Anda di halaman 1dari 48

Kimia Analisis II

Program Studi Farmasi

TITRASI REDOKS

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Cenderawasih
2016 1
PENDAHULUAN

• Titrasi Redoks adalah titrasi yang


didasarkan pada perpindahan elektron
antara titran dengan analit.
• Melibatkan zat pengoksidasi (oksidator)
dan zat yang tereduksi ( reduktor)
• Proses reduksi – oksidasi terjadi secara
bersama- sama pada pelaksanaan TITRASI.
REAKSI REDOKS
 Reaksi yang melibatkan transfer/perpindahan elektron
dari suatu donor ke akseptor.
 Perpindahan elektron ≈ perubahan biloks (muatan)

2 Fe2O3 + 3 C 4.Fe + 3 CO2

+3 0 0 +4

Reduksi Oksidasi
Biloks turun Biloks naik
REAKSI REDOKS

Tunjukkan zat yang mengalami reduksi dan yang teroksidasi !


FeCl3 + SnCl2 FeCl2 + SnCl4
REAKSI REDOKS
Secara umum reaksi redoks digambarkan
sebagai berikut :
• Ma+ + ne-  M(a-n)+ E o = volt Reduksi di katoda

• Ma+  M(a-n)+ + ne- E 0 = volt Oksidasi di anoda

POTENSIAL STANDAR
Contoh:
Perhatikan reaksi redoks berikut :
Fe2+ + Ce4+  Fe3+ + Ce3+

Fe3+ + e-  Fe2+ Eo = 0,771 Volt

Ce4+ + e-  Ce3+ Eo = 1,61 Volt


POTENSIAL STANDAR
SETENGAH REAKSI Sistem Redoks Eo Volt
H2O2 + 2H+ + 2e-  2 H2O 1,77
MnO4- + 4H+ + 3e-  MnO2 + 2H2O 1,695
Ce4+ + e-  Ce3+ 1,6 1

MnO4- + 8H+ + 5e-  Mn2+ + 4 H2O 1,51


Cr2O72- + 14 H+ + 6e-  2Cr3+ + 7H2O 1,3 3
MnO2 + 4H+ 2e-  Mn2+ + 2H2O 1,23
2IO3- + 12H+ + 10e-  I2 + 6H2O 1,20

H2O2 + 2e-  2OH- 0,88


Cu2+ + I- + e-  CuI 0,86
Fe3+ + e-  Fe2+ 0,771
O2 + 2H+ + 2e-  H2O2 0,682
I2(aq) + e-  2I- 0,6197
H3AsO4 + 2H+ + 2e-  HAsO2 + 2H2O 0,559
SETENGAH REAKSI Sistem Redoks Eo Volt
I3- + 2e-  3I- 0,5355

Sn4+ + 2e-  Sn2+ 0.154


S4O62- + 2e-  S2O3 2- 0,08
2H+ + 2e-  H2 0,0000 **
Zn2+ + 2e-  Zn -0,763
2H2O + 2e-  H2 + 2OH- -0,828

** Normal Hidrogen Elektrode (NHE) atau Standard Hydrogen Elektrode (SHE)


PENENTUAN TITIK AKHIR TITRASI (TAT) dan
TITIK EKIVALEN (TE)

• TAT dan TE dapat


ditentukan melalui kurva
titrasi redoks.
• Pada titrasi redoks,
konsentrasi zat yang
terlibat dalam reaksi
akan berubah secara
kontinu sehingga akan
mempengaruhi perubahan
potensial larutan.
PENGARUH KONSENTRASI DAN REAKSI DARI
MEDIUM
Hubungan antara beda potensial (E) sistim redoks
dan konsentrasi bentuk teroksidasi dan tereduksi
ditunjukkan oleh pers NERNST sbg turunan dari
HK.Termodinamika.

