Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

DEBIT ALIRAN

Oleh: Akhmad Zaenudin NIM A1H009057

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOERDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2010

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air mempunyai sifat mengalir dari hulu ke hilir dan mampu menempati ruangan yang ditempatinya. Sehingga air mampu melakukan pergerakan (aliran air) yang dapat menghasilkan suatu sumber energi yang bermanfaat bagi kehidupan. Salah satu contohnya untuk memutar roda turbin, karena itu pusat-pusat tenaga air dihubungkan di sungai-sungai dan di pegunungan-pegunungan sehingga dapat menerangi dengan menghasilkan energi cahaya. Aliran air yang melewati suatu penampang (luasan) dan kecepatan aliran dapat diketahui, maka dapat ditentukan besar debit aliran air tersebut. Debit merupakan satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Data debit sangat diperlukan dalam studi-studi untuk menentukan volume aliran atau perubahan-perubahannya yang diakibatkan oleh bangunan-bangunan yang dibangun di sungai oleh manusia. Karena besarnya debit sama dengan luas penampang basah saluran dikalikan kecepatan arus maka pengukurannya diarahkan terhadap kedua faktor tersebut. (Sosrodarsono, 1985). Gejala kasus tertentu debit aliran di suatu DAS (Dearah Aliran Sungai) melampaui batasnya sehingga dapat menyebabkan banjir atau jebolnya waduk yang menahan air tersebut. Pengamatan dan pengukuran debit air memberikan banyak manfaat bagi kehidupan umat manusia, dalam bidang pertanian digunakan untuk pengaturan irigasi dan drainase. debit aliran

B. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah mengukur debit aliran air pada saluran terbuka.

II. TNJAUAN PUSTAKA Debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Debit aliran adalah laju aliran air (volume) yang melewati penampang melintang sungai per satuan waktu. Debit aliran dinyatakan dengan persamaan: Q=A.V Keterangan: Q = debit aliran (m 3 / s) A = luas penampang (m 2) V = kecepatan aliran (m/s). Cara-cara untuk mengukur debit sungai adalah dengan: Mengukur kecepatan arus dan penampang melintang sungai. Menggunakan bangunan pengukur debit, seperti bendung, ambang tetap dan

sebagainya. 1. Mengukur kecepatan arus Untuk melakukan pengukuran kecepatan arus, dapat menggunakan alat pelampung atau alat pengukur kecepatan (current meter). Jika dipergunakan pelampung pengukuran kecepatan arus dapat dilakukan dengan mudah meskipun muka air sungai itu tinggi. Tempat yang dipilih untuk mengukur haruslah merupakan bagian sungai yang lurus dengan perubahan lebar, kedalaman dan gradien sungai yang kecil. (http://personal.ftsl.itb.ac.id, 2010). Seperti terlihat pada gambar tiang-tiang pengamatan dipancangkan di dua titik yang berjarak 50-100 meter. Pelampung dilepas digaris pelampung yang terletak 20 meter sebelum garis 1.Waktu tempuh pelampung di antara dua buah garis pengamatan (1dan 2) diukur dengan stopwatch. Setelah kecepatan arus dihitung, maka diadakan perhitungan debit, yaitu sama dengan kecepatan dikalikan luas penampang basah sungai. Biasanya digunakan 3 buah pelampung, dan kecepatannya diambil kecepatan rata-ratanya. Mengingat arah tempuh pelampung dapat berubah-ubah akibat adanya pusaran-pusaran air maka nilai yang didapat dari pelampung yang arahnya sangat menyimpang harus ditiadakan.

Cara yang lebih teliti adalah dengan menggunakan alat pengukur kecepatan arus atau current meter. Ada dua macam tipe current meter, yaitu : Current meter tipe Price Current meter tipe Propeller Current meter tipe price terdiri atas 6 buah piala konis (conical cups) yang berputar terhadap sumbu vertikal. Tipe propeller adalah pengukur kecepatan arus di mana unsur berputarnya berupa baling-baling (propeller) yang berputar terhadap sumbu horisontal. Hubungan antara putaaran dan kecepatan diberikan oleh rumus sebagai berikut: V=a+bN Keterangan: V = kecepatan arus (m/dt) a b = kecepatan permulaan untuk mengatasi gesekan dalam alat = konstanta a dan b ditentukan pada waktu mengkalibrasi alat, yaitu dengan memasang alat ini di dalam air yang telah diketahui kecepatannya. N ditentukan oleh alat penghitung putaran. (Harsoyo, 1977). 2. Mengukur debit dengan bangunan pengukur debit Pengukuran debit dengan menggunakan bangunan pengukur debit ini dapat dilakukan lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan alat pengukur kecepatan arus. Pada dasarnya dalam hal ini digunakan ambang tetap seperti bendung, pengukur debit Cypoletti, Rehbock, dan sebagainya. (http://sipilinside.blogspot.com/debit-aliran, 2010). Pada umumnya debit dirumuskan sebagai fungsi dari kedalaman, yaitu: Q = C B ( H ^ 1,5 ) Keterangan: Q = debit (m3/dt) C = koefisien debit yang ditentukan berdasarkan hasil kalibrasi (m3/dt) B = panjang ambang (m) H = tinggi air di atas ambang ditambah dengan tinggi kecepatan.

N = kecepatan putaran per detik

Tidak semua penampang sungai dapat dibuat ambang, karena biaya pembuatannya lebih mahal dan pelaksaannya lebih sukar. Cara ini dilakukan kalau kebetulan di tempat tersebut memang telah ada bendung untuk keperluan irigasi, penyediaan air minum dan sebagainya. (Kartasapoetra, 1986). Gerak fluida dapat dinyatakan dengan mengukuti gerak tiap partikel di dalam fluida. Hal ini sulit dilakukan karena koordinat X, Y, Z dari partikel fluida harus ditentukan sebagai fungsi dari waktu. Rapat massa dan kecapatan pada tiap titik di dalam suatu ruangan akan berubah terhadap waktu. Fluida sebagai medan rapat massa dan medan vektor kecepatan. Jika kecepatan tiap partikel pada suatu titik tetap maka aliran fluida tersebut bersifat lunak.

III. METODOLOGI A. Alat dan Bahan 1. Alat: a. b. c. d. e. 2. Bahan: a. Daun kering b. Air B. Cara Kerja 1. Pipa kaca dihubungkan dengan selang untuk mengalirkan air ke dalam saluran. 2. Kran dibuka dan air dibiarkan mengalir sampai aliran stabil. 3. Tinggi dan lebar air dalam pipa kaca diukur. 4. Potongan daun kering dialirkan dalam pipa kaca sejauh 1 meter dan waktu yang ditempuh dicatat. 5. Percobaan diulang sampai 3 kali. Alat-alat tulis Penggaris Pipa kaca Stopwatch / handphone Kalkulator

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Diketahui: l = 5,9 cm = 0,059 m h = 6 cm = 0,06 m s=1m Perhitungan: A =l.h = 0,059 . 0,06 = 3,54 x 10 -3 m 2 V1 = s / t1 = 1 / 17,2 = 0,059 m/s V2 = s / t2 = 1 / 28 = 0,036 m/s V3 = s / t3 = 1 / 19,4 = 0,051 m/s Q3 Q2 Q1 = A . V1 = (3,54 x 10 -3) 0,059 = 2,0886 x 10 -4 m 3 / s = A . V2 = (3,54 x 10 -3) 0,036 = 1,2744 x 10 -4 m 3 / s = A . V3 = (3,54 x 10 -3) 0,051 = 1,8054 x 10 -4 m 3 / s t1 = 17,2 s t2 = 28 s t3 = 19,4 s

B. Pembahasan Pipa kaca mempunyai lebar sebesar 0,059 m; tinggi 0,06 m; dan panjang sebesar 1 meter. Maka diperoleh luas pipa kaca sebesar 3,54 x 10 -3 m 2. Dari luasan permukaan tersebut maka dapat diperoleh besaran awal untuk menghitung kecepatan aliran dan debit aliran. Pada ulangan pertama diperoleh waktu (t) sebesar 17,2 detik, dengan menggunakan rumus kecepatan jarak atau panjang lintasan yang dilalui berbanding dengan waktu yang ditempuh daun kering tersebut, maka diperoleh kecepatan pertama sebesar 0,059 m/s dan dapat diketahui besar debit aliran pertama dengan menggunakan rumus luasan penampang dikalikan dengan kecepatan, sehingga debit aliran pertama diperoleh sebesar 2,0886 x 10 -4 m 3 / s. Ulangan kedua menunjukan waktu yang ditempuh sebesar 28 detik, dengan besar kecapatan aliran diperoleh sebesar 0,036 m/s dan debit aliran menunjukkan jumlah sebesar 1,2744 x 10 -4 m 3 / s. Sedikit berbeda dengan pengulangan pertama dan kedua, pengulangan ketiga diperoleh wktu sebesar 19,4 detik maka dapat dihitung besar kecapatan ketiga sebesar 0,051 m/s dan debit aliran 1,8054 x 10 -4 m
3

/ s. Jenis aliran yang terjadi adalah aliran laminar, karena pada saluran terbuka

tersebut mempunyai bilangan Reynold (Re) sebesar 2,33 pada pengulangan pertama, Re kedua sebesar 1,42 dan 2,01 pada pengulangan ketiga. Semunya mempunyai nilai Re yang kurang dari 500 sehingga pengamatan tersebut menghasilkan aliran laminar. Cara lain untuk mengetahui jenis aliran dapat diketahui dengan melihat aliran yang bergerak atau mengalir membentuk benang-benang atau gelombang yang tidak beraturan. Pengulangan pertama hingga ketiga diperoleh catatan waktu yang berbedabeda. Sehingga mempengaruhi kecepatan aliran maupun besarnya debit aliran. Banyak faktor yang mempengaruhi besar kecilnya suatu debit aliran yang keluar dari daerah aliran sungai (DAS), diantaranya yang paling berpengaruh adalah luasan penampang lintasan dan kecepatan aliran. Semakin besar nilai A maka

makin besar pula debitnya dan begitupun sebaliknya. Serta debit aliran semakin besar seiring pula dengan besarnya kecepatan aliran. Air yang mengalir mempunyai energi yang dapat digunakan untuk memutar roda turbin, karena itu pusat-pusat tenaga air dihubungkan disungai-sungai dan di pegunungan-pegunungan. Energi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik, panas maupun yang lainnya. Penggunaan tiada lain menggunakan debit aliran yang menggerakan turbin pada generator listrik. (Harsoyo, 1977). Debit aliran saluran terbuka mempunyai banyak manfaat terutama di bidang pertanian. Secara umum pengontrolan debit aliran adalah sebagai penanggulangan bahaya banjir, ketika air di suatu penampung (waduk) semakin tinggi maka dapat di alirkan ke hilir dengan mengatur terlebih dahulu besar debitnya agar tidak menimbulkan air yang berlebihan disekitar daerah yang dilaluinya, dampak yang merugikan adalah terjadinya banjir. (Sosrodarsono, 1985). Pada bidang pertanian, manfaat debit aliran mempunyai prinsip yang sama dengan pengendalian aliran di DAS. Pertanian sangat membutuhkan pengairan (irigasi) dan pembuangan air yang tidak dibutuhkan (drainase) dengan baik agar tanaman yang ditanam mempunyai hasil produksi tanam yang optimal.

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Debit aliran merupakan kecepatan aliran air yang melalui luasan penampang. 2. Rumusan debit aliran dapat dinyatakan dalam bentuk: Q = A . V Dari hasil praktikum didapatkan nilai Q sebesar: Q1 = 2,0886 x 10 -4 m 3 / s Q2 = 1,2744 x 10 -4 m 3 / s Q3 = 1,8054 x 10 -4 m 3 / s 3. Debit aliran dipengaruhi oleh besar luasan penampang dan kecepatan aliran. Semakin besar luas penampang dan kecapatan aliran maka makin besar pula debit aliran. 4. Pemanfaatan debit aliran digunakan sebagai pengaturan air yang keluar melalui Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk sumber irigasi, menggerakan turbin generator listrik dan sarana transportasi air.

B. Saran Kendala ketersedianya alat biasanya menjadi masalah klasik dalam sebuah praktikum. Seharusnya asisten menyediakan berbagai alat yang diperlukan sebelum acara praktikum dimulai. Besar air yang keluar dari kran seharusnya bisa disesuaikan dan sebaiknya praktikum dilakukan didalam ruangan yang kedap udara agar praktikum berjalan lancar dan tidak mempengaruhi hasil akhir.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Debit Aliran. (http://personal.ftsl.itb.ac.id) Diakses tanggal 22 Mei 2010. Anonim. 2010. Bilangan Reynold. (http://sipil-inside.blogspot.com/debit-aliran) Diakses tanggal 22 Mei 2010. Harsoyo, Bangun. 1977. Pengelolaan Air Irigasi. Dinas Pertanian Jawa Timur. Kartasapoetra. 1986. Teknologi Pengairan Pertanian. Jakarta: Bina Aksara. Sosrodarsono, Suyono. 1985. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta: Pradnya Paramita Tim Penyusun. 2010. Modul Praktikum Mekanika Fluida. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman.

Anda mungkin juga menyukai