Anda di halaman 1dari 27

Stabilitas Bendungan

Dr. Runi Asmaranto, ST. , MT


STABILITAS BENDUNGAN

STABILITAS TERHADAP REMBESAN

Dalam merencanakan sebuah bendungan perlu


diperhatikan stabilitasnya terhadap bahaya longsoran,
erosi lereng dan kehilangan air akibat rembesan yang
melalui tubuh bendungan. Baik tubuh bendungan
maupun pondasinya diharuskan mampu
mempertahankan diri terhadap gaya gaya yang di
timbulkan oleh adanya air filtrasi yang mengalir melalui
celah celah antara butiran butiran tanah pembentuk
tubuh bendungan dan pondasi tersebut. (Hardiyatmo,
2007a: 255)

Gambar 2.7 Pola kegagalan pada tubuh bendungan urugan akibar rembesan
(Sumber : Anonim, 2009: 37)
Kapasitas aliran filtrasi adalah kapasitas rembesan air yang mengalir ke hilir melalui tubuh bendungan dan
pondasi bendungan. Kapasitas aliran filtrasi suatu bendungan mempunyai batas batas tertentu yang mana
apabila kapasitas aliran filtrasi tersebut melampaui batas tersebut, maka kehilangan air yang terjadi akan cukup
besar dan dapat mengakibatkan gejala sufosi (piping) dan sembulan (boiling). (Anonim, 2008a: 37)

Sedangkan untuk memperkirakan besarnya kapasitas filtrasi yang mengalir melalui tubuh dan pondasi
bendungan yang didasarkan pada jaringan trayektori aliran filtrasi, dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :

Chimmey Filter and Drain


(specialtly designed for the
anticipated seepage volume
as well as filter criteria)
Erosi Buluh
Erosi buluh (piping) terjadi bila air waduk mengalir atau merembes melalui pori-pori tanah timbunan atau pondasi
menghasilkan suatu gaya tarik yang cukup kuat membawa butiran tanah keluar melalui titik keluaran. Penggerusan
atau erosi tersebut berlangsung terus dan membentuk pipa di dalam timbunan atau pondasi. Pipa tersebut terus
membesar sebagai hasil dari gerusan dan mengakibatkan runtuhnya bendungan.

Lima kondisi yang memicu terjadinya piping, adalah :


- Terbentuknya alur aliran air,
- Gradien hidraulis pada tempat keluaran (iexit )telah melebihi dari nilai batas yang tergantung dari
jenis tanahnya,
- Tempat keluaran dalam kondisi bebas dan tidak dilindungi filter secara memadai,
- Terdapat tanah yang rawan piping pada alur aliran rembesan,
- Telah terbentuk pipa atau tanah di atasnya telah membentuk seperti atap untuk menjaga
terbukanya pipa.
Piping sangat berbahaya terhadap stabilitas tubuh bendungan, karena dapat menyebabkan keruntuhan.,
sehingga untuk mengetahui bendungan urugan aman terhadap gejala piping dapat diketahui dengan
rumus sebagai berikut; icr
FK=
iexit
H 1
icr = Gradien hidraulik kritis (tanpa dimensi) iexit = ( )
iexit = Gradien keluaran dari hasil analisa rembesan(tanpa dimensi) d
FK = Faktor keamanan terhadap gejala piping (tanpa dimensi ( > 4))

(Gs1)
Gs =Specific Grafity icr =
e = Void ratio (1+e)
H = Tinggi muka air waduk (m)
d = Tinggi rembesan di hilir (m)
(1+ 1+2)
=
2
b
=
d
b = lebar dasar daerah inti (m)
Kontrol Kecepatan rembesan

Pemeriksaan agar tidak terjadi peristiwa piping maka harus dibandingkan kecepatan rembesan (VS) dengan kecepatan
kritisnya (VC). Jika VS < VC maka tidak terjadi pengangkatan partikel, yang berarti peristiwa tersebut diatas tidak akan
terjadi piping.

Persamaan yang digunakan untuk mengetahui kecepatan aliran filtrasi adalah sebagai berikut :
v = k i.........
Dimana :
...................................................................................................(3-6)
h2
i = e .............. v = Kecepatan pada bidang aliran keluarnya filtrasi (m/dt)
k = Koefisien filtrasi (m/dt)
....................................................................................................(3-7)
v
Vs = n..................... i = Gradient hidrolik (m)
e = Void ratio
...........................................................................................(3-8)
W1g h2= Tinggi rembesan hilir (m)
Vc= Fw ..........................................................................................................(3-
Vs= Kecepatan rembesan (m/dt)
W1 = (Gs 1) 0,167 d........ n = Porositas
........................................................(3-10) d = Diameter butiran terkecil material Inti (cm)

w = berat air (gr/cm)
F = 4 d........................................................................................................(3-11)
Dari hasil analisa kapasitas rembesan menggunakan program SEEP/W didapat
kapasitas rembesan untuk masing-masing elevasi muka air waduk, adalah sebagai
berikut :
FWL +243.98 m = 6.354 . 10-4 m/dt.
NWL +243.20 m = 5.447 . 10-4 m/dt.
LWL +235 m = 2.242 . 10-4 m/dt.
Rata rata = 4.681 . 10-4 m/dt.

Diketahui :
Q sungai rata-rata = 0.1785 m/dt
1 % dari Q rata-rata sungai = 1.785 . 10-3 m/dt.
Ratarata kapasitas rembesan = 1.572 . 10-3 m/dt.

Rata-rata kapasitas rembesan (4.681 . 10-4 m/dt) <1% dari Q rata-rata sungai (1.785 . 10-3
m/dt). Sehingga, dapat diketahui kapasitas rembesan yang terjadi pada pondasi dan
tubuh Bendungan Ngancar masih memenuhi dari syarat yang ditetapkan.
FORMASI GARIS DEPRESI
Bendungan homogen
GARIS DEPRESI

Horizontal drain

Bendungan Inti tegak

Sumber: Bendungan Type urugan, suyono s, takeda

Bendungan tirai
STABILITAS LERENG HULU DAN HILIR

Stabilitas lereng dihitung pada berbagai kondisi yaitu akibat beban statis dan dinamis (gempa), dimana elevasi muka air
waduk juga dikaji dalam kondisi sebagai berikut :

1. Kondisi Muka Air Waduk Kosong

2. Kondisi Muka Air Banjir (HWL)

3. Kondisi Muka Air Normal (NWL)

4. Kondisi Muka Air rendah (LWL)

5. Kondisi muka air turun mendadak (drawdown)

Metode analisis stabilitas biasanya digunakan BISHOP MODIFIED

Metode lainnya; Fellenius, Morgenster and Price, Janbu, dll


Sumber : pedoman Bendungan, BKB
HASIL ANALISA STABILITAS Stabilitas Lereng Hulu Kondisi NWL, FK = 1,881

Stabilitas Lereng Hulu Kondisi FWL, FK = 3,012

Hulu Hilir
No Kondisi Fk Keterangan
Ordinary Bishop Janbu Ordinary Bishop Janbu
1 Kosong 1.3 2.868 2.866 2.870 1.596 1.636 1.594 Aman
2 LWL 1.3 1.308 1.434 1.331 1.595 1.636 1.591 Aman
3 NWL 1.3 1.881 1.971 1.850 1.530 1.586 1.524 Aman
4 FWL 1.3 3.012 3.013 3.012 1.467 1.491 1.457 Aman
5 Rapid Draw Down 1.3 1.064 1.064 1.023 1.584 1.584 1.540 Tidak Aman
PENILAIAN RESIKO BENDUNGAN
Koefisien Gempa Termodifikasi
Penentuan besaran gempa desain bendungan mengikuti pedoman pada Pedoman Pd-T- 14-2004 A

Analisa Stabilitas Bendungan Urugan akibat Gempa dimulai dengan menentukan faktor risiko keamanan bendungan.
FRtot = FRk + FRt + FRe + FRh
Kriteria Bendungan Ngancar Bobot Faktor Risiko
Frtot : faktor risiko total (bobot)
Kapasitas Waduk = 4.19 x 106 m3 Frk = 4
FRk : faktor risiko pengaruh kapasitas waduk (bobot)
FRt : faktor risiko pengaruh tinggi bendungan (bobot) Tinggi Bendungan = 19,05 m Frt = 2
Fre : faktor risiko kebutuhan evakuasi (bobot) Kebutuhan Evakuasi 420 orang Fre = 4
FRh : faktor risiko tingkat kerusakan hilir (bobot), diperoleh dari Tingkat Kerusakan Hilir = moderat Frh = 4
Pedoman Klasifikasi Bahaya pada Bendungan
Faktor Risiko Total FRTotal = 14
Berdasarkan tabel kelas risiko Bendungan dan Bangunan air, maka Bendungan Ngancar
termasuk kelas risiko II (Moderat) Faktor Risiko Total Kelas Risiko
(0-6) I (Rendah)
(7-18) II (Moderat)
(19-30) III (Tinggi)
(> 31) IV (Ekstrem)

Berdasarkan kelas risiko bendungan dan bangunan air tersebut, maka kriteria beban gempa untuk
desain bendungan dalam OBE dan MDE dapat ditentukan melalui tabel dibawah ini

Sumber: Pedoman Analisis Stabilitas Bendungan Tipe Urugan Akibat Beban Gempa
N = Usia Guna Waduk
NOTE :
1. Persayaratan tanpa kerusakan dengan periode ulang T ditentukan (OBE), sehingga beban gempa
dapat diperoleh dari peta zona gempa. Analisis dilakukan dengan cara koefisien gempa. Kestabilan
bendungan harus lebih tinggi dari faktor keamanan minimum yang dipersyaratkan, bendungan
tidak mengalami kerusakan yang serius dan masih tetap beroperasi, serta tidak diperlukan
pekerjaan perbaikan yang menyeluruh.
2) Persyaratan yang diperkenankan ada kerusakan tanpa terjadi keruntuhan dengan periode ulang T
ditentukan untuk kelas I, II, III, dan IV sehingga percepatan gempa maksimum di permukaan tanah
dapat diperoleh dari peta zona gempa. Analisis dilakukan dengan cara dinamik dengan
menggunakan ragam sambutan gempa atau sejarah waktu percepatan gempa. Bendungan harus
mampu menahan gempa desain MDE tanpa keruntuhan atau diperkenankan ada kerusakan
dengan alihan tetap tidak terlampaui 50% dari tinggi jagaan.
Pengaruh tipe bendungan, tipe keruntuhan, tingkat bahaya kerusakan pada lokasi dan kelas risiko
bangunan harus dipertimbangkan dalam menentukan parameter gempa. Pengalaman sangat diperlukan
untuk menentukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persyaratan parameter evaluasi gempa.

Berbagai macam ketidakstabilan bendungan urugan yang dilanda goncangan gempa meliputi tiga tipe,
yaitu:

1) Ketidakstabilan akibat penurunan kekuatan geser material urugan atau material fondasi yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan air pori.

2) Ketidakstabilan akibat deformasi yang berlebihan berupa longsoran lereng secara rotasi dan planar,
amblesan, dan retakan pada bendungan.

3) Ketidakstabilan akibat gelombang tinggi pengaruh gempa.


PETA ZONA GEMPA 2004
PETA GEMPA 2010

Peta Percepatan di Batuan Dasar (SB) Untuk Periode Ulang 100 Tahun

DEFINISI = KEMUNGKINAN TERLAMPAUI 10% dalam 50 tahun = (IDENTIK DENGAN LEVEL Gempa 500 tahun)
KEMUNGKINAN TERLAMPAUI 10% dalam 100 tahun =(IDENTIK DENGAN LEVEL Gempa 1000 tahun)
KEMUNGKINAN TERLAMPAUI 2% dalam 50 tahun = (IDENTIK DENGAN LEVEL Gempa 2500 tahun)
Percepatan puncak di permukaan tanah didapatkan
menggunakan persamaan sebagai
berikut:

PGAM = FPGA. SB

dengan keterangan:
PGAM = nilai percepatan puncak di permukaan tanah
berdasarkan klasifikasi jenis tanah.
FPGA = faktor amplifikasi untuk PGA
PETA ZONA GEMPA 2017

Perlu di analisis, sejauhmana pengaruhnya


terhadap bangunan air khususnya bendungan
yang sudah dibangun, terkait kecukupan jagaan,
stabilitas, dll..??????
Analisis koefisien gempa pada T = 100 tahun

Nilai percepatan puncak di batuan dasar Bendungan Greneng pada periode 100
tahun berdasarkan peta diatas berada pada kisaran SB = 0.05 0.10 g.
Sehingga nilai yang diambil adalah SB = 0.10 g
Kemudian ditentukan klasifikasi jenis
tanah yang digunakan untuk
menentukan FPGA yang dapat ditentukan
dengan melihat Tabel berikut.

Setelah itu dilakukan perhitungan percepatan


gempa terkoeksi PGAM dengan rumus Pseudostatis ; pengaruh muka air thd tinggi bendungan

PGAM = FPGA . SB
= 1 . 0.1 g (dimana 1 g = 980.665 cm/det2)
= 0.1 g

kemudian,
K = PGAM /g Ko = 2 x K
K = 0.1 g /g Ko = 0.5 x 0. 1
K = 0.1 Ko = 0.05
Analisis koefisien gempa pada T = 3000 tahun

Nilai percepatan puncak di batuan dasar Bendungan Greneng pada periode 100
tahun berdasarkan peta diatas berada pada kisaran SB = 0.3 0.4 g. Sehingga
nilai yang diambil adalah SB = 0.4 g
Analisa Stabilitas Lereng Hulu
Gempa MDE Muka Air Normal
(NWL)

Analisa Stabilitas Lereng Hilir Gempa


MDE Muka Air Normal (NWL)
Hasil Analisa Stabilitas Dengan Beban Gempa T = 3000 tahun
Hasil Safety Factor dengan Simulasi Geostudio Slope/W untuk Beban Dinamis
T = 3.000 tahun (MDE) di Tubuh Bendungan Kiri (Maindam)
Faktor Keamanan
No Kondisi Fk bishop ordinary Janbu Keterangan
0.25 0.5 0.75 1 0.25 0.5 0.75 1 0.25 0.5 0.75 1
1 Waduk Kosong Hulu 1.1 1.338 1.356 1.364 1.373 1.271 1.289 1.298 1.307 1.256 1.273 1.281 1.290 Aman
2 Waduk Kosong Hilir 1.1 1.455 1.476 1.486 1.497 1.41 1.432 1.443 1.453 1.391 1.413 1.423 1.433 Aman
3 Muka Air Minimum Hulu 1.1 1.338 1.356 1.364 1.373 1.271 1.289 1.298 1.307 1.256 1.273 1.281 1.29 Aman
4 Muka Air Minimum Hilir 1.1 1.455 1.476 1.486 1.497 1.411 1.432 1.443 1.454 1.391 1.413 1.423 1.433 Aman
5 Muka Air Normal Hulu 1.1 1.516 1.557 1.577 1.599 1.369 1.403 1.419 1.437 1.438 1.477 1.496 1.517 Aman
6 Muka Air Normal Hilir 1.1 1.446 1.465 1.474 1.483 1.382 1.403 1.412 1.422 1.361 1.379 1.388 1.397 Aman
7 Muka Air Banjir Hulu 1.1 1.556 1.603 1.627 1.652 1.312 1.324 1.34 1.357 1.472 1.511 1.534 1.559 Aman
8 Muka Air Banjir Hilir 1.1 1.449 1.467 1.476 1.449 1.376 1.395 1.404 1.376 1.352 1.37 1.379 1.352 Aman
9 Rapid Draw Down Hulu 1.1 1.269 1.28 1.285 1.29 1.269 1.28 1.285 1.29 1.199 1.209 1.208 1.216 Aman
10 Rapid Draw Down Hilir 1.1 1.443 1.462 1.471 1.481 1.443 1.462 1.471 1.481 1.366 1.385 1.395 1.399 Aman
Hasil Safety Factor dengan Simulasi Geostudio Slope/W untuk Beban Dinamis
T = 3.000 tahun (MDE) di Tubuh Bendungan Kanan (Sadledam)
Faktor Keamanan
No Kondisi Fk bishop ordinary Janbu Keterangan
0.25 0.5 0.75 1 0.25 0.5 0.75 1 0.25 0.5 0.75 1
1 Waduk Kosong Hulu 1.1 1.514 1.553 1.572 1.591 1.521 1.555 1.574 1.593 1.528 1.554 1.573 1.592 Aman
2 Waduk Kosong Hilir 1.1 1.46 1.479 1.488 1.497 1.388 1.408 1.417 1.426 1.368 1.387 1.396 1.405 Aman
3 Muka Air Minimum Hulu 1.1 1.514 1.553 1.572 1.591 1.521 1.555 1.574 1.593 1.528 1.554 1.573 1.592 Aman
4 Muka Air Minimum Hilir 1.1 1.442 1.461 1.469 1.479 1.373 1.392 1.401 1.411 1.355 1.373 1.381 1.39 Aman
5 Muka Air Normal Hulu 1.1 1.514 1.553 1.572 1.591 1.521 1.555 1.574 1.593 1.528 1.554 1.573 1.592 Aman
6 Muka Air Normal Hilir 1.1 1.456 1.478 1.488 1.499 1.411 1.432 1.443 1.454 1.395 1.416 1.426 1.437 Aman
7 Muka Air Banjir Hulu 1.1 1.514 1.553 1.572 1.591 1.521 1.555 1.574 1.593 1.528 1.554 1.573 1.592 Aman
8 Muka Air Banjir Hilir 1.1 1.48 1.497 1.505 1.513 1.437 1.451 1.46 1.468 1.415 1.429 1.437 1.446 Aman
9 Rapid Draw Down Hulu 1.1 1.654 1.682 1.696 1.71 1.654 1.682 1.696 1.71 1.649 1.678 1.691 1.706 Aman
10 Rapid Draw Down Hilir 1.1 1.46 1.479 1.488 1.497 1.46 1.479 1.488 1.497 1.38 1.398 1.407 1.414 Aman
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai