Dua hal utama yang dialami oleh suatu balok adalah kondisi
tekan dan tarik, yang antara lain karena adanya pengaruh
lentur ataupun gaya lateral. Padahal dan data percobaan diketahui bahwa kuat tarik beton
sangatlah kecil, kira-kira 10%, dibandingkan kekuatan tekannya. Bahkan dalam problema
lentur, kuat tarik ini sering tidak diperhitungkan. Sehingga, timbul usaha untuk memasang
baja tulangan pada bagian tarik guna mengatasi kelemahan beton tersebut, menghasilkan
beton bertulang.
Gaya luar yang bekerja pada struktur beton bertulang akan ditahan oleh beton dan
baja tulangan secara bersama-sama melalui gaya internal. Tidak ada slip atau gelincir antara
beton dan tulangannya, sehingga regangan yang terjadi pada suatu serat beton akan sama
dengan yang terjadi pada serat tulangan. Kondisi ini tidak saja berlaku selama beton belum
mengalami retak, tetapi juga terbukti akan tetap berlaku walaupun telah terjadi beberapa retak
pada bagian tarik. Keadaan ini terutama dapat dipenuhi bila digunakan tulangan ulir. karena
daya lekatnya yang tinggi terhadap permukaan beton.
serat beton pada lapis yang sama adalah sebanding, gaya internal baja tulangan dapat
ditentukan melalui perbandingan regangan. Konsep material homogen berlaku, dan hubungan
antara momen dan tegangan dapat dirumuskan melalui persamaan:
Mc
=
I
dengan M = momen lentur.
c = jarak ke serat terluar.
I = momen inersia, y2 dA, terhadap sumbu netral.
f = tegangan pada serat terluar.
tegangan segiempat ekivalen, sebagaimana diusulkan oleh Whitney. Idealisasi ini agak
bervariasi, Hognestads mengusulkan blok tegangan seperti dalam Gambar 3.3c.
Keterangan Gambar
a = Tinggi blok tegangan tekan persegi equivalent = 1.c
...........................( 1 )
As = Luas Tulangan tarik (mm)
b = lebar penampang balok (mm)
c = jarak antara garis netral dan tepi serat beton tekan (mm)
d = tinggi efektif penampang balok (mm)
Cc = Gaya tekan beton(kN)
ds = jarak antara titik berat tulangan tarik dan tepi serat beton tarik(mm)
fc = tegangan tekan beton yang disyaratkan pada umur 28 hari(Mpa)
Es = Modulus elastisitas baja tulangan diambil sebesar 200.000 (Mpa)
fs = tegangan tarik baja tulangan = s .Es (Mpa)
fy = tegangan tarik baja tulangan pada saat leleh (Mpa)
h
= tinggi penampang balok (mm)
Ts = Gaya tarik baja tulangan kN
1 = Faktor pembentiuk tegangan beton tekan persegi equivalen yang tergantung pada mutu
beton sesuai SNI 03-2847-2002
1=0,85
1=0,85-0,008(c-30)
1=0,65
= 0,85c*a*b
= As * fy
...................................... ( 2 )
As=
Desak beton
= tarik baja
Cc
= Ts
0,85c*a*b
= `As * fy
0,85 c ab
fy
Bial momen pikul didefinsikan sebagai moemn nominal di bagi dengan hasil perkalian
anatara luas efektif dan tinggi balok maka di peroleh hitungan:
K=
Mn
b.d
atau
K=
Mn
b . d
........................................................(4)
Mn
b.d
K=
K=
0,85 c a( da /2)
d
K
0,85 fc '
a da / 2
d
dikalikan dengan d
K d
= 0,85fcad-0,85fc.a/2
K d
= -0,85fc.a/2+0,85fca.d
k .d
a/2- a.d+ 0,85 fc '
=0
k .d
Didapat nilai
a={ 1 1
2K
}
0,85 fc ' .d
c dibatasi
sampai retak
cu
sebesar 0,003. Nilai regangan c dapat ditentukan dengan diagram regangan gambar berikut:
c
y
=
c
dc
c . (d c)= y . c
c
y
c =
dc
...................................................( 5)
a
y
c =
1 da
contoh :
1. Penampang balok beton bertulang berukuran 300/500 dengan nilai ds=60mm, mutu
beton fc=20Mpa, jenis baja BJTD-30, dan tersedia tulangan D19. Balok tersebut
6
Nmm
Hitunglah:
a) Hitung dan gambarlah tulangan longitudinal pada balok tersebut
b) Kontrollah keamanan dari hasil tulangan yang dipakai yang berkaitan dengan
momen rencana Mr dan regangan tekan beton c
Penyelesaian:
a) Hitungan tulangan lungitudinal
Nilai ds = 60mm jadi d=h ds =500 60 =440mm.
Jenis tulangan BJTD-300, jadi tegangan leleh fy=300Mpa
Hitungan nmomen pikul
K=
Mn
b . d
a={ 1 1
As ,u=
80,8 x 10
= 0,8.300.440
= 1,73898 Mpa
2.1,73898
} .440 = 45,582 mm
0,85.20
0,85c ab
fy
0,85c 2047,582300
= 808,894 mm
300
Jumlah tungan (n) yang dipakai dengan mewmbagi luas tulangan perlu As,u
As ,u
1
.d
4
n=
A 808,894
1
.19
4
b2ds 1
+1
D+Sn
3002.60
+1 = 4,05 (maksimal 4 batang)
19+ 40
a) Kontrol Mr Mu
Luas tulangan As =3 D19 = 3*1/4**19 = 850,586mm2
Dihitung tinggi blok tegangan tekan beton persegi eqivalen a dengan:
a=
As . fy
0,85f c'b
850,586.300
0,85.20.300
= 50,034 mm2
rencana
Mr= .Mn=0,8*105,894=84,715kNm>Mu=80,8kNM
b). Kontrol Mr Mu
y
= fy / Es = 300/200000=0,0015
50,034
0,0015
o , 85.44050,034
=0,000232<
Keruntuhan tarik akan terjadi bila prosentase baja tulangan suatu penampang balok relatif
kecil sehingga tulangan ini lebih dulu mencapai tegangan lelehnya sebelum tegangan tekan
beton mencapai maksimum. Pada tahap ini, regangan baja tulangan s = sy dan regangan
beton c = cu.
Peningkatan beban luar berikutnya akan memperbesar deformasi baja tulangan secara plastis,
yang kemudian memperlebar retak pada daerh tarik beton. Selama proses deformasi,
tegangan baja tetap konstan sebesar (As.fy). Tetapi, untuk mengimbangi peningkatan beban
tersebut, tegangan tekan beton akan bertambah bersama dengan naiknya sumbu netral dan
resultan tegangan tekan C (bila daerah tarik terletak di bawah), yang menyebabkan
bertambahnya jarak antara kedua resultan gaya internal z, dan momen internal Tz. Proses mi
terus berlanjut hingga daerah tekan beton retak atau regangan serat tekan beton c= cu
Penampang balok yang memiliki prosentase tulangan seperti ini disebut sebagai balok
perkuatan-kurang (under-reinforced beams). Penampang akan mengalami deformasi plastis
yang cukup besar sehingga menimbulkan retak-retak pada daerah tarik yang merupakan tanda
bahwa balok tersebut hancur. Keruntuhan inilah yang disebut keruntuhan tarik (tension
failure).Keadaan seimbang terpenuhi bila regangan pada tulangan tarik tepat mencapai
regangan yang berhubungan dengan tegangan leleh yang ditentukan dan pada saat yang sama,
bagian beton yang tertekan mencapai tegangan batas asumsi 0,003 (lihat SNI Pasal 3.3.3).
Jika beton maupun baja tulangan mencapai regangan atau tegangan maksimumnya secara
bersamaan, keruntuhan penampang inimungkin bukan merupakan keruntuhan struktur
dapat terjadi serentak yang disebut keruntuhan imbang (balance failure).
Jika prosentase tulangan cukup besar sehingga tegangan di serat beton lebih dulu mencapai
kapasitas maksimumnya sebelum tegangan pada baja tulangan meleleh, disebut perkuatanberlebihan (overreinforced). Pada kondisi ini regangan beton c= cu
tulangan s < sy, Keruntuhannya akan terjadi di daerah tekan beton sehingga disebut
keruntuhan tekan (compression failure). Keruntuhan semacam ini terjadi secara tiba-tiba,
bahkan sering disertai bunyi ledakan beton hancur, dan sebelumnya tidak ada tanda-tanda
berupa defleksi yang besar.
Tingkat regangan yang terjadi pada ketiga kondisi tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.6.
T4ULANGAN RANGKAP
Kenyataannya, balok itu hampir mustahil tidak punya tulangan atas. Penggunaan tulangan
atas atau tulangan tekan itu ada alasannya. Beberapa di antaranya adalah:
1. Meningkatkan daktilitas penampang.
2. Mengurangi defleksi jangka panjang.
3. Mempermudah pelaksanaan di lapangan.
Lantas, bagaimana hitung-hitungannya?
Kita akan menghitung kapasitas momen lentur sebuah penampang balok dengan
memperhitungkan tulangan atas (tekan).
Prosedur
, tebal selimut
Dimana
Indeks T pada variabel luas tulangan menyatakan tension dan c (Cs dan
Cmenyatakan compression.
2. Hitung
3. Tentukan
, dan luas
4. Bagi
, dan
5. Asumsikan semua tulangan (atas dan bawah) mengalami leleh. Nanti kondisi ini harus
dicek.
6. Hitung kapasitas momen dari pasangan
dan
Dari diagram regangan di atas, dapat dihitung berapa besar regangan pada tulangan bawah
dan tulangan atas.
1. Tentukan posisi sumbu netral
Nilai
3. Jika
5. Jika
2. Hitung
3. Hitung tinggi blok tekan
4. Hitung
5. Hitung lagi
6.
7. Ulangi langkah no.1 dengan menggunakan nilai
8. Lakukan iterasi hingga diperoleh
yang baru.
yang konstan.
Sementara jika kita mau menggunakan metode lain, kita bisa menurunkan persamaanpersamaan keseimbangan gaya-gaya pada penampang, yaitu
Konsep : geser maksimum pada balok sederhana umumnya terjadi di daerah sekitar tumpuan
atau di sekitar beban terpusat yang cukup besar. Untuk perencanaan yang biasa (normal),
gaya geser dipikul oleh beton dan tulangan sengkang. Sedangkan untuk perencanaan luar
biasa, misalnya memikul geser pada saat gempa, kadang beton tidak diikutkan dalam
memikul geser dengan asumsi bahwa beton pada saat itu sudah retak dan mulai hancur akibat
beban gempa yang memang sifatnya destruktif alias merusak.
Prosedur
1. Bahan-bahan yang diperlukan adalah gaya geser ultimate
.
2. Hitung kapasitas penampang beton dalam menahan gaya geser, sesuai SNI-Beton2002 butir 11.3(1(1)):
catatan :
di
, dan
atas
adalah
.
kuat
geser
beton
dalam
kondisi
normal.
Kalo ada gaya tekan aksial atau momen lentur yang terjadi bersamaan pada
penampang yang ditinjau, persamaan yang digunakan beda lagi. Tapi karena yang
kita bahas adalah balok sederhana, gaya aksial tidak terjadi, dan momen lentur
maksimum terjadi di tengah bentang, sedangkan geser maksimum di daerah
tumpuan.
3. Bandingkan
1. Jika
1.
Jika
2.
Jika
3.
Jika
, maka
4. Jika
besar.
dihitung sebagai luas satu batang tulangan sengkang dikalikan jumlah kakikakinya.
dimana
yaitu penampang yang berjarak dari muka tumpuan, dan tidak ada beban terpusat
yang bekerja di antara muka tumpuan dan penampang kritis tersebut.
2. Jika di antara muka tumpuan dan penampang kritis terdapat beban terpusat yang besar,
maka
3. Jika pada penampang yang sedang ditinjau gaya gesernya terdapat momen lentur yang
signifikan, maka pengaruh momen lentur tersebut boleh dimasukkan ke dalam
perhitungan
SNI menggunakan kata boleh, artinya tidak harus dilakukan. Akan tetapi pengaruh
momen lentur sebaiknya diperhatikan karena kadang pada kondisi tertentu
memperkecil nilai
justru
diagram geser dan momen lentur balok kantilever akibat beban merata
Balok T
Dalam pelaksanaannya di lapangan, balok hampir selalu dicor monolit (bersamaan atau
menyatu) dengan pelat lantai (slab). Karena dicor monolit, maka mau tidak mau, balok juga
dipengaruhi oleh pelat yang ada di sekitarnya.
dicor monolit,
misalnya ada construction joint, maka tidak boleh dilakukan analisis balok T.
Tapi bagian pelat yang ikut menahan tekan itu ada batasannya. Itu yang dinamakan lebar
efektif. Di dalam pembahasan ini di gunakan simbol
balok T.
Di dalam SNI-Beton-2002, batas lebar efektif ini sudah diberikan dengan jelas. Ada
perbedaan besar lebar efektif antara balok T dan balok L.
1. Untuk balok T,
2. Untuk balok L,
Nilai
ini harus dicek, apakah masih berada di area tebal pelat atau tidak.
Jika
Maka, penyelesaiannya sama dengan balok persegi, yaitu :
1. Hitung
2. Hitung
, dan
3. Hitung
Jika
Maka yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Seluruh bagian sayap akan mengalami tegangan tekan yang resultannya adalah
tidak
1. Gaya tekan
dari tulangan yang ada, sehingga luas tulangan yang mengimbangi gaya tekan
ini adalah sebesar :
Luas tulangan selebihnya digunakan untuk menahan gaya tekan pada bagian badan
(web) yang tinggi blok tekannya ( ) lebih besar dari tebal pelat .
1.
2.
3.
Catatan penting
1. Pada perhitungan di atas, tulangan dianggap leleh (
dibuktikan dengan membandingkan dengan
Jika
2.
, maka
dan
, dimana