MIKROMERITIK
OLEH
KELOMPOK V (LIMA):
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Percobaan
C. Manfaat Percobaan
D. Prinsip Percobaan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Mikromeritik
B. Metode menentukan ukuran partikel
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bidang Farmasi, zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat
kebanyakan berukuran kecil dan jarang yang berada dalam keadaan optimum.
Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam bidang
farmasi sebab merupakan penentu bagi sifat-sifat, baik sifat fisika, kimia dan
farmakologi dari bahan obat tersebut.
Mikromeritik merupakan ilmu yang mempelajari tentang ilmu dan
teknologi partikel kecil. Pengetahuan dan pengendalian ukuran, serta kisaran
ukuran partikel sangat penting dalam bidang farmasi. Secara klinik, ukuran
partikel suatu obat dapat mempengaruhi penglepasannya dari bentuk-bentuk
sediaan yang diberikan secara oral, parenteral, rectal, dan topical. Formulasi
yang berhasil dari suspense, emulsi dan tablet, dari segi kestabilan fisik, dan
respon farmakologis, juga bergantung pada ukuran partikel yang dicapai dari
produk itu. Dalam bidang pembuatan tablet dan kapsul, pengendalian ukuran
partikel sangat penting sekali dalam mencapai sifat aliran yang diperlukan dan
pencampuran yang benar dari granul dan serbuk.
Ukuran partikel tidak hanya mempengaruhi luas permukaan suatu sediaan
obat, yang secara langsung mempengaruhi cepat atau lambatnya absorbsi obat
dan membantu daya larut suatu bahan obat tapi juga dapat mempengaruhi
aktivitas biologi dan efek terapinya.
Mengingat pentingnya Mikromeritik dalam bidang Farmasi, maka sudah
sewajarnya jika mahasiswa Farmasi memahami mengenai mikromeritik ini,
termasuk cara-cara dalam melakukan pengukuran ukuran partikel suatu zat.
Banyak metode yang digunakan dalam menentukan ukuran partikel suatu bahan
yaitu metode mikroskopik, metode ayakan dan cara sedimentasi. Namun, dalam
percobaan ini yang digunakan adalah metode ayakan karena metode ini lebih
sederhana, mudah dan murah serta waktunya relati cepat.
1
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengukur diameter dari Talkum dengan
metode ayakan.
C. Manfaat Praktikum
Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara mengukur diameter dari
Talkum menggunakanmetode ayakan.
D. Prinsip Praktikum
Pengukuran Partikel dari serbuk berdasarkan atas penimbangan residu yang
tertinggal pada ayakan yaitu dengan melewatkan serbuk pada ayakan dari nomor
mesh terendah ke nomor mesh tertinggi yang digerakkan dengan cara manual
dengan waktu tertentu.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Mikromeritik
Ilmu dan Teknologi partikel kecil diberi nama Mikromeritik oleh Dalla
Valle. Dispresi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat oleh
mikroskop biasa, sedang partikel untuk emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk
halus berada dalam jangkauan mikroskop optik. Partikel yang mempunyai
ukuran serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular berada dalam
kisaran ayakan (Martin, 2008).
Dalam suatu kumpulan partikel lebih dari satu ukuran (yakni dalam suatu
sampel polidispersi), dua sifat penting yaitu (Martin, 2008).
a. Bentuk dan luas permukaan partikel
b. Kisaran ukuran dan banyaknya atau berat partikel-partikel yang ada dan luas
permukaan total.
3
harus ditarik beberapa contoh dimana tempat pengambilan contoh sebaiknya
dipilih menurut program acak. (Voigt, 1994).
Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama Mikromeritik oleh Dalla
Valle. Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat
dengan mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan suspense farmasi serta
serbuk halus berada pada jangkauan mikroskop optik. Partikel yang mempunyai
ukuran serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular berada dalam
kisaran ayakan (Martin, 2008).
Partikel dari serbuk obat mungkin berbentuk sangat kasar dengan ukuran
kurang lebih 10.000 mikron atau 10 milimikron atau mungkin juga sangat halus
mencapai ukuran koloidal, 1 mikron atau lebih kecil. Agar ukuan partikel serbuk
ini mempunyai standar, maka USP menggunakan suatu batasan dengan istilah
“very coarse, moderately coarse, fine and very fine”, yang dihubungkan dengan
bagian serbuk yang mampu melalui lubang-lubang ayakan yang telah
distandarisasi yang berbeda-beda ukurannya, pada suatu periode waktu tertentu
ketika diadakan pengadukan dan biasanya pada alat pengaduk ayakan secara
mekanis (Ansel, 1989).
5
Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel yaitu
(Martin, 2008):
a. Mikroskopik Optik
Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan
atau tidak diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada
pentas mekanik. Di bawah mikroskop tersebut, pada tempat dimana partikel
terlihat, diletakkan micrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel
tersebut. Pemandangan dalam mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah layar
dimana partikel-partikel tersebut lebih mudah diukur, atau pemotretan bias
dilakukan dari slide yang sudah disiapkan dan diproyeksikan ke layar untuk
diukur.
Kerugian dari metode ini adalah bahwa garis tengah yang diperoleh
hanya dari dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan
lebar. Tidak ada perkiraan yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan
dari partikel dengan memakai metode ini. Tambahan lagi, jumlah partikel
yang harus dihitung (sekitar 300-500) agar mendapatkan suatu perkiraan yang
baik dari distribusi, menjadikan metode tersebut memakan waktu dan jelimet.
Namun demikian pengujian mikroskopis dari suatu sampel harus selalu
dilaksanakan, bahkan jika digunakan metode analisis ukuran partikel lainnya,
karena adanya gumpalan dan partikel-partikel lebih dari satu komponen
seringkali bisa terdeteksi dengan metode ini.
b. Pengayakan
Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari penentuan
ukuran partikel adalah metode analisis ayakan. Disini penentuannya adalah
pengukuran geometri partikel. Sampel diayak melalui susunan menurut
meningginya lebarnya jala ayakan pengujiyang disusun ke atas. Bahan yang
akan diayak dibawa pada ayakan teratas dengan lebar jala lebih besar.
Partikel, yang ukurannya lebih kecil daripada lebar jala yang dijumpai,
berjatuhan melewatinya. Mereka membentuk bahan halus (lolos). Partikel
yang tinggal kembali pada ayakan, membentuk bahan kasar. Setelah suatu
6
waktu ayakan tertentu (pada penimbangan 40-150 gr setelah kira-kira 9
menit) ditentukan melalui penimbangan, persentase mana dari jumlah yang
telah ditimbang ditahan kembali pada setiap ayakan.
c. Dengan cara sedimentasi
Cara ini pada prinsipnya menggunakan rumus sedimentasi Stocks.
Dasar untuk metode ini adalah aturan stocks :
Keterangan
h = jarak jatuh dalam waktu t
dst = garis tengah rata-rata dari paartikel berdasarkan kecepatan sedimentasi
Ps = kerapatan partikel
po = kerapatan medium dispersi
g = percepatan karena gravitasi
no = viskositas dari medium
Metode yang digunakan dalam penentuan partikel cara sedimentasi ini adalah
metode pipet, metode hidrometer dan metode malance.
7
karakteristik serbuk yang penting jika seorang mempelajari adsorpsi
permukaan dan laju disolusi (Martin, 2008).
Partikel bisa keras dan lembut dalam satu hal dan kasar serta berpori
dalam hal lainnya, seseorang harus menyatakan kerapatan dengan hati-hati.
Kerapatan secara umum diartikan sebagai berat per satuan volume, kesulitan
timbul bila seseorang mencoba untuk menentukan volume dari partikel yang
mengandung retakan-retakan mikroskopis, pori-pori dalam dan ruang-ruang
kapiler (Martin, 2008).
8
yang diberikan turun sepanjang sumbat tersebut, berbanding terbalik dengan
luas permukaan spesifik.
9
BAB III
METODE KERJA
1. Alat
2. Bahan
a. Alkohol 70%
b. Amilum
c. Kertas Perkamen
d. Talkum
e. Tissue
B. Uraian Bahan
a. Alkohol (Ditjen POM edisi III 1979 : 65)
Nama Resmi : Aethanolum
Nama Lain : Alkohol
RM : C2H6O
BM : 46,0
Rumus Bangun :
10
Pemerian : cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah
bergerak, bau khas dan rasa panas.
Kelarutan : hampir larut dalam larutan
Penyimpanan : dalam wadah tertututp rapat
Kegunaan : sebagai pengurang rasa sakit
b. Amilum (Dirjen POM Edisi III : 720)
Nama resmi : Amylum
Nama lain : Amilum
RM : C6H20O10
BM : H2O
Rumus bangun :
11
Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada
kulit bebas dari butiran, warna putih atau serbuk hablur,
hablur kelabu.
Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut
Khasiat : Antasidum.
Kegunaan : Zat tambahan.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
C. Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan alat menggunakan Alkohol 70%
3. Disusun ayakan mesh dari nomor 60 paling atas dan 200 paling bawah
4. Ditimbang bahan sebanyak 25 gram, dan dimasukkan kedalam ayakan mesh
paling atas.
5. Diayak sampel dengan cara manual selama 10 menit
6. Ditimbang sampel yang tertinggal pada masing-masing ayakan
7. Dicatat berat yang diperoleh
8. Dihitung diameter partikelnya
D. Skema Kerja
Hasil
perhitungan
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Sampel Nomor (a) (d) axd Diameter
Bobot Persen rata-rata
Mesh
Tertinggal Tertinggal (g/um)
(g) (%)
Residu
60 16,06 64,24 1031,69 12,51
100 3,91 15,64 61,15 0,742
Talkum
200 0,64 2,575 1,648 0,020
Σ 20,61 82,45 1699,29 20,609
Residu
60 0,40 1,6 0,64 0,125
Amilum 100 0,64 2,575 1,648 0,323
200 0,23 0,92 0,2116 0,229
Σ 1,27 5,095 2,4996 0,490
Residu
60
100
200
Σ
B. Perhitungan
Persen Tertinggal
Talkum
Dik : Jumlah bobot sampel = 25 g
Bobot residu di mesh 60 (a1) = 16,06 g
Bobot residu di mesh 100 (a2) = 3,91 g
Bobot residu di mesh 200 (a3) = 0,64 g
Diameter Partikel
Talkum
Dik : % tertinggal di mesh 60 (d1) = 64,24 %
% tertinggal di mesh 100 (d2) = 15,64 %
% tertinggal di mesh 200 (d3) = 2,575 %
Bobot residu di mesh 60 (a1) = 16,06 g
Bobot residu di mesh 100 (a2) = 3,91 g
Bobot residu di mesh 200 (a3) = 0,64 g
15
Diameter rata-rata di mesh 100 (D1) = ?
Diameter rata-rata di mesh 200 (D1) = ?
Σ a.d = ?
Peny :D=axd/Σd
Residu di mesh 60 = a1 x d1 / Σ d
= 16,06 x 64,24 / 82,45
= 12, 51 um
Residu di mesh 100 = a2 x d2 / Σ d
= 3,91 x 15,64 / 82,45
= 0,742 um
Residu di mesh 200 = a3 x d3 / Σ d
= 0,64 x 2,575 / 82,45
= 0,020 um
Σ a.d = 1031,70 um + 61,15 um + 1,648 um
= 1699,29 um
Amilum
Dik : % tertinggal di mesh 60 (d1) =1,6 %
% tertinggal di mesh 100 (d2) =2,575 %
% tertinggal di mesh 200 (d3) =0,92 %
Bobot residu di mesh 60 (a1) =0,40 g
Bobot residu di mesh 100 (a2) =0,64 g
Bobot residu di mesh 200 (a3) =1,27 g
16
= 0,125 um
Residu di mesh 100 = a2 x d2 / Σ d
= 0,64 x 2,575 / 5,095
= 0,323 um
Residu di mesh 200 = a3 x d3 / Σ d
= 1,27 x 0,92 / 5,095
= 0,229 um
Σ a.d = 0,64 um + 1,648 um + 0,2116 um
= 2,4996 um
Diameter Rata-rata
Talkum
Dik : Σ a.d = 1699,29 um
Σd = 82,45 %
Dit :D=?
Peny : D = Σ (a x d) / Σd
= 1699,29 / 82,45
= 20,609 um
Amilum
Dik : Σ a.d = 2,4996 um
Σd = 5,095 %
Dit :D=?
Peny : D = Σ (a x d) / Σd
= 2,4996 / 5,095
= 0,490 um
C. Pembahasan
17
Tujuan dari praktikum ini, yaitu untuk melakukan pengukuran partikel
dengan metode pengayakan (shieving). Pengayakan adalah sebuah cara
pengelompokan butiran, yang akan dipisahkan menjadi satu atau beberapa
kelompok. Dengan demikian, dapat dipisahkan antara partikel lolos ayakan (butir
halus) dan yang tertinggal diayakan (butir kasar).
Mikromiretik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang partikel
kecil. Pengertian ini sangat penting untuk diketahui oleh mahasiswa farmasi
khususnya dalam membahas obat sediaan padat seperti kapsul ,tablet, granul,
sirup kering. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Ukuran
diameter rata-rata, ukuran luas permukaan rata-rata, volume rata-rata, volume
rata-rata dan sebagainya. Pada umumnya pengertian ukuran partikel disini adalah
ukuran diameter rata-rata.
Ada beberapa metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel,
bentuk partikel, luas permukaan partikel, maupun ukuran pori. Masing-masing
metode memiliki kelebihan dan kekurangan.
19
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
Gambar Keterangan
21
Gambar Keterangan
22
23