Anda di halaman 1dari 26

PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

KONSTANTA PEGAS

Disusun Oleh
Jurusan : MIPA
Prodi : KIMIA
Asisten laboratorium :1. Verlin Ayu Syarita (F1C316009)
2. Nindita Romanda (F1C316014)

LABORATORIUM ENERGI REKAYASA DAN MATERIAL II


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pegas merupakan salah satu contoh benda elastis. Elastis atau elastisitas adalah
kemampuan sebuah benda untuk kembali ke bentuk awalnya ketika gaya luar yang
diberikan pada sebuah benda yang elastis, yang dimaksudkan dengan perubahan bentuk
adalah pertambahan panjang. Seperti sebuah karet bisa putus jika gaya tarik yang
diberikan, melewati batas elastisitasnya. Demikian pada sebuah pegas yang tidak akan
kembali ke bentuk semula jika diregangkan dengan gaya yang sangat besar. Benda elastis
memilki batas elastisitas. Bila suatu benda dikenal sebuah gaya dan kemudian gaya
tersebut dihilangkan, maka benda akan kembali ke bentuk semula,berarti benda itu adalah
benda elastis. Namun pada umumnya benda bila dikenai gaya tidak dapat kembeli
kebentuk semula walaupun gaya yang dibrikan telah hilang.
Menurut hukum tiga newton mengenai gerak, yaitu “Setiap ada aksi, selalu ada
suatu reaksi yang nilainya sama besar namun arahnya berlawanan”. Pegas mematuhi
hukum hooke. Ditemukan oleh robert hooke pada abad ke 17.Pegas yang kaku lebih sulit
di regangkan dan memiliki konstanta pegas yang lebih tinggi. Hukum hooke adalah
representasi dan deformasi elastisitas linear. Elastis berarti bahwa pegas akan kembali ke
bentuk aslinya setelah gaya luar (massa) dihilangkan. Linear menggambarkan hubungan
antara gaya dan perpindahan. Fakta bahwa konstanta pegas adalah konstan (itu adalah
sifat dari pegas itu sendiri) yang menunjukkan bahwa hubungan yang linear. Hukum
hooke tetap berlaku pada bahan yang elastis.
Elastisitas adalah kesanggupan suatu benda untuk kembali kebentuk semula seteh
gaya yang ada dibenda tersebut hilang. Sedangkan batas elastis adalah keadaan dimana
sebuah benda tidak bisa kembali lagi kebentuk semula karena gaya yang diberikan
terhadap benda tersebut terlalu besar. Menurut hukum hooke “Semakin besar gaya yang
diberikan maka pegas juga akan semakin memanjang”. Bunyi hukum hooke jika gaya
tarik yang diberikan pada sebuah pegas tidak melampaui batas elastis bahan maka
pertambahan panjang pegas berbanding lurus atau sebanding dengan gaya tariknya.
Sehingga hukum hooke hanya berlaku sampai batas elastisitas. Konsep ini menjelaskan
mengenai hubungan antara gaya yang diberikan pada sebuah pegas dapat dilihat dari
peningkatan panjang yang dialami oleh pegas tersebut.
Cara kerja pegas yaitu cukup dengan merenggangkan pegas tersebut dengan cara
menariknya. Pegas akan mengalami pemanjangan untuk mengembalikannya pada posisi
semula hanya cukup melepaskan tarikan. Ini dapat menunjukkan bahwa pegas memiliki
sifat elastisitas. Untuk menentukan apakah benda tersebut bersifat elastisitas hanya
dilakukan pengamatan jika benda atersebut berubah ke posisi awal. Maka itu telah
bersifat elastisitas.
Berdasarkan kenyataan yang ada, percobaan konstanta sangat penting, selain untuk
bahan materi pembelajaran,praktikum ini juga sangat penting untuk pemahaman tentang
elastisitas suatu benda. Elastisitas suatu benda dapat diamati dengan sangat mudah dan
tanpa perlu pemahaman yang mendasar karena ketika pegas dilepaskan akan langsung
kembali keadaan awal atau semula. Sebelum penaikan sifat pegas yang terpenting adalah
kemampuannya meneliti kerjanya lewat bentuk elastisitas dan ketika mengendur.
Penggunaan pegas adalah agar suatu kontruksi berfungsi dengan baik. Bukan suatu hal
yang mutlak, melainkan suatu pilihan sehubungan dengan pembuatan.
Contoh lain dari pemanfaatan pegas adalah temat tidur yang sering digunakan
manusia (spring bad). Pada spring bed pegas berfungsi untuk membuat rasa nyaman
ketika manusia duduk atau tidur diatasnya.Setiap pegas memiliki panjang alami, jika pada
pegas tersebuta diberikan gaya. Pada keadaan ini, benda yag dikaitkan pada ujung pegas
dalam posisi setimbang. Setimbang pegas memilki nilai konstata ynag berbeda beda
tergantung gaya uang dibrikan dan pertambhan panjang yang terjadi pada pegas tersebut.
Jika sebuah gaya diberikan pada sebuah benda yang elastis, maka bentuk benda tersebut
berubah.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Menyelidiki hubungan antara gaya dan pertambahan panjang pegas
2. Menentukan konstanta pegas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Agar pegas tetap meregang melampaui panjang awalnya sejarak x, harus


menerapkan gaya dengan besar F pada masing-masing ujung. Jika pemanjangan x tidak
terlalu besar, dapat ditemukan bahwa F berbanding lurus dengan x.
F  k.x ... (1)
gaya yang dibutuhkan untuk meregangkan pegas, dimana k adalah konstanta yang
disebut dengan konstanta pegas. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa satuan k adalah
gaya yang dibagi dengan jarak. N/m dalam satuan SI. Hasil pengamatan dimana
pemanjangan berbanding lurus dengan gaya untuk pemanjangan yang tidak terlalu besar
dilakukan oleh Robert Hooke pada tahun 1678 dan dikenal sebagai Hukum Hooke
(Young dan Freedman, 2002:175).
Elastis adalah kemampuan benda untuk kembali kebentuk semula setelah gaya
yang bekerja padanya dihilangkan. Ketika pegas ditarik yang berarti ada gaya luar yang
bekerja maka akan memanjang. Ketika gaya luar itu dihilangkan ia akan kembali ke
bentuk semula. Hukum Hooke menyatakan bahwa “Besar gaya berbanding lurus dengan
pertambahan panjang. Semakin besar gaya yang bekerja pada pegas, semakin besar
pertambahan panjang pegas”. Perbandingan antara besar gaya terhadap panjang pegas
bernilai konstan. Hukum Hooke berlaku ketika gaya tidak melampaui batas elastisitas.
Pada saat pegas ditarik atau ditekan (pada pegas bekerja gaya F) pegas bertambah
panjang atau mungkin bertambah pendek. Pegas tersebut juga memberikan gaya
perlawanan terhadap gaya yang bekerja pada pegas yang dinamakan gaya lenting pulih
(Fp). Besarnya gaya lenting pulih sama dengan gaya penyebabnya tetapi arahnya
berlawanan (Irawan dkk, 2018:1-4).
Gaya pemulih adalah gaya yang membuat bandul atau pegas berusaha untuk
kembali ke posisi setimbangnya. Gaya pemulih ini juga menyebabkan bandul bergerak
secara periodik atau berulang dalam beberapa waktu sampai akhirnya bandul berhenti
bergerak dan kembali ke posisi setimbangnya. Gaya yang disebut sebagai gaya pemulih
adalah gaya yang arahnya berlawanan dengan gerak bandul yaitu,
F p  m.g sin  ... (2)

tanda negatif pada gaya pemulih menunjukkan bahwa gaya pemulih arahnya
berlawanan dengan gerak bandul dan bertujuan untuk mengembalikan bandul ke posisi
setimbang. Gaya pemulih juga dimiliki pegas yang ditarik kemudian dilepaskan sehingga
mengalami getaran harmonik. Berdasarkan Hukum Hooke, gaya pemulih pada pegas
dirumuskan sebagai berikut:

FP  k.x ... (3)


dimana Fp adalah gaya pemulih satuannya (N), k adalah konstanta pegas satuannya
(N/m) dan x adalah simpangan pegas (Ainiyah, 2018:195).
Pegas termasuk bahan elastis, yaitu bahan yang mudah diregangkan serta selalu
cenderung pulih keaadaan semula, dengan mengenakan gaya reaksi elastis atas gaya
tegangan yang meregangkan. Tegangan menyatakan kekuatan dari gaya-gaya yang
menyebabkan penarikan atau pemuntiran dan biasanya dinyatakan dalam bentuk gaya
persatruan luas. Sedangkan regangan menyatakan hasil deformasinya. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pertambahan panjang pegas yaitu jenis bahan, diameter,
jumlah lilitan dan suhu. Suhu adalah derajat panas suatu benda. Suhu mempengaruhi
semua sifat mekanis dari bahan dan adanya suatu tegangan statis atau rata-rata yang
menyebabkan perubahan perlahan-lahan dalam bahan tersebut. Suhu yang tinggi akan
membuat bahan mengalami pergeseran atau dislokasi dan akan mengurangi ketahanannya,
semakin tinggi suhu suatu bahan maka semakin kecil ketahanannya sehingga bahan
tersebut akan mencapai pada titik lelehnya yaitu dimana kondisi bahan tidak dapat
bekerja lagi. Variasi dalam diameter kawat dan diameter gulungan dari pegas mempunyai
suatu pengaruh pada konstanta pegas. Semakin besar jumlah lilitan dan diameter pegas
maka semakin kecil nilai dari konstanta pegas tersebut. Nilai konstanta pegas di
pengaruhi oleh jenis bahan pegas, jumlah lilitan pegas dan diameter pegas (Ikhtiardi,
2015:349-354).
Jika suatu benda dapat meregangkan ataupun menyusut karena adanya pengaruh
gaya dari luar dan dapat kembali kepada keadaan semula jika gaya yang bekerja padanya
dihilangkan, maka keadaan tersebut dikatakan mempunyai sifat elastis (misalnya pegas).
Ketika pada sebuah pegas dibebani dengan massa m1, maka gaya yang menyebabkan
pegas bertambah panjang adalah gaya dari massa tersebut, sehingga berlaku:
m.g  k .x ... (4)
dengan g adalah percepatan gravitasi. Selain dengan cara pembebanan, konstanta
pegas k dapat dicari dengan cara getaran pada pegas. Sebuah benda bermassa m
dibebankan pada pegas dan disimpangkan dari posisi kesetimbangnya, maka akan terjadi
getaran pegas dengan periode getaran.

m
T  2 ... (5)
k
dengan nilai phi (π ) pada persamaan diatas adalah mendekati nilai 3,14 atau 22/7
(Halliday, 1997:156).
Pada umumnya, semua gaya bekerja pada beban berubah bentuk. Deformasi bahan
ditentukan oleh gaya persatuan luas dan bukan oleh gaya total. Jika sebuah batang pegas
dikenakan atau diberikan gaya yaitu tarik F ke kanan dan dengan gaya yang sama dari
arah kirinya. Maka gaya ini akan didistribusikan ke luas penampang batang.
Perbandingan gaya F terhadap A dinamakan tegangan tarik. Karena perpotongan
dilakukan disembarang titik. Maka setiap batang dalam keadaan mengalami tegangan.
F
Tegangan T  ... (6)
A
Menurut Souisa (2011:10), menjelaskan bahwa perubahan pada ukuran sebuah
benda karena gaya-gaya atau kapel dakam kesetimbangan dibandingkan dengan ukuran
sama semua disebut regangan.
l  l0
Regangan ( )  ... (7)
l0

dimana  adalah regangan, l adalah panjang batang satuannya (m) , l 0 adalah


panjang semula dan Δl adalah perubahan panjang. Ukuran pegas juga dapat menghasilkan
nilai k.
Demikian juga, walaupun sebuah benda terbuat dari materi yang sama (misalnya
besi), tetapi memiliki panjang dan luas penampang yang berbeda maka berda tersebut
akan mengalami pertambahan panjang yang berbeda sekalipun diberikan gaya yang sama.
Jika kita membandingkan batang yang terbuat dari materi yang sama tetapi memiliki
panjang yang berbeda dan luas penampang yang berbeda, jika diberikan gaya yang sama,
besar pertambahan panjang sebanding dengan panjang benda mula-mula dan berbanding
terbalik dengan luas penampang. Makin besar pertambahan panjangnya, sebaliknya
semakin tebal benda, semakin kecil pertambahan panjangnya. Perbandingan
perpanjangan dengan gaya, atau perpanjangan persatuan gaya, disebut pemuluran
(compliance) pegas itu, pemuluran sama dengan resiprokal konstanta gaya dan
dinyatakan dalam feel per sound, meter per newton, atau sentimeter per dyne.
Bilangannya sama dengan perpanjangan yang dihasilkan oleh satuan gaya.
Suatu benda akan kembali ke panjang aslinya, bilamana gaya eksternal tidak lagi
dikerahkan pada benda. Sebuah benda diregangkan melalui batas elastisnya, maka benda
tersebut akan sulit untuk berhenti kepanjang aslinya. Besarnya gaya-gaya maksimumnya
dapat dikerjakan pada benda tanpa menjadikan benda itu patah disebut kekuatan ultimet
(ultimate strength) untuk material benda yang bersangkutan (Giancoli, 2014:201).
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat dari percobaan ini adalah
1. Neraca : Berfungsi untuk mengukur massa beban
2. Mistar : Berfungsi untuk mengukur panjang pegas
3. Batang statif: Berfungsi sebagai tempat digantungkan sebuah beban
4. Pegas spiral : Berfungsi untuk menyimpan energi kemudian
melepaskannya kembali

3.1.2 Bahan
Bahan dari praktikum ini adalah
1. Beban bermassa : sebagai objek yang akan diamati pada saat melakukan
percobaan
2. Karet gelang : untuk menimbulkan gaya pegas

3.2 Cara Kerja


1. Digantungkan sebuah pegas spiral pada statif lalu tautkan sebuah penggantung
beban. beban pada ujung bawah pegas spiral. Diukurlah panjang pegas.
2. Ditambahkan lagi beban awal dengan sebuah beban, lalu diukur panjang pegas
3. Ditambahkan lagi beban awal + beban kedua dengan sebuah beban, lalu diukur
panjan panjang pegas
4. Diulangi percobaan dan perhitungan seperti langkah ke-2 dan ke-3 lalu catat F dan
d……..d pada table. Lengkapi table di bawah. Hitung Fn, dn, dank n pada masing-masing
ba……baris
3.3 Gambar Alat
1. Neraca

1 2
3
3

4
4

Keterangan :

1. Piringan wadah beban


2. Beban geser
3. Titik nol
4. Sekrup kalibrasi
5. Tiga lengan

2. Mistar

Keterangan:

1. Skala
2. Batang mistar

3. Batang Statif

1
Keterangan:

1. Batang statif

4. Pegas Spiral

Keterangan:

1. Menggantungkan ke batang statif


2. Mengaitkan beban
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.2 Pegas Aluminium
Data dan hasil pengamatan pengukuran pegas pertama
Gaya berat awal (Fo) =0N
Panjang pegas awal (do) = 0,145 m
Massa beban awal (mo) = 0 kg
No. F Fn = F- Fo d dn = d- do Kn = Fn / dn
1. 0,294 N 0,294 N 0,169 m 0,024 m 12,25 N/m
2. 0,392 N 0,392 N 0,185 m 0,04 m 9,8 N/m
3. 0,49 N 0,49 N 0,201 m 0,056 m 8,75 N/m
4. 0,588 N 0,588 N 0,22 m 0,075 m 7,84 N/m
5. 0,784 N 0,784 N 0,257 m 0,112 m 7 N/m
x 9,128 N/m

4.1.2 Pegas Besi


Data dan hasil pengamatan pengukuran pegas kedua
Gaya berat awal (Fo) =0N
Panjang pegas awal (do) = 0,175 m
Massa beban awal (mo) = 0 kg
No. F Fn = F- Fo d dn = d- do Kn = Fn / dn
1. 0,98 N 0,98 N 0,178 m 0,003 m 326,66 N/m
2. 1,47 N 1,47 N 0,18 m 0,005 m 294 N/m
3. 1,96 N 1,96 N 0,181 m 0,006 m 326,66 N/m
4. 2,47 N 2,45 N 0,185 m 0,0065 m 376,923 N/m
5. 2,94 N 2,94 N 0,182 m 0,007 m 420 N/m
x 348,8486 N/m
4.2 Perhitungan
4.2.1 Pegas Aluminium
Perhitungan data dan analitik untuk pegas pertama
a. Pertambahan panjang pegas (dn)

d1  0,169m  0,145m
= 0,024 m

d 2  0,185m  0,145m
= 0,04 m
d 3  0,201m  0,145m
= 0,056 m

d 4  0,22m  0,145m
= 0,075 m
d 5  0,257m  0,145m
= 0,112 m
b. Gaya Pegas Aluminium

F1  m.g
 0,03kg  9,8m / s 2
 0,294 N

F2  m.g
 0,04kg  9,8m / s 2
 0,392 N

F3  m.g

 0,05kg  9,8m / s 2
 0,49 N

F4  m.g
 0,06kg  9,8m / s 2
 0,588 N

F5  m.g

 0,08kg  9,8m / s 2
 0,784 N
F1  F2  F3  F4  F5
F
x
0,294 N  0,392 N  0,49 N  0,588 N  0,784 N

