksi ini disempurnakan atau dimodifikasi oleh
para ahli dari Universitas Gadjah Mada, antara lain Bambang Suhendro,
Hary
Christady, dan Maryadi Darmokumoro yang tergabung dalam Tim
Pengembangan Cakar Ayam Modifikasi (CAM), dan dinyatakan sebagai
konstruksi yang cocok untuk daerah dengan tanah yang lembek, ekspansif
atau
tanah gambut. Konstruksi Cakar Ayam Modifikasi disebut paling cocok
untuk
konstruksi jalan dengan CBR di atas 2.
DAFTAR PUSTAKA