Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemuaian
Menurut Tipler dan Mosca (2008), ketika suatu zat menyerap panas
atau kalor, maka sifat fisis zat tersebut juga turut berubah. Sebagai contoh
pada perubahan temperatur suatu zat, baik zat padat, cair, maupun gas
umumnya diikuti oleh ekspansi atau kontraksi zat tersebut. Ketika suatu zat
mengalami pertambahan temperatur, maka zat tersebut dikatakan
mengalami pemuaian. Young dalam Atmoko (2008) menjelaskan bahwa
pemuaian atau ekspansi termal merupakan perubahan ukuran suatu zat
akibat adanya perubahan temperatur. Selain itu, dikatakan pula jika
pemuaian dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: keadaan awal zat,
perubahan temperatur, dan koefisien muai zat [6].
Sehingga, dapat dikatakan pemuaian panas adalah perubahan suatu
benda yang bisa menjadi bertambah panjang, lebar, luas, atau berubah
volumenya karena terkena panas (kalor). Pemuaian dari tiap benda akan
berbeda, tergantung pada suhu di sekitar dan koefisien muai atau daya muai
dari benda tersebut [7].

Gambar 2.1 Ruang yang ditempati molekul pembentuk zat bergantung


pada suhunya [7]
Jika suatu zat dipanaskan, molekul-molekul pembentuk zat bergerak
lebih cepat, sehingga mereka mengambil ruang yang lebih besar. Namun,
sebagai satu kesatuan mereka mengambil ruang yang lebih besar. Ruang
yang ditempati molekul-molekul pembentuk zat bergantung pada suhunya
[1].
Saat bergerak, molekul yang lebih kecil, yaitu atom ini diikat oleh
gaya atomik pada zat padat atau cair sehingga atom ini bergetar di sekitar
posisi kesetimbangan. Ketika suhu dinaikkan, getaran atom-atom makin
kencang. Getaran ini mulai melawan gaya tarik antar atom sehingga jarak
rata-rata antar atom mengalami penambahan. Pada suhu sembarang T, jarak
antar atom menjadi a. Jadi, ketika suhu berubah dari T 0 ke T jarak rata-rata
antar atom mengalami perubahan sebesar ∆ a=a−a 0. Nilai a, a0, dan a
sangat kecil. Namun, karena jumlah atom penyusun zat sangat banyak
sehingga perubahan jarak rata-rata yang kecil tersebut menimbulkan
perubahan panjang yang dapaty diukur untuk benda makroskopik.

Gambar 2.2 Atom pada suhu T dan jarak a [2]

Pemuaian zat memiliki tiga jenis pemuaian yang dialami suatu benda
yang mengalami perubahan suhu, yaitu pemuaian zat padat, pemuaian zat
cair, dan pemuaian gas.

2.2 Pemuaian Zat Padat


Hampir semua zat padat akan memuai jika dipanaskan. Setiap benda
padat yang dipanaskan akan mengalami pemuaian panjang, pemuaian luas
dan pemuaian volume. Pemuaian itu dapat berupa bertambah panjang
(linear), bertambah luas, atau bertambah volumenya. Hal ini karena partikel-
partikel benda akan bergerak lebih cepat jika suhunya dinaikkan. Karena
gerakan inilah partikel membutuhkan ruang yang lebih luas untuk bergerak.
Akibatnya, volume zat padat tersebut bertambah besar.
Pemuaian zat padat dapat ditinjau dari pemuaian panjang, pemuaian
luas, dan pemuaian volume. Pemuaian zat padat terjadi karena bedan padat
tersebut mengalami perubahan suhu dari suhu rendah ke tinggi. Besarnya
pemuaian zat padat tergantung dari koefisien muai dari benda padat
tersebut.
Muai panjang berbagai macam benda padat dapat diselidiki dengan
alat Musschenbroek. Jika batang logam yang dipasang pada alat
Musschenbroek dipanaskan maka batang logam akan bertambah panjang.
Namun, pertambahan panjang batang logam yang satu dengan yang lain
berbeda. Artinya, tingkat pemuaian logam-logam tersebut juga berbeda.
Logam yang paling besar pemuaiannya akan mendorong jarum penunjuk
hingga berputar paling jauh, sedangkan logam yang pemuaiannya paling
kecil akan mendorong jarum penunjuk berputar paling dekat. Jika
digunakan batang logam aluminium, baja, dan besi maka logam aluminium
memuai paling besar, sedangkan besi adalah logam yang memuai paling
kecil.

Gambar 2.3 Alat Musschenbroek [3]

2.2.1 Pemuaian Panjang


Jika sebuah benda padat dipanaskan, benda tersebut memuai ke
segala arah. Artinya, ukuran panjang, luas, dan volumenya bertambah.
Untuk benda padat yang panjang tetapi luas penampangnya kecil,
misalnya jarum jahit, kita hanya memperhatikan pemuaian panjangnya
saja. Untuk pemuaian panjang digunakan konsep koefisien muai panjang
atau koefisien muai linear yang dapat didefinisikan sebagai perbandingan
antara pertambahan panjang zat dengan panjang mula-mula zat, untuk
kenaikan suhu sebesar satu satuan suhu. Jika koefisien muai panjang
dilambangkan dengan α dan pertambahan panjang ∆L, panjang mula-
mula Lo dan perubahan suhu ∆T, maka koefisien muai panjang dapat
dinyatakan dengan persamaan [5]:
∆L
α=
L0 ∆ T
............................................ 2.1

Dari persamaan di atas diperoleh persamaan:


∆ L=α L0 ∆ T ........................................2.2

dengan,
∆ L=Lt−L0..........................................2.3

dan
∆ T =T −T 0..........................................2.4

keterangan:
It = Panjang akhir benda (m)
T = Suhu akhir benda (°C atau K)
T0 = Suhu awal benda (°C atau K)

Pada Tabel 2.1 ditunjukkan koefisien muai berbagai zat pada suhu
kamar. Koefisien muai panjangn sering disebut sebagai koefisien muai
linear.
Tabel 2.1 Koefisien muai berbagai zat pada suhu kamar [4]
Koef. Muai Koef. Muai
Zat Zat
Panjang (/°C) Volum (/°C)
Aluminium 24 × 10-6 Air 2.1 × 10-4
Kuningan dan
19 × 10-6 Alkohol 1.12 × 10-3
perunggu
Tembaga 17 × 10-6 Benzena 1.24 × 10-3
Kaca (biasa) 9 × 10-6 Aseton 1.5 × 10-3
Kaca (pyrex) 3.2 × 10-6 Gliserin 4.85 × 10-3
Timah hitam 29 × 10-6 Raksa 1.82 × 10-3
Baja 11 × 10-6 Terpentin 9 × 10-3
Invar 0.9 × 10-6 Bensin 9.6 × 10-3
Besi 12 × 10-6 Udara 3.67 × 10-3
Emas 14 × 10-6 Helium 3.665 × 10-3

.2.2 Pemuaian Luas


Jika zat padat memiliki dua dimensi seperti persegi panjang yang
mempunyai panjang dan lebar dipanaskan, akan mengalami pemuaian ke
arah memanjang dan arah melebar. Dengan kata lain mengalami
pemuaian luas. Pemuaian luas berbagai zat bergantung pada koefisien
muai luas
Koefisien muai luas (β) suatu bahan adalah perbandingan antara
pertambahan luas benda (∆A) terhadap luas benda awal (A 0) per satuan
kenaikan suhu (∆T). secara amtematis, β dinyatakan sebagai:
∆A
β=
A0 ∆ T
............................................2.5

Dari persamaan di atas diperoleh persamaan:


∆ A=β A 0 ∆ T .......................................2.6

dengan,
∆ A= At − A0........................................ 2.7

dan
∆ T =T −T 0..........................................2.8

sehingga,
At = A0 (1+ β ∆ T ).................................. 2.9

keterangan:
A = Luas akhir benda (m2)

Terdapat hubungan antara koefisien muai luas dengan koefisien


muai panjang. Misalkan suatu persegi dengan sisi 1 m dipanaskan sampai
suhu naik 1 K. akibat pemanasan ini, sisi persegi bertambah panjang
menjadi (1+ α) m, dengan α adalah koefisien muai panjang.

Gambar 2.4 Hubungan koef. muai panjang dan koef. muai luas [4]
Dengan luas awal persegi A0 = 1 m2 dan luas akhir A=
A=(1+α )2 =1+ 2 α +α 2
Maka pertambahan luas yang terjadi dengan menggunakan rumus
persamaan (2.7) didapatkan ∆ A=( 2 α + α 2 ). Dan pada koefisien muai luas
dengan menggunakan rumus persamaan (2.5) didapat nilai koefisien

β=( 2 α +α 2) .
Oleh karena koefisien muai panjang (α) sangat kecil, maka α 2
dapat diabaikan terhadap 2α, sehingga kita peroleh hubungan antara
koefisien muai luas (β) dan koefisien muai panjang (α) adalah β=2 α [4].

.2.3 Pemuaian Volum


Bila benda padat berbentuk balok dipanaskan, akan terjadi pemuaian
dalam arah memanjang, melebar, dan meninggi. Dengan kata lain, benda
padat mengalami pemuaian volum. Pemuaian volum berbagai zat
bergantung pada koefisien muai volum.
Koefisien muai volum (ℽ) suatu bahan adalah perbandingan
pertambahan volum terhadap volum awal benda (V0) per satuan kenaikan
suhu (∆T). secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut [4]

∆V
γ=
V0∆T
............................................2.10

Dari persamaan di atas diperoleh persamaan:


∆ V =γ V 0 ∆ T ....................................... 2.11

dengan,
∆ V =V t −V 0........................................ 2.12

keterangan:
V = Volume akhir benda (m3)
Gambar 2.5 sebelum terjadi pemuaian volume pada kubus [2]

Gambar 2.6 Setelah pemanasan dan pemuaian volume pada kubus [2]

2.3 Pemuaian Zat Cair


Sifat zat cair adalah selalu mengikuti bentuk wadah yang
ditempatinya. Jika air dituangkan ke dalam botol, bentuk air mengikuti
bentuk botol. Jadi, wadah berarti volum. Karena itu, zat cair hanya memiliki
muai volum (tidak memiliki muai panjang dan muai luas), sehingga untuk
zat cair, yang diketahui selalu koefisien muai volumnya. Pemuaian volum
zat cair dapat dilihat pada termometer raksa. Ketika pentol termometer
diegang, volum raksa memuai, yang ditunjukkan dengan naiknya raksa
dalam pipa kapiler [4].

2.4 Pemuaian Gas


Gas adalah zat yang paling mudah memuai. Perubahan suhu yang
tidak terlampau besar sudah cukup mengubah volum gas secara signifikan.
Misalkan kita mempunyai gas ideal. Persamaan yang mengaikan tekanan,

n RT
suhu, dan volum untuk gas ideal adalahV = , dengan V adalah volum
P
(m3), T adalah suhu (K), P adalah tekanan (Pa), n adalah jumlah mol zat
(mol), dan R adalah konstanta gas umum (J/mol K).
Jika kita panaskan gas pada tekanan konstan (P = P0) dari suhu T0
sampai suhu T maka:
Volum awal gas adalah:
n R T0
V 0= ..................................................2.13
P0
Volum akhir gas adalah:
n RT
V= .....................................................2.14
P0
Perubahan volum gas adalah
∆ V =V t −V 0........................................ 2.15

nRT n RT0
∆V = −
P0 P0
T −T 0
∆ V =nR
P0
∆T
∆ V =nR ....................................................2.16
P0

nR V 0
Dari persamaan keadaan awal, dapat ditulis = . Substitusi ke dalam
P0 T 0
persamaan perubahan volum dieroleh,
V0
∆V = ∆ T......................................................2.17
T0

dengan membandingkan persamaan (2.16) dan (2.17), dapat disimpulkan bahwa


koefisien muai volum gas adalah
1
γ=
T0
..................................................2.18

Dengan catatan, persamaan (2.18) berlaku untuk perubahan suhu gas yang tidak
terlampau jauh dari nilai suhu awal (T0) atau perubahan suhu jauh lebih kecil dari
T0 [2].

Anda mungkin juga menyukai