Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II

“TITRASI ASAM BASA”

OLEH

NAMA : Zaqi Aditya


KELAS : Analisis Kimia 1D
NO. BP : 1920119
REKAN KERJA : 1. Sani Oktryani Pakpahan
2. M. Al Muzammild
DOSEN : 1. Drs. Hazil Anwar, M.Si
2. Melysa Putri, M.Si

KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN POLITEKNIK ATI PADANG


TP. 2019/2020
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Melatih kemampuan memipet, mentitrasi, dan menggunakan indikator
phenolftalein
2. Menstandardisasi larutan natrium hidroksida dengan asam oksalat
3. Menentukan konsentrasi molar dan persen massa asam asetat dalam
larutan cuka
4. Belajar menggunakan hukum stoikiometri pada titrasi asam basa.

II. TEORI DASAR

Analisa volumetri merupakan salah satu metode analisa kwantitatif,

yang sangat penting penggunaannya dalam menentukan konsentrasi zat

yang ada dalam larutan. Keberhasilan analisa volumetri ini sangat

ditentukan oleh adanya indikator yang tepat sehingga mampu

menunjukkan titik akhir titrasi yang tepat. Indikator asam-basa ialah zat

yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannyaberubah. Apabila

dalam suatu titrasi, asammaupun basanya merupakan elektrolit kuat,

larutan pada titik ekivalen akan mempunyai pH=7. Tetapi bila asamnya

ataupun basanyamerupakan elektrolit lemah, garam yang terjadiakan

mengalami hidrolisis dan pada titik ekivalenlarutan akan mempunyai pH >

7 (bereaksi basa) atau pH < 7 (bereaksi asam).

Harga pH yang tepat dapat dihitung dari tetapan ionisasi dari asam

atau basa lemah tersebut dan dari konsentrasi larutan yang diperoleh. Titik

akhir titrasi asam basa dapat ditentukan dengan indikator asam basa.

Indikator yang digunakan harus memberikan perubahan warna yang

nampak di sekitar pH titikekivalen titrasi yang dilakukan, sehingga titik

akhirnya masih jatuh pada kisaran perubahan pH indikator tersebut.


Haryadi (1986) menyebutkan bila suatu indikator digunakan untuk

menunjukkan titik akhir titrasi, maka:

1. Indikator harus berubah warna tepat pada saat titrant menjadi

ekivalen dengan titrat.

2. Perubahan warna itu harus terjadi secara mendadak, agar tidak

ada keraguan-keraguantentang kapan titrasi harus dihentikan.

Titrasi asam basa merupakan contoh analisis volumetri yaitu suatu

cara atau metode yang menggunakan larutan yang disebut titran yang

dilepaskan dari perangkat gelas yang disebut buret . Bila larutan yang diuji

bersifat basa maka titran harus bersifat asam dan sebaliknya.

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer

ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar

larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.

Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan

ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis

bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”. Pada saat titik

ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat

volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan

menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita

bisa menghitung kadar titrant.

Dalam metode titrasi asam-basa, larutan uji (larutan standar)

ditambahkan sedikit demi sedikit ( secara eksternal ), biasanya dari dalam

buret, dalam bentuk larutan yang konsentrasinya diketahui. Penambahan


larutan standar ini diteruskan sampai telah dicapai kesetaraan secara kimia

dengan larutan yang diuji. Untuk mengetahui kapan penambahan larutan

standar itu harus dihentikan, digunakan suatu zat yang biasanya berupa

larutan, yang disebut larutan indikator yang ditambahkan dalam larutan

yang diuji sebelum penetesan larutan uji dilakukan. Larutan indikator ini

menanggapi munculnya kelebihan larutan uji dengan perubahan warna.

Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat tepat pada titik kesetaraan (

ekuivalensi ). Titik dalam titrasi asam-basa pada saat indikator berubah

warna disebut titik akhir. Tentu saja diinginkan agar titik akhir ini sedekat

mungkin ke titik kesetaraan. Dengan memilih indikator untuk

menghimpitkan kedua titik itu (atau mengkoreksi selisih diantara

keduanya) merupakan salah satu aspek penting dari analisis titrasi asam-

basa. Umumnya larutan uji adalah larutan standar elektrolit kuat, seperti

natrium hidroksida dan asam klorida. Jadi apabila larutan yang diuji

bersifat basa maka digunakan larutan uji ( larutan standar ) asam, dalam

hal ini asam klorida, begitu pula sebaliknya.

Kestabilan dari senyawa komplek yang terbentuk tergantung dari

sifat kation dan pH dari larutan, sehingga titrasi harus dilakukan pada pH

tertentu. Untuk menetapkan titik akhir titrasi (TAT) digunakan indikator

logam, yaitu indikator yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan

ion logam. Ikatan kompleks antara indikator dan ion logam harus lebih

lemah daripada ikatan kompleks atau larutan titer dan ion logam. Larutan

indikator bebas mempunyai warna yang berbeda dengan larutan kompleks

indikator. Indikator yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri


adalah kalkon, asam kalkon karboksilat, hitam eriokrom-T dan jingga

xilenol. Untuk logam yang dengan cepat dapat membentuk senyawa

kompleks pada umumnya titrasi dilakukan secara langsung, sedang yang

lambat membentuk senyawa kompleks dilakukan titrasi kembali. Seng

merupakan salah satu logam yang membentuk senyawakomplek dimana

penetapan kadar seng menurut Farmakope Indonesia edisi III ditetapkan

secara kompleksometri menggunakan dapar amonia amonium klorida (pH

dapar ± 9-10), ditambah indikator EBT dan di titrasi dengan Na2EDTA.

III. METODOLOGI
A. ALAT
1. Gelas ukur → alat untuk memindahkan larutan
2. Erlenmeyer → tempat untuk menampung zat hasil titrasi
3. Gelas piala 500 mL → tempat untuk melarutkan zat
4. Corong → alat bantu untuk memindahkan larutan
5. Batang pengaduk → alat bantu untuk melarutkan zat
6. Pipet gondok → alat untuk memindahkan larutan secara
teliti
7. Labu ukur → alat untuk melarutkan zat secara teliti
8. Standard dan klem → alat untuk menjaga buret tetap stabil
9. Buret →tempat meletakkan zat penitar
10. Bola hisap → alat bantu untuk memindahkan larutan
11. Botol semprot → tempat untuk menampung aquades

B. BAHAN
1. Kristal asam oksalat → sampel larutan standar primer
2. Larutan NaOH encer 6M → sampel larutan standard sekunder
3. Indikator pp → sebagai indikator asam basa
4. Sampel cuka → sampel asam asetat
C. PROSEDUR KERJA
1. PEMBUATAN LARUTAN STANDAR NATRIUM
HIDROKSIDA
a) Ambil 5 ml larutan NaOH 6 M dengan menggunakan
gelas ukur dan masukkan ke dalam gelas piala yang berisi
300 ml air suling. Aduk hingga homogen.
b) Bilas buret dengan menggunakan larutan NaOH yang
telah dibuat. Pasang buret pada standard, tutup kran buret,
dan isi dengan larutan NaOH.
c) Timbang 1 gram asam oksalat dan larutkan dalam labu
ukur 100 ml dengan menggunakan aquadest. Pipet 10 mL
larutan asam oksalat dan masukkan ke dalam Erlenmeyer.
Tambahkan 2-3 tetes indikator pp.
d) Catat skala awal buret dan titrasi asam oksalat dengan
menggunakan larutan NaOH sampai titik akhir titrasi
(warna merah muda). Catat kembali skala pada buret.
e) Ulangi percobaan ini sebanyak 3 kali.
f) Hitung kemolaran larutan standar NaOH untuk masing-
masing pengulangan dan hitung rata-ratanya.

2. PENENTUAN KONSENTRASI ASAM ASETAT DALAM


ASAM CUKA
a) Pipet 5 mL sampel cuka ke dalam Erlenmeyer.
Tambahkan 100 mL air dan 2-3 tetes indikator pp.
b) Isi buret kembali dan catat skala awal. Titrasi sampel cuka
sampai warna merah muda. Catat kembali skala buret.
c) Ulangi percobaan 1-2 sampai 3 kali.
d) Hitung kemolaran asam asetat dalam cuka.
e) Ubahlah konsentrasi molar ke konsentrasi % dengan
menganggap density sampel cuka 1,01 g/m.
Catatan: Selesai bekerja, cuci buret sampai bebas dari sisa
NaOH.

D. SKEMA KERJA
1. PEMBUATAN LARUTAN STANDAR NATRIUM
HIDROKSIDA

Ambil 5 mL 5 mL NaOH + Pasang buret dan bilas


larutan NaOH aquades dengan lar. NaOH yang
6M (dihomogenkan) telah dibuat

+ 2-3 tetes
indikator pp
Larutkan dengan Pipet 10 mL lar.
Timbang 1g aquadest sampai Asam oksalat ke
asam oksalat tanda batas dalam erlenmeyer

Catat skala
Lakukan titasi awal buret dan
“Tiplo” dan lakukan titrasi
hitung rata- (untuk
rata kemolaran menentukan
lar. Standar skala akhir
NaOH didapat pada buret)
2. PENENTUAN KONSENTRASI ASAM ASETAT DALAM
ASAM CUKA

+ 2-3 tetes
indikator pp

Tambahkan
100 mL air

Pipet 5 mL
sampel cuka
ke dalam
erlenmeyer

Catat skala
Lakukan titasi awal buret dan
“Tiplo” dan lakukan titrasi
hitung rata- (untuk
rata kemolaran menentukan
asam asetat skala akhir
dalam cuka pada buret)

Ubah konsentrasi
M ke %
(misalkan: density
sampel = 1,01
g/mL
IV. TUGAS SEBELUM PRAKTIKUM
1. Jelaskan istilah dari : titik akhir titrasi, indikator, kemolaran, konsentrasi,
standarisasi, dan titrasi!
Jawaban:
a. Titik akhir titrasi adalah titik disaat titrasi dihentikanyang ditandai
dengan perubahan warna indikator.
b. Indikator adalah suatu alat atau zat yang ditambahkan dalam
suatu larutan, untuk mengetahui pH dari larutan berdasarkan
perbedaan perubahan warna.
c. Kemolaran adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1 L larutan.
d. Konsentrasiukuran yang menggambarkan banyaknya suatu zat
dalam suatu campuran.
e. Standardisasi adalah proses penentuan konsentrasi tepat dengan
suatu larutan dengan larutan baku ( larutan yang telah diketahui
kensentrasi tepatnya).
f. Titrasi adalah salah satu metode kimia untuk dapat menentukan
konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah
volume larutan itu dengan sejumlah volume larutan lain yang
telah diketahui konsentrasi tepatnya.

2. Bagaimana mengetahui bahwa titik akhir hampir dicapai?


Jawaban:
Titik akhir hampir dicapai dapat diketahui dengan melihat tepat
terjadinya perubahan warna indikator pada larutan yang akan dititrasi.

3. Sebutkan faktor-faktor dapat mempengaruhi yang hasil titrasi!


Jawaban:
a. Volume larutan primer terpakai saat titrasi
b. Proses pembuatan larutan standar primer
c. Titik akhir titrasi
V. PENGAMATAN
1. Standardisasi NaOH dengan oksalat

No Perlakuan Pengamatan

1 NaOH + Aquadest Bening

2 Asam Oksalat + Aquadest Bening

3 Asam Oksalat + ind. Pp Bening

4 Asam Oksalat + ind. Pp + NaOH merah muda selayang

Gambar pada saat titrasi NaOH dengan Oksalat

2. Penentuan konsentrasi asam asetat dalam cuka

No Perlakuan Pengamatan

1 NaOH + Aquadest Bening

2 Asam Cuka + Aquadest Bening

3 Asam Cuka + ind. Pp Bening

4 Asam Cuka + ind. Pp + NaOH merah muda selayang

Gambar pada saat pengujian konsentrasi asam asetat dalam cuka


VI. REAKSI
1. H2C2O4 + NaOH → (COONa)2 + 2H2O
2. CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O

VII. PERHITUNGAN
1. Perhitunga Standardisasi NaOH dengan oksalat
• Massa oksalat ditimbang

M x Mr x V
𝑔 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 =
1000
g
0,0001M x 126 x 100 mL
𝑔 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = mol
1000
𝑔 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 1,2600 g

• Konsentrasi tepat oksalat

Massa oksalat tertimbang = 1,2605 g

g 1000
𝑀 𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = x
Mr V

1,2605 g 1000
𝑀 𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = g x 100 mL
126
mol

𝑀 𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 0,1000 M

• Konsentrasi tepat NaOH

Skala Volume
Standardisasi Skala awal
akhir terpakai
1 14,00 mL 34,90 mL 20,90 mL
2 19,80 mL 40,70 mL 20, 90 mL
Volume rata-rata 20,90 mL

(M x V)oksalat
𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 =
V NaOH
0,1000M x 10 mL
𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 =
20,90 mL

𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 0,0478 M
2. Perhitungan penentuan konsentrasi asam asetat dalam cuka
a. Standardisasi NaOH dengan oksalat
• Massa oksalat ditimbang

N x BE x V
𝑔 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 =
1000
g
0,16 N x 63 x 100 mL
𝑔 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = mol. ek
1000
𝑔 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 1,0000 g

• Konsentrasi tepat oksalat

Massa oksalat tertimbang = 1,0008 g

g 1000
𝑁 𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = x
BE V
1,0008 g 1000
𝑁 𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = g x
63 100 mL
mol. ek

𝑁 𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 0,1588 N

• Konsentrasi tepat NaOH


Volume
Titrasi
terpakai
1 16,10 mL
2 16,10 mL
3 16,00 mL
Volume rata-
16,10 mL
rata

(M x V)oksalat
𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 =
V NaOH

0,1588 N x 10 mL
𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 =
16.10 mL

𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 0,0986 N
b. penentuan konsentrasi asam asetat dalam cuka

Skala Volume
Standardisasi Skala awal
akhir terpakai
1 10,00 mL 15,40 mL 5,40 mL
2 15,40 mL 20,70 mL 5,30 mL
3 20,70 mL 26,30 mL 5,60 mL
Volume rata-rata 5,43 mL

(V x N)NaOH x BE asetat x 100


% 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 = x 100%
10 mL x 1000

% 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎


g
5,43 mL x 0,0986 N x 60 x 100
= mol. ek x 100%
10 mL x 1000

% 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 = 32,12%

VIII. PEMBAHASAN

Pada saat melaksanakan praktikum titrasi asam basa dilakukan


dengan dua pengujian, yaitu standardisasi larutan NaOH dengan larutan
standar asam oksalat, dan menentukan kadar asam asetat dalam cuka. Pada
saat melaksanakan standardisasi larutan NaOH dengan asam oksalat ini
dilakukan titrasi secara duplo, dimana asam oksalat digunakan sebagai
larutan standar primer/baku dan larutan NaOH sebagai larutan standar
sekunder (larutan yang akan ditentukan konsentrasi tepatnya). Pada saat
standardisasi ini didapatkan volume NaOH terpakai dalam buret sangat
banyak sekali berkisar antara 20 sampai 22 mL NaOH. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya yakni pada saat pembuatan larutan
standar asam oksalat tidak teliti dan menyebabkan banyaknya penggunaan
NaOH pada saat standardisasi tersebut.

Pada praktikum penentuan kadar asam asetat dalam cuka, dilakukan


standardisasi kembali larutan standar NaOH sebelum menentukan kadar
asam asetat dalam cuka. Pada saat melakukan standardisasi NaOH untuk
analisa kadar asam asetat dalam cuka, dilakukan titrasi secara triplo, yaitu
proses titrasi yang dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan untuk
mendapatkan hasil yang akurat. Konsentrasi tepat NaOH yang didapatkan
untuk penentuan kadar asam asetat ini yaitu 0.0986 N dan digunakan
untuk analisa penentuan kadar asam asetat dalam cuka.

Kadar asam asetat dalam cuka yang didapatkan setelah proses titrasi
yaitu 32,12 %. Dimana kadar asam asetat yang didapatkan tersebut tidak
sesuai dengan kadar asam asetat yang tertera pada sampel cuka yaitu 25 %.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, pada saat larutan
cuka tersebut diencerkan dengan 10x faktor pengenceran yang tidak teliti
yang menyebabkan kadar asam asetat yang didapatkan sangat melenceng
jauh dengan yang tertera pada sampel cuka. Selanjutnya karena volume
sampel cuka yang dipipet ke dalam erlenmeyer tidak sesuai dengan yang
dilakukan didalam prosedur yakni sebanyak 5 mL. Sedangkan yang
dilakukan pada saat praktikum sampel cuka di pipet sebanyak 10 mL,
sehingga hal ini dapat mempengaruhi volume larutan NaOH terpakai pada
saat titrasi. Oleh sebab itu, pada saat ingin menkonsumsi cuka tersebut
harus diencerkan terlebih dahulu, hal ini bertujuan untuk menurunkan
kadar asam asetat yang berlebih dalam cuka.

IX. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut.

1. Proses pengenceran pada praktikum "Penentuan Kadar Asam Asetat


dalam Cuka" bertujuan untuk menurunkan atau memperkecil
konsentrasi larutan sampel, sehingga volume NaOH terpakai saat
titrasi tidak terlalu kecil.

2. Hasil standardisasi NaOH didapatkan pada praktikum ini yaitu


0.0464 M. Dan standardisasi NaOH yang digunakan untuk
penentuan kadar asetat dalam cuka yaitu 0.0986 N.

3. Kadar asam asetat dalam cuka didapatkan pada praktikum ini yaitu
32,12 %, sedangkan kadar asam asetat yang tertera pada sampel cuka
adalah 25%.
4. Penggunaan hukum stoikiometri pada proses titrasi asam basa ini
digunakan untuk mengetahui berapa mL zat yang akan terpakai pada
saat proses titrasi.

B. Saran
a. Sebaiknya saat praktikum gunakan APD yang lengkap sesuai dengan
praktikum yang dilaksanakan.
b. Lakukan praktikum sesuai dengan yang telah diinstruksikan oleh
dosen dan buku penuntun.
c. Pada saat membuat larutan standar primer diharuskan dengan teliti
supaya didapatkan hasil titrasi yang sesuai dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Ahyari. 2008. Analisa Volumetrik.http://ahyari.com/my-kampuz/my-kuliah/kimia-


farmasi-analisis/analisa-volumetri/ [diakses pada tanggal 13 Maret
2020].

Harjanti, Ratna Sri. 2008. Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma


domestica val.) dan Pemakaian sebagai Indikator Analisis Volumetri.
Jurnal Rekayasa Proses, Vol.2, No.2, 2008. Politeknik LPP :
Yogyakarta. Hal.49-50 [diakses pada tanggal 13 Maret 2020].

Ika, Dani. 2009. Alat Otomatisasi Pengukur Kadar Vitamin C dengan Metode
Titrasi Asam Basa. Jurnal Neotrino, Vol.1, No.2. April
2009.Hal.4[diakses pada tanggal 14 Maret 2020].

Sujono. 2010. Sistem Pengukur Molaritas Larutan dengan Metode Titrasi Asam
Basa Berbasis Komputer. Universitas Budi Luhur : Surabaya. Hal.32-
33 [diakses pada tanggal 14 Maret 2020].

Anda mungkin juga menyukai