Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

TERMOKIMIA DAN HUKUM HESS

Oleh:

Nama : Dhini Faizatul Fauziah

NIM : 211910901055

Kelas/Kelompok : A/Kelompok 01

Asisten : Jauhairiyah Gailani

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. Judul: Termokimia dan Hukum Hess
II. Tujuan:
Tujuan dilakukannya praktikum “Termokimia dan Hukum Hess”
adalah sebagai berikut:
- Menentukan kalor jenis kalorimeter sederhana.
- Menentukan perubahan entalpi reaksi ΔH1, ΔH2 dan ΔH3.
- Mempelajari penjumlahan perubahan entalpi reaksi yang
berlangsung bertahap.
III. Pendahuluan:
III.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
III.1.1 Aquadest (H2O)
Akuades atau biasa disebut air murni berwujud cair.
Bahan ini tidak diklasifikasikan berbahaya menurut
undang-undang Uni Eropa. Akuades tidak berwarna dan
tidak berbau. Nilai pH Akuades netral yaitu 7. Titik
lebur 0℃ dan titik didih air sebesar 100℃ pada 1.013
hPa. Akuades memiliki tekanan uap sebesar 23 hPa dan
densitas 1,00 g/cm3. Bahan ini dapat didistilasi dalam
kondisi tidak terurai pada tekanan normal. Produk ini
stabil secara kimiawi di bawah kondisi ruangan standar
(suhu ruang). Akuades larut sepenuhnya dalam air.
Bahan ini tidak diklasifikasikan sebagai bahan mudah
meledak. Akuades merupakan bahan yang tidak reaktif
sehingga tidak berbahaya jika tertelan tubuh.akuades
juga bukan bahan yang bersifat korosif sehingga apabila
terkena anggota tubuh seperti kulit dan mata tidak
berbahaya. (LabChem, 2021)
III.1.2 Asam Klorida (HCl)
Asam klorida memiliki rumus kimia yaitu HCl.
Asam klorida memiliki sifat fisik yaitu berwujud cairan,
memiliki warna putih hingga kuning dan berbau
menyengat. Berat molekul asam klorida adalah 36,46
g/mol. Titik didih bahan ini adalah sebesar 85℃ dan
titik leburnya sebesar 20℃ . Asam klorida dapat larut
dalam air panas maupun air dingin. Asam klorida cukup
berbahaya apabila terkena kontak langsung dengan
mata dan kulit, hal ini dikarenakan dapat menyebabkan
iritasi. Tindakan yang dapat dilakukan apabila terjadi
kontak langsung pada mata dan kulit adalah segera
membasuhnya dengan air yang mengalir selama kurang
lebih 15 menit. (LabChem, 2021)
III.1.3 Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida memiliki rumus kimia yaitu
NaOH. Natrium hidroksida merupakan basa yang
paling umum digunakan dengan warna putih berbentuk
padatan kristal dan tidak berbau. Natrium hidroksida
memiliki massa jenis sebesar 2130 kg/m3 dan massa
molekul sebesar 40 g/mol. Titik leburnya sebesar 323
℃ , titik didihnya sebesar 1388℃ , natrium hidroksida
memiliki nilai Ph 14 (5%). Tekanan uap NaOH
mencapai <0,1 hPa (20℃ ). NaOH akan larut secara
eksotermis di dalam air, alrut dalam etanol, methanol,
serta larut dalam gliserol. NaOH sangat berbahaya bila
tertelan. Kontak mata dengan NaOH akan menimbulkan
iritasi. Bahan ini tidak aman apabila terhirup ataupun
jika kontak kulit akan terjadi iritasi. (LabChem, 2021)
III.2 Tinjauan Pustaka
III.2.1 Termodinamika
Termodinamika menjelaskan hubungan antara kalor
dengan bentuk-bentuk energi lain. Hukum
termodinamika merupakan alat penting untuk
mempelajari reaksi kimia. Termokimia yaitu pengaruh
kalor yang menyertai reaksi kimia. Hukum
termodinamika kedua terutama menjadi dasar untuk
menurunkan tetapan kesetimbangan dari sifat-sifat
termodinamika, dalam hukum termodinamika ketiga
akan disingkap titik awal untuk melihat sifat-sifat
termodinamika secara percobaan. (Petrucci, 1987)
Termokimia adalah cabang ilmu yang mempelajari
perubahan energi secara kimia maupun fisis. Praktikum
ini akan menyelidiki perubahan energi dalam bentuk
yang mengiringi reaksi yaitu bentuk kalor, yang disebut
termokimia. Hukum termodinamika menjelaskan bahwa
perubahan energi yang menyertai perubahan wujud
dinyatakan dalam rumusan:
ΔE = Q – W
Q merupakan kalor yang diserap oleh sistem dan W
adalah kerja yang dilakukan sistem. Reaksi kimia yang
terjadi pada tekanan tetap dirumuskan sebagai berikut:
W = P x ΔV
W adalah kerja yang dilakukan sistem, P adalah tekanan
gas dan ΔV adalah perubahan volume. Kuantitas kalor
yang diserap pada tekanan tetap disebut entalpi (ΔH).
ΔE = Q-P.ΔV
ΔV=0, maka ΔE=Q. Kuantitas kalor jenis diserap pada
tekanan tetap disebut entalpi (ΔH)
(Epinur, 2011)
Termodinamika berkaitan erat dengan termokimia
yang menangani pengukuran dan penafsiran perubahan
kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan
dan pembentukan larutan. termokimia mempunyai dua
metode eksperimen yang paling biasa disebut
kalorimetri pembakaran dan kalorimetri reaksi.
Kalorimetri pembakaran merupakan suatu unsur atau
senyawa dibakar, biasanya dalam oksigen dan energi
atau kalor yang dibebaskan dalam reaksi itu diukur.
Kalorimetri reaksi menunjuk pada perubahan reaksi
sesuai apa saja secara reaksi pembakaran. Metode
reaksi ini lebih umum digunakan dengan senyawa
organik dan larutan-larutannya. Metode pembakaran
mempunyai mempunyai penerapan yang sesuai dengan
senyawa organik yang kurang reaktif terhadap reagensia
selain oksigen dan menghasilkan lebih dari satu produk
dengan reagensia lain. Kalorimeter reaksi dapat
dilakukan dengan senyawa yang mudah bereaksi
dengan cukup cepat pada endapan sedang tanpa
pertukaran produk samping yang tidak diinginkan.
Kalor yang diserap atau dilepaskan dengan menaruh
suatu intensitas yang ditimbang dari pereaksi-pereaksi
dalam wadah, membiarkan reaksi bergabung dan
mencatat perubahan temperatur dalam air di sekitarnya.
(Keenan, 1984)
III.2.2 Termokimia
Termokimia adalah cabang ilmu yang mempelajari
tentang perubahan kalor (panas dalam reaksi kimia,
kalor merupakan salah satu bentuk energi. Energi
didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan
kerja. Termokimia memiliki istilah yang harus
diketahui yaitu sistem dan lingkungan. Sistem adalah
sekumpulan elemen atau unsur yang saling
mempengaruhi antara satu dengan yang lain, misalnya
tabung reaksi yang berisi larutan yang bereaksi.
Lingkungan adalah segala sesuatu di luar sistem.
(Foliatini, 2008)
Termokimia meliputi hukum kekekalan energi.
Hukum kekekalan energi menyatakan bawa energi tidak
dapat dimusnahkan ataupun diciptakan menjadi bentuk
yang lain. Nilai energi suatu materi yang hanya dapat
diukur perubahan energi, demikian juga dengan entalpi
yang hanya dapat diukur hanyalah perubahan entalpinya
saja. (Utami Budi, 2009: 39)
III.2.3 Hukum Hess
G.H Hess menyatakan bahwa panas reaksi (Panas
yang timbul atau yang diserap) dari suatu reaksi kimia
hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir dari
reaksi. Reaksi kimia tidak bergantung pada bagaimana
reaksi tersebut berlangsung. Hal tersebut berarti bila
suatu reaksi dapat berjalan bertingkat atau langsung,
maka panas reaksinya sama besar. Reaksi berjalan
bertingkat atau langsung, maka panas reaksinya sama.
Hukum Hess sangat berguna, karena dengan
menerapkan hukum Hess dapat ditentukan besar
perubahan entalpi reaksi-reaksi yang secara langsung
sukar untuk ditentukan. Perubahan entalpi yang sulit
untuk dilakukan praktikum dapat ditentukan dengan
menggunakan hukum Hess. (Aminah, 1988)
Hukum Hess adalah hukum dalam kimia fisik untuk
ekspansi Hess dalam siklus Hess. Hukum ini digunakan
untuk memprediksi perubahan entalpi dari hukum
kekekalan energi (dinyatakan sebagai fungsi dari
kekekalan ΔH). Hukum Hess dinyatakan bahwa
besarnya entalpi dari suatu reaksi tidak ditentukan oleh
jalan atau tahap reaksi, tetapi hanya ditentukan oleh
keadaan awal dan akhir suatu reaksi. Dasar dari hukum
Hess adalah entalpi atau energi internal artinya besaran
tidak tergantung pada jalannya reaksi. Reaksi kadang-
kadang tidak hanya berlangsung melalui satu jalur akan
tetapi bisa melalui jalur lain dengan hasil yang sama.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan
hukum Hess adalah:
- Beberapa reaksi dapat dikombinasikan yang
telah diketahui entalpinya untuk memperoleh
entalpi reaksi yang dicari.
- Kebalikan dari suatu reaksi mengakibatkan
perubahan tanpa entalpi, artinya jika suatu
reaksi berjalan secara eksoterm maka kebalikan
reaksi tersebut adalah endoterm dengan tanda
entalpi yang saling berlawanan. (Attikins,
1999)
III.2.4 Perubahan Entalpi (ΔH)
Entalpi (H) adalah jumlah energi yang dimiliki
sistem pada tekanan tetap. Perubahan entalpi (ΔH) pada
reaksi endoterm merupakan selisih antara entalpi
produk dengan entalpi pereaksi (Hp – Hr) sehingga ΔH
bernilai positif. Perubahan entalpi (ΔH) reaksi eksoterm
lebih kecil daripada entalpi pereaksi, oleh karena itu
perubahan entalpi (ΔH) merupakan selisih antara
entalpi pereaksi dengan entalpi produk (Hr – Hp)
sehingga ΔH bernilai negatif. (Sandri, 2009:44)
Perubahan suhu yang menyertai reaksi kimia
menunjukkan adanya perubahan energi dalam bentuk
kalor pada pereaksi dan hasil reaksi. Kalor jenis yang
diserap akan dibebaskan oleh sistem menyebabkan suhu
sistem berubah. Secara sederhana kalor tersebut dapat
dihitung dengan rumus:
q = m.c.Δt
Keterangan: q = Kalor reaksi (Q)
m = Massa sistem (gram)
c = Kalor jenis sistem J/g.K)
Δt = Perubahan suhu (℃ , K)
Perubahan entalpi (ΔH) reaksi adalah q untuk jumlah
mol pereaksi hasil sesuai persamaan reaksi, didertai
tanda positif (reaksi endoterm) negatif (reaksi
eksoterm), (Kartini, 2013)

Perubahan entalpi standar (∆Ho)


Beberapa jenis perubahan entalpi standar, yaitu:
- Perubahan entalpi pembentukan standar (∆Hfo)
Perubahan entalpi yang terjadi pada pembentukan 1
mol suatu senyawa dari unsur-unsur yang paling
stabil pada keadaan standar.
- Perubahan entalpi penguraian standar (∆Hdo)
Perubahan entalpi yang terjadi pada penguraian 1
mol suatu senyawa menjadi unsur-unsurnya yang
paling stabil pada keadaan standar.
- Perubahan entalpi pembakaran standar (∆Hoc)
Perubahan entalpi yang terjadi pada pembakaran 1
mol suatu zat secara sempurna. Pembakaran
merupakan reaksi suatu zat dengan oksigen, dengan
demikian bila suatu zat dibakar sempurna dan zat itu
mengandung:
-          C CO2
-          H  H2O
-          S   SO2 
(Susanto, 2003:46)
Nilai perubahan entalpi (ΔH) senyawa-
senyawa yang terlibat dalam reaksi dapat ditentukan
dengan menerapkan metode langsung ataupun
metode tidak langsung. Metode langsung
merupakan metode pengukuran ΔH yang berguna
untuk senyawa-senyawa yang dapat segera disintetis
dari unsurnya sedangkan kebanyakan senyawa tidak
dapat disintetis secara langsung dari unsurnya
disebut metode tidak langsung. Reaksi berlangsung
terlalu lambat atau terjadi reaksi samping yang
menghasilkan zat-zat selain senyawa yang
diharapkan. Kasus tersebut ΔH dapat ditentukan
dengan cara pendekatan tidak langsung yang
didasarkan pada hukum penjumlahan kalor (hukum
Hess). Hukum Hess didasarkan pada fakta bahwa H
adalah fungsi keadaan, ΔH hanya bergantung pada
keadaan awal dan akhir (yaitu hanya pada sifat
reaktan dan produk). (Oxtoby, 2001)
Lambang Σ yang berarti “jumlah semua”
atau “penjumlahan dari”, para ahli kimia secara
sembarang telah mendefinisikan perubahan entalpi
(ΔH), suatu reaksi sebagai berikut:
ΣH = ΣProduk – ΣPereaksi
Entalpi pereaksi lebih besar dari pada pereaksi
produk, maka reaksi ini adalah endotermik dan jika
entalpi produk lebih besar dari entalpi pereaksi,
maka reaksi tersebut eksotermik. (Keenan, 1980)
III.2.5 Kalorimeter
Kalorimeter merupakan sebuah alat yang digunakan
untuk mengukur perubahan suhu kalor jenis
Kalorimeter salah satunya yaitu Calorimeter bom.
Sistem termodinamika ialah suatu isis dari kalorimeter
yang diantaranya reaktan dan reaktan dan produk bom
tersebut, air tempat bom thermometer, dan pengaduk
yang menjadi lingkungan dari bom tersebut. (Petrucci,
1987)
Pengukur suatu jumlah dari kalor yang dilepaskan
pada raksi kimia adalah kalorimeter. Kalorimeter juga
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
perubahan entalpi dari suatu reaksi. Kalor yang
dikeluarkan ataupun diserap diperoleh dengan
meletakkan kuantitas yang ditimbang dari banyaknya
pereaksi dalam wadah dengan membiarkan reaksi
berlangsung dan perubahan temperatur air di sekitarnya
dicatat. Jumlah kalor yang diserap kalorimeter untuk
menaikkan suhu sebesar 1℃ disebut tetapan
kalorimeter. (Keenan, 1984)
Kalorimeter didasarkan kenaikan suhu yang drastis
dalam beberapa medium. Kalor spesifik dari zat adalah
banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan
suhu 1℃ dari 1 gram zat. Besaran lain yang
berhubungan yaitu kapasitas kalor yang merupakan
banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan
suhu 1℃ dari zat bermassa. Banyaknya kalor yang
masuk maupun keluar dari zat dapat diketahui dengan
rumus:
q = c.ΔT
ΔT adalah perubahan suhu yang diperoleh dari t f – ti di
mana tf merupakan suhu final dan ti adalah suhu initial.
Q = C (Tf – Ti)
Persamaan kalor spesifiknya didapat:
q = m.c.ΔT
m merupakan massa (gram) dari zat yang menyerap
kalor dan C = m.c. (Chang, 2004)

IV. Metodologi Percobaan


IV.1 Alat dan Bahan
IV.1.1 Alat
- Kalorimeter
- Termometer (0 - 100℃ )
- Gelas kimia 200 ml
IV.1.2 Bahan
- Aquades
- NaOH (Pellet)
- Larutan HCl 0,5 M
- Larutan NaOH 0,5 M

IV.2 Diagram Alir


IV.2.1 Menentukan Kalor Jenis Kalorimeter

Aquadest

- Diisi kalorimeter dengan 50 ml.


- Didiamkan selama 5 detik dan dicatat
suhunya, t1 dengan tepat.
- Dipanaskan 50 ml dalam gelas 200 ml
sampai suhu sekitar 65℃ dan dicatat suhu
tepatnya, t2.
- Dituangkan ke dalam kalorimeter.
- Diaduk dengan baik dan dicatat suhu
tertingginya, t3.
- Dihitung kalor jenis kalorimeter.

Hasil
IV.2.2 Kalor Pelarutan NaOH

NaOH

- Diisi kalorimeter dengan 100 ml akuades.


- Didiamkan beberapa saat dan dicatat suhu
dengan tepat, t1.
- Ditimbang dengan cepat sekitar 2 g padat
dan dicatat berat tepatnya.
- Dimasukkan ke dalam kalorimeter.
- Diaduk dengan cepat sehingga semua
larut.
- Diperhatikan perubahan suhunya dan
dicatat suhu tertingginya.

Hasil

IV.2.3 Kalor Reaksi antara Larutan HCl dengan Larutan


NaOH

HCl, NaOH

- Dimasukkan 50 ml larutan ke dalam


kalorimeter.
- Didiamkan beberapa saat dan dicatat
suhunya dengan tepat.
- Diukur 50 ml larutan.
- Dipindahkan ke dalam gelas kimia.
- Didiamkan beberapa saat, diukur dan
dicatat suhunya dengan tepat.
- Dituangkan 50 ml tersebut ke dalam
kalorimeter.
Hasil

IV.2.4 Kalor Reaksi antara Larutan HCl dengan NaOH Padat

HCl, NaOH

- Dimasukkan 100 ml larutan ke dalam


kalorimeter.
- Didiamkan beberapa saat dan dicatat
suhunya dengan tepat.
- Ditimbang dengan cepat sekitar 2 g.
- Dicatat berat tepatnya (ditutup botol
sesegera mungkin).
- Dimasukkan ke dalam kalorimeter.
- Diaduk dengan cepat.
- Diperhatikan perubahan suhunya dan
dicatat suhu tertingginya.
Hasil

IV.3 Prosedur Kerja


IV.3.1 Menentukan Kalor Jenis Kalorimeter
Diisi kalorimeter dengan 50 ml akuades, didiamkan
selama 5 detik dan dicatat suhunya, t 1 dengan tepat.
Dipanaskan 50 ml akuades dalam gelas kimia 200 ml
sampai suhu sekitar 65℃ dan dicatat suhu tepatnya, t2
dan segera dituangkan ke dalam kalorimeter, diaduk
dengan baik dan dicatat suhu tertingginya, t3. Dihitung
kalor jenis kalorimeter.
IV.3.2 Kalor Pelarutan NaOH
Diisi kalorimeter dengan 100 ml akuades,
didiamkan beberapa saat dan dicatat suhu dengan tepat,
t1. Ditimbang dengan cepat sekitar 2 g NaOH padat dan
dicatat berat tepatnya (ditutup botol tepat NaOH
sesegera mungkin). Dimasukkan NaOH ke dalam
kalorimeter, diaduk dengan cepat sehingga semua
NaOH larut, diperhatikan perubahan suhunya dan
dicatat suhu tertingginya.

IV.3.3 Kalor Reaksi antara Larutan HCl dengan Larutan


NaOH
Dimasukkan 50 ml larutan HCl 0,5 M ke dalam
kalorimeter, didiamkan beberapa saat dan dicatat
suhunya dengan tepat. Diukur 50 ml larutan NaOH 0,5
M, dipindahkan ke dalam gelas kimia, didiamkan
beberapa saat, diukur dan dicatat suhunya dengan tepat.
Dituangkan 50 ml NaOH tersebut ke dalam kalorimeter,
diaduk dengan cepat, diperhatikan perubahan suhumya
dan dicatat suhu tertingginya.
IV.3.4 Kalor Reaksi antara Larutan HCl dengan NaOH padat
Dimasukkan 100 ml larutan HCl 0,5 M ke dalam
kalorimeter, didiamkan beberapa saat dan dicatat
suhunya dengan tepat. Ditimbang dengan cepat sekitar
2 g NaOH padat dan dicatat berat tepatnya (ditutup
botol tempat NaOH sesegera mungkin). Dimasukkan
NaOH ke dalam kalorimeter, diaduk dengan cepat,
diperhatikan perubahan suhunya dan dicatat suhu
tertingginya.

V. Data dan Perhitungan


V.1Data
Massa jenis larutan = Massa jenis air, ρ = 1 g/mL
Kalor jenis larutan = Kalor jenis air, c = 4,20 joule/g.℃
V.1.1 Menetukan kalor jenis kalorimeter
V akuades = 50 mL
T1 = 27℃
T2 = 65℃
T3 = 45℃
V.1.2 Kalor pelarutan NaOH
m NaOH =2g
V akuades = 100 mL
T1 (akuades) = 28℃
T2 (NaOH(aq)) = 32℃
V.1.3 Kalor reaksi antara larutan HCl 0,5 M dengan larutan
NaOH 0,5 M
m larutan = 100 g
T1 (HCl(aq)) = 29℃
T2 (NaOH(aq)) = 28℃
T3 (HCl(aq) + NaOH(aq)) = 31℃
V.1.4 Kalor reaksi antara larutan HCl 0,5 M dengan NaOH
padat
m NaOH =2g
V HCl = 100 mL
T1 (HCl(aq)) = 28℃
T3 (HCl(aq) + NaOH(aq)) = 36℃
V.2Perhitungan
V.2.1 Menentukan kalor jenis kalorimeter
m akuades = ρ akuades x V akuades
= 1 g/mL x 50 mL
= 50 g
ΔT5 = T3 – T2
= 45℃ - 65℃
= - 20℃

ΔT4 = T3 – T1
= 45℃ - 27℃
= 18℃
Kalor yang dilepas, q1 = m x c x ΔT5
= 50 g x 4,20 J/g℃ x - 20℃
= - 4200 J
Kalor yang diterima, q2 = m x c x ΔT4
= 50 g x 4,20 J/g℃ x 18℃
= 3780 J
Kalor yang diterima kalorimeter, q3 = q1 – q2
= (-4200) – 3780
= - 7980 J
q3
Kapasitas kalor kalorimeter, Cp =
∆T4
−7980 J
=
18 ℃
= - 443,3 J/℃
V.2.2 Kalor pelarut NaOH
m NaOH
n NaOH =
Mr NaOH
2g
=
40
= 0,05 mol
ΔT = T2 – T1
= 32℃ - 28℃
= 4℃
m akuades = ρ akuades x V
= 1 g/mL x 100 mL
= 100 g
Jumlah kalor yang dihasilkan oleh pelarutan 0,05 mol
NaOH, adalah q1
q1 = (massa akuades x ΔT x kalor jenis air) + (C p x
ΔT)
= (100 g x 4℃ x 4,20 g/mL) + (-443,3 J/℃ x 4℃ )
= (1680) + (-1773,2)
= -93,2 J
Kalor pelarutan tiap satu mol zat, adalah ΔH1
q1
ΔH1 =
n NaOH
−93,2
=
0,05 mol
= -1.864 J/mol
V.2.3 Kalor reaksi antara larutan HCl 0,5 M dengan larutan
NaOH 0,5 M
T 2 +T 1 29+28
Suhu awal rata-rata, T = =
2 2
57
=
2
= 28,5℃
ΔT = T3 – T
= 31℃ -28,5℃
= 2,5℃
n NaOH = M NaOH x V NaOH (Liter
= 0,5 x 0,1
= 0,05 mol
Kalor yang dihasilkan oleh reaksi 0,05 mol NaOH
dengan HCl, adalah q2
q2 = (massa larutan x ΔT x kalor jenis air) + (Cp x ΔT)
= (100 x 2,5 x 4,20) + (-443,3 x 2,5)
= (1050) + (-1108,25)
= -58,25 J
Kalor yang dihasilkan oleh setiap mol NaOH yang
bereaksi adalah, ΔH2
q2
ΔH2 =
n NaOH
−58,25
=
0,05
= -1.165 J/mol
V.2.4 Kalor jenis antara larutan HCl 0,5 M dengan NaOH
padat
ΔT = T3 – T1
= 36℃ - 28℃
= 8℃
m NaOH
n NaOH =
Mr NaOH
2g
=
40
= 0,05 mol
Kalor yang dihasilkan oleh reaksi 0,05 mol NaOH,
adalah q3
q3 = (massa larutan HClxΔTxkalor jenis air) + (C p x
ΔT)
= (100 g x 8℃ x 4,20 J/g.℃ ) + (-443,3 J/℃ x 8℃ )
= (3360) + (-3546,4)
= -186,4 J
Kalor yang dihasilkan oleh setiap mol yang bereaksi
adalah, ΔH3
q3
ΔH3 =
n NaOH
−186,4 J
=
0,05 mol
= - 3.728 J/mol

VI. Hasil dan Pembahasan


VI.1 Hasil
VI.1.1 Tabel hasil percobaan menentukan kalor jenis
kalorimeter

Suhu Awal Suhu Akuades Suhu Akuades Kapasitas Kalor


Akuades (T1) Panas (T2) Panas dalam Kalorimeter
Kalorimeter (Cp)
(T3)
27℃ 65℃ 45℃ -443,33 J/℃

VI.1.2 Tabel hasil percobaan kalor pelarutan NaOH

Suhu Awal Massa Padatan Suhu Campuran Kalor Pelarutan 1 mol


Akuades NaOH (m) (T3) NaOH dalam
(T1) Akuades (ΔH1)
28℃ 2g 4℃ -1.864 J/mol

VI.1.3 Tabel hasil percobaan kalor reaksi larutan HCl 0,5 M


dengan larutan NaOH 0,5 M

Suhu Awal Suhu Awal Suhu Kalor Netralisasi 1


Larutan NaOH Larutan HCl Campuran mol NaOH dengan
0,5 M (T1) 0,5 M (T2) (T3) HCl (ΔH2)

28℃ 29℃ 31℃ -1.165 J/mol

VI.1.4 Tabel hasil percobaan kalor reaksi antara larutan HCl


0,5 M dengan NaOH padat

Suhu Larutan Massa Padatan Suhu Kalor Pelarutan 1


HCl (T1) NaOH (m) Campuran (T3) mol NaOH dalam
HCl (ΔH3)
28℃ 2g 36℃ -3.728 J/mol

VI.2 Pembahasan

Praktikum kali ini mempelajari tentang termokimia dan


hukum Hess. Termokimia adalah cabang ilmu yang mempelajari
tentang perubahan kalor (panas dalam reaksi kimia, kalor
merupakan salah satu bentuk energi. Energi didefinisikan sebagai
kemampuan untuk melakukan kerja. Termokimia memiliki istilah
yang harus diketahui yaitu sistem dan lingkungan. Sistem adalah
sekumpulan elemen atau unsur yang saling mempengaruhi antara
satu dengan yang lain, misalnya tabung reaksi yang berisi larutan
yang bereaksi. Lingkungan adalah segala sesuatu di luar sistem.
(Foliatini, 2008)

Praktikum termokimia dan hukum Hess ini dilakukan


pengukuran perubahan entalpi yang menyertai reaksi netralisasi
antara NaOH kristal dengan larutan HCl yang terjadi secara
bertahap dan terjadi secara langsung (satu tahap) dengan
menggunakan kalorimeter sederhana. Praktikum dimulai dengan
menentukan kalor jenis kalorimeter yang akan digunakan.
Praktikum penentuan kalor jenis kalorimeter dilakukan dengan
menyiapkan akuades sebanyak 50 ml menggunakan gelas ukur.

Gambar 6.1 Pengukuran Akuades 50 ml


Akuades 50 ml yang telah diukur dimasukkan ke dalam
kalorimeter. Kalorimeter ditutup dan didiamkan selama 5 detik
dengan tujuan untuk memastikan tidak ada kalor yang hilang dari
kalorimeter. Termometer dimasukkan pada kalorimeter yang telah
didiamkan tersebut untuk diukur suhunya sebanyak tiga kali.
Pengukuran suhu dilakukan sebanyak tiga kali dilakukan agar
mendapat hasil pengukuran yang lebih akurat. Pengukuran
kalorimeter didapatkan hasil suhu T1 sebesar 27℃ .
Gambar 6.2 Pengukuran Suhu Kalorimeter
Akuades sebanyak 50 ml disiapkan kembali dengan
menggunakan gelas ukur. Akuades sebanyak 50 ml yang telah
disiapkan tersebut dimasukkan ke dalam gelas beaker 200 ml untuk
kemudian dipanaskan di atas api bunsen hingga suhu 65℃
sebagai T2. Air panas dan air dingin digunakan dengan tujuan
untuk menentukan harga penurunan air panas dan kenaikan
temperatur air dingin. Dua cairan yang mempunyai ΔT° yang
cukup besar pencatatan temperatur pada air panas dan air dingin
bertujuan untuk menentukan tetapan kalorimeter. Suhu akuades
diukur saat dipanaskan sebagai T2 yaitu sebesar 65℃ .

Gambar 6.3 Pemanasan Akuades


Akuades yang telah dipanaskan dengan suhu 65℃
dimasukkan segera ke dalam kalorimeter kemudian segera ditutup
agar kalor tidak keluar dari kalorimeter. Termometer dipasang
dalam kalorimeter dengan dipastikan tidak menyentuh permukaan
bagian dalam kalorimeter. Suhu akuades dalam kalorimeter diukur
dan ditunggu hingga suhu akuades stabil kemudian dicatat sebagai
T3 sebesar 45℃ .
Perhitungan kalorimeter diperoleh Q1 yaitu kalor yang
dilepas air panas sebesar -4200 J. Q2 yaitu kalor yang diterima air
dingin senilai 3780 J dan Q3 merupakan kalor yang diterima
kalorimeter sebesar -7980 J. Q3 digunakan untuk memperoleh
kapasitas kalorimeter (Cp) yang bernilai -443,3 J/℃ .
Percobaan kedua yaitu kalor pelarutan NaOH yang dimulai
dengan menyiapkan akuades sebanyak 100 ml. Akuades sebanyak
100 ml dimasukkan ke dalam kalorimeter. Kalorimeter segera
ditutup dan didiamkan beberapa saat dan dipastikan tidak ada kalor
yang hilang dari kalorimeter. Termometer dimasukkan ke dalam
kalorimeter yang digunakan untuk mengukur suhu akuades dengan
tepat. Suhu yang diperoleh sebagai T1 adalah sebesar 28℃ .

Gambar 6.4 Pengukuran 100 ml Akuades

NaOH padatan ditimbang sebanyak 2 gram. NaOH yang


telah ditimbang sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam
kalorimeter yang di dalamnya berisi 100 ml akuades. Padatan
NaOH kemudian diaduk dengan cepat menggunakan pengaduk
agar NaOH larut dengan sempurna dalam 100 ml akuades
kemudian kalorimeter segera ditutup agar tidak ada kalor yang
keluar.

Gambar 6.5 Pengadukan Kalorimeter

Termometer dimasukkan ke dalam kalorimeter untuk


mengukur suhu sebagai T2. Suhu yang diperoleh adalah suhu
tertinggi T2 dengan nilai 32℃ . Perubahan suhu ΔT diperhatikan
yaitu 4℃ . Kalor yang diperoleh dari pelarutan (q1) 0,05 mol NaOH
sebesar -93,2 J. Kalor pelarutan 1 mol NaOH dalam akuades (ΔH 1)
sebesar -1.864 J/mol.
Gambar 6.6 Pengukuran Suhu dengan Termometer
Proses pembentukan larutan NaOH berlangsung, terjadi
kenaikan suhu dari 28℃ menjadi 32℃ . Reaksi kenaikan suhu
berarti reaksi yang berlangsung merupakan reaksi eksoterm
(melepaskan kalor dari sistem ke lingkungan) dan perubahan
entalpi akan selalu bernilai negatif. Reaksi yang terjadi pada
pelarutan NaOH adalah sebagai berikut:
NaOH(s) NaOH(aq) ΔH1 = -1.864 J/mol
Percobaan ketiga adalah kalor reaksi larutan HCl 0,5 M
dengan larutan NaOH 0,5 M. HCl dan NaOH digunakan dengan
tujuan untuk menentukan kalor penetralan dari reaksi penetralan
antara asam kuat dan basa kuat. Reaksi penetralan merupakan
reaksi antara asam dan basa yang memiliki elektrolit yang kuat
dalam larutan karena senyawa ini terionisasi dengan sempurna
dalam larutan sehingga dapat ditentukan kalor penetralan dari
reaksi tersebut. HCl 0,5 M disiapkan sebanyak 50 ml
menggunakan gelas ukur pada awal praktikum.

Gambar 6.7 Pengukuran 50 ml HCl 0,5 M

Larutan HCl 0,5 M disiapkan sebanyak 50 ml. Larutan HCl


0,5 M dimasukkan ke dalam kalorimeter dan ditutup segera
kalorimeter dengan rapat agar tidak ada kalor yang keluar.
Termometer dipasang dengan dipastikan termometer tidak
menyentuh bagian dalam kalorimeter. Suhu larutan HCl sebagai T 1
didapatkan sebesar 29℃ setelah suhu stabil.
Larutan NaOH 0,5 M diukur sebanyak 50 ml menggunakan
gelas ukur. NaOH digunakan dalam praktikum ini dengan tujuan
untuk mempercepat reaksi sehingga dapat menentukan kalor
penetralan. NaOH 0,5 M sebanyak 50 ml tersebut dituangkan ke
dalam gelas beaker dan diukur suhu larutan NaOH dalam gelas
beaker menggunakan termometer. Suhu yang diperoleh merupakan
T2 sebesar 28℃ setelah suhu stabil. Larutan NaOH kemudian
dituangkan ke dalam kalorimeter yang berisi larutan HCl dan
diaduk hingga kedua larutan tercampur. Kalorimeter ditutup segera
dengan rapat setelah pengadukan agar kalor tidak ada yang keluar.
Termometer dipasang ke kalorimeter untuk mengukur suhu
campuran dan mengamati perubahan suhunya, suhu campuran
yang didapat merupakan T3 sebagai suhu tertingginya bernilai 31
℃ . Perubahan suhu (ΔT) diperhatikan yaitu diperoleh 2,5℃ .
Proses pembentukan larutan NaOH berlangsung terjadi kenaikan
suhu dari 28℃ menjadi 31℃ . Reaksi suhu sistem naik berarti
reaksi yang berlangsung reaksi eksoterm (melepaskan kalor dari
sistem ke lingkungan) dan entalpi akan selalu bernilai negatif.

Gambar 6.8 Pengukuran 50 ml NaOH 0,5 M

Kalor yang diperoleh (q2) NaOH sebesar -58,25 J. Kalor


pelarutan 1 mol NaOH dalam akuades (ΔH 2) yaitu sebesar -1.165
J/mol Pencampuran NaOH yang merupakan basa kuat dengan HCl
yang merupakan asam kuat akan menghasilkan garam (NaCl) dan
air (H2O) sebagai produk reaksi. Persamaan reaksinya adalah
sebagai berikut:
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l) ΔH2= -1.165 J/mol
Praktikum keempat yaitu kalor reaksi antara larutan HCl
0,5 M dengan NaOH padatan. HCl 0,5 M diukur sebanyak 100 ml.
Larutan HCl dituangkan ke dalam kalorimeter dan kalorimeter
ditutup rapat dengan segera setelah penuangan agar tidak ada kalor
yang keluar. Termometer dimasukkan ke dalam kalorimeter dan
dipastikan tidak menyentuh permukaan bagian dalam kalorimeter,
kemudian didiamkan sesaat agar suhu stabil. Suhu larutan HCl
didapat sebagai T1 sebesar 28℃ .

6.9 Pengukuran 100 ml HCl 0,5 M

Alat timbang disiapkan untuk menimbang NaOH padat sebanyak 2


gram. Padatan NaOH yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam
kalorimeter yang berisi larutan HCl dan diaduk dengan cepat
hingga padatan NaOH larut dalam larutan HCl. Kalorimeter
ditutup segera dengan rapat agar kalor tidak ada yang keluar.
Termometer dipasang dalam kalorimeter dan dipastikan tidak
menyentuh permukaan bagian dalam kalorimeter untuk mengukur
suhu campuran.
Gambar 6.10 Penimbangan NaOH Padatan
Suhu yang diperoleh sebagai T3 sebesar 36℃ setelah suhu
stabil. Perubahan suhu (ΔT) diperhatikan yaitu diperoleh 8℃ .
Kalor yang dihasilkan oleh pelarutan 0,05 mol NaOH adalah q3
sebesar -186,4 J. Proses pencampuran berlangsung terjadi kenaikan
suhu dari 28℃ menjadi 36℃ . Reaksi suhu sistem naik berarti
reaksi yang berlangsung merupakan reaksi eksoterm (melepaskan
kalori dari sistem ke lingkungan) dan perubahan entalpi akan selalu
berharga negatif.
Kalor yang dihasilkan oleh setiap mol NaOH yang bereaksi
adalah ΔH3 yaitu -3.728 J/mol. Pencampuran NaOH yang
merupakan basa kuat dengan HCl yang merupakan asam kuat akan
menghasilkan garam (NaCl) dan air (H2O) sebagai produk reaksi.
Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
NaOH(s) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l) ΔH3= 3.728 J/mol
Hasil dari percobaan diatas belum bisa membuktikan
berlakunya Hukum Hess yang menyatakan bahwa perubahan
entalpi hanya bergantung pada keadaan awal dan akhir sistem tidak
bergantung pada jalannya reaksi. Hukum Hess tetap berlaku,
namun terjadinya perubahan nilai perubahan entalpi pada akhir
sistem berbeda karena beberapa faktor kesalahan dalam praktikum.
Faktor kealahan yang dapat terjadi adalah kesalahan pembacaan
termometer, kesalahan penimbangan zat yang akan direaksikan,
adanya zat lain yang ikut bereaksi dan bersifat konduktor dari
bahan kalorimeter.
VII. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut:
- Perubahan energi kimia yang menyertai reaksi kimia adalah
perubahan kalor pada suatu unsur dengan suatu senyawa atau
pelarut dan penentuan tetapan kalorimetri menggunakan alat
yang dinamakan kalorimeter. Kapasitas kalorimeter yang
didapatkan yaitu -443,33 J/℃ .
- Hasil praktikum didapatkan kesimpulan bahwa hasil percobaan
belum bisa membuktikan berlakunya Hukum Hess, namun nilai
perubahan entalpi didapatkan:
NaOH(s) NaOH(aq) ΔH1 = -1.864 J/mol
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l) ΔH2= -1.165 J/mol
NaOH(s) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l) ΔH3= -3.728 J/mol
Hukum Hess sebenarnya tetap berlaku, namun terjadinya
perbedaan nilai perubahan entalpi pada keadaan akhir sistem
berbeda dikarenakan beberapa faktor kesalahan.
- Hasil dari praktikum berdasarkan percobaan-percobaan diatas
belum bisa membuktikan berlakunya Hukum Hess yang
menyatakan bahwa perubahan entalpi hanya bergantung pada
keadaan awal dan air sistem dan tidak bergantung pada
jalannya reaksi.

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, S. 1998. Ilmu Kimia Dasar. Mataram: Universitas Mataram.

Attkins, P. W. 1999. Kimia Fisik Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Chang, R. 2004. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.

Epinur. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Jambi: Universitas Jambi.

Foliatini. 2008. Buku Pintar Kimia. Jakarta: Wahyu Media Jakarta.

Keenan. 1984. Kimia untuk Universitas Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Keenan, C. W. 1980. Kimia Untuk Universitas Edisi 6. Jakarta: Erlangga.


LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Aquadest . [Serial Online]
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC26750.pdf (Diakses pada
tanggal 21 November 2021).

LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Hydrochrolic Acid. [Serial Online]
https://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC15300.pdf (Diakses pada
tanggal 21 November 2021).

LabChem. 2021. Materia Safety Data Sheet of Sodium Hydroxide. [Serial Online]
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC23900.pdf (Diakses pada
tanggal 21 Oktober 2021).

Oxtoby, D. W., Gillis, H. P., & Nachtrieb, N. H. 2001. Prinsip-prinsip Kimia


Modern Edisi Keempat JIlid 1. Jakarta: Erlangga.

Petrucci, R. H. 1987. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Petrucci, R. H., Hardwood, W. S., Herring, F. G., & Madura, J. D. 2007. Kimia
Dasar Prinsip dan Aplikasi Modern Edisi Kesembilan Jilid 1. Jakarta :
Erlangga.

Sandri, J. M. 2009. Kimia 2. Jakarta: Yudistira.

Susanto. 2003. Panduan Belajar Sukses SPMBPTN. Yogyakarta: Universitas


Gadjah Mada.

Utami, B. 2009. Kimia. Jakarta: Pusat Perbukuan DPN.

LAMPIRAN
Alat dan bahan

Percobaan 1
Percobaan 2

Percobaan 3
Percobaan 4

Anda mungkin juga menyukai