Anda di halaman 1dari 8

ACARA IV DAN ACARA V

PENGUKURAN DEBIT ALIRAN DAN DEBIT SUSPENSI

Anita Nurmala Sari 13/345636/KT/07455 (mba Diah)


Debit aliran adalah laju air dalam bentuk volume air yang melewati suatu penampang melintang sungai
per satuan waktu. Pengukuran debit dilakukan dengan dua metode, yaitu pengukuran debit dengan bantuan alat
ukur current meter atau sering dikenal sebagai pengukuran debit melalui pendekatan velocity-area method yang
paling banyak digunakan dan berlaku untuk kebanyakan aliran sungai dan pengukuran debit dengan meode
apung. Tujuan praktikum ini untuk mengetahui cara pengukuran aliran sungai degan berbagai metode,
menghitung debit aliran, mengetahui cara pengambilan suspensi dan analisis sedimen, menghitung debit
suspensi.

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah aliran sungai, current meter, botol aqua
plastik, roll meter, tongkat, stopwatch, suspended sampler, oven, kertas filter/kertas saring, timbangan digital,
MsExcel, dan alatn tulis. Cara kerja pelaksanaan nya sebagai berikut:1. Pilih lokasi pengukuran debit di bagian
sungai yang relatif lurus dan jauh dari pertemuan cabang sungai.2.Tentukan arah botol aqua melintang, tegak
lurus arah aliran.3.Catatlah tanggal pengukuran,nama sungai, lokasi pengukuran, dan rumus kecepatan
aliran.4.Ukur lebar permukaan sungai, tentukan interval tiap seksi.5. Pengukuran kecepatan aliran dengan
metode apung dilakukan dengan menghitung kecepatan botol aqua plastik yang telah diisi air setengah botol
mengalir dari titik A ke titik B berjarak 10 meter.Pengukuran dilakukan 3 kali pengulangan. 6. Pengukuran
kecepatan aliran dengan metode current meter dilakukan dengan menggunakan alat current meter. Pengukuran
dilakukan pada setiap seksi, dengan membaca jumlah putaran baling-baling .Pengukuran dilakukan 3 kali
pengulangan. 7. Masukkan botol aqua plastik dari atas sampai dasr sungai dan terus diangkat keluar dari muka
air (cara intergrated). Lakukan beberapa kali sampai botol terisi air kira-kira ¾. 8. Pengukuran dilakukan di
setiap seksi diambil sampel air yang kemudian disaring dengan kertas saring. 9. Timbang berat filter kosong
terlebih dahulu sebelum dimasukkan kedalam filter. 10. Semua sampel di oven kemudian setelah kering
ditimbang.

Dari data perhitungan diperoleh menggunakan metode apung di Sungai Code didapatkan nilai debit
aliran total bagian hulu sungai sebesar 1.270073 m3/detik, bagian tengah sebesar 2.838729 m3/detik dan bagian
hilir sungai sebesar 2.447893 m3/detik dan metode apung di Sungai Babarsari nilai debit aliran total pada bagian
hulu sungai sebesar 1.41 m3/detik, bagian tengah sebesar 1.29627 m3/detik, dan bagian hilir sungai sebesar
1.6295 m3/detik metode current meter pada Sungai Babarsari pada bagian tengah sebesar sebesar 1.4592
m3/detik. Metode current meter lebih akurat daripada metode apung. Sedangkan suspensi terbesar terjadi si
Sungai Code karena minimnya vegetasi yang tumbuh disekitar lokasi tersebut sehingga aliran permukaan yang
terjadi tidak dapat ditangani.

Kata kunci : Debit aliran , Debit suspensi, metode apung, metode current meter

PENDAHULUAN
Debit aliran adalah laju air dalam bentuk volume air yang melewati suatu penampang
melintang sungai per satuan waktu. Dalam system SI besarnya debti dinyatakan dalam satuan
meter kubik per detik ( m3/dt). Sedangkan dalam laporan-laporan teknis, debit aliran biasanya
ditunjukan dalam bentuk hidrograf aliran. Hidrograf aliranadalah suatu perilaku debit sebagai
respon adanya perubahan karakteristik biogeofisik yang berlangsung dalam suatu DAS oleh
adanya kegiatan pengelolaan DAS dan/atau adanya perubahan (fluktuasi musiman atau
tahunan) iklim local (Asdak,2002).

Pada katagori pengukuran debit yang kedua, yaitu pengukuran debit dengan bantuan
alat ukur current meter atau sering dikenal sebagai pengukuran debit melalui
pendekatan velocity-area method yang paling banyak digunakan dan berlaku untuk
kebanyakan aliran sungai. Current meter berupa alat yang berbentuk propeller dihubungkan
dengan kotak pencatat (monitor yang akan mencatat jumlah putaran selama propeller tersebut
berada dalam air) kemudian dimasukan ke dalam sungai yang akan diukur kecepatan
alirannya. Bagian ekor alat tersebut yang berbentuk seperti sirip akan berputar karena
gerakan lairan air sunagi. Kecepatan lairan air akan ditentukan dengan jumlah putaran per
detik yang kemudian dihitung akan disajikan dalam monitor kecepatan rata-rata aliran air
selama selang waktu tetentu. Pengukuran dilakukan dengan membagi kedalaman sungai
menjadi beberapa bagian dengan leber permukaan yang berbeda.Kecepatan aliran sungai
pada setiap bagian diukur sesuai dengan kedalaman (USDA, 1998).

Muatan suspensi merupakan hasil kajian erosi permukaan maupun erosi tebing sungai
kadar muatan suspensi adalah banyaknya material suspensi yang di kandung oleh sejumlah air
dari aliran sungai dalam satuan volume tertentu, setelah material di keringkan dan di nyatakan
dalam milgram/ liter (mil /ltr ). Besarnya muatan  anatara 80- 90  %  pada sungai tidak terratu
sedimen dan penyebarnya pada sunga (Haslam,1995). Material pada umumnya berasal dari
erosi alur sungai, ukuran dapat bermacam- macam dapat berupa pasir, kerikir, atau
boulder  (tergantung pada sungai dan kecepatan aliran). Untuk mengukur sampler atau kolam
jebakan (Trap) dibawah spas (Shaw,1994).

Untuk kebutuhan usaha pemanfaatan air, pengamatan permukaan air sungai


dilaksanakan pada tempat – tempat dimana akan dibangun bangunan air seperti bendungan,
bangunan – bangunan pengambil air dan lain – lain. Untuk kebutuhan usaha pengendalian
sungai atau pengaturan sungai, maka pengamatan itu dilaksanakan pada tempat yang dapat
memberikan gambaran mengenai banjir termasuk tempat-tempat perubahan tiba-tiba dari
penampang sungai (Sosrodarsono dan Takeda, 1993) dan untuk mengetahui carra pengukuran
aliran sungai degan berbagai metode, menghitung debit aliran, mengetahui cara pengambilan
suspensi dan analisis sedimen, menghitung debit suspensi.

METODE
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah aliran sungai, current meter,
botol aqua plastik, roll meter, tongkat, stopwatch, suspended sampler, oven, kertas
filter/kertas saring, timbangan digital, MsExcel, dan alatn tulis. Cara kerja pelaksanaan nya
sebagai berikut:

1. Pilih lokasi pengukuran debit di bagian sungai yang relatif lurus dan jauh dari
pertemuan cabang sungai.
2. Tentukan arah botol aqua melintang, tegak lurus arah aliran.
3. Catatlah tanggal pengukuran,nama sungai, lokasi pengukuran, dan rumus kecepatan
aliran.
4. Ukur lebar permukaan sungai, tentukan interval tiap seksi.
5. Pengukuran kecepatan aliran dengan metode apung dilakukan dengan menghitung
kecepatan botol aqua plastik yang telah diisi air setengah botol mengalir dari titik A
ke titik B berjarak 10 meter.Pengukuran dilakukan 3 kali pengulangan.
6. Pengukuran kecepatan aliran dengan metode current meter dilakukan dengan
menggunakan alat current meter. Pengukuran dilakukan pada setiap seksi, dengan
membaca jumlah putaran baling-baling .Pengukuran dilakukan 3 kali pengulangan.
7. Masukkan botol aqua plastik dari atas sampai dasr sungai dan terus diangkat keluar
dari muka air (cara intergrated). Lakukan beberapa kali sampai botol terisi air kira-
kira ¾.
8. Pengukuran dilakukan di setiap seksi diambil sampel air yang kemudian disaring
dengan kertas saring.
9. Timbang berat filter kosong terlebih dahulu sebelum dimasukkan kedalam filter.
10. Semua sampel di oven kemudian setelah kering ditimbang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Praktikum Hidrologi Hutan acara IV dan V membahas tentang cara pengukuran debit
aliran dan debit suspensi. Debit (discharge) adalah sejumlah aliran (volume air) yang lewat
penampang basah tertentu per satuan waktu. Jadi yang dimaksud debit (Q) adalah hasil kali
kecepatan aliran (V) dengan luas penampang (A). Muatan suspensi merupakan hasil kajian
erosi permukaan maupun erosi tebing sungai kadar muatan suspensi adalah banyaknya
material suspensi yang di kandung oleh sejumlah air dari aliran sungai dalam satuan volume.
Menurut soerwarno (1991), berdasarkan mekanisme pengangkutannya, sedimen dibagi
menjadi :

1. Muatan sedimen melayang (Suspensi Load) merupakan material dasar sungai (Bed
Material) yang melayang di sungai  dan terutam terdiri dari butiran butiran pasir halus.
2. Muatan edimen dasar  (Bed Load). Mutan sedimen dasar berupapartikel- partikel kasar
yang bergerak sepanjang dasar sungai.

Untuk menghitung debit aliran, perlu dilakukan pengukuran luas sungai dan
kecepatan aliran. Untuk mengukur luas sungai, maka dibuat profil sungai yang diperoleh dari
pengukuran kedalaman sungai setian 50 cm. Pengukuran dilakukan pada 3 lokasi yang
berbeda, yaitu hulu, tengah, dan hilir sungai. Pengukuran yang dilakukan di Sungai Code
menggunakan metode apung saja karena current meter dalam kondisi rusak sedangkan
Sungai Babarsari menggunakan 2 metode yaitu metode apung dan metode cuurent meter.
Dari hasil perhitungan menggunakan metode apung di Sungai Code maka di dapat kan nilai
debit aliran total pada bagian hulu sungai sebesar 1.270073 m3/detik, bagian tengah sebesar
2.838729 m3/detik, dan bagian hilir sungai sebesar 2.447893 m3/detik. Maka nilai debit aliran
total terbesar pada bagian tengah Sungai Code. Hal ini dikarenakan perbedaan topografi pada
kedua lokasi. Sungai Code memiliki debit yang lebih besar dibandingkan dengan Sungai
Babarsari.
Sedangkan perhitungan dengan metode apung di Sungai Babarsari nilai debit aliran
total pada bagian hulu sungai sebesar 1.41 m3/detik, bagian tengah sebesar 1.29627 m3/detik,
dan bagian hilir sungai sebesar 1.6295 m3/detik metode current meter pada Sungai Babarsari
pada bagian tengah sebesar sebesar 1.4592 m3/detik. Maka nilai debit aliran total terbesar
pada bagian hilir Sungai Babarsari. Dari kedua metode tersebut hasil nya terdapat perbedaan
hal ini terjadi karena pada metode apung pengukuran dengan menggunakan botol plastik dan
stopwatch biaya yang dikeluarkan juga sedikit, memerlukan ketelitian yang lebih tinggi dan
beralngsung lama sehingga dianggap kurang akurat. Sedangkan penggunaan current meter
lebih akurat karena menggunakan alat yang canggih, pengukuran nya juga simpel dan cepat.
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografi
dibatasi oleh punggung-punggung pegunungan ( batas topografi) sebagai tempat menampung
air dan menyimpan air hujan yang kemudian menyalurkannya (air, sedimen dan unsur hara)
ke muara (laut) melalui sungai utama (outlet). DAS dibagi menjadi tiga zona yaitu: Zona
upstream (hulu) berupa peggunungan dan perbukitan yang merupakan sumber limpasan dan
sedimen, zona transfer (Tengah) berupa lembah sungai yang menjadi area pemindahan
limpasan dan sedimen , zona downstream (hilir) merupakan daerah yang memiliki kelerengan
kecil sampai sangat kecil (<8%) dan beberapa tempat menjadi daerah banjir atau tempat air
singgah sebelum menuju kelaut(Wulandari,dkk.2002).
Dari kedua Sungai teersebut dapat diketahui bahwa nilai debit aliran total terbesar
pada Sungai Babarsari pada bagian hilir sedangkan pada Sungai Code pada bagian tengah.
Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan kecepatan arus air dikawasan tersebut.
Kecepatan arus yang berkaitan dengan pengukuran debit air ditentukan oleh kecepatan
gradien permukaan, tingkat kekasaran, kedalaman, dan lebar perairan. Sungai Code bagian
tengah dan Sungai Bababrsari bagian hilir memiliki kedalaman yang paling dalam. Berikut
gambar profil Sungai Bababarsari dan Sungai Code :

Profil Sungai Babarsari HULU


1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920
0
10
20
30
40
50
60
70
Gambar 1. Profil Sungai Babarsari bagian Hulu

Profil sungai Babarsari tengah


0
-0.05 1 4 7 10 13 16 19
-0.1
-0.15 Kedalaman -M
-0.2
-0.25
-0.3
-0.35
-0.4
-0.45
Gambar 2. Profil Sungai Babarsari bagian Tengah
PROFIL SUNGAI BABARSARI
HILIR
0 0 0 0 0 0 50 00
0 15 30 45 60 75 90 10 12

Kedalaman (cm)
0
20
40
60
80
Lebar Sungai (cm)

Gambar 3. Profil Sungai Babarsari bagian Hilir

Profil Sungai Code Hulu


0
-0.1 1 2 3 4 5 6
kedalaman sungai

-0.2
Series1
-0.3
-0.4
-0.5
-0.6
-0.7
Gambar 4. Profil Sungai Code bagian Hulu

Profil Sungai Code Tengah


0
-10 1 5 9 1 3 17 21 2 5 29 3 3 37 4 1 4 5 49

-20
Series1
-30
-40
-50
-60
-70
Gambar 5. Profil Sungai Code bagian Tengah
Profil Sungai Code
0
-0.05 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
-0.1
-0.15
-0.2
-0.25
-0.3
-0.35
-0.4

Series1
Gambar 6. Profil Sungai Code bagian Hilir
Morfometri DAS merupakan ukuran kuantitatif karakteristik DAS yang terkait
dengan aspek geomorfologi suatu daerah. Karakteristik ini terkait dengan proses pengatusan
(drainase) air hujan yang jatuh didalam DAS. Parameter tersebut adalah luas DAS, bentuk
DAS, jaringan sungai, kecepatan aliran, pola aliran pada suatu sungai. Faktor bentuk DAS
mempengaruhi hidrograf yang dihasilkan, apabila DAS mempunyai bentuk memanjang maka
hidrograf aliran akan berbentuk landai. Sementara sebaliknnya bila bentuk DAS bulat, maka
hidrograf aliran yang dihasilkan akan lebih tajam. Morfometri DAS berhubungan erat dengan
hidrologi (Efendi,dkk.2003).
Debit suspensi yang diperoleh dari kedua Sungai tersebut adalah besarnya suspensi
Sungai Code bagian depan sebesar 0.635036642 m 3/detik, bagian tengah sebesar
0.450381456 m3/detik dan pada bagian belakang sebesar 0.233593244 m3/detik. Dengan total
debit suspensi ketiga bagian sungai Code sebesar 1.319111341 m3/detik. Untuk total suspensi
yang dihasilkan setiap bagian sungai, pada bagian depan sebesar 197.0964878 ton/hari, pada
bagian tengah sebesar 38.9129578 ton/hari dan pada bagian belakang sebesar 20.19109624
ton/hari. Sedangkan di Sungai Babarsari bagian depan sebesar 0.056674319 m 3/detik, bagian
tengah sebesar 0.104731378 m3/detik dan pada bagian belakang sebesar 1.310013491
m3/detik. Dengan total debit suspensi ketiga bagian Sungai Babarsari sebesar 1.471419187
m3/detik. Untuk total suspensi yang dihasilkan setiap bagian sungai, pada bagian depan
sebesar 4.896661126 ton/hari, pada bagian tengah sebesar 9.048791048 ton/hari dan pada
bagian belakang sebesar 113.1851656 ton/hari. Dengan total debit suspensi di Sungai
Babarsari sebesar 127.1306178 ton/hari. Hal tersebut membuktikan bahwa suspensi yang
terjadi di Sungai Babarsari lebih besar dibangingkan Sungai Code sedangkan total suspensi
yang dihasilkan di Sungai Code mengalami erosi lebih tinggi karena kurangnya vegetasi
dilokasi tersebut. Sehingga aliran permukaan tidak dapat ditangani dan air nya menjadi keruh.
Dengan mengetahui debit aliran maka akan diketahui debit suspensinya. Debit
suspensi menunjukkan seberapa besar tingkat erosi yang terjadi di hulu sungai dan seberapa
banyak sedimen yang dibawa oleh aliran sungai. Dengan mengetahui arosi yang akan terjadi,
maka dapat dirancang teknik pengelolaan kawasan DAS untuk mengurangi erosi yang terjadi.
Adanya vegetasi di daerah hulu sangat berpengaruh terhadap kandungan suspensi didalam
aliran sungai (Wibowo,2010). Jika daerah hulu hanya terdapat sedikit vegetasi, maka
kemungkinan erosi yang terjadi sangat tinggi. Hal ini karena tanah sulit untuk menginfiltrasi
air hujan sehingga sebagian besar air hujan menjadi aliran permukaan. Aliran permukaan
akan membawa partikel-partikel tanah menuju ke sungai dan mengalir dari hulu ke hilir.
Partikel-partiekel inilah yang menjadi suspensi. Oleh karena itu, vegetasi sangat berpengaruh
terhadap kandungan suspensu dalam aliran sungai (Pairunan,dkk,1985).
KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pengukuran debit aliran dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu area-velocity
method, tracer method, slope area method, weir dan flume, dan volumetric method.
Pada praktikum ini digunakan metode area-velocity method, yaitu dengan metode
apung menggunakan botol plastik dan current meter menggunakan alat current meter.
2. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode apung di Sungai Code didapatkan
nilai debit aliran total bagian hulu sungai sebesar 1.270073 m3/detik, bagian tengah
sebesar 2.838729 m3/detik dan bagian hilir sungai sebesar 2.447893 m3/detik dan
metode apung di Sungai Babarsari nilai debit aliran total pada bagian hulu sungai
sebesar 1.41 m3/detik, bagian tengah sebesar 1.29627 m3/detik, dan bagian hilir sungai
sebesar 1.6295 m3/detik metode current meter pada Sungai Babarsari pada bagian
tengah sebesar sebesar 1.4592 m3/detik. Metode current meter lebih akurat daripada
metode apung.
3. Suspended sampler diambil pada setiap seksi dan setiap seksi diambil 3 botol kemudian
disaring hasil saringan dimasukkan dalam oven. Berat suspensi dihitung dengan
mengurangi berat filter berisi suspensi yang telah kering dengan berat filter kosong.
4. Debit suspensi dihitung dengan mengkalikan konsentrasi suspensi pada debit Q (kg/m 3)
dengan debit aliran total (m3/detik).

DAFTAR PUSTAKA
Asdak.Chay.2002.Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Gajah Mada
University Press:Yogyakarta.

Effendi, dkk. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
Kenesius, Yogyakarta.
Haslam, S.M.1995. Pollution and Ecological Perspective. John Wiley and Sons, Chichester, UK. 253

Pairunan. A. K. dkk. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Ujung Pandang: BKPT INTIM.

Soewarno. 1991. Hidrologi Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai. Graha permata.


Bandung.

Sastrodarsono ,Suyono dan Kensaku Takeda,.1993. Hidrologi untuk Pengairan. Pradnya Paramitha,


Bandung.

Shaw, Elizabeth. 1994. Hidrology in Practice. Taylor & Francis, England.

Wibowo,H. 2010. Laju Infiltrasi Pada Lahan Gambut yang Dipengaruhi Air Tanah (Study Kasus Sei
Raya Dalam Kecamatan Sei Raya Kabupaten Kubu Raya). Pontianak ; Fakultas Teknik
Universitas Tanjungpura Pontianak. 91 Jurnal Belian Vol. 9 No.1 Jan. 2010; 90-103.

Wulandari, Dyah Ari, Suripin, dan Syafrudin. 2002. Evaluasi Penggunaan Lengkung Laju
Debit-Sedimen (Sediment-Discharge Rating Curve) Untuk Memprediksi Sedimen
Layang
Laman :

USDA. 1998. Soil Quality Indicators: Infiltration. The U. S. Department of Agriculture


(USDA). Washington. www.soils.usda.gov/sqi/files/Infiltration.pdf. Diakses tanggal 4 Mei
2016.

Anda mungkin juga menyukai