Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila adalah jati diri bangsa Indonesia, sebagai falsafah, ideologi, dan alat pemersatu
bangsa Indonesia. Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa
Indonesia yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan negara
Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas keberadaan
bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan
budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan.

Begitu banyak permasalahan yang sedang bangsa kita hadapi, mulai dari yang sepeles
amapi ke persoalan yang vital. Salah satunya adalah masalah pendidikan dan substansi dalam
pendidikan tersebut. Sudah jelas bagi kita bahwa pendidikan yang murah masih sulit didapatkan
bagi masyarakat yang dalam taraf kesejahteraan yang masih “sulit”. Yang kedua adalah materi
pendidikan yang belum memenuhi kebutuhan dunia global. Selain belum sesuai dengan
kebutuhan globalisasi juga belum siap menghadapi globalisasi. Pada dasarnya materi atau
kurikulum yang masih sering berubah-ubah di tiap jenjang pendidikan menyebabkan tidak
stabilnya sistem pendidikan.

Permasalahannya kurikulum belum sempat dilaksanakan secara menyeluruh di seluruh


Indonesia namun sudah dirubah ke kurikulum yang baru. Belum lagi isi materi yang diajarkan
berbeda-beda tiap daerah. Sehinga memunculkan ketidak merataan pendidikan bukan hanya dari
segi akses namun juga dari segi pemerataan kurikulum. Ada satu lagi yang cukup menjadi
perhatian saat ini adalah materi pendidikan kewarganegaraan khususnya Pancasila, muncul
sebuah fenomena yang umum yaitu Pancasila yanga hanya menjadi materi hafalan saja di
kalangan para pelajar.

Belum lama ini Dirjen Dikti mengeluarkan Keputusan No. 356/Dikti/ Kep/1995 tentang
Kurikulum Inti Mata Kuliah Umum Pendidikan Pancasila pada Perguruan Tinggi di Indonesia.
Terhadap Keputusan Dirjen Dikti itu, beberapa perguruan tinggi mempertanyakan kedudukan
Matakuliah Filsafat Pancasila yang tidak lagi bersifat wajib bagi setiap program studi. Ada
perguruan tinggi dengan cepat menyatakan bahwa mata kuliah tersebut tidak perlu dicantumkan
dalamkurikulum, karena tidak ada ketentuan yang mewajibkannya. Namun ternyata ada juga
beberapa perguruan tinggi yang masih menyelenggarakan perkuliahan Filsafat Pancasila. Dari
uraian diatas bisa diambil sebuah permasalahan yang berkaitan dengan konsep dan urgensi
pendidikan pancasila.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.1. Apakah pengertian konsep?
1.2. Bagaimana konsep Pendidikan Pancasila?
2.1. Apa pengertian Pancasila?
2.2. Bagaimana urgensi Pendidikan Pancasila?
3.1. Apakah alasan mempelajari Pancasila?
3.2. Bagaimana pengaruh Pancasila terhadap masyarakat?
4.1. Bagaimana urgensi mempelajari Pancasila di perguruan tinggi?
4.2. Bagaimana Pancasila menjadi sistem etika?

1.3 Tujuan
1.1. Mengetahui pengertian konsep
1.2. Mengetahui konsep Pendidikan Pancasila
2.1. Mengetahui pengertian Pancasila
2.2. Mengetahui urgensi Pendidikan Pancasila
3.1. Mengetahui alasan mempelajari Pancasila
3.2. Mengetahui pengaruh Pancasila terhadap masyarakat
4.1. Mengetahui urgensi mempelajari Pancasila di perguruan tinggi
4.2. Mengetahui Pancasila menjadi sistem etika

2
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Konsep


Konsep atau anggitan adalah abstrak, entitas mental yang universal yang menunjuk pada
kategori atau kelas dari suatu entitas, kejadian atau hubungan. Istilah konsep berasal dari bahasa
Latin, “Conceptum” yang berarti sesuatu yang dipahami. Aristoteles dalam “The Classiscal
Theory Of Concepts” menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam
pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia. Konsep merupakan abstraksi
suatu ide atau gambaran mental, yang dinyakatan dalam simbol atau suatu kata. Konsep
dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam
karakteristik.

Berbagai pengertian konsep dikemukakan oleh beberapa pakar. Konsep didefinisikan sebagai
suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Konsep diartikan
juga sebagai suatu abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia
dan memungkinkan manusia untuk berpikir. Pengertian konsep yang lain adalah sesuatu yang
umum atau representatif intelektual yang abstrak dari suatu situasi, suatu objek atau peristiwa,
suatu akal pikiran, suatu ide atau gambaran mental. Suatu konsep adalah elemen dari preposisi
seperti kata adalah elemen dari kalimat. Konsep juga adalah abstrak di mana mereka
menghilangkan perbedaan dari segala sesuatu dala ekstensi, memperlakukan seolah-olah mereka
identik. Konsep adalah universal di mana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap
extensinya tanpa adanya pengecualian.

Konsep adalah pembawa arti. Suatu konsep tunggal bisa dinyatakan dengan bahasa apapun.
Konsep bisa dinyatakan dengan “Hund” dalam bahasa Jerman, “Chien” dalam bahasa Prancis,
dan “Perro” dalam bahasa Spanyol.

