Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU

Disusun oleh :
kelompok 1
Qurrata Aini (F1C118001)
Sri Watini (F1C118009)
Wulansari (F1C118016)
Nur Rahmadani (F1C118024)
Herman Aziz (F1C118032)

PROGRAM STUDI KIMIA


TAHUN AJARAN 2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai bangsa yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa
Indonesia tidak terlepas dari dasar Negara yaitu Pancasila. Pancasila adalah dasar
filsafat negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan pada tanggal 18
Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam
Berita Republik Indonesia tahun II No.7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD
1945. Bangsa Indonesia telah menemukan jati dirinya, yang didalamya tersimpul cirri
khas, sifat, dan karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain, yang oleh para
pendiri negara kita dirumuskan dalam suatu rumusan yang sederhana namun
mendalam.
Berdasarkan fakta objektif secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak
dapat dipisahkan dengan nilai-nilai Pancasila. Atas dasar inilah maka sangat penting
bagi para generasi penerus bangsa terutama kalangan intelektual kampus untuk
mengkaji, memahami, dan mengembangkan berdasarkan pendekatan ilmiah, yang
pada gilirannya akan memiliki suatu kesadaran serta wawasan kebangsaan yang kuat
berdasarkan nilai-nilai yang dimilikinya sendiri. Intelektual kampus yaitu mahasiswa
yang selalu berupaya untuk mendapat ilmu yang nantinya dapat bermanfaat bagi
masyarakat dan bangsa Indonesia.
Tidak hanya mendapatkan ilmu, namun seorang mahasiswa juga harus
berusaha untuk dapat mengembangkan ilmu tersebut. Banyak sekali sudut pandang
atau pedoman yang dapat digunakan dalam mengembangkan ilmu, tetapi sebagai
mahasiswa dan warga negara Republik Indonesia diharapkan mampu
mengembangkan ilmu serta memahami, menganalisis, dan menjawab masalah-
masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsanya secara berkesinambungan dan
konsisten berdasarkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasarnya sehingga sesuai dengan
cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah

a. Mengapa pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu?


b. Apakah definisi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)?
c. Bagaimana penerapan nilai persatuan sebagai dasar pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)?
d. Apakah pengaruh dari nilai kerakyatan sebagai dasar pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)?
e. Apakah manfaat dari nilai keadilan sebagai dasar pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

a. Untuk mengetahui pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu.


b. Untuk mengetahui definisi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
c. Untuk mengetahui penerapan nilai persatuan sebagai dasar pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
d. Untuk mengetahui pengaruh nilai kerakyatan sebagai dasar pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
e. Untuk mengetahui manfaat nilai keadilan sebagai dasar pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

1.4 Manfaat Penulisan Makalah

a. Bagi Pembaca
Dapat mengetahui Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu sehingga dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dengan penuh rasa tanggung
jawab dan bermoral.

b. Bagi Penulis
Dapat mengetahui cara memecahkan berbagai masalah dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara dengan menerapkan dan mengembangkan ilmu
berlandaskan nilai-nilai Pancasila.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