RT [spesi teroksidasi]
E = Eo - ------- ln -------------------------------- (1)
nF [spesi tereduksi]
Eo = potensial standard
R = tetapan gas (8,313 joule)
T = temperatur absolut
F = tetapan Faraday (96500 coulomb)
n = banyaknya elektron yang ditransfer dlm reaksi
ln = 2, 303 log
PENENTUAN TITIK AKHIR TITRASI (TAT) dan
TITIK EKIVALEN (TE)
Contoh : titrasi garam Fe2+ dengan KMnO4 dalam larutan
asam
teroksidasi

MnO4- + 5Fe2+ + 8H+ Mn2+ + Fe3+ + 4H2O

tereduksi
Reaksi yang terjadi adalah reaksi reversibel, larutan selalu
mengandung kedua ion awal dan ion yang terbentuk selama reaksi,
yaitu mengandung Fe2+/ Fe3+ dan MnO4- / Mn2+

Oksidasi : Fe2+/ Fe3+


Reduksi : MnO4- / Mn2+
PENENTUAN TITIK AKHIR TITRASI (TAT) dan
TITIK EKIVALEN (TE)
Potensial (E) larutan dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :

EOks akan lebih mudah untuk


menghitung potensial Fe(III)
ketika penambahan volume titran
mendekati TE.

Sedang ERed dipakai untuk


menghitung potensial MnO4-
ketika terjadi kelebihan volume
titran.
PENENTUAN TITIK AKHIR TITRASI (TAT) dan
TITIK EKIVALEN (TE)
Contoh : Titrasi FeSO4 dengan KMnO4

TE dicapai ketika 50% Fe2+  Fe3+


bereaksi dengan MnO4-

Maka potensial dapat ditentukan sebagai berikut :


Keadaan sebelum TE.

Potensial pada penambahan 0,1 sebelum TE  pada pe (+) 99,9 mL larutan KMnO4 :

[Fe3+ ] = 99,9 dan [Fe2+ ] = 0,1

Keadaan sesudah TE

[Mn2+ ] = 100 dan [MnO4-] = 0,1


Pada TE :
 ekivalen titran = ekivalen tirat
 banyaknya ion MnO4- yang ditambahkan sesuai
dengan persamaan :

pada setiap 1 mol MnO4- harus ada 5 mol Fe2+


sehingga =0

maka :

• Kurva titrasi dibuat dengan memperhatikan


keadaan sebelum TE, pada saat TE dan
sesudah TE.
• Secara umum jika E0 zat pengoksidasi dan
pereduksi dinyatakan sebagai Eo1 dan Eo2 dan
koefisien stokhiometri sebagai a dan b,  E
larutan saat TE adalah:
• Kurva titrasi redoks secara umum sama dengan kurva Titrasi
netralisasi (asam-basa). E berubah tiba-tiba saat TE, dan
berikutnya kurva tetap mendatar  ini menunjukkan
perubahan E sangat lambat selama titrasi. Belokan pada kurva
dapat digunakan untuk penentu TE dengan bantuan indikator.

• Besarnya perubahan E larutan tergantung pada perbedaan Eo


dari kedua sistim redoks.

• Kurva oksidimetri biasanya tidak tergantung pengenceran,


karena persamaan NERNST merupakan perbandingan
[teroksidasi] dan [tereduksi], sehingga tidak berubah dengan
pengenceran.

“Keadaan ini benar jika koefisien bentuk redoks kedua sistem sama”
• Titik belok kurva titrasi redoks dapat diperlebar
jika salah satu ion yang terbentuk membentuk
kompleks.
Contoh : pada titrasi redoks penambahan PO43- ,
F-
bergabung dg Fe3+  kompleks stabil

[Fe(PO4)2]2- , [FeF6]2-
INDIKATOR TITRASI REDOKS
• TE titrasi redoks dapat dilakukan dengan / tanpa Indikator.
• Tanpa indikator bisa dilakukan jika semua zat pereduksi
teroksidasi oleh oksidator dan memberikan perubahan fisik
(warna/tidak berwarna ) yang bisa teramati dengan jelas.
Contoh :
- MnO4- dlm suasana H+, warna ungu lembayung ion MnO4-
hilang karena tereduksi  Mn2+ ketika semua zat pereduksi
telah dititrasi, kelebihan 0,1 mL permanganat  larutan
menjadi merah muda.
- Titrasi zat pereduksi dengan larutan Iod, perubahan warna
coklat gelap  tak berwarna dari Iod I2  I- , karena warna
Iod kurang tajam maka untuk mempertajam digunakan
indikator amilum  biru kuat (I 2 <<)
• Indikator  berubah warna ketika E larutan yang dititrasi
mencapai harga tertentu.

Ind oks + ne Ind red

Dengan menerapkan persamaan Nernst  dapat dituliskan

0,0591 [Ind red]


E = Eoind - ---------- log ----------------
n [Ind oks]

• Untuk kepentingan praktek rentang jangkauan indikator


Redoks dinyatakan dengan :

0,0591
E = Eoind - --------------
n
E.Ind Redoks dg perub warna / kondisi larutan

Indikator Warna teroks Warna teredk Eo.volt Kondisi lrtn

Kompl,Fe(II) 5-nitro-1,10 - Biru pucat Merah ungu +1,25 1M H2SO4


fenantrolin
Asam 2,3-difenilamin dikarbosilat Biru-violet Tak berwarna +1,12 7-10 M
H2SO4
Kompl,Fe(II) 1,10-fenantrolin Biru pucat merah +1,11 1M H2SO4
Erioglaucin A Biru-merah Kuning-hijau +0,98 0,5M H2SO4
As difenilamin sulfonat Merah-ungu Tak berwarna +0,85 Asam encer
difenilamin ungu Tak berwarna +0,76 Asam encer
P-ethoksikrisoidin kuning merah 0,76 1M asam
Biru metilen biru Tak berwarna +0,53 1M asam
Indigo terasulfonat Biru Tak berwarna +0,36 1M asam

fenasafranin biru Tak berwarna +0,28 1M asam


REAKSI SAMPING DALAM TITRASI REDOKS
• Salah satu kelemahan dalam titrasi Redoks
adalah terjadinya reaksi samping, sehingga akan
mempengaruhi penggunaan titran akibatnya
analisa menjadi tidak akurat .
Contoh : pada penetapan Ferro dg permanganat.

5Fe2+ + MnO4- + 8H+ 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O

• Dari persamaan reaksi ion H+ dibutuhkan


sehingga harus dilakukan dalam suasana asam.
Namun sifat dari asam yang menghasilkan H+
sangat berarti. Dalam praktek asam yang tepat
dan benar digunakan adalah asam sulfat.
Bagaimana jika digunakan HCl?
Dengan HCl akan terjadi reaksi:

10Cl- + 2 MnO4- + 16H+ 2Mn2+ + 8H2O + 5Cl2

-Klor yang terbentuk dalam reaksi harus mengoksidasi Fe2+


mengikuti reaksi :

2Fe2+ + Cl2 2 Fe3+ + 2 Cl-

Jika semua klor ada di larutan, banyaknya besi yang teroksidasi


ekivalen dengan banyaknya permanganat yang diperlukan dalam
pembentukan reaksi samping Cl2.

Namun dalam praktek beberapa klor menguap dan ini


mengakibatkan penggunaan permanganat menjadi lebih banyak.
CARA-CARA TITRASI REDOKS
Titrasi Iodimetri
 Titrasi yang melibatkan Iodium
Titrasi Iodometri
 Titrasi yang meilibatkan Permanganat
(Permanganometri)
 Titrasi yang melibatkan Cerium (Cerimetri)
 Titrasi yang melibatkan Brom (Br2)
 Titrasi yang melibatkan Kalium Iodat
 Titrasi yang melibatkan Kalium Bromat
TITRASI YANG MELIBATKAN IODIUM
1. Iodimetri (titrasi langsung)
- Iodium merupakan oksidator kuat, iodium akan
direduksi menjadi iodida sesuai dengan reaksi :
I2 + 2e 2I-
- Iodium akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang
mempunyai potensial reduksi lebih kecil dibanding
iodium.
- Senyawa-senyawa tersebut dapat langsung dititrasi
dengan I2.
- Iodimetri adalah titrasi yang melibatkan Iodium.
- Deteksi titik akhir pada Iodimetri dilakukan dengan
menggunakan indikator amilum yang memberikan
warna biru pada saat tercapainya titik akhir.
- Contoh : analisis vitamin C.
Ered Vit C < Ered I2 (Iodium) sehingga vitamin
C dapat langsung dititrasi dengan I2.
Oksidasi Vitamin C dengan Iodium akan
menghasilkan asam dehidro askorbat.

- Dalam farmakope, titrasi Iodimetri


digunakan untuk penetapan kadar : asam
askorbat, natrium askorbat, metampiron
(antalgin), serta natrium tiosulfat dan
sediaan injeksinya.
2. Iodometri (titrasi tidak langsung)
- Iodometri : titrasi tidak langsung
- Digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang
mempunyai potensial reduksi lebih besar dibanding
sistem Iodium- Iodida atau senyawa-senyawa yang
bersifat oksidator seperti CuSO4. 5H2O.
- Sampel direduksi dengan KI berlebihan dan
menghasilkan I2 yang selanjutnya dititrasi dengan
larutan baku natrium tiosulfat.
- Iodometri adalah titrasi yang melibatkan Iodida (I- ).
- Banyaknya volume natrium tiosulfat yang digunakan
sebagai titran ≈ I2 yang dihasilkan dan ≈ banyaknya
sampel.
- Deteksi titik akhir pada Iodometri dilakukan dengan
menggunakan indikator amilum yang memberikan
warna biru pada saat tercapainya titik akhir.
- Contoh : penentuan kandungan klorin (Cl2)
dalam agen pemutih.
Klorin akan mengoksidasi iodida untuk
menghasilkan iodium, menurut reaksi :
Cl2 + 2I- 2Cl- + I2
selanjutnya I2 yang dibebaskan dititrasi
dengan larutan baku natrium tiosulfat
menurut reaksi :
2S2O32- + I2 2S2O32- + 2I-

-
TITRASI YANG MELIBATKAN PERMANGANAT
(PERMANGANOMETRI)
• Permanganometri adalah metoda titrimetri
menggunakan larutan standar kalium
permanganat (KMnO4 )
• KMnO4 : oksidator kuat
• Kelebihan :
- Sebagai self indikator
TE ditunjukkan oleh perubahan warnanya
sendiri
ungu  jambon  tidak berwarna.
TITRASI YANG MELIBATKAN PERMANGANAT
(PERMANGANOMETRI)
• Kelemahan :
- Kekuatan oksidasi tergantung medium larutan, asam, netral,
basa kuat. & reaksi yg terjadi.
- Dalam medium HCl, KMnO4 teroksidasi oleh Cl- (Medium
asam yang paling sesuai : H2SO4 ).
- Larutan KMnO tidak stabil dalam air, air akan teroksidasi.
4
4MnO4- + 2H2O 4MnO2 + 3O2 + 4OH-
-Larutan KMnO4 merupakan larutan standar sekunder
• Dalam larutan asam, MnO4- akan tereduksi menjadi Mn2+
menurut reasksi : MnO4- + 8H+ + 5 e- Mn2+ + 4 H2O
BE = 1/5 BM
APLIKASI TITRASI PERMANGANOMETRI
Dalam Farmakope Edisi IV : digunakan untuk
menetapkan kadar hidrogen peroksida.
Dipipet seksama 1 mL H2O2 dalam labu ukur
yang telah ditara dan diencerkan dengan air
hingga 100 mL. Pada 20 mL larutan ini,
ditambahkan 20 mL H2SO4 2 N, titrasi dengan
KMnO4 0,1 N sampai terbentuk warna pink
permanen pertama kali. Tiap mL larutan
KMnO4 0,1 N setara dengan 1,701 mg H2O2.
TITRASI YANG MELIBATKAN CERIUM
(CERIMETRI)
• Larutan Ce (IV) sulfat dalam asam sulfat encer
: oksidator kuat (lebih stabil dari KMnO4.
• Ce (IV) sulfat tereduksi menjadi Ce (III)
menurut reaksi :
Ce4+ (kuning) + e Ce3+ (tidak berwarna),
perlu indikator. (α Penantroline, Feroin ).
• Rentang Eind 1,0  1,2 volt /SHE
TITRASI YANG MELIBATKAN CERIUM
(CERIMETRI)
• Keuntungan penggunaan Ce(IV) :
- Sangat stabil dalam penyimpanan yang lama.
- Digunakan untuk menetapkan kadar larutan yang
mengandung klorida yang konsentrasinya tinggi.
- Reaksi Ce (IV) dengan reduktor dalam larutan asam
memberikan prubahan valensi sederhana (1)
sehingga berat molekulnya sama dengan berat
ekivalennya.
- Oksidator yang baik sehingga semua senyawa
yang dapat ditetapkan dengan KMnO4, dapat
ditetapkan dengan Ce (IV).
-Larutan Ce (IV) kurang berwarna sehingga tidak
mengkaburkan pengamatan TAT dengan indikator.
TITRASI YANG MELIBATKAN CERIUM
(CERIMETRI)

• Kelemahan :
- Larutan Ce (IV) dalam HCl pada suhu tinggi tidak
stabil. Stabil pada suhu tinggi dengan H2SO4.
- Tidak dapat menggunakan HF karena akan
membentuk kompleks dengan Ce(IV).

• Aplikasi di bidang farmasi : digunakan untuk


menetapkan kadar Fe (II) fumarat, Fe (II) glukonat,
Hidrokuinon, Vitamin K (Menadion), Vitamin E
(Tokoferol) bebas. (Farmakope Edisi Ke-4 )
TITRASI YANG MELIBATKAN BROM (Br2)

• Brom dapat berperan sebagai oksidator,


diamana brom akan direduksi oleh zat- zat
organik dengan terbentuknya senyawa hasil
substitusi yang tidak larut dalam air (misalnya
tribromofenol, tribromoanilin).
• Brom juga dapat digunakan untuk
menetapkan kadar senyawa-senyawa organik
yang mampu bereaksi secara adisi atau
substitusi dengan Br2.
TITRASI YANG MELIBATKAN BROM (Br2)

• Selain bromnya sendiri, brom dapat diperoleh dari hasil


pencampuran kalium bromat dan kalium bromida dalam
lingkungan asam menurut reaksi berikut :
KBrO3 + 5KBr + HCl 3Br2 + 6 KCl + 3 H2O
Br2 yang dihasilkan akan mengoksidasi Iodida yang setara
dengan jumlah Iodium yang dihasilkan menurut reaksi :
3Br2 + 2KI I2 + 2KBr
I2 yang dihasilkan selanjutkan akan dititrasi dengan
larutan baku natrium tiosulfat menurut reaksi :
I2 + 2Na2 S2O3 2 NaI + Na2 S4O6
TITRASI YANG MELIBATKAN BROM (Br2)

• Brom tidak langsung dititrasi dengan natrium


tiosulfat karena perbedaan potensial yang sangat
besar. Jika brom langsung dititrasi maka yang
dihasilkan adalah natrium tetrationat dan
natrium sulfat bahkan mungkin akan terbentuk
natrium sulfida yang berupa endapan berwarna
kuning.
• Aplikasi : Untuk penentuan kadar klorokresol,
fenol, fenol cair, fenileprin HCl, resorsinol dan
timol (Farmakope edisi ke-4).
TITRASI YANG MELIBATKAN BROM (Br2)

• Contoh : penentuan kadar fenol


Timbang seksama ± 2 gram zat, masukkan ke dalam labu
takar 1000 mL, encerkan dengan air sampai tanda batas.
Pipet 20 mL larutan ini dan masukkan dalam labu iodin.
Tambahkan 30 mL lar. Br2 0,1 N dan 5 mL HCl pekat,
dengan segera tutup labu (untuk menghindari penguapan
brom). Goyangkan selama 30 menit dan diamkan selama
15 menit. Tambahkan 5 mL la. KI 20 %. Tambahkan 5 mL
kloroform. Iodium yang terbentuk dititrasi dengan larutan
baku natrium tiosulfat 0,1 N dengan menggunakan 3 mL
larutan kanji 0,5 % (amilun) sebagai indikator. Lakukan
titrasi blanko. Tiap mL brom 0,1 N setara dengan 1,569 mg
fenol.
TITRASI YANG MELIBATKAN BROM (Br2)

• Fungsi penambahan zat :


- Penambahan HCl : membebaskan Br2
sehingga Br2 dapat bereaksi dengan fenol
membentuk endapan putih tribromofenol
dan asam bromida menurut reaksi :
KBrO4 + 5KBr + 6 HCl 3 Br2 + 6 KCl + 3
H2O
TITRASI YANG MELIBATKAN BROM (Br2)

- Penambahan KI : menghasilkan Iodium


menurut reaksi :
Br2 + 2KI I2 + 2 KBr
- Penambahan kloroform : melarutkan
endapan tribromofenol
TITRASI YANG MELIBATKAN KALIUM IODAT

- Larutan kalium iodat (KIO3) dapat diperoleh


dalam keadaan murni dan bersifat stabil
sehingga tidak perlu dibakukan kembali.
- Konsentrasi larutan baku KIO3 yang digunakan
adalah Molaritas karena Normalitasnya
bermacam-macam, tergantung pada reaksinya :
KIO3 + 6H+ + 6e KI + 3 H2O (I)
1 mol KIO3 ≈ 6 elektron valensinya = 6,
Sehingga 0,05 M ≈ 0,3 N
TITRASI YANG MELIBATKAN KALIUM IODAT

- jika KIO3 yang digunakan berlebih maka Iodat


akan tereduksi menjadi Iodium menurut reaksi :
2KIO3 + 12 H+ + 10 e I2 + 6 H2O (II)
kelebihan Iodat dapat ditentukan secara
iodometri.
2 mol KIO3 ≈ 10 elektron sehingga valensinya 5,
maka : 0,05 N ≈ 0,25 N (reaksi ini tidak dipakai
untuk penetapan yang resmi).
IonMELIBATKAN
TITRASI YANG kompleksKALIUM IODAT

- Iodium akan mengalami solvasi dalam pelarut


polar menurut reaksi:
I2 I+ + I-
- HCl akan membantu membentuk
iodomonoklorida yang stabil dengan membentuk
ion kompleks menurut reaksi :
I+ + HCl ICl- + H+
ICl- + HCl ICl2- + H+ +
I+ + 2 HCl ICl2- + 2H+ Untuk penetapan
kadar zat reduktor
TITRASI YANG MELIBATKAN KALIUM IODAT

- Reaksi yang terjadi :


IO3- + 6 H+ + 4 e I+ + 3 H2O (II)
1 mol IO3- ≈ 4 elektron sehingga valensinya 4,
maka : 0,05 N ≈ 0,2 N.
- Penetapan titik akhir menggunakan CHCl3 atau CCl4,
dan zat warna tertentu seperti : amaranth, brillianth
ponceau, dsb.
- Pembentukan Iodium diketahui ketika permukaan
kloroform berwarna, setelah semua zat pereduksi
sudah dioksidasi maka iodat dan iodida bereaksi
dengan I+ sehingga warna lapisan kloroform hilang.
TITRASI YANG MELIBATKAN
KALIUM BROMAT

- KBrO3 : oksidator kuat dalam lingkungan asam.


- Reaksi yang terjadi :
BrO3- + 6 H+ + 6 e Br- + 3 H2O
- Pada titik akhir titrasi terbentuk brom, menurut reaksi
:
KBrO3 + 5 KBr + 6 HCl 3 Br2 + 6 KCl + 3 H2O
I mol KBrO3 ≈ 6 mol e maka 1 gr ekivalen KBrO3 ≈ 1/6 gr mol.
- Titik akhir titrasi ditandai dengan larutan berwarna kuning dari brom.
- Indikator : jingga metil, merah fuchsin, dll
Contoh Soal
Sebanyak 25 ml minuman yang mengandung
vitamin C ( 176, 12) dilarutkan dalam campuran
100 ml air bebas karbon dan 25 ml asam sulfat
encer. Kemudian dititrasi dengan larutan Iodium 0,1
N menggunakan indikator amilum sampai terbentuk
warna biru. Jika volume larutan iodium yang
diperlukan untuk mencapai titik ekivalen adalah
5,25 ml,
a. Tuliskan reaksi yang terjadi
b. Hitung kadar vitamin C dalam sampel tersebut.
Jawaban
a. Reaksi yang terjadi

b. 1 mol vit. C ≈ 1 mol I2 ≈ 2 e- , n =2


BE = BM/2 = 176,12/2 = 88,06
Cara I :
Cara II :
Mis : 1 = sampel (vit C) dan 2 = titran ( lar
iodium)
LATIHAN SOAL
Sebanyak 200 mg sampel yang mengandung asam salisilat dimasukkan
ke dalam labu iodium, lalu ditambah 30 mL larutan baku kalium
bromat-kalium bromida 0,1 N secara tepat, 5 mL asam klorida pekat
dan dengan segera labu iodium ditutup untuk menghindari penguapan
brom. Larutan digoyang-goyangkan selama 30 menit dan didiamkan
selama 15 menit. Lalu selanjutnya ditambah 5 mL larutan KI 30 % dan
digojog baik-baik supaya kelebihan brom bereaksi dengan KI
mengahsilkan I2 yang setara dengan jumlah brom sisa.larutan
selanjutkan ditambah 5 mL kloroform. Iodium yang terbentuk dititrasi
dengan dengan larutan baku natrium tiosianat 0,1 N menggunakan
indikator 3 mL larutan kanji 5 %. Untuk mencapai TAT dibutuhkan 21
mL larutan baku tiosianat 0,1 N.
a. Tuliskan reaksi yang terjadi
b. Hitung kadar asam salisilat dalam sampel tersebut.

Anda mungkin juga menyukai