Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

PRAKTIKUM IRIGASI TERPADU

“ Pengukuran Debit Pada Saluran ”

Dosen Pengampu: Dr. Sumiyati, S.TP, MP

Disusun Oleh :

Ni Wayan Putri Wijayaningsih ( 2010531026 )

I Made Chandra Adhi Pramana ( 2010531044 )

Benedikta Apriela Surya ( 2010531048 )

Noviera Inggrit Kurnia ( 2010531050 )

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengukuran debit sangat penting untuk dilakukan. Dengan melakukan
pengukuran debit, kita akan dapat mengontrol jumlah dan kecepatan air yang
masuk dan keluar dari lahan pertanian yang diusahakanDebit ini sangat penting
dilakukan karena sangat berpengaruh terhadap usaha pertanian yang kita usahakan,
karena air yang sangat dibutuhkan oleh tanaman perlu dikontrol lajunya agar tidak
mempengaruhi pertumbuhan tanaman pertanian.

Apabila kita tidak melakukan pengukuran debit, maka laju air yang masuk atau
keluar dapat tidak terkendali, yang nantinya akan memberikan dampak yang buruk
bagi tanaman karena permasalahan airnyaApabila debit yang masuk terlalu besar,
makan dapa menyebabkan genangan atau bahkan banjir, sedangkan apabila debit
yang keluar lebih besar, maka akan menyebabkan lahan pertanian yang diusahakan
menjadi kering

Di dalam pengaplikasian saluran irigasi, mengetahui debit aliran merupakan


hal yang sangat penting karena bertujuan untuk mengontrol laju penggunaan air
yang nantinya akan di distribusikan pada setiap petakan sawah agar kebutuhan
yang air yang dibutuhkan tanaman sesuaiDengan pengukuran debit, masalah-
masalah yang disebut di atas dapat kita atasi dengan cara mengontrol debitnyaOleh
sebab itu, pada praktikum kali ini akan dibahas mengenai Pengukuran Debit
(Weirs Structure) dengan menggunakan tiga jenis sekat ukur

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui cara mengukur debit air di lapangan dengan metode pelampung
dan menggunakan currentmeter, beserta peralatan yang digunakan.
2. Mengetahui cara mengukur variabel – variabel untuk perhitungan efisiensi
pengaliran.
3. Untuk menentukan efisiensi dan reduksi penyaluran air irigasi pada saluran
yang terdapat didaerah irigasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Besarnya debit sedimen terlarut/suspensi dapat dihitung melalui pengukuran


debit dan pengambilan sampel sedimen. Sampel sedimen suspensi yang diambil
dari suatu lokasi pos duga air dilakukan setelah pengukuran debit. Lokasi
pengambilan sampel harus memenuhi syarat sebagaimana yang berlaku pada
pengukuran debit.
Peralatan yang digunakan adalah :
 Alat pengambil sampel sedimen jenis USDH 48 yang digunakan pada saat
pengukuran debit dengan merawas
 Alat pengambil sampel sedimen jenis USD 59 untuk pengukuran debit
menggunakan perahu, sisi jembatan, cable car dan winch cable way.
 Botol sampel isi 500 ml lengkap dengan etiketnya
 Seperangkat peralatan pengukuran debit lengkap

Jika maksud pengambilan sampel untuk mendapatkan data distribusi


konsentrasi sedimen suspensi terhadap kedalaman, maka digunakan metode
integrasi titik. Metode integrasi kedalaman diperlukan bila diinginkan analisa
hidrologi yang terkait dengan sedimen suspensi dari suatu SWS atau DPS
(Anonim,2014).
Menurut Nurdin (1984) air adalah zat yang mengelilingi semua organismedan
merupakan bagian terbesar pembentuk tumbuh-tumbuhan dan binatang air. Air
juga meruapakan tempat terjadinya berbagai reaksi kimia oleh berbagaiorganisme
hidup. Menurut Adriman (2002) menyatakan bahwa perairan umum adalahbagian
permukaan bumi yang secar permanent maupun berkala digenangi oleh air,baik air
tawar, payau maupun air laut, mulai dari garis pasang surut terendah kearah
daratan dan badan air tersebut terbentuk secara alami atau buatan. Menurut
Sachlan (1980) perairan umum merupakan sumberdaya yangmempunyai potensi
besar baik bagi perikanan maupun untuk kehidupan manusia.
Air merupakan bagian yang esensial dari protoplasma dan dapat dikatakan
bahwa semua jenis makhluk hidup bersifat aquatic. Debit air adalah jumlah air
yang mengalirdari suatu penampang tertentu (sungai, saluran, mata air) persatuan
waktu (ltr/dtk,m3 /dtk, dm3 /dtk). Menurut Fauzi (1996) bahwa arus merupakan
pergerakan dan perpindahanmassa air secara horizontal dari suatu tempat ke
tempat lain. Menurut Goldman dalam Rambe (1999) bahwa kecepatan arus air
dibedakan menjadi beberapa kelompok yaitu arus yang sangat cepat ( >
100cm/detik), cepat (50 – 100 cm/detik), sedang (25 – 50 cm/detik), lambat (10 –
25cm/detik) dan sangat lambat (< 10 cm/detik).
Menurut Mahida (1984) bahwa pergerakan air yang cukup lambat didaerah
berlumpur menyebabkan patikel-partikel halus mengendap dan detritusberlimpah.
Menurut Hehanusa (2001) debit adalah jumlah atau volume air yangmengalir di
sungai atau badan air yang lain (asal kata dari Belanda, debiet ), dinyatakan dalam
satuan volume per satuan waktu. Menurut Asdak (2002) bahwa pada musim
kemarau besar debit air aliranair menyusut drastis.
Menurut Danar (2004) bahwa pada musim hujan debit air meningkatdrastis.
Dengan tingginya debit air, seluruh air dengan kandungan organik yangtinggi di
dalamnya akan tersapu habis dan masuk ke perairan pesisir. Menurut Odum (1971)
bahwa pengendapan partikel lumpur di dasarperairan tergantung pada arus.
Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu.
Debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS).
Satuan debit yang digunakan adalah meter kubir per detik (m3/s). Debit aliran
adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang
melintang sungai per satuan waktu (Asdak,2002).
Dalam praktek, sering variasi kecepatan pada tampang lintang diabaikan, dan
kecepatan aliran dianggap seragam di setiap titik pada tampang lintang yang
besarnya sama dengan kecepatan rerataV, sehingga debit aliran adalah:

Q = AxV
Dengan :
Q =Debit Aliran (m3/s)
A = Luas Penampang (m2)
V = Kecepatan Aliran (m/s)

Metode penelitian meliputi pengukuran langsung di lapangan. Pengukuran


langsung di lapangan meliputi pengukuran lebar, tinggi air, tinggi saluran drainase,
sisi miring, dan diameter pada masing-masing saluran drainase dari yang
berbentuk trapesium, persegi, dan lingkaran. Variabel yang diamati adalah debit
air pada masing-masing saluran drainase.
Debit air sungai merupakan tinggi permukaan air sungai yang terukur oleh alat
ukur permukaan air sungai ( Mulyana, 2007).
Perlu diingat bahwa distribusi kecepatan aliran di dalam alur tidak sama arah
horisontal maupun arah vertikal. Dengan kata lain kecepatan aliran pada tepi alur
tidak sama dengan tengah alur, dan kecepatan aliran dekat permukaan air tidak
sama dengan kecepatan pada dasar alur.
Distribusi Kecepatan Aliran
A : teoritis
B : dasar saluran kasar dan banyak tumbuhan
C : gangguan permukaan (sampah)
D : aliran cepat, aliran turbulen pada dasar
E : aliran lambat, dasar saluran halus
F : dasar saluran kasar/berbatu

Persoalan yangsering muncul ketika melakukan pengukuran debit sungai


mendorong para ahli hidrologi mengembangkan alat/bangnan pengontrol aliran
sungai untuk tujuan pengukuran debit.bangnan tersebut antara lain, weir dan flume.
Cara kerja banganunan pengukur debit tersebut diatas adalah dengan
menggunakan kurva aliran untuk mengubah kedalaman aliran air menjadi debit.
Perbedaan pemakaian kedua alat tersebut adalah bahwa flume digunakan untuk
mengukur debit pada sungai dengan debit aliran besar, sering disertai banyak
sampah atau bentuk kotoran lainnya. Sedangkan aliran air kecil atau dengan
ketinggian aliran (h) tidak melebihi 50 cm. Biasanya dipakai weir. Aliran yang
melewati lempengan weir akan menunjukan besar kecilnya debit di tempat tersebut.
Kegunaan utama alat tersebut adalah untuk mengurani kesalahan dalam
menentukan hubungan debit (Q) dan tinggi muka air.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Pengukuran Debit pada Saluran ini dilaksanakan pada sabtu,
8 April 2023 pada pukul 8:00-selesai WITA, dan bertempat di Bendung
Tungkub.

3.2 Bahan dan Alat


Bahan dan Alat yang digunakan dalam praktikum perhitungan debit
aliran pada saluran terbuka ini adalah sebagai berikut:
 Roll meter/meteran
 Flowmeter
 Pelampung
 Stop Watch
 Alat Tulis

3.3 Cara Kerja


1. Pilih saluran terbuka yg lurus & seragam degan panjang ± 10-15 m (L)
waktu yg ditempuh pelampung utk jarak tsb tidak boleh lebih dari 20 detik,
dan paling sedikit lebih panjang dibanding dengan lebar aliran
2. Ukur waktu yang diperlukan pelampung untuk melintas dari titik di hulu
sampai titik di hilir yang telah ditentukan (t)
 dalam pelepasan pelampung harus diingat bahwa pada waktu
pelepasannya pelampung tidak stabil
 perhitungan kecepatan tidak dapat dilakukan pada saat pelampung
baru dilepaskan,
 keadaan stabil akan dicapai ± 5 detik sesudah pelepasannya.
3. Kecepatan pelampung permukaan adalah : Vs = L / t
4. Koefisisen kecepatan pengaliran dari pelampung permukaan adalah

B/H `5 10 15 20 30 40
V/ Vs 0.98 0.95 0.92 0.90 0.87 0.85
5. Ukur luas penampang saluran sbg rata–rata dari luas penampang pada tiga
titik dari saluran yang dilalui pelampung tersebut adl :
 Luas penampang saluran diperoleh dengan membuat profil
penampang melintangnya
 Luas penampang saluran merupakan jumlah luas tiap bagian
(segmen) dari profil yang terbuat
Keterangan
L : Panjang saluran yang diukur
t : Waktu yang diperlukan untuk melintasi saluran sepanjang L
Vs : Kecepatan pengaliran dari pelampung permukaan
V : Kecepatan pengaliran rata-rata
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

.Pada pelaksanaan praktikum ini, data pengukuran bagian hulu merupakan


data primer dan data pengukuran bagian hilir merupakan data sekunder. Berikut
pengukuran dan perhitungan debit pada bagian hulu dan hilir saluran Bendung
Tungkub.

1. Hulu
 Panjang saluran yang diukur (L) = 12,5 meter
 Data Waktu Pelampung untuk melintasi saluran sepanjang L (12,5 meter).

Ulangan Waktu Pelampung (t)

1 12,04
2 14,96
3 14,24
4 14,34
5 12,65
Rata-rata 13,65

Data Bangunan :

- c1 = c2 = 0,35 meter

- c1 + b + c2 = 3,5 meter

- b = 2,5 meter

- a1 = a2 = 0,7 meter

- Sisi Miring = �12 + �12

= 0,352 + 0,752

= 0,1225 + 0,5625

= 0,685
= 0,83 meter
3,5m
mmmm
0,35 m meter 0,35 m
A1 A2 A3

0,75m 0,75m
meter meter

2,5m
meter
Gambar 1. Ukuran Penampang Saluran Bagian Hulu

 Kecepatan Aliran (V)



V =

12,5 �
V = 13,65 �

V = 0,92 m/s
 Luas Penampang Saluran (A)
A = A1 + A2 + A3
1 1
= 2
� 0,35� � 0,75� + 2,5� � 0,75� + 2
� 0,35� � 0,75�

= 0,131 �2 + 1,875 �2 + 0,131 �2

= 2,137 �2

 Debit Air pada hulu (Q1)


Q1 = A × V
= 2,137 m2 × 0,92 m/s
= 1,966 m3/s

2. Hilir
 Panjang saluran yang diukur (L) = 17,5 meter
 Data Waktu Pelampung untuk melintasi saluran sepanjang L (17,5 meter)
Ulangan Waktu Pelampung (t)

1 21,50
2 21,25
3 21,15
4 20,90
5 20,75
Rata-rata 20,11

Data Bangunan

- c1 = c2 = 0,20 meter

- c1 + b + c2 = 2,7 meter

- b = 2,3 meter

- a1 = a2 = 0,65 meter

- Sisi Miring = �12 + �12

= 0,202 + 0,652
= 0,04 + 0,4225

= 0,4625 = 0,68 meter

2,7m

0,20 m 0,20 m
A1 A2 A3

0,65m 0,65m
0,68m

2,3m

Gambar 2. Ukuran Penampang Saluran Bagian Hilir


 Kecepatan Aliran (V)

V =

17,5 �
V =
21,11 �

V = 0,83 m/s
 Luas Penampang Saluran (A)
A = A1 + A2 + A3
1 1
= 2
� 0,20� � 0,65� + 2,3� � 0,65� +
2
� 0,20� � 0,65�

= 0,065 �2 + 1,495 �2 + 0,065 �2

= 1,625 �2

 Debit Air pada hilir (Q2)


Q2 = A × V
= 1,625 m2 × 0,83 m/s
= 1,349 m3/s
Berdasarkan hasil perhitungan debit aliran diatas didapatkan debit hulu sebesar
1,966 m3/s dan debit hilir sebesar 1,349 m3/s. Pengukuran debit aliran tersebut
menggunakan metode apung yaitu salah satu metode yang dapat dijadikan cara untuk
mengukur debit aliran. Dalam menggunakan metode apung ini pengukuran yang
dilakukan pada bagian sungai yang relative lurus akan lebih efektif dalam melakukan
pengukuran karena akan memperoleh aliran air yang relative stabil.

Adanya data debit hulu dan hilir, selanjutnya dapat dilakukan perhitungan
efisiensi penyaluran air. Efisiensi penyaluran merupakan aspek dasar dalam kegiatan
penyaluran air irigasi. Berikut perhitungan efisiensi penyaluran/distribusi air (Ed)
berdasarkan data hulu dan hilir diatas.

�2
Ed = x 100%
�1

1,349
= x 100%
1,966

= 0,69 x 100%
= 69% (Nilai efisiensi tergolong baik )
BAB V
KESIMPULAN

Debit air merupakan hal penting yang ada dalam sistem irigasi yang
mempengaruhi ditribusi air, efisiensi penggunaan air dan hasil pertanian. Di dalam
pengaplikasian saluran irigasi, mengetahui debit aliran merupakan hal yang sangat
penting karena bertujuan untuk mengontrol laju penggunaan air yang nantinya akan di
distribusikan pada setiap petakan sawah agar kebutuhan yang air yang dibutuhkan
tanaman sesuai dengan pengukuran debit. Hasil dari praktikum kelompok kami di peroleh
debit hulu yaitu 1,966 m3/sdan debit hilirnya 1,349 m3/s ,serta efiiensi dari debitnya di
dapat sebesar 69% dimana efisiensi tersebut tergolong baik untuk jaringan irigasi teknis
sesuai dengan standarisasi efisiensi penyaluran oleh Direktorat Jenderal Pengairan yaitu
sebesar 50% - 60%.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2014.http://raharjabayu.wordpress.com/2011/06/13/pengukuran-debit-
dan-pengambilan-sampel/.
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Asdak.Chay.2002.Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Gajah Mada
University Press:Yogyakarta.
Adriman. 2002. Kualitas Dan Distribusi Spasi Karakteristik Fisika KimiaPerairan
Sungai Sulir Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Bengkalis.Berkala Perikanan
Terubuk ISSN 0126-4265 Vol. 29, No. 2.
Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
GadjamadaUniversity : Jogjakarta. 618 hal.
Danar,A. 2004. Musim Hujan Dan Eutrofikasi Perairan Pesisir. http: //cac.
Eng.Ui.ac.id / article / articleprint / 2660 / 1 / 25 /
Fauzi.1996.Kumpulan Istilah Perikanan.Lembaga Yayasan Informasi danKajian.
Pekanbaru. 203 hal. (tidak diterbitkan)
Hehanusa, P.E., dan Haryani, G.,s. 2001. Kamus Limnologi (Perairan
Darat).Panitia Nasional Program Hidrologi Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia.230 hal.
Mahida, U.N. 1984. Pencemaran Air Dan Pemanfaatan Limbah Industri.
Rajawali : Jakarta. 543 hal.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai