II. PENDAHULUAN
2.1.Tujuan
Setelah Praktikum mahasiswa diharapkan memahami :
1. Memahami konsep momen inersia benda
2. Dapat menentukan momen inersia benda
2.2.Dasar Teori
Momen inersia adalah analog dengan massa, tetapi untuk benda yang berputar.
Dapat dituliskan :
I = ∑ 𝑚.r2
Dengan r adalah jarak benda. Satuan momen inersia adalah kg.m2. [1]. Sebagian
besar kasus melingkar sejauh ini kita telah memperlakukan tubuh sebagai “partikel”
sehingga semuanya, pada dasarnya, berputar dalam lingkaran dengan jari-jari yang
sama. Bila ini tiadak realistis, kita harus menganggap tubuh berputar sebagai sistem
partikel “yang terhubung” yang bergerak dalam lingkaran radius yang berbeda. Cara
dimana massa tubuh didistribusikan kemudian mempengaruhi perilakunya.[2].
Ukuran massa inersia properti yang sesuai untuk gerak rotasi disebut momen
ineritia. Semakin sulit untuk mengubah kecepatan sudut tubuh yang berputarpada
sumbu tertentu, eksprimen menunjukkan bahwa roda dengan sebagian besar masaanya
di Velg lebih sulit untuk dimulainya dan berhenti daripada disk unifrom dengan masa
yang sama dan berputar pada sumbu yang sama, yang pertama memiliki momen inersia
yang lebih besar. Begitu pula saat inersia orang dibangku berputar lebih besar saat
lengannya diperpanjang. Perlu dicatat bahwa momen inersia adalah milik tubuh yang
berputar pada sumbu tertentu. Jika sumbu berubah begitu juga momen inersia.[2].
Benda tegar yang berotasi terdiri dari massa yang bergerak, sehingga memiliki energi
kinetik. Kita dapat menyatakan energi kinetik ini dalam bentuk kecepatan sudut benda
dan sebuah besaran baru yang disebut dengan momen inertia yang kita definisikan.
Untuk mengembangkan hubungan ini, kita bayangkan sebuah benda yang terdiri dari
sejumlah besar partikel dengan massa m1,m2,m3,... ..., pada jarak r1,r2,r3,..., dari sumu
putar. Kita beri nama masing-masing partikel dengan subkrip i, massa partikel ke-i
adalah m1, dan jaraknya dari sumu putar adalah r1. Partikel tidak harus seluruhnya
berada pada satu bidang, sehingga kita dapat menunjukkan bahwa r1 adalah jarak tegak
lurus dari sumbu terhadap partikel ke-i.[3].
Kita dapat menyimpulkan disini bahwa momen inertia yang merupakan ukuran
bagi kelambanan (inersia) sebuah benda yang berotasi, memainkan peran yang sama
dengan massa dalam gerak translasi. Inertia rotasi pada sebuah benda bergantung tak
hanya pada massanya saja, namun juga pada bagaimana massa tersebut terdistribusi
terhadap posisi sumbu rotasinya. Sebagai contoh, sebuah silinder berdiameter lebih esar
akan memiliki inersia rotasi yang lebih besar daripada silinder lainnya yang bermasa
sama namun berdiameter lebih kecil. Silinder yang disebutkan pertama kali akan lebih
sulit untuk mulai dirotasikan dari keadaan diam, dan lebih sulit dihentikan dari keadaan
berotasi. Bila massa terkonsentrasi pada lokasi yang lebih jauh dari sumbu rotasi,
inertia rotasi akan lebih besar. Untuk gerak rotasi, massa sebuah benda tidak dapat
dianggap konsentrasinya di pusat massanya. Berikut adalah macam-macam benda
dalam momen inertia :
Untuk sebagian besar benda yang kita jumpai, massa terdistribusi secara kontinu,
dan karenanya perhitungan memen inertia, ∑ 𝑚𝑟 2 , dapat menjadi amat sukar. Tetapi,
persamaan-persamaan dapat diturunkan (dengan menggunkana kalkulus) untuk momen
inertia bagi benda-beda yang memiliki bentuk beraturan dalam suku-suku dimensi-
dimensi objek. Diantara persamaan-persamaan ini bagi beberapa entuk benda pejal
yang diputar pada sumbu yang disebutkan dalam tabel diatas. Diantara persamaan-
persamaan ini, satu-satunya yang tampak dapat kita turunkan dengan cukup mudah
disini adalah persamaan untuk gelang atau cincin titpis yang diputar pada sebuah sumbu
yang melewati titik pusatnya secara tegak lurus terhadap bidang dimana gelang atau
cincin tipis yang diputar pada sebuah seumbu yang melewati titik pusatnya secara tegak
lurus terhadap bidang dimana gelang atau cincin berada. Bila perhitungan sulit
dilakukan, I dapat pula ditentukan melalui eksperimen dengan cara mengukur
percepatan α sudut mengelilingi suatu sumbu tetap akibat bekerjanya suatu torque, ∑ 𝜏
yang diketahui, dan kemudian menerepkan Newton kedua.[3].
Alat yang digunakan memiliki momen inersia tersendiri, sehingga momen inersia alat
perlu di hitung dengan persamaan :
𝑘
I0 = . T02
4𝜋2
Apabila sebuah benda di pasangkan pada alat momen inersia, kemudian di osilasi,
periode osilasinya :
4𝜋𝑟 2
T2 = I + I0
𝑘
Momen inersia benda yang terpasang pada alat momen inersia dapat diketahui dengan
persamaan :
𝑇2
I=( - 1) I0
𝑇02
2.3.Alat-alat Percobaan
Tabel 2.2. Alat dan bahan
Alat momen inersia 1 set
2.4.Prosedur Percobaan
Percobaan 1 (Pengukuran Konstanta Pegas Spiral)
1. Benda digantung pada alat momen inersia.
2. Amati besar sudut simpangan yang terjadi.
3. Catat data yang sudah ada.
4. Ulangi langkah yang sama untuk massa beban selanjutnya.
Percobaan 2 (Menentukan Priode Alat)
1. Nyalakan pencacah waktu.
2. Pilih mode cycle.
3. Simpangkan alat momen inersia sejauh 180◦.
4. Atur banyaknya cycle sebanyak 10 kali.
5. Pada pencacah waktu tertera hasil untuk 10 getaran.
6. Catat hasil.
7. Lakukan 8 kali pengukuran dengan langkah yang sama.
Percobaan 3 (Pengukuran Momen Inersia Benda)
1. Nyalakan pencacah waktu dengan mode cycle.
2. Kerucut pejal diletakkan diatas alat momen inersia.
3. Simpangkan sejauh 180◦.
4. Atur cycle sebanyak 10 kali.
5. Hasil yang tertera di pencacah waktu dicatat sebagai waktu untuk 10
getaran. Pengukuran setiap benda dilakukan sebanyak 10 kali.
6. Catat hasil
7. Langkah yang sama dilakukan untuk benda lainnya.
Tabel 2.4. Simpangan Setiap Alat Momen Inersia untuk setiap penambahan beban
Repetisi
M Beban Pengukuran
Simpangan (°) θ rata-rata (°)
(g)
1 2 3
50 θ1 30 29 30 29.67
60 θ2 35 34 35 34.67
80 θ3 49 49 48 48.67
100 θ4 60 60 60 60
150 θ5 89 88 89 88.67
200 θ6 117 118 117 117.33
Bola Pejal 9.258 9.260 9.257 9.259 9.260 9.260 9.262 9.262 9.261 9.263 9.260 0.92602
Silinder
Pejal 8.198 8.200 8.200 8.200 8.201 8.201 8.201 8.200 8.202 8.200 8.200 8.2003
Silinder
Berongga 8.540 8.539 8.539 8.541 8.541 8.541 8.542 8.541 8.539 8.541 8.540 0.85404
Piringan
Pejal 213 16.88 16.88 16.88 16.88 16.89 16.89 16.89 16.89 16.91 16.90 16.889 1.6889
Piringan
Pejal 174 13.97 13.96 13.96 13.96 13.97 13.96 13.96 13.96 13.97 13.96 13.963 1.3963
Kerucut
Pejal 10.40 10.39 10.39 10.40 10.39 10.40 10.39 10.39 10.39 10.39 10.393 1.0392
I Bola Pejal
2𝑚𝑅 2 2 (0.5)(0.056)2
I= = = 0.0006272 = 0,000616 = 6.2 x 10-4
5 5
Silinder Pejal 15
𝑚𝑅 2 0.5 (0.0445)2
I= = = 0,000495 = 4.9 x 10-4
2 2
0.5(0.109)2
I= = 0,00297 = 3.4 x 10-4
2
Silinder Pejal 714
𝑚𝑅 2 0.5(0.0875)2
I= = = 0.0019 = 2.9 x 10-3
2 2
Silinder Berongga
𝑚 0.5
I= = (𝑅12 + 𝑅22 ) = ((0.037)2 + (0.032)2 ) = 0,000598
2 2
Kerucut Pejal
3𝑚𝑅 2 3(0.5)(0.0785)2
I= = = 0,000924
10 10
IV. PEMBAHASAN
Hasil pengukuran yang didapat dari masing masing benda, yang dimana benda
tersebut memiliki massa yang sama (hampir sama) namun menghasilkan momen
inersia yang berbeda. Hal tersebut dikarenakan momen inersia itu sendiri tidak terlepas
dari gerak dilatasi dan translasi. Momen inersia juga merupakan besaran turunan yang
dipengaruhi oleh jari-jari suatu benda, bentuk, dan jarak ke sumbu putar apabila suatu
benda memiliki jari jari maka benda tersebut akan memiliki kecepatan sudut dan
membuatnya berotasi. Jadi momen inersia sendiri lebih dipengaruhi oleh jari-jari benda
yang dimiliki, semakin besar suatu jari-jari semakin besar pula momen inersianya.
Periode benda memiliki nilai yang berbeda beda yang di karenakan memiliki waktu
getar yang berbeda beda pada setiap percobaan. Yang mengakibatkan rata-rata waktu
yang berbeda satu sama lain.
Momen inersia merupakan ukuran kelambanan suatu benda untuk berputar, yang
dimana ukuran dari besarnya kecenderungan berotasi yang ditentukan oleh keadaan
benda atau partikel penyusunnya.
Teori I merupakan pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan. Yang
merupakan penyelidikan yang mampu menghasilkan fakta berdasarkan ilmu pasti.
Serta assas hukum yang dipakai dapat menjadi suatu ilmu pengetahuan. Sedangkan
untuk percobaannya secara nyata yang disebut dalam teori, dan praktek yang dilakukan
merupakan praktek yang berdasarkan teori.
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat disimpulkan bahwa kita dapat menentukan konstanta pegas
spiral pada alat momen inersia, kemudian kita dapat menentukan periode diri alat
momen inersia dan kita juga dapat menentukan periode benda. Kemudian kita dapat
menentukan momen inersia benda serta kita dapat membuat perbandingan nilai momen
inersia secara teori dan praktikum.
Momen inersia dapat diaplikasikan didalam kehidupan sehari hari, contohnya roda
sepeda saat berputar, massa gasing yang tepat ditengah tenaga gasing tersebut. Dan
gerakan penari balet saat melakukan putaran merupakan penerapan momen inersia.
VI. REFERENSI
[1] Duncan, Tom. 1973. Advance Physic. London : By Hodder Education.
[2] Sears dan Zemansky. 2001. Fisika Universitas. Hugh D. : Young & Roger A.
Freedman. Erlangga : Jl. H. Baping raya no. 100 : Jakarta.
[3] Giancoli, Douglas C. Fisika Edisi Ketujuh jilid 1 : Jakarta : Erlangga.
[4] Ahmad, D., skk. 2019. Modul Praktikum Fisika Dasar II 2020/2021. Jakarta :
Universitas Pertamina.