Dalam upaya manusia mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan


martabatnya maka manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) pada hakikatnya merupakan suatu hasil
kreativitas rohani manusia.Unsur jiwa (rohani) manusia meliputi aspek akal, rasa, dan
kehendak. Akal merupakan potensi rohani manusia dalam hubungan dengan
intelektualitas, rasa dalam bidang estetis, dan kehendak dalam bidang moral (etika).
Atas dasar kreativitas akalnya manusia mengembangkan iptek dalam rangka untuk
mengolah kekayaan alam yang sediakan oleh Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu
tujuan essensial dari Iptek adalah demi kesejahteraan umat manusia, sehingga Iptek
pada hakikatnya tidak bebas nilai namun terikat oleh nilai. Dalam masalah ini
Pancasila telah memberikan dasar nilai-nilai bagi pengembangan Iptek demi
kesejahteraan hidup manusia. Pengembangan Iptek sebagai hasil budaya manusia
harus didasarkan pada moral Ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pancasila yang sila-silanya merupakan suatu kesatuan yang sistematis haruslah
menjadi sistem etika pengembangan Iptek.
Pancasila sebagai filsafat ilmu harus mengandung nilai ganda, yaitu:
1. Harus memberikan landasan teoritik (dan normatif) bagi penguasaan dan
pengembangan iptek dan menetapkan tujuannya.
2. Memiliki nilai instrinsik tujuan iptek yang senantiasa dilandasi oleh nilai mental
kepribadian dan moral manusia. Nilai-nilai kualitatif dan normatif secara kategoris
harus terkandung dalam ajaran filsafat. Kualitas dan identitas nilai mental dan
kepribadian manusia senantiasa berhubungan dengan nilai filsafat dan atau agama.
Kedudukan filsafat ilmu harus berasaskan kerokhanian dari sistem keilmuan dan
pengembangannya. Fungsi mental dan moral kepribadian manusia dalam
implemantasi iptek merupakan kriteria yang signifikan suatu keilmuan. Keilmuan
harus berorientasi praktis untu kepentingan bangsa. Selain itu, kebenaran yag dianut
epistomologis Pancasila prinsip kebenaran eksistensial dalam rangka mewujudkan
harmoni maksimal yang sesuai taraf-taraf fisiokismis, biotik, psikis, dan human
dalam rangka acuan norma ontologis transedental. Dengan pendekatan pencerdasan
kehidupan bangsa, epsitomologis Pancasila bersifat terbuka terhadap berbagai aliran
filsafat dunia (Dimyati, 2006).
2.2 Definisi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Manusia sebagai makhluk jasmani rohani sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa
sekaligus individu dan makhluk sosial, pada hakikatnya sebagai makhluk homo
sapiens makhluk yang berakal di samping berasa dan berkehendak. Sebagai makhluk
yang berakal, manusia memiliki kemampuan intelektual yang mampu menghasilkan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah unsur-unsur
yang pokok dalam kebudayaan manusia, dalam dunia ilmu pengetahuan terdapat dua
pandangan yang berbeda yaitu (1) pendapat yang menyatakan bahwa ilmu
pengetahuan itu bebas nilai, artinya tidak ada sangkut pautnya dengan moral, dengan
etika, dengan kemanusiaan, dengan ketuhanan. (2) pendapat kedua menyatakan
bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya untuk kesejahteraan umat manusia. Oleh
karena itu, ilmu pengetahuan adalah terikat nilai yaitu nilai moral, nilai kemanusiaan,
nilai religious. Bagi Pancasila ilmu pengetahuan itu berketuhanan yang Maha Esa,
berkemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan, dan beradilan.

Maka dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dilandasi moral,
etika serta nilai-nilai religious. Dengan perkataan lain ilmu pengetahuan harus
dilandasi etika ilmiah dan yang paling penting dalam etika ilmiah adalah menyangkut
hidup mati orang banyak, masa depan, hak-hak manusia dan lingkungan hidup. Hal-
hal yang perlu ditekankan adalah sebagai berikut:
1. Risiko percobaan dan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi
2. Kemungkinan penyalahgunaannya
3. Kompatibilitas dengan moral yang berlaku
4. Terganggunya sumber daya dan pemerataannya
5. Hak individu untuk memilih sesuatu sesuai dengan dirinya

2.3 Penerapan Nilai Persatuan sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK)

Sila persatuan Indonesia, mengkomplementasikan universalia dan internasionalisme


(kemanusiaan) dalam sila-sila lain. Pengembangan Iptek diarahkan demi
kesejahteraan umat manusia termasuk di dalamnya kesejahteraan bangsa Indonesia.
Pengembangan Iptek hendaknya dapat mengembangkan rasa nasionalisme.
Kebesaran bangsa serta keluhuran bangsa sebagai bagian dari umat manusia di dunia.

Sila persatuan Indonesia mengingatkan kita untuk mengembangkan IPTEK untuk


seluruh tanah air dan bangsa secara merata. Selain itu memberikan kesadaran bahwa
rasa nasionalisme bangsa Indonesia akibat adanya kemajuan IPTEK, dengan IPTEK
persatuan dan kesatuan bangsa dapat berwujud, persaudaraan dan persahabatan antar
daerah dapat terjalin. (T. Jacob, 2000;155)
Contoh persoalan atau kebijakan dari nilai persatuan sebagai dasar pengembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yaitu adanya media sosial seperti facebook
atau twitter yang dapat menyatukan masyarakat Indonesia untuk membantu warga
negara Indonesia yang membutuhkan bantuan seperti adanya Laskar Sedekah yang
menyalurkan sedekah masyarakat kepada yang berhak untuk menerima. Selain itu,
orang-orang yang sudah bersedekah dapat mengetahui bentuk kegiatan Laskar
Sedekah melalui akun media sosial yang mengunggah foto-foto penerima sedekah.
Manfaat lainnya dari penerapan nilai persatuan sebagai dasar pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yakni dapat membuat masyarakat Indonesia
lebih tanggap, contohnya jika terjadi bencana alam di suatu daerah seperti kabut asap
maka informasi-informasi lebih cepat meluas dan menyebar. Sehingga fungsi dari
nilai persatuan sebagai dasar pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) adalah memperrmudah mempersatukan masyarakat Indonesia dalam segala
urusan.

2.4 Pengaruh Nilai Kerakyatan sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK)

Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan mendasari pengembangan Iptek secara demokratis.
Artinya setiap ilmuwan haruslah memiliki kebebasan untuk mengembangkan Iptek.
Selain itu, dalam pengembangan Iptek setiap ilmuwan juga harus menghormati dan
menghargai kebebasan oang lain dan harus memiliki sikap yang terbuka untuk
dikritik, dikaji ulang maupun dibandingkan dengan penemuan teori lainnya.

Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyarawatan


perwakilan, meminta kita membuka kesempatan yang sama bagi semua warga untuk
dapat mengembangkan IPTEK dan mengenyam hasilnya sesuai kemampuan dan
keperluan masing-masing, sehingga tidak adanya monopoli IPTEK. (T. Jacob,
2000;155)

Pengaruh nilai Kerakyatan sebagai dasar pengembangan Ilmu Pengetahuan dan


Teknologi (Iptek) adalah meningkatkan kreatifitas masyarakat Indonesia untuk
menghasilkan suatu karya cipta dalam bidang apapun untuk kesejahteraan warga
negara Indonesia. Seorang penemu muda Ricky Elson contohnya. Beliau dan rekan-
rekannya berhasil menciptakan mobil listrik Indonesia pertama yaitu Tuxuci
kemudian dikaji ulang hingga pada tahun 2013 telah muncul mobil bertenaga listrik
Selo. Pada saat ini Ricky Elson pemuda Indonesia berusia 33 tahun tengah
mengembangkan becak listrik dan pembangkit listrik tenaga angin di daerah sumba
yang menjadi pembangkit listrik tenaga angin terbaik di dunia.

Dengan selalu berupaya demi kebangkitan Indonesia dan nilai Kerakyatan sebagai
dasar pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek), tangan-tangan ahli
anak Indonesia menciptakan ide-ide kreatif yang menghasilkan intelektual properti.

2.5 Manfaat Nilai Keadilan sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK)

Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengkomplementasikan


pengembangan Iptek haruslah menjaga keseimbangan keadilan dalam hubungannya
dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia lain,
manusia dengan masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam
lingkungannya (T. Jacob, 1986)

Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, IPTEK didasarkan pada
keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan. (T. Jacob, 2000;156)
Contoh dari sila kelima ini adalah ditemukannya varietas bibit unggul padi Cilosari
dari teknik radiasi. Penemuan ini adalah hasil buah karya anak bangsa. Diharapkan
dalam perkembangan swasembada pangan ini nantinya akan mensejahterakan rakyat
Indonesia dan memberikan rasa keadilan setelah ditingkatkannya jumlah produksi
sehingga pada perjalanannya rakyat dari berbagai golongan dapat menikmati beras
berkualitas dengan harga yang terjangkau.

BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia yang terumuskan dari proses
akulturasi budaya nusantara yang berlangsung berabad-abad. Sebagai dasar negara,
Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia dalam berbangsa dan
bernegara. Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya adalah suatu sistem
pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari Pancasila menjadi pedoman atau dasar
bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam semesta, manusia,
masyarakat, bangsa, dan negara tentang makna hidup serta sebagai dasar bagi
manusia Indonesia untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hidup dan
kehidupan. Filsafat Pancasila merupakan landasar dalam proses berfikir dan
berpengetahuan.
Pancasila sebagai dasar negara terdiri dari lima sila yang berasal dari pemikiran hasil
akulturasi budaya nusantara. Sila-sila dalam Pancasila memliki keterkaitan atau
berhubungan dan saling melandasi. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa
merupakan landasan utama dari kempat sila lainnya. Hal ini menjadikan Pancasila
sebagai sistem yang saling terkait tak terpisahkan.
Perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia tak bisa terlepas dari dunia luar. Ilmu
pengetahuan di Indonesia pada dasarnya telah berlangsung sebelum era bangsa eropa
masuk ke nusantara hingga pada masa pasca kemerdekaan. Perkembangan iptek
adalah lewat kelembagaan pendidikan, hal ini didasarkan pada semangat
‘mencerdaskan kehidupan bangsa’ yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Para
ilmuwan dan cendikiawan harus memiliki semangat mengembangkan dan
menciptakan iptek yang ditujukan bagi kesejahteraan dan kemaslahatan umat
manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, 1996. Filsafat Pancasila. Yogyakarta; Paradigma

Kaelan, 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta; Paradigma

Arjati, Novi Kristi. 2012. http://kristiarjati.blogspot.co.id. Pancasila Sebagai


Landasan Pengembangan Iptek: diakses 19 September 2015

Arianto, Fajar. 2014. http://www.kompasiana.com. Filsafat Pancasila Dan


Perkembangan Ilmu Pengetahuan: diakses 19 September 2015
Dwi, Thalya. 2014. http://www.academia.edu. Pancasila sebagai Nilai Pengembangan
Ilmu: diakses 19 September 2015

Anda mungkin juga menyukai