Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

GERAK HARMONIK BANDUL


(M5)
Ahmad Fauzan Rizaldy, Annge Rani Liono, Miranda Nabillah, Resty Fathma Indah Kurnia, Zerina
Rahmawati, Lisa Hartini, dan Andi Ichsan Mahardika, M.Pd.
Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat
Jl. Brigjen H. Hasan Basri, Banjarmasin 70123
E-mail: info@unlam.ac.id
Abstrak Percobaan ini bertujuan agar mampu menentukan
menentukan percepatan gravitasi dengan ayunan sederhana.
Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah dengan
mengukur jari-jari bola pejal dan melepaskan bola pejal pada
amplitudo tertentu dengan waktu 10 kali ayunan sehingga dapat
ditentukan periode dan percepatan gravitasinya. Hasil yang
diperoleh pada percobaan pertama nilai percepatan gravitasi
secara berturut-turut yaitu sebesar (9,90 0,07) m/s2, (9,26
0,04) m/s2, (10,02 0,04) m/s2, (10,02 0,04) m/s2, dan (9,70
0,03) m/s2. Sedangkan pada percobaan kedua diperoleh nilai
percepatan gravitasi secara berturut-turut yaitu sebesar (9,36
0,06) m/s2, (9,10 0,06) m/s2, (8,62 0,06) m/s2, (8,62 0,06) m/s2,
dan (8,17 0,05) m/s2. Nilai ini berbeda dengan nilai percepatan
gravitasi secara teoritisnya yaitu sebesar 9,8 m/s 2. Dari seluruh
hasil percobaan yang diperoleh telah sesuai dengan rumusan
hipotesis yang menjadi acuan dalam melakukan percobaan ini.
Kendala yang dihadapi yaitu kurang tepatnya dalam memulai
stopwatch dan melepas bola pejal yang tidak bersamaan
sehingga menimbulkan waktu yang tidak sesuai.

kesetimbangan. Getaran dapat bersifat sederhana dan dapat


bersifat kompleks. Getaran yang dibahas tentang bandul
adalah getaran harmonik sederhana yaitu suatu getaran dimana
resultan gaya yang bekerja pada titik sembarangan selalu
mengarah ke titik kesetimbangan dan besar resultan gaya
sebanding dengan jarak titik sembarang ketitik kesetimbangan
tersebut. Maka dari itu kami mencoba mengukur percepatan
gravitasi dengan ayunan sederhana yang hasilnya dibandingkan dengan sumber-sumber buku atau literatur.
Berdasarkan latar belakang diatas diambil rumusan
masalah sebagai berikut: Bagaimana mencari nilai percepatan
gravitasi dengan ayunan sederhana ?.
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa
mampu menentukan percepatan gravitasi dengan ayunan
sederhana.

II. KAJIAN TEORI


Kata Kunci Gerak Harmonik, Kecepatan, Percepatan,
Periode, dan Simpangan.

I. PENDAHULUAN

alam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari


ilmu fisika, dimulai dari yang ada dari diri kita
sendiri seperti gerak yang kita lakukan setiap saat,
energi yang kita pergunakan setiap hari sampai pada sesuatu
yang berada diluar diri kita, salah satu contohnya adalah
permainan ditaman kanak-kanak, yaitu ayunan. Sebenarnya
ayunan ini juga dibahas dalam ilmu fisika, dimana dari ayunan
tersebut kita dapat menghitung periode yaitu selang waktu
yang diperlukan beban untuk melakukan suatu getaran
lengkap dan juga kita dapat menghitung berapa besar gravitasi
bumi di suatu tempat.
Pada percobaan ini, ayunan yang dipergunakan adalah
ayunan yang dibuat sedemikian rupa dengan bebannya adalah
bandul fisis. Pada dasarnya percobaan dengan bandul ini tidak
terlepas dari getaran, dimana pengertian getaran itu sendiri
adalah gerak bolak balik secara periode melalui titik

Ayunan matematis atau ayunan sederhana merupakan


suatu partikel massa yang tergantung pada suatu titik tetap
pada seutas tali, dimana massa tali dapat diabaikan dan tali
tidak dapat bertambah panjang. Contoh ayunan matematis ini
adalah jam bandul.

Gambar 2.1. (a) Sebuah bandul digantungkan pada kawat


halus sepanjang l.

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

(b) Kemudian, bandul disimpangkan sejauh

sehingga gaya pemulih bandul adalah

F=m. g sin =m. g

( yl )

Perhatikan Gambar 2.1. Sebuah beban bermassa m


tergantung pada seutas kawat halus kaku sepanjang l dan
massanya dapat diabaikan. Apabila bandul itu bergerak
vertikal dengan membentuk sudut , seperti Gambar 2.1.
(b), gaya pemulih bandul tersebut ialah m. g sin . Secara
matematis dapat dituliskan sebagai berikut.

F=m. g sin

(1)

OP adalah jari-jari lingkaran R, dan proyeksi titik P terhadap


sembu-y adalah Py. Jika anda perhatikan proyeksi titikP pada
sumbu-y, proyeksi tersebut memiliki simpangan maksimum
A yang disebut Amplitudo. Besar proyeksi dititik P pada
sumbu-y dapay ditulis.
(3)

Y = A sin t =A sin2 ft

o, persamaan (3)

Jika titik awal bergerakmulai dari


dapat ditulis.

t
( +o )= A sin ( 2 ft+ o )
Y = A sin (m)

Dengan, Y = simpangan

(4)

A = amplitudo (m)
o = sudut awal (rad)
t = waktu (s)

Dengan, F = gaya pemulih bandul (N)


m = massa beban (kg)
g = percepatan gravitasi(m/s2)

= kecepatan sudut (rad/s)


Oleh karena

sin=

y
, maka persamaan (1) dapat
l

ditulis-kan sebagai berikut.

F=m. g

=t+ o=

y
l

()

(2)

=2

Dengan, y = simpangan benda (m)


l = panjang tali (m)[1].

2 t
+ o .
T

( Tt + 2 )=2
o

Jika
, dimana

adalah fase

getaran, persamaan fase getarannya:

1. Simpangan Gerak Harmonik Sederhana


Perhatikan Gambar 2.2. Sebuah titik bergerak
melingkar beraturan. Jika waktu yang diperlukan untuk
berpindah dari Po ke posisi P adalah t, besar sudut yang
ditempuh titik itu adalah

Besar sudut yang ditempuh sebuah titik dalam fungsi


sinus disebut sudut fase. Besar sudut fase adalah

( 2T )t

=t=2 ft =

t
= + o
T 2
Sebuah

titik

(5)

yang

bergerak

harmonik

sederhana

t
1= 1 + o dan pada
T 2
t
2= 2 + o , maka beda fase t2
T 2

berpindah dari t1 memiliki fase


saat t2 memiliki fase

dan t1 untuk t2 > t1 adalah:

= 21=

t 2t 1
T

(6)

Pada gerak harmonik sederhana, beda fase dinyatakan


oleh angka nol sampai dengan satu. Beda fase untuk
bilangan bulat tidak perlu disertakan, misalnya
Gambar 2.2. Sebuah titik bergerak dari posisi Po ke posisi P.
Proyeksi titik P terhadap sumbu-x adalah P x, sedangkan

1 1 1
1 , 2 ,3 ; dan seterusnya, cukup ditulis beda
2 2 2

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

fasenya adalah

1
2

saja. Posisi benda (titik) dikatakan

sefase jika beda fasenya nol (0), dan berlawanan fase jika
beda fasenya setengah

( 12 )

dituliskan sebagai berikut.


Sefase:
atau
Berlawanan fase:
atau

. Secara matematis, dapat

=0,1,2,3,
=n

1
2

(7)

(8)

Keterangan: n adalah bilangan cacah 0,1,2,3, dan seterusnya[2].


2. Kecepatan Gerak Harmonik
Anda telah mempelajari bahwa kecepatan adalah
turunan pertama dari fungsi posisi. Hal ini juga berlaku
dalam gerak harmonik. Kecepatangerak harmonik, secara
matematis dapat dituliskan sebagai berikut.

dy
2
2
2
2
= A cos t= A A sin t = A y
dt
v = A 2 y 2

(12)

3. Percepatan Gerak Harmonik


Persamaan percepatan gerak harmonik dapat ditentukan
dari turunan pertama kecepatan gerak harmonik terhadap
waktu. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut.

a=

dv d
= ( A cos t )
dt dt

a=A sin t

(13)

Oleh karena A sin t = y, persamaan percepatan gerak


harmonik dapat dituliskan menjadi:

a=2 y

(14)

Nilai percepatan maksimum untuk persamaan (13) diperoleh saat sin t = 1 sehingga nilai percepatan maksimum
gerak harmonik dinyatakan sebagai:

dy d
= ( A sin t )
dt dt

=A cos t

Sehingga diperoleh[3]:

1 1 1
= , 1 , 2
2 2 2
=n+

Oleh karena sin2 t + cos2 t = 1 dan A2 cos2 t = A2


A2 sin t, kecepatan getar dapat juga dihitung dengan rumus
lain, yaitu:

(9)

amaks =A 2

(15)

Dengan, v = kecepatan (m/s)


A = amplitudo / simpangan maksimum getaran (m)
= kecepatan sudut (rad/s)
t = waktu getar (s)

Dengan, amaks = percepatan maksimum (m/s2)


A = Amplitudo (m)
= kecepatan sudut (rad/s)

Apabila persamaan simpangan gerak harmonik


dinyatakan dalam arah sumbu-x, persamaan kecepatan gerak
harmoniknya adalah:

Tanda negatif (-) pada persamaan percepatan gerak


harmonik menunjukkan bahwa arah percepatan gerak selalu
menuju titik kesetimbangannya, yaitu y = 0 [4].
Untuk harga kecil dapat diberlakukan sin

dx d
= ( A cos t )
dt dt

=A cos t

(10)

Nilai kecepatan maksimum untuk persamaan (9) dan


(10) diperoleh saat nilai cos t atau sin t = 1 sehingga
didapatkan nilai kecepatan maksimum gerak harmonik
adalah:

maks =A

(11)

~ cos ~ x/l dengan x = simpangan ayunan. Jika ada


gaya yang lain yang mempengaruhinya ( seperti gaya
gesekan udara dan gaya puntir) Hukum II Newton yang
berlaku pada sistem ini menghasilkan rumusan:
F = m.a = - m.g
=m

d2 x
d t2

x
l

= - m.g

d2 x
x
=g
2
l
dt

x
l

(16)

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

Secara umum persamaan simpangan dari geratan


selaras dapat dirumuskan:
x = A sin t
Dengan = kecepatan sudut (m/s2) dan t = waktu (t).
Turunan kedua terhadap waktu dari persamaan diatas adalah:

d2 x
=2 A sin t =2 x
2
dt

III. METODE PERCOBAAN


Pada percobaan Gerak Harmonik Bandul dibutuhkan
peralatan seperti pada gambar dibawah ini yaitu beban (bola
pejal) 1 buah, statif dengan klem 1 buah, mistar (penggaris) 1
buah, stopwatch digital 1 buah, busur derajat 1 buah, jangka
sorong 1 buah, dan benang nilon secukupnya.

(17)
Dengan menggabungkan persamaan (16) dan (17)
diperoleh:

2 =

g
l

(18)
Gambar 3.1. Bola pejal

Dengan, g = percepatan gravitasi (m/s2)


l = panjang tali (m)[4].
4. Periode Ayunan Bandul Sederhana
Ayunan bandul sederhana memiliki besar gaya pemulih
F = - m.g sin . Jika sudut mendekati 0, nilai sin

, nilai sin

y
l

mendekati

y
. Dari
l

Hukum II Newton, besar F = m.a sehingga akan diperoleh


periode ayunan bandul sederhana sebagai berikut.

F = - m.g sin

y
l

m.a = - m.g

Oleh karena tetapan m.g/l menggantikan tetapan k


pada F = -kx. Maka periode ayunan bandul sederhana adalah
sebagai berikut.

T =2

m
m
=2
k
m. g/l
atau

T =2

l
k

Gambar 3.2. Statif dengan klem

Gambar 3.3. Mistar

(19)

Dengan, T = periode gerak bandul (s)


g = besar percepatan gravitasi (m/s2)
l = panjang tali (m)
Dari persamaan (19) jika periode ayunan dan panjang
tali diketahui maka percepatan gravitasi (g) dapat ditentukan[5].

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

5
sudut diperbesar maka waktu yang diperlukan bandul untuk 10
kali ayunan juga semakin besar, sehingga besarnya periode
juga semakin besar dan percepatan gravitasinya bernilai tetap.
Metode yang digunakan adalah dengan mengukur jari-jari
bola pejal, merangkai alat seperti gambar 3.8, menggantungkan bola pejal pada statif dengan klem, dan
melepaskan bola pejal pada amplitudo atau sudut simpangan
yang telah ditentukan dengan waktu 10 kali ayunan sehingga
dapat ditentukan periode dan percepatan gravitasinya.

Gambar 3.4. Stopwatch digital

Gambar 3.5. Busur derajat

Gambar 3.6. Jangka sorong

Pada percobaan pertama yang menjadi variabel manipulasi


adalah panjang nilon (l) yaitu mengubah panjang nilon selama
percobaan sebesar sebesar (11,97 0,05)10 -2 m, (16,97
0,05)10-2 m, (21,97 0,05)10-2 m, (26,97 0,05)10-2 m,
dan (31,970,05)10-2 m yang panjangnya diukur dengan
menggunakan alat ukur mistar. Variabel responnya adalah
waktu (t) yaitu menghitung waktu yang diperoleh bandul
untuk 10 kali ayunan yang diukur dengan menggunakan
stopwatch digital sebesar (6,90 0,01) s, (8,50 0,01) s, (9,30
0,01) s, (10,30 0,01) s, dan (11,40 0,01) s. Dan variabel
kontrolnya adalah amplitudo (A) dan jumlah ayunan (n) yaitu
menggunakan amplitudo yang tetap sebesar (5,0 0,5) o dan
jumlah ayunan yang tetap sebanyak 10 kali ayunan.
Sedangkan pada percobaan kedua yang menjadi variabel
manipulasi adalah amplitudo (A) yaitu mengubah besarnya
amplitudo atau sudut simpangan ayunan sebesar (3,0 0,5) o,
(5,0 0,5)o, (7,0 0,5)o, (9,0 0,5)o, dan (10,0 0,5)o yang
diukur dengan menggunakan alat ukur busur derajat. Variabel
responnya adalah waktu (t) yaitu menghitung waktu yang
diperoleh bandul untuk 10 kali ayunan yang diukur dengan
menggunakan stopwatch digital sebesar (7,10 0,01) s, (7,20
0,01) s, (7,40 0,01) s, (7,40 0,01) s, dan (7,60 0,01) s.
Dan variabel kontrolnya adalah panjang nilon (l) dan jumlah
ayunan (n) yaitu menggunakan panjang nilon yang tetap
sebesar (11,97 0,05)10-2 m dan jumlah ayunan yang tetap
sebanyak 10 kali ayunan.
Sebelum melakukan percobaan ini kita harus menyiapkan
alat dan bahan yang dibutuhkan yaitu bola pejal 1 buah seperti
gambar 3.1 , statif dengan klem 1 buah seperti gambar 3.2,
mistar 1 buah seperti gambar 3.3, stopwatch digital 1 buah
seperti gambar 3.4, busur derajat 1 buah seperti gambar 3.5,
jangka sorong 1 buah seperti gambar 3.6, benang nilon
secukupnya seperti gambar 3.7.

Gambar 3.7. Benang nilon


Adapun rumusan hipotesis yang digunakan sebagai acuan
dalam percobaan ini. Pada percobaan pertama rumusan
hipotesisnya yaitu jika panjang tali diperbesar maka waktu
yang diperlukan bandul untuk 10 kali ayunan semakin besar,
sehingga besarnya periode juga semakin besar dan percepatan
gravitasi bernilai tetap. Sedangkan, pada percobaan kedua
rumusan hipotesisnya yaitu jika amplitudo atau simpangan

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

6
pengukuran tersebut digunakan grafik (Microsoft Excel) untuk
menentukan percepatan gravitasi (g).
Pada percobaan kedua yaitu menggunakan ayunan
sederhana dengan panjang nilon yang tetap (konstan) dan
memanipulasi amplitudo. Pertama, mengukur diameter bola

1
2

pejal (d), kemudian menentukan jari-jari bola (R =

d)

seperti gambar 3.9. Kedua, merangkai alat seperti gambar 3.8


dengan panjang tali yang tetap yaitu sebesar (11,97
0,05)10-2 m (L + R). Ketiga, menentukan amplitudo atau
sudut simpangan ayunan (A) yang telah ditentukan. Keempat,
melepas beban pada amplitudo yang telah ditentukan
kemudian mencatat waktu (t) untuk 10 kali ayunan sehingga
diperoleh periode T seperti gambar 3.10. Kelima, mengulangi
langkah tersebut minimal 5 kali dengan amplitudo yang
berbeda (dengan catatan amplitudo dibuat antara (0 o 100).
Dan terakhir, dengan data pengukuran tersebut digunakan
grafik (Microsoft Excel) untuk menentukan percepatan
gravitasi (g).

Gambar 3.8. Rangkaian alat percobaan

Gambar 3.9. Mengukur diameter bola pejal


IV. HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan ini seperti yang telah diketahui dilakukan
melalui dua percobaan. Percobaan pertama adalah menggunakan ayunan sederhana dengan amplitudo (A) yang tetap
(konstan) dan memanipulasi panjang nilon (l) untuk
menentukan besar periode (T) dan percepatan gravitasi (g).
Sedangkan percobaan kedua adalah menggunakan ayunan
sederhana dengan panjang nilon (l) yang tetap (konstan) dan
memanipulasi amplitudo (A) untuk menentukan besar periode
(T) dan percepatan gravitasi (g). Adapun tujuan dari masingmasing kegiatan adalah agar mampu menentukan periode dan
percepatan gravitasi dengan ayunan sederhana.
Gambar 3.10. Menghitung waktu pada saat bola pejal
diayunkan

Dari percobaan yang telah dilakukan didapat sebagai


berikut :

Pada percobaan pertama yaitu menggunakan ayunan


sederhana dengan amplitudo yang tetap (konstan) dan
memanipulasi panjang nilon. Pertama, mengukur diameter
bola pejal (d), kemudian menentukan jari-jari bola (R =

1
2

d) seperti gambar 3.9. Kedua, merangkai alat seperti gambar


3.8 dengan panjang tali tertentu (L + R). Ketiga, menentukan
amplitudo atau sudut simpangan ayunan (A) yang tetap yaitu
sebesar (5,0 0,5)o. Keempat, melepas beban pada amplitudo
yang telah ditentukan kemudian mencatat waktu (t) untuk 10
kali ayunan sehingga diperoleh periode T seperti gambar 3.10.
Kelima, mengulangi langkah tersebut minimal 5 kali dengan
panjang nilon (l) yang berbeda. Dan terakhir, dengan data

Tabel 4.1. Hasil percobaan ayunan sederhana dengan


amplitudo yang konstan.
Perc.
ke-

(A 0,5)o

(l
0,05)10-2
m

(t 0,01)
s

(T = t/n) s

5,0

11,97

6,90

0,69

5,0

16,97

8,50

0,85

5,0

21,97

9,30

0,93

5,0

26,97

10,30

1,03

5,0

31,97

11,40

1,14

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA DASAR I


Berdasarkan tabel 4.1 hasil yang diperoleh pada percobaan
pertama, dapat dilihat bahwa pada percobaan ke-1 hingga
percobaan ke-5 menggunakan amplitudo atau sudut
simpangan ayunan (A) yang sama yaitu sebesar (5,0 0,5)o.
Pada percobaan ke-1 saat panjang nilon (11,97 0,05)10-2 m
diperoleh waktu tempuh sebesar (6,90 0,01) s, pada
percobaan ke-2 saat panjang nilon (16,97 0,05)10-2 m
diperoleh waktu tempuh sebesar (8,50 0,01) s, pada
percobaan ke-3 saat panjang nilon (21,97 0,05)10-2 m
diperoleh waktu tempuh sebesar (9,30 0,01) s, pada
percobaan ke-4 saat panjang nilon (26,97 0,05)10-2 m
diperoleh waktu tempuh sebesar (1,03 0,01) s, dan pada
percobaan ke-5 saat panjang nilon (31,97 0,05)10-2 m
diperoleh waktu tempuh sebesar (11,40 0,01) s.
Tabel 4.2. Hasil percobaan ayunan sederhana dengan panjang
nilon yang konstan.
(l
0,05)10-2
m

(t 0,01)
s

(T = t/n) s

3,0

11,97

7,10

0,71

5,0

11,97

7,20

0,72

7,0

11,97

7,40

0,74

9,0

11,97

7,40

0,74

10,0

11,97

7,60

0,76

Perc.
ke-

(A 0,5)

Berdasarkan tabel 4.2 hasil yang diperoleh pada percobaan


pertama, dapat dilihat bahwa pada percobaan ke-1 hingga
percobaan ke-5 menggunakan panjang nilon yang sama yaitu
sebesar (11,97 0,05)10-2 m. Pada percobaan ke-1 saat
amplitudo atau sudut simpangan (3,0 0,5)o diperoleh waktu
tempuh sebesar (7,10 0,01) s, pada percobaan ke-2 saat
amplitudo atau sudut simpangan (5,0 0,5)o diperoleh waktu
tempuh sebesar (7,20 0,01) s, pada percobaan ke-3 saat
amplitudo atau sudut simpangan (7,0 0,5)o diperoleh waktu
tempuh sebesar (7,40 0,01) s, pada percobaan ke-4 saat
amplitudo atau sudut simpangan (9,0 0,5)o diperoleh waktu
tempuh sebesar (7,40 0,01) s, dan pada percobaan ke-5 saat
amplitudo atau sudut simpangan (10,0 0,5)o diperoleh waktu
tempuh sebesar (7,60 0,01) s.
Setelah mengetahui besar amplitudo (A), panjang nilon (l),
dan waktu yang tempuh (t) ayunan sederhana, untuk
menentukan periode (T) dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan:

T=

t
n

7
Sedangkan untuk menentukan nilai percepatan gravitasi (g)
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

g=

4 2 l
T2

Tabel 4.3. Besar periode dan percepatan gravitasi pada


percobaan pertama.
Perc. Ke-

(T T) s

(g g) m/s2

(0,690 0,001) s

(9,90 0,07) m/s2

(0,850 0,001) s

(9,26 0,04) m/s2

(0,930 0,001) s

(10,02 0,04) m/s2

(1,030 0,001) s

(10,02 0,04) m/s2

(1,140 0,001) s

(9,70 0,03) m/s2

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui pada


percobaan pertama bahwa pada percobaan ke-1 diperoleh
besar periode sebesar (0,690 0,001) s dengan KR sebesar 0,14%
dan DK sebesar 99,86%, dan diperoleh nilai percepatan gravitasinya
sebesar (9,90 0,07) m/s2 dengan KR sebesar 0,7% dan DK sebesar
99,7%. Pada percobaan ke-2 diperoleh besar periode sebesar
(0,850 0,001) s dengan KR sebesar 0,18% dan DK sebesar 99,82%,
dan diperoleh nilai percepatan gravitasinya sebesar (9,26 0,04) m/s2
dengan KR sebesar 0,43% dan DK sebesar 99,57%. Pada percobaan
ke-3 diperoleh besar periode sebesar (0,930 0,001) s dengan

KR sebesar 0,10% dan DK sebesar 99,90%, dan diperoleh


nilai percepatan gravitasinya sebesar (10,02 0,04) m/s2
dengan KR sebesar 0,4% dan DK sebesar 99,6%. Pada
percobaan ke-4 diperoleh besar periode sebesar (1,030
0,001) s dengan KR sebesar 0,97% dan DK sebesar 99,03%,
dan diperoleh nilai percepatan gravitasinya sebesar (10,02
0,04) m/s2 dengan KR sebesar 0,4% dan DK sebesar 99,6%.
Dan pada percobaan ke-5 diperoleh besar periode sebesar
(1,140 0,001) s dengan KR sebesar 0,08% dan DK sebesar
99,92%, dan diperoleh nilai percepatan gravitasinya sebesar
(9,70 0,03) m/s2 dengan KR sebesar 0,32% dan DK sebesar
99,68%.
Dari data tersebut diperoleh grafik percepatan gravitasi
dari kelima percobaan tersebut yaitu sebagai berikut.
Grafik 4.1. Percobaan pertama, panjang tali yang dimanipulasi
dan amplitudo tetap.

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

8
sebesar 0,69% dan DK sebesar 99,31%. Dan pada percobaan
ke-5 diperoleh besar periode sebesar (0,760 0,001) s dengan
KR sebesar 0,13% dan DK sebesar 99,87%, dan diperoleh
nilai percepatan gravitasinya sebesar (8,17 0,05) m/s2 dengan
KR sebesar 0,32% dan DK sebesar 99,68%.
Dari data tersebut diperoleh grafik percepatan gravitasi
dari kelima percobaan tersebut yaitu sebagai berikut.
Grafik 4.2. Percobaan kedua, amplitudo yang dimanipulasi
dan panjang tali tetap.

Berdasarkan grafik 4.1 diatas dapat diketahui pada


percobaan ke-1 hingga percobaan ke-5 garis penghubung
antara titik semakin naik pada setiap percobaan, hal ini dapat
dikatakan bahwa jika panjang tali diperbesar maka semakin
besar juga periodenya.
Tabel 4.4. Besar periode dan percepatan gravitasi pada
percobaan kedua.
Perc. Ke-

(T T) s

(g g) m/s2

(0,710 0,001) s

(9,36 0,06) m/s2

(0,720 0,001) s

(9,10 0,06) m/s2

(0,740 0,001) s

(8,62 0,06) m/s2

(0,740 0,001) s

(8,62 0,06) m/s2

(0,760 0,001) s

(8,17 0,05) m/s2

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui pada


percobaan kedua bahwa pada percobaan ke-1 diperoleh besar
periode sebesar (0,710 0,001) s dengan KR sebesar 0,14%
dan DK sebesar 99,86%, dan diperoleh nilai percepatan
gravitasinya sebesar (9,36 0,06) m/s2 dengan KR sebesar
0,69% dan DK sebesar 99,31%. Pada percobaan ke-2
diperoleh besar periode sebesar (0,720 0,001) s dengan KR
sebesar 0,13% dan DK sebesar 99,87%, dan diperoleh nilai
percepatan gravitasinya sebesar (9,10 0,06) m/s2 dengan KR
sebesar 0,66% dan DK sebesar 99,34%. Pada percobaan ke-3
diperoleh besar periode sebesar (0,740 0,001) s dengan KR
sebesar 0,14% dan DK sebesar 99,86%, dan diperoleh nilai
percepatan gravitasinya sebesar (8,62 0,06) m/s2 dengan KR
sebesar 0,69% dan DK sebesar 99,31%. Pada percobaan ke-4
diperoleh besar periode sebesar (0,740 0,001) s dengan KR
sebesar 0,14% dan DK sebesar 99,86%, dan diperoleh nilai
percepatan gravitasinya sebesar (8,62 0,06) m/s2 dengan KR

Berdasarkan grafik 4.2 diatas dapat diketahui pada


percobaan ke-1 hingga percobaan ke-5 garis penghubung
antara titik membentuk garis mendatar, ini dikarenakan
panjang tali yang digunakan tetap yaitu sebesar (11,97
0,05)10-2 m sehingga nilai dari 42l pada setiap percobaan
menjadi tetap. Pada gerak harmonik bandul, amplitudo hanya
berpengaruh pada periode kuadrat. Hal ini dapat dikatakan
bahwa semakin besar amplitudo atau simpangan sudut maka
semakin besar pula periodenya.
Pada perhitungan percepatan gravitasi, pada percobaan
pertama menggunakan amplitudo yang konstan dan percobaan
kedua menggunakan panjang tali yang konstan baik pada
percobaan ke-1 hingga percobaan ke-5 memiliki nilai
percepatan gravitasi yang berbeda dengan nilai percepatan
gravitasi secara teoritis yaitu sebesar 9,8 m/s 2. Perbedaan ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu ketidaktelitian dalam
menggunaan alat ukur seperti mistar, busur derajat, dan
stopwatch digital. Kecilnya amplitudo yang manipulasi
menyebabkan tidak sesuai dengan amplitudo yang telah
ditentukan. Pada saat percobaan mengukur besarnya waktu
masih terdapat kendala yaitu kurang tepatnya dalam memulai
dengan melepas bola pejal dan menghentikan stopwatch pada
saat ayunan kesepuluh.

V. SIMPULAN
Setelah melakukan percobaan dapat disimpulkan bahwa
pada percobaan pertama adalah menggunakan ayunan
sederhana dengan amplitudo (A) yang tetap (konstan) dan

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA DASAR I


memanipulasi panjang nilon (l) untuk menentukan besar
periode (T) dan percepatan gravitasi (g) dan percobaan kedua
adalah menggunakan ayunan sederhana dengan panjang nilon
(l) yang tetap (konstan) dan memanipulasi amplitudo (A)
untuk menentukan besar periode (T) dan percepatan gravitasi
(g). Tujuan dari percobaan ini adalah agar mampu menentukan
percepatan gravitasi dengan ayunan sederhana.
Adapun hubungan antara amplitudo (A), panjang nilon (l),
waktu (t), periode (T), dan percepatan gravitasi (g) bahwa
pada percobaan pertama yaitu semakin besar panjang tali
maka waktu yang diperlukan bandul untuk 10 kali ayunan
semakin besar, sehingga besarnya periode juga semakin besar
dan percepatan gravitasi bernilai tetap. Sedangkan pada
percobaan kedua semakin besar amplitudo atau simpangan
sudut maka waktu yang diperlukan bandul untuk 10 kali
ayunan juga semakin besar, sehingga besarnya periode juga
semakin besar dan percepatan gravitasinya bernilai tetap.
Hasil yang diperoleh selama percobaan yaitu adalah pada
percobaan pertama diperoleh nilai percepatan gravitasi secara
berturut-turut yaitu sebesar (9,90 0,07) m/s2, (9,26 0,04)
m/s2, (10,02 0,04) m/s2, (10,02 0,04) m/s2, dan (9,70
0,03) m/s2. Sedangkan pada percobaan kedua diperoleh nilai
percepatan gravitasi secara berturut-turut yaitu sebesar (9,36
0,06) m/s2, (9,10 0,06) m/s2, (8,62 0,06) m/s2, (8,62 0,06)
m/s2, dan (8,17 0,05) m/s2. Dari seluruh hasil percobaan
dapat dikatakan bahwa hasil yang diperoleh telah sesuai
dengan rumusan hipotesis yang digunakan sebagai acuan
dalam melakukan percobaan ini. Kendala yang dihadapi pada
saat percobaan sebabkan oleh beberapa faktor ketidaktelitian
dalam menggunaan alat ukur seperti mistar, busur derajat, dan
stopwatch digital. Kecilnya amplitudo yang dimanipulasi
menyebabkan tidak sesuai dengan amplitudo yang telah

9
ditentukan. Pada saat percobaan mengukur besarnya waktu
masih terdapat kendala yaitu kurang tepatnya dalam memulai
dengan melepas bola pejal dan menghentikan stopwatch pada
saat ayunan kesepuluh.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT
karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan ini dengan lancar. Ucapan terima kasih ditujukan
penulis kepada kedua orang tua yang selalu mendukung dan
mendoakan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
asisten percobaan Gerak Harmonik Bandul yaitu Lisa Hartini
yang telah membimbing dan memberikan panduan pada saat
melakukan percobaan. Serta teman - teman praktikum satu
kelompok yaitu kelompok 1 yang telah bekerjasama dalam
menyelesaikan percobaan ini.

DAFTAR PUSTAKA
[1]

[2]

[3]
[4]
[5]

Saripudin, Aip, Dede Rustiawan K., Adit Suganda. 2009. Praktis


Belajar Fisika 2: Untuk kelas XI SMA/MA Program Ilmu Pengetahuan
Alam. Jakarta: Visindo Media Persada.
Indrajit, Dudi. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Fisika Untuk Kelas XI
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan
Alam. Jakarta: PT. Setia Purna Inves.
Handayani, Sri, Ari Damari. 2009. Fisika 2: Untuk SMA/MA Kelas XI.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Tim Dosen Fisika. 2015. Modul Praktikum Fisika Dasar I.
Banjarmasin: FKIP UNLAM.
Sutrisno. 1997. Fisika Dasar: Mekanika. Bandung: ITB.

Anda mungkin juga menyukai