PENDAHULUAN
Elastis
Anggapan di dalam design pada baja lebih tepat daripada bahan-bahan
lain, karena baja mengikuti hokum Hooke, sampai dengan tegangan cukup tinggi
Modulus Elastis dari konstruksi baja dapat dihitung dengan tepat tidak
sebagaimana pada beton.
Ductility/Konsol
Bahan yang mempunyai sifat dapat memberikan perubahan bentuk yang
besar (uluran) sebelum mencapai kehancuran (bila menderita tegangan yang
besar) dikatakan ductility. Jika sebuah batang baja lunak di test tarik, maka pada
I-1
penampang kritis akan terjadi pengurangan luas dan uluran yang cukup besar
sebelum putus.
Untuk bahan-bahan bangunan yang tidak mempunyai sifat ini biasanya
keras dan getas, sehinga mudah rusak bila bekerja beban shock.. Pada batang-
batang struktur yang mendapat beban, biasanya akan timbul konsentrasi beban
(dengan tegangan yang besar) di beberapa titik. Bila hal ini terjadi pada batang
struktur dari bahan yang ductile maka memungkinkan terjadinya leleh local pada
titik tersebut, dengan demikian berarti terhindar dari premature failure.
Keuntungan lebih lanjut dari kaonstruksi yang ductile ialah bila mendapat
beban yang over akan terjadi difleksi yang besar yang merupakan tanda terhadap
bahaya keruntuhan, sebelum keruntuhan itu sendiri terjadi.
1.2. Kerugian
Biaya Pemeliharaan
Pada umumnya baja akan gampang berkarat, terlebih-lebih dalam udara
terbuka, didalam air dan didalam lingkungan agresif, sehingga memerlukan
pemeliharaan (pengecatan) berkala.
Pemakaian weathering steels (baja yang lebih tahan karat : chromium
0,3 - 1,25%, menganase 0.6 – 1,5%, copper 0,25 – 0,4%) akan lebih mengurangi
biaya ini.
Ketahanan kebakaran
Walaupun baja bahan yag tidak dapat terbakar, tetapi bila terjadi
kebakaran, temperature tinggi yang biasa terjadi pada kebakaran akan mereduksi
kekutan baja secara drastis. Disamping itu baja juga pengantar panas yang baik,
batang baja yang tidak dilengkapi dengan fire proofing dapat mengalirkan panas
yang tinggi dari bagian yang menderita kebakaran ke bagian lain dan dapat
membakar elemen-elemen lain yang bersentuhan dengannya, pada bagian gedung
yang lain.
Dari kenyataan ini maka seyogyanya bangunan baja dilengkapi dengan fire
proofing untuk mendapatkan keamanan terhadap kebakaran yang memadai.
I-2
Bahaya tekuk
Pada batang-batang yang panjang dan langsing, bahaya tekuk sangat besar.
Batang struktur dari baja biasanya lebih langsing daripada bahan struktur yang
lain, sehingga bahaya tekuk sangat mengancam pada struktur baja.
Bahaya lelah/fafik
Sifat lain yang tidak menguntungkan dari baja ialah lelah pada beban
bolak-balik. Bila terjadi beban bolak-balik maka kekuatannya akan menurun.
Keamanan
Suatu kerangka baja tentu saja harus direncanakan cukup kuat untuk
memikul beban yang bekerja padanya, namun juga harus diperhitungkan agar
lendutan dan getaran tidak besar agar didapat rasa aman.
Biaya
Sebagai perencana struktur designer kita harus selalu ingat bahwa
bangunan harus direncanakan dengan biaya semurah-murahnya namun tetap
cukup kuat dan aman. Hal ini dapat dicapai dengan memakai profil-profil yang
tepat, sambungan dan detail yang sederhana, dan penggunaan batang dan bahan
yang tidak memerlukan pemeliharaan yang tidak seyogianya.
Praktis
Adalah kewajiban dari perencana untuk merencanakan bagian-bagian
struktur yang mudah dalam pembuatannya dan pemasangannya. Pada saat
merencana sudah harus dipikirkan kesulitan-kesulitan yang bakal terjadi pada
I-3
pembuatan dan pemasangan dan berusaha untuk mengeliminer kesulitan tersebut
sedapat mungkin dengan menyelesaikan design dan detail yang baik.
Kita harus belajar/mempelajari segala kemungkinan tentang : detail-detail,
pembuatan, dan pemasangan dilapangan, sehingga dapat dicarikan suatu
penyelesaian yang memudahkan pembuatan, pemasangan yang akhirnya
menghasilkan bangunan yang murah.
Didalam proses mencari penyelesaian ini kita perlu didukung oleh
pengetahuan (infromasi) tentang :
Tingkat kemampuan pembuatan (fabrikasi)
Pengenalan ukuran-ukuran standar dari profil-profil baja
Pengenalan tingkat kemampuan angkutan
Pengenalan tingkat kemampuan pemasangan (erection).
Faktor Keamanan
Yang diartikan dengan factor keamanan ialah perbandingan antara
kekuatan bahan dengan efek yang terjadi akibat pembebanan.
Kekuatan dari bahan yang dipakai didalam penentuan factor keamanan ialah
kekuatan patah dari bahan, tetapi juga sering digunakan harga yang lebih rendah
dari kekuatan patah, yaitu kekuatan leleh. Kehancuran dianggap sudah terjadi bila
suatu batang memberikan deformasi yang berlebihan, dalam hal ini factor
kemanan diartikan sebagai perbandingan antara tegangan leleh dengan tegangan
yang terjadi akibat pembebanan.
Dengan memperhatikan hal tersebut di atas, maka factor keamanan
biasanya didasarkan pda tegangan leleh untuk bahan yang ductile dan tegangan
patah untuk bahan yang getas.
Faktor keamanan ini sebenarnya disiapkan untuk menampung hal-hal yang
tidak pasti seperti :
1 : Penyimpangan kekuatan bahan dari yang diperhitungkan , dan akan
menjadi lebih besar lagi dengan pengaruh : creep, karat dan leleh.
2 : Penyimpangan pada anggapan-anggapan perhitungan.
I-4
3 : beban-beban tak terduga dan beban-beban sementara seperti gempa dan
lain sebagainya.
4 : Didalam proses pembuatan dan pemasangan sering timbul tegangan-
tegangan yang cukup besar.
Didalam proses pembuatan dapat mengalami bermacam-macam
perlakuan seperti : dibanting, diluruskan, dipukul, dan lain sebagainya,
demikian juga pada saat pemasangan sering batang-batang dipaksakan
agar dapat terletak pada posisi yang diinginkan terutama didalam
mem-pas-kan lubang-lubang baut dan posisi untuk pengelasan,
perlakuan-perlakuan ini dapat menimbulkan tegangan-tegangan yang
cukup besar.
5 : Perkembangan teknologi yang dapat mempengaruhi beban hidup,
seperti pada jembatan misalnya.
6 : Penentuan besarnya beban hidup dan beban mati.
Penentuan beban mati memang lebih dapat didekati, tetapi didalam
menentukan beban hidup akan jauh lebih sulit.
7 : Hal-hal lain seperti pengaruh residual stress, konsentrasi tegangan,
variasi pada ukuran batang dan lain-lain.
Didalam menentukan factor keamanan disamping menampung hal-hal
tersebut di atas, juga harus memperhatikan hal-hal yang lain seperti :
a. Jenis beban, beban tetap atau beban sementara.
b. Penggunaan bangunan : untuk bangunan umum ataukah untuk pribadi.
c. Fungsi dari bagian struktur yang direncanakan, apakah sebagai
pendukung utama/ataukah pendukung sekundair.
Kegagalan konstruksi
Kegagalan konstruksi bangunan biasanya terjadi karena kurangnya
perhatian pada hal-hal yang kadang-kadang dianggap remeh sperti : detail
sambungan, defleksi, pemasangan dan penurunan pondasi.
Sering dilakukan oleh perencna, setelah menentukan ukuran-ukuran
batang dengan baik, penyelesaian dari sambungan kurang diberi perhatian yang
cukup dan malah penyelesaian detail sambungan ini dibebankan kepada juru
I-5
gambar yang justru tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang beban-
beban yang mungkin bekerja pada sambungan itu. Umumnya kesalahan yan
paling banyak dilakukan didalam mendesign sambungan ialah kelupaan beberapa
gaya yang bekerja pada sambungan seperti momen puntir.
Pada rangka batang misalnya batang-batang direncanakan hanya untuk
beban-beban normal, padahal didalam penyelesaian sambungan beban-beban ini
dapat berupa excentris yang menghasilkan momen dan selanjutnya menambahkan
tegangan. Tidak selalu tegangan sekunder ini kecil, kadang-kadang malah sangat
menentukan, dan dapat menimbulkan kegagalan bila tidak diperhitungkan.
Penurunan pondasi yang tidak sama besarnya banyak juga menimbulkan
kegagalan, terutama pada konstruksi statis tak tentu.
Penyebab-penyebab terjadinya kegagalan yang lain ialah karena
kurangnya perhatian pada : deffleksi, kelelahan dari batang, ikatan-ikatan anti
sway, getaran dan kemungkinan menekuknya batang tekan ataupun flens tekan
balok dan arena gaya-gaya/perbedaan sifat gaya yang timbul pada saat
pemasangn.
I-6
P Elastic yielding
Plastic yielding
A
Strain hardening
Upper yield
E Lower yield
P
A L
0
L
I-7
uluran, maka titik tersebut dinamakan titik leleh dan tegangan
disebut tegangan leleh.
5: Regangan () sebelum mencapai tegangan leleh dinamakan elastic
strain.
6: Regangan yang terjadi sesudah tegangan eleh tanpa adanya
penambahan tegangan dinamakan plastic strain.
7: Menyusuli plastic strain ini strain hardening dimana tambahan
regangan hanya dihasilkan bila da tambahan tegangan.
8: Bila pembebanan melapaui tegangan leleh, maka bila beban
ditiadakan panjang batang tidak akan kembali pada panjang.
Baja Bangunan
Bahan baja bangunan adalah suatu bahan dengan ke serba samaan yang
besar. Baja ini selain terdiri daripada Fe + 98%, mengandung maksimum bahan-
bahan : carbon (C) 1,7% ; Manganese (Mn) 1,65% ; silicon (Si) 0,6% ; tembaga
(Cu) 0,6%.
Sifat baja bergantung sekali kepada kadar carbon, semakin bertambah
kadar zat carbon semakin naik tegangan patahnya dan semakin
menurun regangan patahnya dan juga bersifat getas (rapuh) serta keras,
sehingga bajanya tidak ulet (ductile).
Adanya pospor dan belerang juga menyebabkan kurangnya keuletan.
Karena itu untuk menjamin minimum keuletan (ductile) persentase
maksimum dari C, P dan S perlu ditentukan.
I-8
Tembaga mempuyai pengaruh baik terhadap ketahanan terhadap korosi
dan silicon digunakan terutama untuk mengurangi gas pada molton
metal (leburan logam).
Disamping carbon, Manganese juga menambah kekuatan baja.
Baja dibagi ke dalam 4 golongan :
Baja bercarbon rendah (lebih kecil dari 0,15%), mild carbon
(0,15 - 0,29%) berkarbon sedang (0,30 – 0,59%) dan berkarbon tinggi
(0,60 – 1,7%).
Baja bangunan termasuk dalam mild karbon
Pertambahan kadar karbon didalam baja memang akan menambah
tinggi tegangan leleh, tetapi mengurangi keuletan.
Baja yang kurang ulet menambah persoalan dalam pengelasan seperti
perlu : pre heat atau electrode las yang khusus.
Pengelasan yang ekonomis biasanya dapat dikerjakan pada baja yang
kadar karbon tidak lebih 0,3%.
I-9
diperoleh dengan menambahkan satu atau lebih bahan-bahan campuran lainnya
seperti : columbium, vanadium, silicon, tembaga, nikel dan lain-lain.
Baja high strength low alloy ini bisanya mempunyai ketahanan terhadap
karat yang baik. Pada permukaan baja akan terjadi oksidasi dan membentuk suatu
lapisan film yang melekat erat dan kemudian berfungsi mencegah oksidasi
selanjutnya sehingga dapat mengurangi kebutuhan akan pengecatan.
Tegangan leleh dari baja ini berkisar antara 2800 kg/cm2 s/d 4900 kg/cm2.
I - 10
pemeliharaan, seperti profil I, U yang semua permukaannya mudah
di cat.
I - 11
Tegangan yang dihasilkan dalam pabrik maupun pelaksanaan
Residual Stress.
Tidak pastinya demensi propil.
Metoda analisa struktur yang kemungkinan terjadi kesalahan
anggapan.
Beban yang tidak dapat diperhitungkan secara pasti.
I - 12
Suatu struktur disebut awet bila struktur tersebut dapat menerima keausan
dan kerusakan yang diharapkan terjadi selama umur bangunan yang direncanakan
tanpa pemeliharaan yang berlebihan.
I - 13
BAB II
STRUKTUR TARIK
2.1. Pendahuluan
Struktur tarik adalah bagian dari suatu struktur bangunan yang menerima
beban normal tarik.
Terdapat pada bagian bangunan-bangunan :
Struktur utama :
Jembatan rangka
Jembatan gantung
Rangka kuda-kuda atap
Rangka menara
Struktur sekundair :
Iktan angin atap/jembatan
Ikatan rem pada jembatan
Ikatan penggantung gording
Propel T Propil WF
II - 1
Bisa juga dari propel buatan (bersusun)
Batasan Kekuatan
P u < Rn
Pu – gaya tarik akibat beban berfaktor
Rn – kuat rencana tarik
– faktor reduksi
Kontrol Leleh : Pu fy Ag = 0,90
(pada tengah batang)
Kontrol Patah : Pu fu Ae = 0,75
(pada daerah sambungan)
Ag = luasan penampang utuh (gross) fy = tegangan leleh bahan
Ae = luasan penampang efektip fu = tegangan putus bahan
Batasan Kelangsingan
L
Angka kelangsingan : L = panjang batang
i
i = jari-jari kelembaban
I
i=
A
II - 2
Untuk struktur utama : max 240
Untuk struktur sekunder : max 300
II - 3
Untuk pembuatan lubang dengan “POND” (plong) karena pembuatan
ini dengan kekerasan, maka disekitar lubang terjadi kerusakan
sehingga tidak dapat diikutkan memikul beban. Kerusakan ini
1
diperkirakan in 0,75 mm disekeliling lubang, sehingga :
32
perlemahan = lubang + 1,5 mm = baut + 3 mm
1
2 h
TU
3
t
S S
II - 4
Lintasan (1-3) An = (h - 2p)t = Ag – 2pt
S2 S2
Lintasan (1-2-3) Au = (h – 3p + 2 x )t = Ag – 3pt + 2 t
4 4
S2
Rumus Umum : An = Ag – n1 p t+ t
4
koreksi lintasan diagonal
n1 – jumlah lubang pada lintasan putus
Contoh : 1
Tentukan jarak longitudinal (s) dari baut yang di susun berseling seperti
tergambar agar luas netto sama dengan luas brutto di kurang satu lubang
baut.
Baut yang di pasang diameter ¾”. Pembuatan lubang dengan “Pond”
D A
3 1 7
2 in
p= in
E B 4 8 8
2 in =
F
2 in
C
G
s s s
S2
Jawaban : An = h – n . p +
4
7
Lintasan ABC = 6 – 1x =5,125 in
8
7 S
2
52
Lintasan DEFG = 6 – 2 4,25
8 4 x2 8
52
Lintasan ABC = lintasan DEFG 5,125 4,25
8
S = 2,65 in
Contoh : 2
Tentukan luasan netto dari propel C 15 x 33,9 (Ag = 9,96 in2) yang di
sambung dengan baut ¾” seperti tergambar
II - 5
A
1,4 in
B
0,65 in
3 in 1 = (3+2-0,4)=4,60 in
E 3 1 7
p
4 8 8
0,40 in 9 in 2 = 9 in
C
3 in
1 = 4,60 in
G
1,4 in
1,4 2 D H
S = 3 in
7 7
ABCD Anetto = 9,96 – (1) x 0,65 – (1) x 0,4 = 9,04125 in2
8 8
II - 6
dimana :
x = jarak titik berat penampang terhadap sisi luar element
penampang yang disambung
L = jarak antara baut pertama dan terakhir dalam satu baris
L
x1
x
gn L x2
gn T
gn I
dipilih x1 dan x2
mana yang besar!
Ae = UA A = Ag
x
U=1-
L
I
Pu
w x
Pu
POT I-I
I
e e
II - 7
2. Disambung hanya dengan las melintang saja
A = luas element yang disambung las saja
U = 1,0
II
PU A
PU
Untuk Pelat :
3. Disambung dengan las memanjang saja, maka panjang las (l) harus lebih
besar dari jarak las.
l>w w - jarak antara las memanjang
e - panjang las memanjang
l > 2w U = 1,0
w 2w > l > 1,5w U = 0,87
1,5w > l > w U = 0,75
II - 8
Luas netto (An) harus diambil lebih kecil dari 0,85 Ag.
An < 0,85 Ag
Bid. Geser
Kekuatan nominal “Block Shear”
Bid. Tarik didapat dari bidang tarik dan
bidang geser yang terjadi
a). Propil Siku
Bid. Geser
Bid. Tarik
Bid. Geser
Bid. Tarik
Bid. Tarik
Bid. Geser
II - 9
Menurut Peraturan
1. Bila “kekuatan patah bidang tarik” lebih besar/sama dengan “kekuatan
patah bidang geser” :
fu Ant 0,6 fu AnV putus tarik > putus geser
Kekuatan Nominal “Block Shear” : Rn f u AnT 0,6 f y Agv putus tarik + leleh geser
0,75
2. Bila “kekuatan patah bidang geser” lebih besar dari “kekuatan patah
bidang tarik”
0,6 fu Anv fu AnT putus geser > putus tarik
Kekuatan Nominal “Block Shear” : Rn 0,6 f u Anv f y Agt putus geser + leleh tarik
0,75
dimana : Ant = luas bidang tarik netto
Agt = luas bidang tarik penuh
Anv = luas netto bidang geser
Agv = luas penuh bidang geser
ingat : kekuatan patah fu , An (tegang putus, luasan A netto)
kekuatan leleh fy , Ag (tegang leleh, luasan utuh)
Contoh : 3
II - 10
Hitung kekuatan tarik rencana dari propil W 10 x 45 yang disambung pada
sayapnya dengan dua baris baut ¾ in. Setiap baris terdiri dari 3 baut
masing-masing berjarak 4 in.
Mutu Baja A 527 Grade 50 (fU = 65 Ksi , fy = 50 Ksi)
II - 11
Penyelesaian :
W 10 x 45 Ag = 13,3 in2 bf = 8,02 in Propil T 5 x 22,5
d = 10,10 in tf = 0,62 in x 0,907
x
qnT
4m 4m
Contoh : 4
Suatu pelat 1 x 6 in disambung dengan las sudut memanjang ke pelat 1 x 10 in
untuk memikul beban tarik.
Berapa kekuatan rencana pelat tersebut bila fy = 50 Ksi dan fu = 65 Ksi
II - 11
Kuat Rencana Putus :
A = Ag = 1 x 6 = 6 in2 w = 6 in dan l = 8 in
1,5w 1,5x6 9 in 1,5w e w U 0,75
Ae = AU = 6 x 0,75 = 4,50 in2
Pu = t fu Ae = 0,75 x 65 x 4,50 = 219,4 Kips
Kekuatan Rencana Pu = 219,4 Kips berdasarkan Putus!
Pu
10 in w 6 in
l = 8 in
Contoh : 5
Hitung kekuatan Rencana (Pu) dari suatu propil siku L 8 x 6 x ¾ yang
disambung pada salah satu kakinya dengan las sudut seperti tergambar; bila
fy = 50 Ksi dan fu = 70 Ksi.
x
L8x6x¾
A = 9,94 in2
PU
8 in x = 1,56 in
6 in
Jawaban :
Kuat Rencana Leleh :
Pu Fy Ag 0,9x50x9,94 447,3 Kips
Kuat Rencana Putus :
x 1,56
U 1 1 0,74
L 6
Ae = AU = 9,94 x 0,74 = 7,36 in2
Pu = fu Ac = (0,75) x 70 x 7,36 = 386,4 Kips (uutus)
Kekuatan Rencana Propil Siku : Pu = 386,4 Kips (berdasarkan putus!)
II - 12
Contoh : 6
Berapakah beban rencana pelat penyambung (fy = 50 Ksi dan fu = 65 Ksi) yang
dapat diterima, pada sambungan seperti tergambar.
3
Pelat PL x12 Baut
3
PONDS
8 4
3”
8
PU/2
3”
8
PU/2
12”
3 1 7
Jawaban : p
4 8 8
3
Leleh : Pu Fy Ag 0,90x50x 2 x12 405 Kips
8
3 7 3
Putus : An 2 x12 2 x x 7,67 in 2
8 8 8
An 7,56 in
3
0,85 Ag 0,85 x12 2 7,65 in 2
8
Pu fu An 0,75 65 7,65 372,9 Kips Pu 372,9 Kips
1
Contoh : 7 Suatu propil siku L 6 x 4 xdari Baja GRADE 50 A572 (fy = 50 Ksi dan
2
3
fu = 65 Ksi) disambung seperti tergambar. Baut . (Ponds)
4
3½“ 2½“ Berapakah :
2 in - Kekuatan Geser “Block Shear”
- Kekuatan rencana batang tarik
Bid. Geser
4 in
3 1 7
lubang in (PONDS)
4 8 8
4 in
x = 0,987 in
Bid. Tarik
6 in
II - 13
Jawaban :
1 71
Ag v 10 5,0 in 2 An v 10 2,5 x 3,91in 2
2 82
1 71
Ag t 2,5 1,25 in An t 2,5 0,5 x 1,03 in
2 82
Putus Geser 0,6 fu Anv 0,6653,91 152 Kips Pakai rumus kedua
(Patah Geser + Leleh Tarik)
Kekuatan Rencana “Block Shear” :
Rn = 0,75 [0,6 (65) (3,91) + 50 x 1,25] = 161,2 Kips
Kekuatan batang tarik :
- Leleh : Pu = t fy Ag = 0,9 x 50 x 4,75 = 213,7 Kips > Rn
7 1
- Putus : An = 4,75 – 1 x x 4,31in 2 A
8 2
x 0,987
U 1 1 0,88
e 8
Ae AU 4,31 x 0,88 3,79 in 2
Pu = t fu Ae = 0,75 x 65 x 3,79 = 184,8 Kips > Rn
Kekuatan batang tarik berdasarkan Kekuatan Geser Block
Pu = 161,2 Kips
Contoh : 8 Tentukan kekuatan rencana “block shear” untuk pelat dari baja A36
yang disambung las seperti gambar dibawah.
(fy = 36 Ksi, fu = 58 Ksi)
Bid.Tarik
Bidang
Geser 4 in
PL 1 x 10
2
10 in
II - 14
Agv = ½ (2 x 4) = 4 in2 Anv = ½ (2 x 4) = 4 in2
Agt = ½ (10) = 5 in2 Ant = ½ x 10 = 5 in2
fu Ant = 58 x 5 = 290 Kips fu Ant > 0,6 Fu Anv
0,6fu Anv = 0,6 x 58 x 4 = 139,2 Kips
Kekuatan Rencana “block Shear”
Rn = 0,75 [0,6 x 36 x 4 + 58,0 x 5] = 282,3 Kips
Kekuatan Rencana Plat :
Pu = fy Ag = 0,9 x 36 (½ x 10) = 162,0 Kips Menentukan !
Kekuatan rencana Pu = 162 Kips
L
imin > (untuk struktur utuh)
240
L
imin > (untuk struktur sekunder)
300
Untuk batang tarik dan baja bulat :
Ae = 0,75 Ag
Dari Kontrol Kekuatan :
Pu
Kuat Leleh : Ag > = 0,90
fy
II - 15
Pu
Kuat Putus : 0,75 Ag > = 0,75
fu
L
Dari Kontrol Kelangsingan : < 500 L – panjang batang
D
L
D> D – diameter batang
500
Contoh 1 :
RU = 1,4 RD = 7,10t
RD = 5,25 t
RU = 1,2 RD + 1,6 RL = 16,7 ton (menentukan)
RL = 6,50 t
Penyelesaian :
RU 16700
Batang S1 Pu 35813kg
tan tan 25o
- Batas kelangsingan :
300
struktur utama : imin 1,25 cm (struktur utama)
240 240
- Batas leleh : Pu < fy Ag
Pu 35813
Ag 16,58 cm 2
fy 0,9 x 2400
- Batas putus : Pu fu Ae Ae An U
Mis U 0,85
Pu 35813
An 15,183cm 2
fu U 0,75x3700x0,85
Mis : An 0,85 Ag
Au 15,183
Ag 17,86 cm 2
0,85 0,85
II - 16
Coba Propil : 55 x 75 x 7
x x iy = 1,59 cm
ix = 2,35 cm
40 Pu i = 1,17 cm
35 x = 1,41 cm
40 60 60
Ag = 2 x 8,66 = 17,32 cm2 > 16,58 cm2
(batas leleh memenuhi)
Putus :
An = 2 (8,66 – 1 x 1,9 x 0,7) = 14,66 cm2 Ae = U An = 12,94 cm2
x 1,41
U 1 0,8825 Rn = 0,75 fy Ae
L 12
Rn = 0,75 x 3700 x 12,94 = 35901 kg > Pu = 35813 kg (ok)
L
max 240 L < 240 x in
in
L < 240 x 1,17 = 281 cm
II - 17
Anv = (16 – 2,5 x 1,9) 0,7 = 7,875 cm2
fu Ant = 3700 x 2,135 = 7899,5 kg putus geser > putus tarik!
0,6 fu Anv = 0,6 x 3700 x 7,875 = 17482,5 kg
Rn = 0,75 (0,6 fu Anv + fy Agt) x 2 (dua propil)
= 0,75 (17482,5 + 2400 x 2,8) 2 = 36303,75 kg > Pu = 35813 kg
Propil 55 x 75 x 7 dapat dipakai ! (ok)
Contoh : 2
Rencanakan ikatan angin dengan batang bulat ()
Mutu baja Bj 37 Pu = 5,75 ton
L = 7,60 m
Penyelesaian :
L L 760
Batas kelangsingan : 500 D 1,52 cm
D 500 500
Batas leleh : Pu Ag fy 0,9 Ag fy
Pu 5750
Ag 2,66 cm 2
0,9 fy 0,9 2400
Batas putus : Pu = Ae fu = 0,75
Ae = 0,75 Ag
5750
Ag 0,75 fux0,75 2,76 cm 2
0,75 3700 0,75
(menentukan)
2
Ag D Ag 2,76 cm 2
4
(menentukan)
4 x 2,76
D 1,87 cm
dipakai 19 mm
Contoh : 3
Suatu batang tarik dengan L = 30 ft
Beban tarik yang bekerja : PD = 130 Kips
PL = 110 Kips
II - 18
Pilih propil W12 (Mutu A572 GRADE 50) fy = 50 Ksi
fu = 65 Ksi
Disambung hanya pada sayap : baut 7/8”, 2 baut pada setiap sayap, 1
deret 3 baut dengan jarak 4”.
1,5
Jawab :
Pu=1,4 PD=1,4 x 130 = 182 Kips
Pu = 1,2 PD + 1,6 PL = 1,2 x 130 + 1,6 x 110 = 332 Kips
(menentukan !)
Kontrol Leleh : Pu fy Ag = 0,90
Pu 332
Ag fy = 50 Ksi
fy 0,9 x50
Ag 7,38in2
II - 19
Kontrol Kelangsingan :
L 12 30
Struktur utama imin 1,50 in (struktur utama)
240 240
Pilih W12 x 35 Ag = 10,30 in2 >7,38 in2 tf = 0,52 in d = 12,5 in
iy (imin) = 1,54 in > 1,50 in bf = 6,5 in
An = 10,30 – 4 (1 x 0,52) = 8,22 in2
x 1,3
U 1 1 0,8375 1,3 x
L 8 gn T 6,5 x 17,5
Ae = U An = 0,8375 x 8,22 = 6,88
Pu < fu Ae = 0,75 x 65 x 6,88 = 335,61 Kips
332k < 335,61 Kips Propil W 12 x 35 dapat dipakai! (ok)
tf = 0,52 in
1,5”
perlemahan = 1”
Pu
1,5”
2” 4” 4”
II - 20
Contoh : 4
Suatu batang tarik L = 50 feet
Beban PD = 10 Kips
PL = 20 Kips
Rencanakan batang tarik tersebut dari batang bulat ()
mutu baja A 36 (fy = 36 Ksi ; fu = 58 Kips)
Pu 44
Ag 1,358in 2 (menentukan)
f y 0,9 36
Kontrol Putus : Pu f u Ae Ae = 0,75 Ag
Pu 44
Ag 1,349in 2
0,75 f y 0,75 0,75 58
4 Ag 4 1,358
Ag D2 D
4
D > 1,32 in (menentukan)
Kontrol Kelangsingan :
L L 12 50
500 D 1,2 in < 1,32 L
D 500 500
3
Dipakai Batang Bulat 1 > 1,32 in
8
II - 21
BAB III
STRUKTUR TEKAN
3.1. Pendahuluan
Struktur tekan adalah bagian struktur yang menerima gaya normal tekan.
Beban yang cenderung membuat batang bertambah pendek akan
menghasilkan tegangan tekan pada batang tersebut.
Struktur tekan terdapat pada bangunan-bangunan
Jembatan rangka
Rangka kuda-kuda atap
Rangka menara/tower
Kolom pada portal bangunan gedung
Sayap tertekan pada balok I (portal, jembatan)
Pada percobaan tekan, menunjukkan bahwa kehancuran batang tekan akan terjadi
P
pada ketegangan dibawah tegangan leleh ( f y pada percobaan tarik).
A
Dengan propil yang sama, semakin panjang batang tersebut akan
semakin cepat mencapai kehancuran, atau semakin kecil beban yang
dapat diterima.
Ini disebabkan semakin langsing batang, semakin besar
kecenderungannya untuk menekuk.
Angka kelangsingan (slenderness ratio) yaitu perbandingan antara
panjang batang dengan jari-jari kelembaman.
I
- angka kelangsingan i=
A
L
l – panjang batang I – momen enersia
i
i – jari-jari kelembaman A – luas penampang
Kecenderungan menukuk suatu batang dipengaruhi hal sebagai
berikut :
Macam kondisi ujung-ujung batang
Ketidak sempurnaan batang
Eksentrisitas beban tekan
Adanya “residual stress” (tegangan sisa)
PROPIL-PROPIL BUATAN :
P E – Elastis limit
f ideal
A P – proportional limit
fy fy – tegangan leleh
E fp – tegangan proportional
fp P
ada residual stress fr – tegangan sisa (residu)
fp = fy - fr
O L
L
P
f
A
fy
L
O
i
Dapat dilihat disini, semakin besar angka kelangisngan, semakin kecil beban
yang bisa diterima, atau semakin kecil angka kelangsingannya semakin besar
beban yang dapat diterima.
Keadaan ideal dari suatu batang tekan :
Beban bekerja merata, dan garis kerja beban berimpit sumbu batang.
Sumbu batang betul-betul lurus, dan propil terbuat dari bahan yang homogin.
Tidak ada tegangan sisa/residual stress pada profil.
+ 1
Besarnya tegangan sisa berkisar fy
- - 3
+ Pada peraturan kita diambil fR = 70 MPa
untuk profil buatan pabrik (Roll)
L L
y 2 2
d2y Mx
2
Mx P y
dx EI
P
2
d y P ambil k 2
y0 EI
dx 2 EI
y k 2 y 0 Persamaan Deferensial tingkat 2
Penyelesaian PD y Asin kx B cos kx
Syarat batas : x = 0 y = 0 0 = 0 + B B = 0
x = L y = 0 0 = A sin kl
A 0 dan kL 0 kL n
n P n 2 2
k 2
L EI L
2 EI
n=1 Pcr (Beban Tekuk Kritis EULER)
L2
Biasanya perumusan EULER dinyatakan dalam tegangan.
L
PCR EI 2
i
f CR 2 dengan memasukkan
A L A I
i
A
2E
f CR 2 (Tegangan Kritis EULER)
f
2E
fCR
2
3.5. Revisi Dari Perumusan EULER
f 2E
Lab Euler f
2
fy fy
fx fp P
p O
- Percobaan Tekan
Percobaan Tarik
- Rumus EULER
fy
E = tan
fP
E [MPa]
2 x 105
3.6. Ada 3 Kegagalan Batang Tekan :
1. “ FLEXURAL BUCKLING . ”
Batang akan menjadi tidak stabil karena terjadi tekukan/lenturan
(EULER BUCKLING).
2. “Local Buckling”
Penampang terlalu tipis (perbandingan lebar pelat dengan tebal pelat ( b/t)
terlalu besar) akan menyebabkan terjadi tekuk local, sebelum batang
menekuk.
3. “Torsional Buckling”
Terjadi pada batang dengan bentuk penampang/kontigurasi tertentu.
Kegagalan akibat terjadinya torsi atau kombinasi torsi dan lentur.
b b b b b
b
b b
las b las
Elemen tidak berpengaku
las b las
Elemen Berpengaku
Ada 3 katergori Penampang : (Nilai P dan R Tabel 7.5.1 Peraturan).
Penampang kompak (“Compac Section”) : b/t < P
Penampang dapat mencapai tegangan plastis, sebelum menekuk.
Penampang tidak kompak (“Non Compact Section”) : P < b/t < R
Penampang dapat mencapai tegangan leleh disebagian tempat
(belum seluruh penampang), sebelum menekuk.
Penampang langsing (“Slender Compressin Elemnt”) : b/t > R
Sangat tidak ekonomis untuk kolom, sehingga tidak boleh dipakai
sebagai kolom.
III - 8
Batas kolom pendek tanpa tekuk
Diambil 20
Daerah antara batas kolom pendek dan kolom panjang merupakan kolom
menengah daerah Inelastis.
fy
fp
+ 20 e
inelastis elastis
Tanpa tekuk
1 LK fy
c fy = tegangan leleh
r E
E = Modulus Elastis
1 fy
c LK = panjang tekuk
E
LK = kC L
L = panjang batang tekan
kc = faktor panjang tekuk
= kelangsingan komponen tekan
r = jari-jari kelembaman (=i)
LK I
r
r A
III - 9
Daya dukung Nominal :
Persyaratan kelangsingan :
b
Kelangsingan elemen penampang (Tabel 7.5.1 Peraturan) r
t
Kelangsingan komponen struktur tekan < 200
fy
N n Ag f cr Ag Nn = daya dukung nominal
fy
f cr Ag = luas penampang utuh
fcr = tegangan kritis penampang
fy = tegangan leleh material
Untuk :
c 0,25 1 kolom pendek
1,43
0,25 c 1,2 kolom menengah (inelastis)
1,6 0,67c
c 1,2 1,25c 2 kolom panjang (elastis)
fy
fcr
fcr
=1
fy 1,43
1,60 0,67c
fy
= 1,25 c2
1,8
0,25 1,20 C
inelastis elastis
fy
Menurut SNI 1729 dimana : c
E
III - 10
Kontrol Kekuatan Kolom :
Nu < Nn Nu = gaya normal tekan akibat beban berfaktor
Nn = kuat nominal tekan
Nn = kuat rencana tekan
= factor reduksi (0,85) (Tabel. 6.4.2 Peraturan)
Fcr 0,658c Fy
2
Rumus Elastis, untuk c 1,5:
0,877
Fcr F
2 y
c
kolom pendek
(Perumusan-perumusan ini
Fcr kolom kolom panjang
intermidiate memasukkan pengaruh
Fy tegangan sisa FR dan
rumus inelastis
ketidak lurusan batang
0,39 Fy
c=1,5 tekan seperti anggapan
rumus elastis
ideal)
kL
e
i
III - 11
KL
Dimana :
i
2E
Fe 2
Fy Fy
c c
Fe E
Untuk Batas Elastis : Fc = Fp Fp = Fy - FR
Fc = 0,444 Fy FR = 0,556 Fy
Fy Fy
c 1,5
Fe 0,444Fy
2E E
Fe 2 0,444Fy e
0,444Fy
Faktor panjang tekuk (kc) nilainya tergantung pada tahanan rotasi dan tahanan
translasi ujung-ujung batang tekan.
Nilai factor panjang tekuk untuk tahanan ujung-ujung batang “ideal”,
ditunjukkan pada gambar 7.6.1. (Peraturan)
Untuk batang tekan yang merupakan bagian dari suatu rangka yang
bersambungan kaku (portal) nilai factor tekuknya ditentukan dengan
nomogram dari :
- Gambar 7.6.2 (a) (Peraturan) untuk portal tak bergoyang
- Gambar 7.6.2 (b) (Peraturan) untuk portal dapat bergoyang
III - 12
Tak bergoyang tahanan translasi dianggap
Bergoyang tahanan tahanan translasi dianggap 0
III - 13
(a) Nilai kc untuk komponen struktur tak bergoyang, dan
(b) untuk komponen struktur bergoyang
Contoh : 1
Suatu kolom dari WF 300 x 300 x 11 x 17 dengan tahanan ujung-ujung
jepit-sendi. L = 4000 mm.
Berapakah kekuatan rencana kolom tersebut, bila mutu Baja BJ 41
fy = 250 Mpa
Kontrol Penampang :
(Kelangsingan elemen penampang Tbl. 7.5-1)
III - 14
bf 301
8,85
2t f 2 x17 bf
sayap : r Penampang tidak
250 250 2 t
R 15,81 f
langsing
fy 250
(ok)
h 234
21,27
t 11 h
badan : r
665 t
R 42,06
250
fy 42,27 250
c 0,476 0,25 c 1,2
E 2 x105
1,43
1,115
1,6 0,67 c
Kuat Nominal :
fy 2500
N n Ag 134,8 302242 kg
1,115
= 2273,81 kg/cm2
Pu = fc Ag Fcr = 0,85 x 134,8 x 2273,81
= 260533 kg
III - 15
Contoh : 2
Suatu kolom dari BJ 37, WF 250 x 175 x 7 x 11
Menerima beban : PD = 30 t PL = 30 t
Panjang kolom L = 800 cm
Tahanan ujung-ujung kolom jepit-sendi
Pada arah sumbu lemah diberi pengekang sejarak 2,50 m dari ujung sendi dan
3,00 m dari ujung jepit.
Kontrollah kekuatan kolom tersebut.
Jawab :
2,5 m
ky=1 WF 250 x 175 x 7 x 11
Pu = 1,4 PD = 42 ton
III - 15
Kelangsingan komponen struktur :
0,8 800
thd, sb. x : x 61,54 (menentukan)
10,4
1 250
thd. Sb. y : y 59,81
1
4,18
0,8 300
y 57,42
2
4,18
Fy 61,54 2400
c 0,679
E 2 106
0,25 < c < 1,2
1,43 1,43
1,249
1,6 0,67 c 1,6 0,67 0,679
fy 2400
Pn Ag 56,24 108067kg
1,249
Pn = 0,85 x 108067 = 91857 > Pu = 84 ton (ok)
“AISC LRFD”
= 1978,82 kg/cm2
Pu = c Ag Fcr = 0,85 x 56,24 x 1978,82 = 94595 kg
84 ton < 94,595 ton (ok)
III - 16
fy
dari kontrol kekuatan : Pu < Ag
w
wPu
maka didapat : ag >
fy
lk
dari permisalan besar , dimana =
i
lk
maka didapat i =
Sehingga kebutuhan Ad dan I untuk perencana dapat diketahui.
Dengan harga Ag dan I tersebut pemilihan propil bisa dilakukan, sampai didapat
propil yang tepat/ekonomis.
Contoh : 3
Suatu kolom panjang L = 7,00 m dengan tahanan ujung-ujungnya jepit-jepit
Beban dipikul PD = 40 t
PL = 20 t
Rencanakan kolom tersebut dengan profil WF (BJ 37)
fy 100 2400
c 1,1032
E 2 108
1,43
0,25 < c < 1,2 1,661
1,6 0,67 c
Pu
fy Pu 1,661 80000
Pu c Ag Ag Ag > 65,14 cm2
c f y 0,85 2400
Lk L 455
max imin k 4,55 cm
imin max 100
III - 17
Coba profil, WF 200 x 200 x 8 x 12 A = 63,53 cm2 ~ 65,14
h = 200 – 2 (12 + 13) = 150 iy = 5,02 cm > 4,55 ix = 8,62 cm
fy 90,63 2400
c 100 0,25 c 1,2
E 2 106
1,43
1,538
1,6 0,67 c
fy 2400
Kekuatan Nominal : Pn Ag 6353 99160kg
1,538
Kekuatan Rencana : c Pn = 0,85 x 99160 = 84286 kg > 80 t (ok)
h 150
18,75
t 8 h
Pelat Badan : R (ok)
665 t
R 42,93
fy
Propil 200 x 200 x 8 x 12 dapat dipakai !
III - 18
Contoh : 4
5000
5000
DENAH
6000 6000 6000 6000
Bl1 Bl1 Bl1 Bl1 Bl2 Bl2
I
Kl2 Kl2 A Kl2 Kl2 4000 A Kl2 Kl2 Kl2
Bl1 Bl1 Bl1 Bl1 Bl2 Bl2
Ix
Kl1 Kl1 Kl1 Kl1 5000 Kl1 Kl1 Kl1
Kolom A :
Berapakah angkan kelangsingannya () ?
Berapakah Kekuatan Rencana ?
III - 19
Jawab :
Kolom A :
Tekuk terhadap sumbu x : Ic = Ix Kolom
4980
400 0,550
GA
500
11300
k Cx 1,29
(bergoyang)
4980 3790
400 500 1,328
GB
11300500
GA
1700400 0,115
2 11100
600
k Cy 0,59
(tak bergoyang)
1700 2940
400 500 0,274
2 11100
GB
600
= x = 61,80 (menentukan !)
fy 61,80 240
c 0,681 0,25 c 1,2
E 2 105
1,43
1,25
1,6 0,67 c
Kuat Nominal Kolom :
Fy 2400
Pn Ag 71,53 137337,6 kg
1,25
Kuat Rencana Kolom :
c Pn = 0,85 x 137337,6 = 116736,96 kg
III - 20
BAB IV
STRUKTUR LENTUR (BALOK)
f
y
fy
z
L
Gambar 4.1a Balok diatas dua tumpuan Gambar 4.1b Diagram Tegangan - Regangan
IV - 1
Kalau balok dibebani dengan beban lentur, akan terjadi momen lentur yang
akan menimbulkan tegangan lentur pada penampang profil.
Kalau beban ditambahkan terus, maka tegangan yang terjadi akan berubah
seperti yang digambarkan dibawah ini.
y f < fy fy fy fy
f < fy fy fy fy
a b c d
a. Tegangan max yang terjadi masih lebih kecil tegangan leleh bahan
(fmax < fy)
b. Tegangan max yang terjadi = tegangan leleh (fmax = fy) Batas Elastis.
c. Tegangan leleh tidak hanya terjadi dititik ekstrem.
d. Seluruh penampang telah terjadi tegangan leleh Batas Plastis.
Pada “BATAS ELASTIS” (kondisi b.), momen yang terjadi disebut “MOMEN
LELEH” (My), sedangkan pada “BATAS PLASTIS” (kondisi d.) momen yang
terjadi disebut “MOMEN PLASTIS” (Mp).
MOMEN LELEH
y
My f dA y y fy
A f fy
d /2
d f
fy 2 2
2 d
y dA d /2 dA y
O
2 Ix 2 y 2 dA d
O
fy
Ix Ix
d
2 Sx
d
My fy Sx 2 b fy
Sx – Elastis Modulus
IV - 2
MOMEN PLASTIS
y
Mp fy d A y fy
A
d /2 d /2
dA f
fy 2 y d A Zx 2 y d A y
O O
d
Mp fy Zx
Zx – Plastis Modulus
fy
b
Zx
Sx
IV - 3
4.4. Perilaku Balok Dibebani beban Gravitasi
Pu y fy fy
- -
x
+ +
Ke pusat kelengkungan fy fy
+ + TAMPAK SAMPING
+ + + +
+ +
Sisi atas balok (diatas garis netral) terjadi tegangan tekan, dan akan
berperilaku seperti “KOLOM”.
Balok untuk mendapatkan kemampuan yang besar (maximal), maka Ix >> Iy,
sehingga akan lemah terhadap sumbu y.
Pada sisi atas (daerah tekan) akan menekuk kesamping (tekuk lateral), bila
tidak ada penahan/pengekangnya.
Lb = L
Kegagalan balok akibat “TEKUK LATERAL” ini pada umumnya akan terjadi
pda beban yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan beban yang
mengakibatkan kegagalan lentur vertical.
PENHAN LATERAL
LB LB
IV - 4
LB LB LB
LB LB LB LB LB LB
“tekuk lateral”
IV - 5
Mn Zone I Zone II Zone III
plastc buckling inelistic buckling elastic buckling
MP
Nilai LP dan LR
MR
di Tabel 8.3.2 Peraturan
LP LR LB
Gambar 4.4 Diagram Mn - LB
fy fy fy f < fy
fy fy fy f < fy
IV - 6
- Pada jarak LB tertentu, hanya titik extreme yang mencapai fy, jarak ini
disebut LR
Besarnya LR tergantung : - Ukuran penampang balok
(Tabel : 8.3.2) - Mutu Baja (fy)
- Tegangan sisa (fR)
fR = 70 MPa balok buatan pabrik
fR = 115 MPa balok buatan dengan las
pelat pengaku
IV - 7
Gambar 4.6 Denah pembalokan
IV - 8
2. Penampang Tidak Kompak :
p < < R
Mn = Mp – (Mp – MR)
p
R p
3. Penampang Langsing
2
<R Mn = M R R
h
Untuk elemen badan R termasuk balok “dinding penuh”
t
Mn
kompak tidak kompak langsing
Mp
MR
p R
IV - 9
1. Bentang Pendek : (Plastic Buckling)
LB < Lp LB – Unbraced Length
Lp, LR – harga batas (Tabel 8.3.2 Peraturan)
Mn = Mp < 1,5 My
Mmax
MA
MC
MB
LB LB LB LB
4 4 4 4
IV - 10
4.5. Kuat Nominal Geser : (Vn)
Kuat geser balok tergantung perbandingan antara tinggi bersih pelat badan
(h) dengan tebal pelat badan (tw).
(-) Pelat badan leleh Plastis
h k E
bila : 1,10 n Vn = 0,6 Fy . Aw
tw fy
kn E h kn E
bila : 1,10 < < 1,37
fy tw fy
kn E
1,10
fy
Vn 0,6 f y Aw
h
tw
(-) Pelat badan menekuk Elastis “Elastic Buckling”
h k E k E
bila : 1,37 n Vn 0,9 Aw n 2
tw fy h
tw
dimana :
h – tinggi bersih pelat badan tw – tebal pelat badan
a – jarak pengaku vertical plat badan
IV - 11
1100 h 1370 1100 tw
(-) Inelastis : Vn 0,6 Fy Aw
f y tw fy h fy
h 1370 900000 Aw
(-) Elastis : Vn 2
tw fy h
t
w
Kuat rencana geser : Vu = Vn = 0,90
Gaya geser akibat beban berfaktor tidak boleh melebihi kuat rencana geser :
Vu < Vn
Kalau persyaratan ini dilampaui, pelat badan diberi tambahan dikiri dan
kananya (dubler plates).
Untuk hal-hal yang lain perlu diatur lagi sesuai fungsi dari balok tersebut dan
persyaratannya sesuai dengan peraturan yang ada. (spesifikasi teknis).
IV - 12
Perumusan Defleksi
Untuk menghitung defleksi balok, beban kerja yang dipakai dalam
perhitungan bukan beban berfaktor.
Untuk balok diatas dua perletakan sederhana, untuk menghitung defleksi max
dapat dipakai perumusan :
5 L4
- Ymax untuk beban terbagi rata q penuh pada balok
384 EI
diatas dua tumpuan sederhana.
3
PL
- Ymax untuk beban terpusat P ditengah bentang.
48 EI
Untuk balok diatas beberapa tumpuan/balok statis tak tentu, rumus pendekatan
ini dapat dipakai :
5L2
Ymax M s 0,1M a M b Ma, Mb - momen tumpuan
48EI
Ms - momen ditengah lapangan
Contoh : 1
Balok diatas dua tumpuan.
P P q P P q
D = 150 kg/m’ (belum termasuk berat sendiri balok)
PD = 2000 kg
L = 12 m q
L = 550 kg/m’ PL = 5500 kg
WF 600 x 300 x 12 x 17 BJ 37
Buat q = 137 kg/m’ Ix = 103000 cm4 Sx = 3530 cm3 Zx = 3782 cm3
A = 174,5 cm2 Iy = 7670 cm4 iy = 6,63 cm
d = 582 b = 300 r = 28
L 1200
- Kontrol Lendutan : y 3,333cm
360 360
IV - 13
Beban berfaktor :
qu = 1,2 (150 + 137) + 1,6 (550) = 1224,4 kg/m
Pu = 1,2 (2000) + 1,6 (550) = 11200 kg
Du max = ½ qu L + 2 Pu = 29746,4 kg
Mu max = R4 x 6 – Pu x 6 – Pu x 2 – ½ qu (6)2 = 66839,2 kgm’
Vu < f Vn Vn = 0,6 fy Aw
= 0,6 x 2400 x 12 x 58,2
= 100569,6 kg
29746 < 0,9 x 100569,6 = 90512,64 kg (OK)
Penampang Kompak
h 492
41 h
t w 12
Badan : p
t
108,44 w
1680
p
240
IV - 14
Lateral Buckling
a) LB = 1200 cm
E 2 105
Lp 1,76 iy 1,76 6,63 337 cm
fy 240
x1
LR iy 1 1 x2 f L
2
f y f r
fy = 2400 kg/cm2
fr = 700 kg/cm2
fy – fr = fL = 2400 – 700 = 1700 kg/cm2
1
J = bt 3 plat badan b = d – 2 tf = 582 – 2 x 17 = 548
3
1 1
= (54,8) 1,23 + 2 x (30) 1,73 = 129,825 cm4
3 3
2
h1
Iw = Iy h1 = d – tf = 582 – 17 = 565
4
56,52
= 7670 x = 6121139,375 cm6
4
119811,10
1 1 3,68765 10 1700
6 2
= 6,63
1700
LR = 982 cm
LB > LR Bentang Panjang ! Mn = Mcr
E
2
M cr Cb EI y G J I y I w M p
L L
IV - 15
12,5 M max
Cb 2,30
2,5M max 3M A 4M B 3M C
Pu = 11200 kg
Pu Pu Pu Pu
q4 q4 = 1224,4 kg/m
RA = 2746,4 kg
A B C
Mmax = 66839,2 kg m
L = LB = 12
m
MA = MC = RA . 3 – Pu x 3 – ½ q4 (3)2 = 50219,4
MB = Mmax = 66839,2 kg m
12,5 66839,2
Cb 1,136
2,566839,2 350219,4 466839,2 350219,2
2
2 106
M cr 1,136 2 10 7670 0,8 10 129,825
6 6
7670 6121139,3
1200 1200
Mcr = 5047421 kg cm < Mp = 907 6800 kg cm
Mn = Mcr = 50474 kg m
Mu max < Mn = 0,9 x 50474 kg m
66839,2 kg m > 45427 kg m
Balok Tidak Kuat!
b) LB = 400 cm Lp = 337 cm
LR = 982 cm
Lp < LB < LR Bentang Menengah!
L LB
Mn = Cb M R M p M R R Mp
LR Lp
A B C
RA = 29746,4 kg = RB
A B
Mmax = 66339,2 kg m
4m 4m 4m
IV - 16
MA = RA x 5 – Pu x 5 – Pu x 1 – ½ qu (5)2 = 66227 kg m = Mc
MB = Mmax = 66839,2 kg m
12,5 66839,2
Cb 1,004
2,5 66839,2 466227 366839,2 4 66227
982 400
M n 1,004460010 90768 60010 88150kg m M p
982 337
Mn = 0,9 x 88150 kg m = 79335 kg m > Mu max = 66839,2 kg (OK)
IV - 17
Tidak perlu dikontrol bila :
- Lebar beban kurang dari 0,15 lebar sayap
- Sepasang pengaku vertical pelat badan dipasang dengan tinggi > 0,5 h.
Pu
x>d
k
leleh lipat
2,5k N 2,5k
d
N 2,5k
leleh
k
Ru
x<d
tw E f y t f
1, 5
N
1 3 d
a). Rb = 0,79 tw2 jika x
d t f tw 2
tw E f y t f
1, 5
N
1 3 d N
b). Rb = 0,39 tw2 jika x dan < 0,20
d t f tw 2 d
IV - 18
N tw E f y t f
1, 5
1 4 0,20 d
c). Rb = 0,39 tw2 jika x
d
t f tw 2
N
dan 0,20
d
C Et t
3
t
a). Rb R 2w f 1 0,4 w untuk pelat sayap dikekang terhadap rotasi dengan :
h L
b
f
h
t
w 2,3
L
b
f
h
tw
Bila 2,3 Tidak perlu dikontrol!
L
bf
h 3
C Et t t
3
b). Rb R 2w f 0,4 w untuk pelat sayap tidak dikekang terhadap rotasi dengan :
h L
bf
h
t
w 1,7
L
b
f
h
t
Bila w 1,7 Tidak perlu dikontrol!
L
b
f
IV - 19
Dimana :
Pu
tw - tebal pelat badan
tf - tebal pelat sayap
h - tinggi bersih pelat badan
(h = d – 2k)
bf - lebar pelat sayap
L - jarak pengekang lateral (Lb)
CR = 3,25 Mu < My
CR = 1,62 Mu > My
Mu - Momen berfaktor pada beban terpusat
Akibat beban terpusat berfaktor pada balok tidak boleh terjadi kegagalan-
kegagalan seperti yang dijelaskan diatas.
Beban terpusat berfaktor harus lebih kecil dari kuat nominal dikalikan
factor reduksi ().
Ru < Rb Ru – gaya tumpu (bearing)
Rb – kuat nominal bearing
Kalau persyaratan tersebut tidak dipenuhi, maka perlu diadakan tindakan-
tindakan sebagai berikut :
- Pelat badan diberi pengaku vertical.
- Pelat badan diberi tambahan pelat disampingnya (doubler plates).
- Pelat badan diberi pengaku diagonal.
IV - 20
4.8. Perencanaan Balok
mendapatkan kebutuhan momen enersia propil (Ix) dan kontrol kekuatan momen
5 qL4 PL3
ymax yijin
384 EI x 48EI x
secara menyeluruh. Kalau terlalu kuat propil bisa dikecilkan, kalau tidak kuat
Contoh Soal
1. Suatu balok lantai berjarak 2,50 m satu dengan yang lain, dengan bentang
L = 6,50 m. (anggap tumpuan sederhana)
Tebal pelat beton t = 12 cm
Beban lantai (tegel + spesi) = 100 kg/m2
Beban hidup (lantai) = 250 kg/m2
Rencanakan balok tersebut dengan Propil WF BJ 37, bila pelat beton dianggap
sebagai pengaku lateral secara menerus (LB = 0).
L
Lendutan yang diijinkan ymax =
360
VI - 21
L = 6,50 m 2,5 m 2,5 m
Beban Mati :
Berat sendiri (ditaksir) qd = 60 kg/m’ digeser
Berat pelat beton : (0,12 x 2,5 x 2400 = 720 kg/m’
Berat lantai : 2,5 x 100 = 250 kg/m’
qd = 1030 kg/m’ = 10,30 kg/cm2
Beban Hidup :
qL = 2,5 x 250 = 625 kg/m’ = 6,25 kg/cm’
Kontrol Lendutan :
5 qL4 L 650
ymax y 1,81cm
384 Ex Ix 360 360
VI - 22
Kontrol Penampang Kompak : (Tekuk Lokal)
h = 346 – 2 (9 + 14)
= 300 mm
h 1680 6 170
t fy 2t f fy
50 < 71 ok Plastis!
Vn = 0,6 x fy x Aw
= 0,6 x 2400 x 0,6 x 34,6 = 29894 kg
Vn < Vn
7267 kg < 0,9 x 29894 = 26905 kg ok
Propil WF 350 x 177 x 6 x 9 dapat dipakai
2. Suatu balok diatas dua tumpuan dengan bentang L = 7,50 m, memikul beban
seperti tergambar.
½P P P ½P
PD = 6700 kg
PL = 4000 kg 2,5 m 2,5 m 2,5 m
LB LB LB
L = 7,5 m
VI - 23
Penyelesaian :
Beban Mati :
Beban Terbagi rata (berat balok)/ditaksir qD = 100 kg/m’ = 1,00 kg/cm
Beban Terpusat : PD = 6700 kg
Beban Hidup : PL = 4000 kg
Kontrol lendutan :
5 qL4 23 PL3 L
ymax y 2,083cm
384 E I x 648 E I x 360
VI - 24
428 1680 201 170
11 240 2 19 240
38,91 < 108,44 ok! 5,29 < 10,97 ok!
Penampang Kompak! Mn = Mp = Zx fy
1 x f
4
x1 = 112,6742 cm
LR = iy 1 2
f f 2 L h2 48,72
y r Iw = Iy = 2580 x
4 4
6
E GJ A = 1529740 cm
x1 =
S 2 G = 80000 MPa
h’ = 506 – 19 = 487
VI - 25
MA = MC = R x 3,125 – ½ Pu x 3,125 – Pu x 0,625 – ½ qu (3,125)2
R R
M
MA MB MC
VI - 26
b 170 199 170
7,1 10,97 ok
2t f fy 2 14 240
Penampang Kompak ! Mn = Mp = Zx fy
Kontrol Tekuk Lateral : LB = 250 cm
E 200000
Lp = 1,76 iy 1,76 4,27
fy 240
Lp = 217 cm < Lb
1 x f
x1
LR = iy 1 2
f f 2 L
y r
1 1 2
J = bt3 = x 46,8 x 0,93 + x 19,9 x 1,43 = 47,776 cm4
3 3 3
h2 48,22
Iw = Iy 1840 1068690cm 6
4 4
VI - 27
Mn = 42976 kg m
Mu =< Mn
36943,75 < 0,9 x 42976 = 38678 kg m ok
Kontrol Geser :
h 1100 428 1100
tw fy 9 240
= 1,00 N Rbu
Rbu < Rn
22110
n> - 2,5 x 3,4 = 1,736 cm
2400 0,9
Misalnya perletakan dari beton fc’ = 240 kg/cm2
Kekuatan Nominal Tumpu Beton : Pn = 0,85 fc’ A
= 0,6
VI - 28
Ru < P n
22110 < 0,6 x 0,85 x 240 x A A > 181 cm2
Dipakai pelat landasan 30 x 20 cm2 A = 600 cm2 > 181 cm
N = 20 cm > 1,736 cm
= 0,6
Perlawanan perletakan :
Ru 22110
qu = 36,85 kg/cm2
A 600
l = ½ B – r – ½ tb
Mu = ½ qu l2 = ½ x 36,85 (15 – 2 – 0,45)2
= 2902 kg cm/cm
N=20cm
t2
qu Mu < fy Zx Zx = ¼ (1) t2 =
4
B=30cm
e 4M u
t> = 0,9
fy
fy = 2400 kg/cm2
t > 2,32 cm pakai t = 25 mm
N tw E f y t f
1, 5
Rn 0,39 t 1 4 0,2
2
d t f
w
tw
VI - 29
- “Tekuk Lateral Pelat Badan”
h 428
47,56 h
tw 9 tw
3,79 2,3
LB 2500 Lb
12,56 bf
Bf 199
VI - 30
BAB V
STRUKTUR KOMBINASI NORMAL DAN LENTUR
(Balok Kolom)
V-1
b. penggantung dengan beban tarik sentries dengan beban lateral
c. balok dengan beban gravitari dan beban tarik
wu
wu Pu Pu
(c)
e
Pu Pu
(a) (b)
Pu P 8 M ux M uy
Bila 0,20 u 1,0
t Pn t Pn 9 b M nx b M ny
Pu Pu M ux M uy
Bila 0,20 1,0
t Pn 2t Pn b M nx b M ny
Pu - gaya tarik akibat beban berfaktor
Mux dan Muy - momen lentur terhadap sumbu x/sumbu y akibat beban
berfaktor
Pn - kekuatan tarik nominal batang
Mnx - kekuatan momen lentur nominal terhadap sumbu x
Mny - kekuatan momen lentur nominal terhadap sumbu y
t - factor reduksi untuk kuat tarik
t = 0,90 untuk kuat leleh
t = 0,75 untuk kuat putus
b - factor reduksi untuk kuat lentur
b = 0,90
Perumusan interaksi ini juga berlaku untuk kombinasi momen lentur
dengan gaya normal tekan.
V-2
5.3. Batang dengan Momen Lentur dan gaya Normal Tekan
(Balok Kolom/beam Column)
Bila balok kolom memikul momen lentur sepanjang bagian tanpa
pengekang lateral, akan melendut pada bidang momen lenturnya. Ini
akan menghasilkan momen sekunder (menambah besarnya momen)
sebesar gaya tekan dikalikan lendutnya (eksentrisitasnya). (Pada
gambar a, tambahan momen ini sebesar Pu.). Tambahan momen ini
akan menambah lendutan, seterusnya akan menambah momen begitu
seterusnya sampai mencapai keseimbangan.
Bila portal mengalami pergoyangan, dimana ujung-ujung kolom akan
mengalami perpindahan lateral relative satu dengan yang lain. Hal ini
akan menimbulkan juga tambahan momen (Pada gambar b, tambahan
momen ini sebesar Pu.)
Pu Pu
M2 = Mlt + Pu
M1 = Mnt + Pu
(momen bertambah (momen bertambah
akibat ) akibat )
Pu Pu
V-3
5.4. Amplifikasi Momen
Untuk elemen tidak bergoyang
Mu = b Mntu
Mntu - momen berfaktor pada analisa order pertama yang diakibatkan
oleh beban tidak menimbulkan goyangan beban gravitasi.
b - factor ampifikasi, untuk memasukkan pengaruh P-
Cm
b 1,00
Nu
1
N crb
Ag fy 2E
N crb 2 Ag
c 2
dimana : Nu – gaya tekan berfaktor
Ncrb – gaya tekan kritis Euler untuk elemen tidak
bergoyang (k-untuk tidak bergoyang)
kL i
- Untuk elemen tanpa beban transversal.
M1
Cm 0,6 0,4 1,0 M1 M 2
M2
M1, M2 - momen di ujung element
nilai positif bila M1 dan M2 membuat lengkungan yang brbeda
M1 M2
V-4
1
s
Nu
1
N crs
2E
N crs Ag
2
kL
i
dimana :
Nu jumlah gaya tekan berfaktor seluruh kolom dalam satu
tingkat yang ditinjau.
Ncrs jumlah gaya kritis Euler untuk element bergoyang,
(k-bergoyang) dalam satu tingkat yang ditinjau.
Persamaan Interaksi antara gaya normal tekan dengan momen lentur sama
seperti pada kombinasi gaya tarik dan momen lentur.
Pu P 8 M ux M uy
Bila 0,20 u 1,00
c Pn c Pn 9 b M nx b M ny
Pu P M ux M uy
Bilan 0,20 u 1,00
c Pn c Pn b M nx b M ny
Pu - gaya normal tekan akibat beban berfaktor
Nux dan Muy – momen lentur (amplifikasi) terhadap sumbu x dan subu y
Pn - kekuatan nominal tekan
Mnx - kekuatan nominal lentur terhadap sumbu x
Mny - kekuatan nominal lentur terhadap sumbu y
c = 0,85 - factor reduksi untuk kuat tekan
b = 0,90 - factor reduksi untuk kuat lentur
Contoh : 1
Kolom Tak Bergoyang
WF 300 x 300 x 12 x 12 d = 294 by = 302 tw = 12 tf = 12 r = 18
A = 107,7 cm2 ix = 12,5 cm iy = 7,16 cm Sx = 1150 cm3
Sy = 365 cm3 Zx = 1241 cm3 Zy = 557 cm3
V-5
L = 460 cm kx = 0,76 Ky = 0,68 BJ 41 fy = 250 MPa
h = 294 – 2 (12 + 18) = 234
Pu = 70 t Mnt x1 = 7,65 tm Mnt y1 = 2,10 tm
Mnt x2 = 10,05 tm Mnt y2 = 2,75 tm
Mntx Mnty
Kontrol Kolom :
- Penampang (Kelangsingan elemen penampang)
h 234 bf 302
19,50 h 12,58 b f
tw 12 R 2 t s 2 12 R
665 tw 2t f
250
R 42,06 O.K R 15,81 O.k
fy fy
kL
- Kelangsingan struktur :
i
fy 42,74 250
max y 42,74 c 0,481
E 3,14 2 105
1,43
0,25 c 1,2 1,12
1,6 0,67 c
fy 2500
Pn Ag 107,7 240550kg
1,12
Pu 70000
0,342 0,2 Rumus Interaksi 1
Pn 0,85 240550
V-6
Kontrol Balok : Mu = b Mnt
Terhadap sumbu x
Cm M
bx 1,00 Cm 0,6 0,4 1
Nu M2
1
N 7,65
cr bx 0,6 0,4
0,296 10,05
0,303
70 0,296
1
2837,088
bx 1,0
Terhadap sumbu y
Cm 2,10
by 1,0 Cm 0,6 0,4 0,905
N 2,75
1 u
N
cr by
0,905
= 0,965 by 1,00
70000
1
1162757
Muy = by . Mnty = 1 x 2,75 = 2,75 tm
Momen Nominal :
Kontrol Tekuk Lokal :
bt 302
12,583
h 234 2t f 2 12
19,5
tw 12 h 170
10,75
1680 t
106,25 w fy
fy 370 370
R 27,58
f y fr 250 70
V-7
Mx = Zx fy = 1241 x 2500 = 3102500 kg cm = 31,025 tm
MRx = Sx (fy – fr) = 1150 x 1800 = 207 0000 kg cm = 20,7 tm
12,583 10,75
M nx 31,025 31,025 20,7 29,9 tm
27,58 10,75
Terhadap sumbu y
MPx = Zy fy = 557 x 2500 = 139 2500 kg cm = 13,925 tm
MRx = Sy (fy – fR) = 365 x 1800 = 657000 kg cm = 6,57 tm
12,583 10,75
M ny 13,925 13,925 6,57 13,124 tm
27,58 10,75
Kontrol Tekuk Lateral :
LB = 450 cm
E 2 105
Lp = 1,76 iy = 1,76 x 7,16 x 356 LB
fy 250
x f L 1800 kg / cm 2
LR iy 1 1 1 X 2 f L2
fL
1
28,21,2 3 2 1 30,21,2 3
3 3
EGJA
X1 J 51,034 cm 4
sx 2
h12 28,2 2
S Iw
2
Iw I y 5520
X 2 4 4 4
GJ I y 1097431cm 6
x1 2 106 0,8 106 51,034 107,7 181057 kg 2
1150 cm
2
1150 1097431 6 cm 2
2
x 2 4
0,63095 10
0,8 10 51,034 5520
6
kg
181057
LR 7,16 1 1 x 2 f L2 1193cm
1800
Lp < LB < LR Bentang Menangah
L L B
M n Cb M R M p M R R MP
L R L
P
V-8
3,933
10,05 - 1,125 MA = 3,933 x 1,125 – 10,05 = -5,625 tm
A
1,125 MB = 3,933 x 2,25 – 10,05 = -1,20 tm
B
1,125 Nc = 3,933 x 3,375 – 10,05 = +3,225 tm
C
1,125
+ Mmax = -10,05 tm
7,65 3,933
12,5 M max
Cb 2,224 2,30
2,5 M max 3 M A 4M B 3M C
M nx 2,22420,7 31,025 20,7
1193 450 66,42 Mp
1193 350
Mnx = Mpx = 31,025 > 29,9 tm
Mnx = 29,9 tm untuk Tekuk Lokal Menentukan !
Pu 8 Mu x Mu y
1,0
Pn 9 b Mn x b Mn y
70 8 10,05 2,75
0,342 0,332 0,207
0,85 240,55 9 0,9 29,9 0,9 13,124
= 0,859 < 1,00 (OK)
Propil kuat memikul beban tekan dan momen lentur !
2. Kolom Bergoyang
L = 400 cm Pu = 110 t
V-9
Penampang Kolom :
h 314 bf 402
20,93 13,4
tw 15 h 2t f 2 15 bf
R R
665 t 2 t
R 42,93 w
R
250
16,14 f
fy
fy
Penampang tidak langsing !
fy
1,32 400 max 51,15 c 0,564
x 31,81 E
16,6
0,25 c 1,2
1,22 400
y 51,15 1,43
9,54 1,17
1,6 0,67
fy Pu 110000
Pn Ag 366064 kg 0,354 0,2 (Rumus 1)
Pn 0,85 366064
Untuk Portal tak Bergoyang
0,82 400 2E
x 19,76 N crbx 2 Ag 9014749kg
16,6
0,76 400 2E
y 31,87 N crby 2 Ag 3466387kg
0,54
Momen Balok : Mu = b Mnt + s Met
Terhadap sumbu x :
5,25
Cm Cm 0,6 0,4
bx 1,0 6,55
Nu
1 0,279
N nbx
0,279
0,282 bx 1,00
110
1
9014,749
Ncrsx 83496t
V - 10
1 1
sx 1,033
Nu 2640
1 1
N crsx 83406
Terhadap sumbu y :
Cm 1,26
by 1,00 Cm = 0,6 – 0,4 0,345
1
Nu 1,98
N crby
0,345
0,356 by 1,0
110
1
3466,387
Kalau diketahui : Nuy 2640t
Ncrsy 32472t
1 1
sy 1,088
Nu 2640
1 1
N 32472
crsy
Nuy = by Nnty + sy Nety = 1 x 1,98 + 1,088 x 3,24 = 5,50512 tm
Momen Nominal :
Kontrol Tekuk Lokal :
bf 402
13,4
h 314 2t f 2 15
20,93
tw 15 h 170
p p 10,77
1680 t
p 108,44 w fy
fy 370 370
R 28,38
f y fr 240 70
V - 11
Terhadap sumbu x :
13,4 10,97
M nx 65,52 65,52 42,84 62,354tm
28,38 10,97
Terhadap sumbu y
13,4 10,97
M ny 29,4 29,4 13,736 27,214tm
28,38 10,97
Lateral Buckling :
Lb = 400 cm
Lb < Lp
E 2 105
Lp = 1,76 iy = 1,76 x 9,54 = 484,7
fy 240
Bentang pendek Mn = Mp
Pu 8 M ux M uy
1,00
c Pn 9 p M nx b M ny
V - 12
BAB VI
SAMBUNGAN BAUT
6.1. Pendahuluan
Dasar perhitungan untuk sambungan baut dan sambungan paku keling
adalah sama. Hanya saja, cara pelaksanaannya maupun bahan yang dipakai
berbeda. Pada baut, pelaksanaannya lebih sederhana dibanding dengan paku
keling. Karena pada paku keling pemasangannya perlu pemanasan dan
pemukulan, lebih banyak diperlukan waktu dan keahlian teknisinya.
Rata
Keluar
VI - 1
6.2. Tipe Sambungan
Fungsi sambungan, disamping menyatukan element-element pada suatu
konstruksi menjadi satu kesatuan, juga berfungsi sebagai penyalur beban dari satu
bagian kebagian yang lain.
Pada dasarnya tipe sambungan ada 2 macam :
a. Sambungan “Lap” (Gambar a)
Pada sambungan ini terjadi kelemahan akibat tidak segarisnya garis kerja
gaya pada pelat satu terhadap yang lain. Sehingga akan terjadi momen
sebagai beban tambahan. Untuk sambungan tipe ini biasanya hanya
dipakai pada batang-batang kecil.
b. Sambungan “Butt” (Gambar b)
Pada sambungan ini, garis kerja gaya akan terletak pada “satu garis”.
Sambungan ini juga sering disebut “bertampang dua”.
P P
P/2
P/2 P
(a) (b)
VI - 2
(a) (b)
(c) (d)
(e)
S2
S2
S1 S S S1
VI - 3
3 db < S < 15 tp atau 200 mm db – diameter nominal baut
1,5 db < S1 < (4 tp + 100) atau 200 mm tp – tebal plat tertipis
* < S2 < 12 tp atau 150 mm
VI - 4
Kuat Rencana :
Rd = f Rn f = 0,75 faktor reduksi
6.7. Pada baut Tipe Tumpu Menerima Beban Kombinasi Geser Dan Tarik
Baut yang memikul beban geser berfaktor Vu dan gaya tarik berfaktor Tu,
secara bersamaan harus memenuhi kedua pernyataan sebagai berikut :
Vu
f uv r1 f f u m
b
n Ab
Tu
Td f Tn f f t Ab
n
f t f1 r2 f uv f 2
VI - 5
6.8. Baut Mutu Tinggi Tipe Gesek (Friction Type)
Baut tipe geser ini didalam pemakaiannya perlu perhatian yang cukup,
baik pada saat penggambaran yang harus dinyatakan dengan jelas tipe bautnya,
maupun didalam pelaksanannya harus dikerjakan dengan teliti dan pengawasan
yang cukup ketat.
N
P
P P = N
N gaya tekan baut yang harus dicapai pada proses pengencangan baut.
koefisien gesek antar pelat
Daya salur beban ini ditentukan oleh besarnya gaya tarik baut pada saat
pengencangan yang akan menimbulkan N dan kekasaran permukaan pelat yang
menentukan besarnya koefisien gesek . Oleh karena itu besaran kedua harga
tersebut (N dan ) harus dijamin terjadi pada saat pelaksanaan.
Besarnya harga tarik minimum dapat diambil pada table 18.2.1 diperaturan.
VI - 6
a. Baut hanya menerima beban geser (Vu)
Kuat geser nominal :
Vn = 1,13 m Tb dimana – koefisien geser
m – jumlah bidang geser
Tb – gaya tarik min
Kuat rencana :
Vd = Vn = 1 untuk lubang standar
= 0,85 untuk lubang selot pendek dan lubang besar
= 0,7 untuk lubang selot panjang arah kerja beban
= 0,60 untuk lubang selot panjang // arah kerja beban
Pu Pu
n n
Pu Pu
VI - 7
Tiap baut menerima beban geser :
Pu
Vu Vd f Vn
n
f = 0,75
Pu - beban befaktor
n – jumlah baut
Vd – kuat rencana baut
Vn – kuat nominal baut
Contoh :
1. Suatu sambungan pelat ukuran 250 x 12 dengan baut tipe tumpu 25, dengan
susunan seperti tergambar. Bila pelat dari baja BJ 37 dan baut dari baja BJ 50,
pembuatan lubang dengan bor dan ulir tidak pada bidang geser baut,
berapakah beban berfaktor Pu maximum yang dapat dipikul?
50
Pu 75 Pu
75
50
50 75 50
Pu
Pu
Kekuatan pelat :
Ag = 25 x 1,2 = 30 cm2
Kuat leleh : Pu = t . Ag fy
= 0,90 x 30 x 2400 = 64.800 kg
perlemahan = baut + 1,5 = 25 + 1,5 = 26,5 mm
An = 30 – 3 x 2,65 x 1,2 = 20,46 cm2
Ae = An = 1 x 20,46 cm2
Kuat Putus : Pu = t . Ae fu
= 0,75 x 20,46 x 3700 = 56.776 kg
VI - 8
Kekuatan Baut
Kuat geser : Vd = f . r1 fub Ab m Ab = 2,52 =4,9 cm2
4
= 0,75 x 0,5 x 5000 x 4,9 x 1 m=1 r1 = 0,50
Vd = 9187,5 kg menentukan !
2. Suatu sambungan seperti tergambar, menggunakan baut mutu tinggi tipe gesek
16, permukaan bersih dan lubang standard. (pembuatan dengan bor). Bila
pelat baja dari BJ 41, berapakah beban berfaktor Pu maximum yang dapat
dipikul.
40
Pu 60 Pu
60
40
50 100 50 50 100 50
Pu 6 10 Pu
6
Kekuatan Pelat :
Ag = 20 x 1 = 200 cm2
Kuat leleh : Pu = t Ag fy
= 0,9 x 20 x 2500 = 45.000 kg
VI - 9
perlemahan = 16 + 1,5 = 17,50 mm
An = 20 – 3 x 1,75 x 1 = 14,75 cm2
Ae = An = 1 x 14,75 = 14,75 cm2
Kuat Putus : Pu = t Ae fu = 0,75 x 14,75 x 4100
Pu = 45356,25 kg
Kekuatan Baut :
Vd = 1,13 m n Tb =1 lubang standard
= 1 x 1,13 x 0,35 x 2 x 9500 = 0,35 permukaan bersih
= 7514,5 kg m=2 2 bidang geser
Tb = 9500 kg (16 dari Peraturan).
Kekuatan Sambungan :
Pu = n Vd = 6 x 7514,5 = 45087 kg
Beban Pu max = 45.000 kg (kekutan leleh plat menentukan)
VI - 10
Sebagaimana kita ketahui, saat pemasangan baut dikencangkan kuat-kuat,
sehingga antara plat yang disambung akan terjepit oleh gaya tarik baut,
yang selanjutnya akan memberikan kekuatan gesek pada sambungan
tersebut. Pada cara elastis ini andil gesekan ini tidak diperhatikan.
Pu Pu
e Pu M = Pu x e Pu x e
= = +
A B
Mu
K7
K8
K9
R
cg
K11 1
K10 0
K12
VI - 11
n
M u K ui ri K1 r1 K 2 r2 ........ K12 r12 (1)
i 1
K ui K u 2 K u 3 K
dan dan seterusnya = u12 (2)
r1 r2 r3 r12
Kalau masing-masing beban paku dinyatakan dalam K1
K1r1 Kr Kr Kr
K1 ; K 2 1 2 ; K 3 1 3 ; K12 1 12 (3)
r1 r1 r1 r1
K
r
1
2
r2 2 ............. r12 2 K1 n 2
M u u1
r1
ri
r1 i n
(4)
Kalau beban K tadi kita uraikan kearah vertikal dan horizontal, maka
perumusannya adalah sebagai berikut :
y
KUi
yi
Sin i =
ri
ri Ki
yi Kvi xi
Cos i =
ri
i
x
xi
VI - 12
KHi = Ki sin i Kvi = Ki cos i
M u ri yi M u ri xi
= =
r 2 ri r 2 ri
M u yi M u xi
K Hi K Hi
r 2 r 2
dimana : r 2 x2 y 2
Kalau kita kembali pada contoh, maka
Akibat (A) dan (B), paku memikul beban :
P
Akibat (A) KVA =
n
M y
Akibat (B) K
r 2
Hi
B
M x
K Vi
B r 2
Total beban yang diterima :
KU K VA KViB K
2
Hi B
2
< Rn
Pu Pu
+ eaktual = 6 in eaktual = 5 in
baut 1 baris baut 2 baris
VI - 13
1 2 4 1 3
eefektif = 6 - eefektif = 5 -
4 2
= 3,75 m =3m
Penyelesaian selanjutnya dikerjakan dengan cara elastis, dengan didalam
perhitungan momen torsi memakai eefektif.
e
e’ ?n
d1 d2
R1
R2
d3
O
d6 R4 o : pusat sesat perputaran
R5 cq
R6
Jika pada baut yang terjauh mulai terjadi slip atau leleh, sambungan belum
gagal.
Bila momen bertambah, baut yang lebih dekat akan menahan beban
bertambah besar, dan kegagalan tidak terjadi sebelum semua baut slip atau
leleh.
Pada beban eksentris ini cenderung terjadi baik rotasi maupun translasi
pada bahan sambungan, dan pengaruhnya sama dengan perputaran
sambungan terhadap suatu titik yang disebut pusat sesaat perputaran, pada
gambar terhadap O. Pusat sesaat perputaran ini berjarak e’ dari titik berat
sambungan.
Deformasi dari baut-baut ini dianggap bervariasi tergantung pada jarak
baut dari pusat sesaat perputaran. Beban geser ultimate yang dapat
diterima oleh baut tidak sama dengan Ru baut, tapi tergantung pada
deformasi dari baut.
VI - 14
Crawford dan Kulak mendapatkan hubungan sebagai berikut :
R = Rult (1 - e-10 )0,55
= total deformasi dari baut
Rult = beban ultimate rencana baut : Ru
Baut terjauh deformasinya diambil = 0,34 in dan deformasi baut lainnya
dapat dihitung sebanding dengan jarak d.
Gaya yang diterima oleh masing-masing baut dinyatakan dengan R dengan
arah tegak lurus garis hubung (d).
Titik O ini dicari dengan coba-coba, sehingga didapat keseimbangan :
a). V 0 Pu - Rv 0 (Total gaya vertical = 0)
Contoh :
1. Suatu sambungan terdiri dari 4 baut seperti gambar. Ru baut = 27 kip.
Diminta menentukan Pu dengan :
a). cara elastis
b). cara reduksi eksentrisitas
c). cara ultimate
y 2 x 2 4 32 1,52 45in2
3 in Pu
Pu
akibat Pu Pv b cg
4 3 in
5Pu 1,5 Pu
Pv D
45 6
akibat Mu 3 in
5Pu 3 Pu
PH 1,5 in
45 3
VI - 15
1 1
Pv Pu 0,4166666Pu
4 6
1
Ptotal 0,4166666Pu Pu 2 0.5335936Pu 27 Kips
2
3
Pu = 50,6 k
VI - 16
Dari hasil diatas terlihat cara reduksi eksentrisitas memberikan hasil Pu
yang terlalu besar, dibandingkan dengan dua cara lain, ini dapat
dimengerti karena rumus pendekatannya agak kasar, terutama pada
eksentrisitas yang relative kecil.
Spesifikasi LRFD (AISC) hanya menentukan cara menghitung kekuatan
sebuah baut (Ru), tidak menentukan bagaimana cara menghitung beban
baut pada sambungan geser eksentris.
SKSNI mengharuskan beban baut dihitung dengan cara ultimate.
No x y d R Rv R.d
in in in in Kips Kips Kips cm
1 1,5 3 3,3541 0,211 25,15 11,25 84,36
2 4,5 3 5,4083 0,34 26,50 22,05 143,32
3 1,5 3 3,3541 0,211 25,15 11,25 84,36
4 4,5 3 5,4083 0,34 26,50 22,05 143,32
66,60 455,36
M 0 Pu e e R d
R d 455,36
Pu 56,92 Kips
e e 5 3
V = 0 Pu = RV 56,92 66,60 SALAH
VI - 17
Dari beberapa kali mencoba didapat e’ = 2,40 in
No x y d R Rv R.d
in in in in Kips Kips Kips cm
1 0,9 3 3,1321 0,216 25,24 7,23 79,06
2 3,9 3 4,9204 0,34 26,50 21,00 130,39
3 0,9 3 3,1321 0,216 25,24 7,23 79,06
4 3,9 3 4,9204 0,34 26,50 21,00 130,39
56,46 418,90
Rd 418,90
M 0 Pu 56,61Kips
e e 5 2,4
V = 0 P u = RV 56,61 56,460 OK
Pu = 56,60 Kips
16 in Pu
1,5 in
3 in
tp = 16 mm
3 in
3 in
3 in
cg
1,5 in
D tf = 18 mm
1,5 in 5,5 in 1,5 in
VI - 18
a). Cara elastis
Mu = 16 Pu
y2 = 4 (32 + 62) = 180 in2
2
5,5
x2 = 5 x 2 x = 75,625 in
2
2
x2 + y2 = 255,625 in2
Pu
akibat Pu : Pv1 = = 0,1 Pu
10
16 Pu 2,75
Pv2 = = 0,1721271 Pu
255,625
Akibat Mu :
16 Pu 6
PH = = 0,3755501 Pu
255,625
Pv = 0,2721271 Pu
VI - 19
c). Cara ultimate : b = 3 ; D = 5,5 ; xo = 16 ; = 0
C = 2,64
Pu = 2,64 . 5,735 = 15,14 ton
d). Bila pada contoh diatas propel baja yang dipakai BJ 37 dan baut yang
dipakai baut tipe tumpu dari BJ 50 ulir tidak pada bidang geser, berapa Pu ?
Ab 22 3,14
Kekuatan Baut : 4
r1 0,50 m 1
VI - 20
Untuk sambungan geser eksentris, jumlah baut paku harus direncanakan
dulu, baru dikontrol kekuatannya. Sebagai penafsiran jumlah paku awal,
bisa dipakai rumus pendekatan :
6 Mu
n
Ru
n - jumlah baut
Mu - momen berfaktor yang diterima
- jarak vertikal antar paku
Ru - kekuatan rencana baut
Rumus ini berlaku untuk beban Mu saja dan baut hanya 1 (satu) deret.
Untuk beban Mu dan Pu, nilai Ru direduksi
Untuk baut lebih dari 1 deret, nilai Ru dinaikkan.
e Pu P
M=Pu.e
Pu
M=Pu.e
= = +
A + B
Untuk sambungan dengan beban (A), maka beban menjadi geser sentries,
Pu
sehingga beban Pu dibagi secara merata pada tiap baut K u .
n
VI - 21
Untuk sambungan pembebanan (B), momen M merupakan momen yang
menyebabkan sambungan melentur, dimana bagian atas akan mendapat tarikan
dan bagian bawah tekanan.
Bila alat penyambung digunakan baut mutu tinggi tipe gesek, maka akibat
dari pengencang baut akan memberikan gaya tekan pada bidang sambungan, tapi
bila digunakan baut biasa (tipe tumpu) maka gaya tekan ini dapat diabaikan.
Untuk sambungan baut tipe tumpu ini, dapat diselesaikan dengan cara
elastis atau ultimate sedangkan sambungan baut tipe geser diselesaikan dengan
memperhitungkan gaya tekan.
Mu=Puxo
Tu1
Tu2
Tu3 d1
d2
Tu4 d3
d4
VI - 22
Kalau persamaan (2) di substitusikan ke persamaan (1) maka didapat :
2 2 2 2
Tu1 d1 Tu1 d 2 Tu1 d3 Tu1 d 4
Mu
d1 d1 d1 d1
Tu1 n 2
Mu di (3)
d1 i 1
Maka beban tarik pada masing-masing paku/baut :
M u d1 M u d2 M u d3 M u d4
Tu1 n
; Tu 2 n
; Tu 3 n
; Tu 4 n
di2 di2 di2 di2
i 1 i 1 i 1 i 1
Kalau diamati, maka beban tarik max akan diterima oleh paku/baut yang
terjauh dari titik putar.
Baut menerima beban geser sebesar :
Pu Vu
Vu f uv r1 f f b m
b
n Ab
M u d max
Beban tarik max : Tu max Td f Tn
d 2
Td = f ft Ab f = 0,75
ft = f1 – r2 fuv < f2 Peraturan 13.2.2.3
Mu
VI - 23
A
be n
ya
y1 h
Luasan
Transpose
yb g.n
yb b
b yb2 = be ya2 e
ya b
ya + yb = h
Dari persamaan (1) dan (2), ya dan yb dapat dihitung.
Momen inertia dari luasan Transpose :
1 1
I be ya b yb
3 3
3 3
M ya
Tegangan tarik max : f max
I
Pada paku/baut yang terjauh dari garis netral (g.n) menerima tegangan :
M u ymax
fu ymax = jarak baut terjauh dari garis netral
I
Baut terjauh memikul beban max tarik :
Tu = Ab . fu < f ft Ab
VI - 24
Pu
Beban geser : Vu
n
Vu
f uv r1 f f b m
b
Ab
ft = f1 – r2 fuv < f2 Peraturan 13.2.2.3
Vu
Nu
4 T
3 T d4
2 T d3
d2 gn
1 a
fy (pelat)
b
- Akibat momen terjadi tegang tekan yang dipikul pelat dan tegangan
tarik yang dipikul oleh baut.
- Garis netral didapat dari keseimbangan gaya tekan = gaya tarik.
fyp . a . b = T T gaya tarik pada 1 baut fyp – tegangan leleh pelat
Baut selain memikul tarik, juga memikul beban geser
V
f uv u f r1 f u kontrol geser
b
Ab
Kontrol tariknya :
Tu < Td = f ft Ab dimana ft = (1,3 fb – r2 fu )< fu
Anggap beban tarik baut = Td (diambil dari Td tarik murni dan
kombinasi geser tarik mana yang
terkecil)
T
Cari garis netral a
f yp b
VI - 25
6.11.2. Baut mutu tinggi : tipe gesek (Friction type)
e Pu
100
ymax
yn 100
100
100
Ab M u yi M u yi
Tbaut = Ab . f =
Ab yi yi
2 2
M u ymak
Tmak = Tu =
y 2
Tu Pu
Vsisa = Vn 1 dimana : Vn = 1,13 m Tb
1,13 Tb n
Contoh : Pu = 20 t e = 50 cm baut 20
Mu = 20000 . 50 = 1000000 kg cm
y2 = 4 (102 + 202) = 2000 cm2
1000000 20
Tu = 10000 kg
2000
20 Tb = 14,5 t
Vn = 1,13 . 0,35 . 1 . 14,5 = 5,73 ton = 0,35 (permukaan bersih)
VI - 26
Tu
Vsisa = Vn 1 = 1 (lubang standard)
1,13 Tb
10
= 1 . 5,73 1
1,13 14,5
Vs = 2,23 ton
20
Vu = = 2 ton
10
Vs > Vu ok
Contoh :
1. Suatu sambungan konsol seperti tergambar.
250 Pu=40 t be
50
100
100 ya
100
Pot.WF 100
50 yb g.n
200 = b
WF 500 x 200 x 10 x 16 200
VI - 27
A. Cara Luasan Transformasi
Mu = Pu x e = 40 x 250 = 10.000 t cm
A n 4,9 2
Baut 25 A = 4,9 cm2 be 0,98 cm
10
ya b 20,0
4,5175
yb be 0,98
ya = 4,5175 yb ya + yb = 50 cm
4,5175 yb + yb = 50 yb = 9,06 cm
ya = 40,94 cm
I b yb be ya 209,063 0,9840,94
1 3 1 3 1 1 3
3 3 3 3
I = 27373 cm
My
Baut teratas memikul tegangan : f max
I
f max
40000 25040,94 5 1313kg / cm 2
27373
- Beban tarik pada baut teratas :
Tu = fmax . Ab = 1313 x 4,9 = 6433,70 kg < Td ulir = 13781,25kg ok
- Kontrol geser :
Pu 40000
Vu 4000kg Vd 9187,50
n 10
Vu 4000
f uv 816,33 kg / cm 2
f uv f 0,5 f u
b
Ab 4,9
f 0,5 f u b 0,75 0,50 5000 1875kg / cm 2
VI - 28
B. Cara Pendekatan (Titik Putar) Tmax
M u ymax
Tu max 100
y2
100
1000000 40 400
=
2 10 202 302 402
2
100
100
300
100 100
Tumax = 6666,67 kg < Td ulir
Titik putar
- Kontrol geser sama dengan diatas
- Kontrol tarik (pada interkasi geser + tarik) dan perhitungan diatas
Td = 18375 kg
Tumax < Td
250 Pu=40t
50
100
100
100
100
50
200
Mu = 25 x 40 100 ton cm
Pu = 40 t
- Kontrol geser :
Pu 40000
Vu 4000kg
n 10
Vu 4000
f uv 816,33 kg / cm 2
f uv f 0,5 f u
b
Ab 4,9
f 0,5 f u b 0,75 0,50 5000 1875kg / cm 2
VI - 29
- Beban tarik : (interaksi geser + tarik)
Td = f ft Ab ft = (1,3 fub – 1,5 fuv) < fub = 5000 kg/cm2
= (1,3 x 5000 – 1,5 x 816,33) = 5275,5 kg/cm2
ft = 5000 kg/cm2
Td = 0,75 x 5000 x 4,9 = 18375 kg = T
T = Td ulir = 13781,25
Td ulir = 13781,25 kg
(anggapan benar)
Momen Rencana yang dapat dipikul sambungan :
0,9 f y a 2b
Mn T d
2
0,9 2400 2,87 20
= 2 13781,25 (2,13 + 12,13 + 22,13 + 32,13 + 42,13)
2
= 21615 + 3049791
Mn= 3061949 kg cm
Mu = 1000.000 kg cm < Mn ok
Sambungan cukup kuat menerima beban momen.
3. Sambungan konsol dengan baut tipe gesek 20 (lubang standard) seperti
tergambar.
500 Pu=20t
20 Tb = 145 kN
permukaan bersih
S = 0,35
S
S
S
VI - 30
Ibaut = Ab (102 +202) 2 . 2 = 2000 Ab
M u ymax 1000000 20 10000
fbaut teratas = kg / cm
I 2000 Ab Ab
Tbaut = Af . f = Ab x f = 10000 kg = Tu
Kekuatan baut :
Vn = 1,13 . 0,35 . 1 : 14,5 t = 5,73 t
T
Vd = Vb 1 u f = 1 (lubang moment)
1,13Tb
10
= 1 . 5,73 1
1,13 14,5
Vd = 2,23 t
Vu = 20/10 = 2 t Vd > Vu ok
atau langsung mencari T sambungan kuat
y2 = 4 (102 + 202)
= 2000
1000000 20
T = 10000kg
2000
e Pu
150
50 A
100
100 t = 16
100 cg
50 B
100 100 35
14 16
VI - 31
Berapakah beban Pu max yang dapat dipikul.
a). Cara elastis
b). Cara eksentrisitas yang direduksi
Ab 1,92 2835cm 2
4
S1 = 50 mm > 1,5 db
S = 100 mm > 3 db
Baut Tipe Tumpu 19 BJ 50 fu = 5000 kg/cm2
Kuat rencana geser : Vd = Vn = 0,75 r1 fu Ab m
= 0,75 x 0,50 x 5000 x 2, 835 x 1
Vd = 5315,625 kg menentukan !
Kuat rencana tumpu : Rd = Rn = 0,75 x 2,4 db tp fu
= 0,75 x 2,4 x 1,9 x 1,4 x 3700
Rd = 17715,60 kg > Vd
Kutotal = K r 2 K h 2
2
P
0,1413Pu 0,212 Pu 0,3089 Pu Vn
2
=
12
0,3089 Pu < 5315,625 kg
Pu < 17208 kg Pumax = 17208 kg
VI - 32
b). Cara “Eksentrisitas Direduksi”
Pu Pu
- Akibat beban sentries Pu : Ku v1 kg
n 12
Mu = 26,15 Pu kg cm
12
Pu < 20358 kg
Pu max = 20358 kg
VI - 33
250 Pu = 40 t
50 Tmax
100
100
100
100
50
35 35
POT. WF
titik putar
WF 500 x 200 x 10 x 16 200
Kuat rencana baut : Ab = (1,9)2 = 2,835 cm2 m = 1 , r1 = 0,5
4
Geser : Vd = . 0,5 fu Ab . m
= 0,75 x 0,5 x 5000 x 2,835 x 1 = 5315,625 kg
Tumpu : Rd = 2,4 db tp fu S1 = 50 > 1,5 d
= 0,75 x 2,4 x 1,9 x 1,6 x 3700 = 20246,4 kg
Tarik (ulir) : Td = 0,75 fu Ab
= 0,75 x 0,75 x 5000 x 2,835 = 7973,4375 kg
VI - 34
Kontrol interaksi geser dan tarik :
Vu 4000
fuv = = 1410,93 kg/cm2 < 0,75 x 0,5 x 5000 = 1875 kg/cm2
Ab 2,835
ft = (1,3 fub – 1,5 fuv) < fub
= (1,3 x 5000 – 1,5 x 1410,93) = 4383,605 kg/cm2 < fu = 5000
ft = 4383,605 kg/cm2
Td = t ft Ab = 0,75 x 0,75 x 4383,605 x 2,835 = 6990,48
Tu max = 6667 kg < Td = 6990,48 kg
SAMBUNGAN CUKUP KUAT!
be
50
100
100 ya
100
100 g.n
50 yb
b=200
200
ya b 20
yb be 0,567
= 5,94
VI - 36
ya = 5,94 yb
ya + yb = 50
yb = 7,21 cm
ya = 42,79 cm
C. Cara Ultimate :
- Beban geser : sama dengan (A)
- Kuat rencana tarik : dari (A)
Pada ulir : Td = 7973 kg (menentukan!)
Pada batang baut (interaksi geser dan tarik) :
Td = 6990,48 kg < Td ulir
dipakai T = 6990,48 kg
akibat momen lentur : Mu = 1000000 kg cm
mencari garis netral : anggap dibawah baut terbawah
T 10 6990,48
a b fy = T a=
bf y 20 2400
VI - 37
0,9 20 1,462 2400
+ 2 x 6990,48 (3,54 + 13,54 + 23,54 + 33,54 + 43,54)
2
= 59521 + 1631578
Mn = 1691099 kg cm
Mu = 1000000 kg cm < Mn ok.
50
2T
100
2T
100
2T
100
2T
100
a 2T c
50 gn
fy
200
6. Sambungan konsul seperti tergambar. Baut tipe tumpu 16 (BJ 50, ulir
diluar bidang geser), propil BJ 37.
200 Pu = 30 t
40
80
80
80
80
40
WF 400 x 300 x 10 x 16
50 200 50
VI - 38
Propil BJ 37, baut biasa 16, BJ50, (ulir diluar bidang geser)
Ab (1,6)2 = 2,01 cm2
4
600000 32
=
2 8 162 242 322
2
= 5000 kg < Td (ulir) 5653,125 kg
Tu max
32
16 24
8
Titik putar
VI - 39
Kontrol interaksi tarik dan geser :
T d = f t Ab ft = 1,3 fu – 1,5 fuv < fu = 5000 kg/cm2
= 1,3 x 5000 – 1,5 x 1492,54
ft = 4261,19 kg/cm2 (yang dipakai)
Td = 0,75 x 4261,19 x 2,01 = 6423,74 kg > Tu max = 5000 kg
Sambungan cukup kuat memikul beban Pu = 30 t
Mu be
40
80 =
80 ya
80
80 gn
40 yb
b=300
ymax=ya-4
300
b = 30 cm
Ab n 2,01 2
be 0,5025cm
8,0
yb b 0,5025
Letak garis netral e 0,1294
ya b 30
yb = 0,1294 ya
ya + yb = h
ya + 0,1294 ya = 40 ya = 35,417 cm yb = h – ya = 4,583 cm
1 1
Ix = b yb3 + be ya3 = 8404 cm4
3 3
VI - 40
M u ymax 600000 31,417
fbaut max = = 2243 kg/cm2
Ix 8404
Tu max = f max x Ab = 2243 x 2,01 = 4508,44 kg < Td
Tu max < Td ulir = 5653,125 kg
< Td (interaksi geser tarik) = 6423,74 kg
c). Bila dipakai baut tipe gesek (Friction Type), berapakah diameter baut
yang diperlukan. (permukaan pelat bersih, lubang standard).
200 Pu = 30
t
Mu = Pu x e
40
80
80
gn
80
80
40
Pu
Akibat beban geser sentries : Pu = 30 t Ku = = 3000 kg
n
Akibat beban momen lentur : Mu = 600000 kg cm
M u ymax 600000 16
Tu max 7500 kg
yi
2
4 82 162
Kuat nominal geser baut :
Vn = 1,13 m Tb = 1,13 x 0,35 x 1 Tb = 0,35 (bersih)
= 0,3955 Tb
Kuat rencana geser ada interaksi dengan beban tarik
T
Vd = Vn 1 u = 1,00 (lubang standard)
1,13Tb
7500
= 1,0 x 0,3955 Tb 1
1,13Tb
VI - 41
Vd = 0,3955 x Tb – 2625 kg > Ku = 3000 kg
Tb > 14222,5 kg
Baut tipe gesek yang dipakai 20 Tb = 145 kN > 14222,5 kg
x q
A I B
Bid. D
DI
Bid. M
MI
Pada potongan I akan terjadi gaya lintang sebesar DI dan momen lentur
sebesar MI.
I
DI
MI
VI - 42
I badan
o Badan menerima : M bd MI
I propil
Sambungan Sayap :
Momen yang dipikul sayap, dijadikan sepasang gaya kopel, sehinga
sambungan pada sayap menerima beban geser sentries sebesar gaya
kopel tersebut :
M sayap
T T
h
h
h - tinggi propil
T
Msayap
Sambungan Badan :
Momen pada pelat badan dan gaya lintang, akan bekerja sebagai beban
geser eksentris dan momen puntir pada sambungan pelat badan.
DI Mbadan
Contoh :
Balok dari propil WF 500 x 200 x 9 x 14 BJ 37
Pu Pu
Pu = 14440 kg
A B qu = 120 kg/m’
1,50 m RA = ½`qu l + Pu = ½ (120) 7,5 + 144
VI - 43
Rencanakan sambungan balok pada jarak 1,50 m dari dengan sambungan
baut tpe tumpu,BJ 41.
I bd
1
0,949,63
M u badan M u 12 22200 4848,92
I prop 41900
Sambungan sayap :
Direncanakan dengan baut biasa 19 (BJ41) (ulir tidak dibidang geser)
Ab = (1,9)2 = 2,835 cm2
4
S1 > 1,5 db ; S > 3 db
Pelat buhul t = 14 mm sama dengan tf
Kuat nominal baut :
Geser Vn = r1 fu Ab m
= 0,5 x 4100 x 2,835 x 1 = 5811,75 kg (menentukan)
Tumpu Rn = 2,4 db tp fu
= 2,4 x 1,9 x 1,4 x 3700 = 23620,8 kg > Vn
Momen sayap Mu = 17351,08 kgm
M u 1735108
Gaya kopel sayap Tu 34982kg
d 49,6
Tu
Jumlah baut yang diperlukan : n
Vn
34982
n 8,03 dipasang 10 baut
0,75 5811,75
VI - 44
Sambungan pelat badan :
Beban yang bekerja : Du = 14710 kg
Mu bd = 4848,92 kgm
Direncanakan baut bisa 19 (BJ41), 2 deret, = 100 m
Ulir tidak pada bidang geser
S1 > 1,5 db ; S > 3 db
Pelat simpul 2 x 6 mm
Kuat rencana baut :
Geser Vd = Vn = 0,75 x r1 fu Ab . m
= 0,75 x 0,5 x 4100 x 2,835 x 2 = 8717,625 kg (menentukan)
Tumpu Rd = Rn = 0,75 x 2,4 x db x tp x fu
= 0,75 x 2,4 x 1,9 x 0,9 x 3700 = 11388,6 kg >Vd
Dengan cara elastis :
Momen yang bekerja pada titik berat sambungan badan :
Mu total = Mu bd + Du x e e ~ 90 mm
= 4848,92 + 14710 x 0,09
Mu T = 6172,82 kgm
6 Mu
Perkiraan jumlah baut : n
Ru
6 617282
n 7,11 dicoba 8 baut
100,70 1,2 8717,625
40 100 40 40 100 40
50
100
100
100 cg
50
VI - 45
Du 14710
Akibat Du : K uv1 1838,75 kg
n 8
Akibat MUT : (x2 + y2) = 8(52) + 4(52 + 152) = 1200
M UT x 617282 5
Kuv2 2572 kg
x y
2 2
1200
M UT y 617282 15
KUH 7716 kg
x y
2 2
1200
40 60 60 60 60 40 40 60 60 60 60 40
40
80
80
80
80 cg
40
40 40
40 80 40 40 80 40
VI - 46
Sambungan Las
Las : Penyatuan dari dua macam logam
Cara : Pengikatan metalurgi dengan melelehkan logamnya.
electrode
coating
Faedah Coating : Melindungi logam yang meleleh dari pengaruh udara dengan
terak dan gas pelindung.
Untuk memungkinkan penambahan alloy dan bahan peleleh.
Agar penggunaan, energie/busur listrik efektif.
VI - 47
Macam-macam Sambungan Las
Las Tumpul
Las Sudut
Lack of fusien
Tidak leleh
Incomplete
penetration
Tidak terisi
VI - 48
Kekuatan Sambungan Las
Pada umumnya dipakai mutu kawat las > mutu baja
a. Las Tumpul
Las tumpul penetrasi penuh kekuatan rencana sama dengan kapasitas
nominal dengan yang lebih lemah x
Kalau bahan las mutunya > baja dasar
Kekuatannya ditentukan oleh bahan dasar yang disambung.
Las Sudut
Biasa dibuat dengan kaki yang sama
tebal las a b
te
te = 0,707.a a 2 b2
a
a
kaki las
b b
a : te = 0,707 a
w
a
syarat sambungan
l>4a
l>w
> 40 mm
w > 32 tp
VI - 49
Masih ingat
l > 2W =1
2W > l > 1,5W = 0,87
1,5W > l > W = 0,75
Bila l < 4a lefektif = 0,25l
Mengapa : Ujung las pembentukannya tidak sempurna
Luas Las : l . te
Kekuatan nominal las sudut persatuan panjang :
Kuat Nominal Las : Ru = 0,6 fu te
Logam Dasar : Ru = 0,6 fu t
Kuat Sambungan : Ru = Rn = 0,75
t < 6 mm
a<t
t > 6 mm
a < (t – 1 mm)
VI - 50
tidak ada pembatasan tapi harus
memenuhi persyaratan kekuatan
a
berimbang las dengan bahan dasar
POT : a – a
Rn (las) = Rn (logam dasar)
. 2 . a . 0,707 . 0,6 . FEXX = . 0,6 . fu . t1
V
0,6 fu t1
aef max =
2 0,707 0,6 FEXX
fu
twef = 0,707 . . t1
b b FEXX
a t1 POT : b - b
a . a . 0,707 . 0,6 . FEXX = : 0,6 fu . t2
t2
fu
aef mak =1,41 . t2
FEXX
Geser Sentris
P
Pu
f .......... ... A = (2b +d) te
A
VI - 51
Geser Puntir
e P P
P.e
= +
b
P
b M a : fvP A
h
Ip = Ix + Iy
R v
M
fm
Ip
M x
fvm
Ip
x My
fHm
Ip
Titik Mana : f paling besar ?
Pu
e Pu Mu = Pue
= +
a b
VI - 52
Pu
a f vp A Luas Las
A
M uY M u
b x fHM
Ix S
y fMH
f total fv 2 f H 2
ftotal 0,6 fu = 0,75
Untuk Desin :
Misal : te = 1 cm Hit : A, S, Ip
: fn = . 0,6 . FEXX
f total
te 1cm
fn
te
a
0,707
PL : 16 x 200
PL : 16 x 100 Baja : BJ : 37
Fu Las : F70.xx (KSI)
W 100
Fu = kapasitas batang
a=?
100
L
VI - 53
Patah :
10
L/W = =1 = 0,75
10
Ae = 0,75 . 10 . 1,6 = 12 cm2
Ru = fu . Ae = 0,75 . 3700 . 12 = 33300 kg
Kekutan batang = Fu = 33300 kg
Sambungan : Misal : te = 1 cm
A = 2 . 10 = 20 cm2
fh = 33300/20 = 1665 kg/cm2 . < fn
< fn = . 0,6 . F70xx = 0,75 . 0,6 . 70 . 703
< 2214 kg/cm2
te > 1665/2214 = 0,7518 cm
0,7518
a 1,06 cm
0,707
syarat : a mak/min
a min > 6 mm
tebal plat : 16 mm
a max < (16 - 1,6) = 15 mm
3700
a ef mak = 1,41 . 1,6 = 1,55 cm
70 70,3
> a min
a = 1,06 cm < a mak
< a ef mak
Rangka kuda-kuda
45 BJ : 37
8 60 x 60 x 6
PL : t = 8 mm
Pu
e = 1,69 cm
F70xx
115 Pu = 24 ton
VI - 54
VI - 55
BAB VII
SAMBUNGAN LAS
electrode
coating
VII - 1
7.2. Macam-macam Sambungan Las
Lack of fusien
tidak seluruh pelat leleh Tidak leleh
Incomplete
penetration
Tidak terisi
las tidak mengisi seluruh ketebalan pelat
VII - 2
7.5.1. Las Tumpul
Las tumpul penetrasi penuh kekuatan rencana sama dengan kapasitas
nominal bagian yang lebih lemah dikalikan faktor reduksi (
Kalau bahan las mutunya > baja dasar
Kekuatannya ditentukan oleh bahan dasar yang disambung.
a b
te
te = 0,707.a a 2 b2
a,b – tebal kaki las sudut
a
a te – tebal efektif las sudut
l – panjang las sudut
kaki las
a b
a : te = 0,707 a
w
a
syarat sambungan
l>4a
l>w
> 40 mm tp – tebal pelat terkecil
w > 32 tp
VII - 3
Masih ingat
l > 2W =1
2W > l > 1,5W = 0,87
1,5W > l > W = 0,75
Bila l < 4a l efektif = 0,25l
Mengapa, karena ujung las pembentukannya tidak sempurna
Luas Las = l . te
Kekuatan nominal las sudut persatuan panjang :
Kuat Nominal Las : Rn = 0,6 fu te
Kuat Nominal Logam Dasar : Rn = 0,6 fu t
Kuat Sambungan : Ru = Rn = 0,75
t < 6,4 mm
a<t
t > 6,4 mm
a < (t – 1,6 mm)
VII - 4
tidak ada pembatasan dari tebal
pelat, tapi harus memenuhi
a
persyaratan kekuatan berimbang
las dengan bahan dasar
fu
twef = 0,707 . . t1
b b FEXX
a t1 POT : b – b 1 kekuatan las = 1 kekuatan pelat (t2)
7.6.1. Geser Sentris beban disebar secara merata pada luas las.
P
Pu
f .......... ... A = (2b +d) te
A
VII - 5
7.6.2. Geser Puntir sambungan memikul beban geser sentris (a)
dan momen puntir (b)
e P P
P.e
= +
b
M x
fvm
Ip
x My
fHm
Ip
Pu
e Pu Mu = Pue
= +
a b
VII - 6
a akibat beban geser sentris Pu
f vp A Luas Las
A
M uY M u
b akibat momen lentur x fHM
Ix S
y fMH
f total fv 2 f H 2
ftotal 0,6 fu = 0,75
Untuk Perencanaan :
dimisalkan : te = 1 cm Hit : A, S, Ip
: fn = . 0,6 . FEXX
f total
tebal efektif : te 1cm
fn
te
tebal kaki las : a
0,707
Contoh : 1
PL : 16 x 200
PL : 16 x 100 Baja : BJ : 37
Fu Las : FE70.xx (KSI)
W 100
Fu = kapasitas batang
a=?
100
L
Plat Simpul Dianggap Kuat
Jawab
Kekuatan Batang
Leleh :
Ru = Ag . fy = 0,9 . 1,6 . 10 . 2400
= 34560 kg
VII - 7
10
Putus : L/W = =1 = 0,75
10
Ae = 0,75 . 10 . 1,6 = 12 cm2
Ru = fu . Ae = 0,75 . 3700 . 12 = 33300 kg < 34560 kg
Kekutan batang : Fu = 33300 kg (putus menentukan)
Sambungan : Misal : te = 1 cm
A = 2 . 10 = 20 cm2
fh = 33300/20 = 1665 kg/cm2 . < fn
< fn = . 0,6 . FE70xx = 0,75 . 0,6 . 70 . 70,3
< 2214 kg/cm2
fh
te te > 1665/2214 = 0,7518 cm
f n
te 0,7518
a a 1,06 cm
0,707 0,707
syarat : a maks/min
a min > 6 mm
tebal plat : 16 mm
a max < (16 - 1,6) = 14,6 mm
3700
a ef mak = 1,41 . 1,6 = 1,55 cm
70 70,3
> a min
a = 1,06 cm < a maks dipakai a = 11 mm
< a ef mak
FE70xx
l2 Pu = 24 ton
VII - 8
Jawab
Syarat : tebal Las.
tmak = 8mm 7 < t < 10 mm
amin = 4 mm
3700
a ef mak = 1,41 0,6 = 0,636 cm
70 70,3
amax t = 6 mm < 6,4 amax = 6 mm
3,5
Diambil : te = 3,5 mm a = = 4,95 mm
0,707
1 cm Las : Ru = . te . 0,6 . FE70xx
= 0,75 . 0,35 . 0,6 . 70 . 70,3
= 775 kg/cm
e1
F1
F1 + F2 = 12000 6
e = 1,69
F2
l2
M2 = 0
VII - 9
1,69
1 0,789
8
Ae = 0,739 . 2 . 6,91 = 10,90 cm2
Ru = . Ae . fu = 0,75 . 10,90 . 3700 = 30249 kg
Kesimpulan : Batang : 60 x 60 x 6 : kuat
B 8b3 6 b d 2 d 3 b4
Ip =
12 2b d
x 20(tb=8,5)
8 103 6 10 252 253 104
=
12 2 10 25
d = 4871,53 cm4
ALAS = 2 . 10 + 25 = 45 cm2
x Mu = P u x e
M = 11000 (30 – 2,22) = 305558 kg cm
b
akibat Pu :
11000
f vp = 244,4 kg/cm2
45
akibat Mu : (max di A dan B)
30555810 2,22
f vm = 488 kg/cm2
4871,53
305558 12,5
f hm = 784,0 kg/cm2
4871,53
Total :
VII - 10
Tebal Las : 1 cm
fn = . 0,6 . FE70xx . 1 = 0,75 . 0,6 . 70 . 70,3 . 1
fn = 2214 kg/cm2
1072
Tebal Las : te = x 1 cm = 0,484 cm
2214
0,484
a = 0,684 cm
0,707
Syarat : a min = 4 mm tmax = 10 mm >a dipakai
a mak = 10 – 1,6 = 8,4 mm >a a = 8 mm
3700
a ef max = 1,41 x x 8,5 = 9 mm > a
70 70,3
Pu PD = 25 ton
e
150
PL = 15 ton
400 LAS : EE70xx
Jawab : te = 1 cm
A = 2 x 30 = 60 cm2
S = b x d = 40 x 30 = 1200 cm2
Pu = 1,2 . 25 + 1,6 . 15 = 54 ton
Mu = 15 . 54 = 810 + cm = 810000 kg cm
fn = . 0,6 . E70 = 0,75 . 0,7 . 70 . 70,3
= 2214 kg/cm2
akibat Pu :
54000
f vp = 900 kg/cm2 f rp f hm
2 2
ftotal =
60
akibat Mu : = 9002 6752
810000
f HM = 675 kg/cm2 ftotal = 1125 kg/cm2
1200
VII - 11
f total 1125
te 1cm 0,50813cm
f n 2214
te 0,50813
a = 0,719 cm
0,707 0,707
Syrat : a min > 5 mm < a tmax = 14 mm
a mak < 14 – 1,6 = 12,4 mm > a
Contoh : 5 dipakai a = 8 mm
200 Pu = 20 t
x e
A Baja Propil/Pelat BJ 37
Bahan Las FE70xx
320 b = 20 cm d = 32 cm
cg Anggap tc = 1 cm
b2 202
B x 5,56 cm
200 t = 14 2b d 2 20 32
30
A = 2b + d = 2 x 20 +32 = 72 cm2
VII - 12
ftotal fv 2 f h 2 277,78 618,472 685,292
= 1128,22 kg/cm2
Kuat rencana Las : fn = 0,75 x 0,6 x 70 x 70,3 = 2214,45 kg/cm2
f total 1128,22
tc perlu 0,51cm
f n 2214,45
tc
a perlu 0,72 cm
0,707
Kontrol a amin = 5 mm tpelat max = 14 mm
amax = tp – 1,6 = 14 – 1,6 = 12,4 mm
3700
amax ef = 1,41 x 10 10,6 mm
70 70,3
dipakai a = 8 mm
Contoh : 6
Pu = 16 ton
150 - Mutu Propil/Pelat BJ 37
e
- Mutu Las E70xx
14 16
VII - 13
b 20 cm b2
x 5,333cm
d 35 cm 2b d
tc = 1 cm e = 15 + 20 – 5,33 = 29,667 cm
A = 2b + d = 75 cm2
8b3 6 bd 2 d 3 b4
Ip 19023cm 4
12 2b d
Akibat Beban Geser Pu
Pu 16000
fv p 213,33 kg / cm 2
A 75
Akibat Beban Momen Geser Puntir :
Mu = Pu x e = 16000 x 29,667 = 474667 kg cm
f max pada titik A dan B x = 20 – 5,333 = 14,667 cm
y = 17,5 cm
M u x 474667 14,667
f vm 366 kg / cm 2
Ip 19023
M u y 47466717,5
f hm 437 kg / cm 2
Ip 19023
tc
a 0,46 cm < a min dipakai a = 6 mm
0,707
Contoh : 7
120 Pu = 30 t
290 386
VII - 14
Propil BJ 37, Las FE70xx
Berapa tebal kaki las (a)
Syarat tebal las : a min = 5 mm
fu 3700
a ef maks 1 = 0,707 tw 0,707 9 4,78 mm
f E70 xx 70 70,3
(las di badan)
fu 3700
a ef maks 2 = 1,41 t5 1,41 14 14,88 mm
f E70 xx 70 70,3
(las di daun)
Misalnya dipakai tebal las sama susunan daun/badan
te = 1
A = 1 (2x (29 + 20) = 98 cm2
1 38,6
2
Ip 2 129 120
3
18964 cm
4
12 2
Ix 18964
Sx 982,59 cm3
ymax 19,3
Pu 30000
Akibat Pu : fv = 306 kg/cm2
A 98
Akibat Mu = Pu x e = 30000 x 12 = 360000 kg cm
M u 360000
fh 366 kg/cm2
Sx 982,59
f total 477,36
te perlu 0,216 cm
f n 0,75 0,6 70 70,3
te
aperlu = = 0,30 mm < a ef maks badan
0,707
dipakai a = 5 mm
Contoh : 8
Sambungan Balok WF 500 x 200 x 9 x 14
Beban pada sambungan : Du = 14710 kg
Mu = 2220000 kg cm
VII - 15
Pembagian Mu :
I bd
Mbadan = M u 484892kg cm
I propil
Sambungan Sayap :
Direncanakan pelat simpul t = 16 mm
Syarat tebal las :
a min = 6 mm
a maks = 16 – 1,6 = 14,4 mm
fu 3700
a ef maks = 1,41 t 1,41 14 12 mm
f E 70 xx 70 70,3
M u sayap 1735108
Tu 34982 kg
d 49,6
dipakai (misal) a = 1 cm tc = 0,707 x 10 = 0,707 cm
Tu 34982
L perlu 22,35 cm
tc f n 0,707 0,75 70 70,3 0,6
L = w + 2l
dipakai L = 2 x 15 + 12
= 42 cm
w=120
22,35
a perlu = = 0,53 cm
42
l = 150 dipakai : a = 6 mm
VII - 16
Sambungan Badan : pelat simpul t = 6 mm
Syarat tebal las :
a min = 4 mm
t max = 9 mm t = 6 mm < 6,4 amax = 6 mm
3700
a ef max = 0,707 9 4,78 mm
70 70,7
dipakai a = 4,5 cm te = 0,707 = 3,18 mm
x
Direncanakan :
b = 150
e d = 400
b2
d x = 3,21 cm
cg 2b d
e = 15 – 3,21 = 11,79 cm
A = te (2b + d)
A = 0,318 (2 x 15 + 40) 2 = 44,52 cm2
8b3 6bd 2 d 3 b4
Ip = 0,318 x 2 4087 cm
4
12 2b d
akibat Pu = 14710 kg
Pu
fv p 330,41 kg/cm2
A
akibat Mu = (Pu . e + Mbadan)= 14710 x 11,79 + 4892
= 658322,9 kg cm
M u x 658322,9 11,79
f vm 854,15 kg/cm2
Ip 9087
M u y 658322,9 20
f vm 1448,93 kg/cm2
Ip 9087
VII - 17
fn = 0,6 fu E70xx = 0,60 x 70 x 70,3 = 29536 kg/cm2
f total = 1872 kg/cm2 < fn = 0,75 x 2952,6 kg/cm2
= 2214,45 kg/cm2
(ok)
Contoh : 9
200 Pu = 25 t
Propil Baja BJ 37
0,2 Pu Bahan Las FE70xx
300 x
390
WF 400 x 300 x 10 x 16
250
WF 300 x 300 x 10 x 15
anggap te = 1 cm
A = 2 (30 + 25) = 110 cm2
1
Ix = 2 303 25 19,52 = 23512,5 cm4
12
Ix
Sx = = 1205,77 cm3
19,5
akibat beban geser sentries Pu = 25 t
Pu 25000
f r1 227,27 kg/cm2
A 110
akibat beban tarik sentries H = 0,2 Pu = 5 t
5000
f h1 45,45 kg/cm2
110
VII - 18
akibat beban momen lentur : Mu = Pu x 20 + 0,2 Pu x 19,5
Mu = 25000 x 20 + 5000 x 19,5 = 597500 kg cm
M u 597500
f h2 495,53 kg/cm2
S x 1205,77
VII - 19