Sayangnya, masih banyak yang tidak mengetahui arti “Konsep” sehingga sampai sekarang
masih dipertanyakan. Konsep adalah sesuatu yang memiliki komponen, unsur, dan ciri-ciri yang
dapat diberi nama. Unsur-unsur konsep ialah sebagai berikut.

a. Nama
Konsep diwakili suatu kata tunggal yang merepresentasikan ide atau gagasan-gagasan.
Contoh : “rumah” mewakili bangunan untuk tempat tinggal.
b. Contoh-contoh positif dan negatif
Menganalisi dan membandingkan contoh-contoh positif dan contoh-contoh negatif
beserta karakteristiknya.
Contoh : Rumah ibadat
Contoh positif : masjid, gereja, dan kuil.
Contoh negatif : gadang, joglo, dan bubungan tinggi.
3
c. Karakteristik pokok
Karakteristik menciptakan aturan dan menentukan suatu contoh termasuk dalam kategori
konsep atau bukan konsep.
Contoh : karakteristik pokok rumah yaitu mempunyai atap, dinding, dan lantai.
d. Rentangan karakteristik
Suatu konsep berhubungan dengan konsep-konsep lainnya dan mempunyai rentangan
karakteristik yang membatasi konsep tersebut, yaitu :
1) Superordinat
Yaitu konsep yang dihubungkan dengan konsep yang lebih luas.
Contoh : konsep “tempat tinggal” adalah konsep superordinat dari “rumah”.
2) Koordinat
Yaitu konsep-konsep yang setara dan saling berkaitan satu dengan lainnya.
Contoh : konsep “rumah kontrakan” setara dengan konsep “rumah dinas”.
3) Subordinat
Kebalikan konsep superordinat, yaitu konsep subkategori atau bagian kecil dari suatu
konsep.
Contoh : konsep “rumah” adalah konsep subordinat atau bagian kecil dari “tempat
tinggal”.
e. Kaidah
Kaidah adalah tata cara atau aturan-aturan. Sehingga jika dikaitkan dengan pancasila,
penulis dapat menyimpulkan konsep pancasila
yaitu : percaya kepada Tuhan dan toleran, Gotong royong, Musyawarah, Solidaritas atau
kesetiakawanan sosial, dan sebagainya.

1.2. Konsep pendidikan pancasila


Pancasila sebagai bagian dasar negara dan pedoman bangsa Indonesia, pastinya memiliki
konsep yang sesuai dengan keadaan bangsa sehingga dibentuklah Pancasila. Mulai dari keadaan
hubungan sosial yang baik, hingga hubungan sosial yang negatif. Yang nantinya diharapkan,
pancasila dapat menjadi landasan untuk melakukan setiap hal, terutama dalam kehidupan
bermasyarakat.

Hal yang cukup memprihatinkan bahwa di kalangan mahasiswa pengetahuan tentang


Pancasila sedemikian terbatas mulai dari segi akses tentang pendidikan Pancasila namun juga
pemahaman secara mendalam tentang nilai-nilai pancasila yang sesuai dengan kapsitas seorang
mahasiswa. Dari sini muncul persoalan lagi dimana nila-nilai dan esensi dari Pancasila telah
dipolitisr untuk kepentingan pihak tertentu dengan memanfaatkan sifat idealis mahasiswa yang
ditunjang dengan terbatasnya pengetahuan mereka tentang nilai-nilai Pancasila. Inilah yang
menyebabkan banyak aksi protes yang menggunakan Pancasila sebagai landasan atau sebagai
alasan. Sehingga peran mahasiswa yang seharusnya bisa menjadi problem solver malah

4
menambah permasalahan dengan aksi atau aktivitas yang berbau politik dan kepentingan dari
pihak tertentu.

Munculnya permasalahan yang mendera Indonesia, memperlihatkan telah tergerusnya


nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu,
perlu diungkap berbagai permasalahan di negeri tercinta ini yang menunjukkan pentingnya mata
kuliah pendidikan Pancasila sesuai dengan konsep nilai-nilai bangsa Indonesia. Dengan
memperhatikan masalah di atas, konsep pendidikan nilai- nilai pancasila memang sangat penting
di berlakukan pada berbagai jenjang pendidikan, khususnya di perguruan tinggi. Agar mahasiswa
memiliki pedoman atau kaidah penuntun dalam berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-
hari dengan berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Selain itu, pendidikan Pancasila dapat
memperkokoh jiwa kebangsaan mahasiswa sehingga menjadi dorongan pokok (leitmotive) dan
bintang penunjuk jalan (leitstar).

Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, sesungguhnya nilai-nilai Pancasila sebagai


pandangan hidup bangsa sudah terwujud dalam kehidupan bermasyarakat sejak sebelum
Pancasila sebagai dasar negara dirumuskan dalam satu sistem nilai. Sejak zaman dahulu,
wilayah-wilayah di nusantara ini mempunyai beberapa nilai yang dipegang teguh oleh
masyarakatnya, sebagai contoh:

a. Percaya kepada Tuhan dan toleran.


Sesuai dengan sila yang pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” konsep pancasila adalah
percaya kepada Tuhan. Sehingga tidak ada warga negara Indonesia yang tidak memiliki
Tuhan atau memiliki kepercayaan Atheis (tidak percaya akan adanya Tuhan). Di
Indonesia, terdapat 6 agama/kepercayaan yang diakui, yaitu Islam, Budha, Hindu,
Kristen, Katolik, dan Konghucu. Dengan adanya keberagaman agama ini, maka
diwajibkan untuk bangsa Indonesia agar memiliki rasa toleransi, dan tenggang rasa
terhadap sesama umat beragama.
b. Gotong royong.
Hal ini sesuai dengan Pancasila sila ke-2 yaitu “Kemanusiaan yang adil dan beradab”.
Salah satu budaya bangsa Indonesia adalah gotong royong, yang mencerminkan sebagai
bangsa yang memiliki adab yang baik.
c. Musyawarah.
Hal ini sesuai dengan pancasila sila ke-4. Maksudnya, setiap orang di Indonesia memiliki
hak untuk memberikan aspirasi atau pendapatnya kepada sesama maupun kepada
pemerintah. Musyawarah juga berarti pemerintahan Indonesia yang tidak otoriter
terhadap kekuasaannya yang memang diberikan dari rakyat Indonesia ini.
d. Solidaritas atau kesetiakawanan sosial, dan sebagainya.
Sesuai dengan pancasila sile ke-3 dan ke-5 “Persatuan Indonesia” dan “Keadilan sosial
bagi seluruh bangsa Indonesia. Solidaritas berarti bersatu, kompak, saling merangkul
seperti kata pepatah “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”, sehingga tidak ada
bangsa lain ataupun negara lain yang dapat memecahbelahkan Indonesia, walaupun
5
Indonesia adalah negara dengan keadaan sosial yang majemuk dan heterogen.
Kesetiakawanan sosial, yaitu keadilan yang memang menjadi hak warga Indonesia, baik
dalam interaksi sosial maupun dalam perlakuan hukum pemerintah. Sehingga tidak
adanya diskriminasi bangsa.

Nilai-nilai di atas merupakan konsep pendidikan yang diajarkan pancasila kepada


bangsanya, khususnya pemuda yang menyandang status sebagai mahasiswa. Pemuda yang
nantinya akan memegang sistem pemerintahan di Indonesia.

2.1. Pengertian Pancasila


Kedudukan dan fungsi Pancasila bilamana dikaji secara ilmiah memliki pengertian
pengertian yang luas, baik dalam kedudukannya sebagai dasar Negara, sebagai pandangan hidup
bangsa, sebagai ideologi bangsa dan Negara, sabagai kepribadian bangsa bahkan dalam proses
terjadinya terdapat berbagai macam terminologi yang harus didesktipsikan secara objektif. Selain
itu, pancasila secara kedudukan dan fungsinya juga harus dipahami secara kronologis.

Oleh karena itu, untuk memahami Pancasila secara kronologis baik menyangkut
rumusannya maupun peristilahannya maka pengertian Pancasila tersebut meliputi lingkup
pengertian sebagai berikut :

Pengertian Pancasila secara etimologis

Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari Sansekerta dari India (bahasa kasta Brahmana)
adapun bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa
sansekerta perkataan “Pancasila” memilki dua macam arti secara leksikal yaitu : “panca” artinya
“lima” “syila” vokal I pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar” “syiila” vokal i pendek
artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang senonoh” Kata-kata tersebut
kemudian dalam bahasa Indonesia terutama bahasa Jawa diartikan “susila “ yang memilki
hubungan dengan moralitas.

Oleh karena itu secara etimologis kata “Pancasila” yang dimaksudkan adalah adalah istilah
“Panca Syilla” dengan vokal i pendek yang memilki makna leksikal “berbatu sendi lima” atau
secara harfiah “dasar yang memiliki lima unsur”. Adapun istilah “Panca Syiila” dengan huruf
Dewanagari i bermakna 5 aturan tingkah laku yang penting.

Pengertian Pancasila secara Historis

Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama dr. Radjiman
Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah, khususnya akan dibahas pada sidang tersebut.
Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara Indonesia yang akan
dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga orang pembicara yaitu Mohammad
Yamin, Soepomo dan Soekarno.

6
Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam siding tersebut Ir. Soekarno berpidato secara lisan (tanpa teks)
mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk memberikan nama
“Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran dari salah seorang
temannya yaitu seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, kemudian


keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 disahkannya Undang-Undang Dasar 1945 termasuk
Pembukaan UUD 1945 di mana didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip atau lima prinsip
sebagai satu dasar negara yang diberi nama Pancasila.

Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan merupakan istilah umum.
Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah “Pancasila”, namun yang
dimaksudkan Dasar Negara Republik Indonesia adalah disebut dengan istilah “Pancasila”. Hal
ini didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam rangka pembentukan calon rumusan dasar
negara, yang secara spontan diterima oleh peserta sidang secara bulat.

Pengertian Pancasila secara Terminologis

Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah melahirkan negara Republik
Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat perlengkapan negara sebagaimana lazimnya negaranegara
yang merdeka, maka panitia Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) segera
mengadakan sidang. Dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah berhasil mengesahkan
UUD negara Republik Indonesia yang dikenal dengan UUD 1945. Adapun UUD 1945 terdiri
atas dua bagian yaitu Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal UUD 1945 yang berisi 37 pasal, 1
aturan Aturan Peralihan yang terdiri atas 4 pasal dan 1 Aturan Tambahan terdiri atas 2 ayat.

Dalam bagian pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea tersebut tercantum rumusan
Pancasila sebagai berikut :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan

5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia

Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 inilah yang secara
konstisional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang disahkan oleh PPKI
yang mewakili seluruh rakyat Indonesia.

7
2.2. Urgensi Pendidikan Pancasila
Berkaitan dengan urgensi pendidikan pancasila di perguruan tinggi, yakitu seberapa jauh
pentingnya pendidikan pancasila bagi mahasiswa dilaksanakan di perguruan tinggi. Sebelum
membahas lebih jauh akan dibahas terlebih dahulu mengenai hakekat pancasila. Memahami
hakekat pancasila bearti memahami makna pancasila. Artinya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara bahwa pancasila mempunyai fungsi dan peran tersendiri. Sudah jelas pancasila dasar
negara, namun disamping itu pancasila mempunyai fungsi sebagai pandangan hidup bangsa.
Artinya bahwa pandangan hidup sebuah bangsa lahir dari nilai-nilai yang dimiliki bangsa itu
sendiri, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad untuk mewujudkan.

Melihat betapa pentingnya fungsi pancasila dalam kehidupan bangsa indonesia maka sudah
seharusnya pancasila dipahami secara menyeluruh dan mendalam oleh orangnya sendiri. Salah
satu sarana dalam proses memahami pancasila adalah melalui pendidikan formal mulai dari
tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Pendidikan pancasila sudah diatur sedemikian
rupa dalam sebuah peraturan. Dasar hukum pelaksanaan pendidikan pancasila di lembaga
pendidikan formal bersumber pada TAP MPR no II/MPR/1998 tentang GPHN yang menetapkan
antara lain : pendidikan pancasila termasuk pendidikan pedoman penghayatan dan pengamalan
pancasila, pendidikan moral pancasila, pendidikan sejarah perjuangan bangsa serta unsur-unsur
yang dapat meneruskan dan mengembangkan jiwa, semangat dan nilai-nilai perjuangan
khususnya nilai-nilai 45 pada generasi muda, dilanjutkan dan makin ditingkatkan disemua jenis
jenjang pendidikan mulai dari TK sampai perguruan tinggi negeri maupun swasta.

Perguruan tinggi yang berperan dalam mengembangkan dan memperdalam pengatahuan


dan mengajarkannya dan memperoleh pengatahuan. Bahkan berbagai masalah yang sedang
terjadi di negara ini bisa dilestarikan dari memperdalam dan menemukan sebuah solusi melalui
pemahaman yang mendalam tentang pancasila. Melalui pendidikan pancasila, diharapkan juga
para mahasiswa memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi
masyarakat, bangsa secara berkesinambungan dan konsisten, dengan cita-cita tujuan nasional.
Disamping itu mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengambil sikap bertanggung jawab
sesuai dengan hati nurani serta memaknai perestiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa untuk
menggalang persatuan indonesia. Selain itu dengan pengajaran ditingkat perguruan tinggi
memungkiankan mahasiswa menerapkan sehingga nilai-nilai moral pancasila terkandung dalam
sila-sila pancasila masuk dalam kepribadian mahasiswa.

3.1. Alasan dan Tujuan Mempelajari Pancasila


Sesungguhnya nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa sudah terwujud
dalam kehidupan bermasyarakat sejak sebelum Pancasilasebagai dasar negara dirumuskan dalam
satu sistem nilai. Ada beberapa alasan mengapa Pancasila harus dipelajari oleh setiap anak
bangsa Indonesia. Beberapa alasan itu antara lain:

8
1. Pancasila adalah perjanjian luhur yang telah disepakati oleh bangsa Indonesia untuk
dijadikan sebagai jiwa dan kepribadian bangsa, falsafah hidup bangsa dan dasar negara
Republik Indonesia. Sebagai jiwa bangsa, Pancasila melekat pada eksistensi bangsa
Indonesia.

2. Sebagai falsafah hidup bangsa, Pancasila bukan hanya untuk dimiliki, apalagi sekedar
dijadikan pusaka. Nilai-nilai luhur Pancasila harus dapat dihayati dan terwujud dalam perilaku
nyata setiap anak bangsa dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dalam kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa.

3. Sebagai dasar negara, Pancasila menjadi dasar pedoman dalam kehidupan bernegara,
baik bagi pemerintah (dalam arti luas) maupun bagi setiap dan segenap warganegara Indonesia.
Jadi, warganegara yang baik adalah warganegara yang mentaati segala peraturan yang
didasarkan kepada nilai-nilai Pancasila, yang tidak menyimpang apalagi bertentangan dengan
Pancasila.

4. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, yang ber-bhinneka tunggal ika.Dalam
perjalanan sejarah dan gerak kehidupan bangsa Indonesia telah terbukti bahwa Pancasila cocok
sebagai falsafah pemersatu bangsa.Sangat disadari bahwa bangsa majemuk itu sangat potensial
untuk bertumbuhnya benih konflik dan dis-integrasi, sehingga sangat diperlukan adanya falsafah
pemersatu yang bisa diterima oleh segenap komponen kemajemukan bangsa.

5. Ilmu dan pemahaman yang baik dan benar tentang Pancasila perlu dipelajari oleh
setiap anak bangsa untuk dapat mewarisi dan menjaga kelestariannya. Setiap generasi penerus
harus mampu mewarisi ilmu dan pemahaman itu dari generasi pendahulunya.

Dengan demikian, maka dapat pula dijelaskan bahwa yang menjadi tujuan setiap anak bangsa
Indonesia ini mempelajari Pancasila adalah:

1. Untuk mengenal Pancasila Tujuan pada tahapan dan tingkatan terendah adalah dimulai dari
mengenal apa itu Pancasila. Pada tingkatan ini setidak-tidaknya setiap anak bangsa sudah mulai
mengetahui bahwa Pancasila itu ada, dan Pancasila itu bukan nama bagi makanan atau nama
orang atau nama binatang purba atau nama lainnya, melainkan Pancasila adalah nama bagi
falsafah atau pandangan hidup bangsa dan dasar negara kita, Indonesia.

2. Untuk memahami Pancasila Pada tahapan berikutnya, mempelajari Pancasila adalah untuk
memahaminya secara benar dan sedalam-dalamnya. Sampai seberapa dalam pemahamannya
tentu berbeda-beda pada masing-masing anak bangsa, tergantung banyak faktor penyebabnya.
Tetapi yang pasti, setiap pemahaman yang terjadi akan melahirkan satu dari dua kemungkinan
kesimpulan. Pertama, kesimpulan yang positif, yang menilai bahwa Pancasila itu baik, cocok dan
karena itu diperlukan. Kesimpulan ini membawa kepada proses penerimaan yang positif pula,
yaitu menerima Pancasila secara ikhlas, tegas, dan penuh kesadaran. Kedua, kesimpulan yang
negatif, yang menilai bahwa Pancasila itu tidak ada manfaatnya, tidak cocok dan karena itu tidak

9
diperlukan. Kesimpulan ini berpotensi membawa kepada proses penolakan atau penerimaan yang
negatif, yaitu menerima Pancasila karena terpaksa, ragu-ragu, atau sekedar sebuah siasat atau
strategi. Misal, dalam sejarah bangsa tercatat, partai komunis yang semula nampaknya menerima
Pancasila kemudian terbukti bahwa penerimaannya itu tidaklah ikhlas, bahkan kemudian
mencoba mengganti Pancasila dengan ideologi lain, yaitu komunisme. Dan untuk dapat
meningkat kepada tahapan berikutnya, maka syaratnya, penerimaannya itu haruslah penerimaan
yang positif. 3. Untuk menghayati Pancasila Menghayati atau menjiwai adalah memasukkan
kedalam jiwa. Dengan penerimaan yang positif akan memungkinkan terjadinya proses
internalisasi, proses mendarah-dagingkan nilainilai luhur Pancasila kedalam diri pribadi masing-
masing individu anak bangsa, sehingga akan mewarnai kepribadian dan sikap perilakunya. 4.
Untuk mengamalkan Pancasila Nilai-nilai luhur Pancasila itu tentu sia-sia dan tidak ada
manfaatnya jika tidak diamalkan. Pada tahapan ini tujuan mempelajari Pancasila tidak hanya
berhenti pada sekedar memahami, tetapi bagaimana nilai-nilai yang sudah difahami secara benar
dan dihayati dengan keikhlasan itu dapat terwujud secara nyata dalam bentuk amal atau
perbuatan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 5. Untuk melestarikan
Pancasila Jika Pancasila sudah mampu diamalkan dan merasakan manfaat darinya, maka akan
tumbuh kesadaran untuk menjaga agar Pancasila itu dapat terus dilestarikan, terus dapat dimiliki,
dihayati, dan diamalkan. Proses pelestarian ini bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan
menjaga agar Pancasila tidak dirongrong, tidak diselewengkan, bahkan agar Pancasila tidak
diganti dengan ideologi lain. Kedua, dengan mewariskan nilai-nilai luhur Pancasila itu kepada
generasi muda penerus estafeta kehidupan bangsa, utamanya melalui proses pendidikan, baik
pendidikan informal, formal, maupun pendidikan non-formal.

3.2. Pengaruh Pancasila Terhadap Kehidupan Bermasyarakat


Pancasila pada saat ini cenderung menjadi lambang dan hanya menjadi formalitas yang
dipaksakan kehadirannya di Indonesia.Kehadiran Pancasila pada saat ini bukan berasal dari hati
nurani bangsa Indoensia.Bukti dari semua itu adalah tidak aplikatifnya sila-sila yang terkandung
pada Pancasila dalam kehidupan masyarakat Indonesia.Berdasarkan realita yang ada dalam
masyarakat, aplikasi sila-sila Pancasila jauh dari harapan.Banyaknya kerusuhan yang berlatar
belakang SARA (suku, ras, dan antargolongan), adanya pelecehan terhadap hak azasi manusia,
gerakan separatis, lunturnya budaya musyawarah, serta ketidak adilan dalam masyarakat
membuktikan tidak aplikatifnya Pancasila.Adanya hal seperti ini menjauhkan harapan
terbentuknya masyarakat yang sejahtera, aman, dan cerdas yang diidamkan melalui Pancasila.
Sebenarnya bangsa Indonesia bisa berbangga dengan Pancasila, sebab Pancasila merupakan
ideologi yang komplit. Bila dibandigkan dengan pemikiran tokoh nasionalis Cina, dr. Sun Yat
Sen, Pancasila jauh lebih unggul. Sun Yat Sen meunculkan gagasan tentang San Min Chu I yang
berisi tiga pilar,yaitu nasionalisme, demokrasi, dan sosialisme. Gagasan Sun Yat Sen ini mampu
mengubah pemikiran bangsa Cina di selatan.Dengan gagasan ini, Sun Yat Sen telah mampu
mewujudkan Cina yang baru, modern, dan maju.Apabila San Min ChuI-nya Sun Yat Sen mampu
untuk mengubah bangsa yang sedemikian besar, seharusnya Pancasila yang lebih komplit itu

10
mampu untuk mengubah Indonesia menjadi lebih baik. Di Indonesia, sejak diresmikannya
Pancasila sampai sekarang, penerapan Pancasila masih ‘jauh bara dari api’. Yang terjadi pada
saat ini bukan penerapan Pancasila, melainkan pergeseran Pancasila.Ketuhanan yang menjadi
pilar utama moralitas bangsa telah diganti dengan keuangan. Kemanusiaan yang akan
mewujudkan kondisi masyarakat yang ideal telah digantikan dengan kebiadaban dengan
banyaknya pelanggaran terhadap hak azasi manusia. Persatuan yang seharusnya ada sekarang
telah berubah menjadi embrio perpecahan dan disintegrasi.Permusyawarahan sebagai sikap
kekeluargaan berubah menjadi kebrutalan.Sementara itu, keadilan sosial berubah menjadi
keserakahan. Selain dari pihak masyarakat sendiri, pergeseran makna Pancasila juga dilakukan
oleh pihak penguasa.Pada masa tertentu, secara sistematis Pancasila telah dijadikan sebagai alat
politik untuk melanggengkan kekuasaan.Tindakan yang dilakukan terhaap Pancasila ini turut
menggoncang eksistensi Pancasila.Pancasila seakan-akan momok yang menakutkan, sehingga
oleh sebagian masyarakat dijadikan sebuah simbol kekuasaan dan kelanggengan salah satu
pihak. Dalam era kesemrawutan global sekarang, ideologi asing mudah bermetamorfosa dalam
aneka bentuknya dan menjadi pesaing Pancasila. Hedonisme (aliran yang mengutamakan
kenikmatan hidup) dan berbagai isme penyerta, misalnya, semakin terasa menjadi pesaing yang
membahayakan potensialitas Pancasila sebagai kepribadian bangsa.Nilai intrinsik Pancasila pun
masih sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor kondisional. Padahal, gugatan terhadap Pancasila
sebagai dasar negara dengan sendirinya akan menjadi gugatan terhadap esensi dan eksistensi kita
sebagai manusia dan warga bangsa dan negara Indonesia. Untuk menghadapi kedua ekstrim
(memandang nilai-nilai Pancasila terlalu sulit dilaksanakan oleh segenap bangsa Indonesia di
satu pihak dan di pihak lain memandang nilainilai Pancasila kurang efektif untuk
memperjuangkan pencapaian masyarakat adil dan makmur yang diidamkan seluruh bangsa
Indonesia) diperlukan usaha bersama yang tak kenal lelah guna menghayati Pancasila sebagai
warisan budaya bangsa yang bernilai luhur, suatu sistem filsafat yang tidak bertentangan dengan
nilai-nilai agama, bersifat normatif dan ideal, sehingga pengamalannya merupakan tuntutan batin
dan nalar setiap manusia Indonesia. Dari berbagai kenyataan di atastimbul berbagai pertanyaan,
apakah pancasila sudah tidak cocok lagi dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kalau pancasila
masih cocok di Indonesia, dalam hal ini siapa yang salah, bagaimana membangun Indonesia
yang lebih baik sehingga sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa. Salah seorang budayawan
Indonesia yaitu Sujiwo Tejo mengatakan bahwa “untuk memajukan bangsa ini kita harus melihat
kebelakang, karena masa depan bangsa Indonesia ada dibelakang”. Maksudnya kita harus
melihat kembali sejarah berdirinya bangsa Indonesia.Cita- cita untuk memajukan bangsa
Indonesia ada disana.Cita-cita bersama itu adalah suatu paham yang diperkanalkan oleh
Ir.Soekarno dalam rapat BPUPKI.Cita-cita tersebut ialah pancasila. Pancasila merupakan
perpaduan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Indonesia.Oleh karena itu
secara konsep pancasila merupakan suatu landasan ideal bagi masyarakat Indonesia.Presiden
Republik Indonesia (Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono) dalam pidato kenegaraannya
mengatakan bahwa pancasila sebagai falasafah Negara sudah final.Untuk itu jangan ada pihak-
pihak yang berpikir atau berusaha menggantikannya.Presiden juga meminta kepada seluruh

11
kekuatan bangsa untuk mempraktikkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa,
bernegara dan bermasyarakat.Penegasan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah bentuk
sikap reaktif atas kecenderungan realitas sistem sosial politik yang saat ini mengancam
eksisitensi Pancasila sebagai ideologi bangsa.Dengan demikian pernyataan itu jika sikapi secara
konstruktif merupakan peringatan dan sekaligus ajakan politis kepada generasi sekarang untuk
menjaga Pancasila dari berbagai upaya taktis dari pihak-pihak yang ingin mencoba
menggantikannya. Membangun Moral/Karakter Manusia Perkembangan berikutnya,
pengetahuan tentang karakter banyak dipelajari pada ilmuilmu sosial.Dalam filsafat misalnya,
istilah karakter biasa digunakan untuk merujuk dimensi moral seseorang. Salah satu contoh
adalah ilmuwan Aristoteles yang sering menggunakan istilah ēthē untuk karakter yang secara
etimologis berkaitan dengan “ethics” dan “morality”. Adapun ahli psikologi pun banyak yang
mengajukan definisi karakter dari berbagai pendekatan.Ada yang menggunakan istilah karakter
pada area moral saja, ada juga yang memakainya pada domain moral dan nonmoral. Menurut
Hasting et al. (2007), karakter mempunyai domain moral dan nonmoral. Karakter berdomain
moral ialah semua perilaku yang merujuk kepada hubungan interpersonal atau hubungan dengan
orang lain. Contohnya, kasih sayang, empati, loyal, membantu dan peduli dengan orang lain
(sifat-sifat feminis). Sedangkan karakter berdomain nonmoral adalah semua perilaku yang
merujuk kepada pengembangan sifat-sifat dalam diri atau intrapersonal.Contohnya, disiplin,
jujur, bertanggung jawab, pantang menyerah dan percaya diri (sifat-sifat maskulin). Baik
karakter berdomain moral maupun nonmoral tersebut mempunyai tujuan yang sama, yaitu untuk
membentuk kepribadian yang peka terhadap kepentingan sosial (prososial). Karakter juga
terkadang dipandang sebagai kepribadian dan/atau lebih bersifat perilaku.Banyak ilmuwan
psikologi yang mengabaikan fungsi kognitif pada definisi mereka mengenai karakter, namun ada
juga yang lebih bersifat komprehensif.Bahkan ada ilmuwan yang menyatakan bahwa karakter
merupakan suatu konstruksi sosial.Menurut ahli konstruksi sosial, karakter seseorang
dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam perkembangan
moral pada manusia. Sedangkan pemahaman moral sendiri menurut Damon (1988) adalah aturan
dalam berperilaku (code of conduct).Aturan tersebut berasal dari kesepakatan atau konsesus
sosial yang bersifat universal.Moral yang bermuatan aturan universal tersebut bertujuan untuk
pengembangan ke arah kepribadian yang positif (intrapersonal) dan hubungan manusia yang
harmonis (interpersonal).Lebih lanjut, Nucci & Narvaes (2008) menyatakan bahwa moral
merupakan faktor determinan atau penentu pembentukan karakter seseorang. Oleh karena itu,
indikator manusia yang berkarakter moral adalah: 1. Personal improvement; yaitu individu yang
mempunyai kepribadian yang teguh terhadap aturan yang diinternalisasi dalam dirinya. Dengan
demikian, ia tidak mudah goyah dengan pengaruh lingkungan sosial yang dianggapnya tidak
sesuai dengan aturan yang diinternalisasi tersebut. Ciri kepribadian tersebut secara kontemporer
diistilahkan sebagai integritas. Individu yang mempunyai integritas yang tinggi terhadap nilai
dan aturan yang dia junjung tidak akanmelakukan tindakan amoral. Sebagai contoh, individu
yang menjunjung tinggi nilai agamanya tidak akan terpengaruh oleh lingkungan sosial untuk
mencontek, manipulasi dan korupsi. 2. Social skill; yaitu mempunyai kepekaan sosial yang

12
tinggi sehingga mampu mengutamakan kepentingan orang lain. Hal ini ditunjukkan dengan
hubungan sosialnya yang harmonis. Setiap nilai atau aturan universal tentunya akan
mengarahkan manusia untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain. Contohnya, individu
yang religius pasti akan berbuat baik untuk orang lain atau mengutamakan kepentingan ummat.
3. Comprehensive problem solving; yaitu sejauhmana individu dapat mengatasi konflik dilematis
antara pengaruh lingkungan sosial yang tidak sesuai dengan nilai atau aturan dengan integritas
pribadinya terhadap nilai atau aturan tersebut. Dalam arti, individu mempunyai pemahaman
terhadap tindakan orang lain (perspektif lain) yang menyimpang tetapi individu tersebut tetap
mendasarkan keputusan/sikap/ tindakannya kepada nilai atau aturan yang telah diinternalisasikan
dalam dirinya. Sebagai contoh, seorang murid yang tidak mau mengikuti teman-temannya
mencontek saat tidak diawasi oleh guru karena ia tetap menjunjung tinggi nilai atau aturan yang
berlaku (kejujuran). Meskipun sebenarnya ia mampu memahami penyebab perilaku teman-
temannya yang mencontek. Keluwesan dalam berfikir dan memahami inilah dibutuhkan untuk
menilai suatu perbuatan tersebut benar atau salah.

4.1. Urgensi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan diperguruan tinggi


Setiap warga negara dituntut untuk dapat hidup berguna bagi negara dan bangsanya. Pendidikan
kewargtanegaraan bukanlah hal yang baru, namun proses globalisasi telah mendorong pemikiran
baru tentang pendidikan kewarganegaraan di beberapa negara. Tujuan pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta
perilaku yang cinta tanah air, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri warga
negara Republik Indonesia. Selain itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia
yang berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin,
beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Hal
yang diharapkan akan timbul dari pendidikan kewarganegaraan adalah sikap dan mental yang
cerdas dan penuh rasa tanggung jawab. Sikap ini ditsertai dengan : 1. Beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menghayati nilai–nilai falsafah bangsa 2. Berbudi pekerti
luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 3. Rasional, dinamis, dan
sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. 4. Bersifat profesional yang dijiwai oleh
kesadaran bela negara. 5. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni untuk
kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara. Melalui Pendidikan Kewarganegaraan, warga
negara Republik Indonesia diharapkan mampu “memahami, menganalisa, dan menjawab
masalah–masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secara konsisten dan
berkesinambungan dengan cita–cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalam
Pembukaan UUD 1945 “. Dalam perjuangan non fisik, harus tetap memegang teguh nilai–nilai
ini disemua aspek kehidupan, khususnya untuk memerangi keterbelakangan, kemiskinan,
kesenjangan sosial, korupsi, kolusi, dan nepotisme; menguasai IPTEK, meningkatkan kualitas
sumber daya manusia agar memiliki daya saing; memelihara serta menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa; dan berpikir obyektif rasional serta mandiri. Pentingnya Mata Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan Bagi Mahasiswa. Setiap kali kita mendengar kata

13
kewarganegaraan, secara tidak langsung otak merespon dan mengaitkan kewarganegaraan
dengan pelajaran kewarganegaraan pada saat sekolah, dan mata kuliah kewarganegaraan pada
saat kita kuliah. Bisa jadi kata kewarganegaraan di dalam memori otak tersimpan kuat karena
setiap tahun dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas ada pelajaran kewarganegaraan
yang harus dipelajari, dan ternyata saat kuliah juga ada. Dan di dalam bangku perkuliahan kita
akan mempelajari lebih dalam seberapa pentingnya pendidikan kewarganegaraan bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pendidikan Kewarganegaraan menjadi mata pelajaran setelah terpecah
dari PPKn ataupun Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pada awalnya di gabung
menjadi satu, karena isi dari Pendidikan Kewarganegaraan sendiri besumber dari Pancasila itu
sendiri. Selanjutnya di pecah menjadi mata pelajaran sendiri karena Pendidikan
Kewarganegaraan dianggap penting untuk di ajarkan kepada siswa dan dalam Pendidikan
Kewarganegaraan diajarkan materi kewarganegaraan yang lebih luas dan tidak hanya bersumber
langsung dari Pancasila. Mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan bagi sebagian mahasiswa
tidak ubahnya mempelajari Pancasila tahap dua, atau bahkan tidak jauh berbeda dengan
Pendidikan Moral Pancasila dan Sejarah Bangsa. Beberapa materinya memang berkaitan ataupun
sama. Itulah mengapa Pendidikan kewarganegaraan selalu “dianak tirikan” dalam percaturan
dunia pendidikan. Menurut orang kebanyakan, lebih penting belajar matematika daripada PKn.
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar bela negara
berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri dan moral
bangsa dalam perikehidupan bangsa. Mahasiswa adalah bibit unggul bangsa yang di mana pada
masanya nanti bibit ini akan melahirkan pemimpin dunia. Karena itulah diperlukan pendidikan
moral dan akademis yang akan menunjang sosok pribadi mahasiswa. Kepribadian mahasiswa
akan tumbuh seiring dengan waktu dan mengalami proses pembenahan, pembekalan, penentuan,
dan akhirnya pemutusan prinsip diri. Negara, masyarakat masa datang, diperlukan ilmu yang
cukup untuk dapat mendukung kokohnya pendirian suatu Negara. Negara yang akan melangkah
maju membutuhkan daya dukung besar dari masyarakat, membutuhkan tenaga kerja yang lebih
berkualitas, dengan semangat loyalitas yang tinggi. Negara didorong untuk menggugah
masyarakat agar dapat tercipta rasa persatuan dan kesatuan serta rasa turut memiliki. Masyarakat
harus disadarkan untuk segera mengabdikan

4.2. Pancasila Menjadi Sistem Etika


Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way of life bangsa Indonesia, juga
merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntunan atau panduan kepada
setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku. Pancasila sebagai sistem
etika, dimaksudkan untuk mengembangkan dimensi moralitas dalam diri setiap individu
sehingga memiliki kemampuan menampilkan sikap spiritualitas dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Mahasiswa sebagai peserta didik termasuk anggota masyarakat
ilmiah-akademik yang memerlukan sistem etika yang orisinal dan komprehensif agar dapat
mewarnai setiap keputusan yang diambilnya dalam profesi ilmiah. Sebab keputusan ilmiah yang
diambil tanpa pertimbangan moralitas, dapat menjadi bumerang bagi dunia ilmiah itu sendiri

14
sehingga menjadikan dunia ilmiah itu hampa nilai (value –free). Kita sebagai mahasiswa
berkedudukan sebagai mahluk individu dan sosial sehingga setiap keputusan yang diambil tidak
hanya terkait dengan diri sendiri, tetapi juga berimplikasi dalam kehidupan sosial dan
lingkungan. Pancasila sebagai sistem etika merupakan moral guidance yang dapat
diaktualisasikan ke dalam tindakan konkrit, yang melibatkan berbagai aspek kehidupan. Oleh
karena itu, sila-sila pancasila perlu diaktualisasikan lebih lanjut ke dalam putusan tindakan
sehingga mampu mencerminkan pribadi yang saleh, utuh, dan berwawasan moral-akademis.
Dengan demikian, mahasiswa dapat mengembangkan karakter yang pancasilais melalui berbagai
sikap yang positif, seperti jujur, disiplin, tanggung jawab, mandiri, dan lainnya. Mahasiswa
sebagai insan akademis yang bermoral pancasila juga harus terlibat dan berkontribusi langsung
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai perwujudan sikap tanggung jawab warga
negara. Tanggung jawab yang penting berupa sikap menjunjung tinggi moralitas dan
menghormati hukum yang berlaku di Indonesia. Untuk itu, diperlukan penguasaan pengetahuan
tentang pengertian etika, aliran etika, dan pemahaman Pancasila sebagai sistem etika sehingga
mahasiswa memiliki keterampilan menganalisis persoalanpersoalan korupsi dan dekadensi moral
dalam kehidupan bangsa Indonesia. Alasan nya Anda perlu mengetahui bahwa pancasila sebagai
sistem etika tidaklah muncul begitu saja. Pancasila sebagai sistem etika diperlukan dalam
kehidupan politik untuk mengatur sistem penyelenggaraan negara. Anda dapatbayangkan apabila
dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara tidak ada sistem etika yang menjadi guidanceatau
tuntunan bagi para penyelenggara negara, niscaya negara akan hancur. Beberapa alasan mengapa
pancasila sebagai sistem etika itu diperlukan dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara di
Indonesia,meliputi hal-hal sebagai berikut. Pertama,korupsi akan bersimaharajalelakarena para
penyelenggara negara tidak memiliki rambu-rambu normatif dalam menjalankan tugasnya.Para
penyelenggara negara tidak dapatmembedakan batasanyang boleh dantidak, pantas dantidak,
baik dan buruk (good and bad). Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan pemahaman atas
kriteria baik (good)dan buruk (bad). Archie Bahmdalam Axiology of Science, menjelaskan
bahwa baik dan buruk merupakan dua hal yang terpisah. Namun,baik dan burukitu eksis dalam
kehidupan manusia, maksudnya godaan untuk melakukan perbuatan buruk selalu muncul. Ketika
seseorang menjadi pejabat dan mempunyai peluang untuk melakukan tindakan buruk (korupsi),
maka hal tersebut dapat terjadi pada siapa saja. Oleh karena itu,simpulan Archie Bahm,
”Maksimalkan kebaikan, minimalkan keburukan” (Bahm, 1998: 58). Kedua,dekadensi moral
yang melanda kehidupan masyarakat, terutama generasi mudasehingga membahayakan
kelangsungan hidup bernegara. Generasi muda yang tidak mendapat pendidikan karakter yang
memadai dihadapkan pada pluralitas nilai yang melanda Indonesia sebagai akibat
globalisasisehingga mereka kehilangan arah. Dekadensi moral itu terjadi ketika pengaruh
globalisasi tidak sejalan dengan nilai-nilai pancasila, tetapi justru nilainilai dari luar berlaku
dominan. Contoh-contoh dekadensi moral,antara lainpenyalahgunaan narkoba, kebebasan tanpa
batas, rendahnya rasa hormat kepada orang tua, menipisnya rasa kejujuran, tawuran di kalangan
para pelajar. Kesemuanya itu menunjukkan lemahnya tatanan nilai moral dalam kehidupan

15
bangsa Indonesia. Oleh karena itu,pancasila sebagai sistemetika diperlukan kehadirannya sejak
dini, terutama dalam bentuk pendidikan karakter di sekolahsekolah.

16
BAB III

KESIMPULAN
Salah satu urgensi dalam mempelajari pancasila adalah sebagai kepribadian bangsa yang berarti
pancasila merupakan pencerminan dari jati diri bangsa Indonesia yang mana hal itu adalah
pembanding antara bangsa kita dengan bangsa lain. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus
menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara. Pengamalannya pun harus dimulai dari setiap warga negara Indonesia sampai
penyelenggara pemerintahan, sehingga semua komponen dalam suatu negara mampu
melestarikan nilai-nilai pancasila, agar bangsa kita tidak mudah terpengaruh oleh budaya-budaya
asing yang masuk dan tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Untuk mewujudkan
semua itu dibutuhkan Pendidikan karakter kepada seluruh masyarakat Indonesia agar
mempunyai karakter; kemampuan sosial (social skill), pengembangan kepribadian (personal
improvement) dan pemecahan masalah secara komprehensif (comprehensive problem solving).

3.2 Saran
Pengamalan nilai-nilai pancasila hendaknya diterapkan secara utuh oleh masyarakat Indonesia
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama dikalangan mahasiswa karena mahasiswa
agent of change dalam kehidupan bermasyarakat yang mampu membawa perubahan kearah yang
lebih baik. Dengan kehidupan bermasyarakat yang mampu membawa perubahan kearah yang
lebih baik. Dengan penerapan nilai-nilai pancasila dapat meminimalisir konflik perbedaan dan
menyatukan bangsa dalam kesatuan yang utuh sehingga menggambarkan identitas suatu bangsa

17
DAFTAR PUSTAKA

http://www.polsri.ac.id/belmawa/Buku_Pedoman_Mata_Kuliah_Wajib_2016/8

http://muhammadryas.blogspot.com/2017/03/konsep-dan-urgensi-pancasila-
sebagai.html

https://www.coursehero.com/file/25920707/Menelusuri-Konsep-dan-Urgensi-
Pendidikan-Pancasiladocx/

https://text-id.123dok.com/document/6zkkm9x1z-menelusuri-konsep-dan-urgensi-
pendidikan-pancasila.html

18

Anda mungkin juga menyukai