Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

“PENDERITAAN DAN PENYEBABNYA”

OLEH KELOMPOK X

1. Nur Hadawiah Afrita (F1C1180005)


2. Ellyn Dasrinal (F1C118020)

Dosen Pengampu : Prof. H. Yundi Fitrah, Drs., M.Hum., Ph.D

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia yang hidup di dunia pasti pernah


merasakan penderitaan. Baik itu ringan atau berat. Hidup
tidaklah selalu bahagia tuhan memiliki caranya sendiri untuk
mengukursebarapa kuat iman kepadanya. Hidup di duniapun
tidak selalu menderita, sedih, ataupun susah.Terkadang saat
manusia terlalu terbuai dengan kesenangan duniawi manusia
akan melupakan batasan-batasan yang ada sehingga tuhan akan
memberikan cobaan untuknya yang membuatnya menderita
Penderitaan selalu datang tak terduga, manusia takkan
pernah tau kapan , jam berapa, menit keberapa, dan detik
keberapa penderitaan akan datang menghampiri hidupnya.
Manusia hanya perlu menjalani hidupnya dengan sebaik baiknya
dengan aturan yang berlaku dan sesuai kepercayaan yang ia anut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari penderitaan?


2. Apa hubungan manusia dengan penderitaan?
3. Bagaimana cara manusia menghadapi penderitaan?
4. Apa saja sebab terjadi penderitaan?
5. Apa pengaruh dari penderitaan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian penderitaan
2. Untuk mnegetahui hubungan manusia dengan penderitaan
3. Untuk mengetahui bagaimana cara manusia
menghadapi penderitaan
4. Untuk mengetahui apa saja sebab terjadi penderitaan
5. Untuk mengetahui pengaruh dari penderitaan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penderitaan

Penderitaan adalah menanggung atau menjalani sesuatu


yang sangat tidak menyenangkan yang dapat dirasakan oleh
manusia. Setiap manusia pasti pernah mengalami penderitaan
baik secara fisik maupun batin. Penderitaan juga termasuk
realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan manusia
bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang ringan.
Namun, peranan individu juga menentukan berat tidaknya suatu
intensitas penderitaan.
Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang
belum tentu merupakan suatu penderitaan bagi orang lain. Dapat
pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi
seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai
kenikmatan dan kebahagiaan.
Memang harus diakui, di antara kita dan dalam masyarakat
masih terdapat banyak orang yang sungguh-sungguh
berkehendak baik, yaitu manusia yang merasa prihatin atas
aneka tindakan kejam yang ditujukan kepada sesama manusia
yang tidak saja prihatin, melainkan berperan serta mengurangi
penderitaan sesamanya, bahkan juga berusaha untuk mencegah
penderitaan atau paling tidak menguranginya, serta manusia yang
berusaha keras tanpa pamrih untuk melindungi, memelihara dan
mengembangkan lingkungan alam ciptaan secara berkelanjutan.
Ada keinginan alamiah manusia untuk menghindari penderitaan.
Tetapi justru penderitaan itu merupakan bagian yang terkandung
dalam kemanusiaannya.

2.2 Hubungan Manusia dan Penderitaan

Allah adalah pencipta segala sesuatu yang ada di alam


semesta ini. Dialah yang maha kuasa atas segala yang ada isi
jagad raya ini. Beliau menciptakan mahluk yang bernyawa dan
tak bernyawa. Allah tetap kekal dan tak pernah terikat dengan
penderitaan.
Mahluk bernyawa memiliki sifat ingin tepenuhi segala hasrat
dan keinginannya. Perlu di pahami mahluk hidup selalu
membutuhkan pembaharuan dalam diri, seperti memerlukan
bahan pangan untuk kelangsungan hidup, membutuh air dan
udara. Dan membutuhkan penyegaran rohani berupa ketenangan.
Apa bila tidak terpenuhi manusia akan mengalami penderitaan.
Dan bila sengaja tidak di penuhi manusia telah melakukang
penganiayaan. Namun bila hasrat menjadi patokan untuk selalu
di penuhi akan membawa pada kesesatan yang berujung pada
penderitaan kekal di akhirat.
Manusia sebagai mahluk yang berakal dan berfikir, tidak
hanya menggunakan insting namun juga pemikirannya dan
perasaanya. Tidak hanya naluri namun juga nurani.
Manusia diciptakan sebagai mahluk yang paling mulia
namun manusia tidak dapat berdiri sendiri secara mutlah.
Manusia perlu menjaga dirinya dan selalu mengharapkan
perlindungan kepada penciptanya. Manusia kadang kala
mengalami kesusahan dalam penghidupanya, dan terkadang sakit
jasmaninya akibat tidak dapat memenuhi penghidupanya.
Manusia memerlukan rasa aman agar dirinya terhidar dari
penyiksaan. Karena bila tidak dapat memenuhi rasa aman
manusia akan mengalami rasa sakit. Manusia selau berusaha
memahami kehendak Allah, karena bila hanya memenuhi
kehendak untuk mencapai hasrat, walau tidak menderita didunia,
namun sikap memenuhi kehendak hanya akan membawa pada
pintu-pintu kesesatan dan membawa pada penyiksaan didalam
neraka.
Manusia didunia melakukan kenikmatan berlebihan akan
membawa pada penderitaan dan rasa sakit. Muncul penyakit
jasmani juga terkadang muncul dari penyakit rohani. Manusia
mendapat penyiksaan di dunia agar kembali pada jalan Allah dan
menyadari kesalahanya. Namun bila manusia tidak menyadari
malah semakin menjauhkan diri maka akan membawa pada
pederitaan di akhirat.
Banyak yang salah kaprah dalam menyikapi penderitaan.
Ada yang menganhap sebagai menikmati rasa sakit sehingga tidak
beranjak dari kesesatan. Sangat terlihat penderitaan memiliki
kaitan dengan kehidupan manusia berupa siksaan, kemudian
rasa sakit, yang terkadang membuat manusia mengalami
kekalutan mental. Apa bila manusia tidak mampu melewati proses
tersebut dengan ketabahan, di akherat kelak dapat menggiring
manusia pada penyiksaan yang pedih di dalam neraka.

2.3 Cara Manusia Menghadapi Penderitaan

Bagaimana manusia menghadapi penderitaan dalam


hidupnya ? penderitaan fisik yang dialami manusia tentulah
diatasi dengan cara medis untuk mengurangi atau
menyembuhkannya, sedangkan penderitaan psikis
penyembuhannya terletak pada kemampuan si penderita dalam
menyelesaikan soal-soal psikis yang dihadapinya.
2.3.1 Siksaan
Penderitaan biasanya di sebabkan oleh siksaan. Baik fisik
ataupun jiwanya.Siksaan atau penyiksaan (Bahasa Inggris:
torture) digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit
untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Segala tindakan
yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun
psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang
dengan tujuan intimidasi, balas dendam, hukuman, pemaksaan
informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk
propaganda atau tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan.
Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk
mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai
metode pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalikan
kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi suatu pemerintah.
Arti siksaan, siksaan berupa jasmani dan rohani bersifat psikis,
kebimbangan, kesepian, ketakutan.
Siksaan Yang Sifatnya Psikis :

a. Kebimbangan
Memiliki arti tidak dapat menetukan pilihan mana yang akan
dipilih.
b. Kesepian
Merupakan rasa sepi yang dia alami pada dirinya sendiri /
jiwanya walaupun ia dalam lingkungan orang ramai.
c. Ketakutan
Adalah sebuah sesuatu yang tidak dinginkan yang dapat
menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin. Bila rasa takut
itu dibesar – besarkan tidak pada tempatnya, maka disebut
sebagai phobia.
penyebab seseorang merasakan ketakutan, antara lain:
1. Claustrophobia dan agrophobia adalah rasa takut terhadap
ruangan tertutup.
2. Gamang adalah rasa takut akan tempat yang tinggi.
3. Kegelapan adalah rasa takut bila seseorang berada di tempat
gelap.
4. Kesakitan merupakan ketakutan yang disebabkan oleh rasa sakit
yang akan dialami.
5. Kegagalan ketakutan dari seseotang disebabkan karena merasa
bahwa apa yang akan dijalankan mengalami kegagalan.
Para ahli ilmu jiwa cenderung berpendapat bahwa phobia adalah
suatu gejala dari suatu problema psikologis yang dalam, yang
harus ditemukan, dihadapi, dan ditaklukan sebelum phobianya
akan hilang. Sebaliknya ahli-ahli yang merawat tingkah laku
percaya bahwa suatu phobia adalah problem nya dan tidak perlu
menemukan sebab-sebabnya supaya mendapatkan perawatan
dan pengobatan. Kebanyakan ahli setuju bahwa tekanan dan
ketegangan disebabkan oleh karena si penderita hidup dalam
keadaan ketakutan terus menerus, membuat keadaan si penderita
sepuluh kali lebih parah.

2.3.2 Kekalutan Mental


Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai
kekalutan mental. Secara lebih sederhana kekalutan mental
adalah gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang
menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang
bersangkutan bertingkah laku secara kurang wajar.
Gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan
mental adalah :
1. Nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak
napas, demam, nyeri pada lambung
2. Nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah
hati, apatis, cemburu, mudah marah
3. Selalu iri hati dan curiga, ada kalanya dihinggapi khayalan,
dikejar-kejar sehingga dia menjadi sangat agresif, berusaha
melakukan pengrusakan atau melakukan detruksi diri dan bunuh
diri.
4. Komunikasi sosial putus dan ada yang disorientasi social
5. Kepribadian yang lemah atau kurang percaya diri sehingga
menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri, ( orang-
orang melankolis)
6. Terjadinya konflik sosial – budaya akibat dari adanya norma yang
berbeda antara dirinya dengan lingkungan masyarakat.

Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah :


1. Gangguan kejiwaan nampak pada gejala-gejala kehidupan si
penderita baik jasmani maupun rohani.
2. Usaha mempertahankan diri dengan cara negatif
3. Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang
bersangkutan mengalami gangguan.
4. Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan
meningkatnya jumlah penderita penyakit jiwa, terutama gangguan
kecemasan.
5. Dipicu oleh faktor psychoeducational. Faktor ini terjadi karena
adanya kesalahan dalam proses pendidikan anak sejak kecil,
mekanisme diri dalam memecahkan masalah. Konflik-konflik di
masa kecil yang tidak terselesaikan, perkembangan yang
terhambat serta tiap fase perkembangan yang tidak mampu
dicapai secara optimal dapat memicu gangguan jiwa yang lebih
parah.
6. Faktor sosial atau lingkungan juga dapat berperan bagi timbulnya
gangguan jiwa, misalnya budaya, kepadatan populasi hingga
peperangan. Jika lingkungan sosial baik, sehat tidak mendukung
untuk mengalami gangguan jiwa maka seorang anak tidak akan
terkena gangguan jiwa. Demikian pula sebaliknya. Gangguan jiwa
tidak dapat menular, tetapi mempunyai kemungkinan dapat
menurun dari orang tuanya. Namun hal ini tidak berlaku secara
absolut.
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental :
1. Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang
kurang sempurna.
2. Terjadinya konflik sosial budaya.
3. Cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi
yang berlebihan terhadap kehidupan sosial.

Proses kekalutan mental yang dialami seseorang


mendorongnya kearah positif dan negatif.
1. Positif; trauma jiwa yang dialami dijawab dengan baik sebgai
usaha agar tetap survey dalam hidup, misalnya melakukan sholat
tahajut, ataupun melakukan kegiatan yang positif setelah
kejatuhan dalam hidupnya.
2. Negatif; trauma yang dialami diperlarutkan sehingga yang
bersangkutan mengalami frustasi, yaitu tekanan batin akibat
tidak tercapai nya apa yang diinginkan.

Bentuk frustrasi antara lain :


1. Agresi berupa kemarahan yang meluap-luap akibat emosi yang
tak terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadi hipertensi
atau tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya.
2. Regresi adalah kembali pada pola perilaku yang primitif atau ke
kanak-kanakan
3. Fiksasi; adalah peletakan pembatasan pada satu pola yang sama
(tetap) misalnya dengan membisu.
4. Proyeksi; merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan
kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negatif kepada orang
lain.
5. Identifikasi; adalah menyamakan diri dengan seseorang yang
sukses dalam imaginasinya
6. Narsisme; adalah self love yang berlebihan sehingga yang
bersangkutan merasa dirinya lebih superior dari pada orang lain.
7. Autisme; ialah menutup diri secara total dari dunia riil, tidak mau
berkomunikasi dengan orang lain, ia puas dengan fantasi nya
sendiri yang dapat menjurus ke sifat yang sinting.

Penderitaan kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan


seperti :
1. Kota – kota besar
2. Anak-anak muda usia
3. Wanita
4. Orang yang tidak beragama
5. Orang yang terlalu mengejar materi

2.4 Sebab-Sebab Terjadi Penderitaan


Apabila kita kelompokkan secara sederhana berdasarkan
sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia
dapat diperinci sebagai berikut :
1. Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
Penderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan buruk
manusia dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan
hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Penderitaan ini
kadang disebut nasib buruk. Nasib buruk ini dapat diperbaiki
manusia supaya menjadi baik. Dengan kata lain, manusialah yang
dapat memperbaiki nasibnya. Allah SWT berfirman, aku tidak
akan pernah merubah nasib hambaku melainkan hambaku
sendirilah yang merubahnya. Sudah jelas Tuhan tidak akan
mengubah nasib hambanya, karena atas usaha hambanya
sendirilah yang bisa mengubah nasibnya itu. Adapu perbedaan
antara nasib buruk dan takdir, kalau takdir Tuhan yang menjadi
penentunya sedangkan nasib buruk itu manusialah penyebabnya.
Karena perbuatan buruk antara sesama manusia menyebabkan
menderitanya manusia yang lain, contohnya:
a. Pembantu rumah tangga yang diperkosa, disekap, dan disiksa oleh
majikannya, sudah pantas jika majikannya yang biadab itu
diganjar dengan hukuman penjara oleh pengadilan negeri
Surabaya supaya perbuatannya itu dapat diperbaiki sekaligus
merasakan penderitaan yang telah diberikan kepada orang lain.
Sedangkan pembantu yang telah menderita itu dipulihkan.
b. Perbuatan buruk orang tua Arie Hanggara yang menganiaya anak
kandungnya sendiri sampai mengakibatkan kematian, sudah
pantas jika dijatuhkan hukuman oleh pengadilan Negeri Jakarta
Pusat supaya perbuatannya itu dapat diperbaiki dan sekaligus
merasakan penderitaan anaknya.
c. Perbuatan buruk para pejabat pada zaman orde lama dituliskan
oleh seniman Rendra dalam puisinya “bersatulah pelacur-pelacur
kota Jakarta,” perbuatan buruk yang merendahkan derajat kaum
wanita tidak lebih dari pemuas nafsu seksual. Karya Rendra ini
dipandang sebagai salah satu usaha memperbaiki nasib buruk itu
dengan mengkomunikasikannya kepada masyarakat termasuk
pelacur ibu kota itu.
2. Penderitaan timbul karena penyakit, siksaan / azab Tuhan.
Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau
siksaan / azab Tuhan. Namun kesabaran , tawakal, dan
optimisme dapat merupakan usaha manusia untuk mengatasi
penderitaan itu. Banyak contoh kasus penderitaan semacam ini
dialami manusia. Beberapa kasus penderitaan dapat diungkapkan
bentuk ini:
a. Seorang anak lelaki buta sejak dilahirkan, diasuh dengan tabah
oleh orang tuanya. Ia disekolahkan, kecerdasan luar biasa.
Walaupun ia tidak dapat melihat dengan mata hatinya terang
benderang. Karena kecerdasannya, ia memperoleh pendidikan
sampai di Universitas., dan akhirnya memperoleh gelar Doktor di
Universitas Di Sorbone Perancis. Dia adalah Prof. Dr. Thaha
Husen, Guru besar Universitas di Kairo Mesir.
b. Nabi Ayub mengalami siksaan Tuhan, tetapi dengan sabar ia
menerima cobaan ini. Bertahun-tahun ia menderita penyakit
kulit, sehingga istrinya bosan memeliharanya, dan ia dikucilkan.
Berkat kesabaran dan pasrah kepada Tuhan, sembuhlah Ia dan
tampak lebih muda, sehingga istrinya tidak mengenalinya lagi. Di
sini kita dihadapkan kepada masalah sikap hidup kesetiaan,
kesabaran, tawakal, percaya, pasrah, tetapi juga sikap hidup yang
lemah, seperti kesetiaan dan kesabarn sang istri yang luntur,
karena penyakit Nabi Ayub yang lama.
b. Tenggelamnya Fir’aun di laut merah seperti disebutkan dalam Al-
Qur’an adalah azab yang dijatuhkan Tuhan kepada orang yang
ampuh dan sombong. Fir’aun adalah raja mesir yang mengaku
dirinya Tuhan. Ketika Fir’aun bersama bala tentaranya mengejar
Nabi Musa dan –para pengikutnya menyeberangi laut merah, laut
itu terbelah dan Nabi Musa serta para pengikutnya berhasil
melewatinya. Ketika Fir’aun dan tentaranya berada tepat ditengah
belahan laut merah itu, seketika juga laut merah itu tertutup dan
mereka semua tenggelam.

2.5 Pengaruh Penderitaan

Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh


pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang
timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negatif. Sikap
negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa,
putus asa, ingin bunuh diri. Sikap ini diungkapkan dalam
peribahasa “sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak
berguna”, “nasi sudah menjadi bubur”. Kelanjutan dan sikap
negatif ini dapat timbul sikap anti, misalnya anti kawin atau tidak
mau kawin, tidak punya gairah hidup.
Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup,
bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan
perjuangan membebaskan diri dan penderitaan, dan penderitaan
itu adalah hanya bagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya
kreatif, tidak mudah menyerah, bahkan mungkin timbul sikap
keras atau sikap anti, misalnya anti kawin paksa, ia berjuang
menentang kawin paksa; anti ibu tiri; anti kekerasan, ia berjuang
menentang kekerasan, dan lain-lain.
Apabila sikap negatif dan sikap positif ini dikomunikasikan
oleh para seniman kepada pembaca, penonton, maka para
pembaca, para penonton akan memberikan penilaiannya.
Penilaian itu dapat berupa kemauan untuk mengadakan
perubahan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat dengan
tujuan perbaikan keadaan. Keadaan yang sudah tidak sesuai
ditinggalkan dan diganti dengan keadaan yang lebih sesuai.
Keadaan yang berupa hambatan yang harus disingkirkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada hakekatnya penderitaan dan manusia itu
berdampingan bahkan penderitaan itu selalu ada pada setiap
manusia karena penderitaan merupakain rangkaian dari
kehidupan. Setiap orang pasti pernah mengalami penderitaan.
Penderitaan itu dapat teratasi tergantung bagaiaman seseorang
menyikapi penderitaan tersebut. Banyak hikmah dan pelajaran
yang dapat diambil dari penderitaan. Tidak semua penderitaan
yang dialami oleh seseorang membawa pengaruh buruk bagi orang
yang mengalaminya. Melainkan dengan penderitaan kita dapat
mengetahui kesalahan apa yang telah kita perbuat atau sebagai
media untuk menginstropeksi diri. Karena penderitaan tidak akan
muncul jika tidak ada penyebabnya. Agar manusia tidak
mengalami penderitaan yang berat untuk itu manusia harus bisa
menjaga sikap dan perilaku baik kepada sesama manusia, alam
sekitar, maupun kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan
kita menjaga sikap dan perilaku antar sesama manusia, alam
sekitar, dan Tuhan Yang Maha Esa, kita akan hidup dengan
nyaman dan tentram tidak ada gangguan dari siapapun. Selain itu
kita harus yakin dan percaya bahwa Tuhan tidak akan
memberikan cobaan diluar batas kemampuan umatnya.

3.2 Saran
Untuk lebih mudah menerima segala kesedihan dan
penderitaan hidup kita harus lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan berserah diri dan menerima segala sesuatu yang ada
dengan syukur selalu. Karena dalam masalah yang ada pasti ada
makna yang tersembunyi didalamnya sehingga kita harus
membuatnya menjadi pengalaman hidup, karena pengalaman
hidup adalah huru yang terbaik
DAFTAR PUSTAKA

Widyo Nugroho, Achmad Muchji. 1994. Seri diktat kuliah Ilmu


Budaya Dasar. Jakarta: Universitas Gunadarma
Dalam buku Ilmu Budaya Dasar, Karya Yulia Budiwati
Dalam buku Ilmu Budaya Dasar, penerbit Gramedia
Http://ms.wikipedia.org/wiki/penderitaan
Http://egapramesti.wordpress.com/2011/04/30/Manusia-dan-
penderitaan/
Http://hasqial.blogspot.com
Http://hadiprianto.blogspot.com/2014/04/manusia-dan-
penderitaan.html
http://hasuna13.blogspot.com/2015/04/bab-pendahuluan-a.html

Anda mungkin juga menyukai