Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM TERMODINAMIKA KIMIA

ENTALPI REAKSI

Oleh:
Nama : Zona Salsabia Ardyanti
NIM : 181810301029
Kelompok /Kelas : 6/ B
Asisten : Mariyatul Kiftiyah

LABORATORIUM KIMIA FISIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Termodinamika merupakan cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang
perubahan panas yang menyertai suatu reaksi. Konsep termodinamika erat kaitannya dengan
termokimia, dimana termokimia mempelajari dan melakukan penafsiran terhadap perubahan
kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan dan pembentukan larutan. Zat pada saat
menerima kalor akan mengalami kenaikan suhu hingga tingkat tertentu sehingga zat tersebut
akan mengalami perubahan wujud, seperti perubahan wujud dari padat menjadi cair.
Sebaliknya, jika suatu zat mengalami perubahan wujud dari cair menjadi padat maka zat
tersebut akan melepaskan sejumlah kalor. Kalor dapat diukur dengan menggunakan jalan
jumlah total kalor yang disetiap lingkungan kalor yang diserap air merupakan hasil dari
perkalian anatara massa, kalor jenis dan kenaikan suhu, sedangkan kalor yang diserap
komponen lingkungan lain yaitu pengaduk, termometer, dan lain sebagainya. Penjumlahan
kalor dapat diterapkan melalui Hukum Hess (Dogra,2009).
Dasar dari hukum Hess yaitu entalpi atau energi internal merupakan besaran yang tidak
tergantung pada jalannya reaksi. Suatu reaksi kadang-kadang tidak hanya berlangsung melalui
satu jalur akan tetapi bisa juga melalui jalur lain dengan hasil yang diperoleh adalah sama.
Hukum Hess adalah hukum yang digunakan untuk menentukan besarnya perubahan entalpi
suatu reaksi. Hukum Hess berbunyi “Entalpi reaksi tidak tergantung pada jalan reaksi
melainkan tergantung pada hasil akhir reaksi” (Atkins, 1999).
Hukum Hess berguna dalam menentukan perubahan panas reaksi, yang tidak dapat diukur
secara langsung dengan kalorimeter. Beberapa aplikasinya antara lain yaitu penentuan panas
pembentukan dan penentuan panas transisi. Penentuan panas pembentukan tidak dapat diukur
secara langsung menggunakan metode kolorimetri karena mereka tidak dapat disintesis dari
elemen mereka dengan mudah misalnya metana, karbon monoksida, benzena dll ditentukan
dengan menggunakan Hukum Hess. Misalnya, panas pembentukan karbon monoksida dapat
dihitung dari panas data pembakaran karbon dan karbon monoksida.

1.2 Tujuan
1. Menggunakan hukum Hess untuk menentukan perubahan entalpi reaksi antara amonia
berair dan asam klorida cair.
2. Bandingkan perubahan entalpi Anda yang dihitung dengan hasil eksperimen.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Material Safety Data Sheet (MSDS)


2.2.1 Akuades
Akuades merupsakan senyawa kimia yang berbentuk cair, tidak berbau, dan tidak
berwarna. Akuades memiliki pH 7 serta titik didihnya yaitu 100 atau 212 . Tekanan uap yang
dimiliki akuades sebesar 2,3 kPa dan densitas uapnya 0,62. Akuades memiliki berat molekul
sebesar 18,02 g/mold an akuades tergolong sebagai senyawa kimia yang tidak beracun dan
berbahaya. Akuades tidak menyebabkan iritasi pada mata dan kulit, tidak korosif pada kulit,
dan tidak berbahaya jika tertelan dan terhirup, sehingga tidak ada penanganan secara khusus
jika terkena akuades (Labchem, 2019).
2.2.2 Amonium hidroksida (NH4OH)
Amonium hidroksida berwujud cair, tidak berwarna, dan berbau kuat seperti amonia.
Senyawa ini memiliki Ph sebesar 13,6, tekanan uap sebesar 557 mmHg, dan berat jenis sebesar
0,89. Amonium hidroksida jika terkena pada mata dapat menyebabkan kerusakan mata
permanen, pada kulit menyebabkan luka bakar hingga peradangan kulit, jika tertelan dapan
menyebabkan kerusakan parah dan permanen pada saluran pencernaan., dan jika terhirup dapat
menyebabkan iritasi parah saluran pernapadan. Penanganan apabila terjadi kontak mata yaitu
harus segera dibilas dengan banyak air selama minimal 15 menit. Penanganan apabila terjadi
kontak kulit, segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit dan sambil
melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Penangan apabila terjadi kecelakaan
tertelan, yang harus dilakukan adalah jangan memuntahkan secara paksa atau langsung,
dibutuhkan bantuan medis dengan segera. Penagangan jika terhirup, yaitu harus segera
dipindahkan ke udara yang lebih segar, dan jika korban tidak mampu bernafas berikan nafas
buatan dan berikan oksigen (Labchem, 2019).
2.2.3 Amonium klorida (NH4Cl)
Amonium klorida berwujud kristal, berwarna putih, dan tidak berbau. Amonium klorida
bila dilarutkan dalam air, sedikit asa, karena garam ini berasal dari asam kuat dan basa lemah.
Berat molekul dari senyawa ini adalah 53,491 dengan titik didih 338°C. Senyawa ini tidak larut
dalam dietil eter, aceton, dan hampir tidak larut dalam etil asetat. Amonium klorida berbahay
bila ditelan. Senyawa ini juga dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan sistem
pernafasan. Amonium klorida harus disimpan pada wadah yang tertutup rapat dan wadah
tersebut harus dalam keadaan kering. Penanganan apabila terhirup adalah korban
diberi udara yang segar, dan posisi tubuh setengah ke kanan, apabila membutuhkan bantuan
pernafasan, gunakana peralatan pernafasan, jangan beri pernafasan dari mulut ke mulut.
Penanganan apabila terkena pada kulit yaitu tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang
terkontaminasi. Tangan korban harus dicuci dengan sabun atau deterjen ringan dan air dalam
jumlah yang banyak selama minimal 15 menit. Penanganan apabila terjadi kontak mata, maka
mata harus dibilas dengan air yang banyak selama beberapa menit. Penangan untuk tertelan
yaitu segera cuci mulut korban, lalu rujuk ke rumah sakit untuk mendapat obat yang
merangsang muntah (Labchem, 2019).
2.2.4 Asam klorida (HCl).
Asam klorida berwujud cair, berbau kuat, dan tidak berwarna. Titik didih dari larutan
HCl adalah 108,58°C pada 760 mmHg, memiliki titik lebur -62,25°C, dan tekanan uap 20°C.
Asam klorida larut dalam air dingin, air panas, dan dietil eter. Asam klorida sangat korosif di
hadapan alumunium, tembaga, dan stainless steel, namun non-korosif terhadap kaca. Senyawa
ini sangat berbahaya jika terjadi kontak kulit, kontak mata, dan tertelan. Asam klorida dapat
menyebabkan kerusakan pada selaput lendir mata, mulut, dan saluran pernafasan, sedangkan
jika terjadi kontak kulit dapat menyebabkan luka bakar. Senyawa ini apabila dihirup dapat
menyebabkan iritasi parah pada saluran pernafasan, paling parah dapat menyebabkan
kematian. Penanganan apabila terjadi kontak mata yaitu periksa dan lepaskan jika ada lensa
kontak, bilas mata dengan banyak air sekurang-kurangnya 15 menit. Air dingin dapat
digunakan, dan dapatkan perawatan medis dengan segera. Penanganan apabila terjadi kontak
kulit segera basuh kulit dengan banyak air sedikitnya selama 15 menit dengan mengeluarkan
pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Tutupi kulit yang teriritasi dengan sesuatu yang
melunakkan (Labchem, 2019).
2.2.5 Natrium hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida berwujud padat, berwarna putih, dan tidak berbau. Berat molekul
dari senyawa ini adalah 40 g/mol, dengan pH sebesar 13,5. Titik didih dari natrium hidroksida
adalah 1388°C dan titik lebur sebesar 323°C. Senyawa ini sangat berbahaya jika terjadi kontak
kulit, tertelan, kontak mata, dan terhirup. Kontak mata dapat mengakibatkan kerusakan kornea
atau kebutaan. Kontak kulit dapat menyebabkan peradangan dan terik. Debu natrium
hidroksida menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan, yang ditandai rasa terbakar, bersin,
dan batuk. Penanganan apabila terjadi kontak mata dalah segera periksa dan lepaskan jika ada
lensa kontak, segera siram mata dengan banyak air sekurang-kurangnya 15 menit. Air dingin
dapat digunakan dan diperlukan perawatan medis dengan segera. Penanganan apabila terjadi
kontak kulit yaitu segera basuh kulit dengan banyak air setidaknya 15 menit saat mengeluarlan
pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Penanganan apabila terhirup pindahkan dengan
segera ke udara segar dan jika korban tidak bernafas berikan nafas buatan atau diberikan
oksigen, dan seger diberi bantuan medis (Labchem, 2019).

2.2 Tinjauan Pustaka


Termodinamika merupakan cabang dari beberapa kajian ilmu yang mempelajari perubahan
panas yang menyertai suatu reaksi. Pengertian termodinamika tersebut memiliki cakupan yang
luas yakni kajian hubungan kuantitatif antara kalor dan bentuk lain energi, contohnya energi
yang dikaitkan dengan gejala elektromagnet. Penerapan disiplin ilmu termodinamika dapat
digunakan untuk menentukan reaksi yang berlangsung apakah spontan atau tidak.
Termodinamika juga digunakan untuk memaksimalkan hasil dari reaksi kimia yang dilakukan.
Perkembangan konsep termodinamikan menghasilkan disiplin ilmu yang biasa dikenal dengan
termokimia. Termokimia merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang
hubungan kalor, kerja, bentuk lain energi, kesetimbangan reaksi kimia, dan perubahan keadaan
sistem (Bird,1993).
Reaksi kimia yang identik dengan pemecahan dan pembentukan suatu ikatan selalu
berhubungan dengan penyerapan atau pelepasan kalor oleh suatu sistem. Sistem yang
melepaskan kalor dikatakan reaksi yang terjadi dalam sistem tersebut merupakan reaksi
eksotermik, karena jumlah panas yang terdapat dalam sistem menurun. Sistem yang menyerap
kalor dikatakan reaksi yang terjadi dalam sistem tersebut merupakan reaksi endotermik, karena
sistem memerlukan panas. Nilai ΔH untuk reaksi eksotermik akan bernilai negatif sedangkan
untuk reaksi endotermik akan bernilai positif. Reaksi kimia yang berlangsung selalu memiliki
energi dalam, dimana energi dalam merupakan jumlah total semua energi molekul yang ada di
dalam sistem. Hukum 1 termodinamika menyatakan “ jumlah kalor pada suatu sistem ialah
sama dengan perubahan energi di dalam sistem tersebut ditambah dengan usaha yang dilakukan
oleh sistem”. Hukum termodinamika menjelaskan bahwa perubahan energi yang menyertai
perubahan wujud dinyatakan dalam rumusan :
∆E = Q – W .............................................................................................. (2.1)
dimana Q adalah kalor yang diserap oleh sistem dan W adalah kerja yang dilakukan sistem.
Reaksi kimia yang terjadi pada tekanan tetap dirumuskan sebagai berikut :
W = P x ∆V ............................................................................................... (2.2)
dimana W adalah kerja yang dilakukan sistem, P adalah tekanan gas dan ∆V adalah perubahan
volume. Kuantitas kalor yang diserap pada tekanan tetap disebut entalpi (∆H) (Alfiah,2017).
Sistem yang terdapat dalam termodinamika terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan
pertukaran materi dan kalor yang terjadi antara sistem dan lingkungan, yakni sebagai berikut:
1. Sistem terbuka
Sistem terbuka merupakan sistem yang memungkinkan adanya pertukaran materi dan kalor
antara sistem dan lingkungan. Kalor dan materi pada sistem terbuka dapat keluar dan masuk
ke dalam sistem melewati batas sistem. Sistem terbuka dapat dijumpai pada saat
mereaksikan dua reaktan pada tabung reaksi.
2. Sistem tertutup
Sistem tertutup merupakan sistem yang masih ada kemungkinan untuk terjadi pertukaran
panas, namun tidak terjadi pertukaran materi antara sistem dengan lingkungan. Botol
minuman yang diisi dengan air panas merupakan salah satu contoh dari sistem tertutup.
3. Sistem terisolasi
Sistem terisolasi merupakan sistem yang tidak memungkinkan adanya pertukaran materi dan
panas antara sistem dengan lingkungan. Termos merupakan salah satu bentuk penerapan dari
sistem terisolasi
(Dogra, 2009).
Termodinamika berkaitan erat dengan termokimia yang menangani pengukuran dan
penafsiran perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan dan
pembentukanlatutan. Termokimia mempunyai dua metode eksperimen yang paling biasa
disebut kalorimetri pembakaran dan kalorimetri reaksi. Kalorimetri pembakaran adalah suatu
unsur atau senyawa dibakar, biasanya dalam oksigen dan energi atau kalor yang dibebaskan
dalam reksi itu diukur. Kalorimetri reaksi menunjuk pada perubahan reaksi sesuai apa saja
secara reaksi pembakaran. Metode reaksi ini lebih umum digunakan denagn senyawa organik
dan larutan-larutannya. Contoh kalorimetri reaksi yaitu direaksikan untuk senyawa organik,
kalorimetri pembakaran mencakup pemutusan kerangka karbon bila senyawa itu terbakar
dalam oksigen. Metode pembakaran mempunyai penerapan yang sesuai dengan senyawa
organik yang kurang reaktif terhadap reagensia selain oksigen dan menghasilkan lebih dari
satu produk dengan reagensia lain. Kalorimetri reaksi dapat dilakukan dengan senyawa yang
mudah bereaksi dengan cukup cepat pada endapan sedang tanpa pertukaran produk samping
yang tidak diinginkan. Kalor yang diserap atau dilepaskan dengan menaruh suatu intensitas
yang ditimbang dari pereaksi-pereaksi dalam wadah, membiarkan reaksi bergabung dan
mencatat perubahan temperatur dalam air disekitarnya (Atkins,1997).
Kalor yang ditentukan dengan kalorimetri lavoisier dan lapince pada tahun 1870 sudah
menyadari bahwa kalor yang diserap dalam reaksi peruraian senyawa adalah sama besarnya
dengan kalor yang dibebaskan dalam reaksi pembentukannya dalam kondisi yang sama. Reaksi
kimia yang arahnya ditulis kebalikannya maka besar ∆H adalah kebalikannya juga. Germain
Henry Hess pada tahun 1048 mengemukakan bahwa kalor yang bersangkutan dengan sejenis
reaksi adalah konstan dan tidak bergantung pada jalannya reaksi yang ditempuh kearah reaksi
yang dimasukinya, asalkan isoterm dan P tetap atau konstan. Pernyataan Germain Henry Hess
disebut sebagai hukum Hess. Hukum Hess dapat membantu dalam menghitung nilai ∆H dari
jenis yang tidak dapat diketahui secara eksperimen(Chang,2004).
Kalor menurut Babu (2004) adalah perpindahan energi termal. Kalor mengalir dari
satubagian ke bagian yang lain atau dari suatu sistem ke sistem yang lain. Kalor dapat mengalir
karena perbedaan suhu dikedua sistem. Nilai kalor reaksi tergantung pada jumlah zat yang
bereaksi, keadaan fisika, temperatur, tekanan, dan jenis reaksi (P tetap atau V tetap). Entalpi
merupakan kalor salam reaksi kimia pada tekanan tetap. Entalpi pada umumnya dilambangkan
dengan huruf “H”. Besarnya nilai entalpi suatu sistem bergantung pada nilai U sebagai energi
dalam, P sebagai tekanan, dan V sebagai volume dari sistem tersebut. Hubungan antara entalpi
dengan energi dalam, tekanan dan volume dapat dinyatakan sebagai berikut :
H = U + PV………………………………………………………….........(2.3)
Variabel H pada persamaan tersebut menunjukkan besarnya entalpi dengan satuan joule, P
menunjukkan besarnya nilai tekanan dalam satuan pascal, U sebagai besarnya nilai energi
dalam dengan satuan joule dan V sebagai besarnya volume dengan satuan liter. Energi dalam
sistem dihasilkan dari pergerakan acak partikel-partikel zat dan perpindahan tingkat energi pada
elektron dalam suatu atom atau molekul (Syukri, 1999).
Penerapan hukum termodinamika 1 menjelaskan bahwa penerapannya terhadap
peristiwa kimia disebut termokimia. Reaksi kimia termasuk proses isotermal apabila
dilakukan diudara terbuka maka kalor reaksi adalah :
Q x P = ∆H…...............................................................................................(2. 4)
Dimana Q adalah kalor, P merupakan tekanan dan ∆H merupakan entalpi. Persamaan 3 dapat
menghitung kalor menggunakan perubahan entalpi biasa Q = ∆H reaksi dimana ∆H adalah H
hasil pada tekanan tetap standar sebagai berikut :
AB + CD → AC + BD ∆H = X kJ/mol
(Suwandono,2015).
Perubahan entalpi yang diukur menggunakan ukuran standar dinamakan dengan
perubahan entalpi standar. Perubahan entalpi standar pada umumnya dilambangkan dengan
notifikasi ΔHo. Pengukuran entalpi standar dilakukan pada suhu 25oC dan pada tekanan 1 atm.
Hukum Hess merupakan hukum yang menggambarkan entalpi sebagai fungsi keadaan dalam
perhitungan entalpi dengan menjumlahkan setiap langkah hingga terbentuknya produk. Hukum
Hess menyatakan “perubahan entalpi yang dilepaskan atau diserap tidak bergantung pada
jalannya reaksi melainkan tergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir”. Berikut
merupakan beberapa jenis perubahan entalpi standar :
1. Perubahan entalpi standar pembentukan (ΔHfo) merupakan perubahan entalpi yang terjadi
pada pembentukan 1 mol suatu senyawa dari unsur-unsurnya dalam keadaan standar.
2. Perubahan entalpi standar penguraian (ΔHdo) merupakan perubahan entalpi yang terjadi pada
penguraian 1 mol senyawa dalam keadaan standar.
3. Perubahan entalpi standar pembakaran (ΔHco) merupakan perubahan entalpi yang terjadi
pada pembakaran 1 mol senyawa dalam keadaan standar.
(Braddy,1999).
Perubahan entalpi suatu reaksi dihitung berdasarkan selisih entalpi pembentukan antara
produk dan reaktan. Perhitungan yang diperoleh dari pernyataan hukum Hess menghasilkan
beberapa aturan sebagai berikut :
1. Nilai entalpi dari proses pembentukan dan penguraian suatu senyawa saling terbalik, artinya
ketika terjadi proses penguraian, nilai entalpi bernilai negatif, namun ketika terjadi proses
pembentukan, nilai entalpi bernilai positif.
2. Besarnya nilai entalpi, berbanding lurus dengan jumlah mol zat yang terdapat dalam sistem,
contoh mol zat yang bereaksi ialah setengahnya dari mol zat yang diketahui, maka jumlah
entalpi untuk zat bereaksi merupakan setengah dari entalpi mol yang diketahui.
(Atkins, 1997).
Kalor merupakan jenis energi yang dapat dilepas atau diterima oleh suatu zat. Energi kalor
dapat berpindah dari satu benda ke benda lain sebagai akibat dari perbedaan suhu diantara kedua
benda tersebut. Kalor pada umumnya dinyatakan dengan satuan joule atau kalori. Kapasitas
panas merupakan banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1oC pada zat seberat
1 gram. Hubungan antara perubahan energi dalam dan kalor sebagai berikut :
qv = CvΔT .................................................................................................(2.5)
qv merupakan energi panas yang diperoleh, Cv merupakan kapasitas kalor, dan ΔT merupakan
perubahan suhu yang terjadi (Bird, 1993).
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
- Antarmuka komputer vernier
- Komputer
- Sensor suhu
- Gelas beaker 250 mL
- Labu ukur 100 mL
- Pipet mohr 5 mL
- Ball pipet
- Gelas ukur 100 mL
- Kalorimeter
- Botol semprot
- Pipet tetes
3.1.2 Bahan
- Akuades
- Larutan asam klorida 1,0 M
- Larutan natrium hdroksida 1,0 M
- Larutan amonium klorida 1,0 M
- Larutan amonium hdiroksida 1,0 M
3.2 Diagram Kerja
3.2.1Melakukan Reaksi antara Larutan NaOH dan HCl
Larutan HCl 1,0M
-ditempatkan gelas styrofoam ke dalam gelas kimia
-diukur sebanyak 25mL ke dalam gelas
-diturunkan ujung probe suhu
-diukur 25mL larutan NaOH (tetapi tidak ditambahkan)
-dilakukan reaksi
-diklik untuk dimulai pengumpulan data dan suhu awal
-ditambahkan 25mL larutan NaOH ke dalam styrofoam setelah 3 atau 4 bacaan
direkam pada suhu yang sama
-dikumpulkan data setelah berakhir 3 menit (diakhiri lebih awal dengan mengklik
jika suhu tidak berubah)
-dicatat suhu awal dan maksimum dalam tabel data
-dibilas dan dikeringkan probsuhu, cup styrofoam, dan batang pengaduk.
-dibuang larutan ke dalam pembuangan dan disiram dengan air.
Hasil
3.1.1 Reaksi Antara Solusi NaOH dan NH4Cl
Larutan NaOH 1,0M
-diukur sebanyak 25mL ke dalam gelas styrofoam bersarang
-diturunkan ujung probe suhu
-diukur 25mL larutan NH4Cl 1M (tetapi tidak ditambahkan)
-dilakukan reaksi
-diklik untuk dimulai pengumpulan data
-ditambahkan 50mL larutan NH4Cl ke dalam styrofoam setelah 3 atau 4 bacaan
direkam pada suhu yang sama
-diaduk campuran selama reaksi berlangsung
-dikumpulkan data setelah berakhir 3 menit (diakhiri lebih awal dengan mengklik
jika suhu tidak berubah)
-diperiksa grafik sebelumnya untuk menentukan dan mencatat suhu awal dan
maksimum reaksi.
-dibilas dan dikeringkan probsuhu, gelas styrofoam, dan batang pengaduk.
-dibuang larutan ke dalam pembuangan dan disiram dengan air (jangan digunakan
wastafel laboratorium karena NH4OH akan menyengat laboratorium).
Hasil

3.1.2 Reaksi Antara larutan HCl dan NH


Larutan HCl 1,0M
-diukur sebanyak 25mL ke dalam gelas styrofoam di dalam gelas beaker
-diturunkan ujung probe suhu ke dalam cangkir
-diukur 25mL larutan NH4OH 1M (tetapi tidak ditambahkan)
-dilakukan reaksi di lemari asam
-dilakukan pengulangan langkah ketiga untuk dilakukan reaksi dan dikumpulkan
data dan suhu
-dibilas dan dikeringkan probsuhu, gelas styrofoam, dan batang pengaduk.
-dibuang larutan ke dalam pembuangan dan disiram dengan air.
Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Reaksi ke- Suhu Suhu ΔT(oC) Massa Q(J) ΔH(kJ)
Awal(oC) Akhir(oC) (gr)
Reaksi 1 27 29,75 2,75 30,9 -355,19 -14,2
Reaksi 1 27 29,68 2,68 30,9 -346,15 -13,8
(duplo)
Reaksi 2 26,87 27,37 0,5 30,9 -103,33 -4,1
Reaksi 2 26,87 27,12 0,25 30,9 -32,29 -1,2
(duplo)
Reaksi 3 27,24 29,68 2,44 30,9 -315,15 -12,6
Reaksi 3 26,99 29,62 2,63 30,9 -339,69 -13,5
(duplo)

4.2 Pembahasan
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas dan energi kimia.
Sumber perubahan energi tambahan berasal dari kalor yang diberikan atau diambil dari isinya
membentuk sistem. Jadi kalor dapat diukur secara tidak langsung dengan cara mengukur kerja.
Perubahan kalor dapat diamati pada tekanan konstan dan sistem yang diamati menyangkut cair-
padat sehingga perubahan volume dapat diabaikan. Akibatnya kerja yang bersangkutan dengan
sistem dapat pula diabaikan (P∆V = 0). Oleh karena itu, perubahan entalpi (∆H) sama dengan
perubahan energi dalam (∆U). Perubahan energi dapat terjadi dalam suatu sistem maupun
lingkungan. Sistem dapat berupa gas, uap air, dan uap dalam kontak dengan cairan. Perubahan
energi dapat terjadi dalam suatu sistem maupun lingkungan. Sistem dapat berupa gas, uap air,
dan uap dalam kontak dengan cairan.
Percobaan ini akan melaksanakan 3 percobaan, mereaksikan larutan NaOH dan HCL,
larutan NaOH dan NH4Cl, dan larutan HCl dan NH4OH. Percobaan ini menggunakan
kalorimeter yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang diserap atau dilepas.
Percobaan ini juga memerlukan prob suhu. Prob suhu untuk mengukur suhu awal, terakhir,
dan suhu campuran. Komputer beserta softwarenya juga dibutuhkan pada praktikum ini untuk
mendapatkan nilai dari suhu awal dan akhir dari semua reaksi yang diuji. Data yang diperoleh
disimpan dalam bentuk file microsoft excel agar didapatkan grafik dari semua data. Semua
percobaan dilakukan secara duplo, tujuannya agar hasil yang diperoleh dapat iuji
keakuratannya.
Perlakuan pertama mereaksikan larutan NaOH dengan larutan HCl. Larutan NaOH dan
HCl masing-masing diuji dengan volume 15 mL. Suhu masing-masing larutan diukur
menggunakan sensor suhu dengan tujuan untuk mendapatkan nilai suhu dari masing-masing
larutan. Pengukuran suhu atau kalor kedua larutan tersebut dilakukan dalam kalorimeter
dengan tujuan untuk melindungi sistem yang diukur dari pengaruh lingkungan, dan tidak
terjadi pertukaran materi dan kalor antara sistem dan lingkungan.
305 y2 = 0,0015x + 29,755
304.5 R² = 0,0103
304 y1 = -0,0002x + 30,665
R² = 0,0004
303.5
303 T1

302.5 T2
302 Linear (T1)
301.5 Linear (T2)
301
300.5
300
0 5 101520253035404550556065707580859095

Grafik 4.1 Suhu terhadap waktu larutan HCl + NaOH


Penambahan larutan HCl terhadap larutan NaOH menghasilkan suhu awal 27oC dan suhu
akhir 29,75oC, sehingga perubahan suhu yang terjadi ialah 2,75oC. Reaksi antara larutan HCl
dengan larutan NaOH berlangsung cepat sehingga proses penambahan larutan HCl harus cepat
untuk menjaga keakuratan dalam menghitung perubahan entalpi. Pengulangan prosedur
dilakukan untuk meningkatkan keakuratan dalam proses perhitungan. Kalor yang diperoleh dari
hasil perhitungan pengulangan pertama yakni sebesar -355,19 joule dengan nilai entalpi sebesar
(ΔH) -14,2 kJ/mol dan pada pengulangan kedua yakni sebesar -346,15 joule dengan nilai entalpi
sebesar -13,8 kJ/mol. Hasil tersebut menunjukkan bahwa reaksi yang terjadi ialah eksotermik,
dimana hal tersebut ditandai dengan hasil negatif sebagai tanda adanya kalor yang dikeluarkan
dari sistem(Atkins, 1997). Reaksi yang terjadi antara HCl dengan NaOH sebagai berikut :
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) (4.1)
Perubahan entalpi (∆𝐻) yang bernilai negative juga menandakan bahwa reaksi ini adalah reaksi
eksotermis. Sistem (campuran HCl dan NaOH) melepaskan kalor ke lingkungan (calorimeter).
Hasil tersebut sesuai dengan literature Alfiah(2017). Reaksi eksoterm ditandai dengan kenaikan
suhu sistem menyebabkan sistem melepaskan kalor ke lingkungan sehingga perubahan entalpi
yang terjadi bernilai negative.Hasil dari pencampuran kedua larutan tersebut menghasilkan
garam NaCl dalam bentuk larutan. Garam tersebut dihasilkan karena campuran antara asam dan
basa. Grafik yang semakin menurun menunjukkan bahwa masih ada kalor yang keluar dari
kalorimeter, hal ini dikarenakan sistem yang dipakai tidak sepenuhnya merupakan sistem
terisolasi. Hasil dari pengulangan perlakuan tidak sama, dikarenakan fpraktikan kurang teliti
dan kurang cekatan dalam melakukan pencampuran, sehingga hasil yang didapatkan tidak
sama.
Perlakuan kedua yakni mereaksikan larutan NaOH dengan NH4Cl. Perlakuan diawali
dengan mengukur masing-masing suhu larutan menggunakan kalorimeter dengan sensor suhu
yang sudah terpasang. Pengukuran dilakukan didalam kalorimeter bertujuan untuk mencegah
adanya hal yang dapat mengganggu atau mengurangi tingkat keakuratan dalam melakukan
pengukuran. Pengadukan dilakukan ketika larutan NaOH ditambahkan ke dalam larutan NH4Cl.
Pengadukan berfungsi untuk memaksimalkan tumbukan antar partikel sehingga reaksi yang
terjadi juga maksimal. Proses perlakuan dilakukan duplo untuk meningkatkan ke akuratan
dalam melakukan pengukuran. Reaksi yang terjadi antara larutan NaOH dengan larutan NH4Cl
merupakan reaksi yang tergolong cepat karena kedua larutan tersebut memiliki sifat polar
sehingga proses penambahan larutan juga harus cepat. Penambahan larutan harus cepat
dimaksudkan untuk menjaga keakuratan dalam proses pengukuran. Reaksi yang terjadi antara
larutan NaOH dengan larutan NH4Cl sebagai berikut :
NaOH(aq) + NH4Cl(aq) → NaCl(aq) + NH4OH(aq) (4.2)
300.5 y1 = 0,0005x + 27,539
R² = 0,7086
300.4
300.3 y2 = -0,0015x + 27,762
R² = 0,2637
300.2
T1
300.1
T2
300
Linear (T1)
299.9
Linear (T2)
299.8
299.7
299.6
100
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95

Grafik 4.2 Suhu terhadap waktu larutan NaOH + NH4Cl


Hasil dari penambahan larutan NaOH terhadap larutan NH4Cl pada pengulangan
pertama menghasilkan suhu mula-mula 26,87oC dan suhu akhir 27,37oC dan pada pengulangan
kedua menghasilkan suhu mula-mula 26,87oC dan suhu akhir 27,12oC. Nilai kalor pada
pengulangan pertama adalah -103,33 joule dengan nilai entalpi -4,1 kJ/mol, dan nilai kalor pada
pengulangan kedua adalah -32,39 joule dengan nilai entalpi 1,2 kJ/mol. Hasil pada pecampuran
antara NaOH dengan NH4Cl menunjukkan bahwa reaksi yang terjadi merupakan reaksi
eksotermis, hal ini ditandai dengan adanya kalor yang keluar sehingga entalpi bernilai negatif
(Atkins, 1997).
Grafik yang naik menandakan bahwa reaksi berlangsung secara eksotermis ditandai
dengan hasil entalpi negative dan suhu lingkungan yang naik. Suhu lingkungan naik karena
adanya transfer panas dari sistem, yaitu reaksi yang menghasilkan panas. Perubahan entalpi
(∆𝐻) yang bernilai negative juga menandakan bahwa reaksi ini adalah reaksi eksotermis.
Sistem (campuran HCl dan NaOH) melepaskan kalor ke lingkungan (calorimeter). Hasil
tersebut sesuai dengan literature Alfiah(2017). Reaksi eksoterm ditandai dengan kenaikan suhu
sistem menyebabkan sistem melepaskan kalor ke lingkungan sehingga perubahan entalpi yang
terjadi bernilai negative. Hasil dari pengulangan perlakuan tidak sama, dikarenakan faktor
kurangnya ketelitian, dan kebersihan sehingga menghasilkan grafik yang berbeda. Pengulangan
duplo seharusnya menghasilkan hasil yang sama, ditandai dengan hasil grafik pada satu garis.
Perlakuan yang ketiga yakni mereaksikan larutan HCl dengan larutan NH3. Perlakuan
diawali dengan mengukur suhu awal dan akhir pada masing-masing larutan. Tujuan pengukuran
tersebut ialah untuk memperoleh suhu awal dan akhir pada masing-masing larutan. Pengukuran
dilakukan didalam kalorimeter dengan tujuan agar tidak terganggu oleh hal yang dapat
mengurangi tingkat keakuratan pengukuran seperti perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan
atau sebaliknya. Larutan HCl ditambahkan terhadap larutan NH3 . Reaksi antara larutan HCl
dengan larutan NH3 berlangsung cepat sehingga proses penambahan larutan HCl harus cepat
untuk menjaga keakuratan dalam menghitung perubahan entalpi. Pengulangan prosedur
dilakukan untuk meningkatkan keakuratan dalam proses perhitungan. Reaksi yang terjadi
antara larutan HCl dengan larutan NH3 sebagai berikut :

HCl(aq) + NH3(aq) ↔ NH4Cl (4.3)


303.5

303 y1 = -0,0056x + 303,89


R² = 0,611
302.5
y2 = -0,0049x + 304,27
302 R² = 0,4051

301.5
T1
301
T2
300.5
Linear (T1)
300 Linear (T2)
299.5

299

298.5

298
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

Grafik 4.3 Suhu terhadap waktu larutan HCl + NH3

Penambahan larutan HCl terhadap larutan NH3 pada pengulangan pertama menghasilkan
suhu awal sebesar 27,24oC dan suhu akhir sebesar 29,68oC sehingga perubahan suhunya sebesar
2,44oC, pada pengulangan kedua menghasilkan suhu awal sebesar 26,99oC dan suhu akhir
sebesar 29,62oC sehingga perubahan suhunya sebesar 2,63oC. Kalor yang dihasilkan pada
pengulangan pertama yakni -315,15 joule dengan entalpi -12,6 kJ/mol, dan pada pengulangan
kedua yakni -339,69 joule dengan entalpi -13,5 kJ/mol. Hasil yang diperoleh menandakan
reaksi yang terjadi merupakan reaksi eksotermik yang ditandai grafik suhu yang semakin naik
menandakan suhu lingkungan naik akibat adanya reaksi dari sistem yaitu HCl dengan NH4.
Perubahan entalpi (∆𝐻) yang bernilai negative juga menandakan bahwa reaksi ini adalah reaksi
eksotermis. Sistem (campuran HCl dan NaOH) melepaskan kalor ke lingkungan (calorimeter).
Hasil tersebut sesuai dengan literature Alfiah(2017). Reaksi eksoterm ditandai dengan kenaikan
suhu sistem menyebabkan sistem melepaskan kalor ke lingkungan sehingga perubahan entalpi
yang terjadi bernilai negatif.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan enthalpi reaksi kimia adalah sebagai
berikut:
1. Hukum Hess dapat digunakan untuk menentukan perubahan enthalpi reaksi antara amonia
berair dan asam klorida cair.
2. Hasil perhitungan perubahan enthalpi yang pada seluruh reaksi sesuai dengan hasil yang
percobaan diperoleh yaitu mengalami pelepasan kalor yang sesuai dengan grafiknya
mengalami kenaikan, dimana kenaikan suhu dikarenakan kalor yang dilpaskan dari sistem
(campuran larutan) ke lingkungan (kalorimeter) dan menandakan reaksi adalah reaksi
eksoterm sehingga perubahan entalpi bernilai negatif.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dalam praktikum kali ini adalah, hendaknya praktikan lebih
teliti dalam melakukan pengukuran suhu dan perhitungan. Waktu yang ada hendaknya
digunakan secara efisien agar praktikum selesai pada waktu yang telah ditentukan. Praktikan
harus menguasai prosedur dan teknik dalam percobaan dan selalu menjaga kebersihan
laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Alfiah, N.M. 2017. Pemodelan Matematik dan Sifat Termodinamika Isoterm Sorpsi Air Tepung
Singkok Terfermentasi Angkak. Alchemy Jurnal Penelitian Kimia. 13(1) : 29-40.
Atkins, P. W. 1997. Kimia Fisika Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Babu, B.V. 2014.Heat Transfer and Kinetics in the Pyrolysis of Shrinking Biomass Particle.
Chemical Engineering Science. 59(10) :1999–2012.
Braddy, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Srtuktur. Jakarta : Binarupa Aksara.
Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.
Chang,R.2004.Konsep-Konsep Kimia Inti Dasar. Jakarta :Erlangga.
Dogra.2009.Kimia Fisik dan Soal-Soal.Jakarta:UI-Press.
LabChem. 2019 . Material Safety Data Sheet Aquades. [Serial Online].
http://www.labchem.com/msds.php?msdsId=992514[Diakses tanggal 20 Oktober 2019].
LabChem. 2019. Material Safety Data Sheet Amonium Chloride. [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=99256[Diaksestanggal 20 Oktober 2019].
LabChem. 2019. Material Safety Data Sheet Amonium Hidroxide. [Serial Online].
http://www.labchem.com/msds.php?msdsId=992516[Diakses tanggal 20 Oktober 2019].
LabChem. 2019. Material Safety Data Sheet Hydrolic Acid.[Serial Online].
http://www.labchem.com/msds.php?msdsId=992546[Diaksestanggal 20 Oktober 2019].
LabChem. 2019. Material Safety Data Sheet Natrium Hydroxide.[Serial Online].
http://www.labchem.com/msds.php?msdsId=991278 [Diakses tanggal 20 Oktober 2019].
Suwandono,P. 2015. Pengaruh Temperatur Terhadap Entalpi dan Kinetic Rate Gas Pirolisis
Kayu Mahoni. Jurnal Rekayasa Mesin. 6(1) : 61-67
Syukri. 1999. Kimia Dasar. Bandung : ITB Press.
Tim Kimia Fisik 1. 2019. Penuntun Praktikum Kimia Fisik I. Jember : Universitas Jember.
LEMBAR PERHITUNGAN

Massa jenis semua larutan : 1,03 g/mol


Cp = 4,18 J/g. oC
Σ mol = 0,025 mol
Percobaan 1
Pengulangan 1
 HCl

m=𝜌xV
= 1,03 g/ml x 15 mL
=15,45 gram
Q = m . CP . ∆T
= 15,45 g x 4,18 J/g. oC x (-0,12) oC
=- 7,749J
Q= - x
= + 7,749 J
 NaOH

m=𝜌xV
= 1,03 g/ml x 15 mL
=15,45 gram
Q = m . CP . ∆T
= 15,45g x 4,18 J/g. oC x 0,07 oC
=4,521 J
Q = -x
= - 4,521 J
 HCl + NaOH

Mcampuran = MHCl + MNaOH


= 15,45 g + 15,45 g
= 30,90 gr
Qcampuran = Mcampuran . CP . ∆T
= 30,90 gr x 4,18 J/g. oC x 2,75 oC
= 355,19 J
Qreaksi = - 355,19
nNaOH = nHCl = 0,025 mol
Jadi pada reaksi 0,025 mol NaOH dengan mol HCl terjadi perubahan kalor sebesar
𝑄
∆H = 𝑚𝑜𝑙
355,19 J
= ─ 0,025𝑚𝑜𝑙

= ─ 14.207,6 J/mol
Pengulangan 2
 HCl

m=𝜌xV
= 1,03 g/ml x 15 mL
=15,45 gram
Q = m . CP . ∆T
= 15,45 g x 4,18 J/g. oC x (-0,12) oC
=- 7,749 J
Q= - x
= + 7,749 J
 NaOH

m=𝜌xV
= 1,03 g/ml x 15 mL
=15,45 gram
Q = m . CP . ∆T
= 15,45g x 4,18 J/g. oC x 0oC
=0J
Q = -x
= 0J
Mcampuran = MHCl + MNaOH
= 15,45 g + 15,45 g
= 30,90 gr
Qcampuran = Mcampuran . CP . ∆T
= 30,90 gr x 4,18 J/g. oC x 2,68 oC
= 346,15 J
Qreaksi = ─346,15 J
nNaOH = nHCl = 0,025 mol
Jadi pada reaksi 0,025 mol NaOH dengan mol HCl terjadi perubahan kalor sebesar
𝑄
∆H = 𝑚𝑜𝑙
346,15 J
= ─ 0,025 𝑚𝑜𝑙

= ─13.846 J/mol
Percobaan 2
Pengulangan 1
 NaOH

m=𝜌xV
= 1,03 g/ml x 15 mL
=15,45 gram
Q = m . CP . ∆T
= 15,45 g x 4,18 J/g. oC x 0 oC
=0 J
Q = -x
Q=0J
 NH4Cl

m=𝜌xV
= 1,03 g/ml x 15 mL
=15,45 gram
Q = m . CP . ∆T
= 15,45 g x 4,18 J/g. oC x 0,13oC
=8,395 J
Q = -x
Q = - 8,395 J
 NaOH + NH4Cl

Mcampuran = MNaOH + M NH4Cl


= 15,45 g + 15,45 g
= 30,90 gr
Qcampuran = Mcampuran . CP . ∆T
= 30,90 gr x 4,18 J/g. oC x 0,5 oC
= 103,33 J
Qreaksi = ─103,33J
nNaOH = nHCl = 0,025 mol
Jadi pada reaksi 0,025 mol NaOH dengan mol NH4Cl terjadi perubahan kalor sebesar
𝑄
∆H = 𝑚𝑜𝑙
103,33 J
= ─ 0,025 𝑚𝑜𝑙

= ─ 4.133,2 J/mol
Pengulangan 2
 NaOH
m=𝜌xV
= 1,03 g/ml x 15 mL
=15,45 gram
Q = m . CP . ∆T
= 15,45 g x 4,18 J/g. oC x (-0,07) oC
= - 4,521 J
Q = -x
Q = + 4,521J
 NH4Cl

m=𝜌xV
= 1,03 g/ml x 15 mL
=15,45 gram
Q = m . CP . ∆T
= 15,45 g x 4,18 J/g. oC x 0,06oC
=3,875 J
Q = -x
Q = - 3,875 J
 NaOH + NH4Cl

Mcampuran = MNaOH + M NH4Cl


= 15,45 g + 15,45 g
= 30,90 gr
Qcampuran = Mcampuran . CP . ∆T
= 30,90 gr x 4,18 J/g. oC x 0,25 oC
= 32,29 J
Qreaksi = ─32,29J
nNaOH = nHCl = 0,025 mol
Jadi pada reaksi 0,025 mol NaOH dengan mol NH4Cl terjadi perubahan kalor sebesar
𝑄
∆H = 𝑚𝑜𝑙
32,29 J
=─
0,025 𝑚𝑜𝑙

= ─ 1. 291,6 J/mol
Percobaan 3
Pengulangan 1
 HCl

m=𝜌xV
= 1,03 g/ml x 15 mL
=15,45 gram
Q = m . CP . ∆T
= 15,45 g x 4,18 J/g. oC x 0 oC
=0 J
Q=-x
Q=0J
 NH3

m=𝜌xV
= 1,03 g/ml x 15 mL
=15,45 gram
Q = m . CP . ∆T
= 15,45 g x 4,18 J/g. oC x (-0,12) oC
= - 7,749 J
Q=-x
Q = + 7,749 J
 HCl + NH4

Mcampuran = MHCl + MNaOH


= 15,45 g + 15,45 g
= 30,90 gr
Qcampuran = Mcampuran . CP . ∆T
= 30,90 gr x 4,18 J/g. oC x 2,44 oC
= 315,15 J
Qreaksi = ─315,15J
nHCl = nNH3 = 0,025 mol
Jadi pada reaksi HCl 0,025 mol dengan NH3 mol terjadi perubahan kalor sebesar
𝑄
∆H =
𝑚𝑜𝑙
315,15J
= ─ 0,025 𝑚𝑜𝑙

= ─12. 606 J/mol


Pengulangan 2
 HCl

m=𝜌xV
= 1,03 g/ml x 15 mL
=15,45 gram
Q = m . CP . ∆T
= 15,45 g x 4,18 J/g. oC x (-0,12) oC
= - 7,749 J
Q=-x
Q = + 7,749 J
 NH3

m=𝜌xV
= 1,03 g/ml x 15 mL
=15,45 gram
Q = m . CP . ∆T
= 15,45 g x 4,18 J/g. oC x (-0,13) oC
= - 8,395 J
Q=-x
Q = + 8,395 J
 HCl + NH4

Mcampuran = MHCl + MNaOH


= 15,45 g + 15,45 g
= 30,90 gr
Qcampuran = Mcampuran . CP . ∆T
= 30,90 gr x 4,18 J/g. oC x 2,63 oC
= 339,69 J
Qreaksi = ─339,69 J
nHCl = nNH3 = 0,025 mol
Jadi pada reaksi HCl 0,025 mol dengan NH3 mol terjadi perubahan kalor sebesar
𝑄
∆H = 𝑚𝑜𝑙
339,69 J
= ─ 0,025 𝑚𝑜𝑙

= ─13.587,6 J/mol
LAMPIRAN GRAFIK

305 y2 = 0,0015x + 29,755


304.5 R² = 0,0103
304 y1 = -0,0002x + 30,665
R² = 0,0004
303.5
303 T1

302.5 T2
302 Linear (T1)
301.5 Linear (T2)
301
300.5
300
0 5 101520253035404550556065707580859095

Grafik Suhu terhadap waktu larutan HCl + NaOH


300.5 y1 = 0,0005x + 27,539
R² = 0,7086
300.4
300.3 y2 = -0,0015x + 27,762
R² = 0,2637
300.2
T1
300.1
T2
300
Linear (T1)
299.9
Linear (T2)
299.8
299.7
299.6
100
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95

Grafik Suhu terhadap waktu larutan NaOH + NH4Cl


303.5

303 y1 = -0,0056x + 303,89


R² = 0,611
302.5
y2 = -0,0049x + 304,27
302 R² = 0,4051

301.5
T1
301
T2
300.5
Linear (T1)
300 Linear (T2)
299.5

299

298.5

298
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

Grafik Suhu terhadap waktu larutan HCl + NH3

Anda mungkin juga menyukai