Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM II

SERBUK TAK TERBAGI


ILMU FARMASI DAN TERAPEURIK
Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Farmasi dan Terapeutik
Dosen Pengampu : Bayu Febram Prasetyo, S.Si, Apt, M.Si dan Ietje Wintarsih,
S.Si, Apt, MSc, Dr.

KELOMPOK 5
Dahlia Yulianti 130210160011
Vera Alfiani 130210160012

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat adalah zat yang digunakan untuk pencegahan dan penyembuhan
penyakit serta pemulihan dan peningkatan kesehatan bagi penggunannya
(GNPOPA, 2015). Obat merupakan salah satu komponen penting dalam upaya
pelayanan kesehatan pada masyarakat (Depkes, 2007).

Penggunaan obat harus berdasarkan aturan pakai, termasuk cara pemakain dan
dosis. Hal ini akan berpengaruh terhadap kesuksesan terapi. Menurut Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 menyebutkan bahwa ketidaktepatan
dosis terkait dengan pemberian dosisi, cara penyiapan dan penyimpanan dapat
menjadi salah satu penyebab dari kegagalan terapi. Adanya variasi dalam bobot
dan kandungan dapat mempengaruhi efektifitas obat yang diberikan pada pasien
(Depkes, 2007).

Sedian obat umum menurut Farmakope Indonesia edisi V diantaranya adalah


aerosol, emulsi, ekstrak dan ekstrak cair, gel, imunoserum, implant, inhalasi,
irigasi, kapsul, krim, larutan, pasta, plester, sediaan obat mata, serbuk, supositoria,
suspense, salep, tablet dan vaksin. Serbuk adalah campuran kering bahan obat
atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakain oral atau untuk
pemekaian luar. Serbuk ada dua macam yaitu serbuk terbagi (Pulveres) dan
serbuk tidak terbagi (Pulvis). Serbuk tidak terbagi dapat berupa serbuk gigi,
serbuk tabur. Serbuk tabor adalah serbuk ringan untuk penggunaan topical, dapat
dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan
penggunaan pada kulit. Pada umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan
dengan derajat halus 100 mesh seperti tertera pada Derajat Halus Serbuk <1141>
agar tidak emnimbulkan iritasi pada bagian peka (FI V). Pada praktikum kali ini
akan dilakukan pembuatan Pulvis adspersorius atau serbuk tabor.

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah diharapkan praktikan dapat


membaca dan memahami resep, praktikan dapat menimbang dengan benar, dan
diharapkan praktikan mampu meracik bedak tabur untuk penggunaan luar dan
mengetahui cara pemakaiannya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Serbuk Tak Terbagi

Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan,
karena mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan
lebih larut dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan. (FI III : 23)
Serbuk diracik dengan cara mencampurkan bahan obat satu persatu, sedikit
demi sedikit dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit. Dalam
mencampur serbuk hendaklah dilakukan secara cermat dan jaga agar jangan ada
bagian yang menempel pada dinding mortir. Terutama untuk serbuk yang
berkhasiat keras dan dalam jumlah kecil.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat serbuk :
a. Obat yang berbentuk Kristal / bongkahan besar hendaknya digerus halus
dulu.
b. Obat yang berkhasiat keras dan jumlahnya sedikit dicampur dengan zat
penambah ( konstituen ) dalam mortir.
c. Obat yang berlainan warna diaduk bersamaan agar tampak bahwa serbuk
sudah homogen.
d. Obat yang jumlahnya sedikit dimasukkan terlebih dahulu.
e. Obat yang volumenya kecil dimasukkan terlebih dahulu.
(FI III 23, Ilmu Resep Teori jilid I)
Campuran serbuk dapat terbagi tepat, sering ditambah zat tambahan yang
berkhasiat netral atau indiferen, seperti Saccharum Album, Saccharum Lactis,
sampai berat serbuk tiap bungkusnya 20 mg. Penggunaan Saccharum Album ada
keuntungannya sebagai korigen rasa, tetapi serbuk akan mudah basah karena
higroskois. Serbuk yang diberikan kepada pasien diabetes tidak boleh digunakan
Saccharum Album sebagai zat tambahan. Tetapi digunakan Mannitum atau
Saccharum Lactis. (IMO, 35)
Dalam membuat serbuk lebih baik bila bahan-bahan baku serbuk kering.
Maka itu untuk menggerus halus serbuk Kristal lebih baik menggunakan mortir
panas. Jika jumlah obat kurang dari 50 mg atau jumlah tersebut tidak dapat
ditimbang, harus dilakukan pengenceran menggunakan zat tambahan yang cocok.
Obat bermassa lembek misalnya ekstrak kental dilarutkan kedalam pelarut yang
sesuai secukupnya dan diserbukkan dengan pertolongan zat tambahan yang cocok.
Jika serbuk obat mengandung bahan yang mudah menguap, dikeringkan dengan
pertolongan kapur tohor atau bahan pengering lain yang cocok. (FI III 23, IMO,
37)
Serbuk tabur adalah serbuk ringan untuk penggunaan topical, dapat dikemas
dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus, untuk memudahkan
penggunaan pada kulit. Umumnya harus lewat ayakan 100 mesh agar tidak
menimbulkan iritasi pada bagian yang peka ( 1 mesh = dalam setiap panjang 1
inchi ada 100 lubang ). Seluruh serbuk harus terayak semuanya, yang tertinggal
diayakan dihaluskan lagi sampai seluruhnya terayak. Setelah semua serbuk
terayak, dicampur dan diaduk lagi. Jangan digunakan serbuk sebelum tercampur
homogen seluruhnya. (FI III 23, FI IV 14, IMO 47)
Aturan pembuatan serbuk tabur yaitu :
a. Serbuk tabur yang mengandung lemak diayak dengan ayakan No. 44
b. Serbuk tabur yang tidak mengandung lemak diayak dengan ayakan No.
100
c. Seluruh serbuk harus terayak semuanya.
Serbuk tabur harus bebas dari butiran kasar dan dimaksudkan untuk obat luar.
Talk, kaolin dan bahan mineral lain yang digunakan untuk serbuk tabur harus
bebas dari bakteri Clostridium tetani dan Welchii dan Bacillus anthracis. Cara
sterilisasi serbuk tadi ialah dengan pemanasan kering pada suhu 150o C selama 1
jam. Serbuk tabur tidak boleh digunakan untuk luka terbuka.
Keuntungan serbuk :
1. Sebagai campuran bahan obat sesuai kebutuhan
2. Dosis lebih tepat, lebih stabil daipada sediaan cair
3. Memberikan disolusi lebih cepat.
Kekurangan serbuk ;
1. Kurang baik untuk bahan obat yang mudah rusak/terurai dengan adanya
kelembaban/kontak dengan udara.
2. Bahan obat yang pahit akan sukar tertutupi rasanya.
3. Peracikannya cukup lama.
(Modul Penuntun Praktikum Farmasetika Dasar : 9)

2.2 Farmakologi
a. Talk
Zat Polyen ini mengikat ergosterol dalam membran sel jamur dan
membentuk pori-pori yang menyebabkan bahan-bahan esensial dari sel jamur
merembas keluar. Penggunaannya semakin sistematis dengan daya tahan tubuh
yang lemah. Efek sampingnya yang terpenting adalah toksisitasnya (demam,
merinding) dan terutama gangguan fungsi ginjal, yang membatasi dosis dan
lamanya penggunaan, guna mengurangi nefrotoksisitasnya. (OOP : 103)
b ZnO
Demulson Ranolin bersifat protektif tetap, yang dimaksud disini adalah zat
yang berbentuk bedak halus yang tidak larut dalam air secara kimiawi. Protektif
digunakan untuk menutupi kulit atau membran mukosa dan untuk mencegah
terjadinya dengan iritan. (Fater : 533)
c Camphora
Sebagai anti iritasi.
d. Mekanisme kerja
Sediaan serbuk ditaburkan pada permukaan kulit dengan ukuran partikel
yang sangat kecil. Absorbsi obat umumnya disebabkan oleh presentasi langsung
obat melalui siratum corneum 10-15 mm. Komponen lemak dipandang sebagai
faktor utama yang secara langsung bertanggung jawab terhadap rendahnya
persentasi obat melalui stratum korneum karena didalam cairan tubuh banyak
mengandung minyak atau lemak. Setelah molekul obat melalui stratum korneum
kemudian dapat terus jaringan epidermis yang lebih dalamdan masuk ke dermis
apabila obat mencapai lapisan pembuluh kulit maka obat tersebut siap untuk
diabsorbsi ke dalam sirkulasi umum. Stratum korneum sebagai jaringan keratin
akan berlaku sebagai buatan semi permeabel dan molekul obat mempenetrasi
dengan cara difusi pasif.

