Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kandungan energi suatu sistem, yang dilihat adalah suatu kuantitas yang

dinamakan energi internal. Kuantitas kalor, q yang diperlukan mengubah zat

bergantung pada banyak suhu yang harus diubah, kuantitas zat dan sifat zat (jenis

atom atau molekul) (Petrucci, dkk, 2008 : 224).

Pengalaman menunjukkan bahwa kalor memainkan peranan penting dalam

menentukan tingkat reaksi kimia. Kalor dapat mempercepat reaksi dan

memperlambat reaksi lainnya. Hokum termodinamika sendiri tidak dapat

diturunkan atau dibuktikan. Hukum-hukum tersebut merupakan generalisasi yang

dihasilkan dari banyak pengalaman perilaku zat, seperti banyak bidang ilmu

pengetahuan lainnya. Termodinamika merupakan ilmu operasional yang

berhubungan dengan sifat-sifat makroskopik yang ada pada dasar yang dapat

diukur. Tujuan ilmu ini adalah memprediksi jenis-jenis proses kimia dan fisika

yang mungkin dan dalam kondisi yang bagaimana serta menghitung secara

kuantitatif sifat-sifat keadaan keseimbangan yang timbul pada saat proses

berlangsung (Oxtoby, 2001: 188-189).

Di laboratorium kimia, lebih mengoperasikan kalorimeter sederhana

seperti cangkir kopi.Kita mencampurkan reakstan (biasanya dalam larutan berair)

ke dalam cangkir stirofom (styrofom) dan mengukur perubahan suhu. Stirofom

adalah insulator kalor yang baik sehingga sangat sedikit terjadi transfer kalor

antara cangkir dan udara sekeliling. Perlakukan system ini – cangkir dan isinya –

sebagai sistem terisolasi (Petrucci, dkk, 2008 : 230).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukanlah percobaan

termokimia ini.

1
2

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Berapa tetapan kalorimeter?

2. Berapa kalor reaksi Zn + Cu2+ Zn2+ + Cu?

3. Berapa kalor penetralan HCl dengan NaOH?

4. Berap kalor pelarutan etanol dalam air?

C. Tujuan Percobaan

Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan tetapan kalorimeter.

2. Menentukan kalor reaksi Zn + Cu2+ Zn2+ + Cu.

3. Menentukan kalor penetralan HCl dengan NaOH.

4. Menentukan kalor pelarutan etanol dalam air.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Termodinamika (bahasaYunani: thermos= panas and dynamic=

perubahan) adalah fisika energi, panas, kerja, entropi dan kespontanan proses.

Termodinamika berhubungan dekat dengan mekanika statistik dimana banyak

hubungan termodinamika berasal. Pada sistem di mana terjadi proses perubahan

wujud atau pertukaran energi, termodinamika klasik tidak berhubungan dengan

kinetika reaksi (kecepatan suatu proses reaksi berlangsung). Karena penggunaan

istilah “termodinamika” biasanya merujuk pada termodinamika setimbang.

Dengan hubungan ini, konsep utama dalam termodinamika adalah proses

ekuasistatik, yang di idealkan, proses “super pelan”. Proses termodinamika

bergantung waktu dipelajari dalam termodinamika tak seimbang

(Hidayat, 2013 : 3).

Hukum Termodinamika telah berhasil ditrapkan dalam suatu penelitian

tentang ilmu kimia dan fisika. Hukum pertama termodinamika didasarkan pada

hukum kekekalan energi. Hukum kedua termodinamika berkaitan dengan proses

suatu atau suatu sponatnitas. Prinsip yang memprediksi kespontanan ini yaitu

entropi, yang merupakan ukuran perubahan entropi ketidakaturan suatu sistem.

Hukum kedua menyatakan bahwa untuk proses spontan, perubahan entropi

semesta haruslah positif. Hukum termodinamika ketiga memungkinkan

ditentukannya nilai entropi mutlak (Chang, 2005: 165).

Termodinamika adalah kajian mengenai hubungan panas, kerja dan energi

yang secara khusus perubahan panas menjadi kerja.Hukum termodinamika

pertama dan kedua dirumuskan pada abad ke-19 oleh para ilmuan mengenai

peningkatan efesiensi mesin uap. Hukum ini merupakan dasar seperti hukum

3
4

fisika yang membatasi efesiensi amuba atau ikan paus, membatasi efesiensi mobil

atau tenaga nuklir tumbuhan (Hidayat, 2013 : 3).

Hukum termodinamika pertama menyatakan bahwa energi tidak dapat

diciptakan dan dimusnahkan tetapi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk

yang lain. Hukum pertama dapat dinyatakan secara sederhana selama interaksi

antara sistem dan lingkungan, jumlah energi yang diperoleh system harus sama

dengan energi yang dilepaskan oleh lingkungan (Saleh, 2013 : 103).

Hukum termodinamika kedua, menurut Kelvin menyatakan bahwa tidak

mungkin menggunakan proses siklis untuk memindahkan panas dari benda panas

dan mengubahnya menjadi kerja tanpa memindahkan sebagian panas kepada

benda dingin pada saat yang sama (Saleh, 2013 : 111).

Energi diturunkan dari bahasa Yunani yang artinya “kerja di dalam”.

Energi adalah kapasitas untuk melakukan kerja. Kerja dilakukan jika gaya bekerja

melewati suatu jarak. Objek yang bergerak melakukan kerja ketika objek itu

melambat atau dihentikan. Jika suatu bola billiar menghantam bola lainnya dan

berhenti bergerak, maka kerja telah dilakukan (Petrucci, dkk, 2008: 222).

Suatu bentuk kerja dalam ilmu kimia adalah kerja ekspansi (disebut juga

kerja volume) yaitu kerja yang berkaitan dengan perubahan volume sistem secara

matematik kerja. Kerja, w atau W adalah setiap bentuk energi yang bukan kalor

yang dipertukarkan antara sistem dan lingkungan. Perjanjian nilai kerja yang

digunakan berbesa-beda tergantung dari sudut mana tinjauannya, W diberi nilai

negatif apabila system melakukan kerja. Sedangkan apabila sistem menerima

kerja, W diberi tanda positif. (Baharuddin, dkk, 2013 : 108).

Dalam beberapa reaksi, kerja juga terlibat artinya sistem dapat melakukan

kerja pada sekelilingnya atau sebaliknya.Contohnya reaksi dekomposisi kalium

klorida (KCl) dan oksigen (O2).Dekomposisi berlangsung dalam wadah.Dinding


5

wadah tidak bergerak pada tekanan oksigen O2 (g) yang memuai, tetapi piston

yang menutup bagian atas wadah berbentuk silinder dapat bergerak.Tekanan O2

(g) melebihi tekanan atmosfer dan piston terangkat, artinya sistem melakukan

kerja pada sekeliling.Kerja yang melibatkan pemuaian atau pemampatan gas

disebut kerja tekanan volume (pressure volume work). Kerja tekanan volume atau

P-V adalah jenis kerja yang dilakukan oleh bahan peledak dan gas yang terbentuk

dari pembakaran bensin dalam mesin (Petrucci, dkk, 2008 : 231).

Perhitungan mengenai seberapa banyak kerja tekanan volume yang

dilakukan oleh gas saat menggerakkan beban bermassa M sejauh Δh yaitu:

Kerja (w)= gaya (M × g) × jarak (Δh) = -M × g ×Δh …. Pers. (2.1)

Besarnya gaya yang ditimbulkan oleh beban adalah M × g, dengan g adalah

percepatan akibat gravitasi. Tanda negative muncul sebab gaya bekerja pada arah

yang berlawanan dengan arah gerak (Petrucci, dkk, 2008 : 231).

Sistem (system) adalah bagian dari semesta yang dipilih untuk dikaji dan

sistem dapat sebesar samudra di Bumi atau sekecil isi gelas piala. Sebagian besar

sistem yang akan dikaji adalah yang kecil dan kita akan melihat, terutama pada

transfer energi (sebagai kalor dan kerja) dan transfer materi antara sistem dan

kelilingnya. Sekeliling (surrounding) adalah bagian dari semesta di luar sistem

yang berinteraksi dengan sistem tersebut (Petrucci, dkk, 2008 : 222).

Sistem kimia dapat didefenisikan sebagai sesuatu atau sejumlah zat atau

campuran zat-zat yang dibatasi oleh sifat-sifat fisik yang sifat-sifatnya dapat

dipelajari atau menjadi pusat perhatian.Segala sesuatu diluar system disebut

lingkungan. Antara system dengan lingkungan dapat terjadi interaksi, yaitu berupa

pertukaran energy dan materi (Baharuddin, dkk, 2013 : 108).

Menurut (Baharuddin, dkk, 2013 : 108), berdasarkan pada interaksi

tersebut dapat diklasifikasikan beberapa sistem, yaitu:


6

1. Sistem terbuka, pada system ini baik energy maupun materi dapat terjadi

pertukaran dari system ke lingkungan atau dari lingkungan ke sistem.

2. Sistem tertutup, hanya dapat terjadi pertukaran energy dari sistem ke

lingkungan atau dari lingkungan ke sistem tetapi tidak terjadi pertukaran

materi.

3. Sistem tersekat atau terisolasi, tidak terjadi pertukaran baik energy maupun

materi dari sistem ke lingkungan atau dari lingkungan ke sistem.

Kalor (heat) adalah energi yang ditransfer antara suatu system dan

sekelilingnya sebagai akibat dari perbedaan suhu. Energi, sebagai kalor bergerak

dari benda yang lebih hangat (dengan suhu lebih tinggi) ke benda yang lebih

dingin (dengan suhu lebih rendah) (Petrucci, dkk, 2008 : 224).

Pada tingkat molekul, molekul-molekul pada benda yang lebih hangat,

melalui benturan, kehilangan energi kinetik dan mengalihkannya ke benda yang

lebih dingin. Energi termal di transfer atau “kalor mengalir”, sampai energi

kinetik rerata molekul diantara kedua benda menjadi sama, sampai suhu menjadi

sama (Petrucci, dkk, 2008 : 224).

Kalor, biasanya di lambangkan dengan q atau Q, merupakan salah satu

bentuk energi yang dapat dipertukarkan oleh sistem dan lingkungan karena

adanya perbedaan temperatur.Menurut perjanjian, q bernilai positif sistem

menerima kalor dari lingkungan. Sebaliknya, q berniali negatif apabila sistem

melepaskan kalor ke lingkungan (Baharuddin, dkk, 2013 : 108).

Transfer kalor tidak saja dapat mengubah suhu tetapi dalam beberapa hal,

juga dapat mengubah wujud materi. Contohnya, ketika suatu padatan dipanaskan,

molekul, atom atau ion dalam padatan bergerak dengan kekuatan lebih besar dan

akhirnya terbebas dari tetangganya dengan mengatasi gaya tarik diantara molekul,

atom atau ion tersebut. Energy diperlukan untuk mengatasi gaya tarik ini. Selama
7

proses pelelehan, suhu tetap konstan karena transfer energi termal (kalor)

digunakan untuk mengatasi gaya yang mempertahankan padatan tersebut. Proses

yang terjadi pada suhu konstan disebut sebagai isotermal. Setelah padatan meleleh

sempurna, kalor yang masih mengalir akan menaikkan suhu cairan yang

dihasilkan (Petrucci, dkk, 2008 : 224).

Hukum Hess sangat bermanfaat untuk menentukan entalpi reaksi yang

sulit ditentukan secara eksperimen. Hukum Hess menyatakan bahwa, entalpi

reaksi adalah jumlah total perubahan entalpi untuk setiap tahapnya dengan kata

lain kalor reaksi itu hanya bergantung pada keadaan awal (pereaksi) dan pada

keadaan akhir (produk) (Baharuddin, dkk, 2013 : 111).

Setiap zat memiliki kandungan kalor atau panas yang disebut entalpi

dengan notasi H. Entalpi (H) yang dimiliki oleh suatu zat tidak dapat diukur, yang

dapat diukur adalah perubahan entalpi (ΔH) dalam suatu reaksi kimia:

ΔH= Hproduk- Hreaktan ….. pers. (2.2)

Dalam reaksi endoterm Hproduk Hreaktan, maka ΔH bertanda positif.Dalam reaksi

eksoterm Hproduk Hreaktan, maka ΔH bertanda negative. Perubahan entalpi (ΔH)

yang diukur pada keadaan standar (250 C, 1 atm) disebut perubahan entalpi

standar (ΔH0) (Baharuddin, dkk, 2013 : 110).

Entalpi pembentukan suatu senyawa adalah perubahan entalp yan

menyertai pembentukan satu mol senyawa dari unsur-unsurnya, diberi symbol

ΔHf. disepakati bahwa perubahan entalpi semua zat yang diukur pada suhu

298,15 K (untuk mempersingkat, selanjutnyam ditulis 298 K) dan tekanan 1 atm

dinyatakan sebagai perubahan entalpi standar, ΔHf0. Berdasarkan perjanjian,

entalpi standar unsur dalam bentuknya yang paling stabil pada 298 K dan 1 atm

sama dengan nol. Misalnya unsur-unsur gas mulia, Srombik, Pputih, Cgrafit dan banyak
8

kristal logam yang memiliki perubahan entalpi standar nol. Selain itu, senyawa-

senyawa dari atom seperti O2, H2, Cl2 dan sebagainya, umumnya juga memiliki

perubahan entalpi standar nol (Baharuddin, dkk, 2013 : 110).

Fungsi-fungsi termodinamik khusus didefenisikan sebagai hal yang

mudah. Fungsi demikian yang paling sederhana yaitu entalpi H, yang secara

eksplisit didefenisikan untuk setiap system dengan dengan pernyataan:

H=U+PV ……. Pers. (2.3)

Karena energi dalam U dan perkalian PV kedua-duanya mempunyai satuan

energi, H juga memiliki satuan energy. Lebih dari itu, karena U, P, dan V

merupakan sifat-sifat sistem, maka H juga sebuah sifat sistem (Michael &

Hendrick, 1989 : 12).

Kalorimeter adalah alat untuk mengukur kalor reaksi suatu zat. Asas

penggunaan kalorimeter adalah asas black. Jenis kalorimeter yang umum

digunakan adalah kalorimeter sederhana. Adapun kalorimeter bom cocok untuk

mengukur kalor yang timbul dalam reaksi pembakaran (Petrucci, 1985: 183).

Seperti halnya kalorimeter, kalor reaksi didefenisikan sebagai kuantitas

kalor yang akan ditukarkan dengan sekeliling dalam pengembalian kalorimeter

awalnya. Namun, sekali lagi kalorimeter tidak secara fisik dikembalikan ke

kondisi awalnya.Hanya mengambil kalor reaksi sebagai negatif, dari kuantitas

kalor yang menghasilkan perubahan suhu dalam kalorimeter. Artinya

menggunakan persamaan:

q reaksi = -q kalorim …….. pers. (2.4)

(Petrucci, dkk, 2008 : 230).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Hari / Tanggal : Sabtu / 06 Desember 2014

Pukul : 13.30 – 16.00 wita

Tempat : Laboratorium Kimia Analitik, Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang diguanakan dalam percobaan ini adalah neraca analitik, hot

plate, kalorimeter, pipet skala 25 mL dan 10 mL, termometer 500 C dan 1000 C,

gelas kimia 250 mL, gelas arloji, bulp dan spatula.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aquades (H2O), asam

klorida (HCl) 1 M, etanol (C2H5OH), natrium hidroksida (NaOH) 1 M, serbuk

seng (Zn), tembaga sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O) 1 M dan tissu.

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Penentuan Tetapan Kalorimeter

Memasukkan aquades (H2O) 20 mL ke dalam kalorimeter, lalu

mencatat temperaturnya. Memanaskan aquades (H2O) 20 mL ke dalam gelas

kimia hingga 100C diatas temperatur air dingin, lalu mencampurkan dan

mengaduk serta mengamati temperaturnya selama 10 menit dengan selang

waktu 1 menit. Mencatat hasilnya dan melakukan secara duplo.

9
10

2. Penentuan Kalor Reaksi Zn+Cu2+ Zn2++Cu

Memasukkan larutan tembaga sulfat (CuSO4) 1 M sebanyak 40 mL ke

dalam kalorimeter, lalu mengukur dan mencatat temperaturnya selama 2 menit

dengan selang waktu setengah menit. Menimbang 3,1008 gram serbuk seng

(Zn), lalu memasukkan ke dalam kalorimeter. Mengaduk dan

menghomogenkan serta mencatat suhu selama 10 menit dalam selang waktu 1

menit.

3. Penentuan Pelarutan HCl dengan NaOH

Memasukkan 10 mL asam klorida (HCl) 1 M ke dalam kalorimeter,

lalu mencatat v dan mencatat temperaturnya selama 2 menit dengan selang

waktu setengah menit. Menambahkan 10 mL natrium hidroksida (NaOH) 1 M,

lalu mencampurkan dan mengaduk larutan. Mencatat tempratur selama 10

menit dengan selang waktu setengah menit.

4. Penentuan Pelarutan Etanol (C2H5OH) dalam Air (H2O)

Memasukkan 9 mL aquades (H2O) ke dalam kalorimeter, lalu

mengukur dan mencatat temperaturnya selama 2 menit dengan selang waktu

setengah menit. Menambahkan 14,5 mL etanol (C2H5OH) ke dalam

kalorimeter, lalu mengaduk dan menghomogenkan larutan. Mencatat

temperatur selama 8 menit dengan selang waktu ½ menit.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan yang diperoleh pada percobaan ini adalah sebagai

berikut:

1. Penentuan Tetapan Kalorimeter

a. Tetapan Kalorimeter 1

Suhu awal air dingin : 300C

Suhu awal air panas : 400C

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Penentuan Tetapan Kalorimeter 1

Waktu (menit) Temperatur (0C)

0-1 34

1-2 34

2-3 34

3-4 34

4-5 34

5-6 34

6-7 34

7-8 34

8-9 34

9-10 34

b. Tetapan Kalorimeter 2

Suhu awal air dingin : 280C

Suhu awal air panas : 380C


12

Tabel 4.2. Hasil Pengamatan Penentuan Tetapan Kalorimeter 2

Waktu (menit) Temperatur (0C)


11
0-1 31

1-2 31

2-3 31

3-4 31

4-5 31

5-6 31

6-7 31

7-8 31

8-9 31

9-10 31

2. Penentuan Kalor Reaksi Zn+Cu2+ Zn2++Cu

Massa Zn : 3,1008 gram

Suhu awal CuSO4 : 300C


a. Sebelum Pencampuran

Tabel 4.3. Hasil Pengamatan Penentuan Kalor Reaksi Sebelum Pencampuran

Waktu (sekon) Temperatur (0C)

0-30 30

30-60 30,5

60-90 30,5

90-120 31
13

b. Setelah Pencampuran

Tabel 4.4. Hasil Pengamatan Penentuan Kalor Reaksi Sesudah Pencampuran

Waktu (menit) Temperatur (0C)

0-1 60

1-2 58

2-3 55

3-4 52

4-5 51

5-6 49

6-7 48

7-8 47

8-9 45

9-10 44,5

3. Penentuan Pelarutan HCl dengan NaOH

Suhu HCl : 290C


Suhu NaOH : 280C

Tabel 4.5. Hasil Pengamatan Pelarutan HCl dengan NaOH

Waktu (sekon) Temperatur (0C)

0-30 33

30-60 33

60-90 33

90-120 33

120-150 33

150-180 33

180-210 33
14

210-240 33

240-270 33

270-300 33

4. Penentuan Pelarutan Etanol dalam Air

Suhu etanol : 290C

Suhu air : 290C

a. Sebelum Pencampuran

Tabel 4.6. Hasil Pengamatan Penentuan Pelarutan Sebelum Pencampuran

Waktu (sekon) Temperatur (0C)

0-30 29

30-60 29,5

60-90 29,5

90-120 30

b. Sesudah Pencampuran

Tabel 4.7. Hasil Pengamatan Penentuan Pelarutan Sesudah Pencampuran

Waktu (sekon) Temperatur (0C)

0-30 31,5

30-60 31,5

60-90 31

90-120 31

120-150 31

150-180 31

180-210 31

210-240 31
15

B. Reaksi

1. Penentuan kalor reaksi: Zn + Cu+2 Zn+2 + Cu

CuSO4 + Zn ZnSO4 + Cu+


2. Penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH
HCl + NaOH NaCl + H2O

3. Penentuan kalor pelarutan etanol dalam air

C2H5OH + H2O C2H5OH- + H2O

C. Analisis Data

1. Penentuan Tetapan Kalorimeter

a. Tetapan Kalorimeter 1

Diketahui :

Kalor jenis air = 4,2 J/gr.k

Massa jenis air = 1 gr/cm3

Volume larutan = 20 mL

Massa larutan = volume larutan massa jenis

= 20 mL 1 gr/cm3

= 20 gr

Suhu awal = 30 oC
Ditanyakan : Q1 = …?

Q2= …?

Q3 = …?

K = …?

Penyelesaian :

Penaikan temperatur T1 = Trata-rata Tawal


= 34oC 30oC
16

= 4oC

= 273 + 4 = 278oK

Penurunan temperatur T2 = 10oC + Tawal - Trata-rata

= 10oC + 30oC - 34oC

= 6oC

= 273 + 6 = 279 oK.

Kalor yang diserap air dingin (Q1)

Q1 = (massa air dingin massa jenis air) kalor jenis air T1

= (20 gram 1 gr/cm3) 4,2 j/gr.k 278 0K

= 23.352 Joule.

Kalor yang diberikan air panas(Q2)

Q2 = (massa air dingin massa jenis air) kalor jenis air T1

= (20 gram 1 gr/cm3) 4,2 j/gr.k 279 0K

= 23.436 Joule.

Kalor yang diterima oleh kalorimeter (Q3)

Q3 = Q2 − Q1

= 23.436 Joule 23.352 Joule

= 84 Joule.

Tetapan kalorimeter

K = Q3/ T

= 84 Joule/3070K

= 0,273 J.K-1

b. Tetapan Kalorimeter 2

Diketahui :

Kalor jenis air = 4,2 J/gr.k

Massa jenis air = 1 gr/cm3


17

Volume larutan = 20 mL

Massa larutan = volume larutan massa jenis

= 20 mL 1 gr/cm3

= 20 gr

Suhu awal = 28 oC

Ditanyakan : Q1 = …?

Q2= …?

Q3 = …?

K = …?

Penyelesaian :

Penaikan temperatur T1 = Trata-rata Tawal

= 31oC 28oC

= 3oC

= 273 + 3 = 276oK

Penurunan temperatur T2 = 10oC + Tawal - Trata-rata

= 10oC + 28oC - 31oC

= 7oC

= 273 + 6 = 300 oK.

Kalor yang diserap air dingin (Q1)

Q1 = (massa air dingin massa jenis air) kalor jenis air T1

= (20 gram 1 gr/cm3) 4,2 j/gr.k 276 0K

= 23.184 Joule.

Kalor yang diberikan air panas(Q2)

Q2 = (massa air dingin massa jenis air) kalor jenis air T1

= (20 gram 1 gr/cm3) 4,2 j/gr.k 300 0K

= 25.200 Joule.
18

Kalor yang diterima oleh kalorimeter (Q3)

Q3 = Q2 − Q1

= 25.200 Joule 23.184 Joule

= 2016 Joule.

Tetapan kalorimeter

K = Q3/ T

= 2016 Joule/3040K

= 6,631 J.K-1

2. Penentuan kalor reaksi Zn + Cu2+ Zn2+ + Cu

Diketahui:

Massa bubuk Zn = 3,1008 gram

Massa jenis larutan = 1,14 gr/mL

Kalor jenis larutan = 3,52 J/g.K

Mr Zn = 64,5 gr/mol

Mol = gram/Mr

= 3,1008 gram/64,5 gr/mol

= 0,048 mol.

Ditanyakan : Q4 = …?

Q5 = …?

Q6 = …?

∆𝐻 = …?

Penyelesaian :

Kalor yang diserap kalorimeter (Q4)

Q4 = K × ∆𝑇1

= 6,631 J.K-1 × 276 0K


19

= 1830,156 Joule.

Kalor yang diserap larutan (Q5)

Q5 = (Volume air massa larutan) kalor jenis larutan kenaikan suhu

= (40 mL 1,14 g/mL) 3,52 J/g.K 266 0K

= 42696,192 Joule.

Kalor yang dihasilkan oleh reaksi (Q6)

Q6 = Q4 + Q5

= 1830,156 Joule + 42696,192 Joule

= 44526,348 Joule.

Entalpi reaksi(∆H)

H = Q6/Mr

= 44526,348 J
4 x 10-2 mol

= 1113158,7 J/mol

3. Penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH

Diketahui : Massa jenis larutan = 1,03 gr/cm3

Kalor jenis larutan = 3,96 J/g.K

Volume larutan = 40 mL

Massa larutan = volume larutan massa jenis larutan

= 40 mL 1,03 gr/cm3

= 41,2 gram

Ditanyakan: Q7 = …?

Q8 = …?

Q9 = …?

Hn = …?
Penyelesaian :
20

T = Trata-rata Tawal HCl

= 33oC 33oC

= 0oC

= 273 K

Q7 = massa larutan × massa jenislarutan × T

= 41,2 gr × 3,96 J/g.K × 273 K

= 44540,496 Joule

Kalor yang diserap kalorimeter (Q8)

Q8 = K × T

= 6,631 J.K-1 × 273 K

= 1810,263 Joule.

Kalor yang dihasilkan reaksi (Q9)

Q9 = Q7 Q8

= 44540,496 J 1810,263 J

= 46350,759 Joule.

Kalor yang dihasilkan ( Hn)

Hn = Q9/Mr

= 46350,759 J
4 x 10-2 mol
= 1158768,975 J/mol.
4. Penentuan Kalor Pelarutan Etanol Dalam air

Diketahui : kalor jenis etanol = 1,92 J/g.K

Ditanyakan: Q10 = …?

Q11 = …?

Q12 = …?

Q13 = …?
Hn= …?
21

Penyelesaian:

T2 = Trata-rata Tawal

= 31,125 oC 29oC

= 2,125 oC

= 275,125 K

Kalor yang diserap air (Q10)

Q10 = 18.42 J/K × T2

= 18,42 J/K × 275,125 K

= 5067,8025 Joule.

Kalor yang diserap etanol (Q11)

Q11 = 23 × 1.92 J/gr.K × T2

= 23 × 1.92 J/gr.K × 275,125 K

= 12149,52 Joule.

Kalor yang diserap kalorimeter (q12)

Q12 = K × T2

= 2,14 J/K× 275,125 K

= 588,7675 Joule.

Kalor yang dihasilkan pada larutan (q13)

Q13 = Q10 Q11 Q12

= 5067,8025 J + 12149,52 J + 588,7675 J

= 17806,08975 Joule.

Entalpi pelarutan ( H1)

H1 = Q13/5 x 10-1

= 17806,08975 J
5 x 10-1 mol
= 35612,1794 J/mol
22

D. Grafik

1. Tetapan Kalorimeter

a. Kalorimeter 1

b. Kalorimeter 2
23

2. Tetapan Kalor Reaksi Zn + Cu2+ Zn2+ + Cu

3. Tetapan Kalor Penetralan HCl dengan NaOH


24

4. Tetapan Kalor Pelarutan Etanol dalam Air


25

E. Pembahasan

Percobaan termokimia dilakukan dengan tujuan untuk menentukan tetapan

kalorimeter, tetapan kalor reaksi, tetapan kalor penetralan dan kalor pelarutan.

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah aquades (H2O), serbuk seng

(Zn), larutan asam klorida (HCl), larutan natrium hidroksida (NaOH) dan larutan

tembaga sulfat (CuSO4).

Tetapan kalorimeter dalam aquadest, kalorimeter 1 dan kalorimeter 2

memiliki temperatur yang berbeda-beda. Sebab, dalam pengocokan ada yang tidak

stabil dan pada saat pengkocokan larutan keluar-keluar dari kalorimeter sehingga

menghasilkan temperatur yang beda. Pengukuran dilakukan itu untuk

mengidentifakasi adanya energi panas pada suatu benda cair dan untuk melihat

perubahan suhu dalam setiap menitnya. Nilai kalorimeter 1 adalah 0,273 J.K-1,

dan nilai kalorimeter 2 adalah 6,631 J.K-1. Jika ditinjau dari ΔH yang terjadi pada

reaksi tersebut adalah reaksi endoterm.

Menentukan kalor reaksi dari Zn + Cu2+ Zn2+ + Cu, dalam

pencampuran bubuk zink (Zn) dengan tembaga sulfat (CuSO4) temperature tidak

berubah. Cara menentukan tetapan pada kalorimeter dengan mengukur perubahan

energi dan mengukur suhu. Adapun beberapa bahan yang digunakan untuk

melakukan percobaan ini dengan menggunakan bubuk Zn, aquades, larutan

CuSO4, etanol, dan larutan HCl. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui

perubahan temperatur sebelum dan sesudah pencampuran larutan. Perubahan

entalpi yang terjadi adalah 1113158,7 J/mol dan jika ditinjau dari perubahan

entalpinya reaksi yang terjadi dalam penentuan kalor reaksi adalah reaksi

endoterm.
26

Pada penentuan kalor penetralan asam klorida (HCl) dan natrium

hidroksida (NaOH) dilakukan percobaan dengan memasukkan 10 ml asam klorida

(HCl) dan 10 ml natrium hidroksida (NaOH), kemudian menyetarakan kedua

temperaturnya. Dalam percobaan ini terjadilah proses penetralan asam basa

lemah, karena asam atau basa lemah terlibat dalam disosiasi asam menjadi ion-ion

H+ dan anion atau basa menjadi ion-ion OH- dan kation. Perubahan entalpi yang

terjadi adalah 1158768,975 J/mol dan jika ditinjau dari perubahan entalpinya

reaksi yang terjadi dalam penentuan kalor penetralan adalah reaksi endoterm.

Di dalam menentukan kalor pelarutan etanol dan air, diadakan suatu

percobaan dengan menggunakan pencampuran antara larutan etanol dengan

aquades untuk mengetahui perbandingan mol air terhadap mol etanol. Perubahan

entalpi yang terjadi adalah 35612,1794 J/mol dan jika ditinjau dari perubahan

entalpinya dalam percobaan penentuan kalor pelarutan etanol dalam air rekasi

yang terjadi adalah reaksi endoterm.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk penentuan tetapan kalorimeter 1 diperoleh kalor sebesar 0,273 J.K-1,

sedangkan tetapan kalorimeter 2 sebesar 6,631 J.K-1.

2. Untuk penentuan kalor reaksi Zn + Cu2+ Zn2+ + Cu yaitu sebesar

∆𝐻 1113158,7 J/mol.

3. Untuk penentuan kalor penetralan HCl dengan NaOH yaitu sebesar ∆𝐻

1158768,975 J/mol.

4. Untuk penentuan kalor pelarutan etanol dalam air yaitu sebesar ∆𝐻

35612,1794 J/mol.

B. Saran

Saran yang ingin disampaikan pada percobaan selanjutnya yaitu sebaiknya

digunakan pula bahan lain seperti kloroform (CHCl3) untuk diketahui

pelarutannya dalam air sehingga percobaan ini dapat dipahami dengan baik lagi.

27
DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin, Maswati dkk. Kimia Dasar. Makassar: UIN Alauddin press, 2013.

Chang, Raymond. Kimia Dasar, Jakarta: Erlangga, 2004

Hidayat,Yusuf Muhammad. PengantarTermodinamika. Makassar: UIN Alauddin


press, 2013. Oxtoby dan Gillis. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta:
Erlangga, 1985.

Petrucci, dkk. Principles and Applications Modern. Terj. Achmadi Setiati


Seminar. Prinsip-Prinsip Dan Aplikasi Modern Jilid 1. Jakarta:
Erlangga, 2008.

Saleh, Asri. Termodinamika Kimia. Makassar: UIN Alauddin press, 2013.

Anda mungkin juga menyukai