Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SEJARAH CEKER AYAM

i
SMK MUHAMMADIYAH
1 CILEUNGSI

DISUSUN OLEH:

Devon Maulana Rizky

XI. DPIB
PONDASI CAKAR AYAM
A. Pengertian

Fondasi Cakar Ayam adalah fondasi yang digunakan untuk mengatasi masalah
pembangunan konstruksi di atas tanah yang lembek. Sistem fondasi ini ditemukan oleh
Prof. Dr. Ir. Sedijatmo sebagai solusi untuk menghadapi masalah pembangunan di atas
tanah lembek kawasan Tanjung Priok pada tahun 1961. Pada tahun 1961, ketika
menjadi pejabat PLN, Prof. Sedijatmo mengemban tanggung jawab untuk mendirikan
tujuh menara listrik bertegangan tinggi di daerah rawa-rawa Ancol, Jakarta. Ketujuh
menara ini didirikan untuk menyalurkan listrik dari Tanjung Priok ke Gelanggang
Olahraga Senayan, untuk keperluan penyelenggaraan Asian Games tahun 1962.

Pelaksanaan Asian Games tahun 1962 mengakibatkan waktu konstruksi yang tersedia
hanya 1 tahun, padahal konstruksi di kawasan Tanjung Priok ini lebih sulit karena
struktur tanahnya yang lembek. Awalnya, Prof. Sedijatmo mencoba membangun
menara dengan fondasi konvensional. Dari metode konvensional ini, dengan susah
payah, berhasil didirikan dua menara. Pembangungan dua menara dengan metode
konvensional ini menghabiskan begitu banyak waktu, sementara lima menara lagi
belum dibangun. Ketika itu, Prof. Sedijatmo menyadari bahwa apabila lima menara lagi
juga dikonstruksikan dengan fondasi konvensional, waktunya tidak akan cukup. Karena
waktu yang semakin mendesak, Prof. Sedijatmo berpikir keras untuk mencari metode
yang lebih efektif untuk membangun menara di atas tanah lembek dengan lebih cepat.
Akhirnya, dari buah pemikiran Prof. Sedijatmo, muncullah gagasan untuk mendirikan
menara di atas fondasi yang terdiri dari pelat beton yang didukung oleh pipa-pipa beton
di bawahnya. Pipa dan pelat itu bersatu dan mencengkeram tanah lembek dengan kuat
sehingga dapat menjadi fondasi dasar menara yang kokoh.
Fondasi konstruksi yang memanfaatkan fondasi pelat dan pipa beton ini dinamai oleh
Prof. Sedijatmo sebagai fondasi Cakar Ayam. Dengan fondasi Cakar Ayam ini, Prof.
Sedijatmo berhasil mendirikan kelima menara lainnya dalam kurun waktu yang lebih
singkat dan biaya yang lebih murah. Berkat fondasi Cakar Ayam ini, Prof. Sedijatmo
berhasil menyelesaikan konstruksi tujuh menara listrik ini dengan tepat waktu sehingga
pada tahun 1962 listrik dapat dialirkan dengan lancar dari Tanjung Priok ke Gelanggang
Olahraga Senayan untuk keperluan Asian Games. Sampai sekarang, kelima menara
yang dikonstruksi dengan fondasi Cakar Ayam ini masih berdiri dengan kokoh di daerah
Tanjung Priok yang sekarang sudah berubah menjadi kawasan industri.

Sistem fondasi Cakar Ayam sangat sederhana sehingga sangat cocok untuk diterapkan
di daerah yang minim peralatan modern dan tenaga ahli. Fondasi ini dapat digunakan
untuk menggantikan fondasi tiang pancang konvensional. Dalam sistem konvensional,
makin panjang tiang pancang yang dipakai, makin besar biayanya, apalagi jika alat
pemancangan yang modern dan tenaga ahli yang dapat mengoperasikannya harus
didatangkan dari tempat lain. Berdasarkan perhitungan, fondasi Cakar Ayam dapat
digunakan untuk menghasilkan kualitas yang sama dengan fondasi tiang pancang,
dengan biaya konstruksi yang lebih murah 30%, oroses konstruksi yang lebih mudah,
dan waktu konstruksi yang lebih singkat. Pelaksanaan sistem fondasi Cakar Ayam
dapat dilakukan dalam waktu yang lebh singkat karena bagian-bagian fondasi ini dapat
dikerjakan dalam jumlah banyak secara bersamaan. Hal inillah yang mengakibatkan
waktu konstruksinya lebih singkat daripada fondasi tiang pancang.

Fondasi Cakar Ayam juga memiliki fungsi yang special, yaitu untuk konstruksi struktur
di atas tanah yang lembek. Fondasi ini cocok digunakan untuk mendirikan gedung,
jalan, landasan, dan menara di atas tanah yang lembek. Sistem ini juga tidak
membutuhkan sistem drainasi dan sambungan kembang kusut.
Banyak bangunan di dunia telah menggunakan fondasi Cakar Ayam karya Prof.
Sedijatmo yang luar biasa ini. Profesor Sedijatmo yang merupakan alumni teknik sipil
Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1934 ini telah berhasil menciptakan terobosan
baru dalam dunia struktur yang diakui secara internasional. Di Indonesia sendiri,
fondasi ini telah digunakan pada ratusan menara PLN bertegangan tinggi, hanggar
pesawat terbang dengan bentangan 64 meter di Jakarta dan Surabaya, run
way dan taxi way, apron di Bandara Sukarno-Hatta Jakarta, jalan akses Pluit-
Cengkareng, pabrik pupuk di Surabaya, kolam renang dan tribun di Samarinda, dan
ratusan bangunan gedung bertingkat di berbagai kota. 

Prof Dr Ir Sedijatmo tahun 1961 ingin mendirikan 7 menara listrik tegangan tinggi di daerah
rawa-rawa Ancol Jakarta. Karena waktunya sangat mendesak, sedangkan sistem pondasi
konvensional sangat sukar diterapkan di rawa-rawa tersebut, maka lahirlah ide Ir Sedijatmo
untuk mendirikan menara di atas pondasi yang terdiri dari plat beton yang didukung oleh pipa-
pipa beton di bawahnya. Pipa dan plat itu melekat secara monolit (bersatu), dan mencengkeram
tanah lembek secara meyakinkan.

Oleh Sedijatmo, hasil temuannya itu diberi nama sistem pondasi cakar ayam. Menara
tersebut dapat diselesaikan tepat pada waktunya, dan tetap kokoh berdiri di daerah Ancol yang
sekarang sudah menjadi ka wasan industri.

A. Kondisi tanah dan Lingkungan

Kondisi tanah dan lingkungan untuk mendukung pembangunan pondasi cakar ayam
disarankan pada tanah yang lembek dapat ditemukan di daerah-daerah yang lembap atau
memiliki curah hujan relatif tinggi, misalnya di daerah rawa – rawa. Tetapi berdasarkan
pengalaman lebih ekonomis bila diterapkan atas tanah yang berdaya dukung 1,5 sampai 4 ton per
meter persegi.  Karena pipa-pipa beton (cakar) yang dipasang dibawah pelat berfungsi sebagai
”paku” yang menjaga agar dasar pelat beton dan tanah tetap rapat (tak terjadi rongga). Hal ini,
akan memperkecil lendutan pelat. Lendutan yang kecil tersebut membuat pelat menjadi lebih
awet (tahan lama) dibandingkan dengan sistem perkerasan kaku dari pelat beton yang
konvensional. Keawetan pelat ini memperkecil biaya pemeliharaan.
B. Pola dan Besar Beban Bangunan

Pondasi cakar ayam terdiri dari plat beton bertulang yang relatif tipis yang didukung oleh
buis-buis beton bertulang yang dipasang vertikal dan disatukan secara monolit dengan plat beton
pada jarak 200-250 cm. Tebal pelat beton berkisar antara 10-20 cm, sedang pipa-buis beton
bertulang berdiameter 120 cm, tebal 8 cm dan panjang berkisar 150-250 cm. Buis-buis beton ini
gunanya untuk pengaku pelat. Dalam mendukung beban bangunan, pelat buis beton dan tanah
yang terkurung di dalam pondasi bekerjasama, sehingga menciptakan suatu siatem komposit
yang di dalam cara bekerjanya secara keseluruhan.
Telapak beton, pada pondasi cakar ayam sangat baik untuk beban yang merata. Sistem
pondasi ini mampu mendukung beban 500-600 ton per kolom. Dalam hal ini, di bagian bawah
kolom dibuatkan suatu telapak beton, untuk mengurangi tegangan geser pada plat beton. Untuk
gedung berlantai 3-4 misalnya, sistem cakar ayam biayanya akan sama dengan pondasi tiang
pancang 12 meter.

C. Kondisi Air Tanah dan Air Permukaan

Dilihat dari jenis tanahnya yang mendukung pondasi cakar ayam yaitu tanah lunak, kondisi
air tanah pada tanah lunak memiliki kadar air yang tinggi. Dan muka air tidak terlalu dalam
karena tanahnya lembek atau di daerah rawa – rawa. Dimana pelat beton bertulang yang tipis
akan mengapung di atas tanah rawa atau tanah lembek. Kemudian pada bagian bawah pelat,
dipasang pipa – pipa beton sebagai cakar yang berfungsi sebagai pengaku agar pelat beton tetap
berdiri kokoh. Pipa-pipa beton ini dapat berdiri tegak dikarenakan adanya tekanan tanah lateral
di dalam tanah. Kombinasi ini membuat pelat dan pipa-pipa menjadi konstruksi yang kaku dan
tidak mudah digoyahkan.

D. Topografi

Kondisi topografi atau permukan tanah untuk pembangunan pondasi cakar ayam yaitu datar atau
rata.
E. Dampak Konstruksi Pada Lahan Sekitar

Dampak negatif pembangunan pondasi cakar ayam yaitu :

1. Tingkat kebisingan yang dihasilkan alat


2. Tingkat polusi udara yang dihasilkan alat
3. Kemacetan lalu lintas.
4. Mengotori jalan raya

Dampak positif pembangunan pondasi cakar ayam yaitu :

1. Mendukung penataan kota.


2. Meningkatkan perekonomian bagi masyarakat sekitar
3. Tingkat ekonomi Indonesia semakin meningkat

F. Metode Konstruksi dan Resiko

Metode konstruksi pondasi cakar ayam :

1. Melakukan pengukuran serta pembersihan lahan seluas yang digunakan


2. Lakukan penggalian tanah yang akan digunakan sebagai lantai kerja setebal 30 – 50 cm,
kemudian pada jarak 2,5 meter dibuat lubang dengan diameter 80 – 120 cm sedalam 1,2
meter yang nantinya di gunakan sebagai cakar.
3. Buat bekisting pada galian tersebut.
4. Rangkai besi tulangan sebagai perkuatan pondasi, siapakan juga campuran beton dengan
keteapan yang sudah ditentukan.
5. Masukkan pipa baja ke dalam cakar pondasi.
6. Rangkaikan tulangan pada galian pondasi setelah siap tuangkan campuran beton.
7. Tunggu selama 28 hari hingga kekuatan beton berkekuatan 100% atau maksimal.
Resiko dari pembangunan pondasi cakar ayam :

1. Mahalnya biaya pembuatan cakar ayam


2. Membutuhkan peralatan khusus
3. Memerlukan tenaga kerja yang ahli
Sumber : 
 Permasalahan Dan Alternatif Penanganan Perkerasan Jalan pada Tanah Ekspansif
Dr.Ir.Hary Christady Hardiyatmo, M.Eng, DEA
 http://robertdesignstructure.blogspot.com/2012/12/pondasi-cakar-ayam.html
 http://id.wikipedia.org/wiki/Konstruksi_cakar_ayam
 http://www.scribd.com/doc/75791684/PONDASI-CAKAR-AYAM

Anda mungkin juga menyukai