2.3 Uraian Bahan


a. Camphora (FI III 130)
Sinonim : champora
Khasiat : antiritan
Famakologi : -
Kelarutan : larut dalam 700 bagian air dalam 1 bagian etanol (95%); dalam 0,
5 bagian kloroform ; sangat mudah larut dalam eter ; mudah larut d
alam minyak lemak.
Pemerian : hablur butir atau massa hablur; tidak berwarna atau putih; bau khas
,tajam,rasa pedas dan aromatic.
Dosis :-
Inkompatibilitas :

b. Talk (FI III : 591)


Nama resmi : Talkum
Nama lain : Talk
RM : H8Mg3
Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada
kulit bebas dari butiran, warna putih atau serbuk hablur, hablur kelabu.
Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut
Khasiat : Antasidum.
Kegunaan : Zat tambahan.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

c. ZnO (FI III : 636)


Nama resmi : Zinci oxydum
Nama lain : Seng oksida
RM/BM : ZnO/81,38
Pemerian : Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih
kekuningan, tidak berbau, tidak berasa, lambat laun
menyerap karbondioksida dari udara.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P,
tidak larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan
alkali hidriksida.
Khasiat : Antiseptikum lokal.
Kegunaan : Zat tamabahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a. Mortar dan stamper
b. Timbangan digital
c. Sendok tanduk
d. Spatula logam
e. Kertas perkamen
f. Ayakan B30 atau saringan teh
g. Etiket
h. Label
3.1.2 Bahan
a. Camphora
b. Zinc Oxide
c. Talkum
d. Spirt Fort

3.2 Metode
Timbangan dihidupkan terlebih dahulu, kemudian diletakan kertas perkamen
kosong lalu ditera. Semua bahan ditimbang sebanyak:
 Camphora 0,2 g + (10% x 0,2) = 0,22 g
 Zinc Okside 1+ (1 x 10%) = 1,1 g
 Talk 6 + (6 x 10%) – (0,22+ 1,1) = 5,28 g
Penimbangan bahan dilakukan diatas kertas perkamen, penambilan bahan
digunakan sendok tanduk yang sebelumnya telah dibersihkan dahulu untuk
mencegah kontaminasinya bahan murni. Disiapkan mortar dan stamper yang
sudah kering dan bersih, kemudian dimasukan Comphora kedalam mortar
sebanyak 0,22 g, ditetesi dengan spirt fort sebanyak 10 tetes, lalu digerus sampai
halus
Ditambahkan talk sebanyak 2,64 g (atau setengahnya), kemudian diaduk
sampai homogeny Ditambahkan Zinc Okside kedalam mortar yang telah berisi
Comphora dan Talk, kemudian diaduk hingga homogeny Setelah homogen,
ditambahkan sisa talkum (2,64 g) ke dalam mortar, diaduk hingga homogeny
Setelah selesai, diayak menggunakan ayakan B30 atau sarinag teh, dan ditimbang
sampai 6 g (jika berat tidak mencukupi tambahkan talk sampai 6 g). Lalu
dimasukan kedalam wadah yang tertutup dan diberikan label serta etiket.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
A. Hasil pengamatan terhadap serbuk tak terbagi
Serbuk setelah dihomogenkan berbentuk sangat halus, dan berwarna putih.
Serbuk sendiri mempunyai bau yang khas/aroma talk. Setelahnya serbuk
dimasukan kedalam wadah tertutup dan diberikan etiket biru serta label.
B. Kelengkapan resep
*GAMBAR ATAU BIKIN RESEPNYA YG ADA DIJURNAL 2*
a. Nama dokter : ada
b. Alamat : ada
c. SIP : ada
d. No.hp dokter : tidak ada
e. Tanggal : ada
f. Tanda R : ada
g. Nama obat : ada
h. Dosis obat : ada
i. Perintah pembuatan: ada
j. Signa : ada
k. Paraf : ada
l. Nama pasien : tidak ada
m. Umur pasien: tidak ada
n. Berat badan : tidak ada
o. Nama pemilik: ada
p. Jenis pasien : ada
q. Ras pasien : tidak ada
r. Obat bius : tidak ada
s. Obat keras : tidak ada
t. OTT : tidak ada
u. Perhitungan dosis pemakaian: tidak ada
v. Perintah Pembuatan : m.f.pullu (Misce Fac Pulveres) yang berarti
campurkan dan dibuat bentuk sediaan powder.
w. Signa : s.u.e (Signa ad usus externus) yang berarti untuk
pemakaian luar
C. Etiket
*GAMBAR ETIKETNYA*
D. Label
*Gambar labelnya*

4.2 Perhitungan Bahan


 Camphora 0,2 g + (10% x 0,2) = 0,22 g
 Zinc Okside 1+ (1 x 10%) = 1,1 g
 Talk 6 + (6 x 10%) – (0,22+ 1,1) = 5,28 g

4.3 Pembahasan
Serbuk tabur adalah serbuk ringan untuk penggunaan topical, dapat
dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan
penggunaan pada kulit. Pada umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan
dengan derajat halus 100 mesh seperti tertera pada Derajat Halus Serbuk <1141>
agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian peka (FI V).
Resep praktikum kali ini, praktikan menggunakan bahan-bahan yaitu:
Camphora sebagai antiiritan dan anti fungi, zinc oxide sebagai anti septikum
lokal, dan talk sebagai bahan penambah atau bahan pengisi.
Serbuk tabor ini tidak memiliki kandungan obat keras, obat bius dan OTT
didalamnya. Setiap penimbangan bahan praktikum ditambahkan 10% dari berat
bahan, hal ini bertujuan untuk menghindari kehilangan bahan saat dilakukan
homogenisasi.
Pembuatan sediaan pun dilakukan dengan persiapan alat dan bahan lalu
dilakukan penimbangan Camphora, Zink Oxide, dan Talk sebanyak perhitungan
bahan yang telah dilakuakan. Kemudian ketiga bahan tersebut dihomogenkan.
Jumlah total sediaan obat yang diperoleh pada praktikum ini kurang dari 6 gram,
namun dilakukan penambahan talk sampai 6 gram.
Dinding luar pot diberi etiket berwarna biru yang mencantumkan jenis hewan,
nama pemilik, nomor, tanggal pembuatan obat, dan aplikasi obat. Etiket obat
berwarna biru artinya obat diperuntukkan untuk pemakaian luar. Secara
keseluruhan sediaan obat ini berkhasiat untuk iritasi yang disertai gatal.
Pemakaian dari sediaan ini sendiri dengan cara ditaburkan atau diberikan pada
bagian luar kulit anjing yang mengalami iritasi dan gatal.
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Dapat disimpulan bahwa praktikan dapat membaca dan memahami resep,
Praktikan pun dapat menimbang bahan dan meracik obat sediaan tabur. Pada
praktikum kali ini juga pembuatan obat berdasarkan resep, dimana obat tersebut
merupakan sediaan serbuk tabur yang dapat mengobati iritasi yang disertai gatal
akibat jamur atau kuman. Sediaan serbuk tabur tersebut merupakan obat dengan
pemakaian luar yang dipakai dengan cara ditaburkan ke bagian kulit yang iritasi
atau gatal. Sediaan tersebut terbuat dari kandungan Camphora, Zink Oxide, dan
Talk.

5.2 Saran
Diharapkan praktikan dapat bekerja lebih baik lagi dipraktikum selanjutnya,
dan lebih baik lagi dalam pembuatan jurnal serta laporan.
DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Keseharan
Republik Indonesia

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Departemen


Kesehatan Indonesia Republik Indonesia

Gunawan, S.dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi Kelima. Jakarta: Universitas
Indonesia

Syamsuni, H.A. 2005. Ilmu Resep. Jakarta: EGC Buku Kedokteran

Tungadi, Robert. 2014. Modul Penuntun Praktikum Farmasetika Dasar. Gorontalo:


Jurusan Farmasi UNG

Tjay dan Rahardja. 2013. Obat – obat Penting Edisi Keenam. Jakarta: PT. Gramedia
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai