Anda di halaman 1dari 26

LABORATORIUM FARMASI

PRODI DIII FARMASI


POLTEKKES KEMENKES GORONTALO

MIKROMERITIK

OLEH

KELOMPOK V (LIMA):

ALYANI USMAN 754840119003


CHINTIA RAHMATIA BAKRI 754840120042
MAGFIRA BILONDATU 754840120049
NADYA APREYVITA GAIB 754840120055
NUR MEGA FEBRIYANTI M. GALIB 754840120059
RAHMAWATI HASAN 754840120064
SITI NURFADHILAH BADU 754840120071
TEGAR ABDIYANTO PADJA 754840120078
PEMBIMBING : FITRIAH AYU MAGFIRAH YUNUS, S.Farm.

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kita persembahkan atas kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan
Laporan Praktikum Fisika Farmasi dengan baik pada waktunya. Laporan ini kami
buat sebagai bagian dari pemenuhan tugas Mata Kuliah Praktikum Fisika Farmasi.
Adapun Laporan Praktikum ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa
adanya bimbingan, nasihat, serta saran dari Bapak dan Ibu dosen pembimbing,
Untuk itu ucapan terimakasih kami kepada Bapak dan Ibu dosen pembimbing
mata kuliah yang telah membantu kami baik secara moral maupun materi,
diantaranya kepada :
1. Dosen penanggung jawab Mata Kuliah Fisika Farmasi Ibu Zulfiayu, S.Si,
M.Si, Apt.
2. Instruktur laboratorium Fisika Farmasi Ibu Rizka Puji Astuti Daud S.Farm,
Apt. dan Ibu Fitriah Ayu Magfirah Yunus, S.Farm.
3. Dosen pembimbing kelompok 5 Ibu Fitriah Ayu Magfirah Yunus, S.Farm.
Kami menyadari bahwa Laporan Kelompok ini masih banyak kekurangan
dan kesalahan serta masih belum dikatakan sempurna. Untuk itu, kami dengan
sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran dari dosen pembimbing
Praktikum Fisika Farmasi untuk kelompok 5. Semoga laporan praktikum ini dapat
bermanfaat untuk kita semua.

Gorontalo, 05 Mei 2021

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Percobaan
C. Manfaat Percobaan
D. Prinsip Percobaan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Mikromeritik
B. Metode menentukan ukuran partikel

C. Metode menentukan luas permukaan


BAB III METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
B. Uraian Bahan
C. Prosedur Kerja
D. Skema Kerja
BAB IV HASIL PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bidang Farmasi, zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat
kebanyakan berukuran kecil dan jarang yang berada dalam keadaan optimum.
Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam bidang
farmasi sebab merupakan penentu bagi sifat-sifat, baik sifat fisika, kimia dan
farmakologi dari bahan obat tersebut.
Mikromeritik merupakan ilmu yang mempelajari tentang ilmu dan
teknologi partikel kecil. Pengetahuan dan pengendalian ukuran, serta kisaran
ukuran partikel sangat penting dalam bidang farmasi. Secara klinik, ukuran
partikel suatu obat dapat mempengaruhi penglepasannya dari bentuk-bentuk
sediaan yang diberikan secara oral, parenteral, rectal, dan topical. Formulasi
yang berhasil dari suspense, emulsi dan tablet, dari segi kestabilan fisik, dan
respon farmakologis, juga bergantung pada ukuran partikel yang dicapai dari
produk itu. Dalam bidang pembuatan tablet dan kapsul, pengendalian ukuran
partikel sangat penting sekali dalam mencapai sifat aliran yang diperlukan dan
pencampuran yang benar dari granul dan serbuk.
Ukuran partikel tidak hanya mempengaruhi luas permukaan suatu sediaan
obat, yang secara langsung mempengaruhi cepat atau lambatnya absorbsi obat
dan membantu daya larut suatu bahan obat tapi juga dapat mempengaruhi
aktivitas biologi dan efek terapinya.
Mengingat pentingnya Mikromeritik dalam bidang Farmasi, maka sudah
sewajarnya jika mahasiswa Farmasi memahami mengenai mikromeritik ini,
termasuk cara-cara dalam melakukan pengukuran ukuran partikel suatu zat.
Banyak metode yang digunakan dalam menentukan ukuran partikel suatu bahan
yaitu metode mikroskopik, metode ayakan dan cara sedimentasi. Namun, dalam
percobaan ini yang digunakan adalah metode ayakan karena metode ini lebih
sederhana, mudah dan murah serta waktunya relati cepat.

