Anda di halaman 1dari 5

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KAFEIN DARI KOPI ARABIKA MENGGUNAKAN

METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) DAN SPEKTROFOTOMETRI


UV-VIS
Kartika Widiastuti, Laely Nur Afita, Larasati, Muhammad Hasby Assidiqi, dan Mutia Nurul Niza
E-mail :
S1 Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Mandala Husada
Jln. Cut Nyak Dhien, Kalisapu, Slawi, Tegal
Telp. 6197570 – 6197571, Fax (0283)6198450

Abstrak
Kopi merupakan salah satu minuman yang banyak digemari masyarakat Kabupaten Tegal, karena kopi
telah dikonsumsi dari generasi ke generasi. Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid terkandung secara alami
pada lebih dari 60 jenis tanaman. Kafein memiliki efek farmakologis yang bermanfaat secara klinis, seperti
menstimulasi susunan syaraf pusat, relaksasi otot polos terutama otot polos bronkus dan stimulasi otot jantung.
Kopi Arabika merupakan jenis kopi tertua yang dikenal dan dibudidayakan di dunia dengan varietas-
varietasnya. Tujuan penelitian ini, yaitu mengisolasi dan mengidentifikasi kafein dalam kopi bubuk arabika
yang beredar di Kabupaten Tegal dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan
Spektrofotometri UV-Vis. KLT dilakukan dengan menggunakan fase diam berupa silika gel GF254 Merck dan
pada fase gerak menggunakan kloroform:etanol (99:1). Hasil penelitian dari isolasi mempunyai rendemen
0,67% dengan berat 0,34 gram serta hasil identifikasi kafein dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) dan
Spektrofotometri UV-Vissibel menunjukan hasil yang sama antara sampel kopi dengan standar yaitu dengan
standar (Rf=0,7 dan Hrf=70) dan sampel (Rf=0,69 dan Hrf=69). Selain itu terdapat 2 peak dengan λ serapan
maksimal yang sama antara sampel dan standar yaitu 273,5 nm dan 202,5 nmdengan absorbansi tertinggi yang
hampir samayaitu 0,360 dan 0,384. Kesimpulan dari hasil uji laboratorium pada penelitian menunjukkan bahwa
kopi bubuk arabika mengandung senyawa kafein yang dapat diisolasi dan diidentifikasi dengan cara KLT dan
Spektrofotometri UV-Vis.
Kata Kunci :Arabica, KLT, Rendemen, Spektrofotometri UV-Vis

1. Pendahuluan Kafein merupakan senyawa kimia


Kopi merupakan salah satu minuman alkaloid terkandung secara alami pada lebih
yang banyak digemari masyarakat Kabupaten dari 60 jenis tanaman terutama teh (1- 4,8 %),
Tegal, karena kopi telah dikonsumsi dari kopi (1-1,5 %), dan biji kola(2,7-3,6 %).
generasi ke generasi. Hingga saat ini, para Kafein diproduksi secara komersial dengan
lanjut usia bahkan muda-mudi memilih kopi cara ekstraksi dari tanaman tertentu serta
bubuk dibandingkan kopi jenis lain karena diproduksi secara sintetis. Kebanyakan
rasanya yang khas. Oleh sebab itu banyak produksi kafein bertujuan untuk memenuhi
terdapat warung kopi di pinggiran jalan yang kebutuhan industri minuman (Misra et al,
menjual kopi bubuk buatan lokal. Penikmat 2008).
kopi biasanya minum kopi 3-4 cangkir setiap Kafein memiliki efek farmakologis yang
hari. Hal ini menyebabkan seseorang bermanfaat secara klinis, seperti menstimulasi
ketergantungan minum kopi. Ketergantungan susunan syaraf pusat, relaksasi otot polos
tersebut karena disebabkan karena adanya terutama otot polos bronkus dan stimulasi otot
kandungan kafein dalam kopi. jantung (Coffeefag, 2001). Berdasarkan efek
Kopi Arabika merupakan jenis kopi tertua farmakologis tersebut, kafein ditambahkan
yang dikenal dan dibudidayakan di dunia dalam jumlah tertentu ke minuman. Efek
dengan varietas-varietasnya. Di Indonesia berlebihan (over dosis) mengkonsumsi kafein
tanaman kopi Arabika cocok dikembangkan di dapat menyebabkan gugup, gelisah.tremor,
daerah-daerah dengan ketinggian antara 800- insomnia, hipertensi, mual dan kejang
1500 m di atas permukaan laut dan dengan (Farmakologi UI, 2002). Berdasarkan FDA
suhu rata-rata 15-24ºC. Mengingat belum (Food Drug Administration) yang diacu dalam
banyak jenis kopi Arabika yang tahan akan Liska (2004), dosis kafein yang diizinkan 100-
penyakit karat daun, dianjurkan penanaman 200mg/hari, sedangkan menurut SNI 01-
kopi Arabika tidak di daerah-daerah di bawah 7152-2006 batas maksimum kafein dalam
ketinggian 800 m dpl. (Sihombing, 2011) makanan dan minuman adalah 150 mg/hari
dan 50 mg/sajian. Kafein sebagai stimulan
tingkat sedang (mild stimulant) memang Isolasi senyawa kafein dengan KLT
seringkali diduga sebagai penyebab Lempeng alumunium silika gel GF254 Merck
kecanduan. Kafein hanya dapat menimbulkan disiapkan dengan ukuran panjang 10 cm dan
kecanduan jika dikonsumsi dalam jumlah yang lebar 2 cm. Kristal yang dihasilkan dilarutkan
banyak dan rutin. dalam kloroform dan ditotolkan padalempeng
Tujuan penelitian ini, yaitu mengisolasi tepi bawah bersama standar kafein dan diangin
dan mengidentifikasi dan kafein dalam kopi anginkan. Lempeng dimasukkan dalam
bubuk arabika yang beredar di Kabupaten chamber yang berisi eluen yaitu campuran
Tegal dengan menggunakan metode homogen lapisan bawah pelarut antara
kromatografi lapis tipis (KLT) dan kloroform : etanol (99:1). Lempeng dibiarkan
Spektrofotometri UV-Vis. terelusi hingga eluen merambat sampai pada
tanda garis tepi atas lempeng kemudian
2. Metode Penelitian dikeluarkan dan dikeringkan di udara.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengamatan noda menggunakan lampu UV
Mikrobiologi Program Studi S1 farmasi 254 dan 366 nm.
STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi, Tegal
pada tanggal 17-18 Juli 2018. Penelitian Identifikasi senyawa Kafein dengan Spekto
dimulai dengan isolasi kafein dalam serbuk fotometri UV-Vis
kopi arabika, proses kristalisasi, dan Sejumlah kristal kafein ditimbang 2,5
selanjutnya identifikasi dengan metode mg dan dilarutkan dalam 25 ml pelarut HCL
kromatografi lapis tipis dan spektrofotometer 0,1 N dengan faktor pengenceran 10 ppm.
UV-Vis. Penentuan senyawa kafein yaitu dibaca λ
maksimal dengan spektrofotometer pada range
Alat bahan panjang gelombang 190-380 nm dengan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian blanko serapan dan dihitung jumlah kafein dari
ini, yaitu seperangkat alat ekstraksi refluks, angka serapan masing-masing.
timbangan analitik, corong buncher, tabung
reaksi, corong, batang pengaduk, labu takar, 3. Hasil dan Pembahasan
gelas piala (pyrex), chamber, pipa kapiler, Pembuatan ektrak dan kristalisasi kafein
pipet volume, plat alumunium, erlenmeyer, Serbuk kopi yang digunakan adalah jenis
pipet tetes, corong pisah, kaca arloji, gelas arabika berwarna hitam dan memiliki bau
ukur, hot plate, deteksi sinar UV dan harum yang khas. Isolasi kafein menggunakan
spektrofotometri UV-Vis. metode refluks dengan penyari aquadest (air),
Bahan yang digunakan dalam penelitian bukan pelarut organik. Hal ini dikarenakan
ini yaitu standar kafein,kloroform, Larutan jikamenggunakan pelarut organik, maka residu
HCl 0,1 N , aquadest, etanol 96%, silika gel pelarut organik dalam biji kopi akan tinggi dan
GF254 Merck, sampel kopi bubuk arabika , Pb akan menghasilkan bau pelarut organik dalam
asetat, kain flanel dan kapas. kopi (Kartasasmita, R. E. Dan Susan, A.,
2012). Proses pemanasan berlasung sekitar 30
Pembuatan ektrak dan kristalisasi kafein menit setelah kopi mendidih yaitu pada suhu
Sebanyak 50 gram kopi bubuk arabika 1000C. Hal ini karena kelarutan kafein lebih
diekstrasi menggunakan metode refluks dalam tinggi pada suhu100°C. Selain itu, pada suhu
pelarut aquadest sebanyak 250 mL selama 30 di atas 95°C aroma dan rasa kopi akan
menit dengan suhu tinggi. Setelah itu terdegradasi (Zeller 1985).
ditambahkan Pb asetat 40 mL dan disaring Hasil refluks berupa larutan kopi
pada kain flanel. Hasil filtrat disaring kembali homogen yang kemudian disaring
menggunakan kapas 3 kali dan dimasukkan menggunakan corong buchner agar
dalam corong pisah. Lalu ditambah 20 mL penyaringan filtrat berlangsung dengan cepat.
kloroform lalu digojog dan didiamkan. Ditambahkan Pb asetat 40 mL sedikit demi
Kemudian diambil lapisan bawah dan sedikit. Menurut Raharjo (2010) Penambahan
dilakukan kristalisasi dengan metode larutan timbal asetat anhidrat dalam keadaan
sublimasi. panas-panas secrara tetes-pertetes bertujuan
untuk mengendapkan kotoran-kotoran dari
filtrat kopi berupa garam-garam. seperti
albumin, asam-asam, tannin dan sebagainya.
Selanjutnya penyaringan berulang dilakukan Isolasi senyawa kafein dengan KLT
dengan menggunakan kapas agar terbentuk Identifikasi kafein menggunakan
filtrat yang murni. kromatografi Lapis Tipis dengan fase diam
Proses pemisahan kafein menggunakan silika gel dan fase gerak kloroform:etanol
corong pisah dengan ditambahkan kloroform. (99:1). Langkah awal dengan melarutkan
Menurut Firdaus (2011) metode ekstraksi sedikit krital kafein dengan pelarut kloroform.
corong pisah didasarkan atas distribusi Fase diam berupa silika gel dalam plat
senyawa antara dua fasa pada dua lapisan cair diaktivasi terlebih dahulu dalam oven suhu
yang berkesinambungan.Kloroform dipilih 500C selama 15 menit, bertujuan untuk
karena kafein sangat larut didalam kloroform. menghilangkan pengotor dan air yang terdapat
Menurut McMurry (2004) kafein lebih larut dalam plat KLT. Fase gerak dibuat dalam 15
didalam air jika dibandingkan dengan etanol. mL, kemudian dijenuhkan terlebih dahulu.
Namun, Kelarutan kafein lebih besar di dalam Penjenuhan bertujuan menghilangkan uap air
klorofom jika dibandingkan dengan air. atau gas lain yang akan menghalangi laju
Pada saat proses pemisahan, tutup corong eluen dan menyeimbangkan tekanan atmosfer
pisah harus sekali-sekali dibuka agar di dalam dan di luar chamber, menjadikan
memperkecil terjadinya tekanan uap akibat eluen memenuhi chamber sehingga distribusi
proses pengguncangan yang dilakukan. fasa diam dapat berjalan dengan lancar.
Kloroform yang bersifat nonpolar mengikat Penotolan dilakukan dengan menggunakan
kafein dan berada pada lapisan bawah karena pipa kapiler antara larutan standar kafein dan
memiliki berat jenis yang lebih besar. Lapisan larutan sampel kafein. Pada saat penotolan hal-
bawah inilah yang diambil untuk diektraksi hal yang harus diperhatikan yaitu posisi pipa
kembali. Agar hasil yang diperoleh maksimal, kapiler harus tegak lurus dan ditotolkan 2-3
proses ekstraksi dilakukan sebanyak dua kali. totolan yang berfungsi agar bercak yang
Hasil ekstraksi dua kali ini berupa larutan terlihat lebih jelas.
coklat bening yang mengandung kloroform. Selanjutnya proses elusi, plat silika gel
Kemudian dilakukan kristalisasi dengan proses yang sudah ditotolkan, dimasukkan dalam
sublimasi agar kristal kafein murni dapat chamber, kemudian ditunggu proses elusi
terbentuk. Proses sublimasi memerlukan suhu selesai. Plat silika yang sudah terelusi diangin-
diatas 110 0C karena harus melewati titik didih anginkan terlebih dahulu, kemudian dideteksi
kafein agar kafein yang terdapat didalam bercak dalam sinar UV 254 nm dan 366 nm.
larutan berubah menjadi gas kemudian Hasilnya bercak terlihat pada UV 254 nm
mengkristal. Menurut Firdaus (2011) dalam berwarna ungu dengan fluorosensi hijau.
sublimasi, padatan diubah menjadi uap tanpa
melalui fasa cair, yang kemudian
terkondensisasi ada menjadi kristal.
Diperoleh kristal kafein berwarna putih,
bentuk amorf jarum, dan tidak berbau dengan
berat kristal 0,34 gram dengan rendemen 0,679
%.

(a) (b)

Ket. (a) Standar kafein


Gambar 1. Terbentuk kristal kafein
(b) Sampel hasil isolasi

Gambar 2. Noda yang dihasilkan pada KLT


Dari bercak tersebut, diperoleh nilai Rf
dan Hrf untuk larutan standar dan larutan
sampel kafein hampir sama dan mendekati
100% yaitu standar (Rf=0,7 dan Hrf=70%) dan
sampel (Rf=0,69 dan Hrf=69%). Hal tersebut
menandakan bahwa hasil isolasi yang didapat
identik dengan kafein dan nilai Rf keduannya
baik karena masuk dalam range 0,2-0,8.

Identifikasi senyawa Kafein dengan


Spektofotometri UV-Vis (a)
Selanjutnya mengukur absorbansi
menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
Larutan yang digunakan untuk pelarut dan
larutan blanko adalah larutan HCl 0,1 N.

(b)
Gambar 3. Reaksi antara kafein dengan HCl
Ket: (a) Peak yang dihasilkan dari standar kafein
Dimana HCl digunakan karena dapat (b) Peak yang dihasilkan dari sampel
melarutkan kafein dan bersifat asam sehingga
dapat membuat suasana kafein menjadi asam, Gambar 4. Peak yang dihasilkan larutan standar
karena pada suasana asam panjang gelombang dan larutan sampel
yang dihasilkan maksimum. Panjang
gelombang yang maksimum memiliki
kepekaan maksimal karena terjadi perubahan
absorbansi yang paling besar serta pada
panjang gelombang maksimum bentuk kurva
absorbansi memenuhi hukum Lambert-Beer
Pada panjang gelombang maksimum pun
apabila dilakukan pengukuran ulang maka
kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan
ulang panjang gelombang akan kecil sekali,
ketika digunakan panjang gelombang
maksimal (Rohman, Abdul, 2007). 
(a)
Media yang digunakan untuk
pengukuran adalah kuvet. Sebelum proses
pengukuran dilakukan, kuvet yang
dipergunakan dibilas terlebih dahulu dan dilap
dengan menggunakan tisu sampai tidak
terdapat butiran air diluar permukaan kuvet,
agar cahaya yang terserap oleh larutan
maksimal. Larutan baku adalah larutan kafein
100 ppm kemudian diencerkan dalam 10 ppm
dan dianalisis dalam spektrofotometer UV-Vis
dengan range panjang gelombang 190-380 nm.

(b)
Ket: (a) Panjang gelombang maksimal dari larutan canephora L.) menggunakan Pelarut
standar kafein Polar (Etanol dan Metanol)”.Jurnal Acta
(b) Panjang gelombang maksimal dari larutan Pharmaceutica Indonesia. Vol. XXXVII,
sampel No. 3: 83.
Liska, K.(2004). Drugs and The Body with
Gambar 5. Panjang gelombang maksimal yang
Implication for Society. Edisi ke-7. New
dihasilkan dari larutan standar dan larutan sampel. 1Jersey: Pearson.
McMurray, J. (2004). Organik Chemistry
Analisis spektro menghasilkan peak, nilai Brooks/Cole: USA.
panjang gelombang maksimal dan absorbansi. Misra, H., Mehta, D., Mehta, B.K., Soni, M.,
Larutan standar dan sampel kafein 10 ppm and Jain, D.C.(2008).“Study of Extraction
masing-masing memunculkan 2 peak dengan and HPTLC – UV Method for Estimation
panjang gelombang serapan maksimum yaitu of Caffeine in Marketed Tea (Camellia
273,5 nm. Nilai panjang gelombang yang sama sinensis) Granules”. International
ini membuktikan bahwa hasil isolasi identik Journal of Green Pharmacy : 47-51.
dengan kafein. Hal ini juga diperkuat dalam Raharjo, R.A. (2010). Penentuan Kadar Kafein
penelitian Suko (2007) yang menyatakan Dalam Kopi. Laporan Praktikum.
bahwa hasil panjang gelombang serapan Kendari : Unversitas Haluoleo.
maksimum kafein dengan pelarut asam encer Rohman, Abdul.(2007). Kimia Analisis
adalah 273 nm. Nilai absorbansi juga hampir Farmasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
sama yaitu 0,360 untuk standar dan 0,384 Sihombing, T. P. (2011).Studi Kelayakan
untuk sampel yang membuktikan bahwa hasil Pengembangan Usaha Pengolahan Kopi
isolasi kristal kafein bersifat murni. Arabika (studi kasus PT. sumatera
speciality coffees). Bogor : Institut
4. Kesimpulan Pertanian Bogor.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat Suko, Veronica. (2007). “Penetapan Kadar
disimpulkan bahwaisolasikafein dari kopi Kafein Dalam Minuman Berenergi Merk
arabika mempunyai berat 0,34 gram dengan “X” dengan Metode Spektrofotometer
rendemen 0,67%. Hasil identifikasisenyawa Derivat Aplikasi Peak-to-Peak”. Skripsi.
kafein dengan metode Kromatografi Lapis Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Tipis (KLT) dan spektrofotometer UV-Vis Zeller.(1985). Coffee Extract Decaffeination
menunjukan hasil yang sama antara hasil Method, United States Patent, 4,521,438,
isolasidengan standar dengannilai hrf yang 1-5.
mendekati 100% yaitu 70% dan 69%. Selain
itu terdapat 2 peak dengan λ serapan maksimal
273,5nm. Hasil tersebut menyatakan bahwa
hasil isolasi identik dengan kafein dan nilai
absorbansi yang hampir sama yaitu 0,360 dan
0,384 juga menunjukkan bahwa kristal kafein
yang diperoleh bersifat murni.

5. Daftar Pustaka
Coffefag. (2001). Frequently Asked Questions
about Caffeine. Diakses 27 Juli 2018
Fact and Comparisons. (2001). Facts and
Comparisons 2001. Fact and
Comparisons : USA.
Farmakologi UI.(2002). Farmakologi dan
Terapi Edisi 4. Gaya Baru : Jakarta
Firdaus. (2011). Teknik Dalam Laboratorium
Kimia Organik. Hibah Penulisan Buku
Ajar. Makasar: Unversitas Hasanuddin.
Kartasasmita, R. E. Dan Susan, A.(2012).
“Dekafeinasi Biji Kopi Robusta (Coffea

Anda mungkin juga menyukai