Anda di halaman 1dari 33

PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

HIDRODINAMIKA

Disusun Oleh
Jurusan : MIPA
Prodi : KIMIA
Asisten laboratorium : 1. Verlin Ayu Syarita (F1C316009)
2. Nindita Romanda (F1C316014)

LABORATORIUM ENERGI REKAYASA DAN MATERIAL II


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hidrodinamika merupakan cabang ilmu dari bidang mekanika fluida yang
mempelajari tentang kajian teoritas. Matematis dari perilaku fluida yang didealisasikan
dan tanpa gesekan. Dimana dalam aplikasi bidang perkapalan sangat fundamental pada
tahap analisa perilaku fluida air terhadap kapal hidrodinamika adalah ilmu yang
mempelajari fluida yang mengalir yang terdiri dari zat cair dan gas. Ada fluida yang
mengalir disebut dengan hidrostatika dan ilmu yang mempelajari fluida yang mengalir
disebut dengan hidrodinamika.
Karekteristik hidrodinamika merupakan hal penting dalam bidang ilmu. Aplikasi
hidrodinamika ditujukan untuk mendapatkan performansi maksimum dari suatu bentuk.
Hidrodinamika atau disebut juga dinamika fluida adalah subdisiplin ilmu dan mekanika
fluida dan mekanika fluida yang mempelajari zat alir yang bergerak terutama cairan dan
gas. Penyelesaian dari masalah mekanika fluida biasanya melibatkan perhitungan dari
fluida tersebut seperti kecepatan, tekanan, kepadatan dan suhu.
Sebagai fungsi ruang dan waktu juga memiliki beberapa aplikasi yang cukup luas.
Sebagai contoh, hidrodinamika digunakan dalam menghitung gaya dan momen pada
pesawat serta juga dapat digunakan untuk menghitung volume air dari lubang kebocoran.
Hidrodinamika menawarkan struktur matematika yang membawahi displin praktis
tersebut yang juga sering memerlukan hukum-hukum yang kemudian diturunkan demi
mendapatkan suatu persamaan.
Konsep fisis dari hidrodinamika adalah fokus dari ilmu itu sendiri. hidrodinamika
mempelajari beberapa fungsi yang berkaitan dengan asenografi seperti mengetahui
kejadian-kejadian atau fenomea fisis yang terjadi dilau. Selain itu dengan mempelajari
dinamika fluida juga dapat membantu daya analisa ini sanagt bergantung pada percobaan
yang dilakukan. Percobaan bukan hanya dilakukan untuk mencari tahu tentang apa yang
belum diketahui karena jika hanya itu batasan, percobaan maka orang tergolong tidak
memiliki pendidikan pun dapat melakukan percobaan yang bisa dikatakan sangat
sederhana. Oleh karena itu, percobaan tidak hanya menjabarkan fakta-fakta secara
singkat, akan tetapi juga harus mengkaji analisi yang mengandung sejelas mungkin.
Adapun konsep dasar partikel itu sendiri.
Kata hidrodinamika pertama kali dikenal oleh daniel pada tahun 1700-1783 untuk
mengenalkan dua macam ilmu hidrostatik dan hidraulik. Beliau mengenalkan teori yang
terkenal dengan nama teori bernauli. Stokes pada tahun 1819-1903 juga menemukan
persamaan gerak untuk fluida berviskositas beliau terkenal dengan penemuan teori
modern hidrodinamika. Hidrodinamika adalah ilmu yang mempelajari fluida yang
mengalir. Fluida adalah zat yang dapat mengalir yang terdiri dari zat cair dan gas. Ada
fluida yang tak mengalir dan ada fluida yang mengalir ilmu yang mempelajari fluida yang
tak mengalir hidrostatiskan sedangkan ilmu yang mempelajari fluida yang mengalir
disebut hidrodinamika.
Hidrodinamika berarti gerakan cairan adalah suatu studi tentang mekanika fluida
yang secara teoritas berdasarkan konsep massa elemen fluida atau ilmu yang
berhubungan dengan liquid dalam skala makroskopik. Skala makroskopik disinii
memiliki maksud air tersusun dari partikel-partikel fluida. Lebih penting lagi bidang ini
merupakan aplikasi matematika karena berhubungan dengan perlakuan matematik dari
persamaan-persamaan dasar fluida kontinyu berbasis hukum-hukum newton jadi objek
yang dijadikan bahan analisa merupakan fluida newton.
Hidrolika dan oseanografi memerlukan ilmu hidrodinamika sebagai dasarnya. Ada
perbedaan antara hidrodinamika pada hidrodinamika yang diutamakan adalah penerapan
matematis sedangkan penarapan matematis sedangkan pada hidrolika yang diutamakan
adalah pengamatan empiris. Setiap fenomena fisis, atau disebut juga konsep dari
hidrodinamika. Mempelajari hidrodinamika bertujuan agar bisa menganalisa dan
menjelaskan mengapa suatu fenomena bisa terbentuk hidrodinamika memberikan
kemampuan atau pemahaman lebih untuk menganalisa fenomena yang kompleks dari
fluida.

1.2 Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan jarak pancar zat cair yang mengalir dan
menentukan volume atau debit zat cair yang mengalir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian mengenai zat cair yang mengalir disebut hidrodinamika. Penelitian ini
sangat rumit, yang meliputi tekanan, kecepatan aliran, lapisan-lapisan zat cair yang
melakukan gesekan dan lain sebagainya. Untuk melakukan penelitian perlu diadakan
suatu pendekatan. Bernoulli telah berhasil menurunkan rumus dengan meletakkan
persyaratan-persyaratan atau pendekatan khusus. Adapun persyaratan-persyaratan atau
pendekatan khusus tersebut yaitu :
1. Zat cair tanpa adanya gesekan dalam (cairan tidak viskous)
2. Zat cair mengalir secara stasioner (tidak berubah) dalam hal kerapatan arah
maupun besarnya (selalu konstan)
3. Zat cair mengalir secara steady yaitu mengalir melalui lintasan pada jalur
tertentu.
4. Zat cair tidak termampatkan melalui sebuah pembuluh dan mengalir sejumlah
cairan yang sama besarnya.
Berdasarkan pernyataan diatas dan berdasarkan hukum kinetis diperoleh rumus
sebagai berikut :
1
  2   gh ....(1)
2
Keterangan : 𝜌 = massa jenis zat cair
P = tekanan
V = Volume
Dengan mempergunakan rumus tersebut, dapat dihitung kecepatan aliran zat cair,
dimana alat yang dipakai yaitu venturimeter. Kecepatan gerak benda dalam zat cair dapat
pula ditentukan dengan mempergunakan tabung pilot dan dapat pula dihitung gerakan
udara (Gabriel, 1996 : 36-37).
Hidrodinamika adalah istilah yang dikaitkan dengan kajian teoritis atau matematis
dan eksperimental dari perilaku fluida yang diidealisasi dan tanpa gesekan suatu substrat
tertentu. Konsep hidrodinamika membicarakan sistem fisis berupa fluida yang mengalir.
Fenomena alam yang berkaitan dengan konsep hidrodinamika adalah penetrasi air laut
kedaratan dan limbah aliran sungai yang mengalir menuju pantai pada arah yang
berlawanan. Hidrodinamika merupakan cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang zat
yang megalir . Zat cair yang mengalir meliputi beberapa faktor antara lain sebagai berikut
:
1. Tekanan
2. Kecepatan aliran
3. Lapisan-lapisan zat cair yang melakukan gesekan
Hidrodinamika berkaitan dengan hidrolika. Dimana istilah hidrolika digunakan
untuk menggambarkan aspek terapan atau eksperimental dari pelaku fluida nyata,
khususnya perilaku air. Kontribusi dan perbaikan lebih lanjut baik pada hidrodinamika
teoritis dan hidrolika eksperimental dilakukan selama abad ke sembilan belas, dimana
persamaan-persamaan diferensial mulai dikemukakan oleh para ahli fisika, namun untuk
menggambarkan gerakan fluida yang digunakan dalam mekanika fluida modern
dikembangkan selama masa ini. Pada awal abad ke dua puluh, bidang hidrodinamika
teoritis dan hidrolika eksperimental sudah sangat berkembang dan dilakukan upaya-upaya
untuk menyatukan keduanya (Munson et al, 2003:34).
Fluida adalah zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup zat cair dan gas
karena zat cair seperti air atau zat gas seperti udara dapat mengalir. Fluida merupakan
salah satu aspek yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Fluida terbagi menjadi dua
bagian yakni fluida statis (fluida diam) dan fluida dinamis (fluida bergerak). Persamaan
yang telah dihasilkan oleh Bernoulli disebut juga sebagai Hukum Bernoulli, yakni suatu
hukum yang dapat digunakan untuk menjelaskan gejala yang berhubungan dengan
gerakan zat alir, melalui suatu penampang pipa. Hukum tersebut diturunkan dari
Hukum Newton dengan berpangkal tolak pada teorema kerja tenaga aliran zat cair
(Cahyana, 2012 : 17-18).
Selama abad ke sembilan belas, kontribusi dan perbaikan lebih lanjut, baik dalam
bidang hidrodinamika teoritis maupun bidang hidraulika eksperimental, terus dilakukan.
Persamaan-persamaan diferensial untuk menggambarkan pergerakan fluida dalam
mekanika fluida modren telah dianggap sebagai suatu kajian ilmiah, dengan banyak
hasil-hasil eksperimental yang dilakukan selama periode abad ke sembilan belas, masih
tetap digunakan sampai dengan sekarang ini. Pada akhir abad ke sembilan belas,
hidraulika eksperimental dan hidrodinamika teritis akhirnya dipadukan. Hasil-hasil
eksperimental sering kali digunakan sebagai dasar verfikasi atas hasil-hasil teoritis, dan
demikian sebaliknya.
Beberapa nama penting yang bejasa dalam pengembangan ilmu mekanika fluida
selama periode abad ke sembilan belas ini, mereka adalah Prony, Eytelwein, Hachette,
Navier, Stokes, Cauchy, Hagen, St. Venant, Manning, Chezy dan lain-lain. Dalam
hidrodinamika teoritis, nama Louis Marie Hent Navier (1785-1836) bersama dengan
Stokes (1819-1903) diketahui telah sangat berjasa mengembangkan persamaan Euler atau
persamaan aliran untuk fluida ideal yang ditemukan oleh Leonhard Euler pada 1744 dan
menemukan persamaan aliran untuk fluida nyata, yang dikenal sebagai persamaan
Navier-Stokes (Kironoto, 2018 : 48).
Pada akhir abad ke sembilan belas sampai dengan awal abad ke dua puluh terjadi
perkembangan yang sangat penting dalam sejarah ilmu mekanika fluida. Pada 1904,
Ludwig Prandtl (1875-1953) dalam sebuah makalah klasik yang dipublikasikannya,
memperkenalkan konsep aliran lapisan batas (boundry layer flow) yang meletakkan
dasar-dasar bagi penyatuan aspek teoritis dan eksperimental dalam mekanika fluida.
Prandtl menyatakan bahwa pada suatu alirann didekat dasar/bidang solid akan terbentuk
suatu lapisan fluida yang tipis yang disebut sebagai lapisan batas (boundry layer) di
dalam lapisan ini gesekan fluida sangat penting, sedangkan pada luar lapisan ini fluida
berperilaku seperti fluida ideal tanpa gesekan dengan persamaan Fuler dan persamaan
Bernoulli berlaku.
Konsep yang relatif sederhana ini memberi dorongan dalam penyelesaian konflik
antara ahli hidrodinamika dan ahli hidraulika. Teori lapisan batas telah terbukti
mempunyai peran yang sangat penting dalam analisis aliran fluida modern banyak hasil-
hasil penelitian mutakhir sekarang ini yang didasarkan pada rangkaian ekperimen dan
teori yang telah dikembangkan sebelumnya oleh Prandtl dengan didukung oleh murid-
muridnya, yang diantaranya adalah Theodore von Karman (1881-1963), Paul Richard
Heinrich Blasius (1883-1970), dan Johann Nikuradse (1894-1979). Bisa dikatakan bahwa
Prandtl adalah orang pertama yang mengembangkan teori hidrodinamika dan hidraulika
eksperimental menjadi ilmu yang disebut sebagai ilmu mekanika fluida. Prandtl juga
sering dianggap sebagai pencetus lahirnya ilmu mekanika fluida modern dan ditetapkan
sebagai pendiri mekanika fluida modern.
Dua teori, teori “lubang” Eyring dan teori hidrodinamika, telah dipostulatkan
sebagai upaya untukm menjelaskan proses difusi dari zat-zat terlarut nonelektrolit dalam
larutan berkonsentrasi rendah. Dalam konsep Eyring, cairan ideal diperlakukan sebagai
suatu model kisi quasi-kristalin yang tersebar berselang-seling dengan lubang-lubang.
Fenomena transportnya kemudian dijelaskan oleh suatu proses laju unimolekuler yang
melibatkan peloncatan dari molekul-molekul zat terlarut kedalam lubang-lubnag di dalam
model kisi. Loncatan ini secara empiris dihubungkan dengan teori Eyring tentang laju
reaksi. Teori hidrodinamika menyatakan bahwa koefisien difusi cairan memiliki
hubungan yang erat dengan mobilitas dari molekul zat terlarut. Dengan kata lain,
berhubungan dengan kecepatan neto molekul ketika berada dalam pengaruh gaya
penggerak satuan (Welty et al, 2004 : 19).
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat dari percobaan ini adalah :
1. Mistar : berfungsi untuk mengukur benda yang sederhana dengan panjang
kurang dari 100 cm.
2. Jangka sorong : berfungsi untuk mengukur suatu benda dengan cara diapit,
untuk mengukur sisi dalam suatu benda biasanya berupa lubang pipa
dengan cara diulur, dan untuk mengukur kedalaman celah atau lubang
dengan cara menancapkan bagian pengukur.
3. Tabung bonanza : berfungsi sebagai jarak pancar zat cair yang mengalir
4. Stopwatch: berfungsi sebagai untuk mengukur waktu yang dibutuhkan
debit air yang keluar
5. Gayung:befungsi sebagai alat bantu untuk mengambil air dari wadah
6. Ember Plastik: Sebagai wadah air.
7. Serbet : Untuk mengeringkan benda.
3.1.2 Bahan
Bahan dari percobaan ini adalah :
1. Air : berfungsi sebagai bahan yang digunakan dalam percobaan
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Jangka Sorong
1. Disediakan jangka sorong beserta bahan yang diukur
2. Ditentukan skala nonius dari jangka sorong yang digunakan
3. Ditentukan skala terkecil dari jangka sorong yang digunakan
4. Ukur panjang balok dengan menggunakan jangka sorong lalu catat hasil
pengukuran pada tabel data lalu ulangi sebanyak 5 kali
5. Diukur lebar balok dengan menggunakan jangka sorong lalu catat hasil
pengukuran pada tabel data lalu ulangi sebanyak 5 kali
6. Diukur tinggi balok dengan menggunakan jangka sorong lalu catat hasil
pengukuran pada tabel data lalu ulangi sebanyak 5 kali
7. Diulangi langkah 4 s/d 5 dengan alat ukur mistar
a. Gambar Alat
1. Mistar

Keterangan :
1. Skala mistar
2. Badan mistar

2. Jangka Sorong
1 2
3
4

7 8
5
6

Keterangan:
1. Rahang Atas
2. Rahang Sorong Atas
3. Tombol Kunci
4. Skala Utama
5. Skala Nonius
6. Rahang Sorong Bawah
7. Rahang Tetap Bawah
8. Tangkai Ukur Kedalaman
3. Tabung Bonanza
1

2
Keterangan:
1. Alas atas tabung
2. Alas bawah tabung

4. Stopwatch

1
2
3
4

Keterangan :
1. Cincin
2. Tombol mulai
3. Tombol berhenti
4. Tombol reset
5. Jarum menit
6. Jarum detik
5. Gayung

Keterangan:
1. Gagang pemegang
2. Wadah atau tempat penampung

6. Ember plastik
1

Keterangan:
1. Bagian pemegangan
2. Wadah penampung air

7. Serbet
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabung A
Tinggi air (h) Jarak (x) Waktu (t)
Diameter (m)
(m) (m) (s)
Tabung A1 Tabung A1 Tabung A1 Tabung A1
X1: 0,25 t1 : 22,4
X2: 0,25 t 2 : 20,8
X3: 0,25 t 3 : 23,6
0,40 0,012
X4: 0,25 t 4 : 21,0
X5: 0,25 t 5 : 20,8
Tabung A2 Tabung A2 Tabung A2 Tabung A2
X1 : 0,30 t1 : 22,6
X2 : 0,30 t 2 : 22,8
X3 : 0,30 t 3 : 25,8
0,45 0,012
X4 : 0,27 t 4 : 24,4
X5 : 0,27 t 5 : 23,8
Tabung B
Tinggi air (h) Jarak (x) Waktu (t)
Diameter (m)
(m) (m) (s)
Tabung B1 Tabung B1 Tabung B1 Tabung B1
X1 : 0,23 t1 : 19,4
X2 : 0,24 t 2 : 20,4
X3 : 0,21 t 3 : 20,0
0,40 0,013 X4 : 0,2 t 4 : 20,4
X5 : 0,23 t 5 : 20,0
Tabung B2 Tabung B2 Tabung B2 Tabung B2
X1 : 0,20 t1 : 20,2
X2 : 0,20 t 2 : 19,4
X3 : 0,20 t 3 : 18,8
0,45 0,013 X4 : 0,20 t 4 : 20,2
X5 : 0,20 t 5 : 18,6
4.2 Perhitungan
4.2.1 Tinggi air (h)
40cm
h1   0,40m
100
45cm
h2   0,46m
100
4.2.2 Diameter (d)
1,20cm
d1   0,012m
100
1,30cm
d2   0,013m
100
4.2.3 Jarak (x)
a. Tabung diameter 0,012 m ; tinggi air 0,40 m
25cm
X1   0,25m
100
25cm
X2   0,25m
100
25cm
X3   0,25m
100
25cm
X4   0,25m
100
25cm
X5   0,25m
100
b. Tabung diameter 0,012 m ; tinggi air 0,45 m
30cm
X1   0,30m
100
30cm
X2   0,30m
100
30cm
X3   0,30m
100
27cm
X4   0,27 m
100
27cm
X5   0,27 m
100
d.Tabung diameter 0,013m; tinggi air 0,45m
20cm
X1   0,20m
100
20cm
X2   0,20m
100
20cm
X3   0,20m
100
20cm
X4   0,20m
100
20cm
X5   0,20m
100
4.2.4 Waktu (t)
a. Diameter 0,012m; tinggi air 0,040m
t1  22,4s
t 2  20,8s
t 3  23,6s
t 4  21,0s
t 5  20,0s
b. Diameter 0,12m; tinggi air 0,45m
t1  22,6s
t 2  22,8s
t 3  25,8s
t 4  24,4s
t 5  23,8s
c. Diameter 0,013 m ;tinggi air 0,40 m
t1  19,4s
t 2  20,4s
t 3  20,0s
t 4  20,4s
t 5  20,0s
d. Diameter 0,013 m ;tinggi air 0,45 m
t1  20,2s
t 2  19,4s
t 3  18,8s
t 4  20,2s
t 5  18,6s
4.2.5 Kecepatan (v)
a. Diameter 0,012m ; Tinggi air 0,40m
v2 = 2 gh

v = 2 gh

=  
2 9,8m / s 2 0,40m 

= 7,84
=2,8 m/s
b. Diameter 0,012m ; Tinggi air 0,45m
v2 = 2gh

v = 2 gh


= 2 9,8m / s 0,45m 
2

= 8,82
= 2,97 m/s
c. Diameter 0,013 ; Tinggi air 0,40m
v2 = 2gh

v = 2 gh

= 
2 9,8m / s 2 0,40m  
= 7,84
= 2,8m/s
d. Diameter 0,013 ; Tinggi air 0,45m
v2 = 2gh

v = 2 gh

= 
2 9,8m / s 2 0,45m  
= 8,82 =2,97 m/s
4.2.6 Debit Air (Q)
a. Diameter 0,012 m ; Tinggi air 0,40m

Q1 =  1 2 
 d 
4 

= (2,8)(3,14)  1 0,012  2 
4 
= 3,16  10 4 m 3 / s
b. Diameter 0,012 ; Tinggi air 0,45m

Q2 =  1 d 2 
4 

= (2,97 m/s) (3,14)  1 0,012  2 


4 

= (9,3268) (3,6  10 5 )
= 3,36  10 4 m 3 / s
c. Diameter 0,013m ; Tinggi air 0,40m

Q3 =  1 d 2 
4 

= (2,8 m/s) (3,14)  1 0,013m 2 


4 
= (8,792) (4,225 10  5

= 3,71  10 4 m / s / s
d. Diameter 0,013 ; Tingkat air 0,45m

Q4 =   1 d 2 
4 

= (2,97 m/s) (3,14)  1 0,013m 2 


4 

= (9,3268) (4,225  10
5

= 3,94  10 4 m 3 / s
4.2.7 Volume (V)
a. Diameter 0,012 m dengan tinggi air 0,40 m
V1  Q1  t1
3
 (3,16  10 4 m )( 22,4s)
s
4
 70,784  10 m 3
V2  Q1  t 2
3
 (3,16  10 4 m )( 20,8s)
s
4
 65,728  10 m 3
V3  Q1  t 3
3
 (3,16  10 4 m )( 23,6s)
s
4
 74,576  10 m 3
V4  Q1  t 4
3
 (3,16  10 4 m )( 21,0s)
s
 66,36  10 4 m 3
V5  Q1  t 5
3
 (3,16  10 4 m )( 20,8s)
s
4
 65,728  10 m 3
b. Diameter 0,012 m dengan tinggi air 0,45 m
V1  Q2  t1
3
 (3,36  10 4 m )( 22,6s)
s
 75,936  10 4 m 3
V2  Q2  t 2
3
 (3,36  10 4 m )( 22,6s)
s
 75,936  10 4 m 3
V3  Q2  t 3
3
 (3,36  10 4 m )( 22,8s)
s
 76,608  10 4 m 3
V3  Q2  t 3
3
 (3,36  10 4 m )( 25,8s)
s
 86,688  10 4 m 3
V4  Q2  t 4
3
 (3,36  10 4 m )(24,4s)
s
 81,984  10 4 m 3
V5  Q2  t 5
3
 (3,36  10 4 m )( 23,8s)
s
 79,968  10 4 m 3
c. Diameter 0,013 dengan tinggi air 0,40 m
V1  Q3  t1
3
 (3,71 10 4 m )(19,4s)
s
 71,974  10 4 m 3
V2  Q3  t 2
3
 (3,71  10 4 m )( 20,4s)
s
4
 75,684  10 m 3
V3  Q3  t 3
3
 (3,71  10 4 m )( 20,0s)
s
 74,2  10 4 m 3
V4  Q3  t 4
3
 (3,71  10 4 m )( 20,4s)
s
4
 75,684  10 m 3
V5  Q3  t 5
3
 (3,71  10 4 m )( 20,0s)
s
 74,2  10 4 m 3
d. Diameter 0,013 m dengan tinggi air 0,45 m
V1  Q4  t1
3
 (3,94  10 4 m )(20,2s)
s
 79,588  10 4 m 3
V2  Q4  t 2
3
 (3,94 10 4 m )(19,4s)
s
4
 76,436 10 m 3
V3  Q4  t3
3
 (3,94 10 4 m )(18,8s)
s
4
 74,072 10 m3
V4  Q4  t 4
3
 (3,94 10 4 m )( 20,2s)
s
4
 79,588 10 m3
V5  Q4  t 5
3
 (3,94 10 4 m )(18,6s)
s
4
 73,284 10 m 3

4.3 Ralat
4.3.1 Tabung A
a. Diameter 0,012 m; tinggi air 0,40 m
- Jarak (x)

Pengukuran X (m) X - X (kg) (X - X )2 (kg)

1 0,25 0 0

2 0,25 0 0

3 0,25 0 0

4 0,25 0 0
5 0,25 0 0

X 0,25 ∑ (X - X )2 (kg) 0

   
2
RM = RN = RM  100%
n 1 X

0 0
= =  100%
4 0,25
=0 =0
- Waktu (s)

Pengukuran X (s) X - X (s) (X - X )2 (s)

1 22,4 0,68 0,4624

2 20,8 -0,92 0,8464

3 23,6 1,88 3,5344


4 21,0 -0,72 0,5184

5 20,8 -0,92 0,8464

X 21,72 ∑ (X - X )2 (s) 6,208

   
2
RM = RN = RM  100%
n 1 X
6,208 1,2458
= =  100%
4 21,72

= 1,552 = 5,73 %

= 1,2458
b. Diameter 0,012 m; tinggi air 0,45 m
- Jarak (x)

Pengukuran X (m) X - X (m) (X - X )2 (m)

1 0,30 0,012 1,44.10-4

2 0,30 0,012 1,44.10-4

3 0,30 0,012 1,44.10-4

4 0,27 -0,018 3,24.10-4

5 0,27 -0,018 3,24.10-4

X 0,288 ∑ (X - X )2 (m) 10,8.10-4

2
RM =√∑(X − X ) RN = RM  100%
n−1 X
−4 1,64.10−2
= √10,8. 10 = . 100%
4 0,288

= √2,7. 10−4 = 5,69 %


= 1,64.10-2
- Waktu (s)

Pengukuran X (s) X - X (s) (X - X )2 (s)

1 22,6 -1,28 1,6384

2 22,8 -1,08 1,1664


3 25,8 1,92 3,6864

4 24,4 0,52 0,2704

5 23,8 -0,08 0,0070

X 23,88 ∑ (X - X )2 (s) 6,7686

   
2
RM = RN = RM  100%
n 1 X

6,7686 1,3008
=√ = . 100%
4 23,88
= √1,69215 = 5,44 %
= 1,3008

4.3.2 Tabung B
a. Diameter 0,013 m; tinggi air 0,40 m
- Jarak (x)

Pengukuran X (m) X - X (m) (X - X )2 (m)

1 0,23 0,002 0,04.10-4

2 0,24 0,012 1,44.10-4


3 0,21 -0,018 3,24.10-4

4 0,23 0,002 0,04.10-4

5 0,23 0,002 0,04.10-4

X 0,288 ∑ (X - X )2 (m) 4,8.10-4

2
RM =√∑(X − X ) RN = RM  100%
n−1 X
−4 1,0954.10−2
= √4,8. 10 = . 100%
4 0,288

= √1,2. 10−4 = 4,8043 %


= 1,0954.10-2

- Waktu (s)

Pengukuran X (s) X - X (s) (X - X )2 (s)

1 19,4 -0,64 0,4096


2 20,4 0,36 0,1296

3 20,0 -0,04 0,0016

4 20,4 0,36 0,1296

5 20,0 -0,04 0,0016

X 20,04 ∑ (X - X )2 (s) 0,672

2
RM =√∑(X − X ) RN = RM  100%
n−1 X
0,672 0,4098
=√ = . 100%
4 20,04

= √0,168 = 2,04 %
= 0,4098
b. Diameter 0,013 m; tinggi air 0,46 m
- Jarak (x)

Pengukuran X (m) X - X (m) (X - X )2 (m)

1 0,20 0 0

2 0,20 0 0

3 0,20 0 0
4 0,20 0 0

5 0,20 0 0

X 0,20 ∑ (X - X )2 (m) 0

2
RM = √∑(X − X ) RN = RM  100%
n−1 X

0 0
=√ = 0,20 . 100%
4
= √0 =0%
=0
- Waktu (s)

Pengukuran X (s) X - X (s) (X - X )2 (s)

1 20,2 0,76 0,5776

2 19,4 -0,04 0,0016


3 18,8 -0,64 0,4096

4 20,2 0,76 0,5776

5 18,6 -0,84 0,7066

X 19,44 ∑ (X - X )2 (s) 2,272

2
RM =√∑(X − X )
RM
RN = X
. 100%
n−1
2,272 0,7536
=√ = . 100%
4 19,44
= √0,568 = 3,87 %
= 0,7536

4.4 Pembahasan
Daniel Bernoulli adalah seorang fisikawan asal swiss yang pada tahun 1700-1783
mengungkapkan pemikirannya yang penting dalam dunia fisika, yaitu persamaan
bernoulli dimana pada sebuah tabung arus yang digunakan untuk pengukuran kecepatan
aliran karena tekanan dimana prisnip dari Bernoulli ini merupakan istilah didalam
mekanika fluida yang menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida peningkatan pada
kecepatan fluida akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut. Dalam
mekanika fluida, zat cair berada pada pipa mendatar . tekanan fluida yang paling besar
memiliki kelajuan aliran kecil. Sedangkan fluida yang memiliki tekanan kecil memiliki
kelajuan aliran besar. Hal tersebut sesuai dengan hukum Bernoulli. Bernoulli menyatakan
bahwa zat yang tidak bisa dimampatkan , seperti air dan minyak, berlaku rumus ini :
P1 +1/2 P.V2 + P.g.h = P2 ……….. (1)
Perumusan tersebut berlaku apabila tidak ada gaya luar yang bekerja pada fluida
yang mengalir. Fluida yang mengalir hanya dipengaruhi gaya berat. Kedua, tidak terjadi
kehilangan energi pada fluida yang mengalir, sehingga berlaku kekelan energi mekanik.
Diketahui bahwa hidrodinamika merupakan ilmu yang mempelajari tentang fluida
yang mengalir hidrodinamika juga dapat diartikan sebagai penilitian mengenai suatu zat
cair yang mengalir dari suatu tabung yang telah dilubangi dengan diameter tertentu, pada
percobaan ini praktikan menggunakan dua tabung masing–masing 0.012m dan 0,013m.
percobaan mengenai suatu zat cair yang mengalir meliputi penilitian tekanan, kecepatan
aliran, lapisan–lapisan zat yang melawan gesekan. Menurut teori, Bernoulli telah berhasil
merumuskan persamaan. Rumus–rumus dengan beberapa persyaratan, yaitu zat cair tanpa
adanya gesekkan dalam zat cair mengalir secara steady, yaitu tidak termampatkan melalui
sebuah pembuluh dan mengalirkan sejumlah cairan yang sama besarnya. Persamaan
Bernoulli merumuskan hubungan antara tekanan, kecepatan dan tinggi tempat suatu arus
zat cair mengalir.
Salah satu hukum dasar yang dapat digunakan dalam menyelesaikan persoalana
fluida bergerak adalah hukum Bernoulli sebenarnya hukum Bernoulli merupakan hukum
tentang energi mekanik yang diterapkan pada fluida bergerak hingga keluar persamaan
yang mempunyai bentuk yang khas .
Selain dalam kegiatan hidrodinamika dalam menentuka jarak pancaran zat cair
yang mengalir. Persamaan Bernoulli juga bisa berperan penting dalam menganalisis
persamaan pesawat terbang, pembangkit listrik tenaga air dan perpiapaan. Untuk
menurunkan persamaan Bernoulli maka diterapkan teorema usaha dan energi pada fluida
dalam daerah tabung air. Selanjutnya, dapat dihitung banyaknya fluida dan usaha yang
dilakukan untuk memindahkan fluida tersebut .
Selain seorang fisikawan Daniel Bernoulli ini juga seorang matematikawan bahkan
Bernoulli juga mempelajari tentang ilmu kedokteran. Pada prinsip cara kerja pesawat
terbang , jika udara dianggap sebagai sebuah benda dan disetujui bahwa udara mengikuti
hukum Bernoulli maka dapat dilihat bagaimana dan kenapa sebuah sayap pesawat dapat
menghasilkan daya angkat sewaktu sayap pesawat tersebut bergerak melalui udara.
Bahkan Bernoulli juga menemukan cara mengukur tekanan darah dan bahan bakar per v
mas. Komsep tentang praktikum hidrodinamika ini bahkan tertuang dalam bukunya
berjudul “ Hydrodynamica”.
Beberapa alat juga menerapkan cara kerja dari hukum Bernoulli, seperti alat ukur
Venturi (venturimeter) dipasang dalam suatu pipa aliran untuk mengukur laju aliran suatu
zat cair yang sedang mengalir.
Pada percobaan ini dua tabung dengan diameter lubang yang berbeda dilakukan
dengan memakai tinggi air 0,40m dan 0,45m untuk masing–masing tabung. Berdasarkan
teori diameter lubang dan tinggi air akan mempengaruhi pada jarak pancar air dan waktu
yang nantinya berpengaruh terhadap pada kecepatan, volume dan debit air pada hasil
percobaan ini
Berdasarkan data yang diperoleh ketika digunakan tabung dengan diameter lubang
0,012m yang berpengaruh terhadap jarak pancar dan waktu . ketika diameter lubangnya
kecil (tabung diameter 0,012m) dihasilkan jarak pancar air yang sama hingga
pengulangan ke-lima, yaitu 0,25m an wkatu yang dibutuhkannya bervariasi antara 20,8s
sampai 23,6s. Namun berdasarkan rata–rata waktu yang dibutuhkan adalah 21,72s
sedangkan pada percobaan yang menggunakan tinggi air yang sama dan diameter yang
berbeda yaitu 0,013m. jarak pancar air dan waktu yang dibutuhkan, yaitu jaraknya
bervariasi dari lima kali pengulangan adalah 0,27m sampai 0,30m dengan rata – rata jarak
pancar 0,228m dan mengenai waktu yang dibutukan anatara 22,6s sampai 25,8s dengan
rata – rata 20,04s. sehingga dapat dikatakan bahwa ketika diameter lubang kecil jarak
pancar air semakin dekat dan waktu yang dibutuhkan air hingga habis menjadi semakin
cepat. Berdasarkan percobaan ini dketahui bahwa diameter lubang berbanding terbalik
dengan jarak pancar air dan waktunya.
Mengenai tinggi permukaan air, berdasarkan data yang diperoleh ketika
menggunakan tinggi air 0,40. Juga berpengaruh terhadap jarak pancar air dan waktu yang
dibutuhkan hingga habis. Saat tinggi air 0,40m jarak pancarnya lebih jauh dan waktu
yang dibutuhkannya semakin lama hingga air didalam tabung habis. begitu juga
sebaliknya ketika digunakan tinggi permukaan air maka semakin dekat jarak pancar
airnya dan semakin cepat waktu yang digunakannya .
Ketika air didalam tabung keluar dari tabung melalui lubang mempunyai nilai
kecepatan yang dipengaruhi oleh nilai percepatan gravitasi bumi dan tinggi air .
kecepatan air dapat diketahui dengan menggunakan persamaan :
V2 = 2gh atau
V = √2𝑔ℎ …………. (2)

Berdasarkan data yang diperoleh dapat dihitung nilai kecepatan air dan didapatkan
hasil bahwa semakin tinggi permukaan air maka semakin besar pula nilai kecepatannya.
Sehingga dapat diketahui bahwa kecepatan air berbending lurus dengan tinggi permukaan
air.
Kecepatan air dapat mempengaruhi terhadap nilai debit air. Selain kecepatan, debit
air dipengaruhi juga oleh nilai diameter lubang pada tabung. Pada percobaan dengan
menggunakan diameter lubang 0,012m didapatkan hasil bahwa semakin besar nilai
kecepatannya maka nilai debit airnya semakin besar pula. begitu juga dengan
menggunakan diameter lubang 0.013m didapatkan hasil bahwa nilai kecepatannya
semakin besar maka nilai debit airnya juga menjadi semakin besar. sehingga diketahui
bahwa nilai debit air berbending lurus dengan kecepatan dan diameter lubangnya.
Selain dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa jarak pancar air juga
dipengaruhi oleh tekanan. Tekanan di sini dapat diartikan sebagai kekuatan ketika tabung
di tutup dengan ibu jari. Ketika ibu jari menekan dengan kuat maka akan diperoleh jarak
pancar air yang jauh. Sehingga dapat diketahui bahwa tekanan mampu mempengaruhi
jarak pancar air dan tekanan berbanding lurus dengan jarak pancar airnya.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dan didapatkan data hasil percobaan
hasil percobaan yang telah dilakukan dibandingkan dengan teori yang berkaitan. Hasil
dari percobaan ini antara lain jarak pancar air dipengaruhi oleh tingginya permukaan air,
diameter lubang dan dapat juga dipengaruhi oleh diameter tabung. Ketika tinggi
permukaan airnya tinggi maka jarak pancarnya akan semakin jauh. Ketika diameter
lubang tabungnya besar maka jarak pancar airnya akan menjadi dekat. Ketika yang
digunakan saat melakukan percobaan tinggi permukaan air yang tinggo, hal ini akan
berpengaruh terhadap nilai kecepatannya yang juga tinggi atau semakin besar . nilai
kecepatan air ini akan berpengaruh terhadap besar kecilnya volume. Dari hasil yang
didapatkan dapat disebutkan bahwa percobaan dengan hasil yang telah diuraikan diatas
sesuai dengan teori. Tetapi dalam pengambilan data praktikum menyadari beberapa kali
mengulangi percobaan yang kurang tepat.
Pengaruh ketinggian air dengan jarak pancar zat cair yang dihasilkan
berpengaruh terhadap volume air yang keluar dari lubang. Perbedaan waktu berpengaruh
terhadap banyaknya air yang keluar pada lubang tersebut. Lubang dengan posisi oaling
bawah memiliki tekanan paling besar dibanding dengan posisi diatas hal ini menyebabkan
air yang keluar selalu lebih besar pada lubang yang dibawah karena laju airnya yang
besar.
Sedangkan pengaruh dari kecepatan air ialah semakin besar pertambahan
kecepatan atau aliran maka akan menyebabkan pengurangan dari tekanan fluida tersebut.
Hal inilah yang terjadi pada udara yang lewat diatas sayap pesawat yang melengkung.
Diameter saluran masuk sama dengan diameter saluran keluar. Dilehernya, aliran udara
menjadi semakin cepat dan tekanan berkurang, disaluran keluar, aliran udara melambat
dan tekanan bertambah. Adapun berkaitan dengan Hukum Bernoulli, suatu benda/fluida
dikatakan mempunyai peningkatan kecepatan, jika fluida tersebut mengalir dari suatu
bagian dengan tekanann tinggi menuju bagian lainnya yang bertekanan rendah.
Sedangkan suatu fluida tidak mengalami penurunan kecepatan, jika fluida tersebut
mengalir dari suatu bagian bertekanan rendah, menuju bagian lain bertekanan tinggi,
itulah Hukum Bernoulli. Semakin besar luas penampang maka akan semakin besar
kecepatan air yang mengalir, debit air demikian pula dengan volume air yang mengalir
keluar akan semakin besar pula apabila luas penampangnya besar, namun hal ini
berabanding terbalik dengan jarak pancar air, jika luas penampang semakin besar maka
jarak pancar air semakin kecil. Saat melakukan pengulangan terhadap percobaan pastikan
bahwa air yang tumpah diatas mistar dilap dengan menggunakan serbet sehingga tidak
terjadi kekeliruan saat menentukan jarak pancar pada air tersebut.
Selain itu asas Bernoulli dalam kehidupan sehari – hari juga dapat ditemui pada
kalkulasi kebocoran tangki. Dalam percobaan mungkin terdapat kesalahan sehingga agak
sedikit terjadi perbedaan dengan literatur faktornya dikarenakan tidak tepat dalam
mengukur diameter lubang menggunakan jangka sorong yang kedua tidak teliti saat
mengukur jarak pancar tidak tepat dalam menentukan waktu yang dibutuhkan air untuk
mencapai tanah karena pada saat memencet stopwatch tidak bersamaan dengan keluarnya
air sehingga terjadi kesalahan dan kesalahan dalam menghitung kecepatan fluida pada
lubang kebocoran. Tidak hanya itu, dalam pembacaan stopwatch juga harus tepat dan
tahu ketelitian stopwatch yang dipakai.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa yang
mempengaruhi jarak pancar air adalah tinggi permukaan air, diameter pada lubang dan
diameter tabung. Semakin tinggi permukaan air maka semakin jauh jarak pancar airnya
dan waktu yang dibutuhkan akan semakin lama. Begitu pula sebaliknya, untuk
mengetahui debit air dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan:
Q = vt
dan untuk menghitung Volume digunakan persamaan:
V = Qt
5.2 Saran
Dalam melakukan praktikum ini, harus dibutuhkan ketelitian ketika mengukur
jarak pancar air. Kesalahan dalam percobaan yang telah dilakukan disebabkan karena
kesalahan pengamatan jarak pancar dan penekanan tombol start pada stopwatch yang
tidak tepat dengan waktu melepaskan jari dari lubang.
EVALUASI AKHIR

1. Hitunglah kecepatan air yang mengalir, debit air dan volume air yang keluar
Jawab :
- Kecepatan
a. Tinggi air 0,40 m

v = 2 gh =  
2 9,8m / s 2 0,40m 

= 7,84 =2,8 m/s


b. Tinggi air 0,45 m

v = 2 gh =  
2 9,8m / s 2 0,45m 

= 8,82 =2,97 m/s


- Debit
a. Diameter 0,012 m ; Tinggi air 0,40m
Q1 =   1
 d
2 

4 

= (2,8)(3,14)  1 0,012  2 
4 

= 3,16  10 4 m 3 / s
b. Diameter 0,012 ; Tinggi air 0,45m
Q2 =  1 d 2 
4 

= (2,97 m/s) (3,14)  1 0,012  2 


4 

= (9,3268) (3,6  10 5 )
= 3,36  10 4 m 3 / s
c. Diameter 0,013m ; Tinggi air 0,40m
Q3 =  1 d 2 
4 

= (2,8 m/s) (3,14)  1 0,013m 2 


4 

= (8,792) (4,225  10
5

= 3,71  10 4 m / s / s
d. Diameter 0,013 ; Tingkat air 0,45m
Q4 =   1 d 2 
4 

= (2,97 m/s) (3,14)  1 0,013m 2 


4 

= (9,3268) (4,225  10
5

= 3,94  10 4 m 3 / s
- Volume
a. Diameter 0,012 m dengan tinggi air 0,40 m
V1  Q1  t1
3
 (3,16  10 4 m )( 22,4s)
s
4
 70,784  10 m 3
V2  Q1  t 2
3
 (3,16  10 4 m )( 20,8s)
s
4
 65,728  10 m 3

V3  Q1  t 3
3
 (3,16  10 4 m )( 23,6s)
s
4
 74,576  10 m 3
V4  Q1  t 4
3
 (3,16  10 4 m )( 21,0s)
s
 66,36  10 4 m 3

V5  Q1  t 5
3
 (3,16  10 4 m )( 20,8s)
s
4
 65,728  10 m 3
b. Diameter 0,012 m dengan tinggi air 0,45 m
V1  Q2  t1
3
 (3,36  10 4 m )( 22,6s)
s
 75,936  10 4 m 3
V2  Q2  t 2
3
 (3,36  10 4 m )( 22,6s)
s
 75,936  10 4 m 3

V3  Q2  t3
3
 (3,36  10 4 m )( 22,8s)
s
 76,608  10 4 m 3

V3  Q2  t3
3
 (3,36  10 4 m )( 25,8s)
s
 86,688  10 4 m 3
V4  Q2  t 4
3
 (3,36  10 4 m )(24,4s)
s
 81,984  10 4 m 3

V5  Q2  t 5
3
 (3,36  10 4 m )( 23,8s)
s
 79,968  10 4 m 3
c. Diameter 0,013 dengan tinggi air 0,40 m

V1  Q3  t1
3
 (3,71 10 4 m )(19,4s)
s
 71,974  10 4 m 3

V2  Q3  t 2
3
 (3,71  10 4 m )( 20,4s)
s
4
 75,684  10 m 3

V3  Q3  t3
3
 (3,71  10 4 m )( 20,0s)
s
 74,2  10 4 m 3
V4  Q3  t 4
3
 (3,71  10 4 m )( 20,4s)
s
4
 75,684  10 m 3

V5  Q3  t5
3
 (3,71  10 4 m )( 20,0s)
s
 74,2  10 4 m 3
d. Diameter 0,013 m dengan tinggi air 0,45 m
V1  Q4  t1
3
 (3,94  10 4 m )(20,2s)
s
 79,588  10 4 m 3
V2  Q4  t 2
3
 (3,94 10 4 m )(19,4s)
s
4
 76,436 10 m 3

V3  Q4  t3
3
 (3,94 10 4 m )(18,8s)
s
4
 74,072 10 m3
V4  Q4  t 4
3
 (3,94 10 4 m )( 20,2s)
s
4
 79,588 10 m3

V5  Q4  t5
3
 (3,94 10 4 m )(18,6s)
s
4
 73,284 10 m 3

2. Buatlah kesimpulan yang didapat dari percobaan yang dilakukan !

Jawab :
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan
bahwa yang mempengaruhi jarak pancar air adalah tinggi permukaan air,
diameter pada lubang dan diameter tabung. Semakin tinggi permukaan air
maka semakin jauh jarak pancar airnya dan waktu yang dibutuhkan akan
semakin lama, begitu pula sebaliknya. Untuk mengetahui debit air dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan Q = v.t dan untuk menghitung
volume digunakan persamaan v = Q.t.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyana,C. 2012. “Model Sebaran Radionuklida Antropogenik di Laut”. Jurnal


Teknologi Pengolahan Limbah.15-1 : 17-18.
Gabriel,J.F. 1996. Fisika Kedoteran. Jakarta : EGC.
Kironoto,B.A. 2018. Statika Fluida.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Munson, B. R., D. F. Young dan T. H. Okiishi. 2004. Mekanika Fluida. Jakarta :
Erlangga.
Welty, J.R., C. E. Wicks ., R.E. Wilson dan G. Rorrer. 2004. Dasar-dasar Fenomena
Transport. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai