Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

AKTIVITAS ENZIM

DOSEN PENGAMPU : apt. Meta Kartika Untari M.Sc.

Kelompok : 1. M. Erwin Rivandi (23175173A)

2. Riska Cahyani (25195930A)

3. Ananda Rezky Putri (25195931A)

4. Dini Rahmawati (25195932A)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA

2020
I. Tujuan
Mengetahui aktivitas enzim dengan menentukan achromic point dan factor suhu dan
pH yang mempengaruhi aktivitasnya.
1. Penentuan achromic point
Mengetahui aktivitas enzim amilase dalam air ludah/saliva dengan menentukan
achromic pointnya
2. uji pengaruh suhu pada aktivitas enzim
Membuktikan bahwa kecepatan reaksi enzimatik sampai suhu tertentu sebanding
dengan kenaikan suhu
3. uji pengaruh pH pada aktivitas enzim
Membuktikan bahwa keasamaan pH mempengaruhi kecepatan reaksi enzimatik
II. Dasar Teori
Enzim merupakan biokatalisator yang mampu meningkatkan kecepatan reaksi
spesifik tanpa ikut bereaksi dan tidak menghasilkan produk samping, bersifat jauh
lebih efisien dibandingkan katalis lain, disebabkan molekul enzim memiliki
spesifikasi yang tinggi terhadap substratnya. Ukuran molekul enzim jauh lebih
besar dari ukuran substratnya karena enzim terdiri dari ratusan bahkan lebih dari
seribu asam amino. Ikatan enzim dengan substrat biasa terjadi di sekitar active site,
selain itu enzim memiliki sisi regulator yang berfungsi sebagai pengatur untuk
meningkatan ataupun menurunkan aktivitas kerja enzim. Sisi regulator ini akan
mengikat molekul kecil atau substrat secara langsung ataupun tidak langsung yang
berfungsi untuk enzim-substrat yang bersifat sementara dan akan kembali
membentuk enzim bebas dan produk (Lehninger, 1997).

Menurut Palmer (1995), reaksi antara enzim dengan substrat dapat terjadi
menurut dua hipotesis berikut:
a. Hipotesis Lock and Key
Spesifitas enzim termasuk adanya struktur komplementer antara enzim
dengan substrat terjadi apabila substrat mempunyai kesesuaian bentuk ruang
dengan enzim pada struktur sisi aktif enzim.
b. Hipotesis Induce Fit
Substrat tidak mempunyai kesesuaian ruang dengan sisi aktif enzim pada
kompleks enzim-substrat, tetapi dalam proses pengikatan substrat, enzim
mengalami perubahan konformasi sehingga sesuai dengan substrat. Proses ini
disebut proses induksi. Aktivitas enzim dipengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor
tersebut menentukan efektifitas kerja enzim. Apabila faktor tersebut berada pada
kondisi yang optimum, maka kerja enzim juga akan maksimal. Beberapan faktor
yang mempengaruhi kerja enzim, yaitu (Poedjiadi dan Supriyanti, 2006):

1. Konsentrasi enzim
Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim
tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat
tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.
2. Konsentrasi substrat
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi enzim yang tetap,
maka pertambahan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi.
Akan tetapi pada batas konsentrasi tertentu, tidak terjadi kenaikkan kecepatan
reaksi walaupun konsentrasi substrat diperbesar. Keadaan ini telah diterangkan
oleh Michaleis-Menten dengan hipotesis mereka tentang terjadinya kompleks
enzim-substrat.
Kompleks enzim-substrat dapat diperoleh dengan adanya kontak antara enzim
dengan substrat. Kontak ini terjadi pada sisi aktif enzim. Pada konsentrasi
substrat rendah, sisi aktif enzim hanya akan menampung substrat sedikit. Bila
konsentrasi substrat diperbesar, makin banyak substrat yang akan bergabung
dengan enzim pada sisi aktif tersebut. Dengan demikian, konsentrasi kompleks
enzim-substrat makin besar. Hal ini menyebabkan makin besarnya kecepatan
reaksi. Pada suatu batas konsentrasi substrat tertentu, semua sisi aktif enzim
telah dipenuhi dengan substrat atau telah jenuh dengan substrat, dimana dalam
keadaan ini bertambahnya konsentrasi substrat tidak menyebabkan bertambah
besarnya konsentrasi kompleks enzim-substrat, sehingga jumlah hasil
reaksinya pun tidak bertambah besar.
3. pH (keasaman)
Seperti protein pada umumnya, struktur ion enzim tergantung pada pH
lingkungannya. Enzim dapat membentuk ion positif, ion negatif atau
bermuatan ganda (zwitter ion). Dengan demikian perubahan pH lingkungan
akan berpengaruh terhadap efektivitas sisi aktif enzim dalam membentuk
enzim- substrat. pH rendah atau pH tinggi juga dapat menyebabkan terjadinya
proses denaturasi yang mengakibatkan menurunnya aktivitas enzim. Oleh
karena itu enzim memiliki pH optimum yang berbeda-beda.
4. Suhu
Reaksi enzimatik juga dipengaruhi oleh suhu. Suhu optimum merupakan suhu
yang paling tepat bagi suatu reaksi yang menggunakan enzim. Karena enzim
merupakan suhu protein, maka kenaikkan suhu juga dapat menyebabkan proses
denaturasi yang menyebabkan sisi aktif enzim terganggu dan mengurangi
kecepatan reaksi.
5. Waktu kontak
Waktu kontak/reaksi antara enzim dan substrat menentukan efektivitas kerja
enzim. Semakin lama waktu reaksi maka kerja enzim juga akan semakin
optimum (Azis, 2012)
6. Produk akhir
Reaksi enzimatik selalu melibatkan dua hal, yaitu substrat dan produk akhir.
Dalam beberapa hal, produk akhir juga dapat menurunkan produktivitas kerja
enzim (Azis, 2012).

III. Alat dan bahan


A. Alat
 Tabung reaksi dan Rak tabung reaksi
 Gelas ukur, Beaker glass
 Stopwatch
 Penangas air
 Pipet tetes, Pipet volume
 Timbangan analitik
B. Bahan
 Liur, sebagai sumber amylase
 Larutan garam fisiologis NaCl 1 %
 Larutan amylum/pati 0,5 % dalam buffer fosfat (0,1M pH 6,7)
 Larutan amylum/pati 1 %
 Larutan Buffer (penyangga) dengan pH : 1 ;3 ;6,7;9 ;11
 Larutan Iodium (0,1 N dalam larutan KI 3%)
 Larutan HCl 0,05 N
 Penjepit kayu
IV. Metode kerja
1. penentuan achromic point
isolasi enzim

kumurlah 3kali dengan air untuk membersihkan mulut dari kotoran

Kumurlah dengan larutan garam fisiologis NaCl 1% sebentar


untuk merangsang keluarnya saliva (liur)

kunyah kapas sampai saliva cukup banyak, kemudian peras

Diencerkan 1:20 dengan akuadest sbg laritan enzim encer

pindahkan masing-masing 5 ml larutan enzim encer ke dalam 3 buah


tabung reaksi bersih (tabung A,B dan C)

tabung pertama (tabung A) masukan dalam penangas air 37•C. Pada


tabung kedua ( tabung B) dipanaskan sampai mendidih selama 2 menit,
kemudian masukan juga ke dalam penangas air yang sama pada tabung
A. Sedangkan tabung C ditempatkan di rak sebagai suhu kamar

siapkan 3 tabung reaksi yaitu tabung I untuk uji (enzim aktif), tabung II
sebagai kontrol-1 (enzim inaktif) dan tabung III sebagai kontrol-2 (
blanko/ tanpa enzim)

pada tabung I dan II diisi masing-masing:


5 ml larutan pati 0,5%
2 ml 0,1 M buffer fospar pH 6,7
1 ml larutan graam fisiologis Nacl 1%
pada tabung III diisi 5 ml larutan0,5% pati 3ml 0,1 M buffer fosfat
pH 6,7 dan 1 ml larutan garam fisiologis NaCl 1%

ketiga tabung (I,II,III) dimasukan ke dalam penangas air suhu 37•C


dipertahankan tetap selama 5 menit
pada tabung I ditambahkan 1 ml larutan dipertahankan tetap selama 5
menit

tepat setelah 30 detik kemudian pada tabung II Ditambahkan larutan


saliva 1 ml dari tabung B ( enzim yang diinaltifkan)

setiap selang waktu 1 menit diambil 1 tetes dari masing2 tabung I, II, III
dan dicampur dengan 1 tetes larutan iodium dalam test plate porselin

Amati perubahan warna yang terjadi dari campuran bahan yang diuji

2. uji pengaruh suhu pada aktivitas enzim


Masukkan 2 ml larutan buffer (penyangga) pH 6,7 kemudian
tambahkan 5 ml larutan substrat S (amilum 0,5%) dan 1 ml larutan
NaCl fisiologis ke dalam setiap tabung reaksi (ke 10 tabung) baik
tabung B dan Tabung U yang sudah ditempatkan pada masing-masing
suhu di atas. Diamkan selama 5 menit dan dipertahankan pada masing-
masing suhu di atas sebelum cara kerja berikutnya.

Tambahkan 1 ml larutan enzim pada setiap tabung U. Tepat saat


penambahan larutan enzim ini, catatlah waktu pada penunjuk waktu.
Cepat homogenkan. Diamkan pada suhunya selama 6 menit (sesuaikan
dengan waktu achromic pointnya).

Setelah diinkubasi selama 6 menit, segera didinginkan atau dipindahkan


pada suhu ruang dan tambahkan 1 ml HCl 0,05 N serta 1 ml akuades ke
dalam setiap tabung B dan tabung U untuk menghentikan reaksi
enzimatik.

Tambahkan 1 tetes larutan Iodium dan tambahkan 5 ml akuades


(sesuaikan tingkat intensitas warnanya)

Segera baca serapan (A) pada panjang gelombang 680 nm. Hitung
selisih serapan (∆A) antara tabung B (A pada t=0 menit) dengan tabung
U dari tiap suhu. Masukkan data dalam tabel
Buatlah kurva yang menggambarkan hubungan kecepatan reaksi
enzimatik (v = ∆A/ menit) dalam 6 menit dengan variasi suhu

3. uji pengaruh pH pada aktivitas enzim

Disiapkan alat yang akan digunakan

Masukkan kedalam tabung 10 ml larutan buffer pada pH 4, 6, 7, 8. Ke


dalam larutan buffer masing-masing ditambahkan larutan kanji 1 %, 2
ml NaCl 0,1 M, dan 2 ml saliva encer pada tiap tabung

Semua tabung reaksi dimasukkan pada penangas air.

Setelah mencapai chromic point, diambil sebanyak 2 tetes dari larutan


contoh pada masing-masing tabung, kemudian diteteskan pada plat
tetes. Khusus untuk pH 7 dan 8 terlebih dahulu dengan asam asetat.

Khusus untuk pH 7 dan 8 terlebih dahulu dengan asam asetat.

Kemudian pada masing-masing sampel yang diteteskan pada plat tetes


ditambahkan lagi iodine 0,01 M sebanyak 1 tetes. Diamati perubahan
warnanya.

Dilakukan percobaan tersebut pada interval waktu 5, 10, 15, 20, 25, 30,
dan 35 menit.
V. Hasil dan Pembahasan
Enzim adalah molekul protein yang berperan sebagai biokatalisator dan berfungsi
untuk mengkatalis reaksi-reaksi metabolisme yang berlangsung pada mahluk hidup.
Menurut Bahri (2012) beberapa jenis enzim dibutuhkan untuk merombak karbohidrat,
lemak dan protein atau molekul organik lainnya. Karbohidrat mengandung pati yang
akan dipecah oleh enzim amilase. Enzim amilase salah satunya terdapat pada air liur
manusia yang juga merupakan awal proses pencernaan. Kinerja suatu enzim dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti substrat, suhu, pH, kofaktor, dan inhibitor. Pada kondisi
optimumnya laju reaksi akan berlangsung cepat sehingga diperoleh produk yang lebih
banyak. Penelitian enzim dapat dilakukan dengan pengujian aktivitas enzim berdasarkan
waktu dan mengamati pengaruh pH terhadap aktivitas enzim.

1. Penentuan Achromic Point (waktu inkubasi reaksi)


Waktu Reaksi warna dengan
(menit) Iodium
1 Biru biru biru
2 Biru biru biru
3 Biru biru biru
4 Biru kuning biru
Dst

Percobaan pertama yaitu menguji aktivitas enzim amilase air liur yang
dilakukan untuk mengamati dan mengetahui kemampuan minimal enzim amilase
memecah pati persatuan waktu. Cara kerja dari uji tersebut adalah Amilase yang
terkandung dalam air ludah akan menghidrolisa ikatan alfa-1 antar unit D-glukosa.
Pada nilai pH sekitar 6-7 dan dengan adanya ion klorida. Alfa amilase mengkatalisis
hidrolisis pati menghasilkan berbagai dekstrin sebagai produk antaranya. Pati dengan
dekstrin BM tinggi memberikan warna biru-ungu dengan iodine, dekstrin BM rendah
tidak bereaksi dengan Iodin. Karena itu, kerja Alfa-amilase dapat diikuti dengan
mengamati waktu yang diperlukan sampai mencapai keadaan dimana campuran
reaktan tidak membentuk warna lagi dengan Iodin, yang disebut achromic point.

Jadi, Achromic point dari data diatas adalah pada waktu 4 menit. Karena pada
waktu tersebut, campuran bahan tidak lagi membentuk warna biru-ungu dengan
larutan Iodium Bila achromic point tidak tercapai lebih dari 4 menit amilase saliva
tersebut memiliki aktivitas nol. Tetapi bila achromic point tercapai kurang dari 4
menit, larutan saliva perlu diencerkan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Karena Achromic Pointnya tepat pada 4 menit maka aktivitas amilase saliva tidak
sama dengan nol (hasil sudah baik).

2. Pengaruh Suhu pada Aktivitas Enzim

Serapan Serapan v = (Serapan tabung U-Serapan tabung


Suhu tabung B tabung U B)/ waktu inkubasi reaksi
0oC 0,025 0,068 (0,068-0,025)/ 6 menit = 0,043/6 = 0,007
20oC 0,437 0,609 (0,609-0,437)/ 6 menit = 0,172/6 = 0,0286
Suhu ruang 0,045 0,052 (0,052-0,045)/ 6 menit = 0,007/6 = 0,0011
37oC-40oC 0,02 0,023 (0,023-0,02)/ 6 menit = 0,003/6 = 0,0005
75oC-80oC 0,157 0,470 (0,470-0,157)/ 6 menit = 0,313/6 = 0,052
Gambar 1. Tabel Data Pengaruh Suhu pada Aktivitas Enzim

0,07
Suhu V 0,06
o
0C 0,007
o
0,05
20 C 0,0286
Suhu 0,04
0,0011
ruang
0,03
37oC-
0,0005
40oC 0,02
75oC-
0,052
80oC 0,01

0
0 1 2 3 4 5 6

Gambar 2. Kurva Suhu (X) dan kecepatan reaksi enzimatik (Y)

Pada pengujian ini digunakan berbagai suhu pemanasan untuk membuktikan


bahwa kecepatan reaksi enzimatik sampai suhu tertentu sebanding dengan kenaikan
suhu. Berdasarkan hasil pengamatan:
- Pada suhu 0°C, kecepatan kerja enzim hampir terhenti karena suhu tergolong
rendah. Suhu rendah menyebabkan terhentinya kerja enzim secara reversibel karena
dalam keadaan tersebut tidak terjadi benturan antara partikel S dan S. Akibatnya
kompleks E-S yang sangat penting dalam reaksi enzimatik tidak terbentuk sehingga
P juga tidak terbentuk.

- Pada suhu 20°C; Suhu ruang; 37°-40°C, Kenaikan suhu lingkungan sedikit demi
sedikit akan meningkatkan energi kinetik enzim dan meningkatkan frekuensi
benturan antara molekul Enzim dan Substrat dalam membentuk kompleks E-S akan
makin meningkat sehingga produk (P) yang terbentuk akan makin banyak.

- Pada suhu 75°-80°C adalah suhu optimum enzim karena pada saat tercapai suhu
tersebut kecepatan reaksi enzimatik mencapai maksimum (v paling besar = 0,052).
Bila pengujiannya sampai pada suhu yang jauh melampaui suhu optimum maka
akan terjadi denaturasi enzim yang sifatnya irreversibel.
1. Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim

pH lar. Ami Serapan Serapan v = (Serapan tabung U-Serapan tabung B)/


-lum 0,5% tabung B tabung U waktu inkubasi reaksi
pH 1 0,322 0,465 (0,465-0,322)/ 6 menit = 0,143/6 = 0,0238
pH 3 0,677 0,941 (0, 941-0,677)/ 6 menit = 0,264/6 = 0,044
pH 6,7 0,320 0,045 (0,045-0,320)/ 6 menit = -0,275/6 = 0,045
pH 9 0,442 0,474 (0,474-0,442)/ 6 menit = 0,032/6 = 0,0053
pH 11 0,394 0,013 (0,013-0,394)/ 6 menit =-0,381/6 = 0,0635
Gambar 3. Tabel Data Pengaruh pH pada Aktivitas Enzim

0,07
pH V
pH 1 0,0238 0,06
pH 3 0,044
0,05
pH 6,7 0,045
pH 9 0,0053 0,04
pH 11 0,0635
0,03

0,02

0,01

0
0 1 2 3 4 5 6

Gambar 4. Kurva Suhu (X) dan kecepatan reaksi enzimatik (Y)

Percobaan ketiga yaitu untuk mengetahui pengaruh pH terhadap aktivitas enzim.


Setiap enzim memiliki pH optimum yang berbeda. Di luar pH optimum aktivitas
enzim dapat terganggu karena mempengaruhi muatan kompleks enzim substrat (E-S).
pH optimum dari data Enzim diatas adalah pH 11 (v paling besar = 0,0635). Namun
hal ini tidak sesuai dengan teori karena pH 11 terlalu basa, berlaku juga untuk pH 9.
Dimana pH yang terlalu tinggi (basa)/ lebih dari pH optimum, kecepatan reaksi
enzimatiknya berkurang karena karena enzim mengalami denaturasi atau dapat
mengalami perubahan muatan listrik yaitu SH+ akan mengalami ionisasi. Reaksi yang
terjadi: SH+  S +
H+ . Oleh karena hanya SH+ yang dapat bereaksi dengan Enz- ,
maka pada pH ekstrim rendah atau tinggi konsentrasi efektif SH+ dan Enz- akan
berkurang, sehingga kecepatan reaksi enzimatikya juga berkurang.
Pada pH 1; pH 3; pH 6,7 adalah pH rendah (asam)/ kurang dari pH optimum,
kecepatan reaksi enzimatiknya berkurang karena enzim mengalami denaturasi atau
dapat mengalami perubahan muatan listrik yaitu Enz- akan bereaksi dengan H+
menjadi enzim yang tidak bermuatan. Reaksi yang terjadi: Enz- + H+  Enz-H.

Catatan: hasil v sebenarnya yang diperoleh pada suhu pH 6,7 dan pH 11 adalah
minus (data tidak valid). Kemungkinannya dikarenakan kesalahan yang terjadi ketika
pengujian, misalnya kesalahan teknis, faktor human error dan lain-lain.
VI. Kesimpulan
1. Achromic point adalah waktu yang tercatat pada saat campuran bahan tidak lagi
membentuk warna biru-ungu dengan larutan Iodium.
2. Kecepatan reaksi enzimatik sampai suhu tertentu sebanding dengan kenaikan suhu.
3. Di luar pH optimum aktivitas enzim dapat mengalami denaturasi atau dapat
mengalami perubahan muatan listrik
DAFTAR PUSTAKA

Rosyda. 2016. karakterisasi ph, suhu dan konsentrasi substrat pada enzim selulase
kasar yang diproduksi oleh Bacillus circulans. Dalam http://etheses.uin-
malang.ac.id/2864/1/10630059. Diakses pada tanggal 5 oktober 2020 jam
12.00 WITA.

Dyna. 2015. Aktivitas enzim dari larva. Dalam http://ejurnal.umri.ac.id/index.


php/photon/article/download. Diakses pada tanggal 6 oktober 2020 jam 14.00
WITA.

Anda mungkin juga menyukai