1
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengukur diameter dari Talkum dengan
metode ayakan.

C. Manfaat Praktikum
Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara mengukur diameter dari
Talkum menggunakanmetode ayakan.

D. Prinsip Praktikum
Pengukuran Partikel dari serbuk berdasarkan atas penimbangan residu yang
tertinggal pada ayakan yaitu dengan melewatkan serbuk pada ayakan dari nomor
mesh terendah ke nomor mesh tertinggi yang digerakkan dengan cara manual
dengan waktu tertentu.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Mikromeritik
Ilmu dan Teknologi partikel kecil diberi nama Mikromeritik oleh Dalla
Valle. Dispresi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat oleh
mikroskop biasa, sedang partikel untuk emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk
halus berada dalam jangkauan mikroskop optik. Partikel yang mempunyai
ukuran serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular berada dalam
kisaran ayakan (Martin, 2008).
Dalam suatu kumpulan partikel lebih dari satu ukuran (yakni dalam suatu
sampel polidispersi), dua sifat penting yaitu (Martin, 2008).
a. Bentuk dan luas permukaan partikel
b. Kisaran ukuran dan banyaknya atau berat partikel-partikel yang ada dan luas
permukaan total.

Ukuran dari suatu bulatan dengan segera dinyatakan dengan garis


tengahnya. Tetapi, begitu derajat ketidaksimetrisan dari partikel naik, bertambah
sulit pula menyatakan ukurn dalam garis tengah yang berarti. Dalam keadaan
seperti ini, tidak ada garis tengah yang unik. Makanya harus dicari jalan untuk
menggunakan suatu garis tengah bulatan yang ekuivalen, yang menghubungkan
ukuran partikel dan garis tengah bulatan yang mempunyai lusa permukaan,
volume, dan garis tengah yang sama. Jadi, garis tengah permukaan d, adalah
garis tengah suatu bulatan yang mempunyai luas permukaan yang sama seperti
partikel yang diperiksa (Martin,2008).

Untuk memulai setiap analisis ukuran partikel harus diambil dari


umumnya jumlah bahan besar (ditandai dengan jumlah dasar) suatu contoh yang
representatif. Karenanya suatu pemisahan bahan awal dihindari oleh karena dari
suatu pemisahan, contoh yang diambil berupa bahan halus atau bahan kasar.
Untuk pembagian contoh pada jumlah awal dari 10-1000 gr digunakan apa yang
disebut Pembagi, contoh piring berputar. Pada jumlah dasar yang amat besar

3
harus ditarik beberapa contoh dimana tempat pengambilan contoh sebaiknya
dipilih menurut program acak. (Voigt, 1994).

Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama Mikromeritik oleh Dalla
Valle. Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat
dengan mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan suspense farmasi serta
serbuk halus berada pada jangkauan mikroskop optik. Partikel yang mempunyai
ukuran serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular berada dalam
kisaran ayakan (Martin, 2008).

Partikel dari serbuk obat mungkin berbentuk sangat kasar dengan ukuran
kurang lebih 10.000 mikron atau 10 milimikron atau mungkin juga sangat halus
mencapai ukuran koloidal, 1 mikron atau lebih kecil. Agar ukuan partikel serbuk
ini mempunyai standar, maka USP menggunakan suatu batasan dengan istilah
“very coarse, moderately coarse, fine and very fine”, yang dihubungkan dengan
bagian serbuk yang mampu melalui lubang-lubang ayakan yang telah
distandarisasi yang berbeda-beda ukurannya, pada suatu periode waktu tertentu
ketika diadakan pengadukan dan biasanya pada alat pengaduk ayakan secara
mekanis (Ansel, 1989).

Setiap kumpulan partikel biasanya disebut polidispersi. Karenanya perlu


untuk mengetahui tidak hanya ukuran dari suatu partikel tertentu, tapi juga
berapa banyak partikel-partikel dengan ukuran yang sama ada dalam sampel.
Jadikita perlu suatu perkiraan kisaran ukuran tertentu yang ada dan banyaknya
atau berat fraksi dari tiap-tiap ukuran pertikel, dari sini kita bias menghitung
ukuran partikel rata-rata untuk sampel tersebut (Martin, 2008).

Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam


farmasi, sebab ukuran partikel mempunyai peranan besar dalam pembuatan
sediaan obat dan juga terhadap efek fisiologisnya (Mocchtar, 1990).

Pentingnya mempelajari Mikromeritik, yaitu (Parrot, 1970) :

1. Menghitung luas permukaan


4
2. Sifat kimia dan fisika dalam formulasi obat
3. Secara teknis mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara per oral,
suntikan dan topical.
4. Pembuatan obat bentuk emulsi, suspense dan duspensi.
5. Stabilitas obat (tergantung dari ukuran partikel)
Metode paling sederhana dalam penentuan nilai ukuran partikel adalah
menggunakan pengayak standar. Pengayak terbuat dari kawat dengan ukuran
lubang tertentu. Istilah ini (mesh) digunakan untuk menyatakan jumlah lubang
tiap inchi linear (Parrot, 1970).
Ukuran dengan suatu bulatan dengan segera dinyatakan dengan garis
tengahnya. Tetapi, begitu derajat ketidaksimetrisan dari partikel naik, bertambah
sulit pula menyatakan ukuran dalam garis tengah yang berarti. Dalam keadaan
seperti ini, tidak ada garis tengah yang unik. Makanya harus dicari jalan untuk
menggunakan suatu garis tengah bulatan yang ekuivalen, yang menghubungkan
ukuran partikel dan garis tengah bulatan yang mempunyai luas permukaan,
volume dan garis tengah yang sama. Jadi, garis tengah permukaan d, adalah
garis tengah suatu bulatan yang mempunyai luas perukaan yang sama seperti
partikel yang diperiksa (Martin, 2008).
Banyak metode tersedia untuk menentukan ukuran partikel. Mikroskopi,
pengayakan, sedimentasi, dan penentuan volume partikel dibicarakan dalam
bagianberikut. Tidak ada satupun cara pengukuran yang benar-benar merupakan
metode langsung. Walaupun dengan mikroskopik kita dapat melihat gambaran
partikel yang sesungguhnya, hasil yang didapat kemungkinan besar tidak lebih
“Langsung” daripada menggunakan metode lain, karena hanya dua dari tiga
dimensi partikel yang biasanya terlihat. Metode sedimentasi menghasilkan suatu
ukuran partikel relatif terhadap laju dimana partikel itu mengendap melalui suatu
medium pensuspensi (Martin, 2008).

B. Metode menentukan ukuran partikel

5
Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel yaitu
(Martin, 2008):
a. Mikroskopik Optik
Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan
atau tidak diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada
pentas mekanik. Di bawah mikroskop tersebut, pada tempat dimana partikel
terlihat, diletakkan micrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel
tersebut. Pemandangan dalam mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah layar
dimana partikel-partikel tersebut lebih mudah diukur, atau pemotretan bias
dilakukan dari slide yang sudah disiapkan dan diproyeksikan ke layar untuk
diukur.
Kerugian dari metode ini adalah bahwa garis tengah yang diperoleh
hanya dari dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan
lebar. Tidak ada perkiraan yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan
dari partikel dengan memakai metode ini. Tambahan lagi, jumlah partikel
yang harus dihitung (sekitar 300-500) agar mendapatkan suatu perkiraan yang
baik dari distribusi, menjadikan metode tersebut memakan waktu dan jelimet.
Namun demikian pengujian mikroskopis dari suatu sampel harus selalu
dilaksanakan, bahkan jika digunakan metode analisis ukuran partikel lainnya,
karena adanya gumpalan dan partikel-partikel lebih dari satu komponen
seringkali bisa terdeteksi dengan metode ini.
b. Pengayakan
Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari penentuan
ukuran partikel adalah metode analisis ayakan. Disini penentuannya adalah
pengukuran geometri partikel. Sampel diayak melalui susunan menurut
meningginya lebarnya jala ayakan pengujiyang disusun ke atas. Bahan yang
akan diayak dibawa pada ayakan teratas dengan lebar jala lebih besar.
Partikel, yang ukurannya lebih kecil daripada lebar jala yang dijumpai,
berjatuhan melewatinya. Mereka membentuk bahan halus (lolos). Partikel
yang tinggal kembali pada ayakan, membentuk bahan kasar. Setelah suatu

6
waktu ayakan tertentu (pada penimbangan 40-150 gr setelah kira-kira 9
menit) ditentukan melalui penimbangan, persentase mana dari jumlah yang
telah ditimbang ditahan kembali pada setiap ayakan.
c. Dengan cara sedimentasi
Cara ini pada prinsipnya menggunakan rumus sedimentasi Stocks.
Dasar untuk metode ini adalah aturan stocks :

Keterangan
h = jarak jatuh dalam waktu t
dst = garis tengah rata-rata dari paartikel berdasarkan kecepatan sedimentasi
Ps = kerapatan partikel
po = kerapatan medium dispersi
g = percepatan karena gravitasi
no = viskositas dari medium

Metode yang digunakan dalam penentuan partikel cara sedimentasi ini adalah
metode pipet, metode hidrometer dan metode malance.

Partikel dari serbuk obat mungkin berbentuk sangat kasar dengan


ukuran kurang lebih 10.000 mikron atau 10 milimikron atau mungkin juga
sangat halus mencapai ukuran koloidal, 1 mikron atau lebih kecil. Agar ukuan
partikel serbuk ini mempunyai standar, maka USP menggunakan suatu
batasan dengan istilah “very coarse, moderately coarse, fine and very fine”,
yang dihubungkan dengan bagian serbuk yang mampu melalui lubang-lubang
ayakan yang telah distandarisasi yang berbeda-beda ukurannya, pada suatu
periode waktu tertentu ketika diadakan pengadukan dan biasanya pada alat
pengaduk ayakan secara mekanis (Ansel, 1989).

Pengetahuan mengenai bentuk dan luas permukaan suatu partikel


dikehendaki. Bentuk partikel mempengaruhi aliran dan sifat-sifat pengemasan
dari suatu serbuk, juga mempunyai beberapa pengaruh terhadap luas
permukaan. Luas permukaan persatuan berat atau volume merupakan

7
karakteristik serbuk yang penting jika seorang mempelajari adsorpsi
permukaan dan laju disolusi (Martin, 2008).

Partikel bisa keras dan lembut dalam satu hal dan kasar serta berpori
dalam hal lainnya, seseorang harus menyatakan kerapatan dengan hati-hati.
Kerapatan secara umum diartikan sebagai berat per satuan volume, kesulitan
timbul bila seseorang mencoba untuk menentukan volume dari partikel yang
mengandung retakan-retakan mikroskopis, pori-pori dalam dan ruang-ruang
kapiler (Martin, 2008).

Tidak ada metode yang telah diketahui untuk menentukan bentuk


partikel yang tidak beraturan secara geometris, namun telah dikembangkan
metode statistic untuk mrnyatukan ukuran partikel yang tidak beraturan pada
suatu dimensi tunggal, yaitu dalam diameternya. Jika diameter ini diukur
dengan prosedur yang telah dibakukan untuk sejumlah besar partikel, nilainya
dapat dinyatakan dengan berbagai diameter. Hanya dibutuhkan luas
permukaan yang sebanding dengan diameter kuadrat dan volume yang
sebanding dengan diameter kubik (Lavhman, 1989).

C. Metode menentukan luas permukaan


1. Absorbsi
Metode absorbsi, partikel – partkel dengan luas permukaan spesifik
besar merupakan absorben yang baik untuk absorbsi. Zat terlarut dan gas dari
larutan. Absorbsi dan deasorbsi dari gas nitrogen pada sampel serbuk tersebut
diukur dengan suatu detektor konduktivitas panas jika suatu campuran helium
dan nitrogen dilewatkan melalui suatu sel yang mengandung serbuk tersebut.
2. Permeabilitas Udara
Metode permeabilitas udara, prinsip tahanan terhadap aliran dari suatu
cairan, melalui suatu sumbat dari serbuk kompak adalah luas permukaan dari
serbuk tersebut. Makin besar luas permukaan per gram serbuk, makin besar
pula tahanan untuk mengalir. Selanjutnya, permeabilitas untuk suatu tekanan

8
yang diberikan turun sepanjang sumbat tersebut, berbanding terbalik dengan
luas permukaan spesifik.

9
BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Ayakan mesh 60, 100, dan 200


b. Cawan petri
c. Cawan perselin
d. Neraca analitik
e. Sendok tanduk
f. Sudip

2. Bahan

a. Alkohol 70%
b. Amilum
c. Kertas Perkamen
d. Talkum
e. Tissue

B. Uraian Bahan
a. Alkohol (Ditjen POM edisi III 1979 : 65)
Nama Resmi : Aethanolum
Nama Lain : Alkohol
RM : C2H6O
BM : 46,0
Rumus Bangun :

10
Pemerian : cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah
bergerak, bau khas dan rasa panas.
Kelarutan : hampir larut dalam larutan
Penyimpanan : dalam wadah tertututp rapat
Kegunaan : sebagai pengurang rasa sakit
b. Amilum (Dirjen POM Edisi III : 720)
Nama resmi                :  Amylum
Nama lain                   :  Amilum
RM                   :  C6H20O10
BM    : H2O
Rumus bangun           : 

Pemerian                   :  Serbuk halus, kadang-kadang berupa gumpalan kecil;


tidak berbau; tidak berasa.
Kelarutan                    :  Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol
(95%)P.
Penyimpanan              : Dalam wadah tertutup baik, di tempat sejuk dan kering.
Kegunaan                    :  Sebagai sampel.
c. Talk (Farmakope Indonesia edisi III : 591)
Nama resmi               : Talkum
Nama lain                  : Talk
RM                            : H8Mg3
BM                            : 379,2657
Rumus Bangun       :

11
Pemerian                     : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada
kulit bebas dari butiran, warna putih atau serbuk hablur,
hablur kelabu.
Kelarutan                   : Tidak larut dalam hampir semua pelarut
Khasiat                      : Antasidum.
Kegunaan                  : Zat tambahan.
Penyimpanan             : Dalam wadah tertutup baik

C. Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan alat menggunakan Alkohol 70%
3. Disusun ayakan mesh dari nomor 60 paling atas dan 200 paling bawah
4. Ditimbang bahan sebanyak 25 gram, dan dimasukkan kedalam ayakan mesh
paling atas.
5. Diayak sampel dengan cara manual selama 10 menit
6. Ditimbang sampel yang tertinggal pada masing-masing ayakan
7. Dicatat berat yang diperoleh
8. Dihitung diameter partikelnya
D. Skema Kerja

Alat dan bahan yang


digunakan
disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
dibersihkan alat menggunakan Alkohol 70%
disusun ayakan mesh dari nomor 60 paling atas dan 200 paling
bawah
ditimbang bahan sebanyak 25 gram
12
Bahan talkum sebanyak 25
gram
dimasukkan kedalam ayakan mesh paling atas.
diayak sampel dengan cara manual selama 10 menit
ditimbang sampel yang tertinggal pada masing-masing ayakan
dicatat berat yang diperoleh
dihitung diameter partikelnya

Hasil
perhitungan

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Sampel Nomor (a) (d) axd Diameter
Bobot Persen rata-rata
Mesh
Tertinggal Tertinggal (g/um)
(g) (%)
Residu
60 16,06 64,24 1031,69 12,51
100 3,91 15,64 61,15 0,742
Talkum
200 0,64 2,575 1,648 0,020
Σ 20,61 82,45 1699,29 20,609
Residu
60 0,40 1,6 0,64 0,125
Amilum 100 0,64 2,575 1,648 0,323
200 0,23 0,92 0,2116 0,229
Σ 1,27 5,095 2,4996 0,490
Residu
60
100
200
Σ

B. Perhitungan
 Persen Tertinggal
Talkum
Dik : Jumlah bobot sampel = 25 g
Bobot residu di mesh 60 (a1) = 16,06 g
Bobot residu di mesh 100 (a2) = 3,91 g
Bobot residu di mesh 200 (a3) = 0,64 g

Dit : % tertinggal di mesh 60 (d1) =?


14
% tertinggal di mesh 100 (d2) = ?
% tertinggal di mesh 200 (d3) = ?
Σd = ?
Peny : % tertinggal (d..) = bobot tertinggal/ berat awal sampel x 100%
Σd = 64,24 % + 15,64 % + 2,575 %
Σd = 82,45 %
Amilum
Dik : Jumlah bobot sampel = 25 g
Bobot residu di mesh 60 (a1) = 0,40 g
Bobot residu di mesh 100 (a2) = 0,64 g
Bobot residu di mesh 200 (a3) = 1,27 g

Dit : % tertinggal di mesh 60 (d1) =?


% tertinggal di mesh 100 (d2) = ?
% tertinggal di mesh 200 (d3) = ?
Σd = ?
Peny : % tertinggal (d..) = bobot tertinggal/ berat awal sampel x 100%
Σd = 1,6 % + 2,575 % + 0,92 %
Σd = 5,095 %

 Diameter Partikel
Talkum
Dik : % tertinggal di mesh 60 (d1) = 64,24 %
% tertinggal di mesh 100 (d2) = 15,64 %
% tertinggal di mesh 200 (d3) = 2,575 %
Bobot residu di mesh 60 (a1) = 16,06 g
Bobot residu di mesh 100 (a2) = 3,91 g
Bobot residu di mesh 200 (a3) = 0,64 g

Dit : Diameter rata-rata di mesh 60 (D1) = ?

15
Diameter rata-rata di mesh 100 (D1) = ?
Diameter rata-rata di mesh 200 (D1) = ?
Σ a.d = ?
Peny :D=axd/Σd
Residu di mesh 60 = a1 x d1 / Σ d
= 16,06 x 64,24 / 82,45
= 12, 51 um
Residu di mesh 100 = a2 x d2 / Σ d
= 3,91 x 15,64 / 82,45
= 0,742 um
Residu di mesh 200 = a3 x d3 / Σ d
= 0,64 x 2,575 / 82,45
= 0,020 um
Σ a.d = 1031,70 um + 61,15 um + 1,648 um
= 1699,29 um
Amilum
Dik : % tertinggal di mesh 60 (d1) =1,6 %
% tertinggal di mesh 100 (d2) =2,575 %
% tertinggal di mesh 200 (d3) =0,92 %
Bobot residu di mesh 60 (a1) =0,40 g
Bobot residu di mesh 100 (a2) =0,64 g
Bobot residu di mesh 200 (a3) =1,27 g

Dit : Diameter rata-rata di mesh 60 (D1) = ?


Diameter rata-rata di mesh 100 (D1) = ?
Diameter rata-rata di mesh 200 (D1) = ?
Σ a.d = ?
Peny :D=axd/Σd
Residu di mesh 60 = a1 x d1 / Σ d
= 0,40 x 1,6 / 5,095

16
= 0,125 um
Residu di mesh 100 = a2 x d2 / Σ d
= 0,64 x 2,575 / 5,095
= 0,323 um
Residu di mesh 200 = a3 x d3 / Σ d
= 1,27 x 0,92 / 5,095
= 0,229 um
Σ a.d = 0,64 um + 1,648 um + 0,2116 um
= 2,4996 um

 Diameter Rata-rata
Talkum
Dik : Σ a.d = 1699,29 um
Σd = 82,45 %
Dit :D=?
Peny : D = Σ (a x d) / Σd
= 1699,29 / 82,45
= 20,609 um
Amilum
Dik : Σ a.d = 2,4996 um
Σd = 5,095 %
Dit :D=?
Peny : D = Σ (a x d) / Σd
= 2,4996 / 5,095
= 0,490 um

C. Pembahasan

17
Tujuan dari praktikum ini, yaitu untuk melakukan pengukuran partikel
dengan metode pengayakan (shieving). Pengayakan adalah sebuah cara
pengelompokan butiran, yang akan dipisahkan menjadi satu atau beberapa
kelompok. Dengan demikian, dapat dipisahkan antara partikel lolos ayakan (butir
halus) dan yang tertinggal diayakan (butir kasar).
Mikromiretik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang partikel
kecil. Pengertian ini sangat penting untuk diketahui oleh mahasiswa farmasi
khususnya dalam membahas obat sediaan padat seperti kapsul ,tablet, granul,
sirup kering. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Ukuran
diameter rata-rata, ukuran luas permukaan rata-rata, volume rata-rata, volume
rata-rata dan sebagainya. Pada umumnya pengertian ukuran partikel disini adalah
ukuran diameter rata-rata.
Ada beberapa metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel,
bentuk partikel, luas permukaan partikel, maupun ukuran pori. Masing-masing
metode memiliki kelebihan dan kekurangan.

Banyak metode yang tersedia untuk menentukan ukuran partikel. Yang


diutarakan disini hanyalah metode yang digunakan secara luas dalam praktek di
bidang farmasi serta metode yang merupakan ciri dari suatu prinsip khusus. Pada
bagian ini akan dibicarakan metode pengukuran seperti mikroskopi, pengayakan,
dan cara sedimentasi. Namun, tidak ada satu pun cara pengukuran yang benar-
benar merupakan metode langsung. Walaupun dengan mikroskop kita dapat
melihat gambaran partikel yang sesungguhnya, hasil yang didapat kemungkinan
besar tidak lebih ”langsung” dari pada menggunakan metode lain, karena hanya
dua dari tiga dimensi partikel yang bisa terlihat.
Metode ayakan merupakan metode yang paling sederhana untuk mengukur
ukuran rata-rata partikel. Ayakan dapat dibuat dari kawat dengan ukuran lubang
tertentu, dimana lubang dinyatakan dalam ukuran inci untuk mendapatkan analisis
yang lebih rinci. Pada cara ini, ayakan disusun bertingkat dimulai dari ayakan
yang paling kasar diletakkan paling atas pada mesin penggerak dilanjutkan sampai
pada ayakan paling halus yang diletakkan paling bawah. Suatu saampel ditimbang
18
dan ditaruh diatas ayakan dan digerakkan dengan mesin penggerak. Sisa dari
sampel yang tertinggal pada setiap ayakan diambil untuk kemudian ditimbang.
Adapun pada percobaan kali ini kami menggunakan metode ayakan dengan
pengayak nomor mesh 60, 100, dan 200 sesuai yang tersedia dalam laboratorium.
Sampel yang digunakan adalah Talkum dan Amilum dengan masing-masing
sebanyak 25 gram.
Prosedur pertama yang dilakukan adalah meletakkan sampel yang telah
ditimbang di atas ayakan dengan nomor mesh terkecil yakni 60, yang kemudian
disusun dibawahnya ayakan nomor mesh 100 dan 200. Setelah itu sampel diayak
dengan cara manual selama 10 menit.
Dari percobaan menggunakan sampel Talkum diperoleh hasil, yaitu ; berat
yang tertinggal pada ayakan nomor 60 sebanyak 16,6 gram, ayakan nomor 100
sebanyak 3,91 gram dan ayakan nomor 200 sebanyak 0,64 gram. Setelah dihitung,
diperoleh diameter rata-rata dari talkum adalah 20,609 mikrometer. Dari data
tersebut diperoleh bahwa umumnya zat sisa yang tertahan dengan semakin tinggi
nomor mesh semakin semakin sedikit zat yang tertahan. Hal ini karena ukuran
dalam tiap inci semakin kecil lubangnya.

19
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN

Gambar Keterangan

21
Gambar Keterangan

22
23

Anda mungkin juga menyukai