Anda di halaman 1dari 21

PESAWAT ATWOOD

Abdi Manab Idris*), Farina, Miska Lapa, Risna Zulwiyati

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA


Universitas Negeri Makassar 2015

Abstrak. Telah dilakukan praktikum yang berjudul “Pesawat Atwood”. Praktikum ini bertujuan
untuk memahami konsep kinematika untuk memperlihatkan berlakunya hokum Newton dan untuk
menghitung momen kelembaman (inersia) katrol. Momen inersia merupakan kecenderungan suatu
partikel untuk mempertahankan posisinya agar tidak berotasi. Pada praktikum ini dilakukan dua
kegiatan, yang pertama yaitu mengukur waktu yang diperlukan beban M2 dari titik C ke A, dan
yang kedua adalah mengukur waktu yang diperlukan beban M2 dari titik A ke B. pada kegiatan
pertama benda akan mengalami percepatan atau kondisi GLBB dan pada kegiatan kedua, setelah
melewati titik A beban M2 akan mengalami kecepatan yang kostan atau bergerak lurus beraturan.
Pada saat praktikum kami membutuhkan waktu yang lama dikarnakan seringkali terlepasnya
penahan tambahan beban sehingga data yang kami dapat pasca dari analisis tidak begitu baik
adanya juga beberapa variabel pengganggu seperti genggaman yang susah dikendalikan.
Kata kunci: Beban, Katrol, Momen Inersia, Waktu.

RUMUSAN MASALAH

1. Hukum apa saja yang berlaku pada system pesawat atwood ?


2. Pada titik apa hokum Newton berlaku ?
3. Berapa momen kelembaman (inersia) katrol ?

TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami konsep kinematika untuk memperlihatkan berlakunya
hukum Newton
2. Menghitung momen kelembaman (inersia) katrol.

TEORI SINGKAT
Pada bagian ini akan dipelajari dua macam gerak yaitu gerak linear dan gerak rotasi.
Penyebab terjadinya gerak dan keberadaan hukum-hukum Newton akan dikaji.

1. Hukum-hukum Newton tentang Gerak


Pada mulanya orang berpendapat bahwa sifat alamiah benda adalah diam. Supaya
benda itu bergerak maka harus terus diberi gaya luar baik berupa tarika ataupun
dorongan, namun setelah Galileo mengadakan percobaan pendapat ini berubah dan
terkenallah tentang prinsip Galileo atau lebih baku terkenal dengan sebutan Hukum
Newton Pertama. Hukum Newton I menunjukan sifat benda yaitu sifat inersia, namun
tidak terdefinisi secar kuantitatif.
Berdasarkan eksperimen serta dorongan intuitif dari Hukum Newton I, Newton telah
merumuskan Hukum II Newton, yang mendefenisikan massa secara kuantitatif, serta
memperlihatkan hubungan gaya dengan gerak benda secara kuantitatif pula. Salah satu
kesimpulan dari Hukum II Newton ini adalah jika gaya tetap benda akan mengalami
percepatan yang tetap pula, karenanya dapat diturungkan persamaan gerak dalam bentuk
yang lainnya. Lebih jauh lagi, jika diperhatikan ternyata gaya merupakan hasil interaksi
antar dua benda serta mempunyai sifat-sifat tertentu. Sifat ini pertama kali ditemukan
oleh Newton dalam Hukum III Newton sebagai Aksi-Reaksi.

2. Persamaan Gerak untuk Katrol

Bila sebuah katrol hanya dapat berputar pada porosnya yang diam, maka geraknya
dapat dianalisa sebagai berikut:

N Gerak Translasi

R F  0
-T1 – mg – T2 + N = 0 (2.1)
Gerak Rotasi

mg
  I  
T1 -T1 R + T2 R = I  (2.2)
T2 I =1/2 MkatrolR2 (2.3)

dengan a merupakan percepatan tangensial tepi katrol, percepatan ini sama dengan
percepatan tali penggantung yang dililitkan pada katrol tanpa slip. Bila suatu benda
digantungkan pada tali seperti gambar berikut, maka percepatan benda adalah :

T’2
T’1 (m  M 1)  M 2
a=  g ................. (2.4)
T2 m  M1  M 2  I / R 2
T1

M2
m
M2 g
M1

(m+M1)g

Pada Pesawat Atwood terdapat dua gerakan yaitu:


1. Gerak Lurus Beraturan
Merupakan gerak lurus yang kelajuannya konstan, artinya benda bergerak lurus
tanpa ada percepatan atau a = 0 m/s2. Secara matematis gerak lurus beraturan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
𝑠 = 𝑣. 𝑡
Keterangan: s = jarak tempuh benda
v = kelajuan
t = waktu tempuh
2. Gerak lurus Berubah Beraturan
Merupakan gerak lurus dengan kelajuan berubah beraturan, dengan percepatan a
adalah konstan.
1
𝑠 = 𝑠0 + 𝑣0 𝑡 + 𝑎𝑡 2
2
keterangan s = jarak yang ditempuh
s0= jarak awal
v0= kecepatan awal
a = percepatan
t = waktu
METODE EKSPERIMEN
Alat dan Bahan
1. Alat
a. Pesawat Atwood yang terdiri dari : R
1) Tiang berskala R yang pada ujung p
atasnya terdapat katrol p
2) Tali penggantung yang massanya
C
dapat diabaikan
3) Dua beban yang berbentuk silinder M2+m1
dengan massa sama masing – masing
M yang diikatkan pada ujung – ujung A
tali penggantung
4) Dua beban tambahan dengan masing
– masing M R
5) Genggaman G dengan pegas, B
penahan beban B, penahan beban
tambahan A yang berlubang
b. Neraca 310 gram M1
c. Sensor Waktu
d. Tali
2. Bahan G

Tidak ada
Definisi Operasional Variabel
Kegiatan I
Variabel kontrol:
1. Massa benda adalah berat beban M1 dan M2 yang diukur menggunakan Neraca
Ohauss 310 gram dengan satuan gram.
2. Massa katrol adalah berat katrol yang diukur menggunakan Neraca Ohauss 310 gram
dengan satuan gram.
3. Jari-jari katrol adalah panjang jari jari katrol yang diukur dengan mengukur diameter
katrol terlebih dahulu menggunakan tali, dan panjang tali yang meliputi katrol
tersebut diukur menggunakan mistar. Kemudian dengan rumus keliling lingkaran,
jari-jari dapat dihitung dengan satuan cm.
Variabel manipulasi:
1. Jarak tempuh adalah panjang lintasan yang dilalui oleh beban M2 dari titik C ke titik
A diukur menggunakan mistar 100 cm dengan satuan cm.
Variabel respon:
1. Waktu tempuh adalah waktu yang diperlukan oleh beban M2 untuk melintasi lintasan
dari titik C ke A, diukur menggunakan sensor waktu dengan satuan sekon.
Kegiatan II
Variabel kontrol:
1. Massa benda adalah berat beban M1 dan M2 yang diukur menggunakan Neraca
Ohauss 310 gram dengan satuan gram.
2. Massa katrol adalah berat katrol yang diukur menggunakan Neraca Ohauss 310
gram dengan satuan gram.
3. Jari-jari katrol adalah panjang jari jari katrol yang diukur dengan mengukur
diameter katrol terlebih dahulu menggunakan tali, dan panjang tali yang meliputi
katrol tersebut diukur menggunakan mistar. Kemudian dengan rumus keliling
lingkaran, jari-jari dapat dihitung dengan satuan cm.
Variabel manipulasi
1. Jarak tempuh adalah panjang lintasan yang dilalui oleh beban M2 dari titik A ke
titik B diukur menggunakan mistar 100 cm dengan satuan cm. Jarak tempuh
merupakan variabel manipulasi karena jarak tempuh dari A ke B diubah-ubah
sebanyak 10 kali.
Variabel respon
1. Waktu tempuh adalah waktu yang diperlukan oleh beban M2 untuk melintasi
lintasan dari titik A ke B, diukur menggunakan sensor waktu dengan satuan sekon.
ProsedurKerja
Menimbang semua beban M1, M2, m1 dan m2 dengan neraca 310 gram. Memasang
genggaman G, penahan beban tambahan A dan penahan beban B pada tiang berskala.
Untuk menyelidiki apakah pesawat Atwood bekerja dengan baik, melakukan percobaan
sebagai berikut: pertama-tama Menggantungkan M1 dan M2 pada ujung – ujung tali
kemudian memasangnya pada katrol. Memasang M1 pada genggaman G, dengan
menggunakan pegas, menyelidiki apakah tiang berskala sejajar dengan tali. Jika tidak,
mengaturnya sampai sejajar. Menambahkan beban tambahan m1 pada M2. Menekan G,
maka M1 akan terlepas dari genggaman G, dan bergerak ke atas, sedang M2 + m1 akan
bergerak ke bawah. Jika pesawat bekerja dengan baik maka kedua beban akan bergerak
dipercepat, dan ketika M2 + m1 melalui A, m1 akan tersangkut di A, dan kemudian sistem
akan bergerak lurus beraturan. Jika hal ini tidak terjadi betulkan letak penahan beban
tambahan A. Selanjutnya, memasang lagi beban M1 pada genggaman dan menambah
salah satu beban tambahan pada M2.
Kegiatan 1. Gerak dari C ke A
Mencatat kedudukan C dan A. Lepas M1 dan mencatat waktu yang diperlukan oleh
benda bergerak dari titik C ke A. Melakukan 3 kali pengukuran berulang dengan jarak
yang sama. Mengulangi langkah a dengan memindah-mindahkankan posisi A minimal 10
kali. Mencatat hasilnya dalam tabel hasil pengamatan.
Kegiatan2. Gerak dari A ke B
Menentukan satu posisi C dan A dan catat posisinya. Mengatur posisi B (di bawah
posisi A) pada jarak tertentu. Melepas M1 dan mencatat waktu yang diperlukan oleh
benda bergerak dari titik A ke B. Melakukan 3 kali pengukuran berulang dengan jarak
dari A ke B yang sama. Mengulangi langkah b sebanyak minimal 10 kali dengan jarak
tempuh dari A ke B yang berbeda. Setelah itu catat hasil pengamatan ke tabel hasil
pengamatan.

HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA


HasilPengamatan
Massa M1 = | 64,15 ± 0,01| gram
Massa M2 = | 64,03 ± 0,01| gram
Massa m = | 4,27± 0,01| gram
Massa katrol (M) = | 64,38 ± 0,01| gram
Diameter katrol = |1,9 ± 0,1| cm

Kegiatan 1. Gerak dari C ke A


Tabel 1. Hubungan antara jarak dan waktu tempuh untuk lintasan C ke A
No XCA (cm) tCA(detik)

1. |1,231 ± 0,001|
1 |30,00 ± 0,05| 2. |1,223 ± 0,001|
3. |1,228 ± 0,001|

1. |1,248 ± 0,001|
2 |33,00 ± 0,05| 2. |1,268 ± 0,001|
3. |1,273 ± 0,001|
1. |1,365 ± 0,001|
3 |36,00 ± 0,05| 2. |1,343 ± 0,001|
3. |1,344 ± 0,001|

1. |1,424 ± 0,001|
4 |39,00 ± 0,05| 2. |1,415 ± 0,001|
3. |1,408 ± 0,001|

1. |1,482 ± 0,001|
5 |42,00 ± 0,05| 2. |1,488 ± 0,001|
3. |1,520 ± 0,001|

1. |1,559 ± 0,001|
6 |45,00 ± 0,05| 2. |1,568 ± 0,001|
3. |1,574 ± 0,001|

1. |1,702 ± 0,001|
7 |48,00 ± 0,05| 2. |1,700 ± 0,001|
3. |1,703 ± 0,001|

Kegiatan 2. Gerak dari A ke B


XCA= | 30,00 ± 0,05|cm
Tabel 2. Hubungan antara jarak dan waktu tempuh untuk lintasan A ke B
No XAB (cm tCA(detik)

a. |1,325 ± 0,001|
1 |30,00 ± 0,05| b. |1,327 ± 0,001|
c. |1,345 ± 0,001|

a. |1,460 ± 0,001|
2 |33,00 ± 0,05| b. |1,476 ± 0,001|
c. |1,493 ± 0,001|
a. |1,689 ± 0,001|
3 |36,00 ± 0,05| b. |1,674 ± 0,001|
c. |1,681 ± 0,001|

a. |1,750 ± 0,001|
4 |39,00 ± 0,05| b. |1,771 ± 0,001|
c. |1,789 ± 0,001|

a. |1,970± 0,001|
5 |42,00 ± 0,05| b. |1,935 ± 0,001|
c. |1,944 ± 0,001|

a. |2,276 ± 0,001|
6 |45,00 ± 0,05| b. |2,207 ± 0,001|
c. |2,288 ± 0,001|

a. |2,548 ± 0,001|
7 |48,00 ± 0,05| b. |2,524 ± 0,001|
c. |2,432 ± 0,001|
ANALISIS DATA
Kegiatan 1. Gerak dari C ke A
Hasil pengukuran berulang pada waktu
1. XCA = |30,00 ± 0,05| cm
t₁+t₂+t₃ 1,231 s +1,223 s +1,228 s
t̅ = = =1,227 s
3 3
δ1 = | t – t̅ | = | 1,231 s – 1,227 s | = 0,004 s
δ2 = | t – t|̅ = | 1,223 s – 1,227 s | = 0,004 s
δ3 = | t – t|̅ = | 1,228 s – 1,227 s | = 0,001 s
Δt = δmaks = 0,004 s
Δt 0,004 s
KR = × 100% = × 100% = 0,3 % (3 AB)
̅t 1,227 s
PF = | t̅ ± Δt | satuan
t = | 1,227 ± 0,004| s
2. XCA = |33,00 ± 0,05| cm
t₁+t₂+t₃ 1,248 s +1,268 s +1,273 s
t̅ = = = 1,263 s
3 3
δ1 = | t – t̅ | = | 1,248 s – 1,263 s | = 0,015s
δ2 = | t – t̅ | = | 1,268 s – 1,263 s | = 0,005 s
δ3 = | t – t̅ | = | 1,273 s – 1,263 s | = 0,01 s
Δt = δmaks = 0,015 s
Δt 0,015 s
KR = × 100% = × 100% = 1,1 % (3 AB)
t̅ 1,263 s
PF = | t̅ ± Δt | satuan
t = | 1,263 ± 0,015 | s
3. XCA = |36,00 ± 0,05| cm
t₁+t₂+t₃ 1,365 s +1,343 s +1,344 s
t̅ = = = 1,350 s
3 3
δ1 = | t – t̅ | = | 1,365 s – 1,350 s | = 0,015 s
δ2 = | t – t̅ | = | 1,343 s – 1,350 s | = 0,007 s
δ3 = | t – t̅ | = | 1,344 s – 1,350 s | = 0,006 s
Δt = δmaks = 0,015 s
Δt 0,015 s
KR = × 100% = × 100% = 1,1 % (3 AB)
t̅ 1,350 s
PF = | t̅ ± Δt | satuan
t = | 1,350 ± 0,015 | s
4. XCA = | 39,00 ± 0,05| cm
t₁+t₂+t₃ 1,424 s +1,415 s +1,408 s
t̅ = = = 1,415 s
3 3
δ1 = | t – t̅ | = | 1,424 s – 1,415 s | = 0,009 s
δ2 = | t – t̅ | = | 1,415 s – 1,415 s | = 0 s
δ3 = | t – t̅ | = | 1,408 s – 1,415 s | = 0,007 s
Δt = δmaks = 0,009 s
Δt 0,009 s
KR = × 100% = × 100% = 0,6 % (3 AB)
t̅ 1,415 s
PF = | t̅ ± Δt | satuan
t = | 1,415 ± 0,009 | s
5. XCA = | 42,00 ± 0,05| cm
t₁+t₂+t₃ 1,482 s +1,488 s + 1,520 s
t̅ = = = 1,496 s
3 3
δ1 = | t – t̅ | = | 1,482 s – 1,496 s | = 0,014 s
δ2 = | t – t̅ | = | 1,488 s – 1,496 s | = 0,008 s
δ3 = | t – t̅ | = | 1,520 s – 1,496 s | = 0,024 s
Δt = δmaks = 0,024 s
𝛥𝑡 0,024 𝑠
KR = 𝑡̅
× 100% = 1,496 𝑠 × 100% = 1,6 % (4 AB)

PF = | t̅ ± Δt | satuan = | 1,496 ± 0,024 | s


6. XCA = | 45,00 ± 0,05| cm
t₁+t₂+t₃ 1,559 s +1,568 s +1,574 s
t̅ = = = 1,567 s
3 3
δ1 = | t – t̅ | = | 1,559 s – 1,567 s | =0,008 s
δ2 = | t – t̅ | = | 1,568 s – 1,567 s | =0,001 s
δ3 = | t – t̅ | = | 1,574 s – 1,567 s | = 0,007s
Δt = δmaks = 0,008 s
Δt 0,008 s
KR = × 100% = × 100% = 0,5 % (3 AB)
t̅ 1,567 s
PF = | t̅ ± Δt | satuan
t = | 1,567± 0,008| s
7. XCA = | 48,00 ± 0,05| cm
t₁+t₂+t₃ 1,702 s +1,700 s +1,703 s
t̅ = = = 1,701 s
3 3
δ1 = | t – t̅ | = | 1,702 s – 1,701 s | = 0,001 s
δ2 = | t – t̅ | = | 1,700 s – 1,701 s | = 0,001 s
δ3 = | t – t̅ | = | 1,703 s – 1,701 s | = 0,002 s
Δt = δmaks = 0,002 s
Δt 0,002 s
KR = × 100% = × 100% = 0,1 % (3 AB)
t̅ 1,701 s
PF = | t̅ ± Δt | satuan
t = | 1,701 ± 0,002 | s
Tabel 3. Hubungan Antara Jarak (2XCA) Dan Waktu (t2)
2XCA (cm) t2 (s2)
60,00 1,505
66,00 1,595
72,00 1,822
78,00 2,002
84,00 2,238
90,00 2,455
96,00 2,893

3.5
3 y = 7.5x - 0.8521
2.5 R² = 0.9678
2
jarak

1.5
1
0.5
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
waktu

GAMBAR 1. Grafik Hubungan antara 2XCA dengan t2CA

y = 𝑚𝑥 + 𝑐

y = 7,5x + 0,852

2XCA = 𝑚 t2CA+ 𝑐
2
𝛿(2𝑋𝐶𝐴 ) 𝛿(𝑚𝑡𝐶𝐴 +𝑐
2 = 2
𝛿𝑡𝐶𝐴 𝛿𝑡𝐶𝐴

𝑎 = 𝑚 = 7,5 𝑐𝑚⁄ 2
𝑠
𝐷𝐾 = 𝑅² =0,967

𝐾𝑅 = (1 − 𝐷𝐾)%

= (1 − 0,967)100%= 3,3 %

∆𝑎 = 𝐾𝑅 × 𝑎

= 3,3 × 7,5
= 24,75 𝑐𝑚/𝑠

𝑃𝐹 = |𝑎 ± ∆𝑎|

= |7,5 ± 24,75| 𝑐𝑚/𝑠

ketidakpastian mutlak
a = y x-1
δ𝑎 δ𝑎
δ𝑎 = | | dy + | | dx
δy δx
δyx −1 δyx −1
δ𝑎 = | | dy + | | dx
δy δx
δ𝑎 = |x −1 |dy + |yx −2 | dx
δ𝑎 x−1 yx−2
= | | dy + | | dx
𝑎 𝑎 𝑎
δ𝑎 x−1 yx−2
= | −1 | dy + | −1 | dx
𝑎 yx yx
∆y ∆x
Δ𝑎 = | | + | |
y x
∆y ∆x
∆𝑎 = | + |𝑎
y x
2𝑋
Percepatan m+M2 dengan menggunakan rumus a = 𝑡²
dengan kesalahan mutlak :
δ𝑎 δ𝑎
δ𝑎 = | | dx + | | dt
δx δt
δ2Xt −2 δ2Xt −2
δ𝑎 = | | dx + | | dt
δx δt
δ𝑎 = |2t −2 |dx + |4xt −3 | dt
δ𝑎 2t −2 4xt −3
= | | dx + | | dt
𝑎 𝑎 𝑎
δ𝑎 2t −2 4xt −3
=| | dx + | | dt
𝑎 2Xt −2 2Xt −2
∆x 2∆t
Δ𝑎 = | | + | |𝑎
x t
∆x 2∆t
∆𝑎 = | + |𝑎
x t
1. Percepatan 1
2𝑥
𝑎1 =
𝑡2
60𝑐𝑚
𝑎1 =
1,505 𝑠 2
= 39,867 𝑐𝑚⁄ 2
𝑠
∆x 2∆t
∆𝑎1 = | + |𝑎
x t̅
0,05 2(0,004)
∆𝑎1 = |60,00 + |39,867 𝑐𝑚⁄𝑠 2
1,277

∆𝑎1 = |8,3 + 0,006|39,867 𝑐𝑚⁄𝑠 2

∆𝑎1 = 8,306 𝑐𝑚⁄𝑠2


Δ𝑎 8,306
KR = × 100% = × 100% = 20,8 % (3 AB)
𝑎 39,867
PF = |𝑎 ± ∆𝑎|
= |43,853 ± 8,306| 𝑐𝑚⁄ 2
𝑠
Tabel 4. Hasil perhitungan percepatan 2 - 7

a (𝑐𝑚⁄ 2 ) ∆𝑎 (𝑐𝑚⁄ 2 ) 𝐾𝑅(%) PF (𝑐𝑚⁄ 2 )


𝑠 𝑠 𝑠
41,379 0,023 0,05 |41,379 ± 0,0237|
39,517 0,016 0,04 |39,517 ± 0,01669|
38,961 6,422 16,4 |38,961 ± 6,422|
37,533 5,973 15,9 |37,533 ± 5,973|
36,659 5,561 15,1 |36,659 ± 5,561|
33,183 5,209 15,6 |33,183 ± 5,209|

Momen inersia katrol berdasarkan manipulasi persamaan


(𝑚+𝑀)−𝑀2
a = 𝑚+𝑀 𝐼 ∙𝑔
1 +𝑀2 + ⁄𝑅 2

𝑔
I = {[(𝑚 + 𝑀1 ) − M2 ] − [(𝑚 + 𝑀1 ) + 𝑀2 ]} 𝑅 2
𝑎
980 𝑐𝑚⁄ 2
𝑠
I = {[(4,27 𝑔 + 64,15 𝑔) − 64,03 𝑔] − [(4,27 𝑔 + 64,15 𝑔) + 64,0.3 𝑔]}
43,8 𝑐𝑚⁄ 2
𝑠
(1,9cm)2
980 𝑐𝑚⁄ 2
I = {[(68,42 𝑔) − 64,03 𝑔] 43,8 𝑐𝑚 𝑠 − [(68,42𝑔) + 64,03 𝑔]} (1,9 cm)2
⁄𝑠2
I = (22,27 𝑔 − 4,39 𝑔)3,61 cm2
I = 64,5468 gr cm2\
Rambat ralat momen inersia pada katrol
δ𝐼 δ𝐼 δ𝐼 δ𝐼 δ𝐼
Δ𝐼 = | | 𝑑𝑚 + | | 𝑑𝑀1 + | | 𝑑𝑀2 + | | 𝑑𝑎 + | | 𝑅2
δ𝑚 δ𝑀1 δ𝑀2 δ𝑎 δ𝑅
𝑔 𝑔 𝑔
= |(𝑅2 ⁄𝑎 − 𝑅2 )𝑑𝑚| + |(𝑅2 ⁄𝑎 − 𝑅2 )𝑑𝑚1 | + |(𝑅2 ⁄𝑎 − 𝑅2 )𝑑𝑚2 | +|(𝑚 + 𝑀1 −
𝑔
𝑀2 )𝑎| + |2𝑅[(𝑚 + 𝑀1 𝑀2 ) ⁄𝑎 − (𝑚 + 𝑀1 + 𝑀2 )]𝑑𝑅|
𝑔
= |[𝑅2 ⁄𝑎 − 𝑅2 ](𝑑𝑚 + 𝑑𝑀1 + 𝑑𝑀2 )| + |(𝑚 + 𝑀1 − 𝑀2 )𝑔𝑎−2 𝑑𝑎| + |2𝑅[(𝑚 +
𝑔
𝑀1 − 𝑀2 ) ⁄𝑎 − (𝑚 + 𝑀1 + 𝑀2 )]𝑑𝑅|
𝑔 𝑔
= |[R2 ⁄𝑎 − 𝑅3 ]3 𝑑𝑚| + |(𝑚 + 𝑀1 − 𝑀2 )𝑔𝑎−2 𝑑𝑎| + |2𝑅[(𝑚 + 𝑀1 − 𝑀2 ) ⁄𝑎 −
(𝑚 + 𝑀1 + 𝑀2 )]𝑑𝑅|
𝑔 𝑔 𝑔
= |[𝑅2 ⁄𝑎 − 𝑅3 ]3 ∆𝑚| + |(𝑚 + 𝑀1 − 𝑀2 ) ⁄𝑎2 ∆𝑎| + |2𝑅[(𝑚 + 𝑀1 − 𝑀2 ) ⁄𝑎 −
(𝑚 + 𝑀1 + 𝑀2 )]∆𝑅|
𝑔 𝑔 𝑔
Δ𝐼 = |[𝑅2 ⁄𝑎 − 𝑅3 ]3 ∆𝑚| + |(𝑚 + 𝑀1 − 𝑀2 ) ⁄𝑎2 ∆𝑎| + |2𝑅[(𝑚 + 𝑀1 − 𝑀2 ) ⁄𝑎 −
(𝑚 + 𝑀1 + 𝑀2 )]∆𝑅|
= |[(1,9)2 980⁄43,8 -(1,9)3 ] 3(0,01)| + |(4,27+64,15-64,03) 980⁄ (8,306)| +
43,82
|2(1.9) [(4,27+64,15-64,03) 980⁄43,8] − (4,27+64,15+64,03)0,05|
= |74,05| + |18,70| + |366,61|
= 459,36 gr cm2
∆𝐼
KR = | | × 100%
𝐼
459,36
=| | × 100%
64,546
= 711,6 % (4 AB)
PF = |𝐼 ± ∆𝐼|
= |45,9 ± 64,5| × 102 gr cm2
1
Momen inersia dengan menggunakan persamaan I = 𝑚 𝑅2
2 𝑘𝑎𝑡𝑟𝑜𝑙
1
I = 2 𝑚𝑘𝑎𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑅2
1
I = 2 (60,38)(1,9)2
= 114,722 gr cm2
𝛿𝐼 𝛿𝐼
∆𝐼 = | | 𝑑𝑚 + | | 𝑑𝑅
𝛿𝑚 𝛿𝑅
1 1
𝛿 (2 𝑚𝑅 2 ) 𝛿 (2 𝑚𝑅 2 )
=| | 𝑑𝑚 + | | 𝑑𝑅
𝛿𝑚 𝛿𝑅
1 2
∆𝐼 𝑅 𝑑𝑚 𝑚𝑅𝑑𝑅
= |2 |+| |
𝐼 1 2 1 2
2 𝑚𝑅 2 𝑚𝑅
∆𝑚 2∆𝑅
∆𝐼 = | | + | |𝐼
𝑚 𝑅
0,01 2(0,05)
∆𝐼 = |60,15| + | 1,9 |114,722 gr cm2
= |0,0001| + |0,052|114,722 gr cm2
5,977 gr cm2
∆𝐼
KR = × 100%
𝐼
5,977
= × 100%
114,722
= 5,2% (3 AB)
𝐼 = |𝐼 ± ∆𝐼|
= |114,722 ± 5,977| × 102 gr cm2
Kegiatan 2. Gerak dari A ke B
Waktu
𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3
𝑡=
3
𝛿𝑚𝑎𝑥 = ∆𝑡
kecepatan grafik
KR = R2 × 100%
∆v
KR = × 100%
v
KR × v
∆v =
100%
Kecepatan pada XCA = |30,00 ± 0,05|
Vt2 = V0 + 2as
Vt = √2as
1
Vt = (2as)2
∂Vt ∂Vt
dVt = da + ds
∂a ∂s
1 1
∂(2as)2 ∂(2as)2
dVt = | | da + | | ds
∂a ∂s

1 1 1 1 1 1 1 1
∆Vt = |22 × s 2 × a2 | ∆a + |22 × a2 × s 2 × | ∆s
2 2
1 1
1 a2 1 s2
∆Vt (2s)2× 2 (2a)2 × 2
= || 1
| |
1 | ∆a + | 1
|
1 | ∆s
Vt
(2s)2 × a2 (2a)2 × s 2

∆Vt a−1 s −1
= | | ∆a + | | ∆s
Vt 2 2
∆Vt ∆a ∆s
=| + |
Vt 2a 2s
∆a ∆s
∆Vt = | + |V
2a 2s t
Kecepatan
x
VB =
t
VB = xt −1
∂VB ∂VB
dVB = | | dx + | | dt
∂x ∂t
∂xt −1 ∂xt −1
∂VB = | | dx + | | dt
∂x ∂t
∂VB = |t −1 | dx + |xt −2 | dt
∂VB t −1 xt −2
= | −1 dx + −1 dt|
VB xt xt
dx dt
∆VB = | + |V
x t B
∆x ∆t
∆VB = | + |V
x t B
1. Grafik hubungan antara XAB (sumbu y) terhadap tAB (sumbu x)
a. Waktu
1. X1 = |30,00 ± 0,05| m
𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3
𝑡=
3
1,325 + 1,327 + 1,345
𝑡= = 1,332 𝑠
3
𝛿1 = |𝑡1 − 𝑡| = |1,325 − 1,332 |𝑠 = 0,007 𝑠
𝛿2 = |𝑡2 − 𝑡| = |1,327 − 1,332 |𝑠 = 0,005 𝑠
𝛿3 = |𝑡3 − 𝑡| = |1,345 − 1,332 |𝑠 = 0,013 𝑠
∆𝑡 = 0,013 s
∆t 0,013
KR = t
× 100% = KR = 1,332
× 100% = 0,97% (3 AB)

𝑡 = |1,33 ± 0,01|𝑠
2. X2 = |33,00 ± 0,05| cm
𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3
𝑡=
3
1,460 + 1,476 + 1,493
𝑡= = 1,476 𝑠
3
𝛿1 = |𝑡1 − 𝑡| = |1,460 − 1,476 |𝑠 = 0,016 𝑠
𝛿2 = |𝑡2 − 𝑡| = |1,476 − 1,476|𝑠 = 0 𝑠
𝛿3 = |𝑡3 − 𝑡| = |1,493 − 1,476|𝑠 = 0,017 𝑠
∆𝑡 = 0,017 𝑠
∆t 0,017
KR = × 100% = KR = × 100% = 1,1 % (3 AB)
t 1,476

𝑡 = |1,47 ± 0,01|𝑠
3. X3 = |36,00 ± 0,05| m
𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3
𝑡=
3
1,689 + 1,674 + 1,681
𝑡= = 1,681 𝑠
3
𝛿1 = |𝑡1 − 𝑡| = |1,689 − 1,681 |𝑠 = 0,008 𝑠
𝛿2 = |𝑡2 − 𝑡| = |1,674 − 1,681 |𝑠 = 0,007 𝑠
𝛿3 = |𝑡3 − 𝑡| = |1,681 − 1,681|𝑠 = 0 𝑠
∆𝑡 = 0,008 𝑠
∆t 0,008
KR = t
× 100% = KR = 1,681
× 100% = 0,47 % (4 AB)

𝑡 = |1,681 ± 0,008|𝑠
4. X4 = |39,00± 0,05| m
𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3
𝑡=
3
1,750 + 1,771 + 1,789
𝑡= = 1,77 𝑠
3
𝛿1 = |𝑡1 − 𝑡| = |1,750 − 1,770|𝑠 = 0,02 𝑠
𝛿2 = |𝑡2 − 𝑡| = |1,771 − 1,770|𝑠 = 0,001 𝑠
𝛿3 = |𝑡3 − 𝑡| = |1,789 − 1,770|𝑠 = 0,019s
∆𝑡 = 0,019 𝑠
∆t 0,019
KR = × 100% = KR = × 100% = 1,07 % (3 AB)
t 1,770

𝑡 = |1,77 ± 0,01|𝑠
5. X5 = |42,00 ± 0,05| m
𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3
𝑡=
3
1,970 + 1,935 + 1,944
𝑡= = 1,949 𝑠
3
𝛿1 = |𝑡1 − 𝑡| = |1,970 − 1,949 | 𝑠 = 0,021 𝑠
𝛿2 = |𝑡2 − 𝑡| = |1,935 − 1,949 | 𝑠 = 0,014 𝑠
𝛿3 = |𝑡3 − 𝑡| = |1,944 − 1,949 | 𝑠 = 0,005 𝑠
∆𝑡 = 0,021 𝑠
∆t 0,021
KR = t
× 100% = KR = 1,949
× 100% = 1,07 % (3 AB)

𝑡 = |1,95 ± 0,02|𝑠
6. X6 = |45,00± 0,05| m
𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3
𝑡=
3
2,276 + 2,207 + 2,432
𝑡= = 2,305 𝑠
3
𝛿1 = |𝑡1 − 𝑡| = |2,276 − 2,305| 𝑠 = 0,029 𝑠
𝛿2 = |𝑡2 − 𝑡| = |2,207 − 2,305| 𝑠 = 0,098 𝑠
𝛿3 = |𝑡3 − 𝑡| = |2,288 − 2,305| 𝑠 = 0,017 𝑠
∆𝑡 = 0,098𝑠
∆t 0,098
KR = t
× 100% = KR = 2,305
× 100% = 4,25% (3 AB)

𝑡 = |2,30 ± 0,10|𝑠
7. X7 = |48,00 ± 0,05| m
𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3
𝑡=
3
2,548 + 2,524 + 2,432
𝑡= = 2,471 𝑠
3
𝛿1 = |𝑡1 − 𝑡| = |2,548 − 2,432| 𝑠 = 0,116 𝑠
𝛿2 = |𝑡2 − 𝑡| = |2,524 − 2,432 | 𝑠 = 0,092 𝑠
𝛿3 = |𝑡3 − 𝑡| = |2,432 − 2,432 | 𝑠 = 0 𝑠
∆𝑡 = 0,116 𝑠
∆t 0,116
KR = × 100% = KR = × 100% = 4,7% (3 AB)
t 2,432

𝑡 = |2,43 ± 0,11|𝑠
Tabel 5. Hubungan Antara Jarak (cm) Dan Waktu (s)

Jarak (cm) Waktu (s)

30,00 1,332

33,00 1,476

36,00 1,681

39,00 1,770
42,00 1949

45,00 2,305

48,00 2,471

60

50 y = 15.332x + 10.561
R² = 0.9752
40
jarak (cm)

30

20

10

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
waktu (s)

Gambar 2. Grafik hubungan antara jarak dan waktu tempuh unutuk lintasan
A ke B
𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐
XAB = 𝑚tAB + c
δ(XAB ) δ(𝑚t + c)
= δtAB
= δtAB
AB
𝑣=𝑚
𝑣 = 15,33 𝑚⁄𝑠 2
𝐷𝐾 = 𝑅 2 = 0,975
𝐾𝑅 = (1 − 𝐷𝐾)%

= (1 − 0,975)100%= 2,5% (3 AB)

∆𝑣 = 𝐾𝑅 × 𝑣

= 0,02 × 15,33

= 0,30 𝑐𝑚/𝑠

𝑃𝐹 = |𝑣 ± ∆𝑣|

= |15,3 ± 0,30| 𝑐𝑚/𝑠


1. Kecepatan 1
𝑋𝐴𝐵
𝑣1 =
𝑡𝐴𝐵
30,00 𝑐𝑚
𝑣1 =
1,332 𝑠
= 22,52 𝑐𝑚⁄𝑠
∆𝑋𝐴𝐵 ∆𝑡𝐴𝐵
∆𝑣1 = | + |𝑣
𝑋𝐴𝐵 𝑡𝐴𝐵
0,05 0,013
∆𝑣1 = | 𝑐𝑚 + | 22,52 𝑐𝑚⁄𝑠
30,00 1,332
∆𝑣1 = |0,001 𝑐𝑚 + 0,009𝑠|22,52 𝑐𝑚⁄𝑠
∆𝑣1 = 0,225 𝑐𝑚⁄𝑠
∆𝑣
𝐾𝑅 = × 100%
𝑣
0,225
= × 100%
22,52
= 0,999% (3 AB)
𝑃𝐹 = |𝑣 ± ∆𝑣|
= |22,5 ± 0,2| 𝑐𝑚⁄𝑠

Tabel 6. Hasil perhitungan kecepatan 2-7

v (𝑐𝑚⁄𝑠) v (𝑐𝑚⁄𝑠) 𝐾𝑅(%) PF (𝑐𝑚⁄𝑠)

22,35 0,245 1,09 |22,3 ± 0,2|

21,41 0,107 0,499 |21,4 ± 0,1|

22,03 0,242 1,09 |22,0 ± 0,2|

21,54 0,236 1,09 |21,5 ± 0,2|

19,52 0,80 4,09 |19,5 ± 0,8|

18,21 0,280 1,53 |18,2 ± 0,2|

PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan dua kegiatan. Kegiatan pertama mencari hubungan
antara jarak dan waktu tempuh untuk lintasan C ke A dimana panjang lintasan CA
diubah-ubah sebanyak sepuluh kali dan setiap panjang lintasan diukur waktu yang
ditempuh beban m+M2 diulang sebanyak tiga kali menggunakan sensor waktu. Ketika
Beban m+M2 akan bergerak dari titik C ke A beban m+M2 akan bergerak dipercepat atau
mengalami percepatan. Pada kegiatan kedua, mencari hubungan antara jarak dan waktu
tempuh untuk lintasan A ke B dimana panjang lintasan AB diubah-ubah sebanyak
sepuluh kali dan setiap panjang lintasan diukur waktu yang ditempuh beban M2 setelah m
tersangkut di penahan beban A diulang sebanyak tiga kali. Beban M2 akan bergerak
dengan kecepatan konstan dari titik A ke B.
Berdasarkan praktikum pada kegiatan 1, Percepatan yang diperoleh melalui
grafik sebesar |7,5 ± 24,75| cm/s. Percepatan yang dihitung dengan rumus memiliki
perbedaan yang cukup besar |43,853 ± 8,306| cm⁄ 2 perbedaan tersebut disebabkan
s
oleh kesalahan-kesalahan pengukuran seperti kesalahan mutlak alat ukur (mistar = 0,05
cm dan sensor waktu= 0,001 s), dan kesalahan pengamat. Dengan memanipulasi rumus
percepatan C-A, momen inersia katrol dapat dihitung. Momen inersia yang diperoleh
melalui manipulasi persamaan tersebut adalah |45,9 ± 64,5| × 102 gr cm2 memiliki hasil
yang jauh berbeda dengan momen inersia yang dihitung dengan rumus momen inersia
silinder pejal (katrol termasuk silinder pejal) yaitu |114,722 ± 5,977| x 102 gram cm2
memiliki perbedaan ini disebabkan oleh kesalahan-kesalahan pengukuran seperti
kesalahan mutlak alat ukur (mistar = 0,05cm, sensor waktu= 0,001s, jangka sorong= 0,05
mm, dan neraca ohauss 310g= 0,01 g), dan kesalahan pengamat.
Berdasarkan praktikum pada kegiatan 2, diperoleh hasil kecepatan M2
berdasarkan grafik adalah |15,3 ± 0,30| 𝑐𝑚⁄𝑠 kecepatan M2 berdasarkan rumus berbeda
adalah |22,5 ± 0,2| 𝑐𝑚⁄𝑠 perbedaan tersebut disebabkan oleh kesalahan-kesalahan
pengukuran seperti kesalahan mutlak alat ukur (mistar = 0,05cm dan sensor waktu=
0,001s), dan kesalahan pengamat.
Pesawat atwood pada lintasan A ke B ,beban M2 memperlihatkan berlakunya
hukum I Newton yang menyatakan bahwa setiap benda tetap berada dalam keadaan diam
atau bergerak dengan laju tetap sepanjang garis lurus, kecuali diberi gaya total yang tidak
nol karena pada lintasan tersebut kecepatan beban M2 konstan. Pada lintasan C ke A
memperlihatkan berlakunya hukum II Newton yang menyatakan bahwa jika suatu gaya
luar total bekerja pada benda ,maka benda akan mengalami percepatan karena pada
lintasan tersebut beban m+M2 bergerak lurus berubah beraturan dipercepat, pada katrol
terjadi hukum II Newton tentang gerak rotasi dan pada tegangan tali terjadi hukum III
Newton dimana sebagai gaya aksinya yaitu tegangan tali yang bekerja pada benda dan
sebagai gaya reaksinya yaitu tegangan tali yang bekerja pada katrol.
Selama melakukan praktikum terdapat beberapa kendala yang terjadi yaitu sensor
waktu yang kadang-kadang telah mengukur waktu tempuh beban sebelum beban dilepas
menyebabkan pembacaan waktu yang tidak tepat, massa beban tambahan yang sering
tersangkut di penahan beban tambahan A sehingga pengukuran waktu tempuh C ke A
harus diulang beberapa kali, dan sensor waktu sering bergeser menyebabkan beban yang
telah menempuh lintasan baik dari C ke A ataupun dari A ke B waktu tempuhnya tidak
terukur.

SIMPULAN
Pesawat atwood memperlihatkan berlakunya hukum-hukum Newton. Pada
lintasan A ke B ,beban M2 memperlihatkan berlakunya hukum I Newton, dimana beban
mengalami kecepatan yang konstan atau tidak mengalami percepatan (bergerak lurus
beraturan). Pada lintasan C ke A memperlihatkan berlakunya hukum II Newton. Dimana
beban mengalami percepatan pada lintasan ini. Dan pada katrol terjadi hukum II Newton
tentang gerak rotasi dan pada tegangan talinya berlaku hukum III Newton tentang aksi-
reaksi pada T1 dan T2. Momen inersia katrol dapat dihitung dengan memanipulasi
(𝑚+𝑀1 )−𝑀2
persamaan percepatan benda a = 𝐼 𝑔. Momen inersia yang diperoleh melalui
𝑚+𝑀1 +𝑀2 + 2
𝑅
manipulasi persamaan tersebut adalah |114,722 ± 5,977| × 102 gr cm2 memiliki hasil
yang jauh berbeda dengan momen inersia yang dihitung dengan rumus momen inersia
silinder pejal (katrol termasuk silinder pejal) yaitu |1036,106 ± 1,985| gram cm2

REFERENSI

Herman dan Asisten LFD.2015. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 1. Makassar :


Universitas Negeri Makassar.

Anda mungkin juga menyukai