5
 0,5096 N
c. Konstanta Pegas (Kn)
F1
K1 
d1
0,294 N

0,024m
 12,25 N / m

F2
K2 
d2
0,392 N

0,04m
 9,8 N / m

F3
K3 
d3
0,49 N

0,056m
 8,75 N / m
`
F4
K4 
d4
0,588 N

0,075m
 7,84 N / m

F5
K5 
d5
0,784 N

0,112m
 7N / m
K1  K 2  K 3  K 4  K 5
K
x
12,25 N / m  9,8 N / m  8,75 N / m  7,84 N / m  7 N / m
,
5
,  9,128 N / m
4.2.2 Pegas Besi
Perhitungan data dan analitik untuk pegas kedua
a. Pertambahan Panjang Pegas

d1  0,178m  0,175m
= 0,03m

d 2  0,18m  0,175m
= 0,05 m
d 3  0,181m  0,175m
= 0,006 m

d 4  0,1815m  0,175m
= 0,0065 m
d 5  0,182m  0,175m
= 0,007 m
b. Gaya Pegas Besi

F1  m.g
,  0,1kg  9,8m / s
2

,  0,98 N

F2  m.g
 0,15kg  9,8m / s 2

,  1,47 N
F3  m.g

 0,2kg  9,8m / s 2
 1,96 N

F4  m.g
 0,25kg  9,8m / s 2
 2,45 N

F5  m.g

,  0,3kg  9,8m / s
2

,  2,94 N

F1  F2  F3  F4  F5
F
x
0,98  1,47 N  1,96 N  2,45 N  2,94 N
,
5
,  9,8 N
c. Konstanta Pegas (Kn)
F1
K1 
d1
0,98 N

0,003m
 326,66 N / m

F2
K2 
d2
1,47 N

0,005m
 294N / m
F3
K3 
d3
1,96 N

0,006m
 326,66 N / m

F4
K4 
d4
2,45 N

0,0065m
 376,923 N / m

F5
K5 
d5
2,94 N
,
0,007m
 420N / m
,
K1  K 2  K 3  K 4  K 5
K
x
326,66 N / m  294 N / m  326,66 N / m  376,923N / m  420 N / m
,
5
,  348,8486 N / m
4.3 Ralat
4.3.1 Pegas Aluminium
Percobaan X xx x  x
1 12,25 N/m 3,122 9,74
2 9,8 N/m 0,672 0,45
3 8,75 N/m -0,378 0,14
4 7,84 N/m -1,288 1,65
5 7 N/m -2,128 4,52
x 9,128 N/m x  x 16,5

x  x RM
RM  RN   100%
n 1 x

16,5 2,03
   100%
4 9,128
 4,125 = 22,239 %

,= 2,03
4.3.2 Pegas Besi
Percobaan X xx x  x
1 326,66 N/m -22,1886 492,33
2 294 N/m -54,8486 3008,36
3 326,66 N/m -22,1886 492,33
4 376,923 N/m 28,0744 788,17
5 420 N/m 71,1514 5062,52
x 348,8486 N/m x  x 9843,71

x  x RM
RM  RN   100%
n 1 x

9843,71 49,6077
   100%
4 348,8486
 2460,9275 ,=14,22%
,= 49,6077
4.4 Pembahasan
Pada percobaan konstanta pegas ini menggunakan prinsip hukum hooke, yaitu
dengan cara menggantungkan sebuah pegas dengan beban yang bervariasi,panjang pegas
mula-mula dan pertambahan panjang pegas akibat beban ukur,kemudian konstanta pegas
dapat ditentukan melalui perhitungan.Untuk mendapatkan gaya beban awal dapat
dihitung menggunakan rumus :
Fs = m.g .......... (1)
Pada percobaan ini digunakan dua pegas dengan bahan yang berbeda, yaitu pegas
alumunium dan pegas besi.
Percobaan yang pertama yaitu menggunakan pegas alumunium untuk mendapatkan
konstanta pegasnya. Dari percobaan tersebut didapatkan pada beban awal yaitu 30 gram
panjang pegas 0,17 meter dan ketika massa beban ditambahkan lagi menjadi 40 gram,
pegas mengalami pertambahan panjang yakni dari 0,17 meter menjadi 0,19 meter.
Dilakukan seterusnya hingga 5 kali pengulangan dan setiap massa beban
ditambah,panjang pegas pun ikut bertambah panjang. Tidak hanya itu, semakin massa
beban bertambah gaya beratnya pun ikut bertambah.
Dari percobaan tersebut, didapatkan hasil perhitungan konstanta pegas. Pada massa
beban 40 gram konstanta pegas 4,9 N/m. Begitu pula konstanta pegas pada massa beban
beban 50 gram, 60 gram, dan 70 gram. Pada massa beban 80 gram konstanta pegas 5,467
N/m. Hal ini sesuai dengan bunyi hukum Hooke yaitu bahwa besar gaya berbanding
lurus dengan pertambahan panjang pegas.
Pada percobaan kedua, menggunakan pegas besi untuk mendapatkan nilai
konstanta pegasnya.Percobaan pertama menggunakan massa beban 100 gram, dengan
beban awal 50 gram. Pada massa beban 50 gram didapatkan panjang pegas yaitu 0,18
meter. Begitu seterusnya massa beban ditambah sebanyak 50 gram,sebanyak 5 kali
pengukuran. Namun, walaupun pada pengukuran terakhir massa beban sudah 300 gram
tidak terjadi perubahan panjang pegas. Pada kelompok lain menggunakan massa beban
sampai 1 kg, baru terjadi pertambahan panjang pegas. Yang artinya untuk pegas besi
memerlukan massa beban yang besar besar agar terjadi pertambahan panjang pegas.
Sama seperti pegas alumunium, semakin bertambah massa beban,maka gaya
beratnyapun semakin bertambah. Dari percobaan tersebut didapatkan nilai konstanta
pegas pada massa beban 100 gram 0 N/m , dan begitu pula pada massa beban yang
lainnya. Hal ini terjadi karena tidak ada pertambahan panjang pegas sehingga nilai d nya
0. Hukum Hooke akan berlaku dan sesuai pada percobaan ini apabila beban yang
diberikan massanya lebih besar agar terjadi pertambahan pegas.
Dari hasil percobaan diatas dapat diketahui jika perbedaan nilai konstanta pegas
dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktornya yaitu luas permukaan pegas,
diameter pegas, suhu dan jumlah lilitan pegas. Pada percobaan ini yang menggunakan
pegas alumunium dan pegas besi dapat berbeda nilai konstanta pegasnya karena terbuat
dari bahan yang berbeda.
Ketika ditarik pegas akan mengalami renggangan yang mengakibatkan terjadinya
pertambahan panjang pegas. Besarnya pertambahan yang terjadi sangat bergantung pada
elastisitas bahannya dan seberapa gaya yang bekerja padanya. Seperti pegas alumunium
yang hanya membutuhkan beban yang sedikit untuk terjadi pertambahan panjang pada
pegas. Sedangkan pegas besi butuh beban yang banyak agar bertambah panjang. Hal ini
karena pegas alumunium memiliki elastisitas yang besar untuk merenggang dibandingkan
pegas besi yang elastisitasnya kecil. Selain itu, pegas besi membutuhkan gaya yang besar
untuk terjadi renggangan.
Hal lain yang menjadi faktor adalah perbedaan diameter pegas. Pada pegas
alumunium memiliki diameter yang lebih kecil dibandingkan pegas besi. Karena,
semakin besar diameter suatu pegasnya maka semakin kecil nilai konstanta pegasnya, dan
semakin kecil diameter suatu pegas maka nilai konstanta pegasnya semakin besar.
Pada luas permukaan pegas. Semakin besar luas permukaan suatu pegas maka akan
semakin besar pula nilai konstanta pegasnya, dan jika semakin kecil luas permukaan
suatu pegas maka akan semakin kecil nilai konstanta pegasnya. Faktor lain yaitu suhu,
semakin tinggi suhu yang diterima suatu pegas maka akan semakin kecil nilai tetapannya,
begitu pun sebaliknya. Saat suhu tinggi, partikel-partikel penyusun pegas mendapat
energi dari luar sehingga memberikan energi kepada partikel pegas untuk merenggang.
Pada jumlah lilitan pegas, semakin banyak jumlah lilitan pegas makan akan semakin
besar nilai konstanta pegasnya dan begitu pula sebaliknya. Dari percobaan tersebut
didapat jika kecepatan pegas semakin kecil, maka nilai konstanta pegasnya semakin besar
dan begitu pula sebaliknya.
Seharusnya pada nilai konstanta pegas dimiliki nilai konstanta yang sama,namun
pada pegas rapat dan renggang nilai konstanta yang didapatkan pada masing-masing
percobaan agak berbeda (manual). Ini bisa terjadi karena kesalahan-kesalahan yang
dilakukan selama percobaan. Terjadi kesalahan pada saat pengukuran panjang pegas pada
percobaan hukum Hooke saat menggunakan mistar cukup sulit, pegas rapat pada osilasi
pegas bergetar terlalu cepat, pegas mengalami perlambatan karena gaya gesek udara dan
kesalahan-kesalahan dalam melakukan perhitungan. Jadi, ketelitian pada saat melakukan
percobaan ini sangat diperlukan.
Hukum Hooke hanya berlaku untuk batas dan kesatuan besaran gaya tertentu. Jika
gaya yang diberikan melampaui batas elastisitas suatu pegas, maka pegas akan patah dan
jika gaya yang diberikan dihilangkan, pegas atau kawat tersebut tidak akan kembali
kebentuk semula dan titik tersebut akan patah. Pegas yang ditarik atau mendapat gaya
tekan akan memiliki energi potensial yang disebut sebagai potensial pada pegas. Gaya ini
akan mempengaruhi nilai konstanta pegas.
Pada percobaan konstanta pegas dapat disimpulkan bahwa nilai konstanta pegas
pada setiap pegas itu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menyebabkan nilai konstanta
pegas berbeda-beda. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain : lilitan,
bentuk pegas dalam rangkaian, gaya pegas, perubahan panjang dan jenis pegas yang
digunakan sangat berpengaruh pada nilai konstanta pegas. Lilitan pada pegas
mempengaruhi nilai pegas K, apabila lilitannya semakin banyak maka akan semakin kaku
sehingga nilai K nya semakin rendah. Sedangkan pada susunan pegas mempunyai tujuan
tertentu, susunan seri maupun susunan paralel pada pegas memiliki pengaruh yang
berbeda,susunan seri bertujuan untuk memperkecil konstanta pegas sehingga
pertambahan panjang yang dialami pegas akan lebih besar, sedangkan susunan paralel
bertujuan untuk memperkecil nilai konstanta pegas sehingga pertambahan panjang sistem
pegas lebih kecil dibandingkan dengan susunan seri. Pada susunan seri pertambahan
panjang yang terjadi sama dengan jumlah pertambahan masing-masing pegas, sedangkan
pada susunan paralel masing-masing pegas mengalami pertambahan panjang yang sama
besar yaitu sama dengan pertambahan panjang sistem pegasnya, gaya pegas adalah gaya
tarik yang dialami oleh pegas dimana semakin besar gaya tarik semakin besar
pertambahan panjang. Pertambahan panjang mempengaruhi konstanta pegas semakin
besar pertambahan panjang yang dialami suatu pegas maka semakin kecil konstanta pegas
yang terjadi karena hal ini dapat mempengaruhi tingkat keelastisitasan suatu pegas. Jenis
pegas juga mempengaruhi konstanta pegas yaitu jika menggunakan pegas besi konstanta
pegas tidak mudah berkurang sedangkan alumunium sebaliknya. Pengaruh diameter
terhadap konstanta pegas juga mempengaruhi yaitu semakin besar diameter suatu pegas
maka konstanta pegas akan semakin kecil atau berbanding terbalik. Selain itu luas
permukaan pegas juga sangat mempengaruhi konstanta suatu pegas yaitu jika luas
permukaan semakin besar maka semakin besar pula nilai konstanta pegas tersebut,
begitupun sebaliknya
Pertambahan panjang suatu benda bergantung pada besarnya gaya yang diberikan,
benda yang di bentuk oleh materi yang berbeda akan memiliki perubahan panjang yang
berbeda walaupun diberikan gaya yang sama, misalnya pada saat percobaan diperoleh
nilai konstanta berbeda antara pegas besi dan pegas alumunium.
Dalam melakukan percobaan huku Hooke pada pegas,hendaknya peralatan yang
akan digunakan selama praktikum disiapkan dan dipasang terlebih dahulu.Setelah itu
pada pegas diberikan beban dari terkecil hingga yang terberat.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan data dari praktikum yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Hubungan gaya dan pertambahan panjang pegas didasari oleh hukum
Hooke.Hukum Hooke menyatakan bahwa besar gaya berbanding lurus dengan
pertambahan panjang pegas,semakin besar gaya yang bekerja pada
pegas,semakin besar pertambahan panjang pegas.
2. Cara menentukan konstanta pegas yaitu dengan rumus :
𝑚.𝑔
K= 𝑑

Dimana :
K : Konstanta pegas (N/m)
F : Gaya (N)
m : Massa (kg)
d : Pertambahan panjang pegas (m)
5.2 Saran
Diharapkan praktikan lebih teliti pada saat melakukan perhitungan dan membaca
pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA

Ainiyah,K. 2018. Bedah Fisika Dasar. Yogyakarta : deepublish.


Giancoli, Douglas C. 2014. Fisika: Prinsip dan Aplikasi Edisi ke 7 Jilid 1.
Jakarta:Erlangga
Halliday, J.dan Resnick, R.1997. Fisika Jilid 1 Edisi ketiga. Jakarta : Erlangga.
Ikhtiardi ,E.L.,R.D. Handayani dan A.D. Lesmono. 2015."Analisis Pengaruh Suhu
Terhadapta Pegas Dengan Variasi Jumlah Lilitan dan Diameter Pegas Baja”.
Jurnal Penalaran Fisika. Vol.3 (4):349-354.
Irawan,D.M.,G. Iswantoro.,M.H. Furqon dan S. Hastuti. 2018."Pengaruh Nilai Konstanta
terhadap Pertambahan Panjang Pegas Pada Rangkaian Tunggal, Seri dan Paralel”.
Jurnal MER-C. Vol.5(1):1-4.
Sovisa,M.L. 2011." Analisis Modulus Elastisitas dan Angka Poisson Bahan dengan Uji
Tank. Jurnal barekeng. Vol.5(2):10.
Young,H.D dan R.A. Freedman. 2002. Fisika Universitas Edisi ke-10 Jilid 1. Jakarta :
Erlangga.
EVALUASI AKHIR

1. Hitung konstanta pegas untuk setipa beban yang diberikan


2. Hitung rata-rata konstanta pegas dari setiap penambahan beban
3. Buatlah gambar grafik hubungan antara F dan d
4. Buatlah analisis dan kesimpulan dari percobaan tersebut

Jawaban:
1. - Pegas alumunium
F1 0,294 N
X1 = K1 =   12,25N / m
d1 0,024m
F2 0,392 N
X2 = K2 =   9,8N / m
d2 0,04m
F3 0,49 N
X3 = K3 =   8,75 N / m
d 3 0,056m
F4 0,588 N
X4 = K4 =   7,84 N / m
d 4 0,075m
F5 0,784 N
X5 = K5 =   7N / m
d 5 0,112m
- Pegas besi
F1 0,98 N
X1 = K1 =   326,66 N / m
d1 0,003m
F2 1,47 N
X2 = K2 =   294 N / m
d 2 0,005m
F3 1,96 N
X3 = K3 =   326,66 N / m
d 3 0,006m
F4 2,45N
X4 = K4 =   376,923N / m
d 4 0,0065m
F5 2,94 N
X5 = K5 =   420 N / m
d 5 0,007m

2. - Pegas alumunium
K1  K 2  K 3  K 4  K 5
K
x
12,25 N / m  9,8 N / m  8,75 N / m  7,84 N / m  7 N / m

5
 9,128 N / m
- Pegas besi
K1  K 2  K 3  K 4  K 5
K
x
326,66 N / m  294 N / m  326,66 N / m  376,923N / m  420 N / m

5
 348,8486 N / m
3. Grafik
- Pegas alumuniun

0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.024 0.04 0.056 0.075 0.112

Grafik F terhadap d
- Pegas besi

3.5

2.5

1.5

0.5

0
0.003 0.005 0.006 0.0065 0.007

Grafik F terhadap d
4. Dari percobaan yang berjudul “Konstanta Pegas ”, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
Setiap bahan memiliki konstanta pegas yang berbeda..apabila sebuah pegas diberi gaya
dan dilepaskan maka pegas tersebut akan kembali ke bentuk awalnya.besarnya
konstanta pegas dan ∆x mempengaruhi besarnya energi potensial pegas.
Semakin besar nilai konstanta, maka nilai energi potensial yang didapat juga semakin
besar. Sebaliknya semakin kecil nilai konstanta, maka semakin besar nilai energi
potensial.Sifat elastis adalah sifat bahan yang selalu berusaha menghambat perubahan
bentuknya dan cenderung mengenbalikanyya ke bentuk semula. Benda yang memiliki
sifat ini dinamakan dengan benda elastis.
Panjang suatu pegas berbanding lurus (linier) dengan gaya tarik atau gaya tekan yang
diberikan pada pegas tersebut.semakin berat beban yang digunakan semakin besar pula
konstanta pegasnya.konstanta pegas berbanding lurus dengan massa dan gravitasi bumi
serta berbanding terbalik dengan ∆x.jika sebuah pegas ditarik oleh gaya yang besarnya
tidak melebihi batas elastisitas pegas, pegas tersebut bertambah panjang sebanding
dengan besarnya gaya yang maka mempengaruhi pegas tersebut.jika gaya tarik tidak
melampaui batas elastis pegas, maka pertambahan panjang pegas berbanding lurus
(sebanding) dengan gaya tariknya.

Anda mungkin juga menyukai