Abstrak
Kopi merupakan salah satu minuman yang banyak digemari masyarakat Kabupaten Tegal, karena kopi
telah dikonsumsi dari generasi ke generasi. Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid terkandung secara alami
pada lebih dari 60 jenis tanaman. Kafein memiliki efek farmakologis yang bermanfaat secara klinis, seperti
menstimulasi susunan syaraf pusat, relaksasi otot polos terutama otot polos bronkus dan stimulasi otot jantung.
Kopi Arabika merupakan jenis kopi tertua yang dikenal dan dibudidayakan di dunia dengan varietas-
varietasnya. Tujuan penelitian ini, yaitu mengisolasi dan mengidentifikasi kafein dalam kopi bubuk arabika
yang beredar di Kabupaten Tegal dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan
Spektrofotometri UV-Vis. KLT dilakukan dengan menggunakan fase diam berupa silika gel GF254 Merck dan
pada fase gerak menggunakan kloroform:etanol (99:1). Hasil penelitian dari isolasi mempunyai rendemen
0,67% dengan berat 0,34 gram serta hasil identifikasi kafein dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) dan
Spektrofotometri UV-Vissibel menunjukan hasil yang sama antara sampel kopi dengan standar yaitu dengan
standar (Rf=0,7 dan Hrf=70) dan sampel (Rf=0,69 dan Hrf=69). Selain itu terdapat 2 peak dengan λ serapan
maksimal yang sama antara sampel dan standar yaitu 273,5 nm dan 202,5 nmdengan absorbansi tertinggi yang
hampir samayaitu 0,360 dan 0,384. Kesimpulan dari hasil uji laboratorium pada penelitian menunjukkan bahwa
kopi bubuk arabika mengandung senyawa kafein yang dapat diisolasi dan diidentifikasi dengan cara KLT dan
Spektrofotometri UV-Vis.
Kata Kunci :Arabica, KLT, Rendemen, Spektrofotometri UV-Vis
(a) (b)
(b)
Gambar 3. Reaksi antara kafein dengan HCl
Ket: (a) Peak yang dihasilkan dari standar kafein
Dimana HCl digunakan karena dapat (b) Peak yang dihasilkan dari sampel
melarutkan kafein dan bersifat asam sehingga
dapat membuat suasana kafein menjadi asam, Gambar 4. Peak yang dihasilkan larutan standar
karena pada suasana asam panjang gelombang dan larutan sampel
yang dihasilkan maksimum. Panjang
gelombang yang maksimum memiliki
kepekaan maksimal karena terjadi perubahan
absorbansi yang paling besar serta pada
panjang gelombang maksimum bentuk kurva
absorbansi memenuhi hukum Lambert-Beer
Pada panjang gelombang maksimum pun
apabila dilakukan pengukuran ulang maka
kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan
ulang panjang gelombang akan kecil sekali,
ketika digunakan panjang gelombang
maksimal (Rohman, Abdul, 2007).
(a)
Media yang digunakan untuk
pengukuran adalah kuvet. Sebelum proses
pengukuran dilakukan, kuvet yang
dipergunakan dibilas terlebih dahulu dan dilap
dengan menggunakan tisu sampai tidak
terdapat butiran air diluar permukaan kuvet,
agar cahaya yang terserap oleh larutan
maksimal. Larutan baku adalah larutan kafein
100 ppm kemudian diencerkan dalam 10 ppm
dan dianalisis dalam spektrofotometer UV-Vis
dengan range panjang gelombang 190-380 nm.
(b)
Ket: (a) Panjang gelombang maksimal dari larutan canephora L.) menggunakan Pelarut
standar kafein Polar (Etanol dan Metanol)”.Jurnal Acta
(b) Panjang gelombang maksimal dari larutan Pharmaceutica Indonesia. Vol. XXXVII,
sampel No. 3: 83.
Liska, K.(2004). Drugs and The Body with
Gambar 5. Panjang gelombang maksimal yang
Implication for Society. Edisi ke-7. New
dihasilkan dari larutan standar dan larutan sampel. 1Jersey: Pearson.
McMurray, J. (2004). Organik Chemistry
Analisis spektro menghasilkan peak, nilai Brooks/Cole: USA.
panjang gelombang maksimal dan absorbansi. Misra, H., Mehta, D., Mehta, B.K., Soni, M.,
Larutan standar dan sampel kafein 10 ppm and Jain, D.C.(2008).“Study of Extraction
masing-masing memunculkan 2 peak dengan and HPTLC – UV Method for Estimation
panjang gelombang serapan maksimum yaitu of Caffeine in Marketed Tea (Camellia
273,5 nm. Nilai panjang gelombang yang sama sinensis) Granules”. International
ini membuktikan bahwa hasil isolasi identik Journal of Green Pharmacy : 47-51.
dengan kafein. Hal ini juga diperkuat dalam Raharjo, R.A. (2010). Penentuan Kadar Kafein
penelitian Suko (2007) yang menyatakan Dalam Kopi. Laporan Praktikum.
bahwa hasil panjang gelombang serapan Kendari : Unversitas Haluoleo.
maksimum kafein dengan pelarut asam encer Rohman, Abdul.(2007). Kimia Analisis
adalah 273 nm. Nilai absorbansi juga hampir Farmasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
sama yaitu 0,360 untuk standar dan 0,384 Sihombing, T. P. (2011).Studi Kelayakan
untuk sampel yang membuktikan bahwa hasil Pengembangan Usaha Pengolahan Kopi
isolasi kristal kafein bersifat murni. Arabika (studi kasus PT. sumatera
speciality coffees). Bogor : Institut
4. Kesimpulan Pertanian Bogor.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat Suko, Veronica. (2007). “Penetapan Kadar
disimpulkan bahwaisolasikafein dari kopi Kafein Dalam Minuman Berenergi Merk
arabika mempunyai berat 0,34 gram dengan “X” dengan Metode Spektrofotometer
rendemen 0,67%. Hasil identifikasisenyawa Derivat Aplikasi Peak-to-Peak”. Skripsi.
kafein dengan metode Kromatografi Lapis Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Tipis (KLT) dan spektrofotometer UV-Vis Zeller.(1985). Coffee Extract Decaffeination
menunjukan hasil yang sama antara hasil Method, United States Patent, 4,521,438,
isolasidengan standar dengannilai hrf yang 1-5.
mendekati 100% yaitu 70% dan 69%. Selain
itu terdapat 2 peak dengan λ serapan maksimal
273,5nm. Hasil tersebut menyatakan bahwa
hasil isolasi identik dengan kafein dan nilai
absorbansi yang hampir sama yaitu 0,360 dan
0,384 juga menunjukkan bahwa kristal kafein
yang diperoleh bersifat murni.
5. Daftar Pustaka
Coffefag. (2001). Frequently Asked Questions
about Caffeine. Diakses 27 Juli 2018
Fact and Comparisons. (2001). Facts and
Comparisons 2001. Fact and
Comparisons : USA.
Farmakologi UI.(2002). Farmakologi dan
Terapi Edisi 4. Gaya Baru : Jakarta
Firdaus. (2011). Teknik Dalam Laboratorium
Kimia Organik. Hibah Penulisan Buku
Ajar. Makasar: Unversitas Hasanuddin.
Kartasasmita, R. E. Dan Susan, A.(2012).
“Dekafeinasi Biji Kopi Robusta (Coffea