Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETIKA

PEMBUATAN SABUN CAIR HERBAL

Disusun Oleh:
1. Milfiana Putri Pratama
2. Maysin Berliana Putri
3. M. Adam Rizky
4. M. Renaldy Ichsan
5. Nirmala Ayu Lestari

UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA


PRODI S1 FAKULTAS FARMASI
2022
DAFTAR ISI
I. Tujuan Praktikum
- Perbedaan sabun cair menggunakan kayu secang dan jeruk nipis
- Perbedaan sabun cair menggunakan kelor dan daun pegagan

II. Dasar Teori


Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun
sendiritidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan
campuran antarasenyawa alkali dan lemak/minyak.Bahan pembuatan sabun terdiri dari
dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun
adalah minyak atau lemak dan senyawaalkali (basa).
Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas
produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang
umumdipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium
karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna. Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan
sebagai berikut:Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah
adalah reaksitrigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan
gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :C3H5(OOCR)3 + 3 NaO 
C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan
sabun sebagai produk utamadan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai
produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari
asam lemak dan alkali. Sabun dengan beratmolekul rendah akan lebih mudah larut dan
memiliki struktur sabun yang lebih keras.
Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi
partikel yang lebihkecil, melainkan larut dalam bentuk ion.Sabun pada umumnya
dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat.Perbedaan utama dari kedua
wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun
padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH),sedang kan sabun cair
menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang
digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapaakan
menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang,
danminyak biji katun.
Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas, serta dihitung
berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan asam
dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH yang digunakan untuk menetralkan asam
lmak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak (Ketaren, 1986).Penentuan
bilangan asam dipergunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebasyang terdapat
dalam minyak atau lemak. Besarnya bilangan asam tergantung dari kemurniandan umur
dari minyak atau lemak tersebut (Ketaren, 1986)Bilangan asam yang besar
menunjukkan asam lemak bebas yang besar pula, yang berasal dari hidrolisa minyak
atau lemak, ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi bilangan
asam, maka makin rendah kualitasnya (Sudarmadji, 2003).
Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang di perlukan untuk
menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Apabila sejumlah sampel minyak atau
lemak disabunkan dengan larutan KOH berlebih dalam alkohol, maka KOH akan
bereaksi dengantrigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu molekul
minyak atau lemak.Larutan alkali yang tertinggal ditentukan dengan titrasi
menggunakan HCL sehingga KOHyang bereaksi dapat diketahui.
Dalam penetapan bilangan penyabunan, miasalnya larutan alkali yang digunakan
adalah larutan KOH , yang diukur dengan hati-hati kedalam tabung dengan buret atau
pipet. Besarnya jumlah ion yang diserap menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau
ikatantak jenuh , ikatan rangkap yang terdapat pada minyak yang tak jenuh akan
bereaksi dengan iod. Gliserida dengantingkat ketidak jenuhan yang tinggi akan
mengikat iod dalam jumlahyang lebih besar. Bilangan penyabunan adalah jumlah
miligram KOH yang diperlukanUntuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak.
Apabila sejumlah sampel minyak ataulemak disabunkan dengan larutan KOH berlebih
dalam alkohol, maka KOH akan bereaksidengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH
bereaksi denngan satu molekul minyak atualemak, larutan alkali yang tinggi ditentukan
dengan titrasi menggunakan HCL sehingga KOH yang bereaksi dapat diketahui.
Angka penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara
kasar.Minyak yang disusun oleh sam lemak berantai karbon yang pendek berarti
mempunyai beratmolekul yang relatif kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang
besar dan sebaliknya bila minyak mempunyai berat molekul yang besar, maka angka
penyabunan r elatif kecil.Angka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg)
NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak ( Herina,
2002)

III. Tinjauan Bahan

IV. Bahan dan Alat


1. Bahan
- Saponin 500 gr
- air nacl 100 ml
- air jeruk nipis 50 ml yang sudah di saring
- daun kelor 15 gr
- daun pegagan 10 gr
- Comperland 25 ml
- Aquadest 250 mg

2. Alat
- Masker
- Sarung tangan
- Wadah plastic dan pengaduk

V. Formula dan Teknik pembuatan (skematis)


1. Masukan saponin 500 ml tuangkan kewadah tambahkan nacl 100 ml sampai
pengental dan menyatu kemudian tambahkan comperland dan air jeruk nipis 50
ml yang sudah di saring
2. Kemudian masukan air rebusan kelor dan pegagan 25 ml diaduk hingga merata
atau sampai homogen
3. Jika cairan sabun sudah menyatu bisa sebagai sabun atau shampo
4. Diamkan selama 24 jam atau 1 malam, setelah di kemas tunggu 3 hari bari bisa
digunakan

VI. Cara Evaluasi dan Hedonik


a. Evaluasi Sediaan Sabun Cair
Evaluasi sediaan sabun cair cair disesuaikan dengan persyaratan Standar
Nasional Indonesia (SNI) 06-4085-1996 dengan beberapa tambahan pengujian.
Pengujian pengujian yang dilakukan meliputi uji organoleptik sediaan,
pengukuran pH sediaan, bobot jenis sediaan, uji viskositas sediaan, stabilitas
busa, dan uji hedonik
b. Pengujian Organoleptik
Uji penampilan dilakukan dengan melihat secara langsung warna, bentuk,
dan bau sabun cair yang terbentuk (Depkes RI, 1995). Menurut SNI, standar
sabun cair yang ideal yaitu memiliki bentuk cair, serta bau dan warna yang khas
(SNI, 1996).
c. Pengujian Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan mengoleskan zat yang akan diuji
pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan
susunan yang homogen.

d. Pengukuran Viskositas Sediaan


Viskositas formula sabun cair diukur dengan menggunakan viscometer
Brookfield menggunakan spindel CP-52 pada kecepatan dan shear rates yang
bervariasi. Pengukuran dilakukan pada kecepatan 0,10, 0,20, 0,30, 0,40, dan 0,50
rpm dalam 60 detik diantara dua kecepatan yang berurutan sebagai equilibration
dengan rentang shear rate dari 0,2 s-1 hingga 1.0 s-1. Penentuan viskositas
dilakukan pada suhu ruangan. Data viskositas diplot pada rheogram. Hasil
pemeriksan viskositas sedian sabun cair diharapkan diperoleh aliran
plastiktiksotropik (Anggraini dkk., 2012).
e. Pengujian Bobot Jenis
Dengan memasukan sedian ke dalampiknometer sampai di atas garis tera.
Ditutup,kemudian dimasukan piknometer ke dalamrendaman air es sampai suhu
25ºC. Permukan aires harus lebih tingi dari pada permukan contohdalam
piknometer, sehinga semua isi piknometerterendam. Biarkan piknometer
terendam selama 30menit kemudian buka tutup piknometer danbersihkan bagian
luar piknometer dengangulungan kertas saring sampai tanda garis. Pengujian
bobot jenis dilakukan untuk mengetahui pengaruh bahan-bahan yang digunakan
dalam formulasi sabun cair terhadap bobot jenis sabun yang dihasilkan. Menurut
SNI, bobot jenis sabun cair yaitu berkisar antara 1,010-1,100 g/ml (SNI, 1996).
f. Pengujian Stabilitas Busa
Untuk mengevaluasi stabilitas busa yang dihasilkan, dilakukan dengan
mengambil 5g sediaan sabun cair dari formula uji dan kontrol yang dimasukkan
ke dalam wadah tabung ukur kemudian ditambahkan air sebanyak 250 mL.
lakukan proses pengadukan dengan pengaduk mekanik untuk memperoleh
kecepatan pengadukan yang seragam, kemudian ketinggian busa diukur pada
menit pertama dan kelima. Stabilitas busa dapat dirumuskan sebagai berikut:
H
Stabilitas Busa= X100%
Ho
Dengan Ho adalah pengukuran ketinggian busa awal, dan H adalah pengukuran
tinggi busa setelah 5 menit.
g. Pengujian pH
Alat pH meter dikalibrasi mengunakanlarutan dapar pH 7 dan pH 4. Satu
gram sedianyang akan diperiksa diencerkan dengan airsuling hinga 10 mL.
Elektroda pH meterdicelupkan ke dalam larutan yang diperiksa,jarum pH meter
dibiarkan bergerak sampai menunjukkan posisi tetap, pH yang ditunjukanjarum
pH meter dicatat (Depkes RI, 1995). Menurut SNI, untuk pH sabun cair yang
diperbolehkan antara 8-11 (SNI, 1996).
h. Pengujian Hedonik
Uji hedonik ini dilakukan untuk menilai suatu sampel dengan melibatkan
beberapa panelis atau sukarelawan yang kemudian diminta untuk memberikan
pendapatnya atau respon terhadap kualitas suatu sampel. Uji hedonik ini
dilakukan oleh 30 panelis baik laki laki atau perempuan terhadap sediaan sabun
cair yang diperoleh dan diminta menilai sediaan sabun cair meliputi :bau, warna,
tekstur, busa, kesan licin atau rasa lengket pada saat pemakaian, iritasi, dan kesan
lembut dan halus setelah pemakaian, yaitu dengan memakai sediaan sabun cair
tersebut pada tangan yang terlebih dahulu dibasahi dengan air, kemudian dipakai
sabun cair dan diamkan sampai sediaan sabun cair mengering (± 10 menit) lalu
bersihkan dengan air, apabila tidak terjadi reaksi kulit yang tidak diinginkan
maka sediaan sabun cair tersebut dapat digunakan. Prosedur pengujian hedonik
adalah sebagi berikut: Dipilih 30 orang mahasiswa sebagai panelis, yang dalam
usia 19 – 22 tahun dan masing-masing panelis diberi sampel sabun cair semua
formula.
a) Panelis diminta untuk menilai sifat organoleptik masing-masing sampel,
sesuai dengan formula.
b) Panelis diminta untuk memakai sediaan sabun cair pada pergelangan tangan
bagian dalam, diamkan (± 10 menit) kemudian dibilas dan panelis diminta
menilai sediaan sabun cair tersebut sesuai penerimaan panelis.

VII. Data Hasil Pengamatan


a. Pengamatan secara organoleptik
Bau Khas aromatik
Warna Kuning tua kecoklatan
Bentuk Cair

VIII. Pembahasan
Di praktikum ini kita membuat sediaan sabun cair dari bahan herbal yaitu
jeruk nipis, daun kelor dan daun pegagan, sebagai bahan utama pembuatan sabun
tentu bahan-bahan tersebut mempunyai manfaat untuk kulit antara lain jeruk
nipis untuk melembapkan kuli dan mencerahkan kulit, daun kelor selain bisa
untuk melembapkan dan mencerahkan kulit juga dapat untuk mengatasi kulit
kering dan bersisik, manfaat daun pegagan selain antibakteri juga bisa untuk anti
penuaan kulit.
IX. Kesimpulan
Dari peneltian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
X. Daftar Pustaka
XI. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai