Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH FARMASETIKA

SEDIAAN SUSPENSI BAHAN AKTIF THIAMPHENICOL

Dosen Pengampu:
Apt. Hermanus Ehe Hurit, M.Farm

Disusun oleh:
Kelompok : I (Satu)
Sesi : KJ001
Azahra Humaira Yasmine (20200311001)
Putra Utomo Cemerlang (20200311002)
Bella Etika (20200311003)
Mohammad Khairun Nafa (20200311004)
Fayza Maghfira Solachudin (20200311005)
Shela Dwi Angellia (20200311007)
Tatu Sabrina (20200311008)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
KEBON JERUK - JAKARTA BARAT
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Tim Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Tim Penulis rahmat dan berkat-Nya sehingga Tim Penulis dapat
melaksanakan dan menyusun Makalah Farmasetika yang berjudul “Sediaan
Suspensi” tepat pada waktunya.
Penyajian makalah ini Tim Penulis susun berdasarkan informasi yang didapat
selama melaksanakan pembelajaran Farmasetika. Dengan awal pengetahuan dan
keterampilan yang Tim Penulis miliki serta adanya bimbingan dari berbagai pihak
sehingga Tim Penulis dapat memperoleh tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman.
Maka pada kesempatan kali ini Tim Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa selalu memberikan kekuatann,
kesabaran serta rezeki yang berlimpah.
2. Orang tua Tim Penulis yang telah senantiasa mendoakan dan mendukung Tim
Penulis dalam segala hal.
3. Bapak Apt. Hermanus Ehe Hurit, M.Farm selaku dosen mata kuliah
Farmasetika Universitas Esa Unggul yang telah membantu dan memberikan
pengarahan serta kepercayaan kepada Tim Penulis selama melaksanakan
pembelajaran mata kuliah Farmasetika.
4. Seluruh peserta mata kuliah Farmasetika yang saling mendukung satu sama
lain akan kewajiban yang harus sama-sama dilaksanakan.
Tim Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kata kesempurnaan baik dalam penulisan maupun penyajiannya.
Untuk itu Tim Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan isi Makalah Farmasetika ini. Atas segala perhatian, bantuan, dan
kerjasama dari seluruh pihak, Tim Penulis mengucapkan terima kasih.

Jakarta, Februari 2022

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................................iv
DAFTAR TABLE..............................................................................................................................v
BAB I.............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................2
BAB II............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
2.1 Definisi Sediaan Suspensi...........................................................................................3
2.2 Persyaratan Sediaan Suspensi...................................................................................6
2.3 Jenis-Jenis Sediaan Suspensi.....................................................................................7
2.4 Kelebihan dan Kelemahan Sediaan Suspensi...........................................................8
2.5 Cara Pembuatan Suspensi Secara Umum................................................................9
2.6 Pengertian Suspending Agent....................................................................................9
2.7 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Suspensi................................................12
2.8 Penilaian Stabilitas Suspensi...................................................................................15
2.9 Bahan Aktif Suspensi yang Digunakan...................................................................16
2.10 Formulasi Sediaan Suspensi....................................................................................16
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................23
3.2 Saran.........................................................................................................................23

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 .....................................................................................................................

Gambar 2 .....................................................................................................................

Gambar 3 .....................................................................................................................

Gambar 4 .....................................................................................................................

Gambar 5 .....................................................................................................................

iii
DAFTAR TABLE

Table 1 .........................................................................................................................

Table 2 .........................................................................................................................

Table 3 .........................................................................................................................

Table 4 .........................................................................................................................

Table 5 .........................................................................................................................

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring berjalannya teknologi dan ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia,
maka manusia juga mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, salah
satu bukti kemajuan dari teknologi manusia adalah sediaan suspensi yang dapat
menyatukan dua unsur yang tidak dapat menyatu apabila terdapat di alam.

Namun, sediaan suspensi masih sangat asing dikenal oleh masyarakat dan
bahkan oleh tenaga kesehatan itu sendiri, oleh karena itu makalah ini dibuat agar
masyarakat lebih memahami tentang sediaan suspensi beserta seluk beluknya, agar
sesuai dengan kaidah yang berlaku dan sesuai dengan tujuan pembuatnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu sediaan suspensi?
2. Apa saja persyaratan sediaan suspensi?
3. Apa saja jenis – jenis sediaan suspensi?
4. Apa kelebihan dan kekurangan sediaan suspensi?
5. Bagaimana cara pembuatan sediaan suspensi?
6. Apa itu suspending agent?
7. Apa saja klasifikasi dari suspending agent?
8. Apa saja yang harus diperhatikan dalam sediaan suspensi?
9. Apa yang dimaksud dengan stabilitas sediaan suspensi?
10. Apa saja faktor yang dapat memengaruhi stabilitas suspensi?
11. Bagaimana cara penilaian stabilitas suspensi?
12. Bagaimana Formulasi suspensi?
13. Bagaimana cara pengemasan dan penandaan sediaan suspensi?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi sediaan supensi.
2. Mengetahui persyaratan sediaan suspensi.
3. Mengetahui jenis – jenis sediaan suspensi.
4. Mengetahui kelebihan serta kekurangan sediaan suspensi.
5. Mengetahui cara pembuatan sediaan suspensi.
6. Mengetahui definisi suspending agent.
7. Mengetahui klasifikasi dari suspending agent.
8. Mengetahui faktor yang harus diperhatikan pada sediaan suspensi.
9. Mengetahui definisi stabilitas sediaan suspensi.
10. Mengetahui faktor yang bisa memengaruhi stabilitas suspensi.
11. Mengetahui cara penilaian sediaan suspensi.
12. Mengetahui formulasi sediaan suspensi.
13. Mengetahui cara pengemasan dan penandaan sediaan suspensi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sediaan Suspensi


A. Menurut Buku Referensi
a. Farmakope Indonesia IV Tahun 1995
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair.(Halaman 17)
Suspensi Oral :
Sediaaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa
cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan
oral.(Halaman 18)
b. Farmakope Indonesia III Tahun 1979
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk
halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (Halaman 32)
c. USP XXVII 2004 Halaman 2587
Suspensi Oral :
Sediaan cair yang menggunakan partikel-partikel padat terdispersi dalam
suatu pembawa cair dengan flavouring agent yang cocok yang dimaksudkan
untuk pemberian oral.
Suspensi Topikal :
Sediaan cair yang mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi
dalam suatu pembawa cair yang dimaksudkan untuk pemakaian pada kulit.
Suspensi Otic :
Sediaan cair yang mengandung partikel-partikel mikro dengan maksud
ditanamkan di luar telinga.
d. Fornas Edisi 2 Tahun 1978 Halaman 333
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut
dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri
dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan

3
terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan. Yang pertama
berupa suspensi jadi, sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk suspensi yang
harus disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan.
e. IMO
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk
halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi
harus halus, tidak boleh cepat mengendap, bila digojok perlahan – lahan,
endapan harus segera terdispersii kembali.
B. Pengertian Suspensi Secara Umum
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair. Sistem terdispersi terdiri dari partikel kecil
yang dikenal sebagai fase dispersi, terdistribusi keseluruh medium kontinu atau
medium dispersi. Untuk menjamin stabilitas suspensi umumnya ditambahkan
bahan tambahan yang disebut bahan pensuspensi atau suspending agent.
Suspensi oral adalah sediaan cair rnengandung-partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan
ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi-yang diberi etiket sebagai
susu atau magma termasuk dalam kategori ini. Beberapa suspensi dapat
langsung digunakan sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus
dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum
digunakan.
Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit.
Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai "lotio" termasuk dalam kategori
ini.
Suspensi tetes telinga adalah sediaan : cair mengandung partikel-partikel
halus yang ditujukan untuk di teteskan telinga bagian luar.
Suspensi optalmik adalah sediaan cair steal yang mengandung partikel-
partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
Obat dalam suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan

4
iritasi atau goresan pada kornea. Suspensii obat mata tidak boleh digunakan bila
terjadi masses yang mengeras atau penggumpalan.
Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam
medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam
larutan spinal.
Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan
bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua
persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang
sesuai.

Definisi Stabilitas Suspensi


Stabilitas adalah keadaan dimana suatu benda atau keadaan tidak berubah,
yang dimaksud dengan stabilitas suspensi ialah ke stabilan zat pensuspensi dan
zat yang terdispersi dalam suatu sediaan suspensi, namun dalam sediaan
suspensi zat pensuspensi dan zat terdispersi tidak selamanya stabil, stabilitas
sediaan suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga
homogenitas partikel agar khasiat yang diinginkan dapat merata ke seluruh
sediaan suspensi tersebut.

Cara Menstabilkan Sediaan Suspensi


Stabilitas sediaan suspensi dipengaruhi oleh komponen-komponen yang
terdapat dalam formulasi tersebut, salah satu adalah suspending agent.
Penggunaan suspending agent bertujuan untuk meningkatkan viskositas dan
memperlambat proses pengendapan sehingga menghasilkan suspensi yang stabil.
Suspensi yang stabil harus tetap homogen, partikel benar-benar terdispersi
dengan baik dalam cairan, zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat
mengendap, jika dikocok endapan harus cepat terdispersi kembali beberapa
suspending agent yang biasa digunakan dalam pembuatan sediaan suspensi
adalah Pulvis Gummi Arabici. CMC-Na(Carboxymethylcellulose Natrium) dan
PGS (Pulvis Gummosus). Beberapa Alasan pemilihan suspending agent karena
mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental dan tembus cahaya,

5
tidak merubah struktur kimia, bersifat alami, dan dapat menghindari
pengendapan.

Pengemasan dan Penandaan Sediaan


Semua suspensi harus dikemas dalam wadah mulut lebar yang mempunyai
ruang udara diatas cairan sehingga dapat dikocok dan mudah dituang.
Kebanyakan suspensi harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan
terlindung dari pembekuan, panas yang berlebihan dan cahaya. Suspensi perlu
dikocok setiap kali sebelum digunakan untuk menjamin' distribusi zat padat
yang merata dalam pembawa sehingga dosis yang diberikan setiap kali tepat dan
seragam. Pada etiket harus juga tertera "Kocok Dahulu"

2.2 Persyaratan Sediaan Suspensi


A. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III
Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap. Jika dikocok harus
segera terdispersi kembali. Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas
suspense. Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau
sedia dituang. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran
partikel dari suspensi tetap agak konstan untuk jangka penyimpanan yang lama.
B. Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV
Suspensi tidak boleh di injeksikan secara intravena dan intratekal. Suspensi
yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu harus mengandung anti
mikroba. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan.
c. Menurut Ansel Horward C. (1989)
1. Suatu suspensi farmasi yang dibuat dengan tepat mengendap secara lambat dan
harus rata bila dikocok.
2. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga partikel dari suspensoid
tetap agak konstan untuk waktu lama pada penyiapan.
3. Suspensi harus bisa dituang dari wadah dengan cepat dan homogen.

6
2.3 Jenis-Jenis Sediaan Suspensi
a. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukkan untuk
penggunaan oral.
b. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada kulit.
c. Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel
yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada
mata.
d. Suspensi Tetes Telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus
yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
e. Suspensi untuk Injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair
yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal.
f. Suspensi untuk Injeksi Terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan bahan
pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan
untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.

7
2.4 Kelebihan dan Kelemahan Sediaan Suspensi
A. Kelebihan Sediaan Suspensi
Suspensi merupakan sediaan yang menjamin stabilitas kimia dan
memungkinkan terapi dengan cairan. Untuk pasien dengan kondisi khusus, bentuk
cair lebih disukai dari pada bentuk padat alasannya yaitu menghilangkan atau
menutupi rasa tidak enak (pahit) dari jenis-jenis obat tertentu, misalnya
kloramfenikol yang rasanya sangat pahit. Suspensi pemberiannya lebih mudah serta
lebih mudah memberikan dosis yang relatif lebih besar.
Suspensi merupakan sediaan yang aman, mudah di berikan untuk anak-anak,
juga mudah diatur penyesuaian dosisnya untuk anak-anak dan dapat menutupi rasa
pahit. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet / kapsul, terutama
anak-anak. Homogenitas tinggi. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul
(karena luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat). Dapat
menutupi rasa tidak enak / pahit obat (dari larut / tidaknya). Mengurangi penguraian
zat aktif yang tidak stabil dalam air. Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal (jika
jenuh), degradasi, dll). Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali
sehingga homogenitasnya turun.
B. Kelemahan Sediaan Suspensi
 Pembasahan fase padat oleh medium suspensi
Kesulitan dalam formulasi suspensi merupakan suatu sistem yang tidak dapat
bercampur. Kestabilan fisik dari suspensi sendiri bisa didefinisikan sebagai keadaan
dimana partikel tidak menggumpal dan tetap terdistribusi merata di seluruh sistem
dispersi. Karena keadaan yang ideal jarang menjadi kenyataan, maka perlu untuk
menambah pernyataan bahwa jika partikel-partikel tersebut mengendap, maka
partikel-partikel tersebut harus dengan mudah disupensi kembali dengan sedikit
pengocokan saja
 Suspensi memiliki kestabilan yang rendah
Jika terbentuk caking akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya
turun. Aliran yang terlalu kental menyebabkan sediaan sukar di tuang. Ketepatan
dosis lebih rendah dari pada bentuk sediaan larutan. Pada saat penyimpanan
kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi (caking, flokulasi-deflokulasi)

8
terutama jika terjadi fluktuasi/perubahan suhu. Sediaan suspensi harus dikocok
terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan.

Hubungannya Dengan Flokulasi dan Deflokulasi


Pembentukan suspensi terdiri dari dua sistem yaitu sistem flokulasi dan
sistem deflokulasi. Dalam flokulasi dan deflokulasi, peristiwa memisahnya
(mengendapnya fase terdisper) antara fase terdisper dan fase pendisper terjadi
dalam rentang waktu yang berbeda. Dimana pada flokulasi terpisahnya dua fase
tersebut lebih cepat dibandingkan dengan deflokulasi. Namun, endapan dari
flokulasi dapat didispersikan kembali sedangkan endapan deflokulasi tidak karena
telah terbentuk caking, Hal ini disebabkan oleh ukuran partikel pada suspensi yang
terdeflokulasi sangat kecil, hingga membentuk ikatan antar partikel yang erat dan
padat.

2.5 Cara Pembuatan Suspensi Secara Umum


A. Metode Dispersi
Ditambahkan bahan oral kedalam mucilage yang telah terbentuk,
kemudian diencerkan.
B. Metode Presitipasi
Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dulu dalam pelarut organik yang
hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik larutan zat ini
kemudian di encerkan dengan latrutan pensuspensi dalam air sehingga akan
terjadi endapan halus tersuspensi dalam air seningga akan terjadi endapan halus
tersuspensi dengan bahan pensuspensi.

2.6 Pengertian Suspending Agent


Suspensi agent adalah bahan tambahan yang berfungsi mendispersikan partikel
tidak larut dalam pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan
sedimentasi diperlambat.
Suspending agent berfungsi mendispersikan partikel tidak larut kedalam
pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan pengendapan bisa

9
diperkecil. Mekanisme kerja suspending agent adalah untuk memperbesar
kekentalan (Viskositas), tetapi kekentalan yang berlebihan akan mempersulit
rekonstitusi dengan pengocokan.

Penggolongan Suspending Agent


Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu :
A. Bahan pensuspensi dari alam
Bahan pensuspensi alam dari jenis gom sering disebut gom/hidrokoloid. Gom
dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut
membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas
cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan
mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, pH dan proses fermentasi bakteri. Hal ini
dapat dibuktikan dengan suatu percobaan : Simpan 2 botol yang berisi mucilago
sejenis. Satu botol ditambah dengan asam dan dipanaskan, kemudian keduanya
disimpan ditempat yang sama. Setelah beberapa hari diamati ternyata botol yang
ditambah dengan asam dan dipanaskan mengalami penurunan viskositas yang lebih
cepat dibanding dengan botol tanpa pemanasan.
Termasuk Golongan Gom

(1)Acasia ( Pulvis Gummi Arabici)


Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp, dapat larut dalam air, tidak larut
dalam alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum dari mucilagonya antara pH 5 -
9. Dengan penambahan suatu zat yang menyebabkan pH tersebut menjadi diluar 5 -
9 akan menyebabkan penurunan viskositas yang nyata. Mucilago gom arab dengan
kadar 35 % kekentalannya kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak
oleh bakteri sehingga dalam suspensi harus ditambahkan zat pengawet
(preservative).
(2)Chondrus
Diperoleh dari tanaman chondrus crispus atau gigartine mamilosa, dapat larut
dalam air tidak larut dalam alkohol, bersifat alkali. Ekstrak dari chondrus disebut

10
caragen, yang banyak dipakai oleh industri makanan. Caragen merupakan derivat
dari saccharida, jadi mudah dirusak oleh bakteri, jadi perlu penambahan bahan
pengawet untuk suspensi tersebut.
(3)Tragacanth
Merupakan eksudat dari tanaman astragalus gumnifera. Tragacanth sangat
kambat mengalami hidrasi, untuk mempercepdt hidrasi biasanya dilakukan
pemanasan, Mucilago tragacanth Iebih kental dari mucilago dari gom arab.
Mucilago tragacanth balk sebagai stabilisator suspensi saja, tetapi bukan sebagai
emulgator
(4)Algin
Diperoleh dari beberapa species ganggang laut. Dalam perdagangan terdapat
dalam bentuk garamnya yakni Natrium Alginat. Algin merupakan senyawa organik
yang mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi dengan algin
memerlukan bahan pengawet. Kadar yang dipakai sebagai suspending agent
umumnya 1- 2%.
Golongan Bukan Gom
Suspending agent dari alam bukan gom adalah tanah Iiat. Tanah liat yang
sering dipergunakan untuk tujuan menambah stabilitas suspensi ada 3 macam yaitu
bentonite, hectorite dan veegum. Apabila tanah liat dimasukkan ke dalam air
mereka akan mengembang dan mudah bergerak jika dilakukan penggojokan.
Peristiwa ini disebut tiksotrofi. Karena peristiwa tersebut, kekentalan cairan akan
bertambah sehingga stabilitas dari suspensi menjadi lebih baik.
Sifat ketiga tanah liat tersebut tidak larut dalam air, sehingga penambahan
bahantersebut kedalam suspensi adalah dengan menaburkannya pada campuran
suspensi. Kebaikan bahan suspensi dari tanah liat adalah tidak dipengaruhi oleh
suhu/panas danfermentasi dari bakteri, karena bahan-bahan tersebut merupakan
senyawa anorganik, bukan golongan karbohidrat.
B. Bahan Pensuspensi Sintetis
1.) Derivat Selulosa
Termasuk dalam golongan ini adalah Metil Selulosa (Methosol, Tylose),
Karboksi Metil Selulosa (CMC), Hidroksi Metil Selulosa.

11
Biasanya dibelakang dari nama tersebut biasanya terdapat angka atau nomor,
misalnya Methosol 1500. Angka ini menunjukkan kemampuan menambah
viskositas da cairan yang dipergunakan untuk melarutkannya. Semakin besar
angkanya berarti kemampuannya semakin tinggi. Golongan ini tidak diabsorbsi
oleh usus halus dan tidak beracun, sehingga banyak dipakai dalam produksi
makanan. Dalam farmasi selain untuk bahan pensuspensi juga digunakan
sebagai laksansia dan bahan penghancur/disintregator dalam pembuatan tablet.
2.) Golongan Organik Polimer
Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah Carbophol 934 (nama
dagangsuatu pabrik) Merupakan serbuk putih bereaksi asam, sedikit larut dalam
air, tidakberacun dan tidak mengiritasi kulit, serta sedikit pemakaiannya.
Sehingga bahantersebut banyak digunakan sebagai bahan pensuspensi. Untuk
memperoleh viskositas yang baik diperlukan kadar ± 1%. Carbophol sangat peka
terhadap panas dan elektrolit. Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan
viskositas dari larutannya.

2.7 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Suspensi


Menurut (Lachman Practice, 479-491) Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam
Suspensi antara lain:
A. Kecepatan sedimentasi (Hk. Stokes)
Untuk sediaan farmasi tidak mutlak berlaku, tetapi dapat dipakai sebagai
pegangan supaya suspensi stabil, tidak cepat mengendap, maka :
Perbedaan antara fase terdispersi dan fase pendispersi harus kecil, dapat
menggunakan sorbitol atau sukrosa. BJ medium meningkat.
Diameter partikel diperkecil, dapat dihaluskan dengan blender / koloid mill
Memperbesar viskositas dengan menambah suspending agent.
B. Pembasahan serbuk
Untuk menurunkan tegangan permukaan, dipakai wetting agent atau
surfaktan, misal : Span dan Tween.
C. Floatasi (terapung) disebabkan oleh :
1) Perbedaan densitas.

12
2) Partikel padat hanya sebagian terbasahi dan tetap pada permukaan
3) Adanya adsorpsi gas pada permukaan zat padat.
Hal ini dapat diatasi dengan penambahan humektan. Humektan ialah zat
yang digunakan untuk membasahi zat padat. Mekanisme humektan : mengganti
lapisan udara yang ada di permukaan partikel sehingga zat mudah terbasahi.
Contoh : gliserin, propilenglikol.
4) Pertumbuhan kristal
Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh. Bila
terjadi perubahan suhu dapat terjadi pertumbuhan kristal. Ini dapat dihalangi
dengan penambahan surfaktan. Adanya polimorfisme dapat mempercepat
pertumbuhan kristal.

Faktor Yang Mempengaruhi Stabilitas Suspensi


Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :

1. Ukuran partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut
serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel
merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara
luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya
semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya. (dalam
volume yang sama) akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk
mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan
dengan memperkecil ukuran partikel.
2. Kekentalan (viscositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan
tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil).
Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya
parkikel yang terdapat didalamnya. Dengan demikian dengan menambah
viskositas cairan gerakan turundari partikel yang dikandungnya akan
diperlambat.Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu
tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.

13
3. Jumlah partikel (konsentrasi)
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka
partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi
benturan antara partikel tersebut.
Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut,
oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan
terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
4. Sifat/muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam
campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada
kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan
yang sukar larut dalam cairan tersebut. Sifat bahan tersebut merupakan sifat
alam, maka kita tidak dapat mempengaruhinya.
Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi suspensi
dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila
partikel mengendap mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan
pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapat
saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan selanjutnya
membentuk compacted cake dan peristiwa ini disebut caking.
Kalau dililiat dari faktor-faktor tersebut diatas faktor konsentrasi dan sifat
dari partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi karena
konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis dalam resep dan sifat partikel
merupakan sifat alam. Yang dapat diubah atau disesuaikan adalah ukuran
partikel dan viskositas.
Ukuran partikel dapat diperkecil : dengan menggunakan pertolongan mixer,
homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat
dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan
tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent
(bahan pensuspensi), umumnya bersifat mudah berkembang dalam air
(hidrokoloid).

14
2.8 Penilaian Stabilitas Suspensi
1. Volume sedimentasi
Salah satu syarat dari suatu suspensi adalah endapan yang terjadi harus
mudah terdispersi dengan pengocokan yang ringan sehingga perlu dilakukan
pengukuran volume sedimentasi.
Volume sedimentasi adalah suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu)
terhadap volume mula-mula dari suspense (V0) sebelum mengendap.
Volume sedimentasi dapat mempunyai harga dari < 1 sampai > 1
2. Derajat flokulasi
Adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspense flokulasi (Vu)
terhadap volume sedimen akhir suspense deflokulasi (Voc)
3. Metode reologi
Metode ini dapat digunakan untuk membantu menentukan perilaku
pengendapan dan pengaturan pembawa dan sifat yang menonjol mengenai
susunan partikel dengan tujuan untuk perbandingan. Metode reologi
menggunakan viskometer Brookfield.
4. Perubahan ukuran partikel
Digunakan cara Freeze - thaw cycling yaitu temperatur diturunkan sampai
titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali (> titik beku). Dengan cara ini
dapat dilihat pertumbuhan kristal dan dapat menunjukkan kemungkinan keadaan
berikutnya setelah disimpan lama pada temperatur kamar. Yang pokok yaitu
menjaga tidak akan terjadi perubahan ukuran partikel, distribusi ukuran dan sifat
kristal.

15
2.9 Bahan Aktif Suspensi yang Digunakan

Gambar 1. Struktur thiamphenicol 1

Bahan obat yang digunakan untuk sediaan ini adalah tiamfenikol. Tiamfenikol
merupakan turunan dari kloramfenikol yang spektrum kerja dan sifat-sifatnya
kurang lebih sama dengan kloramfenikol, tetapi efek sampingnya lebih ringan.
Penamaan tiamfenikol menurut IUPAC (International Union of Pure and Applied
Chemistry) 2,2-Dikloro-N-(αR.βR)-β-hidroksi-α- hidroksimetil-4-
metilsulfonil(fenetil)asetamida. Tiamfenikol mempunyai rumus molekul
C₁₂H₁₅Cl₂NO₅S dan mempunyai molekul 356,2 g/mol, mengandung tidak kurang
dari 98,0% dan tidak lebih dari 100,5% C₁₂H₁₅Cl₂NO₅S dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan.

Tiamfenikol merupakan serbuk hablur halus atau halus, putih sampai putih
kekuningan, tidak berbau. Larutan dalam etanol mutlak memutar bidang polarisasi
ke kanan, larutan dalam dimetil formamida memutar bidang polarisasi ke kiri.
Tiamfenikol mempunyai kelarutan sukar larut dalam air, dalam etil asetat dan
dalam eter, agak sukar larut dalam etanol mutlak dan dalam aseton, larut dalam
metanol, mudah larut dalam asetonitril dan dalam dimetilformamida, sangat mudah
larut dalam dimetilasetamida.

2.10 Formulasi Sediaan Suspensi

R/ Thiamphenicol 125 mg / 5 ml
PGS 2%
Sorbitol 10%
Sir.simplex 10%

16
Nipagin 0,1%
Essens strawberry qs
Air ad 60ml
M.f. suspensi
S. T.d.d Cth 1

Pro:
Alamat:

I. Kelengkapan R/: Tidak Lengkap


II. Usul: -
III. Komposisi: -
IV. Monografi Bahan Obat

1. Thiamphenicol

struktur kimia

rumus molekul C12H15Cl2NO5S


2,2-dichloro-N-[(1R,2R)-1,3-dihydroxy-1-(4-
nama kimia
methylsulfonylphenyl)propan-2-yl]acetamide
berat molekul 356.2
hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang;
pemerian putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan, dan tidak
berbau
sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dalam
kelarutan
propilen glikol, dalam aseton dan dalam etil asetat.
kegunaan antibiotik dalam pengobatan terutama tifus dan paratifus

2. PGS

17
struktur kimia  -

rumus molekul  -
nama kimia  -
berat molekul 356.2

pemerian hampir tidak berbau, rasa tawar seperti lendir

mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental


kelarutan
dan tembus cahaya, praktis tidak larut dalam etanol
kegunaan zat tambahan

3. Sorbitol (FI Edisi III Hal. 567)

struktur kimia

rumus molekul C6H14O6


nama kimia D-Glucitol
berat molekul 182,17

serbuk, butiran atau kepingan, putih, memiliki rasa manis, dan


pemerian
higroskopik

sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%) P, dalam
kelarutan
metanol P dan dalam asam asetat P
kegunaan stabilizing agent, sweetening agent, anticaplocking agent dalam sirup

4. Sir, simplex (FI Edisi III Hal. 567)

18
struktur kimia

rumus molekul  -
nama kimia  -
berat molekul  -

pemerian cairan, jernih, dan tidak berwarna

kelarutan larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam eter
kegunaan sebagai pemanis

5. Nipagin (FI Edisi III Hal. 378)

struktur kimia

 
rumus molekul C8H8O3
nama kimia Metil p-hidroksibenzoat
berat molekul 152,15

Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa,
pemerian
kemudahan agar membakar diikuti rasa tebal

larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5
kelarutan
bagian etanol (95)% P dan dalam 3 bagian aseton P
kegunaan zat pengawet

6. Essence strawberry

19
struktur kimia

 
rumus molekul C16H19N3O4S
nama kimia Strawberry essence
berat molekul 349,40

pemerian Cairan jernih berwarna merah

kelarutan Larut dalam air dan alcohol 90%


kegunaan Pewarna dan pewangi

V. Perhitungan Bahan Obat


1. Thiamphenicol :
Jumlah sendok = 60ml/5ml = 12 sendok
Jadi 125 mg x 12 = 1,5 gram atau 1,500 mg
2. PGS : 2/100 x 60 = 1,2 gram atau 1,200 mg
3. Air PGS: 7 x 1,2 = 8,4
= 8 ml + (0,4 x 20 tts)
= 8 ml + 8 tts
4. Sorbitol = 10/100 x 60 = 6 gram atau 6,000 mg
5. Sir. Simplex = 10/100 x 60 = 6 gram atau 6,000 mg
6. Nipagin = 0,1/100 x 60 = 0,06 gram atau 60 mg
7. Essensse strawberry = qs
8. Aqua dest = 60 ml – (1,5 + 1,2 + 8,4 + 6 + 6 + 0,06)
= 60 ml – 23,16
= 36,84 ml
= 36 ml + ( 0,84 x 20 tts )

20
= 36 ml + 16,8 tts
= 36 ml + 17 tts

VI. Penimbangan Bahan Obat


1. thiamphenicol = 1,5 gram / 1,500 mg
2. PGS = 1,2 gram / 1,200 mg
3. Air PGS = 8 ml + 8 Ttts
4. Sorbitol = 6 gram / 6000 mg
5. Sir. Simplex = 6 gram / 6000 mg
7. Nipagin = 0,06 gram / 60 mg
8. Essense strawberry = qs
9. Air = 36 ml + 17 tts

VII. Perhitungan DM/ TM


-
VIII. Pembuatan
1. setarakan timbangan, timbang bahan obat
2. kalibrasi botol 60 ml
3. Masukan Thiamphenicol + PGS + Air Pgs gerus halus homogen masukan ke dalam
botol
4. Larutkan sorbitol dengan sebagian air ad larut masukan ke dalam botol
5.Larutkan Nipagin dengan air mendidih ad larut masukan ke dalam botol
6. Tambahkan sir, simplex ke dalam botol
7. Tambahkan essense strawberry ke dalam botol
8. Tambahkan sisa air ad 60 ml
9. kocok larut & homogen
10. Beri Etiket putih dan label Kocok Dahulu, Habiskan.

21
IX. Penyerahan
- Wadah= botol
- Jumlah= 60 ml
- Etiket= putih
- Label= Kocok Dahulu, Habiskan

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Suspensi didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat yang terbagi
secara halus (dikenal sebagai suspensoid) disebarkan secara merata dalam pembawa
dimana obat menunjukkan kelarutan yang sangat minimum.
- Tiamfenikol merupakan serbuk hablur halus atau halus, putih sampai putih
kekuningan, tidak berbau. Larutan dalam etanol mutlak memutar bidang polarisasi ke
kanan, larutan dalam dimetil formamida memutar bidang polarisasi ke kiri. Tiamfenikol
mempunyai kelarutan sukar larut dalam air, dalam etil asetat dan dalam eter, agak sukar
larut dalam etanol mutlak dan dalam aseton, larut dalam metanol, mudah larut dalam
asetonitril dan dalam dimetilformamida, sangat mudah larut dalam dimetilasetamida
- Alasan menggunakan PGC sebagai suspending agent yaitu karena karena bahan
thiamphenicol sifat sukar larut dengan air, lalu keunggulan dari PGC yaitu dapat
meningkatkan viskositas.

3.2 Saran

23
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M, 2007, Farmasetika Ed. Ke 7 Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Anief, M., 2013, Ilmu Meracik Obat, Ed. Ke 16 Gadjah Mada University Press,
Yogyakar Anief, M., 2013, Ilmu Meracik Obat, Ed. Ke 16 Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI. Jakarta.

Anonim.1978.Formularium Nasional Edisi II.Depkes RI.Jakarta.

Anonim, 2008. Ilmu Resep untuk sekolah menengah farmasi kelas X. Yogyakarta :
Depkes RI.

Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim, UI Press, Jakarta

Ansel, H.C., 1995, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim, UI Press, Jakarta

Bambang Sutrisno. 1993. Analisis Jamu. Jakarta : Fakultas Farmasi Universitas


Pancasila, hal. 9-10

Chasanaha N., Ika Trisharyanti DK, Peni Indrayudhaa., 2015. Formulasi Suspensi
Doksisiklin menggunakan Suspending Agent Pulvis gummi arabici: Uji
Stabilitas Fisik dan Daya Antibakteri. Fakultas Farmasi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Departemen Kesehatan . R.I. 1979. Farmakope Indonesia.Edisi III. Jakarta: DEPKES


RI.

Duin, van C.F. 1954. Buku Penuntun Ilmu Resep dalam Praktek Dan Teori. Jakarta :
SMF Ditkesad.

24
Fatimah F, Fardiaz D, Apriyantono A, Andarwulan N. Pengaruh Kadar Minyak
Terhadap Efektifitas Antioksidan Dalam Sistem Emulsi Oil-In-Water. Jurnal
Teknologi dan Industri Pangan 2010; 14(1):39-50

Haryati K, Suseno H, Nurjanah. Minyak Ikan Sardin Hasil Sentrifugasi dan Adsorben
Untuk Emulsi. Jurnal Pengolahan dan Perikanan Indonesia 2017; 20(1):84-94

Lachman Leon, 2007. Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi Ketiga. Penerbit
Universitas Indonesia Press : Jakarta

Panitia Formularium Nasional.1966.FOI.Jakarta.

Nash, A. R., 1996, Pharmaceutical Suspensions, in Herbert A. Lieberman, Martin M.


Rieger, Gilberts, Banker, Pharmeceutical Dosage Forms : Disperse Systems,
Vol. 2, New York

Syamsuni, H., 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC, Jakarta.

Syamsuni.H.A.2006.Ilmu Resep.Anggota IKAPI. Jakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai