Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode cawan petri yang
dibedakan menjadi dua metode yaitu metode sebar dan tuang. Metode cawan petri
merupakan metode yang penaksiran jumlah kepadatan bakteri secara tidak langsung
dan hanya menghitung jumlah bakteri hidup saja. Metode hitungan cawan
menggunakan anggapan bahwa setiap sel akan hidup berkembang menjadi satu
koloni. Jumlah koloni yang muncul menjadi indeks bagi jumlah organisme yang
terkandung di dalam sampel. Teknik perhitungan ini membutuhkan kemampuan
melakukan pengenceran dan mencawankan hasil pengenceran. Pengenceran adalah
suatu cara untuk menurunkan konsentrasi larutan dengan menambahkan pelarut.
Pengenceran yang diterapkan dalam praktikum ini adalah pengenceran bertingkat,
dimana sebanyak 1 mL dari pengenceran pertama dimasukkab ke dalam tabung
reaksi yang berisi pelarut, pengenceran 10-2. Kemudian 1 mL larutan pada
pengenceran kedua dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi pelarut,
pengenceran 10-3, dan seterusnya. Metode pengenceran bertingkat bertujuan untuk
membentuk konsentrasi dari suatu suspensi bakteri. Persyaratan cawan yang dipilih
untuk dihitung koloninya adalah cawan yang memiliki 25-250 koloni.
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode sebar dan
metode tuang dan dengan pengenceran bertingkat. Metode sebar adalah teknik
dalam menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara
menghapuskan biakan diatas media agar yang dicairkan dan didinginkan, kemudian
dituangkan pada cawan petri yang telah berisi biakan. Tingkat pengenceran yang
digunakan adalah pengenceran desimal yaitu 10-4, 10-5, dan 10-6. Hal ini bertujuan
untuk membentuk konsentrasi dari suatu suspensi bakteri. Perkiraan perhitungan
jumlah koloni yang terbentuk pada pemgenceran tersebt dapat dihitung dengan
lebih mudah. Pada jamur, tingkat pengenceran yang digunakan adalah 10-2, 10-3,
dan 10-4.
CFU adalah singkatan dari Colony Forming Unit, yaitu unit-unit atau satuan
pembentuk koloni. Satuan oembentuk kokoni adalah sel tunggal atau sekumpulan
sel yang jika ditumbuhkan dalam cawan akan membentuk satu koloni yang tunggal.
Colony Forming Unit digunakan untuk memperkirakan jumlah koloni yang hidup,
dengan satuan CFu/gram. Perhitungan koloni bakteri dapat berbentuk TBUD dan
spreader. TBUD terjadi karena jumlah koloni yang dihitung terlalu banyak yaitu
>250 koloni. Spreader terjadi karena penyebaran bakteri menjadi satu koloni besar.
TBUD (Tidak Bisa Untuk Dihitung) adalah kondisi dimana koloni yang
terbentuk pada media terlalu banyak sampai tidak memungkinkan untuk dihitung.
Jumlah koloni yang tumbuh telah melewati batas perhitungan 25-250 koloni.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil perhitungan koloni hingga diperoleh hasil
TBUD yaitu dikarenakan tingkat pengenceran yang terlalu tinggi sehingga
menyebabkan koloni tidak muncul. Pengenceran yang terlalu rendah juga dapat
menyebabkan jumlah koloni terlalu banyak (>250), sehingga tidak dapat dihitung.
Hal tersebut dapat pula terjadi karena keridaksesuaian media yang digunakan.
Adanya kontaminasi yang disebabkan karena alat yang digunakan, lingkungan, juga
praktikan yang tidak aseptis. Hal ini juga dapat dikarenakan oleh kondisi pH dan
suhu yang tidak sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Arisandi, A. B. Tamam, dan R. Yuliandari, 2017. Jumlah Koloni pada Media Kultur
Bakteri yang Berasal dari Thallus dan Perairan Sentra Budidaya
Kappaphycus Alvarezii di Sumenep. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan.
9(1):57-64.
Gandjar, I., O. Ariyanti dan S. Oman, 1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum.
Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Graumann. P., 2007. Bacillus: Cellular and Molecular Biology. Caister Academic
Press. Germany.
Ibrahim, A., Fridayanti, A., & Delvia, d. F, 2015. Isolasi dan Identifikasi Bakteri
Asam Laktat (Bal) dari Buah Mangga (Mangifera Indica L.). Jurnal Ilmiah
Manuntung, 1(2), 159-153.
Jiwintarum, Y., Agrijanti dan B. L. Septiana, 2017. Most Probable Number (MPN)
Coliform dengan Variasi Volume Media Lactose Broth Single Strength
(LBSS) dan Broth Double Strength (LBDS). Jurnal Kesehatan Prima.
11(1):11-17.
Jumiyati, S. H. Bintari dan I. Mubarok. 2012. Isolasi dan Identifikasi Khamir secara
Morfologi di Tanah Kebun Wisata Pendidikan Universitas Negeri
Semarang. Jurnal Biosaintifika. 4(1) : 27-35.
Laily, I. N., Utami, R., & Widowati, d. E, 2013. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri
Asam Laktat Penghasil Riboflavin dari Produk Fermentasi Sawi Asin.
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 2(4), 179-184.
Murniati, A., 2002. Buku Pedoman Praktikum Mikrobiologi. IPB Press. Bogor.
Sumarsih, S., 2003. Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar. UPN Veteran. Yogyakarta.
Suriani, S., Soemarno, dan Suharjono, 2013. Pengaruh Suhu dan pH terhadap Laju
Pertumbuhan Lima Isolat Bakteri Anggota Genus Pseudomonas yang
Diisolasi dari Ekosistem Sungai Tercemar Deterjen di sekitar Kampus
Universitas Brawijaya. J-Pal. 3(2):58-62.
Virgianti, D. P., 2015. Uji Antagonis Jamur Tempe (Rhizopus Sp.) Terhadap
Bakteri Patogen Enterik. Jurnal Biosfera. 32(3). 162-168.
Fitri dan Yasmin . 2011 . Isolasi dan Pengamatan Morfologi Koloni Bakteri
Kitinolitik . Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi. Vol 3 (2) .Hal 20-25.
Imam. 2011. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Natsir Djide dan Sartini. 2006. Mikrobiologi Farmasi Dasar. Makassar: Universitas
Hassanudin.
Puspitasari, Febi Diah, dkk. 2012. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Aerob
Proteolitik dari Tangki Septik. Jurnal Sains dan Seni ITS. Vol.1 (1). Hal 1-4.
Sanita, dkk. 2013. Pengaruh Suhu dan pH Terhadap Laju Pertumbuhan Lima Isolat
Bakteri Anggota Genus Pseudomonas yang Diisolasi dari Ekosistem Sungai
Tercemar Deterjen di Sekitar Komplek Universitas Brawijaya. Jurnal
Pengelolaan Sumber Daya Lingkungan. Volume 3: Hal 59-60.