Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PERCOBAAN 2
IDENTIFIKASI LIPID

Disusun oleh :
Kelompok 6 / Shift A

1. M. Zandan Firmansyah 10060316031


2. Susmawati 10060316032
3. Devita Gustini 10060316033
4. Nadia Zulfa Sabrina 10060316035

Asisten Dosen : Aisya Qisty Z., S.Farm


Tanggal Praktikum : Kamis, 12 April 2018
Tanggal Laporan : Kamis, 19 April 2018

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2018 M / 1439
PERCOBAAN 2
IDENTIFIKASI LIPID

I. Tujuan Percobaan
1. Dapat memahami metode identifikasi lipid.
2. Mengetahui kelarutan lipid pada pelarut tertentu dan untuk mendeteksi
keberadaan molekul trigliserida.
3. Mengetahui adanya sterol (kolesterol) dalam suatu bahan secara kualitatif.

II. Prinsip Percobaan


1. Uji kelarutan lemak/lipid dapat dilakukan dengan menambahkan sedikit contoh
lemak ke dalam beberapa ml pelarut lemak dan diselidiki kelarutannya. Derajat
kelarutan dapat ditentukan secara langsung dengan mengidentifikasi lemak
tersebut setelah dikeringkan atau larutan yang pelarutnya diuapkan diatas
penangas air mendidih. Ada atu tidaknya sisa memperlihatkan kelarutan lemak
dalam pelarut tersebut.
2. Gliserol didehidratasi oleh KHSO4 anhidrat membentuk aldehid tak jenuh yang
memeliki bau khas yang tak sedap yaitu akrolein.
3. Jika suatu sterol dengan konfigurasi jenh direaksikan dengan asam kuat
anhidrat makan akan dihasilkan warna-warna karakteristik yang sangat
bervariasi, tergantung kondisi pada saat percobaan dilakukan. Berdasarkan
salah satu teori, proses yang terjadi diawali dengan aktivasi kompleks senyawa
lemak yang diikuti oleh agregasi beberapa molekul terkonyugasi. Senyawa
kromogenik yang dihasilkan akan bersifat seperti indikator asam-basa. Reaksi
Liebermann-Burchard ini merupakan reaksi yang spesifik untuk uji kolesterol.

III. Teori Dasar


Senyawa satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan,
hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia ialah lipid.
Untuk memberikan definisi yang jelas tentang lipid sangat sukar, sebab senyawa yang
termasuk lipid tidak mempunyai rumus struktur yang serupa atau mirip. Sifat kimia
dan fungsi biologinya juga berbeda-beda. Walaupun demikian, para ahli biokimia
bersepakat bahwa lemak dan senyawa organik yang kelompok yang disebut lipid.
Adapun sifat fisika yang dimaksud adalah (Poedjiadi dan Supriyanti,2009):
1. Tidak larut dalam air, tetapi larut dalam satu atau lebih dari satu pelarut organik
misalnya eter, aseton, kloroform, benzena, yang sering juga disebut “pelarut
lemak”.
2. Ada hubungan dengan asam-asam lemak atau esternya.
3. Mempunyai kemungkinan digunakan oleh makhluk hidup.
Lipid merupakan komponen penting dalam membran sel, termasuk
diantaranya fosfolipid, glikolipid, dan dalam sel hewan adalah kolesterol. Fosfolipid
memiliki banyak kerangka gliserol (fosfogliserida) atau sfingosina (sfingomylin).
Serebrosida mengandung glukosa dan galaktosa dan dengan kerangka sfingosina
termasuk dalam glikolipid. Kolesterol merupakan senyawa induk bagi steroid lain
yang disintesis dalam tubuh. Steroid tersebut adalah hormon-hormon yang penting
seperti hormon korteks adrenal serta hormon seks, vitamin D, dan asam empedu (Tim
Dosen Biokimia, 2011).
Lipid adalah salah satu kategori molekul biologis yang besar yang tidak
mencakup polimer. Senyawa yang disebut lipid dikelompokkan bersama karena
memiliki satu ciri penting: lipid tidak memiliki atau sedikit sekali afinitasnya
terhadap air. Perilaku hidrofobik lipid didasarkan berdasarkan struktur
molekulernya (Tim Dosen Biologi UPT MKU, 2010).
Lilin atau malam adalah sebagian dari kelompok lipid. Secara kimiawi, lilin
merupakan ester dari asam lemak berantai panjang. Panjang rantai hidrokarbon asam
maupun alkohol pad alilin biasanya berkisar dari 10 sampai dengan 30 karbon.
Bedanya dengan trigliserida adalah: alkohol pada lilin ialah alcohol monohidrat.
Lilin adalah padatan mantap bertitik leleh rendah dapat ditemui pada tumbuhan
dan hewan. Spermaseti terdapat dalam kepala ikan paus, karmauba bahan utama
dalam lilin penyemir mobil dan lantai, berasal dari daun pohon palem di Amerika
Selatan. Lilin lebah yang sebagian besar berupa milirisil alkohol dan asam palmitat.
Lilin berguna untuk melindungi permukaan daun dari penguapan air dan serangan
mikroba. Lilin juga melapisi kulit, rambut, dan bulu unggas, sehingga tetap lentur dan
kedap air (Tim Dosen Kimia UPT MKU, 2011).
Lilin merupakan asam lemak dengan monohidraksi alkohol yang mempunyai
rantai karbon dengan panjang antara 14 sampai 34 atom karbon. Lilin sukar diuraikan
oleh enzim sehingga tidak dapat digunakan sebagai bahan pangan (Santoso, 2008).
Senyawa-senyawa yang termasuk lipid ini dapat dibagi dalam beberapa
golongan. Ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam
tiga golongan besar, yakni: (1) lipid sederhana, yaitu ester asam lemak dengan
berbagai alkohol, contohnya lemak atau gliserida dan lilin (waxes); (2) lipid
gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan, contohnya
fosfolipid, serebrosida; (3) derivat lipid, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses
hidrolisis lipid, contohnya asam lemak, gliserol, dan sterol. Di samping itu,
berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dapat dibagi dalam dua golongan yang
besar, yakni lipid yang dapat disabunkan, yakni dapat dihidrolisis dengan basa,
contohnya lemak, dan lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya steroid
(Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).
Lemak dan minyak merupakan senyawa ester dari gliserol yang disebut juga
trigliserida atau triagliserol (Santoso, 2008).
Lemak dan minyak dapat dibedakan berdasarkan pada titik lelehnya. Pada suhu
kamar, lemak berwujud padat, sedangkan minyak berwujud cair. Titik leleh dari
lemak dan minyak tergantung pada strukturnya, umumnya meningkat dengan
bertambahnya jumlah atom karbon. Banyaknya ikatan ganda dua karbon-karbon
dalam komponen asam lemak juga sangat berpengaruh. Trigliserida yang
mengandung banyak asam lemak tak jenuh, seperti asam oleat dan linoleat akan
berwujud lemak (padat), contohnya lemak sapi. Reaksi hidrogenasi mengubah
minyak nabati menjadi lemak, misalnyapada industri margarin. Serbuk logam nikel
(sebagai katalis) didispersikan ke dalam minyak panas selanjutnya diadisi dengan
hidrogen sehingga ikatan ganda dua dari asam lemak tak jenuh menjadi jenuh dan
membentuk lemak. Contohnya, hidrogenasi pada triolien (titik leleh17oC)
menghasilkan tristearin (titik leleh 55oC) (Tim Dosen Kimia UPT MKU, 2011).
Lemak dan minyak merupakan bagian terbesar dan terpenting kelompok lipid,
yaitu sebagai komponen makanan utama bagi organisme hidup. Lemak dan minyak
penting bagi manusia karena adanya asam-asam lemak esensial yang terkandung di
dalamnya. Fungsinya dapat melarutkan vitamin A, D, E, dan K yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Kemudian, lemak dan minyak merupakan sumber energi
yang lebih efisien dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Satu gram lemak
atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya
menghasilkan 4 kkal setiap gram (Tim Dosen Biokimia, 2011).
Dalam pembuatan lemak, tiga asam lemak masing-masing berikatan dengan
gliserol melalui ikatan ester, suatu ikatan antara gugus hidroksil dan gugus karboksil.
Lemak yang juga disebut triasigliserol, dengan demikian terdiri atas tiga asam lemak
yang berikatan dengan satu molekul gliserol (Tim Dosen Biologi UPT MKU, 2010).
Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon. Jadi
tiap atom karbon mempunyai gugus –OH. Satu molekul gliserol dapat mengikat satu,
dua, atau tiga molekul asam lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida,
digliserida, atau trigliserida (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).
Trigliserida adalah triester dari asam lemak dan gliserol. Asam lemak adalah
karboksilat berantai panjang, yang umumnya memiliki jumlah atom karbon genap,
jarang yang bercabang, dan dapat memiliki satu atau lebih ikatan rangkap dua (tidak
jenuh). Sifat fisik maupun sifat kimia dari trigliserida sangat ditentukan oleh jenis
asam lemak pembentuknya. Tingkat kejenuhan dan ketidakjenuhan dari asam lemak
menentukan titik leleh dari trigliserida yang dibentuknya. Asam lemak jenuh
umumnya rantainya memanjang dan lebih teratur. Jika terdapat ikatan ganda dua cis
dalam rantai asam lemak, maka rantainya akan membelok dan tidak teratur. Semakin
banyak terdapat ikatan ganda dua dalam rantai asam lemak, semakin tidak teratur
strukturnya dan semakin rendah titik lelehnya (Tim Dosen Kimia UPT MKU, 2011).
Trigliserida tergolong sebagai lipid sederhana, dan merupakan bentuk
cadangan lemak dalam tubuh manusia. Trigliserida sederhana jarang dijumpai, yang
lebih lazim adalah adalah trigliserida campuran, yakni tersier dari asam lemak yang
tak sejenis. Lemak hewan dan lemak tumbuhan dalam lemak mentega misalnya,
mengandung paling sedikit 14 macam asam karboksilat. Ukuran kuantitatif yang
dapat digunakan untuk menyatakan banyaknya ikatan ester ialah bilangan
penyabunan (Tim Dosen Kimia UPT MKU, 2011).
Pada umumnya, lemak apabila dibiarkan lama di udara akan menimbulkan rasa
dan bau yang tidak enak. Hal ini disebabkan oleh proses hidrolisis yang menghasilkan
asam lemak bebas. Di samping itu, dapat pula terjadi proses oksidasi terhadap asam
lemak tidak jenuh yang hasilnya akan menambah bau dan rasa yang tidak enak.
Oksidasi asam lemak tidak jenuh akan menghasilkan peroksida dan selanjutnya akan
terbentuk aldehida. Inilah yang menyebabkan terjadinya bau dan rasa yang tidak enak
atau tengik. Kelembaban udara, cahaya, suhu tinggi dan adanya bakteri perusak
adalah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ketengikan lemak (Poedjiadi dan
Supriyanti, 2009).
Lemak dan minyak yang teroksidasi akan membentuk peroksida dan
hidroperoksida yang dapat terurai menjadi aldehida, keton, dan asam-asam lemak
bebas. Hasil oksidasi tidak hanya mengakibatkan rasa dan bau yang tidak enak, tetapi
dapat pula menurunkan nilai gizi karena kerusakan vitamin dan asam-asam lemak
esensial dalam lemak. Reaksi oksidasi dipercepat dengan adanya cahaya, pemanasan,
atau katalis logam seperti Cu, Fe, Co, dan Mn. Lemak dan minyak yang sangat tengik
mempunyai keasaman yang rendah. Proses ketengikan dapat dihambat salah satunya
dengan penambahan zat antioksidan seperti vitamin E, vitamin C, polifenol, dan
hidroquinon (Tim Dosen Biokimia, 2011).
Kolesterol adalah salah satu sterol yang penting dan terdapat banyak di alam.
Kolesterol terdapat pada hampir semua sel hewan dan semua manusia. Pada tubuh
manusia, kolesterol terdapat dalam darah, empedu, kelenjar adrenal bagian luar
(adrenal cortex), dan jaringan syaraf. Mula-mula kolesterol diisolasi dari batu empedu
karena kolesterol ini merupakan komponen utama batu empedu tersebut. Kolesterol
dapat larut dalam pelarut lemak, misalnya eter, kloroform, benzena, dan alkohol
panas. Apabila terdapat dalam konsentrasi tinggi, kolesterol mengkristal dalam
bentuk Kristal yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau, serta mempunyai
titik lebur 150-151oC. Endapan kolesterol apabila terdapat dalam pembuluh darah
dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah karena dinding pembuluh darah
menjadi makin tebal. Hal ini mengakibatkan juga berkurangnya elastisitas pembuluh
darah. Dengan demikian, maka aliran darah akan terganggu (Poedjiadi dan
Supriyanti, 2009).
Terdapat berbagai macam uji yang berkaitan dengan lipid yang meliputi analisis
kualitatif maupun kuantitatif. Uji-uji kualitatif lipid diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Uji Kelarutan Lipid
Uji ini terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid terdahadap
berbagai macam pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat
kepolaran pelarut. Apabila lipid dilarutkan ke dalam pelarut polar maka hasilnya
lipid tersbut tidak akan larut. Hal tersebut karena lipid memiliki sifat nonpolar
sehingga hanya akan larut pada pelarut yang sama-sama nonpolar (Garjito,M.
1980).
2. Uji Akrolein
Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji akrolein. Dalam uji ini terjadi dehidrasi
gliserol dalam bentuk bebas atau dalam lemak/minyak menghasilkan aldehid
akrilat atau akrolein. Menurut Scy Tech Encyclopedia, uji akrolein digunakan
untuk menguji keberadaan gliserin atau lemak. Ketika lemak dipanaskan setelah
ditambahkan agen pendehidrasi (KHSO4) yang akan menarik air, maka bagian
gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid tidak jenuh atau dikenal
sebagai akrolein (CH2=CHCHO) yang memiliki bau seperti lemak terbakar dan
ditandai dengan asap putih (Ketaren, 1986).
3. Uji Kejenuhan Pada Lipid
Uji ketidakjenuhan digunakan untuk mengetahui asam lemak yang diuji
apakah termasuk asam lemak jenuh atau tidak jenuh dengan menggunakan
pereaksi Iod Hubl. Iod Hubl ini digunakan sebagai indikator perubahan. Asam
lemak yang diuji ditambah kloroform sama banyaknya. Tabung dikocok sampai
bahan larut. Setelah itu, tetes demi tetes pereaksi Iod Hubl dimasukkan ke dalam
tabung sambil dikocokdan perubahan warna yang terjadi terhadap campuran
diamati. Asam lemak jenuh dapat dibedakan dari asam lemak tidak jenuh dengan
cara melihat strukturnya. Asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan ganda pada
gugus hidrokarbonnya. Reaksi positif ketidakjenuhan asam lemak ditandai dengan
timbulnya warna merah asam lemak, lalu warna kembali lagi ke warna awal
kuning bening. Warna merah yang kembali pudar menandakan bahwa terdapat
banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak.
Trigliserida yang mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap
dapat diadisi oleh golongan halogen. Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi iod huble
akan mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada
molekulnya menjadi berikatan tunggal. Warna merah muda yang hilang selama
reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah mereduksi pereaksi iod
huble (Budha,K. 1981).
4. Uji Ketengikan
Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji ketengikan. Dalam uji ini,
diidentifikasi lipid mana yang sudah tengik dengan yang belum tengik yang
disebabkan oleh oksidasi lipid. Minyak yang akan diuji dicampurkan dengan HCl.
Selanjutnya, sebuah kertas saring dicelupkan ke larutan floroglusinol.
Floroglusinol ini berfungsi sebagai penampak bercak. Setelah itu, kertas
digantungkan di dalam erlenmeyer yang berisi minyak yang diuji. Serbuk CaCO3
dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan segera ditutup. HCl yang ditambahkan akan
menyumbangkan ion-ion hidrogennya yang dapat memecah unsur lemak sehingga
terbentuk lemak radikal bebas dan hidrogen radikal bebas. Kedua bentuk radikal
ini bersifat sangat reaktif dan pada tahap akhir oksidasi akan dihasilkan peroksida
(Syamsu, 2007).
5. Uji Salkowski untuk Kolesterol
Uji Salkowski merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk
mengidentifikasi keberadaan kolesterol. Kolesterol dilarutkan dengan kloroform
anhidrat lalu dengan volume yang sama ditambahkan asam sulfat. Asam sulfat
berfungsi sebagai pemutus ikatan ester lipid. Apabila dalam sampel tersebut
terdapat kolesterol, maka lapisan kolesterol di bagian atas menjadi berwarna
merah dan asam sulfat terlihat berubah menjadi kuning dengan warna fluoresens
hijau (Pramarsh, 2008).
6. Uji Lieberman-Burchard
Uji Lieberman Buchard merupakan uji kuantitatif untuk kolesterol. Prinsip
uji ini adalah mengidentifikasi adanya kolesterol dengan penambahan asam sulfat
ke dalam campuran. Sebanyak 10 tetes asam asetat dilarutkan ke dalam larutan
kolesterol dan kloroform (dari percobaan Salkowski). Setelah itu, asam sulfat
pekat ditambahkan. Tabung dikocok perlahan dan dibiarkan beberapa menit.
Mekanisme yang terjadi dalam uji ini adalah ketika asam sulfat ditambahkan ke
dalam campuran yang berisi kolesterol, maka molekul air berpindah dari gugus
C3 kolesterol, kolesterol kemudian teroksidasi membentuk 3,5-kolestadiena.
Produk ini dikonversi menjadi polimer yang mengandung kromofor yang
menghasilkan warna hijau. Warna hijau ini menandakan hasil yang positif.
Reaksi positif uji ini ditandai dengan adanya perubahan warna dari
terbentuknya warna pink kemudian menjadi biru-ungu dan akhirnya menjadi hijau
tua (Trilaksani, W. 2013).
7. Uji Bilangan Iod
Lemak hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan,
sedangkan lemak yang barasal dari tumbuhan berupa zat cair. Lemak yang
mempunyai titik lebur tinggi mengandung asam lemak jenuh, sedangkan lemak
cair atau yang basa disebut minyak mengandung asam lemak tidak jenuh. Lemak
hewan dan tumbuhan mempunyai susunan asam lemak yang berbeda-beda. Untuk
menentukan derajat ketidakjenuhan asam lemak yang terkandung didalamnya
diukur dengan bilangan iodium. Iodium dapat bereaksi dengan ikatan rangkap
dalam asam lemak. Tiap molekul iodium mengadakan reaksi adisi pada suatu
ikatan rangkap. Oleh karenanya makin banyak ikatan rangkap,makin banyak pula
iodium yang dapat bereaksi.
Dikehidupan sehari hari kita mengenal lemak atau lipid, Lemak dan minyak
ditemui dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai mentega dan lemak hewan.
Minyak umumnya berasal dari tumbuhan, contohnya minyak jagung, minyak
zaitun, minyak kacang, dan lain-lain. Walaupun lemak berbentuk padat dan
minyak adalah cairan, keduanya mempunyai struktur dasar yang sama. Lemak
dan minyak adalah triester dari gliserol, yang dinamakan trigliserida. (Hart, 1987)

IV. Alat dan Bahan


4.1 Alat
1. Kertas saring
2. Pipet tetes
3. Rak tabung
4. Tabung reaksi
4.2 Bahan
1. Aquadest
2. Asam asetat anhidrat
3. Asam palmitat
4. Asam sulfat pekat
5. Alkohol panas dan dingin
6. Gliserol
7. Olive oil
8. KHSO4
9. Kloroform
10. Kuning telur
11. Minyak
V. Prosedur
5.1 Uji Kelarutan
Sediakan empat tabung reaksi. Pada tabung pertama tambahkan 2 ml air.
Pada tabung kedua tambahkan 2 ml alkohol dingin. Pada tabung ketiga tambahkan
2 ml alkohol panas. Pada tabung keempat tambahkan 2 ml kloroform. Kemudian
masukkan ke dalam tiap tabung 0,2 ml minyak, kocok dengan hati-hati. Ambil 2-3
tetes dari masing-masing tabung dan teteskan pada kertas saring. Sebelumnya
kertas saring dilipat menjadi empat bagian. Amati dengan cara melihat adanya
noda yang tertinggal pada kertas saring menunjukkan adanya lemak yang terlarut
dalam pelarut tersebut.
5.2 Uji Akrolein
Sediakan tiga tabung reaksi. Pada tabung pertama tambahkan 10 tetes olive
oil. Pada tabung kedua tambahkan gliserol. Pada tabung ketiga tambahkan sedikit
asam palmitat. Kemudian tambahkan ke dalam masing-masing tabung 10 tetes
KHSO4. Lalu dipasnakan pelan pelan diatas api bunsen. Amati bau akrolein yang
menusuk hidung, bedakan dengan bau SO4.
5.3 Uji Lieberman-Burchard untuk Kolesterol
Sediakan satu tabung reaksi. Sedikit kuning telur masukkan ke dalam tabung
reaksi, larutkan dengan kloroform hingga larut. Kemudian tambahkan 10 tetes
asam asetat anhidrat dan 2 tetes asam sulfat pekat. Lalu kocok perlahan-lahan dan
biarkan beberapa menit. Amati perubahan warna yang terjadi.

VI. Data Pengamatan dan Perhitungan


6.1 Uji Kelarutan
Tabung Percobaan Hasil Gambar
pengamatan
2 ml air + 0.2 Tidak bernoda
1 ml minyak
2 ml alkohol Tidak bernoda
2 dingin + 0.2 ml
minyak
2 ml alkohol Tidak bernoda
3 panas + 0.2 ml
minyak
2 ml kloroform Bernoda
4 + 0.2 ml
minyak

6.2 Uji Akrolein


Tabung Percobaan Hasil Gambar
pengamatan
10 tetes olive +
1 oil + 10 tetes
KHSO4
10 tetes gliserol ++
2 + 10 tetes
KHSO4
Asam palmitat _
3 + 10 tetes
KHSO4
Keterangan :
+ : bau tidak menyengat
++ : bau menyengat
- : tidak berbau

6.3 Uji Kolestrol ( uji lieberman burchard)


Tabung Percobaan Hasil Gambar
pengamatan
Kuning telur + warna awal :
kloroform + 10 tetes Kuning
Warna akhir :
1 asam asetat anhidrat
kuning pucat
+ 2 tetes asam sulfat
pekat

VII. Pembahasan
Lipid adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut di
dalam air, yang dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar seperti
kloroform atau eter. (Lehninger,1982)

Pada percobaan uji kelarutan yaitu 3 tabung reaksi dibuat laurtan lipid dengan
pelarut tertentu. Pada tabung 1 berisi 2 ml air dan 0,2 ml minyak kemudian dikocok
dan ambil sebanyak 2 tetes kemudian teteskan pada kertas saring diperoleh hasil
yang tidak bernoda hal ini menunjukan bahwa minyak tidak dapat larut dalam air
bahwa minyak merupakan senyawa bersifat non polar dan air bersifat polar, pada
percobaan ini menghasilkan bahwa minyak dalam air tidak terlarut secara sempurna.
Pada tabung 2 berisi 2 ml alkohol dingin ditambahkan 0.2 ml minyak dan dikocok
dan ambil sebanyak 2 tetes kemudian teteskan pada kertas saring diperoleh hasil
yang tidak bernoda hal ini menunjukan bahwa alkohol bersifat semi polar dan minyak
bersifat non polar, dari kedua tabung ini dapat dijelaskan bahwa pada senyawa lipid
memiliki prinsip like dissolve like yaitu pelarut polar hanya akan larut pada pelarut
polar, sedangkan pelarut non polar hanya akan larut pada pelarut non polar sehingga
hasil perconan ini minyak tidak dapat melarut secara sempurna pada pelarut air. Pada
tabung 3 berisi 2 ml alkohol panas ditambahkan 0,2 ml minyak dan kocok dan
diambil 2 tetes kemudian teteskan pada kertas saring dan diperoleh hasil tidak
bernoda. Saat alkohol dalan keadaan panas dapat melarutkan minyak karena pada
saat alkohol suhu tinggi akan bersifat non polar sehingga dapat melautkan yang
bersifat non polar yaitu minyak. Pada tabung 4 berisi 2 ml kloroform ditambahkan
0,2 ml minyak dan dikocok dan diambil 2 tetes kemudian teteskan pada kertas saring
dan diperoleh hasil bernoda karena kloroform bersifat non polar dan minyak bersifat
non polar hal ini menujukan bahwa ada sifat like dissolve like sehingga kloroform
dan minyak dapat melarutkan lemak. Jadi pada uji kelarutan dapat menjelaskan
bahwa minyak dengan air dan alkohol dingin memiliki beda kepolaran maka minyak
tidak larut dalam air dan alkohol dingin, minyak dan alhokol dingin tidak terlarut
karena alkohol merupakan senyawa semi polar, memiliki sifat polar dari gugus –OH
dan nonpolar dari gugus alkil dan semakin tinggi suhu alkohol maka sifat
kepolarannya semakin berkurang. Didalam tubuh diperlukan lipid karena berperan
penting dalam komponen struktur membran sel.Lipid befungsi sebagai sumber
penyimpan energi, lapisan pelindung, dan insulator organ-organ tubuh beberapa jenis
lipid berfungsi sebagai sinyal kimia, pigmen, juga sebagai vitamin, dan hormon.
Fosfolipida memiliki seperti trigliserida. Bedanya, pada fosfolipida satu asam
lemaknya digantikan oleh gugus fosfat yang mengikat gugus alkohol yang
mengandung nitrogen, contohnya yaitu fosfatidiletanolamin (sefalin), fosfatidilkolin
(lesitin), dan fosfatidilserin (Gusntone 2007).
Reaksi minyak dan air

Reaksi minyak dan alkohol

Pada percoban uji akrolein adalah gliserol didehidratasi oleh KHSO4 anhidrat
membentuk aldeid tak jenuh yang memiliki bau khas yang tidak sedap. Pada tabung
1 berisi 10 tetes olive oil dan KHSO4 kemudian dipanaskan diatas api bunsen yang
bertujuan untuk mempercepat reaksi dan menghasilkan bau. Setelah dilakukan
pemanasan diperoleh bau tidak menyengat yaitu hasilnya positif (+) ini disebabkan
adanya olive oil dan KHSO4 mengalami dehidrasi sehingga membentuk aldehid
akrilat. Olive oil merupakan lemak tak jenuh. Bau menyengat disebabkan oleh adanya
reaksi antara molekul oksigen dengan asam lemak berikatan ganda. Bau menyengat
juga dapat terjadi apabila triasilgliserol yang mengandung asam lemak tak jenuh
terbentuk proses oksidasi. Bila terkena udara asam lemak tak jenuh cenderung
mengalami autooksidasi, autooksidasi dimulai dengan pembentukan radikal-radikal
bebas yag disebabkan oleh faktor-faktor antara lain cahaya, panas, peroksida lemak,
dan logam-logam berat seperti Cu, Fe, Co, dan Mn. Pada tabung 2 berisi 10 tetes
gliserol dan KHSO4 dan dipanaskan bertujuan untuk mempercepat reaksi
terbentuknya bau, pada percobaan ini diperoleh bau yang menyengat yaitu positif (+
+) , bau terbentuk karena gliserol merupakan senyawa dalam bentuk bebas dan
gliserol mempunyai tiga gugus alkohol sangat mudah larut dalam air dan saat
dipanaskan gliserol mengalami dehidrasi membentuk aldehid akrilat dan KHSO 4
sebagai pendehidrasi yang menarik senyawa air pada gliserol, gliserol merupakan
senyawa yang mudah terbentuk akrolein sehingga saat dipanaskan bau yang diperoleh
menyengat karena akrolein mudah diketahui sehingga rekasinya digunakan untuk
mendeteksi keberadaan gliserol pada suatu senyawa. (Lehninger,1982).

Gliserol saat dipanaskan akan terjadi proses hidrolisis yang menghasilkan asam
lemak bebas dari gliserol. Di samping itu, dapat pula terjadi proses oksidasi terhadap
asam lemak tidak jenuh yang hasilnya akan menambah bau dan rasa yang tidak enak.
Oksidasi asam lemak tidak jenuh akan menghasilkan peroksida dan selanjutnya akan
terbentuk aldehida. Inilah yang menyebabkan terjadinya bau dan rasa yang tidak enak
atau tengik. Kelembaban udara, cahaya, suhu tinggi dan adanya bakteri perusak
adalah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ketengikan minyak. Pada tabung 3
berisi asam palmitat dan KHSO4 dan dipanaskan bertujuan untuk mempercepat reaksi
bau namun pada percobaan ini tidak menimbulkan bau karena tidak terjadi
terdehidrasi bahwa asam palmitat merupakan senyawa asam lemak jenuh yang tidak
memiliki gugus gliserol yaitu gula alkohol, tidak berwarna, tidak berbau, berasa
manis, tidak beracun.
Pada uji libermen burchard adalah pengujian kolestrol jika sterol dengan
konfigurasi jenuh direaksikan dengan asam kuat anhidrat akan menghasilkan warna
berkarakteristik. Uji Lieberman Buchard merupakan uji kuantitatif untuk kolesterol.
Perekasi Liebermann Burchard merupakan campuran antara asam setat anhidrat dan
asam sulfat pekat. Pada uji ini digunakan kuning telur dilarutkan dengan kloroform
dan ditambahkan asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat dan terjadi perubahan
warna menjadi kuning pudar. Pada percobaan ini kuning telor berfungsi sebagai
sampel pembanding. Kuning telur dilarutkan dengan klorofom berfungsi sebagai
melarutkan lemak karena sifat dari lipid adalah non polar. Saat melarutkan kuning
telur dengan kloroform menggunakan prinsip like disolve like yaitu pelarut yang
polar akan melarutkan yang polar dan pelarut non polar akan melarutkan yang polar.
Kemudian ditambahkan asam asetat anhidrat yang berfungsi untuk membentuk
turunan asetil dari steroid yang akan membentuk turunan asetil dan saat ditambahkan
asam sulfat pekat membentuk larutan berwarna. Asam sulfat pekat berfungsi untuk
memutuskan ikatan ester pada lemak. Terjadinya perubahan warna dikarenakan
adanya gugus hidroksi dari kolesterol bereaksi dengan pereaksi Lieberman Burchard
dan meningkatkan konjugasi dari ikatan tak jenuh dalam cincin yang berdekatan. Jika
dalam larutan uji terdapat molekul air maka asam asetat anhidrat akan berubah
menjadi asam asetat sebelum reaksi bereaksi dan turunan asetil tidak akan terbentuk.
kloroform merupakan senyawa non polar sehingga tidak mengandung air yang
bersifat polar. Kolestrol terdapat 2 macam yaitu HDL dan LDL apabila pada kolestrol
HDL berfungsi sebagai mengumpulkan kelebihan kolesterol LDL di arteri, dan
kemudian mengembalikannya ke hati untuk didaur ulang atau dihilangkan,
keuntungan dari HDL yaitu menjaga arteri tetap bersih dan saluran pembuluh darah
menjadi lega, sehingga darah mengalir dengan lancar. Kolestrol LDL adalah
kolesterol jahat dapat menyatu dengan lemak dan zat-zat lain yang kemudian
menumpuk di dinding bagian dalam arteri. Karenanya, arteri bisa menjadi tersumbat
dan menyempit, sehingga mengakibatkan aliran darah berkurang. ( wilso,2005).

Pada percobaan ini diperoleh hasil yang negatif karena adanya kolsetrol
apabila terjadi perubahan warna hijau, karena kolestrol telah terhidrasi maka tidak
ada lagi gugus hidroksi yang akan bereaksi dengan pereaksi Lieberman Burchar
sehingga menghasilkan negatif kolestrol.

Reaksi uji kolestrol


VIII. Kesimpulan
Pada percobaan ini dapat di simpulkan :
1. Pada uji kelarutan, lipid hanya larut pada pelarut kloroform, karena kloroform
merupakan pelarut yang bersifat non polar sama seperti sifat lipid yang non
polar.
2. Pada uji akrolein olive oil dan gliserol menghasilkan bau tidak sedap yaitu
bau akrolein, namun pada gliserol bau lebih tajam.
3. Pada uji Lieberman-Burchard yang menunjukkan reaksi positif terhadap
kolesterol pada warna awal kuning dan pada warna akhir berubah menjadi
warna kuning pucat

Daftar Pustaka
Budha,K.1981. Kelapa dan hasil pengolahannya.Fakultas teknologi dan pertanian
Universitas Udayana: Denpasar.
Gunstone F D, Padley FD. 1997. Lipids Technologies and Application. Marcel
Dekker Inc. New York
Hart, Harold. 1987. Kimia Organik edisi keenam. Jakarta : Erlangga.
Ketaren.1986. Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan. Universitas Indonesia
press: Jakarta.
Lehninger, A. L., 1982. Dasar-dasar Biokimia, Jlilid 1, Alih bahasa, Maggi
Thenawijaya, Erlangga, Jakarta.
Poedjiadi, Anna dan Supriyanti, F.M. Titin. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Pramarsh. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Santoso, Anwar. 2008. Rumus Lengkap Kimia SMA. Jakarta : PT. Wahyu Media.
Syamsu, 2007. Kimia Organik. Edisi I. Binarupa Aksara : Jakarta.
Sylvia, A, P. and Wilson, C., 2005, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Edisi 6, Volume 1, 580, EGC, Jakarta.
Tim Dosen Biokimia. 2010. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar : UPT-MKU
Universitas Hasanuddin.
Tim Dosen Biologi. 2010. Biologi Manusia. Makassar : UPT-MKU Universitas
Hasanuddin.
Tim Dosen Kimia. 2010. Kimia Dasar 2. Makassar : UPT-MKU Universitas
Hasanuddin.
Trilaksani, W.2013.Antioksidan Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja, dan peran terhadap
kesehatan. Laporan penelitian. Bogor : IPB.

Anda mungkin juga menyukai