Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Misel

Konsentrasi surfaktan yang lebih tinggi menyebabkan terbentuknya agregasi atau asosiasi
dari ion-ion surfaktan berupa sperikal yang merupakan zat aktif permukaan yang dikenal
dengan misel.

Misel adalah kumpulan molekul berukuran koloid, walaupun tidak ada tetesan lemak. Hal
ini, disebabkan oleh adanya ekor hidrofobnya cenderung berkumpul, dan kepala hidrofilnya
memberikan perlindungan. Dan misel merupakan penggabungan (agregasi dari ion – ion
surfaktan), dimana rantai hidrokarbon yang lipofil akan menuju ke bagian dalam misel,
meninggalkan gugus hidrofil yang berkontak dengan medium air. Misel hanya terbentuk
diatas konsentrasi misel kritis (CMC) dan di atas temperature Kraft (Atkins, 1997)

Misel atau micella adalah suatu agregat (atau susunan supramolekul) dari molekul
surfaktan yang terdispersi dalam suatu koloid cair. Serabut khas dalam larutan berair
membentuk agregat dengan daerah "kepala" hidrofilik yang bersentuhan dengan pelarut di
sekitarnya, mengabadikan daerah ekor-tunggal hidrofobik di pusat misel. Fase ini disebabkan
oleh pengepakan ekor-tunggal lipid dalam dwilapis. Kesulitan dalam mengisi semua volume
bagian dalam bilayer, sambil mengakomodasi area per gugus kepala yang dipaksa molekul
melalui hidrasi dari gugus kepala lipid, mengarah pada pembentukan misel. Jenis misel ini
dikenal sebagai misel fase normal (misel minyak-dalam-air). Misel invers memiliki gugus
kepala di bagian tengah dengan ekor membentang keluar (misel air-dalam-minyak). Misel
berbentuk bulat. Bentuk fasa lainnya, termasuk bentuk seperti ellipsoid, silinder, dan bilayer,
juga dimungkinkan. Bentuk dan ukuran misel adalah fungsi dari geometri molekul surfaktan
dan kondisi larutannya seperti konsentrasi surfaktan, suhu, pH, dan kekuatan ionik. Proses
pembentukan misel dikenal sebagai miselisasi dan merupakan bagian dari fase perilaku dari
banyak lipid sesuai dengan polimorfisme.

2.2 Pembentukan Misel


Gugus hidrofilik pada surfaktan bersifat polar dan mudah bersenyawa dengan
air,sedangkan gugus lipofilik bersifatnon polar dan mudah bersenyawa dengan minyak. Di
dalam molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih dominan jumlahnya. Bila gugus
polarnya yang lebih dominan, maka molekul-molekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi
lebih kuat oleh air dibandingkan dengan minyak. Akibatnya tegangan permukaan air
menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu. Demikian pula
sebaliknya, bila gugus non polarnya lebih dominan, maka molekulmolekul surfaktan
tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan dengan air. Akibatnya
tegangan permukaan minyak menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi
fase kontinu. Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan
permukaan larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan
konstan walaupun konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan melebihi
konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi membentuk misel. Konsentrasi terbentuknya
misel ini disebut Critical Micelle Concentration (CMC). Tegangan permukaan akan
menurun hingga CMC tercapai. Setelah CMC tercapai, tegangan permukaan akan konstan
yang menunjukkan bahwa antar muka menjadi jenuh dan terbentuk misel yang berada dalam
keseimbangan dinamis dengan monomernya (Genaro. 1990).

Fenomena terbentuknya misel dapat diterangkan, yaitu  dibawah konsentrasi kritis misel,
konsentrasi surfaktan (sabun) yang mengalami adsorpsi pada antarmuka bertambah jika
konsentrasi surfaktan total dinaikkan. Akhirnya tercapailah suatu titik dimana baik antarmuka
maupun dalam cairan menjadi jenuh dengan monomer keadaan inilah yang disebut kkm, jika
sulfaktan terus bertambah lagi hingga berlebihan, maka mereka akan beragregasi terus
membentuk misel. Pada peristiwa ini tenaga bebas sistem berkurang.
Miselisasi terjadi akibat interaksi hidrofobik. interaksi hidrofobik akan menolak atau
menjauhkan ekor hidrokarbon dari surfktan terhadap air dan akan menghasilkan agregasi,
sedangkan grup kepala yang hidrofilik akan tetap berkontak langsung dengan air. Konsentrasi
kesetimbangan dimana monomer surfaktan membentuk misel disebut konsentrasi kritis misel.
Satu misel umumnya akan berisi 50-100 monomer. Terbentuknya misel membuat larutan
akan berubah secara mendadak seperti tegangan permukaan-antarmukanya, viskositasnya,
gaya hantar listriknya, dan lain-lain.
Kesetimbangan diantara molekul-molekul atau ion-ion dari misel yang tidak berikatan
berlaku hukum aksi massa. Termodinamika pembentukan misel menunjukkan bahwa entalpi
pembentukkannya dalam sistem air mungkin positif (endotermik). Perubahan entalpi
(entropi) yang positif walaupun molekul itu berkumpul menunjukkan adanya konstribusi
pelarut pada entropi dan molekul akan lebih bebas bergerak setelah molekul tersebut
terkumpul menjadi kumpulan kecil. Ketika surfsktan berada di atas kkm, surfaktan dapat
berfungsi sebagai pengemulsi yang akan melarutkan senyawa normal tidak larut dalam
pelarut yang digunakan. Hal ini terjadi karena spesies yang tidak mudah larut dapat
dimasukkan dalam inti misel dimana spesies tersebut terlarut dalam sebagian besar pelarut
oleh kebalikan kepala gugus yang berinteraksi dengan baik pada spesies pelarut (Sukardjo.
2004).
Misel tersusun atas surfaktan ionic yang dikelilingi oleh awan ion-ion. Ion-ion inti
memiliki muatan berlawanan dengan muatan ionic surfaktan disebut ion berlawanan. Ikatan
ion berlawanan menetralisir muatan misel (hamper 90%), efek dari muatan misel dapat
mempengaruhi struktur pelarut yang mengelilinginya pada jarak tertentu dari misel. Misel
hanya terbentuk apabila konsentrasi surfaktan lebih besar dari pada kkm dan temperature
system lebih besar daripada temperature kritis misel. Kkm dapat diamati dari kurva yang
discontinue dari sifat fisik system sebagai suatu fungsi dari jumlah surfaktan yang
ditambahkan. Misel dapat terbentuk secara spontan karena keseimbangan antara entropi dan
entalpi. Di dalam air efek hidrofobik merupakan gaya pendorong pembentukan misel,
meskipun faktanya pengumpulan molekul surfaktan menurunkan entropinya (Sukardjo.
2004).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai cmc, untuk deret homolog surfaktan
rantai hidrokarbon, nilai cmc bertambah 2x dengan berkurangnya satu atom C dalam rantai.
Gugus aromatik dalam rantai hidrokarbon akan memperbesar nilai cmc dan juga
memperbesar kelarutan. Adanya garam menurunkan nilai cmc surfaktan ion. Penurunan cmc
hanya bergantung pada konsentrasi ion lawan, yaitu makin besar konsentrasinya makin turun
cmc-nya. Secara umum misel dibedakan menjadi dua, yaitu: struktur lamelar dan sterik
seperti telihat pada  gambar dibawah ini.
                   

Gambar: Struktur misel (a) sterik dan (b) lamelar

Karena pada cmc terjadi penggumpalan dari molekul surfaktan, maka cara penentuan cmc
dapat menggunakan cara-cara penentuan besaran fisik yang menunjukkan perubahan dari
keadaan ideal menjadi tak ideal. Di bawah cmc larutan menjadi bersifat ideal. Sedangkan
diatasnya cmc larutan bersifat tak ideal. Besaran fisik yang dapat digunakan ialah tekanan
osmosa, titik beku larutan, hantaran jenis atau hantaran ekivalen, kelarutan solubilisasi,
indeks bias, hamburan cahaya, tegangan permukaan, dan tegangan antarmuka.

2.3 Bentuk-bentuk Misel


Idealnya, misel bervariasi dalam ukuran dari 2 nm ke 20 nm, tergantung pada jumlah dan
komposisi mereka.

Misel adalah molekul-molekul surfaktan yang mulai berasosiasi karena penambahan


surfaktan berikutnya, pada satu saat akan tercapai keadaan dimana permukaan antarmuka
menjadi jenuh/ tretutupi oleh surfaktan dan adsorbsi surfaktan ke permukaan-antarmuka tidak
terjadi lagi. Misel dalam larutan encer membentuk suatu kumpulan dengan kepala gugus
hidrofilik bersinggungan dengan solven yang mengelilinginya, mengasingkan ekor gugus
hidrofobik didalam pusat misel.
Misel biasanya berbentuk globular dan secara garis besar berbentuk speris, akan tetapi
dapat pula berbentuk elipsoida, silinder, dan bilayer. Bentuk dan ukuran misel merupakan
fungsi dari geometri molekular dari molekul surfaktan tersebut dan kondisi larutan seperti
konsentrasi surfaktan, temperatur, pH, dan kekuatan ionik. Proses pembentukan misel disebut
sebagai miselisasi.
Bentuk misel yang berukuran koloid termasuk koloid asosiasi. Perubahannya bersifat
reversible. Koloid asosiasi ini meliputi :
-                Sabun-sabun
-                Alkil sulfat tinggi
-                Alkil sulfonat tinggi
-                Garam amina tinggi
-                Zat-zat warna tertentu
-                Ester gliserol tinggi
-                Polietilena oksida

Sabun, alkil sulfat, dan alkil sulfonat termasuk micelles anion, garam amina termasuk
micelles kation sedang polietilena oksida termasuk micelles non ionic. Kenaikan temperature,
menaikkan CMC dan pada temperature tinggi tidak terjadi lagi micelles. Adanya elektrolit,
merendahkan CMC. Berat molekul koloid asosiasi pada CMC sudah dapat ditentukan dengan
cara light scattering dan berharga 10.000-30.000 gram/mol. Banyak koloid anionic, kationik,
dan non ionic merupakan emulgator, detergent dab stabilizer koloid yang baik. Beberapa
merupakan stabilizer zat organic dalam air.

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P. W. 1997. Kimia Fisika 2. Jakarta : Erlangga Co, Easton.

Gennaro, A.R., 1990, Remingtons Pharmaceuticals Sciences, 18th ed., Mack Publ.

Myers, D., 2006. Surfactant Science And Technology. United States of America: Wiley-
Interscience

Sukardjo. 2004 . Kimia Fisika. Jakarta :Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai