TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bendungan
urukan tanah, urukan batu, beton, dan atau pasangan batu yang dibangun
selain untuk menahan dan menampung air, dapat pula dibangun untuk
besar. Dengan tampungan dalam skala yang besar ini, air dapat dialirkan s
esuai dengan kebutuhan. Selain itu, ketika musim hujan air akan ditampung
i cuaca yang tidak stabil pun akan tetap terjadi keseimbangan terhadap ling
kungan sekitar.
p yang paling penting sehingga harus ada pada setiap bangunan bendunga
iran untuk mengendalikan air yang dilepas dari bendungan. Adapun fungsi
spillway sebagai pelimpahan debit yang besar atau berlebihan untuk menga
8
tasi bahaya limpasan pada kelengkapan bangunan air. Beberapa hal yang
dari bentuk atau sifat bangunan pelimpah itu sendiri. Sehingga dapat diketa
hui tipe bangunan air yang akan dibangun yang disesuaikan dengan kebutu
kemiringan yang lebih curam, jarak dengan alur sungai lebih pendek serta
berbagai macam kondisi, baik yang berkaitan dengan struktur spillway itu
sendiri maupun tinggi muka air di hilir, umumnya diperlukan model tes
C. Klasifikasi Aliran
1. Sifat Aliran
semakin besar.
perbandingan antara gaya – gaya inersia (inertial forces) dan gaya – gaya
(2013) bahwa suatu aliran disebut laminer apabila gaya kekentalan relatif
terletak diantara aliran laminer dan turbulen. Variabel yang dipakai adalah
μR
Re = (1)
v
Dimana:
Rajaratnam N, 1987).
dengan rasio inersia dengan gaya tarik bumi (g). Rasio ini ditetapkan
a. Aliran subkritis, jika bilangan Froude lebih kecil dari suatu (Fr < 1). Unt
b. Aliran kritis, jika bilangan Froude sama dengan satu (Fr = 1) dan gang
guan permukaan missal, akibat riak yang terjadi akibat batu yang dile
c. Aliran superkritis, jika bilangan Froude lebih besar dari satu (Fr > 1). U
ntuk aliran superkritis, kedalaman aliran relative lebih kecil dan kecepa
tan tinggi (segala riak yang ditimbulkan dari suatu gangguan adalah m
gaya – gaya kelembaman dan gaya gravitasi maka aliran dibagi menjadi:
membedakan tipe aliran tersebut adalah angka Froude (Fr) yaitu angka
v
Fr= .............................................................................................. (2)
√ gD
Dimana:
Fr = Bilangan Froude
Q
V= ................................................................................................... (3)
A
Dimana:
Dimana:
Jika:
Fr = 1 aliran kritis
Dimana:
E. Debit Pengaliran
Q=V . A...................................................................................................(6)
Dimana:
Dimana:
Cd = Koefisien Debit
besarnya tinggi aliran (ht) pada alat ukur debit. Agar diperoleh hasil Cd
aliran yang disertai pemindahan material melalui aksi gerakan fluida atau
dapat dikatakan juga bahwa gerusan adalah erosi pada dasar saluran
alluvial.
ntuknya beragam, bisa terletak dalam satu segmen (satu lokasi) bisa pula
dalaman aliran.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Evi J.W. Pamungkas (2014) dapa
t diketahui bahwa adanya variasi debit dan panjang loncatan hidraulik yan
al sedimen, waktu gerusan dan bilangan Froude (Fr). Raudkivi (1989) men
mum terjadi pada kondisi gerusan tanpa transport sedimen. Adapun besar
nya kedalaman gerusan juga terjadi akibat adanya loncatan hidraulik yang
dT
>0 →gerusan..................................................................................... (8)
dx
Dimana x adalah jarak antara titik 1 dan titik 2, Jadi bukan kecepatan
terjadi pada aliran setimbang juga yaitu bila h = h e, karena tidak terjadi
mencerminkan kesetimbangan:
pengendapan.
16
T (Kapasitas
Sedimen Dasar
transport)
T1 = T2 Seimbang Stabil
yaitu:
2
τc v∗ c
θ= = ..................................................................................(9)
ρw g ∆ d g ∆ d
ρs − ρ w
∆= ..............................................................................................(10)
ρw
v ∗c =√ θg ∆ d ...........................................................................................(11)
17
τ c =θ ρw g ∆ d .......................................................................................... (12)
( )
1 /2
τo
v ∗= .............................................................................................(14)
ρw
Dimana:
Keterangan:
2 berikut.
Aliran yang terjadi pada sungai sering kali disertai dengan angkutan
sedimen dan proses gerusan dan endapan. Proses gerusan dan endapan
sedimen terjadi karena aliran air sungai mempunyai energi yang cukup
Proses gerusan dan endapan dimulai pada saat partikel yang terbawa
bergerak mengikuti pola aliran bagian hulu kebagian hilir saluran. Pada
kecepatan yang lebih tinggi maka partikel yang terbawa akan semakin
banyak dan lubang gerusan akan semakin besar, baik ukuran maupun
19
tegangan gesek yang besar melebihi tegangan gesek kritik butiran yang
tersebut) dan berakibat tegangan gesek di atas dasar menjadi kurang dan
energi. Jika partikel air jatuh ke suatu basin maka akan terjadi peredaman
energi yaitu disipasi energi hidraulik Stilling Basin jarang dirancang sesuai
panjang loncat air yang terjadi karena tidak ekonomis (Hoffmans G.J.C.M
Loncatan air yang terbentuk disebelah hilir suatu bangunan air pada
mengendalikan agar loncat air terjadi di dalam kolak olak. (Chow. V.T,
(1959).
H. Transport Sedimen
sepanjang dasar, hal ini disebut angkutan dasar (bed load transport).
qb y s τ −τ c
=10 ...................................................................................(15)
qγS (γ s − γ ) d
Dimana:
qb dan q = Debit angkutan dasar dan air per satuan lebar saluran
τ =γDS
D = Kedalaman air
S = Kemiringan saluran
Dimana:
qb = qα PdUs.......................................................................................................................................................... (17)
Dimana:
yang cenderung ke atas dari suatu aliran turbulen dan tetap dalam
D
q sv =∫ ucdy .............................................................................................(18)
a
D
q sv =γ s∫ ucdy ......................................................................................... (19)
a
Dimana:
qsv dan qsw = Debit angkutan sedimen melayang dalam volume dan berat
D = Kedalaman air
23
∂η ∂Qs
( 1 − λ p ) B ηt = ∂ x ..................................................................................(20)
Dimana:
B = Lebar saluran
η = Elevasi saluran
t = Waktu
x = Jarak
I. Peredam Energi
normal kembali dan aliran tersebut masuk kedalam sungai kembali tanpa
bagian hilir adalah peredam energi yang belum berfungsi secara efektif.
olakan (Stilling Basin). Dimensi kolam olak sangat ditentukan oleh kondisi
loncatan air. Beberapa penelitian telah mengkaji loncatan air pada aliran
masing-masing. Salah satu tipe peredam energi yang ada yaitu peredam
energi USBR Tipe II. Peredam energi USBR Tipe II dilengkapi dengan
gigi-gigi pemencar aliran dibagian hulu dasar kolam dan ambang bergerigi
dibagian hilirnya. Kolam olakan tipe ini digunakan untuk aliran dengan
m3/dt/m, tekanan hidrostatis > 60 m dan bilangan Froude > 4.5). Gigi-gigi
loncatan hidrolis dalam kolam olakan tersebut. Kolam olakan tipe ini
luas.
TWL (Tail Water Level) dari USBR Tipe II tidak boleh kurang dari
Panjang dari peredam energi (Lb) didekati dengan Lb/h 2’ = 4 pada kisaran
a. Kelebihan:
1) kolam olakan tipe ini cocok untuk aliran dengan tekanan hydrostatis
yang tinggi dan dengan debit yang besar (q >45 m3 /dt/m, tekanan
peredaman.
4) Kolam olakan tipe ini sangat sesuai untuk Bendungan urugan dan
b. Kekurangan:
J. Abrupt Rise
pada permukaan air dan kehilangan energi yang besar dalam loncatan
loncatan. Pusaran ini menarik dari aliran utama dan pusaran terpecah-
pecah menjadi bagian – bagian yang lebih kecil kemudian mengalir ke hilir
(Subramaya, K. 1986)
superkritis menjadi subkritis. Umumnya loncatan air terjadi pada saat air
jarak antara permukaan depan loncatan hidrolik sampai dengan suatu titik
Yo 1
= ¿..................................................................................................(21)
Y1 2
Dimana:
F = Bilangan Froude
dasar saluran.
K. Buffle block
(2018) bahwa pada debit paling rendah dan pada penataan buffle block
juga tata letak buffle block yang berbeda akan menghasilkan panjang
kolam olakan yang berbeda pula. Sedangkan pada model pelimpah yang
peredam energi yang paling sering digunakan adalah kolam olak yang
loncatan air.
L. Model Terdistorsi
benar dengan prototipnya. Hal ini agar ruang dan biaya yang diinginkan
tradisional, yaitu model dimana skala dimensi vertikal tidak sama dengan
faktor distorsi atau laju distorsi “n” yang menyatakan hubungan antara
berskala interval atau rasio. Rumus dari analisis regresi linear sederhana
Y’ = a + bX ...........................................................................................(22)
Keterangan :
perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka
korelasi tinggi, maka harga b juga besar, sebaliknya bila koefisien korelasi
31
rendah maka harga b juga rendah (kecil). Selain itu bila koefisien korelasi
sebagai berikut:
Pada setiap aliran udara yang melalui suatu benda akan mengalami
ditentukan oleh:
perubahan kecepatan aliran udara dari yang paling kecil sampai dengan
permukaan benda tadi, maka aliran udara yang demikian disebut aliran
udara laminer. Pada aliran udara laminer ini juga terjadi boundary layer,
titik yang lebih jauh dari permukaan benda. Di dalam boundary layer
adalah lapisan tipis pada permukaan padat (solid surface) tempat fluida
profil kecepatan seperti yang tampak dalam gambar diatas. Pada titik A
dan A’, fluida memiliki kecepatan nol (disebut no-slip condition). Pada titik
B dan B’, fluida memiliki kecepatan sebesar U∞, dimana >. Pada 0 ≤ y ≤
>, harga U = U∞, ini berarti tidak ada gradien kecepatan, atau dengan
kecepatan pada arah vertikal masih terjadi. Di atas boundary layer fluida
1 Penentuan kedalaman Sunik 2013 Penelitian ini merupakan 1. Kedalaman Gerusan berkurang
dan pola gerusan akibat Pudyono penelitian eksperimen gerusan sekitar 10%-15%
aliran superkritik di hilir berupa simulasi integrasi menggunakan dengan adanya
pemasangan end sill)
pintu air menggunakan numerik dengan program apron-end sill
sedangkan gerusan
end sill dan buffle block bantu excel pada pintu air pemasangan end berkurang sekitar 20%
dengan simulasi model menggunakan peredam sill). - 30 % dengan adanya
integrasi numerik energi (end sill dan buffle 2. kedalaman pemasangan buffle
block) di hilir pintu air. gerusan block.
menggunakan
apron-buffle block
2 Kajian proteksi gerusan Jaji 2006 Penelitian ini merupakan 1. Hubungan antara Susunan riprap
di hilir kolam olakan Abdurrosyid, penelitian dengan perbandingan ked sepanjang Lmax
bendung tipe USBR-II Gunawan jati menggunakan sediment alaman aliran den (panjang gerusan
wibowo recirculating flume. gan angka Froud maksimum tanpa
e. proteksi) mampu
2. Hubungan antara mengendalikan
perbandingan ked gerusan dengan
alaman gerusan m kedalaman gerusan
aksimum dengan paling kecil.
angka Reynold.
35
3 Pengaruh penempatan Gadang 2018 Dalam penelitian ini terdapat 1. Analisis kecepata Angka Froude 12,28
Baffle block tipe v budiarsyad beberapa perencanaan n aliran dengan va pada debit paling
terhadap reduksi dalam melakukan riasi debit. rendah dan pada
panjang loncatan air percobaan. 2. Analisis bilangan penataan Buffle block
dan energi aliran pada 1. Pembuatan model pelimp Reynolds dengan paling efektif
aliran pada pengalir ah variasi debit. membuktikan
bendung tipe Ogee 2. Pembahasan kolam olak 3. Analisis kehilanga penggunaan USBR-11
3. Pembuatan buffle block. n energi dengan v sudah tepat untuk
ariasi debit. percobaan.
4. Analisis panjang l
oncatan air denga
n variasi debit.
4 Analisis gerusan di hilir Evi J.W. 2014 Penelitian ini menggunakan Dari hasil Karakteristik aliran di h
bendung tipe USBR-IV Pamungkas objek kolam olakan yang di pengamatan ulu bendung model 1 d
(Uji model di modelkan dengan kedalaman gerusan, an bendung model 2 m
erupakan aliran super k
laboratorium) menggunakan kolam olakan pada membendung,
ritis dimana terjadinya l
dari bahan plastisin. maka semakin besar oncatan air sehingga a
pula energi aliran ngka Froude >1. Sedan
yang terjadi, hal ini gkan karakteristik aliran
dapat menyebabkan di hilir bendung model
loncatan hidrolik 1 dan bendung model 2
yang tak terkendali, merupakan aliran sub k
ritis dimana loncatan ai
sehingga terdilah
r mulai tenang sehingg
penggerusan di hilir a angka Froude <1.
kolam olakan.
5 Pengaruh variasi Pembra juned 2013 Penelitian ini di lakukan Susunan buffle block 1. Dengan debit aliran y
36
kemiringan tubuh hilir adiputra dengan 3 metode yaitu: yang paling efektif ang sama dari variasi
bendungan 1. Perencanaan model pelim terjadi pada susunan kemiringan tubuh hilir
penempatan Buffle pah yang terletak pada bendung tidak terjadi
block pada kolam olak 2. Perencanaan kolam olak. tengah lengkung perbedaan secara si
tipe solid roller bucket 3. Perencanaan buffle block. kolam olak, gnifikan terhadap tur
terhadap loncatan kecepatan bulensi aliran.
hidrolis dan peredaman maksimum aliran 2. Untuk meredam panj
energi adalah terjadi pada ang pusaran buffle bl
tengah radius ock yang di pasang p
lengkung sehingga ada tengah lengkung
aliran maksimum yang paling besar me
yang di benturkan redam pusaran air ad
langsung ke buffle alah 4:4.
block akan
menghasilkan
panjang pusaran
minimum di
bandingkan dengan
perlakuan lainnya.