Mureksida
Mureksida dapat digunakan untuk titrasi langsung dengan EDTA terhadap kalsium pada pH = 11; perubahan
warna pada titik akhir adalah dari merah menjadi violet biru, tetapi jauh dari ideal. Perubahan warna pada titrasi
langsungdari nikel pada pH 10-11 adalah dari kuning menjadi violet biru.
Larutan indikator ini dapat disiapkan dengan mensuspensikan 0,5 g gram zat warna yang telah dijadikan bubuk
dalam air, dikocok dengan seksama, dan membiarkan bagian – bagian yang tak melarut untuk mengendap
(mengendap turun). Cairan supernatant yang jenuh digunakan untuk titrasi.
Setiap hari cairan supernatant yang lama didekantasi, dan residu diolah dengan air seperti sebelumnya untuk
menghasilkan larutan ndikator yang segar. Pilihan lain, kita dapat membuat suatu campuran dari indicator itu
dengan NaCl murni dalam angka banding 1:500, dan menggunakan 0,2-0,4 gram dalam setiap titrasi. Satu
indikator terlapis, yang terdiri dari 0,2 gram mureksida, 0,5 gram Hijau Naftol B,dan 100 gram NaCl murni yang
digerus bersama untuk membentuk campuran yang berwarna seragam, telah disarankan; kira-kira 0,2 gram
campuran ini adalah sesuai untuk 1 cm3. Perubahan warna untuk kalsium adalah dari hijau zaitun melalui abu-
abu, menjadi biru mendadak.
Hitam Solokrom (Hitam Eriokrom T) (Gambar II). Zat ini adalah natrium 1-(1-hodroksi-2-naftilazo)-6-nitro-
2-naftol-4-sulfonat(II); dan mempunyai acuan Indeks Warna C.I.14645. Dalam larutan yang sangat asam, zat
warna itu cenderung untuk berpolimerisasi menjadi produk yang coklat-merah, dan akibatnya indikator itu jarang
digunakan dalam titrasi EDTA dari larutan-larutan yang lebih asam daripada pH = 6,5.
Hitam Solokrom (Hitam Eriokrom T)
Gugus asam sulfonat itu menyerahkan protonnya lama sebelum jangkau pH 7-12, yang merupakan perhatian
paling utama bagi penggunaan indikator ion logam. Kedua nilai pK untuk atom-atom hidrogen ini masing-
masing adalah 6,3 dan 11,5. Di bawah pH = 5,5, larutan Hitam Solokrom (Hitam Eriokrom T) adalah merah
(disebabkan oleh H2D-), anatara pH 7 dan 11 warnanya biru (disebabkan oleh HD2-), dan di atas pH = 11,5 ia
berwaarna jingga-kekuningan (disebabkan oleh D3-). Dalam jangkau pH 7-11, penambahan garam logam
mengjhasilkan perubahan warna yang cemerlang dari biru menjadi merah.
Larutan indicator ini disiapkan dengan melarutkan 0,2 gram zat warna dalam 15 cm3 trietanolamina dengan
penambahan 5 cm3 etanol absolute untuk mengurangi viskositas; reagensia ini stabil untuk beberapa bulan. Suatu
larutan 0,4 percent dari zat warna ini yang murni dalm methanol akan tetap baik untuk digunakan selama paling
sedikt satu bulan.
Indikator Patton dan Reeder (Gambar III) adalah asam 2-hidroksil-1-(2-hidroksi-4-sulfat-1-naftilazo)-3-
naftoat(III); nama ini boleh disingkat menjadi HHSNNA. Penggunaannya yang utama adalah dalam titrasi
langsung dari kalsium; terutama dengan adanya magnesium. Perubahan warna yang tajam dari merah angur
menjadi biru murni diperoleh bila ion-ion kalsium dititrasi dengan EDTA pada nilai pH antara 12 dan 14.
Kalmagit
Kalmagit berfungsi sebagai suatu indicator asam basa :
Warna biru dari Kalmagit pada pH = 10 berubah menjadi merah dengan penambahan ion magnesium, dan
perubahan ini adalah reversible :
Ini merupakan dasara dari aksi indicator itu dal;am titrasi EDTA. pH = 10 dicapai dengan menggunakan
campuran buffer larutan amonia-amonium khlorida dal;am air.
Larutan indicator ini disiapkan dengan melarutkan 0,05 g Kalmagit dalam 100 cm3 air. Ia stabil selama paling
sedikit 12 bulan bila di simpan dalam botol dari politena tanpa terkena cahaya matahari.
Kalsikrom (calcichcrome) (Gambar VI). Indikator ini, asam siklotris-7-(-1-1azo-8-hidroksinaftalena-3,6-
disulfat) (VI), adalah ;uar biasa, karena mempunya stuktur lingkara, dan sangat selektif untuk kalsium. Zat ini
sebenarnya tidak begitu sesuai sebagai indikator untuk titrasi EDTA, karena perubahan warnanya tidak begitu
tajam, tetapi jika EDTA diganti dengan CDTA, maka indikator ini memberi hasil yang baik untuk kalsium
dengan adanya banyak barium dan sedikit strontium.
Kalsikrom (calcichcrome)
Hitam Sulfon F Permanen (Gambar VII). Zat warna ini adalah garam natrium dari asam 1-hidroksi-8-(2-
hidroksinaftilazo)-2-(sulfonaftilazo)-3,6-disulfat (VII). Reaksi warnanya boleh dikatakan spesifik untuk ion
tembaga. Dalam larutan amoniakal, zat ini membentuk kompleks hanya dengan tembaga dan nikel; adanya
amonia atau piridina diperlukan untuk pembentukan warna. Pada titrasi langsung tembaga dalam larutan
amoniakal, perubahan warna pada titik akhir adalah dari magenta (ungu kemerahan) atau (bergantung pada
konsentrasi ion-ion tembaga (II) biru pucat, menjadi hijau terang.
Hitam Sulfon F Permanen
Larutan indikator ini terdiri dari larutan air 0,5 persen.
Violet Katekol (Catechol Violet) (Gambar VIII). Indikator ini juga dinamakan Violet
Pirokatekol (Pyrocatechol Violet), adalah sulfonftalein (VIII). Ia juga memiliki sifat indikator asam basa.(H4D).
Larutan air (dari) Violet Katekol berwarna kuning; pada pH di bawah 1,5 warnanya merah; ia berwarna kuning
antara pH = 2 dan 6 (anion H3D-), pada pH = 7 berwarna violet (anion H2D2-), dan diatas pH = 10, warnanya biru
( anion D4-). Perubahan warna ini disebabkan oleh ionisasi berangsur-angdur dari gugus-gugus hidroksil. Larutan
biru yang sangat basa tidak stabil, dan warnanya cukup cepat hilang, mungkin disebabkan oleh oksidasi oleh
atmosfer.
Zinkon
Biru Variamina (C.I. 37255) (Gambar XIV). Titik nakhir pada suatu EDTA, kadang-kadang dapat dideteksi
dari perubahan-perubahan dalam potensial redoks, jadi dengan penggunaan indikator redoks yang tepat. Satu
contoh yang sangat baik sekali adalah Biru Variamina (4-metoksi-4-amino-difenilamina), yang dapat digunakan
pada titrasi kompleksometri dari besi(III). Bila suatu campuran dari besi(II) dan (III) telah ditambahkan pFe(III)
naik mendadak, sehingga terjadi penurunan yang tiba-tiba dalam potensial redoks; maka titikn akhir dapat
dideteksi, baik secara potensiometri, ataupun dengan indikator redoks.
Larutan indikator ini adalah larutan 1 persen basa dalam air.