Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

TERMOKIMIA DAN HUKUM HESS

Oleh:
Nama : Novi Ikatasari
NIM :201810301017
Kelas/Kelompok : Kimia/07
Asisten : Ainun Nihayah

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2020
I. Judul
Termokimia dan Hukum Hess

II. Tujuan
- Menentukan kalor jenis kalorimeter sederhana.
- Menentukan perubahan entalpi reaksi ∆ H 1, ∆ H 2, dan ∆ H 3.
- Mempelajari penjumlahan perubahan entalpi reaksi yang berlangsung
bertahap.

III. Pendahulan
III.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
III.1.1 Aquades (H2O)
Akuades atau H2O adalah jenis cairan yang bersifat netral. Senyawa ini dalam
kehidupan manusia sering disebut sebagai air. Sifat kimia akuades diantaranya
adalah bias digunakan sebagai pelarut dalam larutan, bias larut dalam asetat, bias
larut dalam ammonia, larut dalam aseton, dan larut dalam berbagai senyawa
lainnya seperti garam-garam, gula, asam, dan beberapa gas. Akuades ini tidak
memiliki warna juga tidak berbau dan juga tidak berasa pada keadaan standart
(LabChem, 2018).
Sifat fisika akuades diantaranya memiliki pH 7 dimana pH ini adalah pH
netral. Akuades juga tidak memiliki titik lebur tapi akuades memiliki titik beku 0
derajat C dan titik didih sebesar 100 derajat C. Akuades tidak memiliki titik nyala
dan laju penguapan, namun ia memiliki tekanan uap sebesar 17,535 mmHg dan
memiliki massa jenis sebesar 0,99823 g/mL. Akuades sendiri tidak memiliki
bahaya dan efek buruk pada manusia. Perlu diperhatikan ketika akuades dalam
temperature yang sangat rendah ataupun sangat tinggi. Akuades juga tidak
memiliki sifat peledak atau bahan mudah terbakar ataupun sifat bercaun dan iritan
sehingga akuades ini sangat aman digunakan untuk praktikum (LabChem, 2018).
III.1.2 Natrium Hidrkosida (NaOH)
Natrium hidroksida memiliki rumus molekul NaOH merupakan zat padat
sepert kristal padat, bola kecil, bubuk kristal berwarna putih dan tidak berbau.
Natrium hidroksida memiliki PH 14(5%) dan massa jenis relatif 213(20 derajat
C). Natrium hidroksida memiliki massa molekul 40 g/mol dan larut dalam etanol,
air, metanol, gliserol. Pertolongan pertama jika praktikan menghirup natrium
hidroksida adalah pindahkan praktikan ke tempat yang segar. Pertolongan
pertama jika terkena kulit adalah bilas kulit dengan air mengalir dan lepas pakaian
yang terkontaminasi lalu cuci. Pertolongan pertama jika terkena mata adalah bilas
secara hati-hati selama 15 menit, lepaskan lensa kontak apabila memakainya.
Pertolongan pertama jika menelan natrium hidroksida adalah bilas mulut dan
jangan memaksa untuk memuntahkan, segera hubungi dokter. (LabChem,2018).

III.1.3 Asam Klorida (HCl)


Asam Klorida memiliki sifat fisik antara lain berwujud cairan yang tak
berwarna sampai dengan kuning pucat, titik diidh 110°C, titik lebur -27,32°C
sedangkan sifak kimianya yaitu dapat larut dalam alkali hidroksida, kloroform,
dan eter, merupakan oksidator yang kuat, racun bagi pernapasan. Asam Klorida
berbahaya karena sangat korosif dan toksik serta ititatif bila kontak dengan kulit,
mata atau terhirup, menyebabkan iritasi bahkan kebutaan, menyebabkan luka
terbakar dan dermatitis pada kulit, menyebabbkan bronkitis kronis jika terhirup
(Labchem, 2019).
Penanganan yang dilakukan harus dilakukan dalam lemari asam, dijauhkan
dari bahan oksidator dan bahan alkali, serta sianida, sulfida, logam natrium.
Pertolongan pertama jika kontak dengan mata segera bilas dengan air mengalir
selama 15 menit. Pertolongan pertama jika kontak dnegan kulit segera cuci
dengan air sebanyak-banyaknya dan tanggalkan pakaian yang terkontaminasi.
Pertolongan pertama jika tertelan segera beri minum 1 – 2 gelas untuk
pengenceran dan hindari pemanis buatan. Pertolongan pertama jika terhirup
segera pindahkan ke tempat yang cukup udara, berikan napas buatan atau perlu
oksigen (Labchem, 2019).
III.2 Tinjauan Pustaka
Termodinamika atau bisa juga disebut termokimia merupakan cabang ilmu
kimia yang mempelajari tentang hubungan antara panas dan bentuk energi lainnya
yang terlibat dalam proses kimia atau fisik. Dengan mengukur panas atau energi
yang terlibat dalam proses kimia kita dapat memprediksi arah dari reaksi kimia
tersebut dan juga kita dapat mengetahui komposisi campuran pada kesetimbangan
(Ebbing dan Gammon, 2009). Pada termokimia terbagi menjadi beberapa sub
ilmu lagi yaitu sistem dan lingkungan, energi dan entalpi, perubahan entalpi,
reaksi endoterm dan ektoterm, persamaan termokimia, perubahan entalpi standart,
menghitung ∆H reaksi menggunakan kalorimeter, menghitung ∆H reaksi
menggunakan hukum hess, menghitung ∆H reaksi menggunakan energi ikatan,
dan kalor pembakaran (Adha dkk, 2016).
Termokimiaadalahilmu yang mempelajaritentangperubahankalor (panas)
dalamreaksikimia.Senyawa yang
bereaksisecarakimiahampirsemuamenyerapataumenghasilkan (melepaskan)
energi yang biasanyadalambentukkalor.
Kaloradalahperpindahanenergitermalantaraduabenda yang suhunyaberbeda.
Perubahankimiadapatdianalisisdenganterlebihdahulumendefinisikantentangsistem
(sistem) dan lingkungan. Sistemmerupakanbagiantertentudarialam yang
menjadiperhatian. Lingkunganmerupakansisaalam yang berada di luarsistem.
Sistemdibagimenjaditiga, yaitusistemterbuka, sistemtertutup, dan sistemterisolasi.
Sistemterbukadapatmempertukarkanmassa dan energisertalingkungannya.
Sistemtertutupmemungkinkanperpindahanenergi (kalor) tetapibukanmassanya.
Sistemterisolasitidakmemungkinkanperpindahanmassamaupunenergi (Chang,
2004)
Termokimia meliputi hukum kekekalan energy. Hukum kekekalan energy
manyatakan bahwa energy tidak dapat dimusnahkan ataupun diciptakan akan
tetapi hanya dapat diubah dari bentuk energy yang satu ke bentuk energy yang
lain. Nilai energy suatu materi yang hanya dapat diukur hanyalah perubahan
energy, demikian juga entalpi yang hanya dapat diukur perubahan entalpinya saja
(Utami, 2009).
Termokimiaadalahbagiandariilmukimia yang
mempelajarikalorreaksi.Dalamtermokimia,
kitasenantiasaberhadapandenganreaksikimia, khususnyatentangenergi yang
menyertaireaksitersebut.Reaksiatau proses yang
sedangmenjadipusatperhatiankitadisebutsistem. Segalasesuatu yang berada di
sekitarsistem, yaitudenganapa system tersebutberinteraksidisebutlingkungan.
Termokimia merupakan konsep yang mempelajari tentang perubahan entalpi pada
reaksi kimia, reaksi ektoterm, reaksi endoterm, diagram entalpi, persamaan
termokimia, dan macam-macam perubahan
entalpi.Termokimiamerupakanbagiandariilmukimia yang
mempelajariperubahanentalpi yang
menyertaisuatureaksi.Padaperubahankimiaselaluterjadiperubahanentalpi.Besarnya
perubahanentalpiadalahsamabesardenganselisihantaraentalpihasilreaksi dam
jumlahentalpi pereaksi (Suhadi Ibnu, 2018).
Reaksi eksoterm adalah reaksi yang membebaskan kalor. Pada reaksi
eksoterm, kalor mengalir dari sistem ke lingkungan sehingga entalpi semakin
berkurang, artinya entalpi prodek (Hp) lebih kecil daripada entalpi reaksi (Hr). hal
tersebut menyebabkan perubahn entalpi bernilai negatif, contoh: N 2(g) + 3H2(g) =>
2NH3(g)∆ H =−26 , 78 kkal . Reaksi eksoterm yang berlangsung menyebabkan
kenaikan suhu serta mengeluarkan pana pada proses reaksinya. Rekasi endoterm
adalah reaksi yang menyerap kalor. Pada reaksi endoterm system menyerap
energy dari lingkungn. Hal tersebut menyebabkan entalpi system bertambah bear
dan perubahan entalpinya bertand positif. Reaksi endoterm menyebabkan
penurunan suhu serta memerlukan pnas pada prosesnya (Purwati, 2012).
Entalpi (H) suatuzatditentukanolehjumlah energy dansemuabentukenergi yang
dimilikizat yang jumlahnyatidakdapatdiukur.Perubahankaloratauentalpi yang
terjadiselama proses penerimaanataupelepasankalordinyatakan dengan“
perubahanentalpi (∆ H) “ .Perubahan entalpi adalahperubahan setiap materi atau
zat yang mempunyai energi yang terkandung di dalamnya dengan berbagai
bentuk energi dan jumlah total dari semua bentuk energi dalam zat. Proses kimia
disertai oleh perubahan energi dalam dari sistem. Perubahan entalpi ada 3 yaitu
entalpi pembentukan standar (∆ H ° f ¿ , entalpi penguraian (∆ H ° d ), dan entalpi
pembakaran standar (∆ H ° c ¿ (Kalsikarboni Gresikanti, 2011).Entalpi
pembentukan merupakan perubahan entalpi ketika satu mol senyawa (pada
keadaan standart) dibentuk dari unsur-unsur yang membentuknya (dalam keadaan
standart). Entalpi pembentukan dinotasikan dengan simbol ∆Hf°. Entalpi
pembakaran merupakan perubahan entakpi yang menyertai atau yang dihasilkan
dari pembakaran sempurna satu mol zat dengan oksigen yang terjadi pada suhu
298 K dan tekanan 1 atm. Entalpi pembakaran dinotasikan dengan simbol ∆Hc°.
Entalpi netralisasi adalah perubahan entalpi yang menyertai atau yang dihasilkan
saat menetralisasi satu gram basa dengan asam dalam larutan encer. Entalpi
netralisasi dinotasikan dengan simbol ∆Hn° (Raj, 2004).
Hukum Hess merupakan bentuk penerapan dari hukum pertama
termodinamika. “Entalpi pereaksi secara keseluruhan adalah jumlah entalpi dari
reaksi-reaksi individual yang merupakan bagian dari suatu reaksi”. Jika ingin
mengetahui entalpi reaksi dari masing-masing tahap, dapat menjumlahkan atau
mengurangi entalpi reaksi dari masing-masing tahap. Hukum Hess dapat
dinyatakan dalam persamaan berikut (Susanto, 2003)
∆H = ∆H1 + ∆H2 + ∆H3 (3.1)
(Sumber: Susanto,2003).
Hukum Hess dapat menentukan kalor reaksi secara tidak langsung. Bunyi
Hukum Hess adalah “Kalor reaksi hanya bergantung pada keadaan awal dan
keadaan akhir, tidak pada lintasan”. Penentuan kalor reaksi menggunakan hukum
hess adalah dengan menyusun reaksi-reaksi yang telah diketahui entalpinya
sehingga nantinya penjumlahan tersebut sama dengan reaksi yang akan dicari
entalpinya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengalikan koefisien reaksi atau
membalikkan reaksi (produk menjadi reaktan ataupun sebaliknya). Zat reaktan
dapat dianggap pertama terurai menjadi unsur-unsurnya sehingga unsur-unsur
tersebut membentuk sebuah produk.
∆H = ∆Hf° produk - ∆Hf°reaktan (3.2)
(Sumber: Zakiyah dkk, 2018)
Penentuan kalor menggunakan energi ikatan dengan rumus sebagai berikut
∆H reaksi = (energi total pemutusan ikatan) – (energi totalpembentukan ikatan)
(3.3)
(Sumber: Zakiyah dkk, 2018)
Energi ikatan rata-rata adalah energi yang diperoleh dari hasil pemutusan ikatan 1
mol senyawa dalam bentuk gas. Hukum Hess dikemukakan oleh Germain Henry
Hess (Zakiyah dkk, 2018).
Kalor adalah energi yang berpindah dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya
karena adanya perbedaan suhu, yaitu dari suhu yang lebih tinggi ke suhu yang
lebih rendah. Transfer kalor akan berlangsung hingga suhu diantara keduanya
menjadi sama. Transfer kalor terjadi ketika molekul dari benda yang lebih panas
bertumbukan dengan molekul benda yang lebih dingin. Kalor jika dilepaskan dari
suatu zat, maka suhu zat itu akan turun sampai tingkat tertentu hingga zat itu akan
mengembun (jika zat gula) dan membeku (jika zat cair). Jumlah kalor yang
diserap atau dibebaskan oleh suatu sistem atau zat dari perubahan suhu atau
perubahan wujud yang dialaminya asal kalor jenis atau kapasitas kalornya
diketahui (Kusumawati Dwiningsih, 2014).
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur perubahan
kalor.Salah satu jenis kalor adalah kalorimeter bom. System termodinamika
adalahnisi dari kalorimeter tersebut, antara lain yaitu reakstan dan produk, air
tempat thermometer dan pengaduk merupakan lingkungannya (Gupts, 2008).
Hubungan antara panas dan kalor jenis dapat dinyatakandengan rumus C=m ×c .
Panas reaksi suatu system dapat diukur menggunakan rumus Q=m× c × ∆ T
(Justiana, 2009:4). Kalorimeter bergantung pada pemahaman tentang kalor jenis
dan kapasitas kalor. Kalor jenis suatu zat adalah jumlah kalor yang dibutuhkan
untuk menaikkan suhu sebesar satu derajat Celsius. Kapasitas kalo radalah jumlah
kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu sejumlah zat sebesar satu derajat
celcius. Kalor jenis merupakan sifat intesif sedangkan kapasitas kalor adalah sifat
ekstensif (Chang, 2004:172).

IV. Metodologi
IV.1 Alat dan Bahan
IV.1.1 Alat
- Kalorimeter sederhana
- Termometer (0-100° C)
- Gelas kimia 200 mL
IV.1.2 Bahan
- Akuades
- NaOH (pellet)
- Larutan HCl 0.5 M
- Larutan NaOH 0.5 M
IV.2 Diagram Alir
IV.2.1 Menentukan kalor jenis kalorimeter

Akuades

- Diisi kalorimeter dengan 50 mL aquades, didiamkan selama 5


detik dan dicatat suhunya, t1 dengan tepat.
- Dipanaskan 50 mL aquades dalam gelas kimia 200 mL sampai
suhu sekitar 65oC dan dicatat suhu tepatnya, t2 dan disegerakan
menuangkan ke dalam kalorimeter, diaduk dengan baik dan dicatat
suhu tertingginya, t3.
- Dihitung kalor jenis kalorimeter.

Hasil

IV.2.2 Kalor pelarutan NaOH

NaOH

- Diisi kalorimeter dengan 100 mL aquades, didiamkan beberapa


saat dan dicatat suhu dengan tepat, t1.
- Ditimbang dengan cepat 2 gram NaOH padat dan dicatat berat
tepatnya (ditutup botol tempat NaOH dengan segera mungkin).
- Dimasukkan NaOH kedalam calorimeter, diaduk dengan cepat
sehingga semua NaOH larut, diperhatikan perubahan suhunya dan
dicatat suhu tertingginya.
Hasil
IV.2.3 Kalor reaksi antara larutan HCl dengan larutan NaOH

HCl dan NaOH

- Dimasukkan 50 mL larutan HCl 0,5 M ke dalam kalorimeter,


didiamkan selama beberapa saat dan dicatat suhunya dengan tepat.
- Diukur 50 mL larutan NaOH 0,5 M, dipindahkan ke dalam gelas
kimia, didiamkan beberapa saat, diukur dan dicatat suhunya
dengan tepat.
- Dituangkan 50 mL NaOH tersebutke dalam kalorimeter, diaduk
dengan cepat, diperhatikan perubahan suhunya dan dicatat suhu
tertingginya.

Aquades

IV.2.4 Kalor reaksi antara larutan HCl dengan NaOH padat

HCl dan NaOH

- Dimasukkan 100 mL HCl 0,5 M ke dalam kalorimeter, didiamkan


beberapa saat dan dicatat suhunya dengan tepat.
- Ditimbang dengan cepat 2 gram NaOH padat dan catat berat
tepatnya (ditutup botol tempat botol NaOH sesegera mungkin)
- Dimasukkan NaOH ke dalam kalorimeter, diaduk dengan cepat,
diperhatikan perubahan suhunya dan dicatat suhu tertingginya.

Hasil

IV.3 Prosedur Kerja


IV.3.1 Menentukan kalor jenis kalorimeter
Disiapkan bahan dan alat terlebih dahulu. Diisi calorimeter dengan 50 mL
akuades, didiamkan selama 5 detik dan dicatat suhunya t 1 dengan tepat.
Dipanaskan 50 mL akuades dalam gelas kimia 200 mL sampai suhu sekitar 65 ℃
dan dicatat suhunya dengan dengan tepat t2 dan segera dituangkan ke dalam
calorimeter, diaduk dengan baik dan dicatat kembali suhu tertingginya t 3.
Dihitung kalor jenis kalorimeter.
IV.3.2 Kalor pelarutan NaOH
Disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Diisi kalorimeter dengan 100 mL
akuades, didiamkan beberapa saat dan dicatat suhu dengan tepat t 1. Ditimbang
dengan cepat sekitar 2 gram NaOH padat dan dicatat berat tepatnya (ditutup botol
tempat NaOH dengan segera). Dimasukkan NaOH kedalam kalorimeter, diaduk
dengan cepat sehingga semua NaOH larut, diperhatikan perubahan suhunya dan
dicatat suhu tertingginya.
IV.3.3 Kalor reaksi antara larutan HCl dengan larutan NaOH
Disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Dimasukkan 50 mL larutan HCl 0.5M
kedalam calorimeter, didiamkan beberapa saat dan dicatat suhunya dengan tepat.
Diukur 50 mL larutan NaOH 0.5M, dipindahkan ke dalam gelas kimia.
Didiamkan beberapa saat, diukur dan dicatat suhunya dengan tepat. Dituangkan
50 mL NaOH tersebut kedalam kalorimeter, daiaduk dengan cepat, diperhatikan
perubahan suhunya dan dicatat suhu tertingginya.
IV.3.4 Kalor reaksi antara larutan HCl dengan NaOH padat
Disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Dimasukkan 100 mL larutan HCl 0.5 M
ke dalam calorimeter, didiamkan beberapa saat dan dicatat suhunya dengan tepat.
Ditimbang dengan cepat sekitar 2 gram NaOH padat dan dicatat berat tepatnya
(ditutup botol tempat NaOH sesegera mungkin). Dimasukkan NaOH ke dalam
kalorimeter, diaduk dengan cepat. Diperhatikan perubahan suhunya dan dicatat
suhu tertingginya.
V. Data dan Perhitungan
V.1Data
a. Menentukan kalor jenis kalorimeter
T1= 29oC
28oC
29oC
T2= 65oC
T3= 43oC
43oC
42oC
b. Kalor pelarutan NaOH
Massa NaOH = 2,05 g
T1= 28oC
28oC
27oC
T2= 33oC
33oC
32oC
c. Kalor reaksi antara larutan HCl dengan larutan NaOH
HCl:T1 = 28oC
27oC
26oC
NaOH :T2= 27oC
27oC
26oC
HCl +NaOH:T3= 29oC
29oC
28oC
d. Kalor reaksi antara larutan HCl denganNaOHpadatan
Massa NaOH = 2,05 gram
HCl:T1= 27oC
27oC
26oC
HCl + NaOH padatan : T2= 35oC
34oC
34oC
V.2Perhitungan
a. Menentukan kalor jenis calorimeter
 Massa akuades = ρ ×V
= 1 ×50
= 50 gram
29+28+29
 T1 =
3
= 28,7
43+ 43+42
 T3 =
3
= 42,7
 Kalor yang dilepas (q1) = m ×c ×∆ T 5
q1 = 50 x 4,2 x (-22,3)
= -4683 J
 Kalor yang diterima (q2) = m ×c ×T 4
q2 = 4,2x14x50
= 2940 J
 Kalor yang diterima calorimeter (q3) = q1-q2
q3 = (-4683) - 2940
= -7623 J
q3
 Kapasitas kalor kalorimeter, Cp=
Δt 4
−7623
Cp =
14
= -544,5 J/oC
b. Kalor pelarutan NaOH
28+28+27
 Suhu air dingin, t1 = = 27,7
3
 Mol NaOH = 2,05/40 = 0,05 mol
33+33+32
 Suhu larutan, t2 =
3
= 32,7
 ∆ t=t 2−t 1
¿ 32 ,7−27 , 7=5 ℃
 Massa air = ρ x v = 1 x 100=100 gram
 Jumlah kalor yang dihasilkan
q1 = (massa air panas x T x kalor jenis air ) + (Cp x T)
= (100 x 5 x 4,2) + ((-544,5) x 5)
= -622,5 J
q1
 H1=
Mol NaOH
−622 ,5
=
0 ,05
= -12450 kal/mol (eksoterm)
c. Kalor reaksi antara larutan HCl dengan larutan NaOH
28+27+26
 Suhu larutan HCl, t1 = = 27
3
27+27+26
 Suhu larutan NaOH, t2 = = 26,7
3
(t 1+t 2) (27 +26 , 6)
 Suhu awal rata rata = = =26 , 8℃
2 2
29+29+28
 Suhu campuran, t3 = = 28,7
3
 ∆ t=t 3−t=28 , 7−26 , 8=1 , 9 ℃
 Mol NaOH = 1/40 = 0,025 mol
 q1 = (massa air panas x T x kalor jenis air ) + (Cp x T)
= (100 x 1,9 x 4,2) + ((-544,5) x 1,9)
= -236,6 J
q1
 H2=
Mol NaOH
−236 , 6
=
0,025
= -9464 kal/mol (eksoterm)
e. Kalor reaksi antara larutan HCl dengan NaOH padat
27+27+26
 T1 = = 26,7
3
35+34+34
 T3 = = 34,3
3
 ∆ t = t3 – t1 = 34,3 – 26,7 = 7,6℃
 Mol NaOH = 2/40 = 0,05 mol
 q1 = (massa air panas x T x kalor jenis air ) + (Cp x T)
= (100 x 7,6 x 4,2) + ((-544,5) x 7,6)
= -946,2 J
q1
 H3=
Mol NaOH
−946 , 2
=
0 , 05
= -18924 kal/mol (eksoterm)
VI. Hasil dan Pembahasan
VI.1 Hasil
VI.1.1 Tabel Hasil Percobaan Menetukan Kalor Jenis Kalorimeter
Suhu air dingin Suhu air panas Suhu campuran Kalor jenis
(T1) (T2) (T3)
(Cp)

28,7 °C 65°C 42,7 °C -544,5 J /℃

VI.1.2 Tabel Hasil Percobaan Kalor Pelarutan NaOH


Suhu air dingin Massa NaOH Suhu campuran Kalor pelarutan
(T1) (gram) (T3) (ΔH1)

27,7°C 2,05 gram 5°C -112450 J/mol

VI.1.3 Tabel Hasil Percobaan Kalor Reaksi Antara Larutan HCl dengan Larutan
NaOH
Suhu larutan Suhu larutan Suhu Kalor
HCl NaOH campuran pelarutan
(T1) (T2) (T3) (ΔH2)

27°C 26,7°C 28,7°C - 9464 J/mol

VI.1.4 Tabel Hasil Percobaan Kalor Reaksi Antara Larutan HCl dengan NaOH
Padat
Suhu larutan Massa Suhu Kalor
HCl NaOH campuran reaksi
(T1) (gram) (T3) (ΔH3)

26,7 °C 2,05 gram 34,3°C - 18924 J/mol

VI.2 Pembahasan
Pada percobaan kimia dasar pada kali ini kita membahas tentang
termodinamika dan hokum hess. Termodinamika atau bisa juga disebut
termokimia merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang hubungan
antara panas dan bentuk energi lainnya yang terlibat dalam proses kimia atau
fisik. Dengan mengukur panas atau energi yang terlibat dalam proses kimia kita
dapat memprediksi arah dari reaksi kimia tersebut dan juga kita dapat mengetahui
komposisi campuran pada kesetimbangan (Ebbing dan Gammon, 2009).Hukum
Hess merupakan bentuk penerapan dari hukum pertama termodinamika. “Entalpi
pereaksi secara keseluruhan adalah jumlah entalpi dari reaksi-reaksi individual
yang merupakan bagian dari suatu reaksi”. Jika ingin mengetahui entalpi reaksi
dari masing-masing tahap, dapat menjumlahkan atau mengurangi entalpi reaksi
dari masing-masing tahap. Hukum Hess dapat dinyatakan dalam persamaan
berikut (Susanto, 2003)
Percobaan pertama adalah menentukan kalor jenis kalorimeter. Kalorimter
diisi dengan 50mL aquades dan didiamkan 5 detik. Pendiaman selama 5 detik ini
bertujuan untuk mendapatkan suhu yang lebih stabil dan akurat. Setelah itu,
dicatat suhunya sebanyak 3 kali sebagai t 1. Data yang dihasilkan t1 adalah 28°C,
27°C dan 26°C dengan rata-rata sebesar 28,7°C. Dipanaskan 50mL aquadest
dengan gelas kimia 200mL hingga mencapai suhu sekitar 65°C sebagai t 2. Fungsi
pemanasan adalah untuk mengetahui kalor yang dilepas maupun yang diserap
oleh kalorimeter. Akuades yang telah dipanaskan kemudian segera di masukkan
ke dalam kalorimeter dan diaduk. Hal ini agar suhu yang didapatkan setelah
pemanasan tidak memiliki selisih yang besar dengan suhu yang akan diukur dan
panas dari akuades yang telah dipanaskan merata sehingga dapat diukur suhunya
secara akurat. Data yang dihasilkan dari perlakuan ini (t3) adalah 43°C, 43°C,
dan 42°C dengan rata rata sebesar 42,7°C. Dari data tersebut kita dapat mencari
kalor yang dilepas (q1) dengan rumusm ×c ×∆ T 5 sehingga didapatkan q1 bernilai
-4683 J, lalu dicari kalor yang diterima oleh air dingin (q 2) dengan rumus
m ×c ×∆ T 4 sehingga didapatkan nilai q2 sebesar 2940 J. Dari q1 dan q2 yang
didapat, kita dapat mencari nilai q 3 yang merupakan selisih dari q 1 dan q2
sehingga nilai q3 adalah -7623 J. Untuk mencari kapasitas kalor atau Cp,
q3
digunakan rumus sehingga nilai dari Cp adalah -544,5 kal/°C. Nilai Cp ini
∆T 4
nantinya digunakan pada perhitungan percobaan-percobaan selanjutnya.
Percobaan kedua adalah pelarutan NaOH padat.Kalorimeter diisi dengan
100mL akuades dan didiamkan beberapa saat lalu dicatat suhunya dengan tepat
sebagai t1. Proses pendiaman ini dilakukan dengan agar dicapai suhu yang stabil
dan nantinya suhu yang didapatkan akurat. Data suhu yang didapat, t 1 adalah
28°C, 28°C, dan 27°C dengan rata rta suhu sebesar 27,7°C. Setelah itu, ditimbang
dengan cepat sekitar 2 gram NaOH padat dan dicatat berat tepatnya, yaitu 2,05
gram. Pada saat menimbang NaOH digunakan neraca dengan kondisi tertutup dan
dilakukan dengan cepat agar suhu dari NaOH tidak berubah. Dimasukkan NaOH
yang telah ditimbang tersebut ke dalam kalorimeter dan diaduk dengan cepat
sehingga semua NaOH larut. Hal ini dilakukan agar dapat cepat bereaksi dan
suhunya merata. Dimasukkan termometer kedalam kalorimeter melalui lubang
yang ada dan dicatat suhunya sebanyak tiga kali sebagai t 2. Data yang didapat, t2
yaitu 33°C, 33°C dan 32°C dengan rata rata suhu sebesar 32,7°C serta selisih dari
t2 dn t1 adalah sebsesar 5. Dari data-data yang elah didapat, dicari jumlah kalor
yang dihasilkan oleh pelarutan 0,05 mol NaOH (q1) dengan rumus
q 1=( massaairpanas × ∆T ×kalorjenisair ) + ( Cp× ∆ T )
sehingga didapatlan q1 sebesar -622,5 J. Setelah didapat kalornya, dicari entalpi
q1
atau ∆H1 dengan rumus sehingga didapat nilai ∆H1 sebesar -12450
nNaOH
kal/mol dan merupakan reaksi eksoterm. Reaksi nya dapat ditulis sebagai berikut:
NaOH(s) → NaOH(aq) ∆H1 = -12450 kal/mol
Pada percobaan ketiga adalah kalor reaksi antara larutan HCl dengan larutan
NaOH dengan bahan yang digunakan adalah larutan HCl 0,5M dan larutan NaOH
0,5 M. Dimasukkan 50mL larutan HCl 0,5M ke dalam kalorimeter dan
didiamkan beberapa saat dan dicatat suhunya dengan tepat. Data suhu HCl yang
didapatkan, t1 adalah 28°C , 27°C, dan 26°C dengn rata rata suhu sebesar 27°C.
Diukur 50mL larutam NaOH 0,5M yang dipindahkan ke dalam gelas kimia dan
didiamkan beberapa saat. Larutan NaOH diukur suhunya dengan tepat sebagai t 2.
Data suhu NaOH yang didapatkan, t2 adalah 27°C , 27°C, dan 26°C dengan rata
rata suhu sebesar 26,7°C. Dituangkan 50mL NaOH yang telah diukur suhunya
tersebut kedalamkalorimeter yang berisi larutan HCl dan diaduk dengan cepat
sehingga panasnya merata. Diukur suhunya sebagai t3 dan didapatkan data yaitu
29°C , 29°C, dan 28°C dengan rata rata suhu sebesar 28,7°C. Dicari perubahan
suhu (∆t) yang merupakan selisih dari t 3 dan tyaitu sebesar 1,9°C. Dicari kalor
yang menyertai reaksi antara HCl dengan NaOH, q 1 dengan rumus sebagai
berikut:
q 1=( massaairpanas × ∆T ×kalorjenisair ) + ( Cp× ∆ T )
sehingga didapat q1 sebesar -236,6 J. Dicari mol NaOH yang bereaksi sehingga
didapat mol NaOH sebesar 0,025 mol. Setelah itu, dapat dicari entalpi yang
q1
dihasilkan oleh setiap mol NaOH yang bereaksi, ∆H 2 dengan rumus .
nNaOH
sehingga didapat ∆H2 sebesar -9464 kal/mol dan merupakan reaksi eksoterm.
Reaksi dapat ditulis sebagai berikut.
NaOH(s)→NaOH(aq) ∆H1 = -12450 kal/mol
NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) ∆H2 = -9464 kal/mol
Percobaan terakhir adalah percobaan reaksi antara larutan HCl dan NaOH
padat dengan menggunakan larutan HCl dan NaOH padat. pertama, dimasukkan
100mL larutan HCl 0,5M ke dalam kalorimeter dan didiamkan beberapa saat lalu
dicatat suhunya dengan tepat sebagai t1. Data suhu larutan HCl, t1 adalah 27°C,
27°C, dan 26°C dengan rata rata suhu sebesar 26,7°C. Ditimbang dengan cepat
sekitar 2 gram NaOH padat dan dicatat berat tepatnya yaitu 2,05 gram.
Dimasukkan NaOH yang telah ditimbang tersebut ke dalam kalorimeter dan
diaduk dengan cepat. Dimasukkan termometer ke dalam kalorimeter melewati
lubang yang ada pada tutup kalorimeter dan dicatat suhunya sebagai t 2. Data suhu
HCl + NaOH, t2 adalah 35°C, 34°C dan 34°C dengan rata rata suhu sebesar
34,3°C.Besar perubahan suhu (∆t) yaitu selisih antara t 2 dan t1 dengan nilai
sebesar 7,6 °C. NaOH yang ditimbang seberat 2,05 gram dengan mol 0,05 mol.
Massa larutan HCl yang digunakan adalah 100 gram dan dicari besarnya kalor
yang dihasilkan oleh reaksi 0,05 mol NaOH adalah, q 3 dengan rumus sebagai
berikut
q 1=( massa air panas × ∆ T × kalor jenis air )+(Cp ×∆ T )
sehingga kalor yang dihasilkan, q3 adalah sebesar– 946,2 J. Dicari besarnya kalor
q3
yang menyertai reaksi 1 mol NaOH dengan HCl, ∆H 3 dengan rumus.
n NaOH
Sehingga didapat ∆H3 sebesar -18924 kal/mol dan merupakan reaksi eksoterm
dengan reaksi sebagai berikut.
NaOH(s)→NaOH(aq) ∆H1 = -12450 kal/mol
NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) ∆H2 = -9464 kal/mol
+
NaOH(aq)+HCl(aq)→NaCl(aq)+H2O(l) ∆H3 = -18924 kal/mol
Reaksi diatas sudah tepat dikarenakan saat NaOH bereaksi dengan HCl maka
reaksi tersebut akan melepaskan kalor ke lingkungan atau akan terasa panas saat
memegang kalorimeter yang disebut dengan reaksi eksoterm. Perbandingan antara
jumlah total entalpi atau ∆H3 dengan ∆H1 + ∆H2 adalah 1 : 1,4. Perbandingan
tersebut kurang tepat dikarenakan ∆H3 merupakan hasil dari penjumlah ∆H 1 +
∆H2 sehingga perbandingan yang seharusnya didapat adalah 1:1. Hal ini bisa saja
terjadi dikarenakan adanya kesalahan pada percobaan, seperti zat yang mungkin
tidak terukur secara tepat, zat yang tidak bereaksi sepenuhnya atau bisa saja
terjadi ketidaktelitian pada saat pengambilan dan pengolahan data seperti
termometer yang naik turun dengan cepat. Dalam percobaan seperti ini memang
tidak dapat sama 100% dengan teori karena dalam setiap percobaan pasti terjadi
human erroratau bisa dari kerusakan pada alat kimia. Meningkatkan ketelitian
dan fokus merupakan salah satu cara untuk menghasilkan percobaan yang lebih
baik.
VII. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita peroleh dari praktikum Termokimia dan
Hukum Hess yaitu sebagai berikut:
1. Untuk menentukan kalor jenis kalorimeter sederhana yaitu pertama
dengan menentukan t1, t2, dan t3 yang kemudian digunakan untuk
mencari q1, q2, dan q3.
2. Untuk menentukan perubahan entalpi reaksi ΔH1, ΔH2, ΔH3 yaitu
dengan kalor dibagi mol, untuk ΔH1 menggunakan q1, ΔH2
menggunakan q2, dan ΔH3 menggunakan q3.
3. Penjumlahan perubahan reaksi yang berlangsung bertahap dapat dilihat
pada penentuan ΔH3 dengan menjumlahkan ΔH1 dan ΔH2.
DAFTAR PUSTAKA

Adha, N. W., M. Situmorang., dan Z. Muchtar. 2016. Pengembangan Bahan Ajar


Kimia Inovatif Berbasis Multimedia Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Pada Pengajaran Termokimia. Jurnal Pendidikan Kimia. 8(3): 169-177.

Chang. 2004. Kimia Dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga.

Ebbing, D. D., dan S.D. Gammon. 2009. General ChemistryNinthEdition. Boston,


New York: HoughtonMifflin Company.

Gupta, A. Jason Lachance. E.D Sloan Jr., Carolyn A. Koh. 2008. Measurements Of
Methane Hydrate Heat Of Dissociation Using High Pressure Differential
Scanning Calorimetry. Center Of Hydrate Research. Department Of
Chemical Engineering Colorado Scool Of Mines. USA

Justiana, M. S. 2009. Kimia 2. Jakarta: Yudistira

Kusumawati, D. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Hands On


Minds On Activity Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi
Pokok Termokimia. UNESA Journalof Chemical Education. 3(1) : 99-
105.

LabChem. 2018. Material Safety Data SheetofAquades. http://www.labchem.com


[Diakses pada 28 Desember 2020].
LabChem. 2018. Material Safety Data Sheet Sodium Hidroxyda.
http://www.labchem.com. [Diakses pada 28 Desember 2020].

Labchem. 2019. Material Safety Data SheetHydriclorid Acid.


http://www.labchem.com. [Diakses pada 28 Desember 2020].

Raj, G. 2004. Thermodynamics:


StatisticalThermodynamicsandIrreversibleThermodynamics. Meerut:
PrabhatOffsetPrinters.

Susanto. 2003. Panduan Belajar Kimia. Yogyakarta: UGM

Suhadi, Ibnu. 2018. Analisis Dampak Kesulitan Siswa Pada Materi Stoikiometri
Terhadap Hasil Belajar Termokimia. Jurnal Kimia dan Pendidikan. 3(1) :
2502-4787.

Utami, B. 2009.Kimia. Jakarta: Pusat Perbukuan DPN

Zakiyah. 2018. Analisis Dampak Kesulitan Siswa Pada Materi Stoikiometri


Terhadap Hasil Belajar Termokimia. Jurnal Kimia dan Pendidikan. 3(1) :
2502-4787.
LAMPIRAN

a. Menentukan kalor jenis kalorimeter

Suhu air dingin, t1 ; 28,67°C

Suhu air panas, t2 ; 65°C

∆t4 = t3 – t1 = 14°C ; ∆t5 = t3 – t2 = -22,34°C

Suhu campuran, t3 ; 42,67°C

a. Kalor pelarutan NaOH

Suhu air dingin, t1 ; 32,7°C

Massa NaOH ; 2,05 gram

Volume akuades ; 100mL

Suhu campuran, t3 ; 27,7°C

a. Kalor reaksi antara larutan HCl dengan larutan NaOH

Suhu larutan HCl ; 27°C

Suhu larutan NaOH ; 26,7°C

Volume HCl = 50mL ; Volume NaOH = 50mL

Suhu campuran, t3 ; 28,7°C

a. Kalor reaksi antara larutan HCl dengan NaOH padat


Suhu larutan HCl ; 26,7°C

Massa NaOH ; 2,05 gram

Volume HCl ;
100mL

Suhu campuran, t3 ; 34,3°C


GAMBAR

Anda mungkin juga menyukai