Anda di halaman 1dari 171

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Keuntungan Baja Sebagai Bahan Konstruksi


Bila kita berjalan-jalan kita akan menyaksikan semakin banyak bangunan-
bangunan dari konstruksi baja. Banyak jembatan-jembatan terutama jembatan
kereta api, jembatan-jembatan jalan raya dibuat dari baja. Demikian juga
bangunan-bangunan, teristimewa bangunan industri, bangunan-bangunan
bertingkat tinggi, perkantoran, toko, menara-menara, terutama menara-menara
transmisi listrik, menara-menara komunikasi dan lain sebagainya, dibuat dari
konstruksi baja. Ini karena keistimewaan bahan baja, cocok untuk berbagai
keperluan sebagai bahan konstruksi disertai sifat-sifat seperti : kekuatan yang
tinggi, relative ringan, mudah dalam fabrikasi dan lain-lain.

High Strength/Berkekuatan Tinggi


Kekuatan baja yang tinggi untuk satu satuan berat berarti berat sendiri
struktur akan ringan. Hal ini menjadi sangat penting untuk bangunan : jembatan
bentangan panjang, bangunan bertingkat tinggi dan bangunan-bangunan di atas
tanah yang jelek.

Elastis
Anggapan di dalam design pada baja lebih tepat daripada bahan-bahan
lain, karena baja mengikuti hokum Hooke, sampai dengan tegangan cukup tinggi
Modulus Elastis dari konstruksi baja dapat dihitung dengan tepat tidak
sebagaimana pada beton.

Ductility/Konsol
Bahan yang mempunyai sifat dapat memberikan perubahan bentuk yang
besar (uluran) sebelum mencapai kehancuran (bila menderita tegangan yang
besar) dikatakan ductility. Jika sebuah batang baja lunak di test tarik, maka pada

I-1
penampang kritis akan terjadi pengurangan luas dan uluran yang cukup besar
sebelum putus.
Untuk bahan-bahan bangunan yang tidak mempunyai sifat ini biasanya
keras dan getas, sehinga mudah rusak bila bekerja beban shock.. Pada batang-
batang struktur yang mendapat beban, biasanya akan timbul konsentrasi beban
(dengan tegangan yang besar) di beberapa titik. Bila hal ini terjadi pada batang
struktur dari bahan yang ductile maka memungkinkan terjadinya leleh local pada
titik tersebut, dengan demikian berarti terhindar dari premature failure.
Keuntungan lebih lanjut dari kaonstruksi yang ductile ialah bila mendapat
beban yang over akan terjadi difleksi yang besar yang merupakan tanda terhadap
bahaya keruntuhan, sebelum keruntuhan itu sendiri terjadi.

1.2. Kerugian
Biaya Pemeliharaan
Pada umumnya baja akan gampang berkarat, terlebih-lebih dalam udara
terbuka, didalam air dan didalam lingkungan agresif, sehingga memerlukan
pemeliharaan (pengecatan) berkala.
Pemakaian weathering steels (baja yang lebih tahan karat : chromium
0,3 - 1,25%, menganase 0.6 – 1,5%, copper 0,25 – 0,4%) akan lebih mengurangi
biaya ini.

Ketahanan kebakaran
Walaupun baja bahan yag tidak dapat terbakar, tetapi bila terjadi
kebakaran, temperature tinggi yang biasa terjadi pada kebakaran akan mereduksi
kekutan baja secara drastis. Disamping itu baja juga pengantar panas yang baik,
batang baja yang tidak dilengkapi dengan fire proofing dapat mengalirkan panas
yang tinggi dari bagian yang menderita kebakaran ke bagian lain dan dapat
membakar elemen-elemen lain yang bersentuhan dengannya, pada bagian gedung
yang lain.
Dari kenyataan ini maka seyogyanya bangunan baja dilengkapi dengan fire
proofing untuk mendapatkan keamanan terhadap kebakaran yang memadai.

I-2
Bahaya tekuk
Pada batang-batang yang panjang dan langsing, bahaya tekuk sangat besar.
Batang struktur dari baja biasanya lebih langsing daripada bahan struktur yang
lain, sehingga bahaya tekuk sangat mengancam pada struktur baja.

Bahaya lelah/fafik
Sifat lain yang tidak menguntungkan dari baja ialah lelah pada beban
bolak-balik. Bila terjadi beban bolak-balik maka kekuatannya akan menurun.

Objectifes of the Structural Designer.


Sebagai structural designer kita harus belajar untuk mengatur dan
menselaraskan dari bagian-bagian struktur sehingga mudah didalam pemasangan
dan mempunyai kekuatan yang cukup serta cukup murah.

Keamanan
Suatu kerangka baja tentu saja harus direncanakan cukup kuat untuk
memikul beban yang bekerja padanya, namun juga harus diperhitungkan agar
lendutan dan getaran tidak besar agar didapat rasa aman.

Biaya
Sebagai perencana struktur designer kita harus selalu ingat bahwa
bangunan harus direncanakan dengan biaya semurah-murahnya namun tetap
cukup kuat dan aman. Hal ini dapat dicapai dengan memakai profil-profil yang
tepat, sambungan dan detail yang sederhana, dan penggunaan batang dan bahan
yang tidak memerlukan pemeliharaan yang tidak seyogianya.

Praktis
Adalah kewajiban dari perencana untuk merencanakan bagian-bagian
struktur yang mudah dalam pembuatannya dan pemasangannya. Pada saat
merencana sudah harus dipikirkan kesulitan-kesulitan yang bakal terjadi pada

I-3
pembuatan dan pemasangan dan berusaha untuk mengeliminer kesulitan tersebut
sedapat mungkin dengan menyelesaikan design dan detail yang baik.
Kita harus belajar/mempelajari segala kemungkinan tentang : detail-detail,
pembuatan, dan pemasangan dilapangan, sehingga dapat dicarikan suatu
penyelesaian yang memudahkan pembuatan, pemasangan yang akhirnya
menghasilkan bangunan yang murah.
Didalam proses mencari penyelesaian ini kita perlu didukung oleh
pengetahuan (infromasi) tentang :
 Tingkat kemampuan pembuatan (fabrikasi)
 Pengenalan ukuran-ukuran standar dari profil-profil baja
 Pengenalan tingkat kemampuan angkutan
 Pengenalan tingkat kemampuan pemasangan (erection).

Faktor Keamanan
Yang diartikan dengan factor keamanan ialah perbandingan antara
kekuatan bahan dengan efek yang terjadi akibat pembebanan.
Kekuatan dari bahan yang dipakai didalam penentuan factor keamanan ialah
kekuatan patah dari bahan, tetapi juga sering digunakan harga yang lebih rendah
dari kekuatan patah, yaitu kekuatan leleh. Kehancuran dianggap sudah terjadi bila
suatu batang memberikan deformasi yang berlebihan, dalam hal ini factor
kemanan diartikan sebagai perbandingan antara tegangan leleh dengan tegangan
yang terjadi akibat pembebanan.
Dengan memperhatikan hal tersebut di atas, maka factor keamanan
biasanya didasarkan pda tegangan leleh untuk bahan yang ductile dan tegangan
patah untuk bahan yang getas.
Faktor keamanan ini sebenarnya disiapkan untuk menampung hal-hal yang
tidak pasti seperti :
1 : Penyimpangan kekuatan bahan dari yang diperhitungkan , dan akan
menjadi lebih besar lagi dengan pengaruh : creep, karat dan leleh.
2 : Penyimpangan pada anggapan-anggapan perhitungan.

I-4
3 : beban-beban tak terduga dan beban-beban sementara seperti gempa dan
lain sebagainya.
4 : Didalam proses pembuatan dan pemasangan sering timbul tegangan-
tegangan yang cukup besar.
Didalam proses pembuatan dapat mengalami bermacam-macam
perlakuan seperti : dibanting, diluruskan, dipukul, dan lain sebagainya,
demikian juga pada saat pemasangan sering batang-batang dipaksakan
agar dapat terletak pada posisi yang diinginkan terutama didalam
mem-pas-kan lubang-lubang baut dan posisi untuk pengelasan,
perlakuan-perlakuan ini dapat menimbulkan tegangan-tegangan yang
cukup besar.
5 : Perkembangan teknologi yang dapat mempengaruhi beban hidup,
seperti pada jembatan misalnya.
6 : Penentuan besarnya beban hidup dan beban mati.
Penentuan beban mati memang lebih dapat didekati, tetapi didalam
menentukan beban hidup akan jauh lebih sulit.
7 : Hal-hal lain seperti pengaruh residual stress, konsentrasi tegangan,
variasi pada ukuran batang dan lain-lain.
Didalam menentukan factor keamanan disamping menampung hal-hal
tersebut di atas, juga harus memperhatikan hal-hal yang lain seperti :
a. Jenis beban, beban tetap atau beban sementara.
b. Penggunaan bangunan : untuk bangunan umum ataukah untuk pribadi.
c. Fungsi dari bagian struktur yang direncanakan, apakah sebagai
pendukung utama/ataukah pendukung sekundair.

Kegagalan konstruksi
Kegagalan konstruksi bangunan biasanya terjadi karena kurangnya
perhatian pada hal-hal yang kadang-kadang dianggap remeh sperti : detail
sambungan, defleksi, pemasangan dan penurunan pondasi.
Sering dilakukan oleh perencna, setelah menentukan ukuran-ukuran
batang dengan baik, penyelesaian dari sambungan kurang diberi perhatian yang
cukup dan malah penyelesaian detail sambungan ini dibebankan kepada juru

I-5
gambar yang justru tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang beban-
beban yang mungkin bekerja pada sambungan itu. Umumnya kesalahan yan
paling banyak dilakukan didalam mendesign sambungan ialah kelupaan beberapa
gaya yang bekerja pada sambungan seperti momen puntir.
Pada rangka batang misalnya batang-batang direncanakan hanya untuk
beban-beban normal, padahal didalam penyelesaian sambungan beban-beban ini
dapat berupa excentris yang menghasilkan momen dan selanjutnya menambahkan
tegangan. Tidak selalu tegangan sekunder ini kecil, kadang-kadang malah sangat
menentukan, dan dapat menimbulkan kegagalan bila tidak diperhitungkan.
Penurunan pondasi yang tidak sama besarnya banyak juga menimbulkan
kegagalan, terutama pada konstruksi statis tak tentu.
Penyebab-penyebab terjadinya kegagalan yang lain ialah karena
kurangnya perhatian pada : deffleksi, kelelahan dari batang, ikatan-ikatan anti
sway, getaran dan kemungkinan menekuknya batang tekan ataupun flens tekan
balok dan arena gaya-gaya/perbedaan sifat gaya yang timbul pada saat
pemasangn.

1.3. Stres-Strain Relationship


Untuk dapat memahami sifat daripada baja bangunan adalah penting sekali
bagi designer untuk mengenal sifat baja.
Mempelajari stress strain diagram akan memberikan pengertian yang
diperlukan untuk mengenal sifat baja bila mendapat beban.
Bila sepotong baja kita tarik maka akan memberikan hubungan   
sebagai dibawah ini :

I-6
P Elastic yielding
 Plastic yielding
A
Strain hardening
Upper yield

E Lower yield
P

A L
0 
L

Bentuk    diagram untuk baja bangunan.

Bentuk daripada diagram akan dipengaruhi oleh kecepatan pembebabanan,


tipe baja, temperature.
Sebagai contoh : grafik garis putus diperoleh dari pembebanan cepat,
sedangkan yang garis penuh dari pembebanan lambat.
Sifati-sifat yang penting dari stress-strain diagram ini adalah sebagai
berikut :
1: Modulus elastisitas E : dinyatakan oleh kemiringan garis yang
melalui titik nol :
 
 E
E 
2: Antara titik nol dan titik P, diagram berjalan lurus. Titik P ini
dinamakan proportional limit.
Pembebanan didalam daerah ini, hokum Hooke berlaku.
3: Bila beban diberikan sampai pada titik E (batas elastis), maka bila
kemudian beban ditiadakan batang akan kembali kepada panjang
awal.
Titik E ini dinamakan Elastic limit.
4: Bila pembebanan, tegangan mencapai suatu titik tertentu dan tanpa
adanya penambahan beban (tegangan) dihasilkan pertambahan

I-7
uluran, maka titik tersebut dinamakan titik leleh dan tegangan
disebut tegangan leleh.
5: Regangan () sebelum mencapai tegangan leleh dinamakan elastic
strain.
6: Regangan yang terjadi sesudah tegangan eleh tanpa adanya
penambahan tegangan dinamakan plastic strain.
7: Menyusuli plastic strain ini strain hardening dimana tambahan
regangan hanya dihasilkan bila da tambahan tegangan.
8: Bila pembebanan melapaui tegangan leleh, maka bila beban
ditiadakan panjang batang tidak akan kembali pada panjang.

Sifat-sifat mekanis lainnya :


Sifat-sifat mekanis lainnya baja struktural untuk maksud perencanaan
ditetapkan sebagai berikut :
Modulus elastisitas : E = 200.000 MPa
Modulus geser : G = 80.000 MPa
Nisbah poisson :  = 0,3
Koefisien pemuaian :  = 12 x 10-6/oC

Baja Bangunan
Bahan baja bangunan adalah suatu bahan dengan ke serba samaan yang
besar. Baja ini selain terdiri daripada Fe + 98%, mengandung maksimum bahan-
bahan : carbon (C) 1,7% ; Manganese (Mn) 1,65% ; silicon (Si) 0,6% ; tembaga
(Cu) 0,6%.
 Sifat baja bergantung sekali kepada kadar carbon, semakin bertambah
kadar zat carbon semakin naik tegangan patahnya dan semakin
menurun regangan patahnya dan juga bersifat getas (rapuh) serta keras,
sehingga bajanya tidak ulet (ductile).
 Adanya pospor dan belerang juga menyebabkan kurangnya keuletan.
Karena itu untuk menjamin minimum keuletan (ductile) persentase
maksimum dari C, P dan S perlu ditentukan.

I-8
 Tembaga mempuyai pengaruh baik terhadap ketahanan terhadap korosi
dan silicon digunakan terutama untuk mengurangi gas pada molton
metal (leburan logam).
 Disamping carbon, Manganese juga menambah kekuatan baja.
 Baja dibagi ke dalam 4 golongan :
Baja bercarbon rendah (lebih kecil dari 0,15%), mild carbon
(0,15 - 0,29%) berkarbon sedang (0,30 – 0,59%) dan berkarbon tinggi
(0,60 – 1,7%).
Baja bangunan termasuk dalam mild karbon
Pertambahan kadar karbon didalam baja memang akan menambah
tinggi tegangan leleh, tetapi mengurangi keuletan.
Baja yang kurang ulet menambah persoalan dalam pengelasan seperti
perlu : pre heat atau electrode las yang khusus.
Pengelasan yang ekonomis biasanya dapat dikerjakan pada baja yang
kadar karbon tidak lebih 0,3%.

Untuk mutu baja yang ditetapkan pada peraturan


Tabel 5.3 Sifat mekanis baja struktural
Tegangan putus Tegangan leleh Peregangan
Jenis Baja minimum, fu minimum, fu minimum (%)
(MPa) (MPa)
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13

High Strength low alloy steel


Dengan menambahkan beberapa bahan campuran pada besi dapat
dihasilkan high strength low alloy steel. Penambahan karbon dan Manganese
dapat meningkatkan kekuatan baja dan tambahan sifat-sifat yang lain dapat

I-9
diperoleh dengan menambahkan satu atau lebih bahan-bahan campuran lainnya
seperti : columbium, vanadium, silicon, tembaga, nikel dan lain-lain.
Baja high strength low alloy ini bisanya mempunyai ketahanan terhadap
karat yang baik. Pada permukaan baja akan terjadi oksidasi dan membentuk suatu
lapisan film yang melekat erat dan kemudian berfungsi mencegah oksidasi
selanjutnya sehingga dapat mengurangi kebutuhan akan pengecatan.
Tegangan leleh dari baja ini berkisar antara 2800 kg/cm2 s/d 4900 kg/cm2.

Mendimensi batang baja


Untuk memperoleh biaya yang murah didalam pembangunan sebagai
perencana biasanya didalam mendimensi profil akan memilih profil yang paling
ringan.
Namun perlu diingat bahwa biaya pembangunan tidak hanya tergantung
pada ringannya profil yang dipilih, tetapi juga ditentukan oleh factor-faktor yang
antara lain :
1: Hendaknya kita memakai proil baja yang biasa diproduksi dan dapat
diperoleh di pasaran.
2: Didalam mendimensi profil, anggapan profil yang teringan akan
memberikan biaya pembangunan yang termurah tidak selalu benar,
karena bila demikian maka jenis/ukuran profil yang dipakai menjadi
banyak sehingga menyebabkan timbulnya kesulitan didalam
penyelesaian sambungan yang akhirnya menambah biaya.
3: Untuk balok-balok lantai bangunan bisanya dipilih balok yang tinggi,
karena relatif mempunyai W (tekanan momen) yang besar. Akan
tetapi bila gedungnya bertingkat banyak hal itu tidak selalu benar,
karena dengan tingginya balok maka berdasarkan ruang bebas yang
diperlukan gedung menjadi lebih tinggi (n x tinggi balok). Perbedaan
tinggi ini menyebabkan volume dinding, kabel-kabel menjadi lebih
banyak sehingga biayanya bertambah.
4: Didalam memilih profil hendaknya yang mudah didalam
pemasangan dan profil yang tidak menimbulkan kesulitan pada

I - 10
pemeliharaan, seperti profil I, U yang semua permukaannya mudah
di cat.

1.4. Metoda-metoda Perhitungan Perencanaan


1. METODA ELASTIS (ASD – Allowable Stress Design)
(WSD – Working Stress Design)
Akibat beban kerja yang direncanakan tegangan yang terjadi harus
lebih kecil dari tegangan yang diijinkan.
Tegangan ijin < Tegangan leleh/Factor keamanan
y
  F.K = 1,50
F K
2. METODA PLASTIS (Collapse Design)
 Mengingat sifat kenyal (ductile) dari baja akan ada cadangan
kekuatan diatas kekuatan Elastis. Hal ini yang dipakai dasar
metoda plastis.
 Beban kerja yang direncanakan dikalikan dengan faktor beban dan
struktur direncanakan berdasarkan kekuatan runtuh (collapse
strength).
3. METODA LRFD (Load And Resistance Factor Design)
Metode ini berdasarkan konsep “ Keadaan Batas ” ( Limit State)
 Suatu keadaan diman struktur atau beberapa bagian dari struktur
menunjukkan perilaku “ tidak dapat berfungsi ”.
Ada 2 katagori “ Limit State ”
a. Strengh Limit State - kemampuan struktur memikul beban
b. Serviceability Limit State - kelakuan struktur memikul beban
Pada LRFD beban kerja (Qi) dikalikan faktor beban (Xi) menghasilkan
“beban berfaktor” (U) dipakai sebagai beban pada struktur.
Pemakaian “Faktor Beban” (i) dan “Faktor Reduksi” () pada LRFD
ini didasarkan atas hal-hal sebagai berikut :
 Kekuatan bahan dapat bervariasi dari perkiraan teori, apalagi
dengan berjalannya waktu timbul creep, korosi, fatique dan
sebagainya.

I - 11
 Tegangan yang dihasilkan dalam pabrik maupun pelaksanaan 
Residual Stress.
 Tidak pastinya demensi propil.
 Metoda analisa struktur yang kemungkinan terjadi kesalahan
anggapan.
 Beban yang tidak dapat diperhitungkan secara pasti.

“Kekuatan Ultimate” (Ru) adalah kekuatan nominal teoritis dari bahan


(Rn) dikalikan dengan factor reduksi ()
Diharapkan struktur mempunyai “Kekuatan Ultimate” untuk memikul
beban berfaktor yang bekerja atau secara matematis dapat dikatakan, “efek
dari beban berfaktor harus lebih kecil atau sama dengan kekuatan
ultimate struktur”
 i  Qi  Rn
Menurut “TATA ARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK
BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN METODA LRFD”
 Faktor beban dan kombinasi pembebanan diatur pada Bab 6.2.2.
 Faktor reduksi () diatur pada Table 6.4.2.

1.5. Persyaratan Umum Perencanaan


1.5.1. Ketentuan umum
Tujuan perencanaan struktur adalah untuk menghasilkan suatu struktur
yang stabil, cukup kuat, mampu-layan, awet, dan memenuhi tujuan-tujuan lainnya
seperti ekonomi dan kemudahan pelaksanaan.
Suatu struktur disebut stabil bila ia tidak mudah terguling, miring, atau
tergeser, selama umur bangunan yang direncanakan.
Suatu struktur disebut cukup kuat dan mampu-layan bila kemungkinan
terjadinya kegagalan struktur dan kehilangan kemampuan layan selama masa
hidup yang direncanakan adalah kecil dan dalam batas yang dapat diterima.

I - 12
Suatu struktur disebut awet bila struktur tersebut dapat menerima keausan
dan kerusakan yang diharapkan terjadi selama umur bangunan yang direncanakan
tanpa pemeliharaan yang berlebihan.

1.5.2. Beban-beban dan aksi lainnya


1.5.2.1.Beban-beban
Perencanaan suatu struktur untuk keadaan-keadaan stabil batas, kekuatan
batas, dan kemampuan-layan batas harus memperhitungkan pengaruh-pengaruh
dari aksi sebagai akibat dari beban-beban berikut ini :
a. beban hidup dan mati seperti disyaratkan pada SNI 03-1727-1989 atau
penggantinya;
b. untuk perencanaan keran (alat pengangkat), semua beban yang relevan
yang disyaratkan pada SNI 03-1727-1989, atau penggantinya;
c. untuk perencanaan pelataran tetap, lorong pejalan kaki, tangga, semua
beban yang relevan yang disyaratkan pada SNI 03-1727-1989, atau
penggantinya;
d. untuk perrncanaan lift, semua beban yang relevan yang disyaratkan SNI
03-1727-1989, atau penggantinya;
e. pembebanan gempa sesuai SNI 03-1727-1989, atau penggantinya;
f. beban khusus lainnya, sesuai dengan kebutuhan.

I - 13
BAB II
STRUKTUR TARIK

2.1. Pendahuluan
Struktur tarik adalah bagian dari suatu struktur bangunan yang menerima
beban normal tarik.
Terdapat pada bagian bangunan-bangunan :
Struktur utama :
 Jembatan rangka
 Jembatan gantung
 Rangka kuda-kuda atap
 Rangka menara

Struktur sekundair :
 Iktan angin atap/jembatan
 Ikatan rem pada jembatan
 Ikatan penggantung gording

2.2. Propil Yang Biasa Dipakai

Baja Bulat Baja Pelat Propel Siku Tunggal/Dobel

Propel T Propil WF

II - 1
Bisa juga dari propel buatan (bersusun)

2.3. Perencanaan Batang Tarik


Dalam pemilihan propel untuk batang tarik perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
 Kompak
 Sesuai dengan bagian struktur yang lain
 Dalam penyambungan diharapkan sekecil mungkin terjadi “Shear Lag”

Batasan Kekuatan
P u <  Rn
Pu – gaya tarik akibat beban berfaktor
Rn – kuat rencana tarik
 – faktor reduksi
 Kontrol Leleh : Pu   fy Ag  = 0,90
(pada tengah batang)
 Kontrol Patah : Pu   fu Ae  = 0,75
(pada daerah sambungan)
Ag = luasan penampang utuh (gross) fy = tegangan leleh bahan
Ae = luasan penampang efektip fu = tegangan putus bahan

Batasan Kelangsingan
L
 Angka kelangsingan :    L = panjang batang
i
i = jari-jari kelembaban

I
i=
A

II - 2
 Untuk struktur utama : max  240
 Untuk struktur sekunder : max  300

Untuk batang bulat


Batasan kekuatan :
 Leleh : Pu   fy Ag   = 0,90

Ag = 2
4
 Patah : Pu   fu Ae   = 0,75
Ae =0,75 Ag
Batas kelangsingan :
L
 500 L = panjang batang tarik
D
D = diameter batang

2.4. Luas Penampang Netto/Bersih (An)


Pada batang-batang tarik yang disambung dengan baut tentu akan timbul
lubang-lubang yang mengakibatkan mengecilnya luasnya penampang pemikul
beban. Inilah yang disebut sebagai luasan netto.

Untuk menghitung luasan netto, ditentukan sebagai berikut :


 Diameter lubang dibuat sedikit lebih besar dari diameter baut yang
 1 
akan dipasang   in  1,5 mm 
 16 
lubang = bautt + 1,5 mm

 Untuk pembutan lubang dengan “BOR”, dianggap tidak terjadi


kerusakan material disekitar lubang.
perlemahan = lubang =baut + 1,5 mm

II - 3
 Untuk pembuatan lubang dengan “POND” (plong) karena pembuatan
ini dengan kekerasan, maka disekitar lubang terjadi kerusakan
sehingga tidak dapat diikutkan memikul beban. Kerusakan ini
1
diperkirakan  in  0,75 mm disekeliling lubang, sehingga :
32
perlemahan = lubang + 1,5 mm = baut + 3 mm

Pengaruh Letak Lubang


 Dalam perhitungan luasan netto, dicari luasan yang terkecil dari
kemungkinan-kemungkinan lintasan putus (lintasan kritis).
 Kalau ada lintasan diagonal (letak baut yang zig-zag) dalam perumusan luas
netto ada koreksi akibat adanya lintasan diagonal.

1

2 h
TU

3

t
S S

Ag = luas penuh penampang (bruto)


t = tebal pelat
p = diameter perlemahan
n = julah lubang pada lintasan
s = jarak// beban pada lintasan diagonal
 = jarak  beban pada lintasan diagonal

II - 4
Lintasan (1-3) An = (h - 2p)t = Ag – 2pt
S2 S2
Lintasan (1-2-3) Au = (h – 3p + 2 x )t = Ag – 3pt + 2 t
4 4

S2
Rumus Umum : An = Ag – n1 p t+  t
4
koreksi lintasan diagonal
n1 – jumlah lubang pada lintasan putus

Contoh : 1
Tentukan jarak longitudinal (s) dari baut yang di susun berseling seperti
tergambar agar luas netto sama dengan luas brutto di kurang satu lubang
baut.
Baut yang di pasang diameter ¾”. Pembuatan lubang dengan “Pond”

D A
3 1 7
2 in
p=   in
E B 4 8 8
2 in = 
F
2 in
C
G
s s s

S2
Jawaban : An = h – n . p + 
4
7
Lintasan ABC = 6 – 1x =5,125 in
8

7 S
2
52
Lintasan DEFG = 6 – 2     4,25 
 8  4 x2 8

52
Lintasan ABC = lintasan DEFG  5,125  4,25 
8
S = 2,65 in

Contoh : 2
Tentukan luasan netto dari propel C 15 x 33,9 (Ag = 9,96 in2) yang di
sambung dengan baut ¾” seperti tergambar

II - 5
A
1,4 in
B
0,65 in
3 in 1 = (3+2-0,4)=4,60 in
E 3 1 7
p   
4 8 8
0,40 in 9 in 2 = 9 in

C
3 in
1 = 4,60 in
G
1,4 in
1,4 2 D H
S = 3 in

7 7
ABCD Anetto = 9,96 – (1) x 0,65 – (1) x 0,4 = 9,04125 in2
8 8

7 7 32 0,65 0,4 3 2


ABECGH Anetto = 9,96 - 2   0,65 - 2   0,4 + 2x x  x0,40
8 8 4 x 4,6 2 4 x9
= 8,736 in2

7 7 32 0,65 0,4


ABEGH Anetto = 9,96 - 2  0,65  1 0,4  x  8,729in 2
 
8  
8 4 x 4, 6 2

7 7 32 0,65  0,4 32


ABECD Anetto = 9,96 - x0,65  2 0,4  x  x0,40
8 8 4 x4,6 2 4 x9
= 9,048 in2
Anetto Kritis = 8,729 in2

2.5. Luasan Netto Efektif


Apabila tidak semua element penampang disambung, maka pada daerah
sambungan tegangan yang terjadi tidak merata.
Ae = A

2.5.1. Untuk Sambungan Baut


A  An
x
U  1  0,9
L

II - 6
dimana :
x = jarak titik berat penampang terhadap sisi luar element
penampang yang disambung
L = jarak antara baut pertama dan terakhir dalam satu baris

L
x1

x
gn L x2
gn T
gn I
dipilih x1 dan x2
mana yang besar!

Propil disambung Propil disambung


hanya pada sayap hanya pada badan

2.5.2.Untuk Sambungan Las


Batang tarik selain pelat atau batang bulat
1. Disambung dengan las memanjang saja atau kombinasi dengan las
melintang.

Ae = UA  A = Ag
x
U=1-
L
I

Pu
w x
Pu
POT I-I
I
e e

II - 7
2. Disambung hanya dengan las melintang saja
A = luas element yang disambung las saja
U = 1,0

II

PU A
PU

I I POT I-I POT II-II


II

Untuk Pelat :
3. Disambung dengan las memanjang saja, maka panjang las (l) harus lebih
besar dari jarak las.
l>w w - jarak antara las memanjang
e - panjang las memanjang

l > 2w  U = 1,0
w 2w > l > 1,5w  U = 0,87
1,5w > l > w  U = 0,75

l Al = A A = luas penampang pelat

2.6. Elemen Sambungan pada Batang Tarik


Kalau pelat simpul/buhul dipakai pada batang tarik, kekuatan pelat simpul
harus diperhitungkan cukup untuk menyalurkan beban tarik yang bekerja.
Ru <  Rn  – faktor reduksi
Rn – kuat nominal
Kekuatan pelat simpul nominal dihitung sebagai berikut :
Kekuatan leleh : Rn = Ag fy
 = 0,9
Kekuatan patah : Rn = An.fu
 = 0,75

II - 8
Luas netto (An) harus diambil lebih kecil dari 0,85 Ag.
An < 0,85 Ag

2.7. “Block Shear” (Daerah Geser)


Kegagalan batang tarik tidak selalu ditentukan oleh :
 Kegagalan leleh pada penampang utuh :
PU =  fy Ag  = 0,90
 Kegagalan putus pada daerah sambungan
PU =  fu Ae  = 0,75
 Tetapi kemungkinan juga bisa terjadi didaerah geser (block shear)

Bid. Geser
Kekuatan nominal “Block Shear”
Bid. Tarik didapat dari bidang tarik dan
bidang geser yang terjadi
a). Propil Siku
Bid. Geser

Bid. Tarik
Bid. Geser

Bid. Tarik
Bid. Tarik
Bid. Geser

b). Propil WF c). Pelat dengan sambungan las

Kekuatan Nominal “Block Shear”


Kekuatan nominal “Block Shear” didapat dari “Bidang Tarik” dan
“Bidang Geser” pada daerah geser. Kegagalan “Block Shear” akan terjadi bila
“bidang yang kuat” patah dan diikuti lelehnya bidang lemah” sehingga kekuatan
“Block Shear” sama dengan “kekuatan patah bidang kuat” + “kekuatan leleh
bidang lemah”.

II - 9
Menurut Peraturan
1. Bila “kekuatan patah bidang tarik” lebih besar/sama dengan “kekuatan
patah bidang geser” :
fu  Ant  0,6 fu AnV  putus tarik > putus geser

Kekuatan Nominal “Block Shear” : Rn   f u  AnT  0,6 f y Agv   putus tarik + leleh geser

  0,75
2. Bila “kekuatan patah bidang geser” lebih besar dari “kekuatan patah
bidang tarik”
0,6 fu Anv  fu  AnT  putus geser > putus tarik

Kekuatan Nominal “Block Shear” : Rn  0,6 f u Anv  f y Agt   putus geser + leleh tarik

  0,75
dimana : Ant = luas bidang tarik netto
Agt = luas bidang tarik penuh
Anv = luas netto bidang geser
Agv = luas penuh bidang geser
ingat : kekuatan patah  fu , An (tegang putus, luasan A netto)
kekuatan leleh fy , Ag (tegang leleh, luasan utuh)

Untuk susunan baut berseling :


ada 2 kemungkinan kegagalan “Block
Bid. Tarik
Shear”
PU a. seluruh beban (Pu) dipikul oleh
Bid. Geser “Block Shear”
(a) b. Hanya 4/5 PU dipikul oleh “B S”
Adanya lintasan “diagonal” ada koreksi
Bid.
PU  S2 
Tarik  t (ingat perhitungan A netto)
Bid. Geser  4 
(b) Bid. Geser

Contoh : 3

II - 10
Hitung kekuatan tarik rencana dari propil W 10 x 45 yang disambung pada
sayapnya dengan dua baris baut  ¾ in. Setiap baris terdiri dari 3 baut
masing-masing berjarak 4 in.
Mutu Baja A 527 Grade 50 (fU = 65 Ksi , fy = 50 Ksi)

II - 11
Penyelesaian :
W 10 x 45 Ag = 13,3 in2 bf = 8,02 in Propil T 5 x 22,5
d = 10,10 in tf = 0,62 in x  0,907

x
qnT

4m 4m

Kuat rencana leleh :  Rn   = 0,90 Rn = fy Ag


(a) PU =  fy Ag = 0,9 (50) 13,3 = 598,5 Kips
Kuat rencana putus :  Rn   = 0,75 Rn = fu Ae

3 1 7
p    (Ponds)
4 8 8
7
(b) An = 13,3 – (4)  0,62  11,13in 2  A
8
x 0,907
u 1 1  0,89
L 8
Ae = UA = 0,89 x 11,13 = 9,91 in2
Pu = t fu Ae = 0,75 x 65 x 9,91 = 483,1 Kips (menentukan)
Kekuatan Tarik Rencana Pu = 483,1 Kips (berdasarkan putus)

Contoh : 4
Suatu pelat 1 x 6 in disambung dengan las sudut memanjang ke pelat 1 x 10 in
untuk memikul beban tarik.
Berapa kekuatan rencana pelat tersebut bila fy = 50 Ksi dan fu = 65 Ksi

Jawaban : Dilihat pelat terkecil (PL 1 x 6 in)


Kuat Rencana Leleh :
Pu = t fy Ag = 0,9 x 50 x (1 x 6) = 270 Kips

II - 11
Kuat Rencana Putus :
A = Ag = 1 x 6 = 6 in2 w = 6 in dan l = 8 in
1,5w  1,5x6  9 in 1,5w  e  w  U  0,75
Ae = AU = 6 x 0,75 = 4,50 in2
Pu = t fu Ae = 0,75 x 65 x 4,50 = 219,4 Kips
Kekuatan Rencana Pu = 219,4 Kips  berdasarkan Putus!

Pu
10 in w 6 in

l = 8 in

Contoh : 5
Hitung kekuatan Rencana (Pu) dari suatu propil siku L 8 x 6 x ¾ yang
disambung pada salah satu kakinya dengan las sudut seperti tergambar; bila
fy = 50 Ksi dan fu = 70 Ksi.

x
L8x6x¾
A = 9,94 in2

PU
8 in x = 1,56 in

6 in

Jawaban :
Kuat Rencana Leleh :
Pu   Fy Ag  0,9x50x9,94  447,3 Kips
Kuat Rencana Putus :
x 1,56
U  1  1  0,74
L 6
Ae = AU = 9,94 x 0,74 = 7,36 in2
Pu =  fu Ac = (0,75) x 70 x 7,36 = 386,4 Kips (uutus)
Kekuatan Rencana Propil Siku : Pu = 386,4 Kips (berdasarkan putus!)

II - 12
Contoh : 6
Berapakah beban rencana pelat penyambung (fy = 50 Ksi dan fu = 65 Ksi) yang
dapat diterima, pada sambungan seperti tergambar.

3
Pelat PL x12 Baut
3
PONDS 
8 4
3”
8
PU/2

3”
8
PU/2
12”


3 1 7
Jawaban : p   
4 8 8
3
Leleh : Pu   Fy Ag  0,90x50x 2 x12  405 Kips
8
3 7 3
Putus : An  2  x12  2 x x   7,67 in 2
8 8 8
An  7,56 in
3 
0,85 Ag  0,85  x12  2  7,65 in 2

8 
Pu   fu An  0,75 65 7,65  372,9 Kips  Pu  372,9 Kips

1
Contoh : 7 Suatu propil siku L 6 x 4 xdari Baja GRADE 50 A572 (fy = 50 Ksi dan
2
3
fu = 65 Ksi) disambung seperti tergambar. Baut  . (Ponds)
4
3½“ 2½“ Berapakah :
2 in - Kekuatan Geser “Block Shear”
- Kekuatan rencana batang tarik
Bid. Geser
4 in
3 1 7
 lubang    in (PONDS)
4 8 8
4 in
x = 0,987 in
Bid. Tarik
6 in

II - 13
Jawaban :
1  71
Ag v  10    5,0 in 2 An v  10  2,5 x   3,91in 2
2  82
1  71
Ag t  2,5    1,25 in An t   2,5  0,5 x   1,03 in
2  82

Putus Tarik fu Ant  651,03  66,9 Kips 0,6 fu Anv  fu Ant

Putus Geser 0,6 fu Anv  0,6653,91  152 Kips Pakai rumus kedua
(Patah Geser + Leleh Tarik)
Kekuatan Rencana “Block Shear” :
Rn = 0,75 [0,6 (65) (3,91) + 50 x 1,25] = 161,2 Kips
Kekuatan batang tarik :
- Leleh : Pu = t fy Ag = 0,9 x 50 x 4,75 = 213,7 Kips >  Rn
7 1
- Putus : An = 4,75 – 1 x x  4,31in 2  A
8 2
x 0,987
U  1  1  0,88
e 8
Ae  AU  4,31 x 0,88  3,79 in 2
Pu = t fu Ae = 0,75 x 65 x 3,79 = 184,8 Kips >  Rn
Kekuatan batang tarik berdasarkan Kekuatan Geser Block
Pu = 161,2 Kips

Contoh : 8 Tentukan kekuatan rencana “block shear” untuk pelat dari baja A36
yang disambung las seperti gambar dibawah.
(fy = 36 Ksi, fu = 58 Ksi)

Bid.Tarik

Bidang
Geser 4 in

PL 1 x 10
2

10 in

II - 14
Agv = ½ (2 x 4) = 4 in2 Anv = ½ (2 x 4) = 4 in2
Agt = ½ (10) = 5 in2 Ant = ½ x 10 = 5 in2
fu Ant = 58 x 5 = 290 Kips fu Ant > 0,6 Fu Anv
0,6fu Anv = 0,6 x 58 x 4 = 139,2 Kips
Kekuatan Rencana “block Shear”
 Rn = 0,75 [0,6 x 36 x 4 + 58,0 x 5] = 282,3 Kips
Kekuatan Rencana Plat :
Pu =  fy Ag = 0,9 x 36 (½ x 10) = 162,0 Kips  Menentukan !
Kekuatan rencana Pu = 162 Kips

2.8. Perencana Struktur Tarik


 Dari Kontrol Kekuatan : Pu <  Rn
Pu
Kuat Leleh : Pu <  Ag fy  Ag >  =0,90
 fy
Ag = luas penampang utuh
Kuat Putus : Pu <  Ae fu
Pu
Ae > dimana  = 0,75
 fu
Ae = A
 Dari Kontrol Kelangsingan : max < 240 (struktur utuh)
max < 300 (struktur sekunder)
L
max =  240
imin

L
imin > (untuk struktur utuh)
240
L
imin > (untuk struktur sekunder)
300
Untuk batang tarik dan baja bulat :
Ae = 0,75 Ag
Dari Kontrol Kekuatan :
Pu
Kuat Leleh : Ag >  = 0,90
fy

II - 15
Pu
Kuat Putus : 0,75 Ag >  = 0,75
fu
L
Dari Kontrol Kelangsingan : < 500 L – panjang batang
D
L
D> D – diameter batang
500
Contoh 1 :

Rencanakan kaki kuda-kuda (batang S1)

 dengan propil dobel siku BJ 37


S1 Baut  = 16 m (plong!) min 3 baut pada 1
3m
R deret jarak a 60 mm.
 = 25 o

RU = 1,4 RD = 7,10t
RD = 5,25 t
RU = 1,2 RD + 1,6 RL = 16,7 ton (menentukan)
RL = 6,50 t

Penyelesaian :
RU 16700
Batang S1  Pu    35813kg
tan  tan 25o
- Batas kelangsingan :
 300
struktur utama : imin    1,25 cm (struktur utama)
240 240
- Batas leleh : Pu <  fy Ag
Pu 35813
Ag    16,58 cm 2
 fy 0,9 x 2400
- Batas putus : Pu   fu Ae Ae  An U
Mis U  0,85
Pu 35813
An    15,183cm 2
 fu U 0,75x3700x0,85
Mis : An  0,85 Ag
Au 15,183
Ag    17,86 cm 2
0,85 0,85

II - 16
Coba Propil : 55 x 75 x 7

p = 16 + 3 = 19 mm A = 8,66 cm2 (1propil)

x x iy = 1,59 cm
ix = 2,35 cm
40 Pu i = 1,17 cm
35 x = 1,41 cm
40 60 60
Ag = 2 x 8,66 = 17,32 cm2 > 16,58 cm2
(batas leleh memenuhi)

Putus :
An = 2 (8,66 – 1 x 1,9 x 0,7) = 14,66 cm2 Ae = U An = 12,94 cm2
x 1,41
U  1   0,8825  Rn = 0,75 fy Ae
L 12
 Rn = 0,75 x 3700 x 12,94 = 35901 kg > Pu = 35813 kg (ok)

y ix = 2,35 cm > 1,25


untuk propil dobel x iy > 1,54 cm > 1,25 (ok)
y iin = i = 1,17 cm < 1,25 cm
 
untuk propil tunggal x (perlu kopel)

L
max   240  L < 240 x in
in
L < 240 x 1,17 = 281 cm

Perlu diberi pelat kopel ditengah panjang S1 (L1 = 150 cm)


(secara praktis selalu diberi plat kopel sejarak 1 – 1,5 m)
Kontrol “Block Shear” :
Agt = 4 x 0,7 = 2,8 cm2
Ant = (4 – ½ x 1,9) 0,7 = 2,135 cm2
Agv = 16 x 0,7 = 11,2 cm2

II - 17
Anv = (16 – 2,5 x 1,9) 0,7 = 7,875 cm2
fu Ant = 3700 x 2,135 = 7899,5 kg putus geser > putus tarik!
0,6 fu Anv = 0,6 x 3700 x 7,875 = 17482,5 kg
 Rn = 0,75 (0,6 fu Anv + fy Agt) x 2 (dua propil)
= 0,75 (17482,5 + 2400 x 2,8) 2 = 36303,75 kg > Pu = 35813 kg
Propil  55 x 75 x 7 dapat dipakai ! (ok)

Contoh : 2
Rencanakan ikatan angin dengan batang bulat ()
Mutu baja Bj 37 Pu = 5,75 ton
L = 7,60 m
Penyelesaian :
L L 760
Batas kelangsingan :  500  D    1,52 cm
D 500 500
Batas leleh : Pu   Ag fy  0,9 Ag fy
Pu 5750
Ag    2,66 cm 2
0,9 fy 0,9  2400
Batas putus : Pu =  Ae fu  = 0,75
Ae = 0,75 Ag
5750
Ag  0,75 fux0,75   2,76 cm 2
0,75  3700  0,75
(menentukan)
 2
Ag  D  Ag  2,76 cm 2
4
(menentukan)
4 x 2,76
D  1,87 cm

dipakai  19 mm

Contoh : 3
Suatu batang tarik dengan L = 30 ft
Beban tarik yang bekerja : PD = 130 Kips
PL = 110 Kips

II - 18
Pilih propil W12 (Mutu A572 GRADE 50) fy = 50 Ksi
fu = 65 Ksi
Disambung hanya pada sayap : baut  7/8”, 2 baut pada setiap sayap, 1
deret 3 baut dengan jarak 4”.
1,5

1,5 1,5 2 4 4


L

Jawab :
Pu=1,4 PD=1,4 x 130 = 182 Kips
Pu = 1,2 PD + 1,6 PL = 1,2 x 130 + 1,6 x 110 = 332 Kips
(menentukan !)
Kontrol Leleh : Pu   fy Ag  = 0,90
Pu 332
Ag   fy = 50 Ksi
 fy 0,9 x50

Ag  7,38in2

Kontrol Patah : Pu <  fu Ae f = 0,75


fu = 65 Ksi
Pu 332
An   Ae = U An  U = 0,9
 f u  u 0,75  65  0,9
(misal!)
An > 7,57 in2
 
Ag = An + Aperlemahan  perl 
7

1
 1 Ponds
8 8
= 7,57 + 4 (1 x tf)  dari tabel propil W12 dengan
Ag = 7,57 + 4 x 1 x 0,38 = 9,09 in2 Ag > 7,57 in  tf = 0,38”

II - 19
Kontrol Kelangsingan :
L 12  30
Struktur utama  imin    1,50 in (struktur utama)
240 240
Pilih W12 x 35 Ag = 10,30 in2 >7,38 in2 tf = 0,52 in d = 12,5 in
iy (imin) = 1,54 in > 1,50 in bf = 6,5 in
An = 10,30 – 4 (1 x 0,52) = 8,22 in2
x 1,3
U 1 1  0,8375 1,3 x
L 8 gn T 6,5 x 17,5
Ae = U An = 0,8375 x 8,22 = 6,88
Pu <  fu Ae = 0,75 x 65 x 6,88 = 335,61 Kips
332k < 335,61 Kips  Propil W 12 x 35 dapat dipakai! (ok)

Kontrol Kekuatan “Block Shear”

tf = 0,52 in
1,5”
perlemahan = 1”
Pu

1,5”

2” 4” 4”

Ag t = 1,5 x 0,52 x 4 = 3,12 in2


Ag r = 10 x 0,52 x 4 = 20,80 in2
An t = (1,5 – ½ x 1) 0,52 x 4 = 2,08 in2
Anv = (10 – 2,5 x 1) 0,52 x 4 = 15,60 in2
Fu.An t = 65 x 2,08 = 135,2 Kips Putus Geser > Putus Tarik
0,6 Fu Anv = 0,60 x 65 x 15,60 = 608,4 Kips

Kekuatan Rencana “Block Shear”


 Rn =  (0,6 fu Anv + fy Ag t)
 
 Rn = 573,3 Kips > Pu = 332 Kips
Pu (ok)

II - 20
Contoh : 4
Suatu batang tarik L = 50 feet
Beban PD = 10 Kips
PL = 20 Kips
Rencanakan batang tarik tersebut dari batang bulat ()
mutu baja A 36 (fy = 36 Ksi ; fu = 58 Kips)

Jawab : Pu = 1,4 PD = 14 Kips


Pu = 1,2 PD + 1,6 PL = 1,2 x 10 + 1,6 x 20 = 44 Kips (menentukan)
Kontrol Leleh : Pu   f y Ag

Pu 44
Ag    1,358in 2 (menentukan)
 f y 0,9  36
Kontrol Putus : Pu   f u Ae Ae = 0,75 Ag

Pu 44
Ag    1,349in 2
0,75   f y 0,75  0,75  58

 4 Ag 4  1,358
Ag  D2  D  
4  
D > 1,32 in (menentukan)

Kontrol Kelangsingan :
L L 12  50
 500  D    1,2 in < 1,32 L
D 500 500

3
Dipakai Batang Bulat   1 > 1,32 in
8

II - 21
BAB III
STRUKTUR TEKAN

3.1. Pendahuluan
Struktur tekan adalah bagian struktur yang menerima gaya normal tekan.
Beban yang cenderung membuat batang bertambah pendek akan
menghasilkan tegangan tekan pada batang tersebut.
Struktur tekan terdapat pada bangunan-bangunan
 Jembatan rangka
 Rangka kuda-kuda atap
 Rangka menara/tower
 Kolom pada portal bangunan gedung
 Sayap tertekan pada balok I (portal, jembatan)

Perbedaan terpenting antara struktur tarik dan tekan


 Pada struktur tarik, beban tarik membuat batang tetap lurus pada
sumbunya, sedangkan pada struktur tekan, beban tekan cenderung
membuat batang tertekuk sehinga bahaya tekuk harus diperhatikan.
 Pada struktur tarik, adanya lubang-lubang baut pada sambungan akan
mengurangi luas penampang yang memikul beban tarik tersebut,
sedangkan pada struktur tekan, baut dianggap dapat mengisi lubang,
sehingga penampang penuh (brutto) yang memikul beban tekan.

Pada percobaan tekan, menunjukkan bahwa kehancuran batang tekan akan terjadi
P
pada ketegangan   dibawah tegangan leleh ( f y  pada percobaan tarik).
 A
 Dengan propil yang sama, semakin panjang batang tersebut akan
semakin cepat mencapai kehancuran, atau semakin kecil beban yang
dapat diterima.
 Ini disebabkan semakin langsing batang, semakin besar
kecenderungannya untuk menekuk.
Angka kelangsingan (slenderness ratio) yaitu perbandingan antara
panjang batang dengan jari-jari kelembaman.

I
 - angka kelangsingan i=
A

L
 l – panjang batang I – momen enersia
i
i – jari-jari kelembaman A – luas penampang
 Kecenderungan menukuk suatu batang dipengaruhi hal sebagai
berikut :
 Macam kondisi ujung-ujung batang
 Ketidak sempurnaan batang
 Eksentrisitas beban tekan
 Adanya “residual stress” (tegangan sisa)

3.2. Propil-propil untuk Struktur Tekan


 Secara teoritis semua profil dapat dipakai
 Secara praktis dibatasi beberapa hal :
 Propil yang tersedia dipasaran
 Sambungan yang akan dipakai
 Tipe struktur

SIKU “TE” KANAL WF PIPA BOX

PROPIL-PROPIL BUATAN :

 Karena kelangsingan batang mempengaruhi kekuatan, maka untuk struktur


tekan, batang bulat dan pelat tidak biasa dipakai (terlalu langsing).
3.3. Kekuatan Batang Tekan
Diagram Tegangan-Regangan pada Percobaan Takik Baja

P E – Elastis limit
f  ideal
A P – proportional limit

fy fy – tegangan leleh
E fp – tegangan proportional
fp P
ada residual stress fr – tegangan sisa (residu)
fp = fy - fr

O L

L

 Dari titik 0 sampai P diagram berupa garis lurus (linear).


 Sesudah itu diagram tidak linear lagi, karena terjadi leleh local pada
penampang propil akibat tegangan sisa yang ada.
 Dengan adanya leleh local, kekuatan tekuk (tekan) menjadi berkurang.

Dari percobaan tekan di laboratorium, dengan profil yang sama, tetapi


dengan panjang berbeda-beda (kelangsingan yang bermacam-macam), akan
didapat gambaran yang bisa dinyatakan dalam grafik sebagai berikut :

P
f 
A

fy

L
O

i

 Dapat dilihat disini, semakin besar angka kelangisngan, semakin kecil beban
yang bisa diterima, atau semakin kecil angka kelangsingannya semakin besar
beban yang dapat diterima.
Keadaan ideal dari suatu batang tekan :
 Beban bekerja merata, dan garis kerja beban berimpit sumbu batang.
 Sumbu batang betul-betul lurus, dan propil terbuat dari bahan yang homogin.
 Tidak ada tegangan sisa/residual stress pada profil.

3.4. Tegangan Sisa : “Residual Stress”


 Tegangan sisa ialah tegangan yang ada pada profil baja akibat proses
pembuatan dipabrik dan/atau pengerjaan dilapangan.
 Terjadinya tegangan sisa :
Pada proes pembuatan didalam pabrik, karena terjadi pendinginan yang tidak
bersamaan pada penampang propil akan mengakibatkan timbulnya tegangan-
tegangan pada profil. Bagian yang cepat mendingin akan timbul tegangan
tekan, sedangkan bagian yang dinginnya terhambat akan timbul tegangan
tarik.

Sebagai contoh profil WF, pelat sayap,


+
bagian tepi akan cepat mendingin,
sedangkan pelat badan bagian tengah yang
-
pendinginnya cepat.

+ 1
Besarnya tegangan sisa berkisar  fy
- - 3
+ Pada peraturan kita diambil fR = 70 MPa
untuk profil buatan pabrik (Roll)

3.5. Perumusan Euler


Angapan-anggapan :
 Batang betul-betul lurus, dan langsing
 Beban bekerja sentris
 Bahan homogin
 Tahanan ujung-ujung batang sendi
x
P P
x
y

L L
y 2 2

d2y Mx
2
 Mx  P  y
dx EI
P
2
d y P ambil k 2 
 y0 EI
dx 2 EI
y  k 2 y  0  Persamaan Deferensial tingkat 2
Penyelesaian PD  y  Asin kx  B cos kx
Syarat batas : x = 0  y = 0 0 = 0 + B  B = 0
x = L  y = 0 0 = A sin kl
A  0 dan kL  0  kL  n

n P n 2 2
k   2
L EI L
 2 EI
n=1 Pcr  (Beban Tekuk Kritis EULER)
L2
Biasanya perumusan EULER dinyatakan dalam tegangan.
L

PCR  EI 2
i
f CR   2 dengan memasukkan
A L A I
i
A
 2E
 f CR  2 (Tegangan Kritis EULER)

f

 2E
fCR 
2


3.5. Revisi Dari Perumusan EULER

 Kalau dibandingkan dengan grafik yang dihasilkan dari percobaan tekan di


laboratorium, maka perumusan EULER yang diturunkan secara analitis
tersebut terdapat penyimpangan.

 Perumusan EULER masih dianggap berlaku/sama dengan kenyataan hasil test


di laboratorium, sampai batas proportional, dimana hokum Hooke berlaku atau
harga E tetap daerah elastis. Setelah melampaui titik proposional, harga E
tidak tetap lagi, sehingga perumusan EULER tidak sesuai lagi (tidak berlaku)
 daerah inelastis.

 Untuk daerah inelastic ini diadakan revisi rumus rumus-rumus pendekatan.

f  2E
Lab Euler  f
2
fy fy
fx fp P

p  O 

- Percobaan Tekan
Percobaan Tarik
- Rumus EULER

fy
E = tan 
fP

E [MPa]
2 x 105
3.6. Ada 3 Kegagalan Batang Tekan :

1. “ FLEXURAL BUCKLING . ”
Batang akan menjadi tidak stabil karena terjadi tekukan/lenturan 
(EULER BUCKLING).

2. “Local Buckling”
Penampang terlalu tipis (perbandingan lebar pelat dengan tebal pelat ( b/t)
terlalu besar) akan menyebabkan terjadi tekuk local, sebelum batang
menekuk.

3. “Torsional Buckling”
Terjadi pada batang dengan bentuk penampang/kontigurasi tertentu.
Kegagalan akibat terjadinya torsi atau kombinasi torsi dan lentur.

3.6.1. Menekuknya Elemen Penampang tergantung pada :


- Perbandingan lebar dan tebal elemen plat ( b/t ).
- Elemen pelat berpengaku atau tidak.
 Berpengaku ( STIFFENED ) kedua sisinya ditopang.
 Tidak berpengaku ( UNSTIFFENED ) satu sisinya bebas.

b b b b b

b
b b

t – tebal Elemen plat

las b las
Elemen tidak berpengaku

las b las

Elemen Berpengaku
Ada 3 katergori Penampang : (Nilai P dan R  Tabel 7.5.1 Peraturan).
 Penampang kompak (“Compac Section”) : b/t < P
Penampang dapat mencapai tegangan plastis, sebelum menekuk.
 Penampang tidak kompak (“Non Compact Section”) : P < b/t < R
Penampang dapat mencapai tegangan leleh disebagian tempat
(belum seluruh penampang), sebelum menekuk.
 Penampang langsing (“Slender Compressin Elemnt”) : b/t > R
Sangat tidak ekonomis untuk kolom, sehingga tidak boleh dipakai
sebagai kolom.

“Untuk kolom, penampang harus memenuhi katagori “compact” atau “non


compact”  b/t < R”

3.6.2. Menekuknya struktur tekan :


Ada 3 kategori kolom :
 Kolom panjang
Tegangan tekuk tekan < tegangan proporsional (P)
Kolom menekuk elastis fP = fy - fR
fR – tegangan residu (+ 0,3 fy)
 Kolom pendek
Tegangan runtuh = tegangan leleh (fy)
Karena sangat pendek, tidak terjadi tekuk saat kolom runtuh.
 Kolom menengah (Intermediate)
Pada saat runtuh, sebagian penampang telah mencapai tegangan leleh (fy).
Kegagalan karena leleh dan tekuk. Kolom menekuk INELASTIS. (pada
umumnya kolom masuk katagori ini)

 Batas kolom panjang  batas elastis


 2E Lk
Tegangan elastis : Fe  p kelangsingan :  
2 i
E
e  
p

III - 8
 Batas kolom pendek  tanpa tekuk
Diambil   20
 Daerah antara batas kolom pendek dan kolom panjang merupakan kolom
menengah  daerah Inelastis.

fy

fp

+ 20 e 

inelastis elastis
Tanpa tekuk

3.7. Kekuatan Batang Tekan ELASTIS


 Gaya tekuk elastis (Ncr) :
Ag fy
N cr  Ag = luas penampang bruto
c 2
Prameter kelangsingan kolom c 

1 LK fy
c  fy = tegangan leleh
 r E
E = Modulus Elastis
1 fy
c   LK = panjang tekuk
 E
LK = kC L
L = panjang batang tekan
kc = faktor panjang tekuk
 = kelangsingan komponen tekan
r = jari-jari kelembaman (=i)
LK I
 r
r A

III - 9
 Daya dukung Nominal :
 Persyaratan kelangsingan :
b
 Kelangsingan elemen penampang (Tabel 7.5.1 Peraturan)  r
t
 Kelangsingan komponen struktur tekan  < 200
fy
N n  Ag f cr  Ag Nn = daya dukung nominal

fy
f cr  Ag = luas penampang utuh

fcr = tegangan kritis penampang
fy = tegangan leleh material
Untuk :
c  0,25   1  kolom pendek
1,43
0,25  c  1,2     kolom menengah (inelastis)
1,6  0,67c
c  1,2    1,25c 2  kolom panjang (elastis)

fy
fcr 
fcr
=1 

fy 1,43

1,60  0,67c
fy
 = 1,25 c2
1,8

0,25 1,20 C
inelastis elastis

 fy
Menurut SNI 1729 dimana : c 
 E

 Untuk kelangsingan elemen penampang > r analisis kekutan dan


kelakuan dilakukan tersendiri, dengan mengacu pada metoda-metoda yang
rasional.

III - 10
 Kontrol Kekuatan Kolom :
Nu <  Nn Nu = gaya normal tekan akibat beban berfaktor
Nn = kuat nominal tekan
 Nn = kuat rencana tekan
 = factor reduksi (0,85) (Tabel. 6.4.2 Peraturan)

3.8. Menurut AISC LRFD :


Kuat Nominal Kolom : Pn = Ag Fer
Kuat Rencana Kolom : Pu = c Ag Fer
dimana Ag = Luas penampang utuh
Fer = Tegangan tekan kritis
Untuk perumusan Fer ada 2 persamaan :
 Perumusan Elastis : untuk kolom panjang (tekuk elastic) c  1,5

 Perumusan Inelastis : untuk kolom pendek dan kolom intermediate


(tekuk inelastic) c < 1,5

 Rumus Inelastis untuk c  1,5:


Fcr  0,658c Fy
2

 Rumus Elastis, untuk c  1,5:

 0,877 
Fcr   F
2  y

 c 

kolom pendek
(Perumusan-perumusan ini
Fcr kolom kolom panjang
intermidiate memasukkan pengaruh
Fy tegangan sisa FR dan
rumus inelastis
ketidak lurusan batang
0,39 Fy
c=1,5 tekan seperti anggapan
rumus elastis
ideal)
kL
e 
i

III - 11
KL
Dimana : 
i
 2E
Fe  2

Fy  Fy
c   c 
Fe  E
Untuk Batas Elastis : Fc = Fp Fp = Fy - FR
Fc = 0,444 Fy FR = 0,556 Fy

Fy Fy
c    1,5
Fe 0,444Fy

 2E E
Fe  2  0,444Fy  e  
 0,444Fy

3.9. Angka Kelangsingan


LK
  - angka kelangsingan
i
LK - panjang tekuk
i - jari-jari girasi

 Panjang tekuk adalah jarak antara 2 “inflection point” (titik dengan M = 0)


pada sebuah batang tekan.
LK = kCL kC – factor tekuk
L - panjang batang

 Faktor panjang tekuk (kc) nilainya tergantung pada tahanan rotasi dan tahanan
translasi ujung-ujung batang tekan.
 Nilai factor panjang tekuk untuk tahanan ujung-ujung batang “ideal”,
ditunjukkan pada gambar 7.6.1. (Peraturan)
 Untuk batang tekan yang merupakan bagian dari suatu rangka yang
bersambungan kaku (portal) nilai factor tekuknya ditentukan dengan
nomogram dari :
- Gambar 7.6.2 (a) (Peraturan) untuk portal tak bergoyang
- Gambar 7.6.2 (b) (Peraturan) untuk portal dapat bergoyang

III - 12
 Tak bergoyang  tahanan translasi dianggap 
 Bergoyang tahanan  tahanan translasi dianggap 0

GA dan GB  perbandingan antara kekakuan kolom terhadap


kekakuan penahan ujung-ujungnya (kekakuan baloknya)

I I c  momen inersia kolom


 
 L c Lc  panjang kolom
G
I I b  momen inersia balok
 
 L b Lb  panjang balok
Menurut Peraturan :
 Kolom dengan perletakan sendi (tidak kaku)  G  10,00
 Kolo dengan perletakan jepit (kaku)  G  1,0
 Untuk batang tekan dalam struktur segitiga, LK tidak boleh diambil kurang
dari panjang teoritis batang.
 Angka kelangsingan untuk batang tekan dibatasi sebesar 200.
max  200

Nilai kc untuk kolom dengan ujung-ujung yang ideal

III - 13
(a) Nilai kc untuk komponen struktur tak bergoyang, dan
(b) untuk komponen struktur bergoyang

Contoh : 1
Suatu kolom dari WF 300 x 300 x 11 x 17 dengan tahanan ujung-ujung
jepit-sendi. L = 4000 mm.
Berapakah kekuatan rencana kolom tersebut, bila mutu Baja BJ 41 
fy = 250 Mpa

Jawab : WF 300 x 300 x 11 x 17 A = 13,48 cm2 ix = 13,2 cm


iy = 7,57 cm d = 304 mm
bf = 301 mm r = 18 mm
NU NU
L
tb = 11 mm tf = 17 mm
h = d – 2 (tf + r) = 234 mm

 Kontrol Penampang :
(Kelangsingan elemen penampang Tbl. 7.5-1)

III - 14
bf 301 
  8,85 
2t f 2 x17  bf
sayap :   r Penampang tidak
250 250 2 t
R    15,81  f
langsing
fy 250 

(ok)
h 234 
  21,27 
t 11  h
badan :   r
665 t
R   42,06 
250 

 Kelangsingan komponen struktur :


lk
  lk  kc l  jepit-sendi kc = 0,80 (Gb. 7.6-1 Peraturan)
i
lkx 0,8 x 400
thd. sb x  x    24,24
ix 13,2
lky 0,8 x 400
thd. sb y   y    42,27  menentukan!
iy 7,57

 fy 42,27 250
c    0,476  0,25  c  1,2
 E  2 x105
1,43
  1,115
1,6  0,67 c
Kuat Nominal :
fy 2500
N n  Ag  134,8   302242 kg
 1,115

Kuat Rencana Kolom :  Nu = 0,85 x 302242 kg


= 256906 kg
“AISC LRFD”
c = 0,476 < 1,5

Fcr  0,658 c Fy  0,658


 2
0 , 476 2 x 2500

= 2273,81 kg/cm2
Pu = fc Ag Fcr = 0,85 x 134,8 x 2273,81
= 260533 kg

III - 15
Contoh : 2
Suatu kolom dari BJ 37, WF 250 x 175 x 7 x 11
Menerima beban : PD = 30 t PL = 30 t
Panjang kolom L = 800 cm
Tahanan ujung-ujung kolom jepit-sendi
Pada arah sumbu lemah diberi pengekang sejarak 2,50 m dari ujung sendi dan
3,00 m dari ujung jepit.
Kontrollah kekuatan kolom tersebut.

Jawab :
2,5 m
ky=1 WF 250 x 175 x 7 x 11
Pu = 1,4 PD = 42 ton

ky=1 Pu = 1,2 PD + 1,6 PL = 84 ton 


2,5 m
(menentukan)
kx=0,8 r = 16 Ag = 56,24 cm2
ky=0,8
3m d = 244 bf = 175
ix = 10,4 cm iy = 4,18 m
h = 244 – 2 (11 + 16) = 190
BJ 37  fy = 240 MPa
x y

Kontrol Penampang : (kelangsingan element penampang)


bf 175 
  5,47
2t f 2  16  bf
Sayap :   R
250 2t f
R   16,14 
fy 

Penampang tidak langsing (ok)
h 190 
  27,14 
t 7  h
Badan :   R
665 t
R   42,93 
fy 

III - 15
Kelangsingan komponen struktur :
0,8  800
thd, sb. x : x   61,54 (menentukan)
10,4
1  250
thd. Sb. y : y   59,81
1
4,18
0,8  300
y   57,42
2
4,18

 Fy 61,54 2400
c    0,679
 E  2  106
 0,25 < c < 1,2
1,43 1,43
   1,249
1,6  0,67 c 1,6  0,67  0,679

fy 2400
Pn  Ag  56,24   108067kg
 1,249
 Pn = 0,85 x 108067 = 91857 > Pu = 84 ton (ok)

“AISC LRFD”

c  0,679  1,5  Fcr  0,658 Fy 0,6580,679  2400


2 2
c

= 1978,82 kg/cm2
Pu = c Ag Fcr = 0,85 x 56,24 x 1978,82 = 94595 kg
84 ton < 94,595 ton (ok)

3.10. Perencanaan Batang Tekan


Pada perencanaan batang tekan tidak bisa langsung mendapat kebutuhan
Ag dan imin seperti pada perencana batang tarik, karena pada batang tekan
kelangsingan batang () mempengaruhi kekuatan batang.
Untuk itu perlu pendekatan awal dengan memisalkan besarnya .
Permisalan besarnya angka kelangsingan  diambil pada daerah inelastis yaitu
antara 80 – 100.
Dengan mengambil peermisalan nilai , kita dapat menghitung c
(parameter kelangsingan) dan harga w.

III - 16
fy
dari kontrol kekuatan : Pu <  Ag
w
wPu
maka didapat : ag >
fy
lk
dari permisalan besar , dimana  =
i
lk
maka didapat i =

Sehingga kebutuhan Ad dan I untuk perencana dapat diketahui.
Dengan harga Ag dan I tersebut pemilihan propil bisa dilakukan, sampai didapat
propil yang tepat/ekonomis.

Contoh : 3
Suatu kolom panjang L = 7,00 m dengan tahanan ujung-ujungnya jepit-jepit
Beban dipikul PD = 40 t
PL = 20 t
Rencanakan kolom tersebut dengan profil WF (BJ 37)

Pu Jawab : Pu = 1,2 PD + 1,6 PL


= 1,2 x 40 + 1,6 x 20 = 80 t
Lk = kc L = 0,65 x 700 = 455 cm
Menaksir Propil :
L=700 cm Perkiraan :  = 100

 fy 100 2400
c    1,1032
 E  2  108
1,43
0,25 < c < 1,2     1,661
1,6  0,67 c
Pu

fy  Pu 1,661 80000
Pu  c Ag  Ag   Ag > 65,14 cm2
 c f y 0,85  2400

Lk L 455
max   imin  k   4,55 cm
imin max 100

III - 17
Coba profil, WF 200 x 200 x 8 x 12 A = 63,53 cm2 ~ 65,14
h = 200 – 2 (12 + 13) = 150 iy = 5,02 cm > 4,55 ix = 8,62 cm

Kontrol Kekuatan : (Kelangisngan Komponen Struktur)


Lkx 455 Lky 455
x    52,78 y    90,63 (menentukan)
ix 8,62 iy 5,02

 fy 90,63 2400
c    100  0,25  c  1,2
 E  2  106
1,43
  1,538
1,6  0,67 c

fy 2400
Kekuatan Nominal : Pn  Ag  6353  99160kg
 1,538
Kekuatan Rencana : c Pn = 0,85 x 99160 = 84286 kg > 80 t (ok)

Kontrol Penampang : (Kelangsingan Element penampang)


bf
200 

 8,33
2tf 2  12  bf
Pelat Sayap :   R (ok)
250 2t f
R   16,14 
fy 

h 150 
  18,75 
t 8  h
Pelat Badan :   R (ok)
665 t
R   42,93 
fy 

Propil 200 x 200 x 8 x 12 dapat dipakai !

III - 18
Contoh : 4

Suatu portal 3 dimensi (ruang) dengan ukuran sebagai berikut :

5000

5000
DENAH
6000 6000 6000 6000
Bl1 Bl1 Bl1 Bl1 Bl2 Bl2
I
Kl2 Kl2 A Kl2 Kl2 4000 A Kl2 Kl2 Kl2
Bl1 Bl1 Bl1 Bl1 Bl2 Bl2
Ix
Kl1 Kl1 Kl1 Kl1 5000 Kl1 Kl1 Kl1

6000 6000 y 6000 6000 x 5000 5000

POT. MEMANJANG POT. MELINTANG

Kolom 1 : WF 250 x 250 x 11 x 11


Ix = 8798 cm4 Iy = 2940 cm4 A = 82,060
ix = 10,3 cm iy = 5,98 cm
Kolom 2 : WF 200 x 200 x 12 x 12
Ix = 4480 cm4 Iy = 1700 cm4 A = 71,5302
ix = 8,35 cm iy = 4,88 cm
Balok 1 : WF 350 x 175 x 6 x 9 Ix = 11100 cm4
Balok 2 : WF 300 x 200 x 8 x 12 Ix = 11300 cm4
Mutu Baja BJ 37  f y = 2400 kg/cm2

Kolom A :
 Berapakah angkan kelangsingannya () ?
 Berapakah Kekuatan Rencana ?

III - 19
Jawab :
Kolom A :
Tekuk terhadap sumbu x : Ic = Ix Kolom


4980 
400  0,550


GA
 500
11300 

k Cx  1,29
   (bergoyang)
4980  3790
 400 500  1,328
GB
11300500 


(Nomogram gb. 7.6.2b Perauran)


LKx = KCx L = 1,29 x 400 = 516 cm
Lkx 516
x    61,80
ix 8,35
Tekuk terhadap sumbu y : Ic = Iy Kolom

GA 
1700400  0,115 

2 11100  

600
k Cy  0,59
   (tak bergoyang)
1700  2940
 400 500  0,274
2 11100 
GB 
600 

(Nomogram gb. 7.6.2a Peraturan)


LKy = KCy L = 0,59 x 400 = 236 cm
Lky 236
y    48,36   x
iy 4,88

 = x = 61,80 (menentukan !)

 fy 61,80 240
c    0,681  0,25  c  1,2
 E  2  105
1,43
  1,25
1,6  0,67 c
Kuat Nominal Kolom :
Fy 2400
Pn  Ag  71,53   137337,6 kg
 1,25
Kuat Rencana Kolom :
c Pn = 0,85 x 137337,6 = 116736,96 kg

III - 20
BAB IV
STRUKTUR LENTUR (BALOK)

4.1. Pengertian Balok


Balok adalah bagian dari struktur bangunan yang menerima beban tegak
lurus   sumbu memanjang batang (beban lateral,  beban lentur).

Beberapa jenis balok pada bangunan:


- Joist : Balok-balok // dengan jarak kecil untuk memikul lantai/atap
suatu bangunan gedung.
- Lintel : Balok pada dinding terbuka.
- Sprindel : Balok yang memikul dinding luar suatu bangunan
- Stringer : Balok // arah jembatan pada lantai kendaraan jembatan
jembatan.
- Floor Beam : Balok tegak lurus   arah jembatan yang berfungsi
meneruskan beban dari “STRINGER” ke pemikul utama
(Rangka batang, Balok Girder).
- Girder : Balok besar, biasanya dipakai untuk istilah balok utama pada
struktur jembatan.
- Gording : Balok untuk memikul atap pada struktur rangka batang (kuda-
kuda) atap  purlin.

4.2. Perumusan Lentur

f
y
fy

z

L
Gambar 4.1a Balok diatas dua tumpuan Gambar 4.1b Diagram Tegangan - Regangan

IV - 1
 Kalau balok dibebani dengan beban lentur, akan terjadi momen lentur yang
akan menimbulkan tegangan lentur pada penampang profil.
 Kalau beban ditambahkan terus, maka tegangan yang terjadi akan berubah
seperti yang digambarkan dibawah ini.

y f < fy fy fy fy

f < fy fy fy fy
a b c d

Gambar 4.2 Diagram tegangan lentur

a. Tegangan max yang terjadi masih lebih kecil tegangan leleh bahan
(fmax < fy)
b. Tegangan max yang terjadi = tegangan leleh (fmax = fy)  Batas Elastis.
c. Tegangan leleh tidak hanya terjadi dititik ekstrem.
d. Seluruh penampang telah terjadi tegangan leleh  Batas Plastis.

Pada “BATAS ELASTIS” (kondisi b.), momen yang terjadi disebut “MOMEN
LELEH” (My), sedangkan pada “BATAS PLASTIS” (kondisi d.) momen yang
terjadi disebut “MOMEN PLASTIS” (Mp).

MOMEN LELEH
y
My   f dA y y fy
A f   fy
d /2
d f
fy 2 2
2  d
y dA d /2 dA y
O
2 Ix  2  y 2 dA d
O
fy
 Ix Ix
d
2 Sx 
d
My  fy  Sx 2 b fy

Sx – Elastis Modulus

IV - 2
MOMEN PLASTIS
y
Mp   fy d A  y fy
A
d /2 d /2
dA f
 fy  2  y d A Zx  2  y d A y
O O
d
Mp  fy  Zx
Zx – Plastis Modulus

fy
b

Faktor bentuk dari suatu penampang adalah perbandingan antara “MOMEN


PLASTIS” (Mp) yang dapat dicapai dibandingkan dengan “MOMEN
LELEH”nya
Mp fy Zx
Factor bentuk penampang :  
My fy Sx

Zx

Sx

- Untuk penampang persegi panjang :


1 
Sx  b d 2 
6  Zx
 factor bentuk :    1,50
1 2 Sx
Zx  b d 
4 
- Untuk penampang I profil WF  factor bentuk   1,10 ~ 1,20

4.3. Pemilihan Profil untuk Struktur Balok


 Profil-profil INP, WF, S, C sering dipakai sebagai struktur lentur
(balok).
 Karena profil WF luasan profil dikonsentrasikan pada sayap sehingga
besaran Sx / Zx akan besar (My / Mp  besar). Maka profil WF
sangat efektif dipakai sebagai struktur balok.
 Kalau profil-profil buatan pabrik tidak mencukupi untuk memikul
beban, maka diperlukan profil buatan  balok “DINDING PENUH”.

IV - 3
4.4. Perilaku Balok Dibebani beban Gravitasi

Pu y fy fy
- -
x
+ +
Ke pusat kelengkungan fy fy

Busur atas  memendek

Busur bawah memanjang

+ + TAMPAK SAMPING
+ + + +
+ +

Gambar 4.3 Balok diatas 2 tumpuan dibeban dengan beban lentur

 Sisi atas balok (diatas garis netral) terjadi tegangan tekan, dan akan
berperilaku seperti “KOLOM”.
 Balok untuk mendapatkan kemampuan yang besar (maximal), maka Ix >> Iy,
sehingga akan lemah terhadap sumbu y.
 Pada sisi atas (daerah tekan) akan menekuk kesamping (tekuk lateral), bila
tidak ada penahan/pengekangnya.

Lb = L

TAMPAK ATAS SAYAP ATAS

 Kegagalan balok akibat “TEKUK LATERAL” ini pada umumnya akan terjadi
pda beban yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan beban yang
mengakibatkan kegagalan lentur vertical.

PENHAN LATERAL

LB LB

LB - Panjang bagian sayap tertekan yang tidak ditahan/dikekang.


(jarak penahan lateral)

IV - 4
LB LB LB

 Bila LB semakin kecil maka beban yang mengakibatkan kegagalan

“tekuk lateral” semakin besar.

LB LB LB LB LB LB

 Pada LB mencapai nilai tertentu, tidak terjadi kegagalan

“tekuk lateral”

 Balok dibedakan menjadi 3 katagori menurut jarak lateral bracingnya


(penahan lateral) :

1. Dikekang terhadap tekuk lateral menerus  LB = 0 dan jarak penahan


lateral dekat/kecil  LB < LP (zone I ~ plastic buckling Mn = Mp).

2. Jarak penahan lateral menengah  LP < LB < LR (zone II ~ inelastic


buckling MR < Mn < Mp).

3. Jarak penahan lateral besar  LB > LR (zone III ~ elastic buckling


Mn < MR)

IV - 5
Mn Zone I Zone II Zone III
plastc buckling inelistic buckling elastic buckling
MP
Nilai LP dan LR
MR
di Tabel 8.3.2 Peraturan

LP LR LB
Gambar 4.4 Diagram Mn - LB

fy fy fy f < fy

fy fy fy f < fy

 ZONE I (PLASTIC BUCKLING – LB Kecil/Pendek)


Kalau sayap tertekan balok, ditahan menerus  LB = 0
Atau jarak penahan lateral kecil  LB < LP
Balok dapat dibebani sampai seluruh balok penampangnya mencapai tegangan
leleh (fy), tanpa tekuk lateral.
Nilai LP tergantung : - ukuran penampang profil
(Tabel : 8.3.2) - Mutu baja  fy
Kuat nominal momen balok : Mn = Mp = fy . Z < 1,5 My
(terhadap sumbu x) My = S . F y
Kuat rencana momen : Mu =  Mn   = 0,90

 ZONE II (INELASTIC BUCKLING – LB Menengah)


Jarak penahan lateral  LP < LB < LR
- Kegagalan balok terjadi karena tekuk lateral, penampang balok tidak
seluruhnya mencapai tegangan leleh (fy)  INELASTIC
- Semakin besar LB, semakin kecil/sedikit penampang yang mencapai
tegangan leleh

IV - 6
- Pada jarak LB tertentu, hanya titik extreme yang mencapai fy, jarak ini
disebut  LR
Besarnya LR tergantung : - Ukuran penampang balok
(Tabel : 8.3.2) - Mutu Baja (fy)
- Tegangan sisa (fR)
fR = 70 MPa  balok buatan pabrik
fR = 115 MPa  balok buatan dengan las

 ZONE III (ELASTIC BUCKLING – LB Panjang/Besar)


Jarak penahan lateral (LB) mencapai lebih besar LR  LB > LR
- Kegagalan balok terjadi karena tekuk lateral dan puntir, penampang balok
tidak ada yang mencapai tegangan leleh (fy)  tekuk elastis.
- Bila LB semakin besar, momen yang dapat diterima semakin kecil.
- Bila momen yang bekerja pada balok bertambah, maka lendutan kearah
lateral juga semakin besar, dan akhirnya mencapai MCR.
- Pada saat ini balok akan mengalami “TORSIONAL LATERAL
BUCKLING”  penampang balok akan terputir dan sayap tertekan akan
tertekuk kearah lateral.
- MCR ini didapat dari : - Tahanan Puntir (Torsional Resistance)
- Tahanan Warping (Warping Resistance)

CONTOH PENAHAN LATERAL :

pelat pengaku

Gambar 4.5 Penahan lateral pada balok

IV - 7
Gambar 4.6 Denah pembalokan

4.4. Perencanaan Balok Akibat Momen Lentur


 Momen lentur terhadap sumbu utama kuat (sumbu x)
Analisa struktur metoda elastis
Mux <  Mnx  Mux – momen lentur berfaktor terhadap sumbu x
Mnx – kuat nominal penampang terhadap sumbu x
 – factor reduksi (0,90)
 Momen lentur terhadap sumbu utama lemah (sumbu y)
Muy <  Mny  Muy – momen lentur berfaktor terhadap sumbu y
Mny – kuat nominal penampang terhadap sumbu y
 – factor reduksi (0,90)

4.4.1. Kuat Nominal Lentur Penampang, Pengaruh “Tekuk Lokal”


 BATASAN :
Momen Leleh : My = S fy  S – modulus penampang elastis
fy – tegangan leleh baja
Momen Batas : MR = S (fy – fR) fR – tegangan residu (sisa)
Momen Plastis : Mp = Z fy  Z – modulus penampang plastis
1. Penampang Kompak :
  < p  - perbandingan lebar dan tebal elemen plat (b/t)
 p , R - harga batas (Tabel 7.5.1 Peraturan)
Mn = Mp Mn - kuat nominal lentur penampang

IV - 8
2. Penampang Tidak Kompak :
p < < R

Mn = Mp – (Mp – MR)
   p

   
R p

3. Penampang Langsing

 
2

 <R  Mn = M R  R 
 

h
Untuk elemen badan  R termasuk balok “dinding penuh”
t

Mn
kompak tidak kompak langsing
Mp
MR

p R 

4.4.2. Kuat Nominal Lentur Penampang Pengaruh “Tekuk Lateral”


 BATASAN :
Momen Plastis : Mp = Z fy
Momen Batas Tekuk : MR = S . (fy – fR)
fR – tegangan residu (tegangan sisa)
fR = 70 MPa  penampang buatan pabrik
fR = 115 MPa  penampang buatan dilas

 Kekuatan balok menerima momen lentur tergantung jarak penahan/pengekang


lateral (LB) – Unbraced Length (panjang tidak terkekang dari sayap tertekan).

IV - 9
1. Bentang Pendek : (Plastic Buckling)
LB < Lp LB – Unbraced Length
Lp, LR – harga batas (Tabel 8.3.2 Peraturan)
Mn = Mp < 1,5 My

2. Bentang Menengah : (Inelastic Buckling)


LP < LB < LR
 L  LB   M
M n  Cb M R  M p  M R  R
 LR  Lp  p

3. Bentang Panjang : (Elstic Buckling)


LB > LR
Mn = MCR < Mp  harga MCR ditentukan dalam Tabel 8.3.1

 Cb = koefisien momen lentur  untuk memasukkan pengaruh tahanan ujung


batang dan kondisi pembebanan. Cb dipakai pada daerah inelastic dan elastis
buckling.
12,5 M max
Cb   2,30
2,5M max  3M A  4M B  3M C
Dimana :
Mmax  harga absolute momen max pada segmen tanpa pengaku lateral pada
sebuah balok (LB).
MA , MB, MC – harga absolute dari momen-momen pada ¼ LB ½ LB dan ¾ LB

Mmax

MA
MC
MB
LB LB LB LB
4 4 4 4

IV - 10
4.5. Kuat Nominal Geser : (Vn)
Kuat geser balok tergantung perbandingan antara tinggi bersih pelat badan
(h) dengan tebal pelat badan (tw).
(-) Pelat badan leleh  Plastis

h k E
bila :  1,10 n  Vn = 0,6 Fy . Aw
tw fy

(-) Pelat badan menekuk inelastic  “Inelastic Buckling”

kn E h kn E
bila : 1,10 < < 1,37
fy tw fy

kn E
1,10
fy
Vn  0,6 f y Aw 
h
tw
(-) Pelat badan menekuk Elastis  “Elastic Buckling”

h k E k E
bila :  1,37 n  Vn  0,9 Aw n 2
tw fy h
 
 tw 
dimana :
h – tinggi bersih pelat badan tw – tebal pelat badan
a – jarak pengaku vertical plat badan

kn  5  5 2 E – modulus Elastis (MPa)


a
 
h
fy – Tegangan Leleh (MPa)
Aw – luas penampang pelat badan penuh (Aw = d tw)

 Untuk balok tanpa pengaku vertical pelat badan : kn = 5.


Dngan memakai nilai E = 200000 MPa, maka perumusan diatas menjadi lebih
sederhana :
h 1100
(-) Plastis :   Vn  0,6 f y Aw
tw fy

IV - 11
1100 h 1370 1100 tw
(-) Inelastis :   Vn  0,6 Fy Aw 
f y tw fy h fy

h 1370 900000 Aw
(-) Elastis :   Vn  2
tw fy h 
 t 
 w
 Kuat rencana geser : Vu =  Vn   = 0,90
Gaya geser akibat beban berfaktor tidak boleh melebihi kuat rencana geser :
Vu <  Vn
Kalau persyaratan ini dilampaui, pelat badan diberi tambahan dikiri dan
kananya (dubler plates).

4.6. Defleksi Struktur Balok


 Defleksi/lendutan pada balok baja, biasanya dibatasi sampai batasan tertentu.
Hal ini ditentukan oleh beberapa keadaan, misalnya :
- Lendutan yang besar akan dapat mengakibatkan rusaknya barang-
barang/alat-alat yang didukung oleh balok tersebut.
- Penampilan dari suatu bentuk struktur akan menjadi
rusak/berkurang dari segi ESTETIKA dengan adanya lendutan
yang terlalu besar.
- Lendutan yang besar akan menimbulkan rasa tidak aman bagi
pemakai jasa bangunan tersebut.
- Kadang-kadang untuk beberapa balok yang memikul beban sama,
diperlukan lendutan yang sama.

 Mengingat hal-hal diatas, peraturan perencanaan bangunan selalu


mengatur/menentukan besarnya lendutan max. suatu struktur yang
dipersyaratkan.
Untuk “TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK
BANGUNAN GEDUNG” diatur pada Tabel 6.4-1.

 Untuk hal-hal yang lain perlu diatur lagi sesuai fungsi dari balok tersebut dan
persyaratannya sesuai dengan peraturan yang ada. (spesifikasi teknis).

IV - 12
Perumusan Defleksi
 Untuk menghitung defleksi balok, beban kerja yang dipakai dalam
perhitungan  bukan beban berfaktor.

 Untuk balok diatas dua perletakan sederhana, untuk menghitung defleksi max
dapat dipakai perumusan :
5  L4
- Ymax   untuk beban terbagi rata q penuh pada balok
384 EI
diatas dua tumpuan sederhana.
3
PL
- Ymax   untuk beban terpusat P ditengah bentang.
48 EI

 Untuk balok diatas beberapa tumpuan/balok statis tak tentu, rumus pendekatan
ini dapat dipakai :
5L2
Ymax  M s  0,1M a  M b  Ma, Mb - momen tumpuan
48EI
Ms - momen ditengah lapangan
Contoh : 1
Balok diatas dua tumpuan.
P P q P P q
D = 150 kg/m’ (belum termasuk berat sendiri balok)

PD = 2000 kg
L = 12 m q
L = 550 kg/m’ PL = 5500 kg

WF 600 x 300 x 12 x 17 BJ 37
Buat q = 137 kg/m’ Ix = 103000 cm4 Sx = 3530 cm3 Zx = 3782 cm3
A = 174,5 cm2 Iy = 7670 cm4 iy = 6,63 cm
d = 582 b = 300 r = 28

L 1200
- Kontrol Lendutan : y   3,333cm
360 360

5 1,5  1,37  5,51200 23 2000  55001200


4 3
ymax  
384 2  10  10300
6
648 2  106  103000
= 1,097 + 2,233 = 3,33 cm < y = 3,333 cm (OK)

IV - 13
Beban berfaktor :
qu = 1,2 (150 + 137) + 1,6 (550) = 1224,4 kg/m
Pu = 1,2 (2000) + 1,6 (550) = 11200 kg
Du max = ½ qu L + 2 Pu = 29746,4 kg
Mu max = R4 x 6 – Pu x 6 – Pu x 2 – ½ qu (6)2 = 66839,2 kgm’

- Kontrol Kuat Geser :


h = d – 2 (tf + r) = 582 – 2 (17 + 28) = 492
h 492 
  41 
tw 12  h 1100
1100 1100    plastis!
  71 t w f y
fy 240 

Vu < f Vn Vn = 0,6 fy Aw
= 0,6 x 2400 x 12 x 58,2
= 100569,6 kg
29746 < 0,9 x 100569,6 = 90512,64 kg (OK)

- Kontrol Kuat Momen Lentur


 Lokal Buckling
bf 300 
  8,82
2t 2  17  bf
Sayap : f   p
170  2t f
p   10,97
240 

Penampang Kompak
h 492 
  41  h
t w 12
Badan :   p
t
 108,44 w
1680
p 
240 

Mn = Mp = Zx fy = 3782 x 2400 = 9076800 kg cm

IV - 14
 Lateral Buckling
a) LB = 1200 cm

E 2  105
Lp  1,76 iy  1,76  6,63  337 cm
fy 240

 x1 
LR  iy   1  1  x2 f L
2

 f y  f r 
fy = 2400 kg/cm2
fr = 700 kg/cm2
fy – fr = fL = 2400 – 700 = 1700 kg/cm2
1
J =  bt 3  plat badan b = d – 2 tf = 582 – 2 x 17 = 548
3
1 1
= (54,8) 1,23 + 2 x (30) 1,73 = 129,825 cm4
3 3
2
h1
Iw = Iy  h1 = d – tf = 582 – 17 = 565
4
56,52
= 7670 x = 6121139,375 cm6
4

 EGJA  2  106  8  105  129,825  174,5


x1 
Sx 2 3530 2
= 119811,10 kg/cm2
2 2
 S  I  3530  6121139,375
x2  4 x  w  4 
 G  J  Iy  8  10  129825
5
7670

= 3,68765 x 10-6 (kg/cm2)-2


 x1 
LR  iy  1  1  x2 f L2
f f 
 y r 

 119811,10 
 1  1  3,68765 10 1700
6 2
= 6,63 
 1700 
LR = 982 cm
LB > LR  Bentang Panjang !  Mn = Mcr

  E 
2

M cr  Cb EI y G J    I y I w  M p
L  L 

IV - 15
12,5 M max
Cb   2,30
2,5M max  3M A  4M B  3M C

Pu = 11200 kg
Pu Pu Pu Pu
q4 q4 = 1224,4 kg/m
RA = 2746,4 kg
A B C
Mmax = 66839,2 kg m
L = LB = 12
m
MA = MC = RA . 3 – Pu x 3 – ½ q4 (3)2 = 50219,4
MB = Mmax = 66839,2 kg m
12,5 66839,2
Cb   1,136
2,566839,2  350219,4  466839,2  350219,2
2
    2  106 
M cr  1,136 2  10  7670  0,8  10  129,825  
6 6
 7670  6121139,3
1200  1200 
Mcr = 5047421 kg cm < Mp = 907 6800 kg cm
Mn = Mcr = 50474 kg m
Mu max <  Mn = 0,9 x 50474 kg m
66839,2 kg m > 45427 kg m
Balok Tidak Kuat!

b) LB = 400 cm Lp = 337 cm
LR = 982 cm
Lp < LB < LR  Bentang Menengah!
 L  LB 
Mn = Cb  M R  M p  M R  R   Mp
 LR  Lp 

MR = Sx (fy – fr) = 3530 x 1700 = 6001000 kg cm


Mp = Zx fy = 3782 x 2400 = 9076800 kg cm
Pu = 11200 kg
Pu Pu Pu Pu
qu qu = 1224,4 kg m

A B C
RA = 29746,4 kg = RB
A B
Mmax = 66339,2 kg m
4m 4m 4m

IV - 16
MA = RA x 5 – Pu x 5 – Pu x 1 – ½ qu (5)2 = 66227 kg m = Mc
MB = Mmax = 66839,2 kg m
12,5  66839,2
Cb   1,004
2,5  66839,2  466227  366839,2  4  66227

 982  400 
M n  1,004460010  90768  60010  88150kg m  M p
 982  337 
 Mn = 0,9 x 88150 kg m = 79335 kg m > Mu max = 66839,2 kg (OK)

c) LB = 300 cm < Lp = 337 cm  Bentang Pendek!


Mn = Mp = Zx fy = 90768 kg m
 Mn = 0,9 x 90768 = 81691 kg m > Mu max = 66839,2 kg (OK)
Dengan LB = 400 cm maupun 300 cm, balok kuat !

4.7. Kuat Nominal Tumpu Pada Balok


(Kuat Nominal Bearing – Rb)
 Bila balok dibebani dengan beban terpusat
 pada salah satu sayap dan simetris terhadap Pu Pu
pelat badan, maka perlu dikontrol :
- Lentur local pelat sayap
- Leleh local pelat badan
- Tekuk dukung (lipat) pelat badan
- Tekuk lateral pelat badan
Pu Pu
 Bila balok dibebani dengan beban terpusat pada
kedua sayapnya, perlu dikontrol :
- Leleh local pelat badan
- Lipat pelat badan (tekuk dukung)
Pu Pu
- Tekuk kolom pelat badan

1. Lentur Lokal Pelat Sayap


Kuat nominal terhadap lentur local pelat sayap :
terlentur
Rb = 6,25 tf2 fy  tf = tebal pelat sayap
 = 0,90

IV - 17
Tidak perlu dikontrol bila :
- Lebar beban kurang dari 0,15 lebar sayap
- Sepasang pengaku vertical pelat badan dipasang dengan tinggi > 0,5 h.

2. Leleh Lokal Pelat Badan


Kuat nominal terhadap leleh local pelat badan :
 = 1,00
a). Rb = (5k + N) fy tw  jika jarak beban terpusat keujung balok lebih besar
dari tinggi balok (d) (x > d)
b). Rb = (2,5k + N) fy tw  jika jarak beban terpusat keujung balok lebih kecil
dari tinggi balok (x < d)
dimana : k - jarak antara sisi luar pelat sayap ketitik dimana pelat badan
mulai lurus  k = tf + r
N - lebar perletakan tumpu, min selebar k
x - jarak beban terpusat tetapi balok

Pu
x>d
k
leleh lipat
2,5k N 2,5k
d
N 2,5k
leleh
k

Ru
x<d

3. Tekuk Dukung (Lipat) Pelat Badan : (WEB CRIPPLING)


Kuat nominal terhadap lipat pelat badan :
 = 0,75

  tw   E f y  t f
1, 5
 N 
1  3    d
a). Rb = 0,79 tw2  jika x 
  
 d  t f   tw 2
 

  tw   E f y  t f
1, 5
 N 
1  3    d N
b). Rb = 0,39 tw2  jika x  dan < 0,20
  d  t f   tw 2 d
 

IV - 18
  N  tw   E f y  t f
1, 5
 
1  4   0,20   d
c). Rb = 0,39 tw2  jika x 
  d  
 t f   tw 2

N
dan  0,20
d

4. Tekuk Lateral Pelat Badan (Sideway Web Buckling)


Kuat nominal terhadap tekuk lateral pelat badan :
 = 0,85
  h  
2

C Et t 
3
 t  
a). Rb  R 2w f 1  0,4 w    untuk pelat sayap dikekang terhadap rotasi dengan :
h L
  b  
  f 

h 
 t 
 w   2,3
L 
 b 
 f 

h
tw
Bila  2,3  Tidak perlu dikontrol!
L
bf

  h 3 
C Et t   t  
3

b). Rb  R 2w f 0,4 w    untuk pelat sayap tidak dikekang terhadap rotasi dengan :
h L
  bf  
   

h 
 t 
 w   1,7
L 
 b 
 f 

h 
 t 
Bila  w   1,7  Tidak perlu dikontrol!
L 
 b 
 f 

IV - 19
Dimana :
Pu
tw - tebal pelat badan
tf - tebal pelat sayap
h - tinggi bersih pelat badan
(h = d – 2k)
bf - lebar pelat sayap
L - jarak pengekang lateral (Lb)
CR = 3,25  Mu < My
CR = 1,62  Mu > My
Mu - Momen berfaktor pada beban terpusat

5. Tekuk Lentur Pelat Badan


Apabila beban terpusat tekan bekerja pada kedua sayap balok, maka
kelangsingan dari pelat badan harus dibatasi supaya tidak terjadi tekuk pada
pelat badan.

Kuat nominal terhadap tekuk lentur pelat badan :


3
tw
Rb  24,08 E  fy
h
 = 0,90

 Akibat beban terpusat berfaktor pada balok tidak boleh terjadi kegagalan-
kegagalan seperti yang dijelaskan diatas.
 Beban terpusat berfaktor harus lebih kecil dari kuat nominal dikalikan
factor reduksi ().
Ru <  Rb Ru – gaya tumpu (bearing)
Rb – kuat nominal bearing
 Kalau persyaratan tersebut tidak dipenuhi, maka perlu diadakan tindakan-
tindakan sebagai berikut :
- Pelat badan diberi pengaku vertical.
- Pelat badan diberi tambahan pelat disampingnya (doubler plates).
- Pelat badan diberi pengaku diagonal.

IV - 20
4.8. Perencanaan Balok

Untuk merencanakan balok, bisa didekati dengan kontrol lendutan, untuk

mendapatkan kebutuhan momen enersia propil (Ix) dan kontrol kekuatan momen

lentur untuk mendapatkan kebutuhan plastis modulus (Zx).

Kontrol lendutan : ymax < yijin

5 qL4 PL3
ymax    yijin
384 EI x 48EI x

didapat : Ix > ……..

Kontrol Kekuatan Momen Lentur :

Mu max <  Mn  = 0,90

Momen Nominal : Mn dimisalkan  0,80 Mp ~ Mp

didapat Zx > ………….

Dari kebutuhan Ix dan Zx yang dihitung, dipilih propil, dan dikontrol

secara menyeluruh. Kalau terlalu kuat propil bisa dikecilkan, kalau tidak kuat

propil perlu dibesarkan sampai didapat propil yang sesuai.

Contoh Soal

1. Suatu balok lantai berjarak 2,50 m satu dengan yang lain, dengan bentang
L = 6,50 m. (anggap tumpuan sederhana)
Tebal pelat beton t = 12 cm
Beban lantai (tegel + spesi) = 100 kg/m2
Beban hidup (lantai) = 250 kg/m2
Rencanakan balok tersebut dengan Propil WF BJ 37, bila pelat beton dianggap
sebagai pengaku lateral secara menerus (LB = 0).
L
Lendutan yang diijinkan ymax =
360

VI - 21
L = 6,50 m 2,5 m 2,5 m

Beban Mati :
Berat sendiri (ditaksir)  qd = 60 kg/m’  digeser
Berat pelat beton : (0,12 x 2,5 x 2400 = 720 kg/m’
Berat lantai : 2,5 x 100 = 250 kg/m’
qd = 1030 kg/m’ = 10,30 kg/cm2
Beban Hidup :
qL = 2,5 x 250 = 625 kg/m’ = 6,25 kg/cm’
Kontrol Lendutan :
5 qL4 L 650
ymax  y   1,81cm
384 Ex Ix 360 360

5 10,30  6,25  650


4
  1,81
384 2  106  Ix
Ix perlu > 10626 cm4
qu = 1,2 x qD + 1,6 x qL = 2236 kg/m’
1 1
Mu max = (qu) L2 = (2236) 6,52 = 11809 kg m
8 8
1
Pu max = (qu) L = 7267 kg
2
Kontrol kekuatan lentur :
Mu =  Mn   = 0,90
Mn = fy x Zx  (LB = 0) (kontrol tekuk lateral)
(anggap penampang kompak)
1180900 < 0,9 x 2400 x Zx
Zx > 547 cm3

Coba WF 350 x 175 x 6 x 9 g = 41,4 kg/m’ < 60 kg/m’ ok


(346 x 174 x 6 x 9) Ix = 11100 cm4 > 10626 cm4 ok
r = 14 Zx = 778 cm3 > 547 cm3 ok

VI - 22
Kontrol Penampang Kompak : (Tekuk Lokal)
h = 346 – 2 (9 + 14)
= 300 mm
h 1680 6 170
 
t fy 2t f fy

300 1680 174 170


 
6 240 29 240
50 < 108,44 ok 9,67 < 10,97 ok
Penampang Kompak  anggapan benar ! Mn = Zx fy
Kontrol Kekuatan Geser.
h 1100 300 1100
  
tw fy 6 240

50 < 71  ok  Plastis!
Vn = 0,6 x fy x Aw
= 0,6 x 2400 x 0,6 x 34,6 = 29894 kg
Vn <  Vn
7267 kg < 0,9 x 29894 = 26905 kg  ok
Propil WF 350 x 177 x 6 x 9 dapat dipakai

2. Suatu balok diatas dua tumpuan dengan bentang L = 7,50 m, memikul beban
seperti tergambar.
½P P P ½P

PD = 6700 kg
PL = 4000 kg 2,5 m 2,5 m 2,5 m
LB LB LB
L = 7,5 m

Jarak pengekang lateral dipasang setiap 2,5 m.


Rencanakan balok tersebut dengan propel WF, BJ 37
L
Lendutan yang diijinkan : ymax 
260

VI - 23
Penyelesaian :
Beban Mati :
Beban Terbagi rata (berat balok)/ditaksir qD = 100 kg/m’ = 1,00 kg/cm
Beban Terpusat : PD = 6700 kg
Beban Hidup : PL = 4000 kg
Kontrol lendutan :
5 qL4 23 PL3 L
ymax   y  2,083cm
384 E I x 648 E I x 360

5 1,00  750 23 6700  4000  750


4 4
  2,083
384 2  10  I x
6
648 2  106  I x
I x > 39448 cm4
qu = 1,2 x 100 = 120 kg/m’
Pu = 1,2 x 6700 + 1,6 x 4000 = 14440 kg
Ru = ½ qu L + 1 ½ Pu = 22110 kg
1 L
Mu max = qu L2 + Pu = 36943,75 kgm
8 3
Mp = y . Zx = 2400 Zx
Misal Mn = 0,75 Mp = 1800 Zx
M u <  Mn
3694375 < 0,9 x 1800 x Zx  Zx > 2280 cm3
Coba WF 500 x 200 x 11 x 19 g = 103 kg/m’ ~ 100 kg/m’
(506 x 201 x 11 x 20) Ix = 56500 cm4 > 39448 cm4
h = 506 – 2 (19 + 20) = 428 Zx = 2462 cm3 > 2280 cm3
A = 131,2 cm2
Iy = 4,43 cm
Sx = 2230 cm3
Iy = 2580 cm4

Kontrol Tekuk Lokal :


h 1680 6 170
 
t fy 2t f fy

VI - 24
428 1680 201 170
 
11 240 2  19 240
38,91 < 108,44 ok! 5,29 < 10,97 ok!
Penampang Kompak!  Mn = Mp = Zx fy

Kontrol Lateral Buckling :


Lb = 250 cm E = 200000 MPa
fy = 240 MPa
E
Lp = 1,76 iy fi = 70 MPa
fy
fL = fy – fr = 170 MPa
1
200000 J =  bt3
= 1,76 x 4,43 3
240
1 2
= x 46,8 x 1,13 + (20,1 x 1,93)
Lp = 224 cm < Lb 3 3

 1  x f 
4
 x1  = 112,6742 cm
LR = iy  1 2
  f  f  2 L h2 48,72
 y r  Iw = Iy = 2580 x
4 4

6
E GJ A = 1529740 cm
x1 =
S 2 G = 80000 MPa
h’ = 506 – 19 = 487

2  106  0,8  106  112,6742  131,2


=
2230 2
x1 = 153204 kg/cm2
2
 S  Iw
x2 =4  
 GJ  I y
2
 6  cm 
2
 2230  1529740 2
=4     1,57  10   
 0,8  10  112,6942 
6
2580  kg 
= 650 cm
Lp < Lb < LR  Bentang Menengah
 L  Lb 
Mn = Cb  M R  M p  M R  R 
 LR  Lp 

VI - 25
MA = MC = R x 3,125 – ½ Pu x 3,125 – Pu x 0,625 – ½ qu (3,125)2

Bentang yang ditinjau = 36920,3125 kgm


½P P ½P MB = Mmax = 36943,75 kgm
3,125 P
qu 12,5 M max
Cb   1,003
2,5 M max  3M A  4M B  3M C 

R R
M
MA MB MC

2,5 m 2,5 m 2,5 m


Mp = fy Zx = 2400 x 2462 = 5908800 kg cm < 1,5 My
MR = Sx (fy – fR) = 2230 x 1700 = 3791000 kg cm
My = Sx fy = 2230 x 2400 = 5352000 kg cm
 650  250 
Mn = 1,003 37910  59088  37910
 650  224 
Mn = 57969 kg m < Mp  Mn = 57969 kgm (tekuk lateral menentukan)
Mu <  M n
36943,75 < 0,9 x 57969 = 52172 kgm
WF 500 x 200 x 11 x 19 terlalu kuat !
Coba lagi :
Misal : Mn = 0,90 Mp = 2160 Zx
Mu <  M n
3694375 < 0,9 x 2160 Zx
Zx > 1900 cm3
Coba : WF 500 x 200 x 9 x 14 d = 496 b = 199 r = 20
A = 101,3 cm2 Ix = 41900 cm4 > 39448 cm4
qh = 79,5 kg/m’ Sx = 1690 cm3
= 428 Zx = 1836 cm3 ~ 1900 cm4
Iy = 1840 cm4 iy = 4,27 cm

Kontrol Tekuk Lokal :


h 1680 428 1690
    47,56  108,44 ok
t fy 9 240

VI - 26
b 170 199 170
    7,1  10,97 ok
2t f fy 2  14 240

Penampang Kompak !  Mn = Mp = Zx fy
Kontrol Tekuk Lateral : LB = 250 cm

E 200000
Lp = 1,76 iy  1,76  4,27
fy 240

Lp = 217 cm < Lb

 1  x f 
 x1 
LR = iy   1 2
f f  2 L
 y r 

1 1 2
J =  bt3 = x 46,8 x 0,93 + x 19,9 x 1,43 = 47,776 cm4
3 3 3
h2 48,22
Iw = Iy  1840   1068690cm 6
4 4

 EG J A  2  106  0,8  106  47,776  101,3


x1 = 
S 2 1690 2
x1 = 115669 kg/cm2
2 2
 S  Iw  1690  1068690
x2 = 4    4  
 G  J  Iy  0,8  10  47,7776 
6
1840
2
 cm 2 
= 4,542 x 10  -6

 kg 
 115669 
LR = 4,27 
 200  700 
 6
 1  1  542  10  1700
2

LR = 634 cm’
Lp < Lb < LR  Bentang Menengah
 L  Lb 
Mn = Lb  M R  M p  M R  R   Cb = 1,003 (dari perhitungan dimuka)
 LR  Lp 

My = Sx fy = 1690 x 2400 = 4056000 kg cm


Mp = Zx fy = 1836 x 2400 = 4406400 kg cm < 1,5 My
MR = Sx (fy – fr) = 1690 x 1700 = 2873000 kg cm
 633  250 
Mn = 1,003 28730  44064  28730
 633  217 

VI - 27
Mn = 42976 kg m
Mu =<  Mn
36943,75 < 0,9 x 42976 = 38678 kg m ok

Kontrol Geser :
h 1100 428 1100
  
tw fy 9 240

47,56 < 71  Plastis !


Vn = 0,6 fy Aw = 0,6 x 2400 x 0,9 x 496 = 64281,6 kg
Vu = <  Vn
2210 kg < 0,9 x 64281,6 = 57853,4 kg ok

Propil WF 500 x 200 x 9 x 14


dapat dipakai !

Kontrol Kuat Tumpu


Reaksi perletakan : Rbu = 1½ Pu + ½ qu L
= 22110 kg
- Leleh Local Pelat Badan :
½ Pu
k = r + tf
2,5 k
k = 20 + 14 = 34 m
k
Rn = (2,5 k + N) fy x tw

 = 1,00 N Rbu

Rbu <  Rn

22110 < 1 (2,5 x 3,4 + N) 2400 x 0,9

22110
n> - 2,5 x 3,4 = 1,736 cm
2400  0,9
Misalnya perletakan dari beton fc’ = 240 kg/cm2
Kekuatan Nominal Tumpu Beton : Pn = 0,85 fc’ A
 = 0,6

VI - 28
Ru <  P n
22110 < 0,6 x 0,85 x 240 x A  A > 181 cm2
Dipakai pelat landasan 30 x 20 cm2 A = 600 cm2 > 181 cm
N = 20 cm > 1,736 cm
       = 0,6
Perlawanan perletakan :
Ru 22110
qu =   36,85 kg/cm2
A 600
l = ½ B – r – ½ tb
Mu = ½ qu l2 = ½ x 36,85 (15 – 2 – 0,45)2
= 2902 kg cm/cm
N=20cm
t2
qu Mu <  fy Zx Zx = ¼ (1) t2 =
4
B=30cm
e 4M u
t>  = 0,9
 fy

fy = 2400 kg/cm2
t > 2,32 cm  pakai t = 25 mm

- Lipat Pelat Badan :


Reaksi perletakan R jaraknya ketepi balok (x)
20 d 49,6
x  10 cm    24,8 cm
2 2 2
N 20
  0,40  0,2
d 49,6

  N   tw   E f y t f
1, 5
 
Rn  0,39 t 1  4   0,2  
2

  d  t f  
w
tw

  0,9   2  106  2400  1,4


1, 5

= 0,39 (0,9) 1  4  0,4  0,2


2
 
  1,4   0,9

= 0,39 (0,81) (1,7216) x 86409,88


Rn = 46994 kg
Rbu <  Rn   = 0,75
22110 kg < 0,75 x 46994 kg = 35246 kg ok

VI - 29
- “Tekuk Lateral Pelat Badan”
h 428 
  47,56  h
tw 9  tw
  3,79  2,3
LB 2500 Lb
  12,56  bf
Bf 199 

Tidak perlu di Kontrol terhadap “tekuk lateral pelat badan.

- “Tekuk Lentur Pelat Badan” ½ Pu


3
t
Rn  24,08 w E fy
h
0,93
= 24,08 x 2  106  2400  28416kg
42,8 Ru

Rbu <  Rn  = 0,9


22110 kg < 0,9 x 28416 = 25574 kg ok

Dengan ukuran perletakan 300 x 200 x 25 kontrol kuat tumpu dipenuhi !

VI - 30
BAB V
STRUKTUR KOMBINASI NORMAL DAN LENTUR
(Balok Kolom)

5.1. Kombinasi Momen dengan Gaya Normal


Bagian struktur dari suatu bangunan banyak yang menerima beban
kombinasi momen dan beban normal. Yang paling mudah dikenali yaitu kolom
dari suatu portal. Kolom tersebut disamping menerima gaya normal tekan, juga
menerima moment letur akibat sambungan kaku pada balok kolom. Itu salah satu
contoh yang ada pada stuktur portal.
Demikian juga pada struktur rangka, ada kalanya batang-batang pada
rangka tersebut tidak hanya menerima gaya normal, tetapi juga menerima
moment. Sebagai contoh batang atas rangka struktur atap, disamping menerima
gaya tekan dia juga akan menerima momen bila letak gording tidak hanya pada
titik-titik buhul. Sedangkan batang bawah disamping menerima gaya tarik bisa
juga menerima beban momen kalau letak penggantung plafond/ducting AC tidak
hanya pada titik-titik buhul.
Akibat tidak sentrisnya gaya normal dengan titik berat susunan sambungan
juga akan menimbulkan tambahan beban moment pada batang yang disambung.
Kombinasi momen dengan gaya tarik tidak terlalu menimbulkan masalah,
karena gaya tarik akan mengurangi besarnya lendutan akibat beban momen.
Sedangkan pada kombinasi gaya tekan dengan momen, gaya tekan akan
menambah besarnya lendutan yang akan menambah besarnya momen. Ini akan
menambah besarnya lendutan dan seterusnya. Diharapkan batang cukup kaku
sehingga tidak terjadi defleksi yang berlebihan.

5.2. Batang dengan Momen Lentur dan Gaya Normal Tarik


Beberapa contoh batang yang menerima beban aksial tarik dan momen
lentur secara bersama.
a. penggantung dengan beban tarik eksentris

V-1
b. penggantung dengan beban tarik sentries dengan beban lateral
c. balok dengan beban gravitari dan beban tarik

wu
wu Pu Pu

(c)

e
Pu Pu
(a) (b)

Persamaan Interaksi antara gaya normal dengan momen lentur untuk


propil dengan penampang simetris :

Pu P 8  M ux M uy 
Bila  0,20  u      1,0
t Pn t Pn 9  b M nx b M ny 

Pu Pu  M ux M uy 
Bila  0,20      1,0
t Pn 2t Pn  b M nx b M ny 

Pu - gaya tarik akibat beban berfaktor
Mux dan Muy - momen lentur terhadap sumbu x/sumbu y akibat beban
berfaktor
Pn - kekuatan tarik nominal batang
Mnx - kekuatan momen lentur nominal terhadap sumbu x
Mny - kekuatan momen lentur nominal terhadap sumbu y
t - factor reduksi untuk kuat tarik
t = 0,90 untuk  kuat leleh
t = 0,75 untuk  kuat putus
b - factor reduksi untuk kuat lentur
b = 0,90
Perumusan interaksi ini juga berlaku untuk kombinasi momen lentur
dengan gaya normal tekan.

V-2
5.3. Batang dengan Momen Lentur dan gaya Normal Tekan
(Balok Kolom/beam Column)
 Bila balok kolom memikul momen lentur sepanjang bagian tanpa
pengekang lateral, akan melendut pada bidang momen lenturnya. Ini
akan menghasilkan momen sekunder (menambah besarnya momen)
sebesar gaya tekan dikalikan lendutnya (eksentrisitasnya). (Pada
gambar a, tambahan momen ini sebesar Pu.). Tambahan momen ini
akan menambah lendutan, seterusnya akan menambah momen begitu
seterusnya sampai mencapai keseimbangan.
 Bila portal mengalami pergoyangan, dimana ujung-ujung kolom akan
mengalami perpindahan lateral relative satu dengan yang lain. Hal ini
akan menimbulkan juga tambahan momen (Pada gambar b, tambahan
momen ini sebesar Pu.)

Pu Pu


M2 = Mlt + Pu 
M1 = Mnt + Pu 
 (momen bertambah (momen bertambah
akibat ) akibat )

Pu Pu

Gambar 5.1a. Kolom Tidak Bergoyang Gambar 5.1b. Kolom Bergoyang

Untuk menghitung momen-momen tambahan akibat  dan  ini menurut


peraturan LRFD dapat dihitung memakai analisa order pertama, dan mengalikan
momen yang diperoleh dengan factor pembesaran momen (amplification factor),
b dan s.

V-3
5.4. Amplifikasi Momen
 Untuk elemen tidak bergoyang
Mu = b Mntu
Mntu - momen berfaktor pada analisa order pertama yang diakibatkan
oleh beban tidak menimbulkan goyangan  beban gravitasi.
b - factor ampifikasi, untuk memasukkan pengaruh P-
Cm
b   1,00
 Nu 
1   
 N crb 
Ag fy  2E
N crb   2 Ag
c 2 
dimana : Nu – gaya tekan berfaktor
Ncrb – gaya tekan kritis Euler untuk elemen tidak
bergoyang (k-untuk tidak bergoyang)

  kL i
- Untuk elemen tanpa beban transversal.
M1
Cm  0,6  0,4   1,0    M1  M 2
M2
M1, M2 - momen di ujung element
 nilai positif bila M1 dan M2 membuat lengkungan yang brbeda

M1 M2

- Untuk elemen dengan beban transversal


Cm = 1  elemen dengan ujung-ujung sederhana
Cm = 0,85  elemen dengan ujung-ujung kaku

 Untuk elemen bergoyang


Mu = b Mnt + s Mlt
Mlt – momen berfaktor pada analisa order pertama yang diakibatkan
beban yang menimbulkan pergoyangan  beban lateral.
s - factor amplifikasi, untuk memasukkan pengaruh P-

V-4
1
s 
  Nu 
1   
  N crs 
 2E
N crs  Ag
2
kL

i
dimana :
Nu  jumlah gaya tekan berfaktor seluruh kolom dalam satu
tingkat yang ditinjau.
Ncrs  jumlah gaya kritis Euler untuk element bergoyang,
(k-bergoyang) dalam satu tingkat yang ditinjau.

Persamaan Interaksi antara gaya normal tekan dengan momen lentur sama
seperti pada kombinasi gaya tarik dan momen lentur.

Pu P 8  M ux M uy 
Bila  0,20  u      1,00
c Pn c Pn 9  b M nx b M ny 

Pu P  M ux M uy 
Bilan  0,20  u      1,00
c Pn c Pn  b M nx b M ny 

Pu - gaya normal tekan akibat beban berfaktor
Nux dan Muy – momen lentur (amplifikasi) terhadap sumbu x dan subu y
Pn - kekuatan nominal tekan
Mnx - kekuatan nominal lentur terhadap sumbu x
Mny - kekuatan nominal lentur terhadap sumbu y
c = 0,85 - factor reduksi untuk kuat tekan
b = 0,90 - factor reduksi untuk kuat lentur

Contoh : 1
Kolom Tak Bergoyang
WF 300 x 300 x 12 x 12 d = 294 by = 302 tw = 12 tf = 12 r = 18
A = 107,7 cm2 ix = 12,5 cm iy = 7,16 cm Sx = 1150 cm3
Sy = 365 cm3 Zx = 1241 cm3 Zy = 557 cm3

V-5
L = 460 cm kx = 0,76 Ky = 0,68 BJ 41  fy = 250 MPa
h = 294 – 2 (12 + 18) = 234
Pu = 70 t Mnt x1 = 7,65 tm Mnt y1 = 2,10 tm
Mnt x2 = 10,05 tm Mnt y2 = 2,75 tm

Mntx Mnty

Kontrol Kolom :
- Penampang (Kelangsingan elemen penampang)
h 234  bf 302 
  19,50  h   12,58 b f
tw 12   R 2 t s 2  12   R
665  tw  2t f
250
R   42,06 O.K R   15,81  O.k
fy  fy 
 

Penampang tidak langsing !

kL
- Kelangsingan struktur : 
i

0,76  450  2 EAg


x   27,36  N cRbx   2837088kg
12,5 2x
0,68  450  2E
y   42,74  N cRby  2 Ag  1162755kg
1,16 y

 fy 42,74 250
max   y  42,74  c    0,481
 E 3,14 2  105

1,43
0,25  c  1,2     1,12
1,6  0,67 c

fy 2500
Pn  Ag  107,7   240550kg
 1,12

Pu 70000
  0,342  0,2  Rumus Interaksi 1
 Pn 0,85  240550

V-6
Kontrol Balok : Mu = b Mnt
Terhadap sumbu x

Cm M 
 bx   1,00 Cm  0,6  0,4 1 
 Nu   M2 
1  
N   7,65 
 cr bx   0,6  0,4  
0,296  10,05 
  0,303
70  0,296
1
2837,088
 bx  1,0

Mux = bx Mntx = 1 x 10,05 = 10,05 tm

Terhadap sumbu y
Cm  2,10 
 by   1,0  Cm  0,6  0,4    0,905
 N   2,75 
1  u 
N 
 cr by 
0,905
=  0,965   by  1,00
70000
1
1162757
Muy = by . Mnty = 1 x 2,75 = 2,75 tm

Momen Nominal :
Kontrol Tekuk Lokal :
bt 302
  12,583   
h 234  2t f 2  12
  19,5 
tw 12  h 170
      10,75
1680 t
   106,25  w fy
fy  370 370
R    27,58
f y  fr 250  70

p< <R  tidak kompak


  p
M n  M p  M p  M R 
r   p
Terhadap sumbu x

V-7
Mx = Zx fy = 1241 x 2500 = 3102500 kg cm = 31,025 tm
MRx = Sx (fy – fr) = 1150 x 1800 = 207 0000 kg cm = 20,7 tm
12,583  10,75
M nx  31,025  31,025  20,7   29,9 tm
27,58  10,75
Terhadap sumbu y
MPx = Zy fy = 557 x 2500 = 139 2500 kg cm = 13,925 tm
MRx = Sy (fy – fR) = 365 x 1800 = 657000 kg cm = 6,57 tm
12,583  10,75
M ny  13,925  13,925  6,57  13,124 tm
27,58  10,75
Kontrol Tekuk Lateral :
LB = 450 cm

E 2  105
Lp = 1,76 iy = 1,76 x 7,16 x  356  LB
fy 250

x  f L  1800 kg / cm 2
LR  iy 1  1  1  X 2 f L2
 fL  
1
28,21,2 3  2  1 30,21,2 3
3 3
 EGJA
X1  J  51,034 cm 4

sx 2
h12 28,2 2
 S  Iw
2
Iw  I y  5520 
X 2  4  4 4
 GJ  I y  1097431cm 6


x1  2  106  0,8  106  51,034  107,7  181057 kg 2 
1150  cm 
2
 1150  1097431  6  cm 2 
2
x 2  4 
  0,63095  10 
 0,8  10  51,034  5520
6
 kg 

181057
LR  7,16  1  1  x 2  f L2  1193cm
 1800 
Lp < LB < LR  Bentang Menangah
 L  L B  
M n  Cb  M R  M p  M R  R   MP
  L R  L 
P 

V-8
3,933
10,05 - 1,125 MA = 3,933 x 1,125 – 10,05 = -5,625 tm
A
1,125 MB = 3,933 x 2,25 – 10,05 = -1,20 tm
B
1,125 Nc = 3,933 x 3,375 – 10,05 = +3,225 tm
C
1,125
+ Mmax = -10,05 tm
7,65 3,933

12,5 M max
Cb   2,224  2,30
2,5 M max  3 M A  4M B  3M C


M nx  2,22420,7  31,025  20,7 
1193  450  66,42  Mp
 1193  350 
Mnx = Mpx = 31,025 > 29,9 tm
Mnx = 29,9 tm  untuk Tekuk Lokal Menentukan !

Kontrol Interaksi Beam Kolom  Rumus 1 :

Pu 8  Mu x Mu y 
  1,0
 
 Pn 9  b Mn x b Mn y 

70 8  10,05 2,75 
     0,342  0,332  0,207
0,85  240,55 9  0,9  29,9 0,9  13,124 
= 0,859 < 1,00 (OK)
Propil kuat memikul beban tekan dan momen lentur !

2. Kolom Bergoyang

WF 400 x 400 x 15 x 15 d = 388 bf = 402 r = 22 ix = 16,6 iy = 9,54

A = 178,5 cm Iy = 5520 cm4 Sx = 2520 cm3 Sy = 809 cm3

BJ 37 Zx = 2730 cm3 Zy = 1225 cm3

L = 400 cm Pu = 110 t

Tanpa goyangan kx = 0,82 Mntx1 = 5,25 tm Mnty1 = 1,26 tm

ky = 0,76 Mntx2 = 6,55 tm Mnty2 = 1,98 tm

Dengan goyangan kx = 1,32 Metx1 = 8,75 tm Mety1 = 2,25 tm

ky = 1,22 Metx2 12,25 tm Mety2 = 3,24 tm

V-9
Penampang Kolom :
h 314  bf 402 
  20,93    13,4
tw 15 h 2t f 2  15  bf
  R   R
665 t 2 t
R   42,93 w
R 
250
 16,14  f
fy  
fy 
Penampang tidak langsing !

- Kelangsingan struktur : (Bergoyang)

 fy
1,32  400  max  51,15  c   0,564
x   31,81  E
16,6 
 0,25  c  1,2
1,22  400 
y   51,15 1,43
9,54     1,17
1,6  0,67
fy Pu 110000
Pn  Ag  366064 kg    0,354  0,2 (Rumus 1)
  Pn 0,85  366064
Untuk Portal tak Bergoyang
0,82  400  2E
x   19,76  N crbx  2 Ag  9014749kg
16,6 
0,76  400  2E
y   31,87  N crby  2 Ag  3466387kg
0,54 
Momen Balok : Mu = b Mnt + s Met
Terhadap sumbu x :
 5,25 
Cm Cm  0,6  0,4 
 bx   1,0  6,55 
 Nu 
1     0,279
 N nbx 
0,279
  0,282   bx  1,00
 110 
1  
 9014,749 

Kalau diketahui :  Nu  2640t

 Ncrsx  83496t

V - 10
1 1
 sx    1,033
  Nu   2640 
1    1  
  N crsx   83406 

Mux = bx Nntx2 + sx Metx2 = 1 x 6,55 + 1,033 x 12,25 = 19,20425 tm

Terhadap sumbu y :
Cm  1,26 
 by   1,00 Cm = 0,6 – 0,4    0,345
1
Nu  1,98 
N crby
0,345
  0,356   by  1,0
 110 
1  
 3466,387 
Kalau diketahui :  Nuy  2640t

 Ncrsy  32472t

1 1
 sy    1,088
  Nu   2640 
1   1  
 N   32472 
 crsy 
Nuy = by Nnty + sy Nety = 1 x 1,98 + 1,088 x 3,24 = 5,50512 tm

Momen Nominal :
Kontrol Tekuk Lokal :
bf 402
  13,4  
h 314  2t f 2  15
  20,93 
tw 15 h 170
  p p   10,77  
1680 t
p   108,44 w fy
fy  370 370
R    28,38
f y  fr 240  70

p< <R  tidak kompak


  P
M n  M p  M p  M R 
R  P

V - 11
Terhadap sumbu x :

Mpx = Zx fy = 2730 x 2400 = 6552000 kg cm = 65,52 tm

MRx = Sx (fy – fr) = 2520 x 1700 = 4284000 kg cm = 42,84 tm

13,4  10,97
M nx  65,52  65,52  42,84  62,354tm
28,38  10,97

Terhadap sumbu y

MPx = Zy fy = 1225 x 2400 = 2940000 kg cm = 29,40 tm

MRx = Sy (fy – fR) = 808 (1700) = 1372600 kg cm = 13,736 tm

13,4  10,97
M ny  29,4  29,4  13,736  27,214tm
28,38  10,97

Lateral Buckling :
Lb = 400 cm
Lb < Lp
E 2  105
Lp = 1,76 iy = 1,76 x 9,54 = 484,7
fy 240

Bentang pendek  Mn = Mp

Mnx = Zx fy = 65,52 tm < 1,5 My

1,5 My = 1,5 x Sx fy = 1,5 x 2520 x 2400 = 90,72 tm > MPx

Local Buckling menentukan : Mnx = 62,354 tm

Kontrol Interaksi “Beam Kolom” Rumus 1

Pu 8  M ux M uy 
     1,00
c Pn 9   p M nx b M ny 

110 8  19,20425 5,0512 


   
0,85  366,064 9  0,9  62,354 0,9  27,214 

0,354 + 0,304 + 0,183 = 0,841 < 1,00

Kolom kuat memikul beban tekan dan momen lentur!

V - 12
BAB VI
SAMBUNGAN BAUT

6.1. Pendahuluan
Dasar perhitungan untuk sambungan baut dan sambungan paku keling
adalah sama. Hanya saja, cara pelaksanaannya maupun bahan yang dipakai
berbeda. Pada baut, pelaksanaannya lebih sederhana dibanding dengan paku
keling. Karena pada paku keling pemasangannya perlu pemanasan dan
pemukulan, lebih banyak diperlukan waktu dan keahlian teknisinya.

Baut Paku Keling

Dipanasi dan dipukul,


sehingga menutup seluruh
Ring lubang dan membentuk kepala
Mur

a). Baut b). Paku Keling

Rata
Keluar

VI - 1
6.2. Tipe Sambungan
Fungsi sambungan, disamping menyatukan element-element pada suatu
konstruksi menjadi satu kesatuan, juga berfungsi sebagai penyalur beban dari satu
bagian kebagian yang lain.
Pada dasarnya tipe sambungan ada 2 macam :
a. Sambungan “Lap” (Gambar a)
Pada sambungan ini terjadi kelemahan akibat tidak segarisnya garis kerja
gaya pada pelat satu terhadap yang lain. Sehingga akan terjadi momen
sebagai beban tambahan. Untuk sambungan tipe ini biasanya hanya
dipakai pada batang-batang kecil.
b. Sambungan “Butt” (Gambar b)
Pada sambungan ini, garis kerja gaya akan terletak pada “satu garis”.
Sambungan ini juga sering disebut “bertampang dua”.

P P

P/2
P/2 P

(a) (b)

6.3. Kerusakan Sambungan


Kerusakan sambungan bisa digambarkan seperti hal-hal sebagai berikut :
a. Kerusakan pada baut akibat geser (single shear).
b. Kerusakan pada pelat lewat lubang sambungan.
c. Kerusakan pada baut ataupun pelat (mana yang lebih lemah) akibat
tumpu (bearing).
d. Kerusakan pada tepi pelat akibat geser.
e. Kerusakan pada baut akibat geser pada sambungan “butt”
(double shear).

VI - 2
(a) (b)

(c) (d)

(e)

6.4. Jarak Pemasangan Baut


Ketentuan jarak baut, disamping ditentukan oleh kekuatan dan
penyampaian beban pada sambungan juga ditentukan dari segi pelaksanaannya.
Jarak baut dari as ke as, dan jarak baut ketepi pelat ditentukan pada peraturan
bab 13.4.

S2

S2

S1 S S S1

S- jarak antara baut


S1 - jarak baut terluar ketepi plat yang terbebani
S2 - jarak baut terluar ketepi plat yang tidak terbebani

VI - 3
3 db < S < 15 tp atau 200 mm db – diameter nominal baut
1,5 db < S1 < (4 tp + 100) atau 200 mm tp – tebal plat tertipis
* < S2 < 12 tp atau 150 mm

* - Untuk tepi dipotong dengan tangan 1,75 db


- Untuk tepi dipotong dengan mesin 1,50 db
- Tepi propil bukan hasil potongan 1,25 db

6.5. Kekuatan Baut Memikul Beban Geser


Suatu baut yang memikul beban berfaktor RU, harus memenuhi :
RU <  Rn (13.2-1)  – factor reduksi
Rn – kuat nominal
Kekuatan baut jenis “Tumpu” (bearing type) (sambungan dengan slip).
Setelah mempelajari kemungkinan keruntuhan sambungan, jarak baut, maka dapat
disimpulkan bahwa kekuatan sambungan baut dapat berdasarkan atas kekuatan
geser atau kekuatan tumpu.
a. Kekuatan geser nominal baut : Vn
m = jumlah bidang geser
Vn  r1 f u Ab m
b
r1 = 0,50 tanpa ulir pada bidang geser baut

r1 = 0,40 ada ulir pada bidang geser baut


b
f u = tegangan tarik putus baut

Kuat Rencana Ab = luas bruto penampang baut


Vd = f Vn f = 0,75 faktor reduksi kekuatan putus

b. Kekuatan tumpu nominal baut dengan plat


Bila S1 > 1,5d dan S > 3d serta ada lebih dari satu baut pada arah kerja
beban.
Rn = 2,4 db tp fu berlaku untuk semua jenis lubang baut
db – diameter nominal baut
tp – tebal plat tertipis
fu – tegangan tarik putus terkecil antara baut dan pelat

VI - 4
Kuat Rencana :
Rd = f Rn f = 0,75 faktor reduksi

6.6. Kekuatan Baut Memikul Beban Tarik


Kekuatan Tarik Nominal dari baut :
Tn = 0,75 fub Ab fub - tegangan tarik putus baut
Ab - luasan bruto penampang baut
Kuat`Rencana :
Td = f Tn f = 0,75 faktor reduksi

6.7. Pada baut Tipe Tumpu Menerima Beban Kombinasi Geser Dan Tarik
Baut yang memikul beban geser berfaktor Vu dan gaya tarik berfaktor Tu,
secara bersamaan harus memenuhi kedua pernyataan sebagai berikut :
Vu
f uv   r1  f f u m
b

n Ab
Tu
Td   f Tn   f f t Ab 
n
f t  f1  r2 f uv  f 2

Keterangan : f = 0,75 n – jumlah baut fuv = tegangan geser pada baut


m – jumlah bidang geser pada baut
SNI :
 Untuk baut mutu tinggi :
f1 = 807 MPa , f2 = 621 MPa
r2 = 1,9 untuk baut dengan ulir pada bidang gesernya
r2 = 1,5 untuk baut tanpa ulir pada bidang gesernya
 Untuk baut mutu normal :
f1 = 410 MPa , f2 = 310 MPa
r2 = 1,9

* AISC ft = 1,3 fu - r2 fuv < fu


dimana f1 = 1,3 fu
f2 = fu

VI - 5
6.8. Baut Mutu Tinggi Tipe Gesek (Friction Type)
Baut tipe geser ini didalam pemakaiannya perlu perhatian yang cukup,
baik pada saat penggambaran yang harus dinyatakan dengan jelas tipe bautnya,
maupun didalam pelaksanannya harus dikerjakan dengan teliti dan pengawasan
yang cukup ketat.

N
P
P P = N



 N gaya tekan baut yang harus dicapai pada proses pengencangan baut.
  koefisien gesek antar pelat

Daya salur beban ini ditentukan oleh besarnya gaya tarik baut pada saat
pengencangan yang akan menimbulkan N dan kekasaran permukaan pelat yang
menentukan besarnya koefisien gesek . Oleh karena itu besaran kedua harga
tersebut (N dan ) harus dijamin terjadi pada saat pelaksanaan.
Besarnya harga tarik minimum dapat diambil pada table 18.2.1 diperaturan.

Gaya tarik baut minimum (Tb) pada pemasangan


Diameter Baut Gaya tarik Minimum Baut
(mm) (kN)
16 95
20 145
24 210
30 335
36 490

Sedangkan besarnya harga koefisien gesek  ditentukan pada pasal 13.2.3.2


diperaturan. Untuk bidang kontak dalam keadaan bersih, harga  = 0,35.

VI - 6
a. Baut hanya menerima beban geser (Vu)
Kuat geser nominal :
Vn = 1,13  m Tb dimana  – koefisien geser
m – jumlah bidang geser
Tb – gaya tarik min
Kuat rencana :
Vd =  Vn  = 1 untuk lubang standar
 = 0,85 untuk lubang selot pendek dan lubang besar
 = 0,7 untuk lubang selot panjang  arah kerja beban
 = 0,60 untuk lubang selot panjang // arah kerja beban

b. Baut menerima beban kombinasi geser (Vu) dan tarik (Tu)


Bila disamping beban geser (Vu) baut juga menerima beban tarik Tu, maka
kuat geser nominal direduksi sebagai berikut :
 Tu 
Vd  Vn 1  
 1,13 Tb 

6.9. Sambungan Geser Sentris


Pada sambungan ini, beban bekerja pada bidang sambungan dan melalui
titik berat susunan sambungan, sehingga beban diterima secara merata pada tiap-
tiap baut :

Titik berat susunan sambungan

Pu Pu

n n
Pu Pu

VI - 7
Tiap baut menerima beban geser :
Pu
Vu   Vd   f Vn
n
f = 0,75
Pu - beban befaktor
n – jumlah baut
Vd – kuat rencana baut
Vn – kuat nominal baut

Contoh :
1. Suatu sambungan pelat ukuran 250 x 12 dengan baut tipe tumpu  25, dengan
susunan seperti tergambar. Bila pelat dari baja BJ 37 dan baut dari baja BJ 50,
pembuatan lubang dengan bor dan ulir tidak pada bidang geser baut,
berapakah beban berfaktor Pu maximum yang dapat dipikul?

50
Pu 75 Pu

75

50
50 75 50
Pu
Pu

Kekuatan pelat :
Ag = 25 x 1,2 = 30 cm2
Kuat leleh : Pu = t . Ag fy
= 0,90 x 30 x 2400 = 64.800 kg
 perlemahan =  baut + 1,5 = 25 + 1,5 = 26,5 mm
An = 30 – 3 x 2,65 x 1,2 = 20,46 cm2
Ae =  An = 1 x 20,46 cm2
Kuat Putus : Pu = t . Ae fu
= 0,75 x 20,46 x 3700 = 56.776 kg

VI - 8
Kekuatan Baut

Kuat geser : Vd = f . r1 fub Ab m Ab = 2,52 =4,9 cm2
4
= 0,75 x 0,5 x 5000 x 4,9 x 1 m=1 r1 = 0,50
Vd = 9187,5 kg menentukan !

Kuat tumpu : Rd = f 2,4 db tp fu s1 = 1,5d ; s = 3d


= 0,75 x 2,4 x 2,5 x 1,2 x 3700 fu = 3700 kg/cm2 (plat)
Rd = 19980 kg > Vd

Kekuatan sambungan : Pu = n Vd = 6 x 9187,5 = 55125 kg


Beban maximum : Pu = 55125 kg (kekuatan sambungan menentukan)

2. Suatu sambungan seperti tergambar, menggunakan baut mutu tinggi tipe gesek
16, permukaan bersih dan lubang standard. (pembuatan dengan bor). Bila
pelat baja dari BJ 41, berapakah beban berfaktor Pu maximum yang dapat
dipikul.

40
Pu 60 Pu
60

40

50 100 50 50 100 50
Pu 6 10 Pu
6

Kekuatan Pelat :
Ag = 20 x 1 = 200 cm2
Kuat leleh : Pu = t Ag fy
= 0,9 x 20 x 2500 = 45.000 kg

VI - 9
 perlemahan = 16 + 1,5 = 17,50 mm
An = 20 – 3 x 1,75 x 1 = 14,75 cm2
Ae =  An = 1 x 14,75 = 14,75 cm2
Kuat Putus : Pu = t Ae fu = 0,75 x 14,75 x 4100
Pu = 45356,25 kg

Kekuatan Baut :
Vd =  1,13 m n Tb =1 lubang standard
= 1 x 1,13 x 0,35 x 2 x 9500  = 0,35 permukaan bersih
= 7514,5 kg m=2 2 bidang geser
Tb = 9500 kg (16  dari Peraturan).

Kekuatan Sambungan :
Pu = n Vd = 6 x 7514,5 = 45087 kg
Beban Pu max = 45.000 kg (kekutan leleh plat menentukan)

6.10. Kelompok Baut Yang Memikul Beban Sebidang, Beban Eksentris


Pada sambungan ini, beban bekerja pada bidang sambungan, tetapi tidak
melalui titik berat sambungan. Akibat eksentris tersebut akan menimbulkan beban
momen puntir pada sambungan. Sehingga disamping sambungan menerima geser
sentries, juga ditambah menerima beban geser puntir.

Ada 3 cara pendekatan analisis untuksambungan e Pu


baut geser puntir yang telah dikenal yaitu :

a). Cara elastis


Penyelesaian cara elastis ini memberikan
hasil sangat konservatif. titik berat
susunan baut

VI - 10
Sebagaimana kita ketahui, saat pemasangan baut dikencangkan kuat-kuat,
sehingga antara plat yang disambung akan terjepit oleh gaya tarik baut,
yang selanjutnya akan memberikan kekuatan gesek pada sambungan
tersebut. Pada cara elastis ini andil gesekan ini tidak diperhatikan.

Pu Pu
e Pu M = Pu x e Pu x e

= = +

A B

Untuk pembebanan (A) karena ini geser sentries sehingga beban Pu


diterima secara merata pada tiap baut : Ku = Pu/n
Untuk pembebanan (B), momen putir M, seolah-olah disebarkan ke
masing-masing baut, sedemikian rupa sehingga arah dari beban setiap baut
akan membuat momen kopel terhadap titik berat susunan baut dan besar
beban masing-masing baut sebanding dengan jarak baut tersebut ke titik
berat susunan baut (cg).
Kalau digambarkan sebagai berikut :

Mu

Kui = beban pada tiap paku


K1
K2 ri = jarak antara paku ke titik berat
K3
(c.g) susunan paku
K4 R1 K5 K6
dimana arah Ki  ri
R4 R6

K7
K8
K9
R
cg
K11 1
K10 0
K12

VI - 11
n
M u   K ui  ri  K1  r1  K 2 r2  ........  K12 r12  (1)
i 1

K ui K u 2 K u 3 K
dan   dan seterusnya = u12 (2)
r1 r2 r3 r12
Kalau masing-masing beban paku dinyatakan dalam K1
K1r1 Kr Kr Kr
K1  ; K 2  1 2 ; K 3  1 3 ; K12  1 12 (3)
r1 r1 r1 r1

Kalau persmaan (3), dimasukkan persamaan (1)


 Ku1r12 Ku1r2 2 Ku1r12 
2

Mu     .......... ..  

 1r r1 r1 

K
r
1
2
 r2 2  ............. r12 2  K1 n 2
M u  u1
r1
  ri
r1 i  n
(4)

Dengan demikian, beban masing-masing paku/baut dapat dinyatakan


sebagai berikut :
M u r1 Mr Mr12
K u1  ; Ku 2  22 ; .......... ...Ku12 
r 2
r r 2
Kalau kita perhatikan, maka paku/baut yang menerima beban terberat
adalah yang jaraknya terhadap c.g. paling jauh (dengan rmax).

Kalau beban K tadi kita uraikan kearah vertikal dan horizontal, maka
perumusannya adalah sebagai berikut :

y
KUi
yi
 Sin i =
ri
ri Ki
yi Kvi xi
Cos i =
ri
i
x
xi

VI - 12
KHi = Ki sin i Kvi = Ki cos i
M u ri yi M u ri xi
=  = 
r 2 ri r 2 ri

M u  yi M u  xi
K Hi  K Hi 
r 2 r 2
dimana : r 2  x2  y 2
Kalau kita kembali pada contoh, maka
Akibat (A) dan (B), paku memikul beban :
P
Akibat (A) KVA =
n
M y
Akibat (B) K 
r 2
Hi
B

M x
K Vi 
B r 2
Total beban yang diterima :

KU  K VA  KViB  K
2
Hi B
2
<  Rn

b). Reduced Eccentricity Method


Cara elastis seperti yang telah diuraikan dapat dikatakan over estimate
terhadap besarnya momen yang bekerja pada sambungan, sehingga
dikembangkanlah suatu cara yang memakai efektif eksentrisitas, dengan
memperhitungkan pengaruh tahanan slip (gesekan) pada bidang gesek.
b1). Baut satu baris, dan n adalah jumlah baut satu baris :
1 2n
eefektif = eaktual -
4
b2). Baut dua baris atau lebih, simetris, dan n jumlah baut satu baris
1n
eefektif = eaktual -
2
contoh :

Pu Pu

+ eaktual = 6 in eaktual = 5 in
baut 1 baris baut 2 baris

VI - 13
1 2  4 1 3
eefektif = 6 - eefektif = 5 -
4 2
= 3,75 m =3m
Penyelesaian selanjutnya dikerjakan dengan cara elastis, dengan didalam
perhitungan momen torsi memakai eefektif.

c). Ultimate strength method


Kedua penyelesaian diatas dengan cara sifat sambungan elastis.
Cara yang lebih realistis adalah ultimate strength method.

e
e’ ?n

d1 d2
R1
R2
d3
O
d6 R4 o : pusat sesat perputaran

R5 cq
R6

Jika pada baut yang terjauh mulai terjadi slip atau leleh, sambungan belum
gagal.
Bila momen bertambah, baut yang lebih dekat akan menahan beban
bertambah besar, dan kegagalan tidak terjadi sebelum semua baut slip atau
leleh.
Pada beban eksentris ini cenderung terjadi baik rotasi maupun translasi
pada bahan sambungan, dan pengaruhnya sama dengan perputaran
sambungan terhadap suatu titik yang disebut pusat sesaat perputaran, pada
gambar terhadap O. Pusat sesaat perputaran ini berjarak e’ dari titik berat
sambungan.
Deformasi dari baut-baut ini dianggap bervariasi tergantung pada jarak
baut dari pusat sesaat perputaran. Beban geser ultimate yang dapat
diterima oleh baut tidak sama dengan Ru baut, tapi tergantung pada
deformasi dari baut.

VI - 14
Crawford dan Kulak mendapatkan hubungan sebagai berikut :
R = Rult (1 - e-10 )0,55
 = total deformasi dari baut
Rult = beban ultimate rencana baut : Ru
Baut terjauh deformasinya diambil  = 0,34 in dan deformasi baut lainnya
dapat dihitung sebanding dengan jarak d.
Gaya yang diterima oleh masing-masing baut dinyatakan dengan R dengan
arah tegak lurus garis hubung (d).
Titik O ini dicari dengan coba-coba, sehingga didapat keseimbangan :
a). V  0 Pu -  Rv  0 (Total gaya vertical = 0)

b).  M terhadap O  0 (Total momen thd titik O = 0)


c). H=0 (Total gaya horizontal = 0)
Proses coba mencoba ini dapat dirasakan sangat susah, sehingga perlu
dibantu dengan tabel.

Contoh :
1. Suatu sambungan terdiri dari 4 baut seperti gambar. Ru baut = 27 kip.
Diminta menentukan Pu dengan :
a). cara elastis
b). cara reduksi eksentrisitas
c). cara ultimate

a). Cara elastis :


Mu = Pu . 5 = 5 Pu 5 in

 
y 2  x 2  4 32  1,52  45in2
3 in Pu
Pu
akibat Pu Pv  b cg
4 3 in
5Pu  1,5 Pu
Pv   D
45 6
akibat Mu 3 in
5Pu  3 Pu
PH   1,5 in
45 3

VI - 15
1 1
Pv     Pu  0,4166666Pu
4 6
1
Ptotal  0,4166666Pu  Pu 2  0.5335936Pu  27 Kips
2

3
Pu = 50,6 k

b). Cara reduksi eksentrisitas


1 2
eef = 5 - = 3,5 in (Baut 2 baris)
2
Mu = 3,5 Pu
Pu
Akibat Pu : Pv1 = =0,25 Pn
4
3,5 Pn 1,5
Pv2 = =0,1166666 Pn
45
Akibat Mu :
3,5 Pn 3
PH = =0,2333333 Pn
45
Pv = 0,3666666 Pu

Ptotal = 0,3666666 Pu 2  0,2333333 Pu 2 < Ru

Ptotal = 0,4346134 Pu < 27 Kips


Pu = 62,124 k

c). Cara ultimate :


Dengan memakai tabel AISC
n = 2 ; jumlah baut arah vertikal
b = 6 in ; jarak baut arah vertikal
D = 3 in ; jarak baut arah horizontal
xo = 5 in ; eksentrisitas ke pusat sambungan
 = 0 ; sudut gaya dengan sumbu vertikal
Didapat : C = 2,1
Pu = C x Rn
= 2,1 x 27
= 56,7 k

VI - 16
Dari hasil diatas terlihat cara reduksi eksentrisitas memberikan hasil Pu
yang terlalu besar, dibandingkan dengan dua cara lain, ini dapat
dimengerti karena rumus pendekatannya agak kasar, terutama pada
eksentrisitas yang relative kecil.
Spesifikasi LRFD (AISC) hanya menentukan cara menghitung kekuatan
sebuah baut (Ru), tidak menentukan bagaimana cara menghitung beban
baut pada sambungan geser eksentris.
SKSNI mengharuskan beban baut dihitung dengan cara ultimate.

Cara Ultimate : (dengan cara coba-coba)


Kuat rencana baut Ru = 27 Kips Pu
d  x2  y 2 Rv1 5 in = e
R1 R2
max  0,34in
Rh1 2
d d1 d2
   max
d max
cg 6 in
R = Ru (1 – e-(10))0,55 O d4
Dicoba titik putar sesaat (O) d3 R4
sejarak e’ = 3 in dari titik pusat R3
3 4
susunan baut (cg)
3 in
e’ = 3 in

No x y d  R Rv R.d
in in in in Kips Kips Kips cm
1 1,5 3 3,3541 0,211 25,15 11,25 84,36
2 4,5 3 5,4083 0,34 26,50 22,05 143,32
3 1,5 3 3,3541 0,211 25,15 11,25 84,36
4 4,5 3 5,4083 0,34 26,50 22,05 143,32
 66,60 455,36

M  0 Pu e  e   R  d

R  d 455,36
Pu    56,92 Kips
e  e 5  3
V = 0 Pu = RV 56,92  66,60 SALAH

VI - 17
Dari beberapa kali mencoba didapat e’ = 2,40 in

No x y d  R Rv R.d
in in in in Kips Kips Kips cm
1 0,9 3 3,1321 0,216 25,24 7,23 79,06
2 3,9 3 4,9204 0,34 26,50 21,00 130,39
3 0,9 3 3,1321 0,216 25,24 7,23 79,06
4 3,9 3 4,9204 0,34 26,50 21,00 130,39
 56,46 418,90

Rd 418,90
M  0 Pu    56,61Kips
e  e 5  2,4
V = 0 P u =  RV 56,61  56,460 OK
Pu = 56,60 Kips

2. Suatu sambungan konsol seperti tergambar.


Baut mutu tinggi tipe gesek  20, permukaan bersih, lubang standar.
Diminta : Pu
Jawab : Ru = 1 1,13 . 0,35 . 1 . 14,5 = 5,735 t
Ru =  1,13 m Tb

16 in Pu

1,5 in
3 in
tp = 16 mm
3 in

3 in

3 in
cg
1,5 in

D tf = 18 mm
1,5 in 5,5 in 1,5 in

VI - 18
a). Cara elastis
Mu = 16 Pu
 y2 = 4 (32 + 62) = 180 in2
2
 5,5 
 x2 = 5 x 2 x   = 75,625 in
2

 2 
 x2 + y2 = 255,625 in2
Pu
akibat Pu : Pv1 = = 0,1 Pu
10
16 Pu  2,75
Pv2 = = 0,1721271 Pu
255,625
Akibat Mu :
16 Pu  6
PH = = 0,3755501 Pu
255,625
Pv = 0,2721271 Pu

Ptotal = (0,2721271Pu )2  (0,3755501Pu )2 < Ru

= 0,463779 Pu < 5,735 ton


Pu = 12,366 ton

b). Cara reduksi eksentrisitas


1 5
eefektif = 16 = 13 in (baut 2 baris)
2
Mn = 13 . Pu
Pu
Pv1 = = 0,1 Pu
10
13  Pu  2,75
Pv2 = = 0,1398532 Pu
255,625
13  Pu  6
PH = = 0,3051344 Pu
255,625

Ptotal = (0,2398532Pu )2  (0,3051344Pu )2 < Ru

= 0,3881193 Pu < 5,735 ton


Pu = 14,776 ton

VI - 19
c). Cara ultimate : b = 3 ; D = 5,5 ; xo = 16 ;  = 0
C = 2,64
Pu = 2,64 . 5,735 = 15,14 ton

d). Bila pada contoh diatas propel baja yang dipakai BJ 37 dan baut yang
dipakai baut tipe tumpu dari BJ 50 ulir tidak pada bidang geser, berapa Pu ?


Ab  22  3,14
Kekuatan Baut : 4
r1  0,50 m 1

Kuat geser : Vd = f . r1 fub Ab m


= 0,75 x 0,5 x 5000 x 3,14 x 1
Vd = 5887,50 kg menentukan !
Kuat tumpu : Rd = f . 2,4 db . tp . fu s > 3d , s1 > 1,5 d
= 0,75 x 2,4 x 2 x 1,6 x 3700
= 21,312 kg tp = 16 mm

Dari perhitungan sebelumnya :


*) Cara elastis : 0,463779 Pu < Vd = 5887,50 kg
Pu < 12695 kg
*) Cara reduksi eksentrisitas :
0,3881193 Pu < Vd = 5887,50 kg
Pu < 15169 kg
*) Cara ultimate :
Pu = 2,64 Vd
= 2,64 x 5887,50 = 15543 kg

6.11. Pendekatan Menentukan Jumlah Baut :


 Untuk sambungan geser sentries jumlah baut paku bisa langsung dicari :
Pu
n n – jumlah baut
Ru

Ru =  Rn Kekuatan rencana baut

VI - 20
 Untuk sambungan geser eksentris, jumlah baut paku harus direncanakan
dulu, baru dikontrol kekuatannya. Sebagai penafsiran jumlah paku awal,
bisa dipakai rumus pendekatan :

6 Mu
n
 Ru
n - jumlah baut
Mu - momen berfaktor yang diterima
- jarak vertikal antar paku
Ru - kekuatan rencana baut

Rumus ini berlaku untuk beban Mu saja dan baut hanya 1 (satu) deret.
 Untuk beban Mu dan Pu, nilai Ru direduksi
 Untuk baut lebih dari 1 deret, nilai Ru dinaikkan.

6.12.Kelompok Baut Yang Memikul Pembebanan tidak Sebidang (Eksentris)


Pada tipe sambungan ini, beban bekerja tidak lagi pada bidang sambungan,
maka akan timbul gaya lintang dan momen lentur pada bidang sambungan itu.

e Pu P
M=Pu.e
Pu
M=Pu.e

= = +

A + B

Untuk sambungan dengan beban (A), maka beban menjadi geser sentries,
Pu
sehingga beban Pu dibagi secara merata pada tiap baut K u  .
n

VI - 21
Untuk sambungan pembebanan (B), momen M merupakan momen yang
menyebabkan sambungan melentur, dimana bagian atas akan mendapat tarikan
dan bagian bawah tekanan.
Bila alat penyambung digunakan baut mutu tinggi tipe gesek, maka akibat
dari pengencang baut akan memberikan gaya tekan pada bidang sambungan, tapi
bila digunakan baut biasa (tipe tumpu) maka gaya tekan ini dapat diabaikan.
Untuk sambungan baut tipe tumpu ini, dapat diselesaikan dengan cara
elastis atau ultimate sedangkan sambungan baut tipe geser diselesaikan dengan
memperhitungkan gaya tekan.

6.11.1. Baut tipe tumpu (Bearing type)


a). Cara Elastis
a1). Cara pendekatan
Methode ini, mengambil anggapan bahwa sambungan yang kena beban
lentur tersebut akan berputar, dengan titik putar pada paku yang terbawah,
sehingga paku-paku akan menerima beban tarik sedemikian rupa sehingga
besarnya sebanding dengan jarak paku terhadap titik putarnya.
Mu = Tu1 . d1 + Tu2 . d2 + Tu3 . d3 + Tu4 . d4 (1)
Tu1 Tu 2 Tu 3 Tu 4 T d T d
   atau Tu1  u1 1 ; Tu 3  u1 3
d1 d 2 d3 d4 d1 d1
T1 d 2 T1 d 4
Tu 2  ; Tu 4  (2)
d1 d1

Mu=Puxo

Tu1

Tu2

Tu3 d1
d2
Tu4 d3
d4

VI - 22
Kalau persamaan (2) di substitusikan ke persamaan (1) maka didapat :
2 2 2 2
Tu1 d1 Tu1 d 2 Tu1 d3 Tu1 d 4
Mu    
d1 d1 d1 d1
Tu1 n 2
Mu     di (3)
d1 i 1
Maka beban tarik pada masing-masing paku/baut :
M u d1 M u d2 M u d3 M u d4
Tu1  n
; Tu 2  n
; Tu 3  n
; Tu 4  n
 di2  di2  di2  di2
i 1 i 1 i 1 i 1

Kalau diamati, maka beban tarik max akan diterima oleh paku/baut yang
terjauh dari titik putar.
Baut menerima beban geser sebesar :
Pu Vu
Vu  f uv   r1 f f b  m
b

n Ab

M u d max
Beban tarik max : Tu max   Td   f Tn
d 2
Td = f ft Ab f = 0,75
ft = f1 – r2 fuv < f2 Peraturan 13.2.2.3

a2). Cara “Luasan Transpose”


Pada methode ini, momen lentur yang terjadi, tegangan tarik diterima oleh
paku/baut, sedangkan tekan dipikulkan pada pelat penyambung.

Mu






VI - 23
A
be  n

ya
y1 h
Luasan
Transpose

yb g.n

Tarik yang diterima luasan paku/baut, dapat di transposekan ke luasan


pelat, dengan lebar be.
A
dimana : be  n A = luas penampang baut/paku

 = jarak paku vertical
n = jumlah deret
Mencari letak garis netral
½ b yb2 = ½ be ya2

yb b
b yb2 = be ya2  e
ya b
ya + yb = h
Dari persamaan (1) dan (2), ya dan yb dapat dihitung.
Momen inertia dari luasan Transpose :
1 1
I  be ya  b yb
3 3

3 3
M  ya
Tegangan tarik max : f max 
I
Pada paku/baut yang terjauh dari garis netral (g.n) menerima tegangan :
M u  ymax
fu  ymax = jarak baut terjauh dari garis netral
I
Baut terjauh memikul beban max tarik :
Tu = Ab . fu < f ft Ab

VI - 24
Pu
Beban geser : Vu 
n
Vu
f uv   r1 f f b m
b

Ab
ft = f1 – r2 fuv < f2 Peraturan 13.2.2.3

b). Cara ultimate

Vu
Nu

4 T
3 T d4
2 T d3
d2 gn
1 a

fy (pelat)
b

- Akibat momen terjadi tegang tekan yang dipikul pelat dan tegangan
tarik yang dipikul oleh baut.
- Garis netral didapat dari keseimbangan gaya tekan = gaya tarik.
fyp . a . b =  T T gaya tarik pada 1 baut fyp – tegangan leleh pelat
Baut selain memikul tarik, juga memikul beban geser
V
f uv  u   f  r1 f u kontrol geser
b

Ab
Kontrol tariknya :
Tu < Td = f ft Ab dimana ft = (1,3 fb – r2 fu )< fu
Anggap beban tarik baut = Td (diambil dari Td tarik murni dan
kombinasi geser tarik mana yang
terkecil)
T
Cari garis netral a 
f yp  b

Momen rencana yang dapat dipikul sambungan :


0,90 f yp  a 2b n
MR   Mn    Td  d i
2 i 1

Kontrol Momen berfaktor : Mu <  Mn

VI - 25
6.11.2. Baut mutu tinggi : tipe gesek (Friction type)

e Pu

100
ymax
yn 100
100
100

Akibat momenn lentur Mu = Pu x e


Menimbulkan : bagian atas : geser + tarik
Bagian bawah : geser + tekan
Akibat : Tb sambungan dalam keadaan tekan
Garis netral : pada tengah-tengah
M u  yi M y
I =  Ab . yi2 fbaut =  n u i
I  Ab  yi
2
i 1

Ab  M u  yi M u  yi
Tbaut = Ab . f = 
Ab  yi yi
2 2

M u  ymak
Tmak = Tu =
y 2

 Tu  Pu
Vsisa =  Vn 1    dimana : Vn = 1,13  m Tb
 1,13 Tb  n
Contoh : Pu = 20 t e = 50 cm baut  20
Mu = 20000 . 50 = 1000000 kg cm
y2 = 4 (102 + 202) = 2000 cm2
1000000 20
Tu =  10000 kg
2000
 20  Tb = 14,5 t
Vn = 1,13 . 0,35 . 1 . 14,5 = 5,73 ton  = 0,35 (permukaan bersih)

VI - 26
 Tu 
Vsisa =  Vn 1    = 1 (lubang standard)
 1,13  Tb 

 10 
= 1 . 5,73 1  
 1,13  14,5 
Vs = 2,23 ton
20
Vu = = 2 ton
10
Vs > Vu ok

Contoh :
1. Suatu sambungan konsol seperti tergambar.

250 Pu=40 t be

50
100
100 ya

100
Pot.WF 100
50 yb g.n

200 = b
WF 500 x 200 x 10 x 16 200

Kuat Rencana Baut :


Geser : Vd = 0,75 x 0,5 x fu Ab . m = 0,75 x 0,5 x 5000 x 4,9 x 1
= 9187,50 kg (menentukan!)
Tumpu : Rd = 0,75 x 2,4 db tp fu = 0,75 x 2,4 x 2,5 x 3700 x 1,6
= 26640 kg
Pu 40000
Vu =  = 4000 kg < Vd
n 10
Tarik (ulir) Td =  . 0,75 Ab fu = 0,75 (0,75 x 4,9 x 5000)
= 13781, 25 kg

VI - 27
A. Cara Luasan Transformasi
Mu = Pu x e = 40 x 250 = 10.000 t cm
A n 4,9  2
Baut  25 A = 4,9 cm2 be    0,98 cm
 10

ya b 20,0
   4,5175
yb be 0,98

ya = 4,5175 yb ya + yb = 50 cm
4,5175 yb + yb = 50 yb = 9,06 cm
ya = 40,94 cm

I  b yb  be ya  209,063  0,9840,94
1 3 1 3 1 1 3

3 3 3 3
I = 27373 cm
My
Baut teratas memikul tegangan : f max  
I

f max 
40000 25040,94  5  1313kg / cm 2
27373
- Beban tarik pada baut teratas :
Tu = fmax . Ab = 1313 x 4,9 = 6433,70 kg < Td ulir = 13781,25kg ok
- Kontrol geser :
Pu 40000
Vu    4000kg  Vd  9187,50
n 10
Vu 4000 
f uv    816,33 kg / cm 2 
 f uv   f 0,5 f u
b
Ab 4,9
 f  0,5 f u b  0,75  0,50  5000  1875kg / cm 2 

Kontrol Tarik : (Interaksi dengan Geser)


ft = (1,3 fub – 1,5 fuv) < fub = 5000 kg/cm2
= (1,3 x 5000 – 1,5 x 816,33) = 5275,5 kg/cm
ft = 5000 kg/cm2
Td= ft . ft . Ab = 0,75 x 5000 x 4,9 = 18375 kg
Tu = 6433, 70 kg < Td interaksi = 18375 kg ok
Sambungan cukup kuat menahan beban !

VI - 28
B. Cara Pendekatan (Titik Putar) Tmax
M u ymax
Tu max  100
 y2
100
1000000 40 400
=

2 10  202  302  402
2
 100
100
300
100 100
Tumax = 6666,67 kg < Td ulir
Titik putar
- Kontrol geser sama dengan diatas
- Kontrol tarik (pada interkasi geser + tarik) dan perhitungan diatas
Td = 18375 kg
Tumax < Td

2. Kontrollah kehandalan sambungan konsol pada contoh dimuka dengan


metoda ultimate.

250 Pu=40t

50
100
100
100
100
50

200

Mu = 25 x 40 100 ton cm
Pu = 40 t
- Kontrol geser :
Pu 40000
Vu    4000kg
n 10
Vu 4000 
f uv    816,33 kg / cm 2 
 f uv   f 0,5 f u
b
Ab 4,9
 f 0,5 f u b  0,75  0,50  5000  1875kg / cm 2 

VI - 29
- Beban tarik : (interaksi geser + tarik)
Td = f ft Ab ft = (1,3 fub – 1,5 fuv) < fub = 5000 kg/cm2
= (1,3 x 5000 – 1,5 x 816,33) = 5275,5 kg/cm2
ft = 5000 kg/cm2
Td = 0,75 x 5000 x 4,9 = 18375 kg = T
T = Td ulir = 13781,25
Td ulir = 13781,25 kg

Mencari garis netral  anggap dibawah baut terbawah


T 10  13781,25
fy a b =  T a  = 2,87 cm < S = 5 cm ok
b fy 20  2400

(anggapan benar)
Momen Rencana yang dapat dipikul sambungan :
0,9 f y  a 2b
Mn   T  d
2
0,9  2400  2,87  20
=  2  13781,25 (2,13 + 12,13 + 22,13 + 32,13 + 42,13)
2
= 21615 + 3049791
Mn= 3061949 kg cm
 Mu = 1000.000 kg cm <  Mn ok
Sambungan cukup kuat menerima beban momen.

3. Sambungan konsol dengan baut tipe gesek 20 (lubang standard) seperti
tergambar.

500 Pu=20t
20 Tb = 145 kN
permukaan bersih
S  = 0,35
S
S
S

VI - 30
Ibaut = Ab (102 +202) 2 . 2 = 2000 Ab
M u ymax 1000000 20 10000
fbaut teratas =   kg / cm
I 2000 Ab Ab
Tbaut = Af . f = Ab x f = 10000 kg = Tu
Kekuatan baut :
Vn = 1,13 . 0,35 . 1 : 14,5 t = 5,73 t
 T 
Vd =  Vb 1  u  f = 1 (lubang moment)
 1,13Tb 

 10 
= 1 . 5,73 1  
 1,13  14,5 
Vd = 2,23 t
Vu = 20/10 = 2 t Vd > Vu ok
atau langsung mencari T sambungan kuat
 y2 = 4 (102 + 202)
= 2000
1000000 20
T =  10000kg
2000

4. Suatu sambungan konsul seperti tergambar.


Propil dan pelat dari BJ 37
Baut biasa (tipe tumpu)  19, BJ 50 ulir tidak pada bidang geser).

e Pu
150

50 A
100
100 t = 16
100 cg
50 B
100 100 35

14 16

VI - 31
Berapakah beban Pu max yang dapat dipikul.
a). Cara elastis
b). Cara eksentrisitas yang direduksi

Ab  1,92  2835cm 2
4
S1 = 50 mm > 1,5 db
S = 100 mm > 3 db
Baut Tipe Tumpu  19 BJ 50 fu = 5000 kg/cm2
Kuat rencana geser : Vd =  Vn = 0,75 r1 fu Ab m
= 0,75 x 0,50 x 5000 x 2, 835 x 1
Vd = 5315,625 kg menentukan !
Kuat rencana tumpu : Rd =  Rn = 0,75 x 2,4 db tp fu
= 0,75 x 2,4 x 1,9 x 1,4 x 3700
Rd = 17715,60 kg > Vd

a). Cara Elastis


Pu Pu
- Akibat beban sentries : Pu Ku v1   kg
n 12
- Akibat beban momen geser putir : Mu = Pu e
350
e  150   325mm
2
 (x2 + y2) = 8 x 102 + 6 (52 + 152) = 2300 cm2
Beban max pada baut A dan B dengan : x = 10 cm dan y = 15 cm
Mu  y 32,5 Pu  15
Ku H    0,212 Pu

x y
2 2
2300
Mu  x 32,5 Pu  10
Ku v2    0,1413Pu

x y
2 2
2300

Kutotal =  K r 2   K h 2
2
P 
  0,1413Pu   0,212 Pu   0,3089 Pu   Vn
2
=
 12 
0,3089 Pu < 5315,625 kg
Pu < 17208 kg Pumax = 17208 kg

VI - 32
b). Cara “Eksentrisitas Direduksi”
Pu Pu
- Akibat beban sentries Pu : Ku v1   kg
n 12

- Akibat beban momen geser putir : Mu = Pu eef


1 n
eef = eakt - [in] susunan baut 3 deret n = 4
2
1 4
= 32,5 - x 2,54 = 26,15 cm
2

Mu = 26,15 Pu kg cm

2 (x2 + y2) = 8 x 102 + 6 (52 + 152) = 2300 cm2

Beban max pada baut A dan B x = 10 cm y = 15 cm


Mu  x 26,15 Pu  10
Ku v2    0,114 Pu
2

x y 2
 2300
Mu  y 26,15 Pu  15
Ku h    0,171Pu
2

x y 2
 2300
2
P 
Kutotal = Kur   KuH 
2 2
  u  0,114  0,171
2

 12 

Kutotal = 0,2611 Pu <  Vn

0,2611 Pu < 5315,625 kg

Pu < 20358 kg

Pu max = 20358 kg

5. Suatu sambungan konsol seperti tergambar


Propil WF 500 x 200 x 10 x 16 dari BJ 37
Baut tipe tumpu (baut biasa) 19 (ulir tidak pada bidang geser), mutu BJ50
Kontrollah kehandalan sambungan tersebut dengan :

a). Cara pendekatan titik putar

b). Cara luasan transformasi

c). Cara ultimate

VI - 33
250 Pu = 40 t

50 Tmax
100
100

100
100
50
35 35
POT. WF
titik putar
WF 500 x 200 x 10 x 16 200


Kuat rencana baut : Ab = (1,9)2 = 2,835 cm2 m = 1 , r1 = 0,5
4
Geser : Vd =  . 0,5 fu Ab . m
= 0,75 x 0,5 x 5000 x 2,835 x 1 = 5315,625 kg
Tumpu : Rd =  2,4 db tp fu S1 = 50 > 1,5 d
= 0,75 x 2,4 x 1,9 x 1,6 x 3700 = 20246,4 kg
Tarik (ulir) : Td =  0,75 fu Ab
= 0,75 x 0,75 x 5000 x 2,835 = 7973,4375 kg

a). Cara Pendekatan Titik Putar :

- Akibat beban sentries Pu = 40 t


P 40000
1 baut menerima beban Vu= u   4000kg  Vd  5315,625
n 10

- Akibat momen lentur Mu = Pu x e = 40 x 25 = 1000 t cm

Beban tarik max :


M d 1000000 40 4  107
Tu max = u 2max  
d 
2 102  202  302  402 6000 
= 6667 kg < Td ulir = 7973 kg

VI - 34
Kontrol interaksi geser dan tarik :
Vu 4000
fuv =  = 1410,93 kg/cm2 < 0,75 x 0,5 x 5000 = 1875 kg/cm2
Ab 2,835
ft = (1,3 fub – 1,5 fuv) < fub
= (1,3 x 5000 – 1,5 x 1410,93) = 4383,605 kg/cm2 < fu = 5000
ft = 4383,605 kg/cm2
Td = t ft Ab = 0,75 x 0,75 x 4383,605 x 2,835 = 6990,48
Tu max = 6667 kg < Td = 6990,48 kg
SAMBUNGAN CUKUP KUAT!

B. Cara lusan Transformasi (beban geser sama dengan (A))


Akibat momen lentur :

be

50
100
100 ya
100

100 g.n
50 yb
b=200

200

Baut 19 Ab = 2,835 cm2


Ab  n
be =

2,835  2
=  0,567 cm
10

ya b 20
 
yb be 0,567

= 5,94

VI - 36
ya = 5,94 yb
ya + yb = 50
yb = 7,21 cm
ya = 42,79 cm

Ib = 1 b yb3 + 1 be ya3 = 1 (20) (7,21)3 + 1 (0,567) (42,79)3


3 3 3 3
Ib = 17306 cm

Baut teratas menerima tegangan akibat Mu = 1000000 kg cm


M u  ymax 1000000 42,79  5
fmax =  = 2183,64 kg/cm2
Ib 17306

Beban tarik pada baut teratas :


Tu max = fmax x Ab = 2183,64 x 2,835 = 6191 kg
Tu max = 6191 kg < Td ulir = 7973 kg
Kontrol interaksi geser dan tarik : (dari perhitungan (A))
Tu max = 6191 kg < Td = 6990,48 kg

C. Cara Ultimate :
- Beban geser : sama dengan (A)
- Kuat rencana tarik : dari (A)
Pada ulir : Td = 7973 kg (menentukan!)
Pada batang baut (interaksi geser dan tarik) :
Td = 6990,48 kg < Td ulir
dipakai T = 6990,48 kg
akibat momen lentur : Mu = 1000000 kg cm
mencari garis netral : anggap dibawah baut terbawah
T 10  6990,48
a b fy =  T a= 
bf y 20  2400

a = 1,46 cm < 5 cm (anggapan benar)


 Mn = 0,9 ½ ba2 fy + 2 x T (y)

VI - 37
0,9  20 1,462  2400
  + 2 x 6990,48 (3,54 + 13,54 + 23,54 + 33,54 + 43,54)
2
= 59521 + 1631578
 Mn = 1691099 kg cm
Mu = 1000000 kg cm <  Mn ok.

50
2T
100
2T
100
2T
100
2T
100
a 2T c
50 gn
fy

200

6. Sambungan konsul seperti tergambar. Baut tipe tumpu 16 (BJ 50, ulir
diluar bidang geser), propil BJ 37.

200 Pu = 30 t

40
80
80
80

80
40

WF 400 x 300 x 10 x 16

50 200 50

VI - 38
Propil BJ 37, baut biasa 16, BJ50, (ulir diluar bidang geser)

Ab  (1,6)2 = 2,01 cm2
4

a). Cara pendekatan titik putar


Kuat rencana baut :
Geser : Vd =  r1 fub Ab m
= 0,75 x 0,5 x 5000 x 2,01 x 1 = 3768,75 kg (menentukan)
Tumpu : Rd =  2,4 db tp fu
= 0,75 x 2,4 x 1,6 x 1,6 x 3700 = 17049,6 kg > Vd
Tarik (diulir) : Td =  0,75 Ab fub
= 0,75 x 0,75 x 2,01 x 5000 = 5653,125 kg

 Akibat beban geser sentries : Pu = 30 t


Pu 30000
Ku   = 3000 kg < Vd = 3768,75 kg
n 10
K u 3000
fuv =  = 1492,54 kg/cm <  r1 fub m
Ab 2,01

 Akibat beban momen lentur :


Mu = Pu x e = 30000 x 20 = 600000 kg cm
M u  ymax
Tu max 
 yi
2

600000 32
=

2 8  162  242  322
2

= 5000 kg < Td (ulir) 5653,125 kg

Tu max

32
16 24
8

Titik putar

VI - 39
Kontrol interaksi tarik dan geser :
T d =  f t Ab ft = 1,3 fu – 1,5 fuv < fu = 5000 kg/cm2
= 1,3 x 5000 – 1,5 x 1492,54
ft = 4261,19 kg/cm2 (yang dipakai)
Td = 0,75 x 4261,19 x 2,01 = 6423,74 kg > Tu max = 5000 kg
Sambungan cukup kuat memikul beban Pu = 30 t

b). Cara luasan transformasi


 Kuat rencana baut sama dengan cara a)
 Untuk beban geser sentries sama dengan cara a)
 Akibat beban momen lentur : Mu = 600000 kg cm

Mu be

40
80 =
80 ya

80
80 gn
40 yb
b=300
ymax=ya-4
300

b = 30 cm
Ab n 2,01 2
be    0,5025cm
 8,0

yb b 0,5025
Letak garis netral  e   0,1294
ya b 30
yb = 0,1294 ya
ya + yb = h
ya + 0,1294 ya = 40 ya = 35,417 cm yb = h – ya = 4,583 cm
1 1
Ix = b yb3 + be ya3 = 8404 cm4
3 3

VI - 40
M u  ymax 600000 31,417
fbaut max =  = 2243 kg/cm2
Ix 8404
Tu max = f max x Ab = 2243 x 2,01 = 4508,44 kg < Td
Tu max < Td ulir = 5653,125 kg
< Td (interaksi geser tarik) = 6423,74 kg

c). Bila dipakai baut tipe gesek (Friction Type), berapakah diameter baut
yang diperlukan. (permukaan pelat bersih, lubang standard).

200 Pu = 30
t
Mu = Pu x e

40
80
80
gn
80
80
40

Pu
 Akibat beban geser sentries : Pu = 30 t Ku = = 3000 kg
n
 Akibat beban momen lentur : Mu = 600000 kg cm
M u  ymax 600000 16
Tu max    7500 kg
yi
2

4 82  162 
Kuat nominal geser baut :
Vn = 1,13  m Tb = 1,13 x 0,35 x 1 Tb  = 0,35 (bersih)
= 0,3955 Tb
Kuat rencana geser ada interaksi dengan beban tarik
 T 
Vd =  Vn 1  u   = 1,00 (lubang standard)
 1,13Tb 

 7500 
= 1,0 x 0,3955 Tb 1  
 1,13Tb 

VI - 41
Vd = 0,3955 x Tb – 2625 kg > Ku = 3000 kg
Tb > 14222,5 kg
Baut tipe gesek yang dipakai  20 Tb = 145 kN > 14222,5 kg

6.12. Sambungan Balok


Karena panjang propi dipasaran itu terbatas, kadang-kadang utnuk sebuah
balok perlu disambung. Misalnya pada potongan I sejarak x dari perletakan A.

x q

A I B

Bid. D
DI

Bid. M

MI

Pada potongan I akan terjadi gaya lintang sebesar DI dan momen lentur
sebesar MI.

I
DI

MI

Pembagian beban pada sambungan


 Gaya lintang (DI) seluruhnya dipikul pelat badan propi
 Momen lentur (MI), disalurkan ke pelat sayap dan pelat badan dengan
pembagian sebagai berikut :

VI - 42
I badan
o Badan menerima : M bd  MI
I propil

o Sayap menerima : M sayap  M I  M bd

Sambungan Sayap :
Momen yang dipikul sayap, dijadikan sepasang gaya kopel, sehinga
sambungan pada sayap menerima beban geser sentries sebesar gaya
kopel tersebut :

M sayap
T T
h

h
h - tinggi propil
T
Msayap

Sambungan Badan :
Momen pada pelat badan dan gaya lintang, akan bekerja sebagai beban
geser eksentris dan momen puntir pada sambungan pelat badan.

DI Mbadan

Contoh :
Balok dari propil WF 500 x 200 x 9 x 14 BJ 37

Pu Pu
Pu = 14440 kg
A B qu = 120 kg/m’
1,50 m RA = ½`qu l + Pu = ½ (120) 7,5 + 144

2,50 m 2,50 m 2,50 m = 14890 kg

VI - 43
 Rencanakan sambungan balok pada jarak 1,50 m dari dengan sambungan
baut tpe tumpu,BJ 41.

Sabungan memikul beban :


Du = RA – qu . 1,5 = 14890 – 120 x 1,5 = 14710 kg
Mu = RA . 1,5 – ½ qu (1,5)2
= 14890 x 1,5 – ½ (120) 1,52 = 22200 kgm

Pembagian beban momen :

I bd
1
0,949,63
M u badan   M u  12  22200  4848,92
I prop 41900

Mu sayap = Mu – Mu bd = 22200 – 4848,92 = 17351,08 kgm

Sambungan sayap :
 Direncanakan dengan baut biasa 19 (BJ41) (ulir tidak dibidang geser)

Ab = (1,9)2 = 2,835 cm2
4
 S1 > 1,5 db ; S > 3 db
 Pelat buhul t = 14 mm sama dengan tf
Kuat nominal baut :
 Geser Vn = r1 fu Ab m
= 0,5 x 4100 x 2,835 x 1 = 5811,75 kg (menentukan)
 Tumpu Rn = 2,4 db tp fu
= 2,4 x 1,9 x 1,4 x 3700 = 23620,8 kg > Vn
Momen sayap Mu = 17351,08 kgm
M u 1735108
Gaya kopel sayap Tu    34982kg
d 49,6
Tu
Jumlah baut yang diperlukan : n
 Vn
34982
n  8,03 dipasang 10 baut
0,75  5811,75

VI - 44
Sambungan pelat badan :
Beban yang bekerja : Du = 14710 kg
Mu bd = 4848,92 kgm
 Direncanakan baut bisa 19 (BJ41), 2 deret,  = 100 m
 Ulir tidak pada bidang geser
 S1 > 1,5 db ; S > 3 db
 Pelat simpul 2 x 6 mm
Kuat rencana baut :
Geser Vd =  Vn = 0,75 x r1 fu Ab . m
= 0,75 x 0,5 x 4100 x 2,835 x 2 = 8717,625 kg (menentukan)
Tumpu Rd =  Rn = 0,75 x 2,4 x db x tp x fu
= 0,75 x 2,4 x 1,9 x 0,9 x 3700 = 11388,6 kg >Vd
Dengan cara elastis :
Momen yang bekerja pada titik berat sambungan badan :
Mu total = Mu bd + Du x e e ~ 90 mm
= 4848,92 + 14710 x 0,09
Mu T = 6172,82 kgm

6 Mu
Perkiraan jumlah baut : n
 Ru

 Disamping beban momen, sambungan memikul beban


Ru direduksi 0,70
 Susunan baut lebih dari 1 deret Ru dinaikkan 1,2

6  617282
n  7,11 dicoba 8 baut
100,70  1,2  8717,625

40 100 40 40 100 40

50
100
100
100 cg
50

VI - 45
Du 14710
Akibat Du : K uv1    1838,75 kg
n 8
Akibat MUT : (x2 + y2) = 8(52) + 4(52 + 152) = 1200
M UT  x 617282 5
Kuv2    2572 kg

x y
2 2
 1200
M UT  y 617282 15
KUH    7716 kg

x y
2 2
 1200

KU TOTAL = Kur 2  Kuh 2 = 8888 kg >  Vn = 8717,625 kg


Over load + 2%
Dicoba lagi dengan 10 baut

40 60 60 60 60 40 40 60 60 60 60 40

40
80
80
80
80 cg
40

40 40
40 80 40 40 80 40

Mu total = Mu bd + Du e = 4848,92 + 14710 x 0,08 = 6025,72 kg m


(x2 + y2) = 10 x 42 + 4(82 +162) = 1440 cm2
D 14710
akibat Du Kur1  u   1471 kg
n 10
M UT  x 602572 4
akibat Mu total Kur1    1674 kg

x y
2 2
 1440
M UT  y 602572 16
Kuh    6696 kg
2

x y 2
 1440
Ku total  Kuv 2  Kuh 2
 1471 16742  66962
Ku total = 7398 kg <  Vd = 8717,625 kg ok.
Sambungan cukup kuat !

VI - 46
Sambungan Las
Las : Penyatuan dari dua macam logam
Cara : Pengikatan metalurgi dengan melelehkan logamnya.

electrode
coating

Faedah Coating : Melindungi logam yang meleleh dari pengaruh udara dengan
terak dan gas pelindung.
Untuk memungkinkan penambahan alloy dan bahan peleleh.
Agar penggunaan, energie/busur listrik efektif.

Mutu Las : Tergantung


Teknik Melas : Detail cara melas keahlian tukang las
Metalurgi : - makin besar kadar C, makin sulit pengelasan.
- makin lamban pendinginan makin ulet dan sebaliknya
- pada temperature yang terlalu tinggi pada pelelehan baja dapat
mengandung gas las kropos.

VI - 47
Macam-macam Sambungan Las

Las Tumpul

Las Sudut

Cacat Las Tidak terisi penuh


Under cutting

Lack of fusien
Tidak leleh

Incomplete
penetration
Tidak terisi

Keuntungan Sambungan Las


 Hemat Bahan Baja
 Pengerjaan Yang Cepat
 Bentuk Lebih Bagus
 Konstruksi Akan Lebih Kuntinus

VI - 48
Kekuatan Sambungan Las
Pada umumnya dipakai mutu kawat las > mutu baja
a. Las Tumpul
Las tumpul penetrasi penuh kekuatan rencana sama dengan kapasitas
nominal dengan yang lebih lemah x 
Kalau bahan las mutunya > baja dasar
Kekuatannya ditentukan oleh bahan dasar yang disambung.

Bahan Las : FEXX


FE60XX , FE70XX , FE80XX , FE90XX , FE100XX , FE110XX
E – Elektrode
60, 70, 80, 90, 100, 110 Kekuatan tarik ini (KSI) ~ (70,3 kg/cm2)
Digit dibelakangnya xx, menunjukkan tipe coatingnya.

Las Sudut
 Biasa dibuat dengan kaki yang sama

tebal las a b
te 
te = 0,707.a a 2  b2

a
a

kaki las
b b

a : te = 0,707 a

w
a

syarat sambungan
l>4a
l>w
> 40 mm
w > 32 tp

VI - 49
Masih ingat
l > 2W =1
2W > l > 1,5W  = 0,87
1,5W > l > W  = 0,75
Bila l < 4a lefektif = 0,25l
Mengapa : Ujung las pembentukannya tidak sempurna

Luas Las : l . te
Kekuatan nominal las sudut persatuan panjang :
Kuat Nominal Las : Ru = 0,6 fu te
Logam Dasar : Ru = 0,6 fu t
Kuat Sambungan : Ru =  Rn  = 0,75

Ukuran Mak/Min Las


Ukuran minimum las sudut
Tebal Bagian Tebal Minimum
Paling Tebal mm Las Sudut ; tw mm
t<7 3
7 < t < 10 4
10 < t < 15 5
15 < t 6

Ukuran Mak Las Sudut

t < 6 mm
a<t

t > 6 mm
a < (t – 1 mm)

VI - 50
tidak ada pembatasan tapi harus
memenuhi persyaratan kekuatan
a
berimbang las dengan bahan dasar

Tebal Las Maksimum Untuk Kekuatan Berimbang

POT : a – a
Rn (las) =  Rn (logam dasar)
 . 2 . a . 0,707 . 0,6 . FEXX =  . 0,6 . fu . t1
V
0,6 fu t1
aef max =
2  0,707  0,6  FEXX

fu
twef = 0,707 . . t1
b b FEXX
a t1 POT : b - b
a  . a . 0,707 . 0,6 . FEXX =  : 0,6 fu . t2
t2
fu
aef mak =1,41 . t2
FEXX

Type Pembebanan Seperti Pada Sambungan Baut :


Jenis Pembebanan Ada 3 Type :

Geser Sentris

P
Pu
f  .......... ... A = (2b +d) te
A

d f <  . 0,6 . fu  = 0,75


fu : tegangan patah las

VI - 51
Geser Puntir

e P P
P.e

= +
b

P
b M a : fvP  A
h
Ip = Ix + Iy
R v 
M 
fm 
Ip

M x
fvm 
Ip
x My
fHm 
Ip
Titik Mana : f paling besar ?

Tegangan Total : f total   fv 2   f H 2


ftotal    0,6  fu  = 0,75
Geser Lentur

Pu
e Pu Mu = Pue

= +

a b

VI - 52
Pu
a f vp    A  Luas Las
A

M uY M u
b x fHM  
Ix S

y fMH

f total   fv 2   f H 2
ftotal    0,6  fu  = 0,75
Untuk Desin :
Misal : te = 1 cm  Hit : A, S, Ip
:  fn =  . 0,6 . FEXX
f total
te   1cm
fn
te
a
0,707

Contoh Geser Sentris

PL : 16 x 200
PL : 16 x 100 Baja : BJ : 37
Fu Las : F70.xx (KSI)
W 100
Fu = kapasitas batang
a=?
100
L

Plat Simpul Dianggap Kuat


Jawab
Kekuatan Batang
Ru = Ag . fy .  = 0,9 . 1,6 . 10 . 2400
= 34560 kg  leleh

VI - 53
Patah :
10
L/W = =1   = 0,75
10
Ae = 0,75 . 10 . 1,6 = 12 cm2
Ru =  fu . Ae = 0,75 . 3700 . 12 = 33300 kg
Kekutan batang = Fu = 33300 kg
Sambungan :  Misal : te = 1 cm
A = 2 . 10 = 20 cm2
fh = 33300/20 = 1665 kg/cm2 . <  fn
<  fn =  . 0,6 . F70xx = 0,75 . 0,6 . 70 . 703
< 2214 kg/cm2
te > 1665/2214 = 0,7518 cm
0,7518
a  1,06 cm
0,707
syarat : a mak/min
a min > 6 mm
tebal plat : 16 mm
a max < (16 - 1,6) = 15 mm
3700
a ef mak = 1,41 . 1,6 = 1,55 cm
70  70,3
> a min
a = 1,06 cm < a mak
< a ef mak

Rangka kuda-kuda
45 BJ : 37
8 60 x 60 x 6
PL : t = 8 mm
Pu
e = 1,69 cm

F70xx
115 Pu = 24 ton

VI - 54
VI - 55
BAB VII
SAMBUNGAN LAS

7.1. Pengertian Sambungan Las


Las : Penyatuan dari dua macam logam
Cara : Pengikatan metalurgi dengan melelehkan logamnya.

electrode
coating

Faedah Coating : Melindungi logam yang meleleh dari pengaruh udara


dengan terak dan gas pelindung.
Untuk memungkinkan penambahan alloy dan bahan
peleleh.
Agar penggunaan, energie/busur listrik efektif.

Mutu Las tergantung :

Teknik Melas : - detail cara melas


- keahlian tukang las

Metalurgi : - makin besar kadar C, makin sulit pengelasan.


- makin lamban pendinginan makin ulet dan sebaliknya kalau
pendinginan berlaku cepat makin getas.
- pada temperature yang terlalu tinggi pada pelelehan baja
dapat mengandung gas mengakibatkan las kropos.

VII - 1
7.2. Macam-macam Sambungan Las

Las Tumpul - seluruh ketebalan pelat tersambung dengan bahan las

Las Sudut - tidak seluruh ketebalan las tersambung dengan las

Tidak terisi penuh


7.3. Cacat Las
Under cutting :
tidak seluruh pelat yang leleh terisi las

Lack of fusien
tidak seluruh pelat leleh Tidak leleh

Incomplete
penetration
Tidak terisi
las tidak mengisi seluruh ketebalan pelat

7.4. Keuntungan Sambungan Las


 Hemat Bahan Baja
 Pengerjaan Yang Cepat
 Bentuk Lebih Bagus
 Konstruksi Akan Lebih Kuntinus

7.5. Kekuatan Sambungan Las


Pada umumnya dipakai mutu kawat las > mutu baja

VII - 2
7.5.1. Las Tumpul
Las tumpul penetrasi penuh kekuatan rencana sama dengan kapasitas
nominal bagian yang lebih lemah dikalikan faktor reduksi (
Kalau bahan las mutunya > baja dasar
Kekuatannya ditentukan oleh bahan dasar yang disambung.

Bahan Las : FEXX


FE60XX , FE70XX , FE80XX , FE90XX , FE100XX , FE110XX
E – Elektrode
60, 70, 80, 90, 100, 110  menunjukkan kekuatan tarik minimum dalam
KSI. (1 ksi = 70,3 kg/cm2)
Digit dibelakangnya xx, menunjukkan tipe coatingnya.

7.5.2. Las Sudut


 Biasa dibuat dengan kaki yang sama
 Lintasan kritis keruntuhan las selalu mencari jarak yang minimal (te) tebal
las efektif.

a b
te 
te = 0,707.a a 2  b2
a,b – tebal kaki las sudut
a
a te – tebal efektif las sudut
l – panjang las sudut
kaki las
a b

a : te = 0,707 a

w
a

syarat sambungan
l>4a
l>w
> 40 mm tp – tebal pelat terkecil
w > 32 tp

VII - 3
Masih ingat
l > 2W =1
2W > l > 1,5W  = 0,87
1,5W > l > W  = 0,75
Bila l < 4a l efektif = 0,25l
Mengapa, karena ujung las pembentukannya tidak sempurna

Luas Las = l . te
Kekuatan nominal las sudut persatuan panjang :
Kuat Nominal Las : Rn = 0,6 fu te
Kuat Nominal Logam Dasar : Rn = 0,6 fu t
Kuat Sambungan : Ru =  Rn  = 0,75

Ukuran Maksimum/Minimum Las sudut


Ukuran minimum las sudut
Tebal Minimum
Tebal Pelat
Las Sudut : tw (mm)
Paling Tebal (mm)
atau a
t<7 3
7 < t < 10 4
10 < t < 15 5
15 < t 6

Ukuran Maksimum Las Sudut  yang terbatas dengan ketebalan pelat.

t < 6,4 mm
a<t

t > 6,4 mm
a < (t – 1,6 mm)

VII - 4
tidak ada pembatasan dari tebal
pelat, tapi harus memenuhi
a
persyaratan kekuatan berimbang
las dengan bahan dasar

Tebal Las Maksimum Untuk Kekuatan Berimbang


POT : a – a 2 kekuatan las = 1 kekuatan pelat (t1)
Rn (las) =  Rn (logam dasar)
 . 2 . a . 0,707 . 0,6 . FEXX =  . 0,6 . fu . t1
V
0,6 fu t1
aef max =
2  0,707  0,6  FEXX

fu
twef = 0,707 . . t1
b b FEXX
a t1 POT : b – b  1 kekuatan las = 1 kekuatan pelat (t2)

a  . a . 0,707 . 0,6 . FEXX =  : 0,6 fu . t2


t2 fu
aef mak =1,41 . t2 fu – tegangan putus pelat
FEXX
FEXX – tegangan putus las

7.6. Penyebaran Beban pada Sambungan Las


Type Pembebanan Seperti Pada Sambungan Baut
Jenis Pembebanan Ada 3 Type

7.6.1. Geser Sentris  beban disebar secara merata pada luas las.

P
Pu
f  .......... ... A = (2b +d) te
A

d f <  . 0,6 . fu  = 0,75


fu : tegangan patah las

VII - 5
7.6.2. Geser Puntir  sambungan memikul beban geser sentris (a)
dan momen puntir (b)

e P P
P.e

= +
b

akibat geser sentris P


M fvP 
A
h
Ip = Ix + Iy Ip – momen inersia polar
v 
y r akibat momen puntir f m  M  r
Ip

M x
fvm 
Ip
x My
fHm 
Ip

Tegangan maksimum diterima oleh titik dengan r yang maksimum.

Tegangan Total : f total   fv 2   f H 2


ftotal    0,6  fu  = 0,75
7.6.3. Geser Lentur  sambungan memikul beban geser sentris (a) dan momen lentur (b)

Pu
e Pu Mu = Pue

= +

a b

VII - 6
a akibat beban geser sentris Pu
f vp    A  Luas Las
A

M uY M u
b akibat momen lentur x fHM  
Ix S

y fMH

f total   fv 2   f H 2
ftotal    0,6  fu  = 0,75
Untuk Perencanaan :
dimisalkan : te = 1 cm  Hit : A, S, Ip
:  fn =  . 0,6 . FEXX
f total
tebal efektif : te   1cm
fn
te
tebal kaki las : a 
0,707

Contoh : 1

PL : 16 x 200
PL : 16 x 100 Baja : BJ : 37
Fu Las : FE70.xx (KSI)
W 100
Fu = kapasitas batang
a=?
100
L
Plat Simpul Dianggap Kuat
Jawab
Kekuatan Batang
Leleh :
Ru =  Ag . fy = 0,9 . 1,6 . 10 . 2400
= 34560 kg

VII - 7
10
Putus : L/W = =1   = 0,75
10
Ae = 0,75 . 10 . 1,6 = 12 cm2
Ru =  fu . Ae = 0,75 . 3700 . 12 = 33300 kg < 34560 kg
Kekutan batang : Fu = 33300 kg (putus menentukan)
Sambungan :  Misal : te = 1 cm
A = 2 . 10 = 20 cm2
fh = 33300/20 = 1665 kg/cm2 . <  fn
<  fn =  . 0,6 . FE70xx = 0,75 . 0,6 . 70 . 70,3
< 2214 kg/cm2
fh
te   te > 1665/2214 = 0,7518 cm
f n
te 0,7518
a  a  1,06 cm
0,707 0,707
syarat : a maks/min
a min > 6 mm
tebal plat : 16 mm
a max < (16 - 1,6) = 14,6 mm
3700
a ef mak = 1,41 . 1,6 = 1,55 cm
70  70,3
> a min
a = 1,06 cm < a maks  dipakai a = 11 mm
< a ef mak

Contoh : 2 Rangka kuda-kuda


l1 BJ : 37
8 60 x 60 x 6
PL : t = 8 mm
Pu
e = 1,69 cm

FE70xx

l2 Pu = 24 ton

VII - 8
Jawab
Syarat : tebal Las.
tmak = 8mm  7 < t < 10 mm
amin = 4 mm
3700
a ef mak = 1,41  0,6 = 0,636 cm
70  70,3
amax  t = 6 mm < 6,4  amax = 6 mm
3,5
Diambil : te = 3,5 mm  a = = 4,95 mm
0,707
1 cm Las : Ru =  . te . 0,6 . FE70xx
= 0,75 . 0,35 . 0,6 . 70 . 70,3
= 775 kg/cm

Ditinjau 1 siku : L 60 x 60 x 6  e = 1,69 cm

e1
F1

F1 + F2 = 12000 6
e = 1,69
F2
l2

 M2 = 0

F1 . 6 – 1200 . 1,69 = 0  F1 = 3380 kg


F2 = 12000 – 3380 = 8620 kg
3380
Panjang Las : l1  = 4,36  4,5 cm
775
8620
l2  = 11,12  11,5 cm
775
Kekuatan Batang G :  60 x 60 x 6 : A = 6,91 cm2
Leleh : Ru =  . Ag . fy = 0,9 . 2 . 6,91 . 2400 = 29.857 kg

VII - 9
1,69
 1  0,789
8
Ae = 0,739 . 2 . 6,91 = 10,90 cm2
Ru =  . Ae . fu = 0,75 . 10,90 . 3700 = 30249 kg
Kesimpulan : Batang : 60 x 60 x 6  : kuat

Pu = 11000 kg Kawat las : E70xx


e te = ?

b = 100 200 Jawab :


Misal : te = 1 cm
A
d=250 b2 102
cg t=10 x  =2,22 cm
2b  d 2  10  25

B 8b3  6 b d 2  d 3 b4
Ip = 
12 2b  d
x 20(tb=8,5)
8  103  6  10  252  253 104
= 
12 2  10  25

d = 4871,53 cm4

ALAS = 2 . 10 + 25 = 45 cm2

x Mu = P u x e
M = 11000 (30 – 2,22) = 305558 kg cm
b

akibat Pu :
11000
f vp  = 244,4 kg/cm2
45
akibat Mu : (max di A dan B)
30555810  2,22
f vm  = 488 kg/cm2
4871,53
305558 12,5
f hm  = 784,0 kg/cm2
4871,53
Total :

ftotal  244,4  4882  7842 = 1072 kg/cm2

VII - 10
Tebal Las : 1 cm
 fn =  . 0,6 . FE70xx . 1 = 0,75 . 0,6 . 70 . 70,3 . 1
 fn = 2214 kg/cm2
1072
Tebal Las : te = x 1 cm = 0,484 cm
2214
0,484
a = 0,684 cm
0,707
Syarat : a min = 4 mm  tmax = 10 mm >a dipakai
a mak = 10 – 1,6 = 8,4 mm >a a = 8 mm
3700
a ef max = 1,41 x x 8,5 = 9 mm > a
70  70,3

Pu PD = 25 ton
e
150
PL = 15 ton
400 LAS : EE70xx

400  300 Baja BJ 37


T:
9  14
te = ?
400  300 300
WF
9  14

Jawab : te = 1 cm
A = 2 x 30 = 60 cm2
S = b x d = 40 x 30 = 1200 cm2
Pu = 1,2 . 25 + 1,6 . 15 = 54 ton
Mu = 15 . 54 = 810 + cm = 810000 kg cm
 fn =  . 0,6 . E70 = 0,75 . 0,7 . 70 . 70,3
= 2214 kg/cm2
akibat Pu :
54000
f vp  = 900 kg/cm2 f rp  f hm
2 2
ftotal =
60
akibat Mu : = 9002  6752
810000
f HM  = 675 kg/cm2 ftotal = 1125 kg/cm2
1200

VII - 11
f total 1125
te    1cm  0,50813cm
 f n 2214
te 0,50813
a  = 0,719 cm
0,707 0,707
Syrat : a min > 5 mm < a tmax = 14 mm
a mak < 14 – 1,6 = 12,4 mm > a
Contoh : 5 dipakai a = 8 mm

200 Pu = 20 t
x e

A  Baja Propil/Pelat BJ 37
 Bahan Las FE70xx
320 b = 20 cm d = 32 cm
cg Anggap tc = 1 cm
b2 202
B x   5,56 cm
200 t = 14 2b  d 2  20  32

30
A = 2b + d = 2 x 20 +32 = 72 cm2

8b3  6bd 2  d 3 b4 8  203  6  20  322  323 204


Ip    
12 2b  d 12 2  20  32
Ip = 16082 cm4
Pu 20000
 Akibat beban geser sentries : Pu = 20 t  fv1 =   277,78 kg/cm2
A 72
 Akibat beban momen puntir : Mu = Pu x e = 20.000 (40 – 5,56)
= 688800 kg cm
Untuk titik A dan B y = 16 cm ; x = 20 – 5,56 = 14,44
M u  x 688800 14,44
f v2    618,47 kg / cm 2
Ip 16082
M  y 688800 16
fh  u   685,29 kg / cm 2
Ip 16082

VII - 12
ftotal  fv 2  f h 2  277,78  618,472  685,292
= 1128,22 kg/cm2
Kuat rencana Las :  fn = 0,75 x 0,6 x 70 x 70,3 = 2214,45 kg/cm2
f total 1128,22
tc perlu    0,51cm
f n 2214,45

tc
a perlu   0,72 cm
0,707
Kontrol a  amin = 5 mm  tpelat max = 14 mm
amax = tp – 1,6 = 14 – 1,6 = 12,4 mm
3700
amax ef = 1,41 x  10  10,6 mm
70  70,3
dipakai a = 8 mm

Contoh : 6

Pu = 16 ton
150 - Mutu Propil/Pelat BJ 37
e
- Mutu Las E70xx

A * Berapakah tebal kaki las (a) ?


d Syarat tebal las :
350 cg
amax = 16 –1,6 = 14,4 mm
amin = 6 mm (tp max = 16)
B t = 16 fu
35 a ef maks = 1,41 xt
x f E 70
b
200 3700
= 1,41 x x 14 = 14,8 mm
70  70,3

14 16

VII - 13
b  20 cm  b2
 x   5,333cm
d  35 cm  2b  d
tc = 1 cm e = 15 + 20 – 5,33 = 29,667 cm
A = 2b + d = 75 cm2
8b3  6 bd 2  d 3 b4
Ip    19023cm 4
12 2b  d
Akibat Beban Geser Pu
Pu 16000
fv p    213,33 kg / cm 2
A 75
Akibat Beban Momen Geser Puntir :
Mu = Pu x e = 16000 x 29,667 = 474667 kg cm
f max pada titik A dan B x = 20 – 5,333 = 14,667 cm
y = 17,5 cm
M u  x 474667 14,667
f vm    366 kg / cm 2
Ip 19023
M u  y 47466717,5
f hm    437 kg / cm 2
Ip 19023

ftotal  f n 2  fv 2  725,50 kg/cm2

tc
a  0,46 cm < a min  dipakai a = 6 mm
0,707
Contoh : 7

120 Pu = 30 t

290 386

WF 400 x 300 x 9 x 14 200

VII - 14
 Propil BJ 37, Las FE70xx
Berapa tebal kaki las (a)
Syarat tebal las : a min = 5 mm
fu 3700
a ef maks 1 = 0,707  tw  0,707  9  4,78 mm
f E70 xx 70  70,3

(las di badan)
fu 3700
a ef maks 2 = 1,41  t5  1,41  14  14,88 mm
f E70 xx 70  70,3

(las di daun)
Misalnya dipakai tebal las sama susunan daun/badan
te = 1
A = 1 (2x (29 + 20) = 98 cm2
1  38,6  
2

Ip  2 129  120  
3
   18964 cm
4

12  2  

Ix 18964
Sx    982,59 cm3
ymax 19,3

Pu 30000
Akibat Pu :  fv =   306 kg/cm2
A 98
Akibat Mu = Pu x e = 30000 x 12 = 360000 kg cm
M u 360000
fh    366 kg/cm2
Sx 982,59

f total  f v  f h  477,36 kg/cm2


2 2

f total 477,36
te perlu    0,216 cm
f n 0,75  0,6  70  70,3
te
aperlu = = 0,30 mm < a ef maks badan
0,707
dipakai a = 5 mm

Contoh : 8
Sambungan Balok WF 500 x 200 x 9 x 14
Beban pada sambungan : Du = 14710 kg
Mu = 2220000 kg cm

VII - 15
Pembagian Mu :
I bd
Mbadan =  M u  484892kg cm
I propil

Mdaun = Mu - Mbadan = 1735108 kg cm

Sambungan Sayap :
Direncanakan pelat simpul t = 16 mm
Syarat tebal las :
a min = 6 mm
a maks = 16 – 1,6 = 14,4 mm
fu 3700
a ef maks = 1,41 t  1,41  14  12 mm
f E 70 xx 70  70,3

M u sayap 1735108
Tu    34982 kg
d 49,6
dipakai (misal) a = 1 cm  tc = 0,707 x 10 = 0,707 cm
Tu 34982
L perlu    22,35 cm
tc  f n 0,707  0,75  70  70,3  0,6
L = w + 2l

dipakai L = 2 x 15 + 12
= 42 cm
w=120
22,35
a perlu = = 0,53 cm
42

l = 150 dipakai : a = 6 mm

Kontrol pelat simpul  L < 1,5 w   = 0,75


Leleh : Pu = 0,9 x 1,6 x 12 x 2400 = 41472 kg
Putus : Ru = 0,75 x 0,75 x 1,6 x 12 x 3700 = 39960 kg  menentukan
Tu < Rn (ok)

VII - 16
Sambungan Badan : pelat simpul t = 6 mm
Syarat tebal las :
a min = 4 mm
t max = 9 mm t = 6 mm < 6,4  amax = 6 mm
3700
a ef max = 0,707   9  4,78 mm
70  70,7
dipakai a = 4,5 cm  te = 0,707 = 3,18 mm

x
Direncanakan :
b = 150
e d = 400
b2
d x = 3,21 cm
cg 2b  d
e = 15 – 3,21 = 11,79 cm

A = te (2b + d)
A = 0,318 (2 x 15 + 40) 2 = 44,52 cm2
 8b3  6bd 2  d 3 b4 
Ip = 0,318 x    2  4087 cm
4

 12 2b  d 
akibat Pu = 14710 kg
Pu
fv p   330,41 kg/cm2
A
akibat Mu = (Pu . e + Mbadan)= 14710 x 11,79 + 4892
= 658322,9 kg cm
M u  x 658322,9  11,79
f vm    854,15 kg/cm2
Ip 9087
M u  y 658322,9  20
f vm    1448,93 kg/cm2
Ip 9087

f total  f n 2  f h 2 = 1872 kg/cm2

VII - 17
fn = 0,6 fu E70xx = 0,60 x 70 x 70,3 = 29536 kg/cm2
f total = 1872 kg/cm2 <  fn = 0,75 x 2952,6 kg/cm2
= 2214,45 kg/cm2
(ok)

Contoh : 9

200 Pu = 25 t
Propil Baja BJ 37
0,2 Pu Bahan Las FE70xx

300 x
390

WF 400 x 300 x 10 x 16
250
WF 300 x 300 x 10 x 15

anggap te = 1 cm
A = 2 (30 + 25) = 110 cm2
1 
Ix = 2   303  25  19,52  = 23512,5 cm4
 12 
Ix
Sx = = 1205,77 cm3
19,5
 akibat beban geser sentries Pu = 25 t
Pu 25000
f r1    227,27 kg/cm2
A 110
 akibat beban tarik sentries H = 0,2 Pu = 5 t
5000
f h1   45,45 kg/cm2
110

VII - 18
 akibat beban momen lentur : Mu = Pu x 20 + 0,2 Pu x 19,5
Mu = 25000 x 20 + 5000 x 19,5 = 597500 kg cm
M u 597500
f h2    495,53 kg/cm2
S x 1205,77

ftotal  fv 2  f h 2  227,272  45,45  495,532


= 586,78 kg/cm2 <  fn las
Kuat rencana las   fn las = 0,75 x 0,6 x 70 x 70,3 = 2214,45 kg/cm2
ftotal 586,78
te perlu    0,265 cm
f n las 2214,45
te
a perlu   0,375 cm
0,707
Kontrol a : amin = 6 mm (tpelat max = 16 mm)
3700
Badan : amax ef  0,707   10  5,3 mm > a perlu
70  70,3
Dipakai a = 6 mm

VII - 19

Anda mungkin juga menyukai