I. Tujuan Percobaan
1. Mengkalibrasi termometer dengan cara panas pada skala 100 oC.
2. Pemurnian asam benzoat dengan cara rekristalisasi beserta penentuan titik
leleh.
3. Pemurnian kamper dengan cara sublimasi beserta penentuan titik leleh.
Adapun cara kerja sublimasi adalah zat yang akan disublimasi dimasukkan
dalam cawan/gelas piala untuk keperluar sublimasi, ditutup dengan cawan, berisi es
batu , kemudian di panaskan dengan api kecil pelan-pelan. Zat padat akan menyublim
berubah menjadi uap, sedangkan zat penyampur tetap padat. Uap yang terbentuk
karena adanya proses pendinginan berubah lagi menjadi padat yang menempel pada
dinding alat pendingin. Bila sudah tidak ada lagi zat yang menyublim , dihentikan
proses pemanasan dan di biarkan dingin supaya uap yang terbentuk menyublim
semua kemudian zat yang terbentuk dikumpulkan diperiksa kemurniannya. Bila
kurang murni diulang proses subliasi sampai didapatkan zat yang murni (Sudja,1990).
3.4 Penentuan titik leleh
Titik leleh suatu zat adalah temperatur pada fase padat dan cair ada dalam
kesetimbangan. Jika kesetimbangan semacam ini diganggu dengan menambahkan
atau menarik energi panas, system akan berubah bentuk lebih banyak zat cair atau
lebih banyak zat padat. Namun temperatur akan tetap pada titik leleh selama fase itu
masih ada perubahan dari cair menjadi padat disebut pembekuan dan proses
kebalikannya disebut pelelehan atau peleburan. Titik leleh suatu padatan sama dengan
titik beku suatu cairan (Chang, 2004:391).
Titik leleh dari senyawa murni adalah temperatur dimana senyawa dalam
keadaan padat dan cairan dalam keadaan kesetimbangan pada tekanan 1 atmosfer.
Jika energi panas padatan murni sebanding dengan energi kisi maka kristal-kristal
diikat membentuk unit molekul , molekul-molekul kisi-kisi kristal menjauh dari
sekitarnya. Temperatur yang diinginkan untuk perubahan dari susunan molekul dalam
kisi-kisi kristal (padatan) ke bentuk fluida (cairan) adalah ukuran dari daya tarik
menarik antar molekul-molekul. Titik leleh suatu zat yang lebih tinggi daya tarik
menarik antar molekul-molekul lebih besar. Senyawa-senyawa yang mempunyai
berat molekul yang sama, maka senyawa yang lebih polar dan yang mempunyai
struktur molekul yang lebih senetris yang mempunyai titik leleh lebih tinggi. Jadi titik
leleh suatu zat sangat tergantung dari struktur molekul yang merupakan salah satu
dimensi fisis dari suatu zat (Hendayana, 2010).
3.5 Sifat fisika dan kimia asam benzoat
Asam benzoat dengan rumus kimia C6H5COOH merupakan padatan kristal
berwarna putih dan merupakan asam karboksilat aromatik yang paling sederhana.
Asam lemah ini beserta garam turunannya digunakan sebagai pengawet makanan.
Asam benzoat adalah prekursor yang penting dalam sintesis banyak bahan-bahan
kimia lainnya.
Tekanan uap : 0,001 hPa Kelarutan dalam air : 2,9 g/L pada 25 °C
pada 20 °C
Larut dalam alkohol, aseton, benzena,
Titik nyala : 121 °C chloroform, etanol. Sedikit larut: petroleum eter
dan heksana.
Titik sublimasi : >100 °C
3.6 Sifat fisika dan kimia kamper
Kamper adalah zat padat berupa lilin berwarna putih dan agak transparan
dengan aroma yang khas dan kuat. Zat ini adalah terpenoid dengan formula kimia
C10H16O.
Bahan yang di gunakan pada percobaan kali ini adalah Aquadest, asam
benzoate, karbon / norit, es batu, serbuk kamper kotor.
V. Prosedur
5.1 Kalibrasi Termometer
Aquadest sebanyak 10 ml diisikan kedalam tabung reaksi besar, lalu
dimasukkan sedikit batu didih. Diklem tabung tegak lurus, dipanaskan perlahan
sampai mendidih. Thermometer diposisikan pada uap di atas permukaan air mendidih
tersebut. Untuk menentukan titik yang sebenarnya dari air, harus diperiksa tekanan
barometer.
5.2 Kristalisasi Asam Benzoat dalam air
Asam benzoat kotor sebanyak 2 g ditimbang dan dimasukkan kedalam gelas
kimia 100 ml, lalu dimasukkan sedikit demi sedikit sambil diaduk pelarut (air) dalam
keadaan panas sampai asam benzoate tepat larut. Setelah semuanya larut,
ditambahkan sedikit berlebih beberapa ml pelarut panas. Campuran ini dididihkan
diatas kasa asbes dengan menggunakan pembakar Bunsen (api jangan terlalu besar).
Campuran panas ini ditambahkan sedikit demi sedikit, hati-hati sambil diaduk dengan
batang pengaduk hingga asam benzoate benar enar larut,kemudian ditambahkan 0,5 g
karbon (charcoal) atau norit untuk menghilangkan warna. Dididihkan beberapa saat
supaya penyerapan warna lebih sempurna. Disiapkan corong penyaring kaca tangkai
pendek dilengkapi kertas saring lipat, gelas kimia, pipet tetes, air panas dalam gelas
kimia dan bongkahan es batu dalam gelas kimia. Dalam keadaan panas, dituangkan
larutan kedalam/atas corong secepat mungkin (jangan sampai dingin) dengan
penampungnya yaitu gelas kimia.
Jika diatas kertas saring terbentuk Kristal maka tetesi air panas menggunakan
pipet tets hingga tidak terbentuk Kristal kembali. Jika larutan menjadi dingin dan
mengkristal, diulangi pemanasan di atas kasa, dan diulangi penyaringan, sampai
semua larutan tersaring. Setelah semua larutan sudah disaring diamkan sbentar,
setelah didiamkan kemudian masukkan kedalam gelas kimia yang berisi filtrat
kedalam gelas kimia yang berisi bongkahan es, dengan penurunan suhu secara
perlahan.diamkan hingga membentuk Kristal jangan di ganggu atau di guncang. Bila
didalam bongkahan es belum juga terbentuk Kristal berarti larutannya kurang jenuh,
maka di jenuhkan dengan cara penguapan sebagian pelarutnya. Ketika semua Kristal
sudah membentuk dan terpisah, dialakukan penyaringan Kristal dengan menggunakan
corong Buchner yang sudah dilengkapi dengan peralatan isap (suction).
Penuangan Kristal diatas kertas perkamen yang sudah ditimbang, dilakukan
melalui batang pengaduk, sambil ditetesi air dingin hingga Kristal tidak tertinggal
didalam gelas kimia. Diamkan hingga tidak ada tetesan air yang menetes (kering),
kemudian ambil kertas saring yang berisi Kristal. Kristal kering tersebut kemudian
ditimbang dan di tentukan titik leleh dengan menggunakan cara kapiler (Thiele atau
melting block). Dihitung perolehan kembali benzoat murni. Jika trayek leleh masih
lebar (lebih dari 1 derajat), rekristalisasi diulangi.
3.3 Sublimasi
Serbuk kamper kotor sebanyak 1 g ditempatkan dalam cawan porselen.
Dipasang cawan diatas klem bundar yang cocok. Cawan ditutup dengan kaca arloji.
Diletakkan beberapa potongan es dibagian atas kaca arloji (jaga agar air tidak
mengganggu sublimasi). Dilakukan pemanasan langsung dengan api kecil. Kristal
yang menempel di kaca dikumpulkan, ditimbang dan ditentukan titik lelehnya.
VI. Data Pengamatan dan Perhitungan
6.1 Data Pengamatan
Keterangan Hasil Kerja
= 157,5%
6.3 Perhitungan Rendemen pada proses Sublimasi (Kamper)
Bobot akhir−Bobot awal
Rendemen = x 100 %
g sampel
1,42 g−0,48 g
= x 100%
1g
= 94%
VII. Pembahasan
Alimin, Muh Yunus dan Irfan Idris. (2007). Kimia Analitik. Makassar: Alauddin
Press
Basset, J, et al. (1994). Buku Ajar Vogel; Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
Chang, Raymond.(2004). Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti. Ed. ke-3. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Svehla. 1979. Buku Ajar Vogel : Analisi Anorganik Kuntitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta : PT Kalman Media Pusaka.