Anda di halaman 1dari 12

PEMBAHASAN

Mikroba adalah organisme berukuran sangat kecil sehingga diperlukan


bantuan mikroskop untuk mengamatinya. Mikroba dapat tumbuh dan berkembang
dalam keadaan tertentu yang mendukung pertumbuhan mikroba. Berdasarkan pada
struktur internal sel, organisme dibagi menjadi dua jenis yaitu prokariotik dan
eukariotik. Organisme prokariotik adalah organisme yang tidak memiliki organel
sel inti sejati dan membran terikat. Sedangkan organisme eukariotik adalah
organisme yang memiliki inti sel sejati dengan nukelus dan juga memiliki semua
membran terikat organel sel. Prokariotik terbagi menjadi dua domain yaitu bakteri
dan archaea.

Bakteri dapat ditumbuhi dan dibiakkan sehingga membentuk koloni bakteri.


Koloni bakteri adalah sekumpulan dari bakteri-bakteri yang sejenis yang
mengelompok menjadi satu dan membentuk suatu kumpulan. Koloni bakteri dapat
dihitung dengan perhitungan langsung maupun tidak langsung. Perhitungan secara
langsung dapat mengetahui beberapa jumlah mikroorganisme pada suatu bahan,
pada suatu saat tertentu tanpa memberikan perlakuan terlebih dahulu. Perhitungan
secara langsung dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain adalah dengan
menggunakan counting chumber, menggunakan cara pengecatan dan pengamatan
mikroskopis dan menggunakan filter membran. Perhitungan secara tidak langsung
dapat dilakukan untuk menentukan jumlah mikroba keseluruhan baik hidup
maupun mati atau hanya untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup saja. Bahan
atau biakan mikrobia diencerkan beberapa kali dan ditumbuhkan dalam medium
baik dengan metode tuang maupun metode sebar sebelum dilakukan perhitungan.

Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode cawan petri yang
dibedakan menjadi dua metode yaitu metode sebar dan tuang. Metode cawan petri
merupakan metode yang penaksiran jumlah kepadatan bakteri secara tidak langsung
dan hanya menghitung jumlah bakteri hidup saja. Metode hitungan cawan
menggunakan anggapan bahwa setiap sel akan hidup berkembang menjadi satu
koloni. Jumlah koloni yang muncul menjadi indeks bagi jumlah organisme yang
terkandung di dalam sampel. Teknik perhitungan ini membutuhkan kemampuan
melakukan pengenceran dan mencawankan hasil pengenceran. Pengenceran adalah
suatu cara untuk menurunkan konsentrasi larutan dengan menambahkan pelarut.
Pengenceran yang diterapkan dalam praktikum ini adalah pengenceran bertingkat,
dimana sebanyak 1 mL dari pengenceran pertama dimasukkab ke dalam tabung
reaksi yang berisi pelarut, pengenceran 10-2. Kemudian 1 mL larutan pada
pengenceran kedua dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi pelarut,
pengenceran 10-3, dan seterusnya. Metode pengenceran bertingkat bertujuan untuk
membentuk konsentrasi dari suatu suspensi bakteri. Persyaratan cawan yang dipilih
untuk dihitung koloninya adalah cawan yang memiliki 25-250 koloni.

Mikroba yang digunakan pada praktikum ini adalah Bacillus cereus,


Escherichia coli, dan jamur roti, Rhizopus stolonifer. Bacillus cereus merupakan
golongan bakteri gram positif (bakteri yang mempertahankan zat warna violet
sewaktu proses pewarnaan gram), anaerob fakultatif (dapat menggunakan oksigen
tetapi dapat juga menghasilkan energi secara anaerob), dan dapat membentuk spora
(endospora). Bakteri gram positif hanya memiliki membran plasma tunggal yang
dikelilingi dinding sel tebal berupa peptidoglikan. Escherichia coli merupakan
bakteri gram negatif yang mempunyai sistem membran yang ganda dimana
membran plasmanya diselimuti oleh membran luar permeabel. Bakteri ini sendiri
memiliki dinding sel tebal berupa peptidoglikan, yang terletak diantara membran
dalam dan membran luarnya. Perbedaan antara keduanya didasarkan pada
perbedaan struktur dinding sel yang berbeda dan bisa dinyatakan oleh prosedur
pewarnaan gram. Bakteri gram negatif merupakan bakteri yang tidak
mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu proses pewarnaan gram, sehingga
akan berwarna merah jika diamati dengan mikrsokop, sedangkan bakteri gram
positif akan berwarna ungu. Kedua bakteri ini akan ditumbuhkan pada medium
Plate Count Agar (PCA) dan Nutrient Agar (NA). Medium Plate Count Agar
merupakan media padat yang digunakan sebagai media pertumbuhan
mikroorganisme yang umum digunakan untuk menghitung jumlah bakteri total.
Medium Nutrient Agar (NA) adalah medium yang digunakan untuk menumbuhkan
bakteri dengan bahan utama yang digunakan adalah ekstrak daging. Rhizopus
stolonifer, jamur roti, merupakan salah satu dari jenis jamur Zygomycota yang
memiliki hifa pendek bercabang-cabang. Rhizopus stolonifer dibiakkan pada
medium Potato Dextrose Agar (PDA). Medium PDA sangat baik untuk jamur
karena mengandung karbohidrat sebagai sumber makanan.

Berdasarkan hasil pengamatan pada perumbuhan bakteri dengan metode


sebar, diperoleh jumlah koloni berturut-turut dari kelompok 11 sampai 14 yaitu
6x105 CFu/gram, 4.75x105 CFu/gram, >1.0x106 CFu/gram, dan 1.78x106
CFu/gram. Sedangkan jumlah koloni bakteri dengan metode tuang berturut-turut
dari kelompok 16 sampai 19 yaitu, 1.46x108 CFu/gram, 1.30x108 CFu/gram,
1.64x108 CFu/gram, dan >1.0x106 CFu/gram. Jumlah koloni jamur dengan metode
sebar adalah 6.1x103 CFu/gram. Berdasarkan hasil pengamatan, bila dibandingkan
dengan literatur maka hasil yang diperoleh telah sesuai. Pada literatur Kardi (2015),
dinyatakan bahwa dengan metode sebar jumlah bakteri yang menggumpal lebih
banyak. Pernyataan ini sesuai, dimana pada metode sebar terdapat spreader pada
sampel. Sedangkan dengan metode tuang, koloni yang tumbuh lebih merata.
Pernyataan ini sesuai, dimana jumlah koloni pada metode tuang lebih banyak
karena tidak dijumpai spreader dan pertumbuhan koloni merata.

Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode sebar dan
metode tuang dan dengan pengenceran bertingkat. Metode sebar adalah teknik
dalam menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara
menghapuskan biakan diatas media agar yang dicairkan dan didinginkan, kemudian
dituangkan pada cawan petri yang telah berisi biakan. Tingkat pengenceran yang
digunakan adalah pengenceran desimal yaitu 10-4, 10-5, dan 10-6. Hal ini bertujuan
untuk membentuk konsentrasi dari suatu suspensi bakteri. Perkiraan perhitungan
jumlah koloni yang terbentuk pada pemgenceran tersebt dapat dihitung dengan
lebih mudah. Pada jamur, tingkat pengenceran yang digunakan adalah 10-2, 10-3,
dan 10-4.

CFU adalah singkatan dari Colony Forming Unit, yaitu unit-unit atau satuan
pembentuk koloni. Satuan oembentuk kokoni adalah sel tunggal atau sekumpulan
sel yang jika ditumbuhkan dalam cawan akan membentuk satu koloni yang tunggal.
Colony Forming Unit digunakan untuk memperkirakan jumlah koloni yang hidup,
dengan satuan CFu/gram. Perhitungan koloni bakteri dapat berbentuk TBUD dan
spreader. TBUD terjadi karena jumlah koloni yang dihitung terlalu banyak yaitu
>250 koloni. Spreader terjadi karena penyebaran bakteri menjadi satu koloni besar.

TBUD (Tidak Bisa Untuk Dihitung) adalah kondisi dimana koloni yang
terbentuk pada media terlalu banyak sampai tidak memungkinkan untuk dihitung.
Jumlah koloni yang tumbuh telah melewati batas perhitungan 25-250 koloni.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil perhitungan koloni hingga diperoleh hasil
TBUD yaitu dikarenakan tingkat pengenceran yang terlalu tinggi sehingga
menyebabkan koloni tidak muncul. Pengenceran yang terlalu rendah juga dapat
menyebabkan jumlah koloni terlalu banyak (>250), sehingga tidak dapat dihitung.
Hal tersebut dapat pula terjadi karena keridaksesuaian media yang digunakan.
Adanya kontaminasi yang disebabkan karena alat yang digunakan, lingkungan, juga
praktikan yang tidak aseptis. Hal ini juga dapat dikarenakan oleh kondisi pH dan
suhu yang tidak sesuai.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jumlah koloni yaitu


konsentrasi nutrien, temperatur, pH, tekanan osmosis, dan oksigen. Konsentrasi
nutrien yang rendah menyebabkan transport lebih sulit dilakukan sehingga
mempengaruhi ketersediaan nutrien di dalam sel. Temperatur mempengaruhi
pertumbuhan mikroba karena enzim yang menjalankan metabolisme sangat peka
terhadap temperatur. Enzim transport elektron dan sistem transport pada tekanan
membran sel mikroba sangat peka terhadap pH. Konsentrasi zat terlarut akan
menentukan tekanan osmosis suatu larutan. Semakin tinggi konsentrasi zat larutan,
maka semakin tinggi pula tekanan osmosis. Tekanan osmosis mempengaruhi sel
mikroba karena berkaitan dengan ketersediaan air bagi sel mikroba. Oksigen
mempengaruhi pertumbuhan karena terdapat banyak mikroba yang tidak dapat
tumbuh jika tidak tersedia oksigen.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat ditarik


beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Metode cawan petri merupakan metode dengan penaksiran jumlah kepadatan


bakteri secara tidak langsung dan hanya menghitung jumlah bakteri hidup saja
dan metode cawan petri yang digunakan yaitu metode sebat dan metode tuang.
2. Pengenceran adalah suatu cara untuk menurunkan konsentrasi larutan dengan
menambahkan pelarut dan pengenceran yang diterapkan adalah pengenceran
bertingkat dengan tujuan untuk membentuk konsentrasi dari suspensi bakteri.
3. Syarat banyak koloni yang dapat dihitung adalah koloni yang berjumlah 25-
250 koloni pada bakteri dan 15-150 koloni pada jamur.
4. TBUD (Tidak Bisa Untuk Dihitung) adalah kondisi dimana koloni yang
terbentuk pada media terlalu banyak (>250) sampai tidak memungkinkan
untuk dihitung.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan jumlah koloni bakteri yaitu
faktor pengenceran, temperatur, pH, komposisi medium, dan tingkat ketelitian
praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Adams, M., 2000. Food Microbiology. New York: University of Survey.


Agustina, E., Surantiningsih, N. T. M. Pratiwi dan H. Effendi, 2007. Penggunaan
Mikrofungi Akuatik (Rhizopus stolinifer) Sebagai Bioremediator Dalam
Mendegradasi Limbah Minyak Nabati. Jurnal Penelitian Lingkungan
Hidup. 1(23). 201-214.

Arisandi, A. B. Tamam, dan R. Yuliandari, 2017. Jumlah Koloni pada Media Kultur
Bakteri yang Berasal dari Thallus dan Perairan Sentra Budidaya
Kappaphycus Alvarezii di Sumenep. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan.
9(1):57-64.

Arulanantham, R. S. Pathmanathan, N. Ravimannan, dan K. Niranjan, 2012.


Alternative Culture Media for Bacterial Growth Using Different
Formulation of Protein Sources. Jurnal of Natural Product And Plant
Resources. 2(6):697-700.

Ashliha, I. N. dan N. H. Alami, 2014. Karakteristik Khamir dari Pulau Poteran


Madura. Jurnal Sains dan Seni Pomits. 3(2): E49- E52.

Colome, J. S., 2001. Laboratory Exercise in Microbiology. W.B. Sounders


Company. Philadelphia.

Dwidjoseputro, 2010. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djembatan. Jakarta

Fardiaz, S., 1992. Mikrobiologi Pangan I. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Gandjar, I., O. Ariyanti dan S. Oman, 1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum.
Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Graumann. P., 2007. Bacillus: Cellular and Molecular Biology. Caister Academic
Press. Germany.

Hafsah, 2009. Mikrobiologi Umum. Universitas Negeri Alauddin. Makassar

Harti, A. S., 2015. Mikrobiologi Kesehatan.ANDI. Yogyakarta

Hawa, L.C., B. Susilo, dan N. E. Jayasari, 2011. Studi Komparasi Inaktivasi


Escherechia coli dan Perubahan Sifat Fisik Pada Pasteurisasi Susu Sapi
Segar Menggunakan Metode Pemanasan dan Tanpa Pemanasan Dengan
Kejut Medan Listrik. Jurnal Teknologi Pertanian. 12(1):31-39.

Ibrahim, A., Fridayanti, A., & Delvia, d. F, 2015. Isolasi dan Identifikasi Bakteri
Asam Laktat (Bal) dari Buah Mangga (Mangifera Indica L.). Jurnal Ilmiah
Manuntung, 1(2), 159-153.

Irianto, K., 2010. Mikrobiologi Umum. CV Yrama Widya. Bandung.


Jimmo, 2012. Bakteri. UPT Penerbit UMM. Malang.

Jiwintarum, Y., Agrijanti dan B. L. Septiana, 2017. Most Probable Number (MPN)
Coliform dengan Variasi Volume Media Lactose Broth Single Strength
(LBSS) dan Broth Double Strength (LBDS). Jurnal Kesehatan Prima.
11(1):11-17.

Jiwintarum, Y., Rohmi, I. D. P. M. Prayuda, 2016. Buah Naga sebagai Pewarna


Alami untuk Pewarnaan Bakteri. Jurnal Kesehatan Prima. 10(2): 1726-
1734

Jumiyati, S. H. Bintari dan I. Mubarok. 2012. Isolasi dan Identifikasi Khamir secara
Morfologi di Tanah Kebun Wisata Pendidikan Universitas Negeri
Semarang. Jurnal Biosaintifika. 4(1) : 27-35.

Jutono, S., 1980. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum. UGM Press.


Yogyakarta.

Laily, I. N., Utami, R., & Widowati, d. E, 2013. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri
Asam Laktat Penghasil Riboflavin dari Produk Fermentasi Sawi Asin.
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 2(4), 179-184.

Mizana, D. K., N. Suharti dan A. Amir, 2016. Identifikasi Pertumtumbuhan Jamur


Aspergillus sp. pada Roti Tawar yang Dijual di Kota Padang Berdasarkan
Suhu dan Lama Penyimpanan. Jurnal Kesehatan Andalas. 5(2):1-10.

Murniati, A., 2002. Buku Pedoman Praktikum Mikrobiologi. IPB Press. Bogor.

Nasution, A. P. A., Erina, Darmawi, Darniati, Ismail, C. N. Thasmi. 2017. Total


Bakteri Asam Laktat pada Caceum Puyuh (Coturnix Japonica). Jurnal
Jimvet. 1(4): 774-779

Pelczar, M. J., 1986. Elements of Microbiology. Mc Graww Hill Book Company.


New York.

Purwantisari, S. dan R. B. Hastuti, 2009. Isolasi dan Identifikasi Jamur Indudenous


Rhizosfer Tanaman Kentang dari Lahan Pertanian Kentang Organik di Desa
Pakis, Magelang. Jurnal Bioma. 11(2). 45-53.

Puspitasari, F. D. M. Shovitri, N. D. Kuswytari, 2012. Isolasi dan Karakterisasi


Bakteri Aerob Proteolitik dari Tangki Septik. Jurnal Sains dan Seni ITS.
1(1):1-4.
Rukmana, R., 1997. Usaha Tani Jagung. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Soetarto, E. S., 2008. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. UGM Press. Yogyakarta.

Suharjono, 2006. Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi.


Gramedia. Jakarta.

Sumarsih, S., 2003. Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar. UPN Veteran. Yogyakarta.

Suriani, S., Soemarno, dan Suharjono, 2013. Pengaruh Suhu dan pH terhadap Laju
Pertumbuhan Lima Isolat Bakteri Anggota Genus Pseudomonas yang
Diisolasi dari Ekosistem Sungai Tercemar Deterjen di sekitar Kampus
Universitas Brawijaya. J-Pal. 3(2):58-62.

Suriawijaya, U., 2005. Mikroiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti. Jakarta.

Virgianti, D. P., 2015. Uji Antagonis Jamur Tempe (Rhizopus Sp.) Terhadap
Bakteri Patogen Enterik. Jurnal Biosfera. 32(3). 162-168.

Waluyo,L., 2016. Dasar-dasar Mikrobiologi. UMM Press. Malang.


DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, L. 2004. Menghitung Mikroba Dalam Bahan Makanan. Bandung: ITB


Press.

Anton. 2015. Mikrobiologi. Antonberius.blogspot.com. (Diakses pada tanggal 16


Desember 2016).

Balley. 2007. Principles of microbiology. St. Lours: Moby.

Bibina, 2010. Bahan Ajar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press.

Budiyanto. 2002. Mikrobiologi Terapan. Jakarta :Erlangga.

Dwidjoseputro, D . 2001 . Dasar-dasar Mikrobiologi . Jakarta : Gramedia

Dwidjoseputro. 2008. Mikrobiologi Pangan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Fardiaz, S . 2000 . Analisis Biologi Pangan . Jakarta : PT.Raja Grafindo

Fardiaz, Srikandi. 2004. Mikrobiologi Pangan. Malang :UMM Press.

Fitri dan Yasmin . 2011 . Isolasi dan Pengamatan Morfologi Koloni Bakteri
Kitinolitik . Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi. Vol 3 (2) .Hal 20-25.

Hadieotomo. 2001. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta: Gramedia.

Hidayat, Aziz. 2009. Metode Penelitian Mikrobiologi. Jakarta : Salemba Medika.

Imam. 2011. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Indriati, N. Priyanto, N. Triwibowo, R. 2010. Penggunaan Dicholo Rose Bengal


Chloramphenicol Agar (DRBC) Sebagai Media Tumbuh Kapang Pada
Produk Perikanan. Jurnal Pasca Panen dan Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan. Vol 5(2). Hal 1.

Jimmo, 2008. Pembuatan Preparat dan Pengecatannya. http://www.blogkita.info


(Diakses pada 20 November 2016).

Kusnandi, dkk . 2003 . Mikrobiologi . Bandung : JICA


Margono, dkk., 2011. Pengaruh Umpan Tambahan pada Akumulasi
Polihidroksibutirat (PHB) oleh Bacillus Cereus IFO 13690 Menggunakan
Substrat Tapioka. Jurnal Agritech. Vol 31(2), Hal 102-103.

Moat, L. 2010. Mikrobiologi Terapan. Jakarta: Erlangga.

Natsir Djide dan Sartini. 2006. Mikrobiologi Farmasi Dasar. Makassar: Universitas
Hassanudin.

Noviyanti, D. 2015 . Laporan Praktikum Mikrobiologi. Debynovyanti29.


blospot.com. (Diakses pada tanggal 19 November 2016)

Pelczar, M dan Chan. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas


Indonesia.

Puspitasari, Febi Diah, dkk. 2012. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Aerob
Proteolitik dari Tangki Septik. Jurnal Sains dan Seni ITS. Vol.1 (1). Hal 1-4.

Sanita, dkk. 2013. Pengaruh Suhu dan pH Terhadap Laju Pertumbuhan Lima Isolat
Bakteri Anggota Genus Pseudomonas yang Diisolasi dari Ekosistem Sungai
Tercemar Deterjen di Sekitar Komplek Universitas Brawijaya. Jurnal
Pengelolaan Sumber Daya Lingkungan. Volume 3: Hal 59-60.

Schlegel, H.G.2006. Mikrobiologi Umum. Jakarta : UGM Press.

Schlegel, H, 2009. Mikrobiologi Umum, Edisi Keenam. Yogyakarta :Universitas


Gajah Mada

Sofa,S. 2008. Mikrobiologi Umum. Jakarta :Gramedia.

Sri,S. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Suharni,Theresia,dkk. 2009. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta : Atma Jaya

Suharto. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta :Bina Rupa Aksara.

Sukri. 2015. Jenis Mikroba. Laskarbiologi.blogspot.co.id. (Diakses pada tanggal 10


Oktober 2016).

Suriawiria,U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Papas Sinar Sinanti.

Sutiknowati, 2013.Mikroba Parameter Kualitas Perairan P. Pari Untuk Upaya


Pembesaran Biota Budidaya.Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 5
(1), 204-218.
Tjitrosoepomo,Gembong. 2007. Mikrobiologi Umun. Yogyakarta :UGM Press.
University Press.

Waluyo, L, 2007. Mikrobilogi Umum. Makassar: Press UMM.

Widya. 2009. Media Pertumbuhan Bakteri, http://www..blogger.com/blog-this-g


(Diakses pada tanggal 10 Oktober 2016).

Anda mungkin juga menyukai