Anda di halaman 1dari 52

PERCOBAAN IX

ANTYPIRETIK

Tujuan
Setelah menyelesaikan percobaan ini maka mahasiswa akan mempunyai
kemahiran spesifik Untuk membandingkan khasiat dari parasetamol dan obat x
sebagai antipiretik.

Dasar Teori
Demam adalah suatu bagian penting dari mekanisme pertahanan tubuh
melawan infeksi. Kebanyakan bakteri dan virus yang menyebabkan infeksi pada
manusia hidup subur pada suhu 37 derajat C. Meningkatnya suhu tubuh beberapa
derajat dapat membantu tubuh melawan infeksi. Demam akan mengaktifkan
sistem kekebalan tubuh untuk membuat lebih banyak sel darah putih, membuat
lebih banyak antibodi dan membuat lebih banyak zat-zat lain untuk melawan
infeksi (Wibowo, S., 2006)
Pada saat kuman masuk ke tubuh dan membuat kita sakit, mereka seringkali
menyebabkan beberapa zat kimiawi tertentu beredar dalam darah kita dan
mencapai hipotalamus. Pada saat hipotalamus tahu bahwa ada kuman, maka
secara otomatis akan mengeset thermostat tubuh kita lebih tinggi. Misalnya suhu
tubuh kita harusnya 37 derajat C, thermostat akan berkata bahwa karena ada
kuman maka suhu tubuh kita harusnya 38,9 derajat C. Temyata dengan suhu
tubuh yang lebih tinggi adalah cara tubuh kita berperang dalam melawan kuman
dan membuat tubuh kita menjadi tempat yang tidak nyaman bagi kuman
(Wibowo, S., 2006).
Demam merupakan gangguan kesehatan yang hampir pemah dirasakan oleh
setiap orang. Demam ditandai dengan kenaikan suhu tubuh di atas suhu tubuh
normal yaitu 36-37 C, yang diawali dengan kondisi menggigil (kedinginan) pada
saat peningkatan suhu, dan setelah itu terjadi kemerahan pada permukaan kulit.
Pengaturan suhu tubuh terdapat pada bagian otak yang disebut hypothalamus,
gangguan pada pusat pengaturan suhu tubuh ini lah yang kemudian kita kenal
dengan istilah demam (Amila, 2008).
Penyebab utama demam adalah infeksi oleh bakteri dan virus, meskipun ada
beberapa jenis demam yang tidak disebabkan oleh infeksi melainkan oleh kondisi
patologis lain seperti serangan jantung, tumor, kerusakan jaringan yang
disebabkan oleh sinar X, efek pembedahan dan respon dari pemberian vaksin
(Amila, 2008).
Demam pada dasamya salah satu mekanisme pertahanan tubuh dari infeksi
oleh zat asing. Tetapi demam juga mengakibatkan kerusakan sel-sel tubuh
terutama sel-sel otak dan kerusakan ini tidak dapat diperbaiki. Selain kerusakan
sel otak, demam juga dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh lain seperti
hati dan ginjal, dimana kerusakan ini dapat menyebabkan kematian. Pada
peningkatan suhu yang terlalu tinggi (44-45°C), demam dapat menyebabkan
kematian (Amila, 2008).
Pengobatan antipiretik sekarang secara rutin diresepkan untuk demam.
Antipiretik yang paling umum digunakan adalah Nonsteroidal Anti Inflammatory
Drugs (NSAIDS).
Salah satu obat NSAID adalah paracetamol. Paracetamol merupakan
penghambat biosintesis prostaglandin yang lemah dan memiliki efek anti
inflamasi yang juga lemah. Penggunaan paracetamol dalam jangka waktu yang
terlalu lama dapat mengakibatkan nekrosis hati (Wilmana, 2011).

Alat :
Spuit injeksi dan jarumnya (needle) dan spuit untuk oral, timbangan
analitik digital, labu takar, 5; 10; 25; 50 mL, gelas beker Erlemeyer,
pengaduk, pipet volume, thermometer.
Bahan :
Pepton, parasetamol , akuades, etanol, Hewan uji: Spesies: Mencit, dewasa
dengan berat badan 20-30 gram.
Prosedur Kerja:
a) Penyiapan Bahan Suspensi Na.CMC 1% (b/v)
Ditimbang 1 g Na.CMC dimasukkan sedikti demi sedikit ke dalam mortar
yang berisi 50 ml aquadest panas (suhu 70 °C) dan didiamkan selama 30
menit hingga diperoleh massa yang transparan, diaduk lalu diencerkan dengan
aquadest hingga 100 ml.
b) Pengujian antipyretik
1. siapkan 2 ekor mencit setiap kelompok praktikan
2. semua hewan uji diukur suhu rectal sebelum dan sesudah diinduksi pepton
5%. pengukuran suhu rectal dilakukan dengan cara memasukkan
thermometer digital ± 2 cm ke dalam rectal mencit untuk mengetahui suhu
awal sebelum induksi.
3. Sebelum diberikan perlakuan semua mencit diinduksi demam dengan
menggunakan pepton 5% secara subkutan
4. 1 jam setelah pemberian pengindukasi, dilakukan pengukuran kembali
pada rectal mencit, jika terjadi peningkatan suhu tubuh lebih dari atau
sama dengan 0,6 °C dari suhu awal maka mencit dikatakan demam.
5. Kemudian tipa kelompok mencit diberikan:
1) Kontrol positif digunakan parasetamol dosis Lazim manusia 500 mg
secara oral dengan VPPO 0,2 ml
2) Kontrol negatif digunakan Na.CMC 1% secara oral dengan VPPO 0,2
ml
6. Suhu rectal hewan uji diukur setiap 30 menit.
7. Data berupa suhu awal (TO), suhu setiap 30 menit.

𝐴𝑈𝐶𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙−𝐴𝑈𝐶𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
Perhitungan % daya antipyretic = x 100%
𝐴𝑈𝐶𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙
LEMBAR LATIHAN PRATIKUM
(RESPONSI)

1. Apa pengertian demam?


Kondisi ketika suhu tubuh berada diatas angka 38°C dan mempaksa bagian
dari proses kekebalan tubuh yang sedang melawan virus, bakteri, dan parasit.

2. Sebutkan 4 kontrol positif yang digunakan dalam antypyretik?


a) Paracetamol
b) Aspirin
c) Ibuprofen
d) Piperbatle

3. Jelaskan cara penyiapan pepton 5% (b/v)?


Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat

4. Bagaimana mekanisme kerja antypyretik?


Mempengaruhi hipotalang untuk mengesampingkan peningkatan intek leukin
yang berperan penting dalam mengindeksi atau menyalurkan, memberikan
suhu secara otomatis.
LEMBAR KERJA
HASIL PRATIKUM

Hari/ Tgl Pratikum : Jum’at/ 30 November 2018


Materi Pratikum : Antypyretik
Tujuan Pratikum : Materi membandingkan khasiat dari paracetamol dan
antypyretik lainya.

PENGAMATAN
Zat Uji BB Waktu
Mencit 0 15 30 45 60
Kontrol
Negatif
26,33 gr 34,5°C 37°C 37,5°C 37,5°C 37,5°C
NaCl
Kontrol
Positif 37,8°C
37,8°C
Setelah
26,33 gr 37,5°C 30,5°C 38,5°C Saat diberi
Koregenan diberikan
PCT
dan paracetamol
Paracetamol
LEMBAR PEMBAHASAN

Pada pratikum kali ini pengujian efek antipiretik, menggunakan hewan


coba 2 menit, satu menit diberikan paracetamol sebagai antipiretik, satu mencit
diberikan control yang berbeda sebelum sebelum mencit diinduksi dengan pepton
mencit terlebih dahulu mengukur suhu badan mencit dengan menggunakan
thermometer. Sebelum pembahasan terlebih dahulu kita memahami apa itu
antiseptic dan mekanisme berikut.
Antiseptik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh dalam keadaan
demam, namun hal itu tidak mempengaruhi suhu tubuh normal jika demam.
Antipiretik bertindak atas hipotalamus untuk mengurangi kenaikan suhu telah
dilancarkan oleh interheditih setelah itu tubuh akan beroperasi pada suhu yang
lebih rendah yang mengakibatkan pengurangan demam antipiretik yang umum
digunkan. Seperti aspirin paracetamol dan lain-lain (Khan, 2007).
Penggunaan klinik umumnya mengobati kondisi memerlukan analgesia
termasuk nyeri kepala, antralgia, dan molgiat sudah hipotalamus mengecek suhu
untuk tubuh kita (Amila, 2008).
Demam merupakan gangguan kesehtan yang hamper pernah dirasakan
oleh setiap orang, demam ditandai dengan kenaikan suhu tubuh diatas normal
pada sakit peningkatan suhu dan setelah itu terjadi kemerahan pada permukaan
kulit. Pengatur tubuh terdapat pada bagian otak yang disebut hypothanus
gangguan pada pusat pengatur suhu tubuh ini lebih kemudian kita kenal dengan
istilah demam (Amila, 2008).
Kenaikan suhu tubuyh mencit yang tiba-tiba dapat disebabkan oleh
beberapa kemungkinan diantaranya aktivitas fisik, stress, suhu kamar dan
kelembapan yang tinggi (Anonim, 2009).
LEMBAR PEMBAHASAN

BB Mencit 1 = 26,33 gr Paracetamol

2 = 28,28 gr Furisemid e

B. Pct = 0,60 gr = 60 mg

DL Pct = 500 mg

500 𝑚𝑔
x 0,0026 = 1,3 mg
70 𝐾𝑔/𝐵𝐵

26,33
BB mencit = 20 𝑔𝑟 x 1,3 mg = 1,71 mg

Vppo = 0,75 ml lamtau per oral = 100 ml

100 𝑚𝑙
Jumlah = x 1,71 mg = 227
0,75

Tab dose = 228 x 600 = 273,6

B. Furotemide 0,24 = 240 mg


LEMBAR KESIMPULAN

Pada efek paracetamol sebagai antipiretik dengan menggunakan mencit


sebagai hewan percobaan, sebelah dilakukannya percobaan menunjukan
paracetamol mempunyai efek sebagi antipiretik. Karena setelah diindikasikannya
pepton pada mencit suhu tubuh mencit mulai meningkat, tetapi dengan
diberikannya paracetamol suhu tubuh mencit mulai menurun, sehingga efek
antipiretik pada paracetamol sudah bisa dibuktikan.
LEMBAR DAFTAR REFERENSI
(min 3 daftar referensi, th 2010 keatas)

Khan, A. M Rahman S Islam, 2007 Antipiretic Activity Of Peperomia Pelincida


Leaves La Rabbit Of Phamacy
Amila 2008, Uji Efek Antipiretik Pada Tikus Putih
Anonim, 2009 Famahope Indonesia ed IV Jakarta
LEMBAR LAMPIRAN FOTO HASIL PRATIKUM
PERCOBAAN III
ANTIBIOTIK (AMOXILIN, KLORAMFENICOL)

III. Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi berbagai senyawa antibiotic.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan setiap prosedur yang terjadi pada analisis
kualitatif antibiotic

2. Dasar Teori
Antibiotik berasal dari kata Yunani tua, yang merupakan gabungan dari
kata anti (lawan) dan bios (hidup). Kalau diterjemahkan bebas menjadi
"melawan sesuatu yang hidup". Antibiotika di dunia kedokteran digunakan
sebagai obat untuk memerangi infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau
protozoa. Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama
fungi/jamur, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis
lain. Banyak antibiotika saat ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh.
Namun dalam prakteknya antibiotika sintetik tidak diturunkan dari produk
mikroba.
Antibiotik yang digunakan untuk membasmi mikroba, khususnya
penyebab infeksi pada manusia, haras memiliki sifat toksisitas selektif yang
setinggi mungkin. Artinya, antibiotik tersebut haraslah bersifat sangat toksik
untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk inang/hospes (Gan dan
Setiabudy, 1987). Penggolongan antibiotik berdasarlcan spektram kerjanya :
Spektram luas (aktivitas luas) : Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap
banyak jenis mikroba yaitu bakteri gram positif dan gram negative.
Ampicilin

Gambar 4. Ampisilin (Anonim, 1995)


a. Uji Pendahuluan :
Organoleptis : asam dan garam berbentuk bubuk kristal halus, putih dan
higroskopis.
Kelarutan :
Larut
dalam/ Air Etanol Aseton Eter kloroform
Bentuk zat
Garam 1:2 larut 1:50 Tak larut Mudah larut
Trihidrat 1:150 Tak larut 1:150 Tak larut Tak larut

Uji pH : Cek sampel dengan sedikit air + kertas lakmus merah dan biru
Asam : C16H19N304S(394,4); titik leleh; 202 CC
GaramNa : Na C16H19N304S (371,4)
Trihidrat : (403,4); jarak cair: 183-185 C

b. Reaksi Gugus Fungsional:


1) Pemeriksaan amin alifatik primer (Reaksi Senfol)
Sampel dalam etanol + karbondisulfida → dipanaskan → sisa laratan +
beberapa tetes HgCl 5% -A bau khas mustard
2) Pemeriksaan amin alifatik primer dan aromatic (reaksi isonitril)
Zat dalam etanol + kloroform + basa alkali (dipanaskan) → tercium bau
khas isonitril

c. Reaksi Khusus
1. Sampel + 1ml air + 2ml Fehling encer (2:6) timbul wama ungu (fiihsin).
2. Reaksi asam hidroksamat: sampel + 3 ml NaOH 3N + 0,3 hidroksilamin
hidroklorida dan dibiarkan selama 5 menit. Larutan diasamkan+ beberapa
tetes HC1 6N + iml FeCl 1% A wama ungu-merah kotor.
3. Reaksi iodazida: sampel ditambahkan ke dalam 2ml larutan 0,003N (3ml
0,1N 12 +100ml air) + beberapa tetes larutan kanji dan 100 mg natrium
azida padat → larutan biru. Dengan pengocokan setelah ditambah sampel
warna hilang menjadi jernih.
Gambar 5. Struktur Tetrasiklin HCl (Anonim, 1995)

a. Uji Pendahuluan:
Organoleptis : Serbuk hablur kuning, sangat higroskopis: kuning jingga, tidak
berbau, atau sedikit berbau lemah
Kelarutan :
Larut
dalam/ Air Etanol Aseton Eter kloroform
Bentuk zat
Basa Tak larut 1:30 1:3 Tak larut 1:10
Hidroklorida 1:10 1:100 Tak Larut Tak larut Tak larut

Uji pH : Cek sampel dengan sedikit air + lcertas lakmus merah dan biru
Basa : C22H24N208 (444,4); Jarak cair; 170-175 C
Hidroklorida : C22H25N208C1 (480,9); Jarak cair 219-222 C

b. Reaksi Gugus Fungsional:


1) Reaksi besi (III) klorida
 Sampel + 1ml air dinetralkan dengan NaHC03 atau HC1, lalu
direaksikan dengan 2 tetes larutan FeC13 1% yang dibuat segar.
 Akan terbentuk warna merah sampai ungu jika ada asam hidroksi
aromatic, fenol, enol, pirazolon, atau fenotiazin.
 Tetrasiklin akan menghasilkan wama hijau yang berubah menjadi
merah coklat

2) Reaksi Gabungan dengan asam sulfanilat terdiazotasi


 Sampel l Omg dilarutkan dalam 1 ml 3N NaOH. Tambahkan
campuran segar yang terdiri atas larutan asam sulfat dan larutan
NaN02 10% sama banyak. Warna merah terbentuk pada zat yang
mudah
 Akan terbentuk wama merah pada zat yang mudah digabungkan
seperti fenol dan imidazol.
 Pada tetrasiklin akan terbentuk warna merah tua.

c. Reaksi Khusus:
1) Sampel + H2S04 pekat → warna ungu setelah di + 1 tetes FeCl 1%
berubah menjadi coklat atau merah coklat.
2) Sampel+ marquis → merah anggur +AgN03 → endapan kuning
3) Sampel + Nesler → Coklat kehitaman
4) Sampel + Amm Molibdat → Kuning lama-lama menjadi biru
LEMBAR KINERJA PRATIKUM PERCOBAAN III
ANTIBIOTIK (AMPICILIN, TETRASIKLIN)

I. Dasar Teori
Ampisilin digunakan secara luas sebagai obat pilihan untuk pengobatan
infeksi, hal ini dikarenakan ampisilin mempunyai specektrum antimikroba yang
luar, dimana senyawa ini aktif terhadap Hzemophilur influenza, Bordetellez
pertuasis, Nerselez gonorrhoez dan berbagai jalur E. Coli. Ampisilin benyak
digunakan dalam pengobatan infeksi pada saluran nafas dan saluran seni,
gonorhu, gastreogeteritis dan mengingtis (Putra, 2003).
Antibiotik adalah subtan yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang
dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikrooranisme izin dalam
konsentrasi yang sangat rendah. Salah satu antibiotic yang banyak digunakan
dalam golongan tetrasklin untuk menghambat sistentis protein bakteri (Anastesia,
2011)
Ampisilin
 Sinonim : Ampicilinum
 Berat molekul : 349,41
 Rumus molekul : C16 H19 N3 O4 S
 Pemberian : Serbuk hablur renik, putih tidak berbau atau hampir
barbau
 Kelarutan : Larut dalam 170 bagian air, praktik tidak larut dalam
dalam 25 etanol (95%)
 Pemeriaan : Dalam wadah tertutup baik
 Kegunaan : Antibiotikum sebagai sampel (Direjen POM, 1979)

Klorampenikol
 Sinonim : Chloramphenicolum
 Berat molekul : 323,13
 Rumus molekul : C11 H12 Cl12 N2 O5
 Pemeriaan : Habiur halus berbentuk jarum atau lempengan
memanjang, putih kelabu atau putih putih kekuningan
 Kelarutan : Larut dalam kurang 400 mg bagian air dalam 2,5 bagian
etanol c95%

II. Alat dan Bahan


a) Alat
 Tabung Reaksi
 Rak tabung reaksi
 Pipet tetes
 Plat (lakmus)
 Serbet
 Lumpang/Alu
b) Bahan
 Ampisilin
 Tetraxilin

III. Cara Kerja


a) Sampel + H2SO4 (P) → Warna ungu setelah di + 1 tetes FeCl 1 %
berubah menjadi coklat atau merah coklat
b) Sampet + Marquis → Merah ungu (+) AqNO3 → endapan kuning
c) Sampel + Nesler → Coklat kehitaman
d) Sampel +Amm Molibdat → Kuning lama-lama menjadi biru
IV. Hasil Pengamatan Apisilin 500 mg
No Prosedur Pengamatan Keterangan
1. Uji Organoleptik
 Warna  Putih
 Bau  Khas
 Rasa  Pahit
 Konsistensi  Serbuk
2. Uji Kelarutan Timbang Ampisilin lalu 1 : 10 ml
 Sampel +Air tritasi dengan air (M1) Tidak larut
 Sampel + Alkohol tritasi dengan alkohol menggumpal
(M2)
3. Uji pH asam
 Sampel + Lakmus Merah
Merah
 Sampel + Lakmus Biru
Biru
4. Reaksi Gugus Tercium bau khas
Fungsional isohidris
SP + zat dalam etanol
+ Klorofom + basa
alkali (dipanaskan) →
tercium bau khas
isotonis
5. Reaksi khusus Warna ungu
SP + air (1ml) + 2 ml
fezinga dan feling B
→ timbul warna ungu
(fuhsin)
6. Kesimpulan Ampisilin
Hasil Pengamatan
No Prosedur Pengamatan Keterangan
1. Uji Organoleptik
 Warna  Kuning kecoklatan
 Bau  Khas
 Rasa  Pahit
 Konsistensi  Serbuk
2. Uji Kelarutan  SP dititrasi denngan 1 : 5,80 ml
 Sampel +Air zin 1 : 5,60
 Sampel + Alkohol  SP dititrasi dengan
alkohol
3. Uji pH asam
 Sampel + Lakmus Merah
Merah
 Sampel + Lakmus Merah
Biru
4. Reaksi Gugus
Fungsional
 SP + air + NaHCO3 Merah coklat
+ FeCl3
 SP + NaCl + NaO2 Merah
5. Reaksi khusus
 SP + H2SO4 (P) → Coklat merah
warna ungu sudah
ditetesi FeCl
 SP + marquis → Kuning
merah anggur +
AqNO3
 SP + Nesler Coklat kehitaman
 SP + Amm Kuning lama-lama
Molibidat manjadi biru
6. Kesimpulan Tetraxium
V. Pembahasan
Antibiotik digunakan untuk membasmi mikroba khusunya penyebab
infeksi pada manusia, harus memiliki sifat toksititas selektif yang tinggi/
setinggi mungkin.
Adapun struktur dari antibiotic ampisilin

Adapun struktur dari antibiotic tetraxilin

VI. Kesimpulan
Dari pratikum yang dilakukan di laboratorium kimia di lab AKFAR dapat
disimpulkan bahwa :
Ampisilin bersifat asam yang ditandai dengan pengujian pH Lakmus yaitu
dengan cara SP + Lakmus merah dan SP + Lakmus Biru menghasilkan
warna merah.
Tetrasiklin bersifat asam yang ditandai dengan cara pengujian pH lakmus
yaitu dengan cara SP + Lakmus merah dan Lakmus biru menghasilkan
merah yang artinya pH asam
Dari pengujian kelarutan Ampisilin larut dalam air tetapi tidak larut
dengan alkohol (menggumpal)
Dari pengujian kelarutan tetrasikin larut dalam air begitu pula dilakukan
dengan menggunakan alkohol didapatkan larut dalam alkohol juga.
VII. Daftar Pustaka
Anastesia, Yessy, 2011, Teknik Anaslis Residu Golongan Tetrasiklin
Dalam Daging Ayam Secara Kromatologi dan Kinerja Tinggi,
Buletin Teknik Pertanian, Vol 16 No 2, Balai Besar Penelitian
Veteriner, Bogor.
Dirjen POM, 1979, Farmokope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Putra, Effendy Delux, 2002, Penetapan Kadar Ampisilin dalam Tablet
Dengan Nama Generik Dan Dagang Menggunakan Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi (KCKT), Majalah Farmasi Indonesia, B )4)
Universitas Sumatera Utara.
PERCOBAAN IV
MORFOLOGI BATANG

TUJUAN
Mengenal dan memahami beberapa sifat umum batang

DASAR TEORI
A. BATANG
Batang merupakan salah satu bagian penting, dan mengingat tempat serta
kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan. Batang dapat di samakan dengan sumbu
tubuh tumbuhan.

Pada umumnya batang mempunyai sifat - sifat berikut:


1. Umumnya berbentuk panang bulat seperti silinder atau dapat pula mempunyai
bentuk lain, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf, artinya sejumlah bidang di
bagi menjadi dua bagian yang setangkup.
2. Terdiri atas ruas - ruas yang masing - masing dibatasi oleh buku -buku dan
disitulah terdapat daun.
3. Tumbuhnya biasanya ke atas, menuju cahaya matahari atau bersifat fototrop
atau heliotrope.
4. Selalu bertambah panjang di ujungnya, oleh sebab itu sering dikatakan bahwa
batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas.
5. Mengadakan percabangan dan salalu hidupnya tumbuhan tidak digugurkan,
kecuali kadang - kadang cabang atau ranting yang kecil.
6. Umumnya tidak berwama hijau, kecuali tumbuhan yang umumya pendek,
misalnya rumput dan waktu batang masih muda.

Batang juga mempunyai fungsi untuk :


1. Mendukung bagian - bagian tumbuhan yang ada di atas tanah, yaitu : daun,
bunga, dan buah.
2. Dengan percabangan memperluas bidang asimilasi, dan menempatkan bagian
- bagian tumbuhan di dalam ruang sedemikian rupa, hingga dari segi
kepentingan tumbuhan bagaian - bagian tadi terdapat dalam posisi yang paling
menguntungkan.
3. Jalan pengangkutan air dan zat - zat makanan dari bawah ke atas dan jalan
pengangkutan hasil - hasil asimilasi dari atas ke bawah.
4. Menjadi tempat penimbunan zat - zat makanan cadangan.

Jika kita membandingkan berbagai jenis tumbuhan, ada di antarannya tetapi


ada pula tampaknya tidak berbatang, oleh sebab itu kita membedakannya :
1. Tumbuhan Yang Tidak Berbatang ( Planta Acaulis )
Tumbuhan yang benar tidak berbatang sesungguhnya tidak ada hanya
tampaknya saja tidak ada. Hal ini di sebabkan karena batang amat pendek,
sehingga daunnya seakan - akan keluar dari bagian atas akarnya dan tersusun
rapat satu sama lain merupakan suatu roset ( rosula ), seperti pada lobak (
raphanus sativus L ), sawi (Brassica juncea L ) . tumbuhan ini akan
memperlihatkan batang dengan nyata pada waktu berbunga dari tengah -
tengah roset daun akan muncul batang yang tumbuh cepat dengan daun - daun
yang jarang -jarang.
2. Tumbuhan Yang Jelas Berbatang
Batang tumbuhan dapat dibedakan seperti berikut:
a. Batang basah ( herbaceous ), yaitu batang yang lunak dan berair, misalnya
pada bayam ( amaranthus spinosus L ), krokot ( portulaca oleracea L ).
b. Batang berkayu ( lignosus), yaitu batang yang biasa keras dan kuat, karena
sebagian besar terdiri atas kayu, yang terdapat pada pohon - pohon (
arbores ) dan semak - semak ( flutices ) pada umunya.
Pohon adalah tumbuhan yang tinggi besar, batang berkayu dan bercabang jauh
dari permukaan tanah, sedangkan semak adalah tumbuhan yang tak seberapa
besar, batang berkayu, atau malahan dalam tanah. Misalnya pohon mangga (
mangifera indica L,), semak ; sidaguri ( sida rhombifolla L ).
1. Batang rumput ( calmus ), yaitu batang yang tidak keras, mempunyai ruas -
ruas yang nyata dan seringkali berongga, misalnya pada padi ( orzya sativa L)
2. Batang mendong ( calamus ), yaitu batang rumput tetapi mempunyai ruas -
ruas yang lebih panjang, misalnya pada mendong (fimbristylis globulosa
kunth), wlingi (scirpus grossus L ) dan tumbuhan sebangsa teki ( cyperaceae)

B. BENTUK BATANG
Tumbuhan biji belah ( dicotyledoneae ) pada umumnya mempunyai batang
yang dib again bawahnya lebih besar dan ke ujung semakin mengecil, jadi
batanngnya dapat di pandang sebagai suatu kerucut atau limas yang amat
memanjang, yang dapat mempunyai percabangan atau tidak. Tumbuhan biji
tunggai (monocotyledoneae) sebaliknya mempunyai batang yang dari pangkal
sampai ke ujung boleh di kata tak ada perbedaan besamya. Hanya pada beberapa
golongan saja yang pangkalnya tampak membesar, tetapi ke atas tetap sama.
Seperti pada palma (palmae). Jika kita berbicara tentang bentuk batang biasanya
di maksudkan ialah bentuk batang pada penampang melintangnya, dan dilihat dari
sudut bentuk penampang melintangnya dibedakan menjadi macam - macam
bentuk batang,
1. Bulat (teres), misalnya bambu (bambusa sp), kelapa (cocos nucifera L).
2. Bersegi (angularis), dalam hal ini ada kemungkinan :
Bangun segitiga (triangularis), misalnya batang teki (cyperus rotundus)
Segi empat (quadrangularis), misalnya batang markisa (passiflora
quadrangularis L), iler (coleus scutellarioides benth)
3. Pipih dan biasanya lalu melebar menyerupai daun dan mengambil alih tugas
daun pula. Batang yang bersifat demikian di namakan :
Filokladia (phyllocladium), jika amat pipih dan mempunyai pertumbuhan
yang terbatas, misalnya pada jakang (muehlenbeckia platyclada meissn),
Kladodia (cladodium), jika masih tumbuh terus dan mengadakan
perkecabangan, misalnya kaktus ( opuntia vulgaris Mill.).
Dilihat permukaannya, batang tumbuh - tumbuhan juga memperlihatkan sifat
yang bermacam - macam, kita dapat membedakan permikaan batang yang :
1. Licin (laevis), misalnya pada jagung (Zea mays L.)
2. Berusuk ( costatus ), jika pada permukaan terdapat rigi - rigi yang membujur,
misalnya iler (coleus scutellarioides benth).
3. Beralur (sulcatus). Jika membujur batang terdapat alut - alur yang jelas,
misalnya pada(cereus perivianus L), Haw.
4. Bersayap (alatus), biasanya pada batang yang bersegi, tetapi pada sudut -
sudutnya terdapat pelebaran yang tipis, misalnya pada ubi (dioscorea alata L)
dan markisah (passiflora quadrangularis).
Selain dari itu permukaan batang dapat pula :
1. Berambut (pilosus), seperti misalnya pada tembakau (nicotiana tabacum L).
2. Berduri (spinosus), misalnya pada mawar (rosa sp.)
3. Memperlihatkan bekas - bekas daun, misalnya pada papaya ( carica papaya L)
dan kelapa (cocos nucifera L).
4. Memperlihatkan bekas - bekas daun penumpu, misalnya : nangka (artocarpus
integra merr), keluwih (artocarpus communis forst.)
5. Memperlihatkan banyak lentisel, misalnya pada sengon (albizzia stipulate
bolv.)
6. Keadaan - keadaan lain, misalnya lepasnya kerak (bagian kulit yang mati)
seperti terlihat pada jambu biji (psidium guanjava L,) dan pohon kayu putih
(melaleuca leucadendron L).

C. ARAH TUMBUH BATANG


Walaupun seperti telah dikemukakan, batang umumnya tumbuh kearah
cahaya, ineninggalkan tanah dan air, tetapi mengenai arahnya dapat
memperlihatkan variasi, dan bertalian dengan sifat ini di bedakan batang yang
tumbuhnya :
1. Tegak lurus (erectus), yaitu jika arahnya lurus ke atas, misalnya papaya (carica
papaya L).
2. Menggantung (dependens pendulus), ini tentu saja hanya mungkin untuk
tumbuh - tumbuhan yang tumbuhnya di lereng - lereng atau tepi jurang,
misalnya zebrine pendula schnitzel atau tumbuh - tumbuhan yang hidup di
atas pohon sebagai epifit, misalnya jenis anggrek (orchidaceae).
3. Berbaring (himifusus), jika batang terletak pada permukaan tanah, hanya
ujungnya saja sedikit membengkok ke atas, misalnya pada semangka (citrullus
vulgaria schrad).
4. Menjalar atau merayap (repens), batang berbaring, tetapi dari buku - bukunya
kelaur akar - akar, misalnya batang ubi jalar (lpomoea batatas poir.)
5. Serong ke atas atau condong (ascendens), pangkal batang seperti hendak
berbaring, tetaapi bagian lainnya lalu membelok ke atas, misalnya pada
kacang tanah (arachis hypogaea L).
6. Mengangguk (nutans), batang tumbuh tegak lurus ke atas,tetapi ujungnya lalu
membengkok kembali k bawah , misalnya pada bunga matahari (helianthus
annuus L).
7. Memanjat (scandens), yaitu jika batang tumbuh ke atas dengan menggunakan
penunjang, penunjang dapat berupa benda mati ataupun tumbuhan lain, dan
pada waktu naik ke atas batang menggunkan alat - alat khusus untuk
berpegangan pada penunjangnya ini, misalnya dengan :
Akar pelekat, contohnya sirih (piper betle L)
Akar pembelit, misalnya panili (vanilla planifolia andr)
Cabang pembelit (sulur dahan), misalnya anggur (vitis vinifera L)
Daun pembelit atau sulur daun, misalnya kembang sungsang ( gloriosa
superba L).
Tangkai pembelit, misalnya pada kapri (pisum sativum L)
Duri, misalnya mawar (rosa sp), bugenvil (bougainvillea spectabillis wild)
Duri daun, misalnya rotan (calamus caesius)
Kait, misalnya gambir (uncaria gambir roxb),
8. Membelit (volubilis), jika batang naik ke atas dengan menggunakan
penunjang seperti batang yang memanjat, akan tetapi tidak dipergunakan alat -
alat yang khusus, melainkan batangnya sendiri naik dengan melilit
penunjangnya. Menurut arah melilitnya d bedakan menjadi 2 macam :
Membelit ke kiri (sinistrorsum volibilis), jika dilihat dari atas arah belitan
berlawanan dengan arah putaran jarum jam dapat pula dikatakan demikian:
jika kita mengikuti jalannya batang yang membelit itu, penunjang akan
selalu di sebelah kiri kita. Batang yang membelit ke kiri, misalnya pada
kembang telang (clitoria ternatea L).
Membelit ke kanan (dextrorsum volubillis), jika arah belitannya sama
dengan arah gerakan jarum jam, atau jika mengikti arah belitan penunjang
akan selalu di sebelah kanan kita, batang tumbuhan yang membelit ke
kanan tidak banyak di temukan. contoh : gadung (dioscorea hispida
dennst).

D. PERCABANGAN PADA BATANG


Batang suatu tumbuhan ada yang bercabang ada yang tidak, yang tidak
bercabang kebanyakan dari golongan tumbuhan yang berbiji tunggal
(monocotyledoneae), misalnya jagung (zea mays). Umumnya batang
memperlihatkan percabangan , entah banyak entah sedikit.
Cara percabangan percabangan ada 3 macam yaitu
1. Cara percabangan monopodial
2. Cara percabangan simpodial
3. Cara percabangan menggarpu
Cabang yang besar yang biasanya langsung keluar dari batang pokok
lazimnya di sebut dahan (ramus), sedangkan cabang - cabang yang kecil
dinamakan ranting (ramulus). Cabang - cabang pada suatu tumbuhan dapat
bermacam - macam sifatnya, oleh sebab itu cabang - cabang dapat dibedakan
seperti di bawaah ini :
a. Geragih (fllageliuni stolo), yaitu cabang - cabang kecil panjang yang tumbuh
merayap, dan dari buku - bukunya ke atas keluar tunas baru dan ke bawah
tumbuh akar - akar. Cabang ini dibedakan menjadi 2 macam :
Merayap di atas tanah
Merayap di bawah tanah
b. Wiwilan atau tunas air (virga singularis), yaitu cabang yuang biasnya
tumbuh cepat dengan ruas - ruas yang panjang, dan seringkali berasal dari
kuncup yang tidur dan kuncup - kuncup liar seringkali terdapat pada kopi
(coffea sp), dan pohon coklat (theobroma cacao L.).
c. Sirung panjang (virga), yaitu cabang - cabang yang biasanya merupakan
pendukung daun - daun, dan mempunyai ruas - ruas yang cukup panjang. Pada
cabang - cabang demikian ini tidak pernah dihasillakan bunga, oleh sebab itu
sering di sebut cabang yang mandul (steril).
d. Sirung pendek (virgule atau virgule sucrescens), yaiotu cabang - cabang
kecil dengan ruas - ruas yang pendek yang selain daun biasanya merupakan
pendukung bunga dan buah. Cabang yang dapat menghasilkan alat
perkembangbiakan bagi tumbuhan ini disebut cabang yang subur (fertil).

Cabang - cabang pada suatu tumbuhan biasanya membentuk sudut yang


tertentu dengan batang pokonya. Bergantung pada besar kecilnya sudut ini, maka
arah tumbuh cabang jadi berlarlainan. Umumnya orang membedakan arah tumbuh
cabang seperti berikut:
a. Tegak ( fastigiatus ), yaitu jika sudut antara batang dan cabang amatr kecil,
sehingga arah tumbuh cabang hanya pada pangkalnya saja sedijkit serong ke
atas, tetapi selanjutnya hamper sejajar dengan batang pokoknya, misalnya
wiwilan pada kopi (coffea sp ).
b. Condong ke atas ( patens ), jika cabang dengan batang pokok membentuk
sudut kurang lebih dari 45 derajat, misalnya pada pohon cemara (casuarina
equisetifolia L.).
c. Mendatar ( horinzotalis ), jika cabang dengan batang pokok membentuk
sudut sebesar kurang lebih 90 derajat celcius, misalnya pada pohon randu (
ceiba pentdra gaertn).
d. Terkulai ( declinatus ), jika cabang pada pangkalnya mendatar, tetapi
ujaungnya lalu melengkung ke bawah, misalnya kopi robusta ( coffea robusta
Lindl.).
e. Bergantung ( pendulus ), cabang - cabang yang tumbuhnya ke bawah,
misalnya cabang - cabang tertentu pada salix.
Mengenai soal batang, selain telah yang diuraikan di muka, ada bermacam -
macam tumbuhan yang mempunyai pangkal batang di dalam tanah,yang
merupakan suatu alat untuk menahan kala yang buruk. Pangkal batang dalam
tanah yang berguna untuk mengarungi kala yang buruk itu di sebut caudex,
terdapat misalnya pada valerian ( veleriana officinallis L.), klembak ( Rheum
officinale B,.,)
Dalam membicarakan perihal pangkal batang yang menjadi alat untuk
mempertahankan kehidupan tumbuhan mempunyai umur yang terbatas. Karena
kalau batangnya mati, biasanya tumbuhannya pun mati, maka tumbuhannya
seringkali di bedakan menurut panjang atau pendeknya umurnya, yaitu dalam :
a. Tumbuhan annual ( annuus ), yaitu tumbuhan yang umurnya pendek,
umumnya kurang dari satu tahun sudah mati atau paling banyak dapat
mencapai umur satu tahun. Misalnya pada tumbuhan jagung ( zea mays L),
kedelai (soja max piper ), kacang tanah ( arachis hypogea L).
b. Tumbuhan bienal ( dua tahun ) ( biennis ), yaitu tumbuhan yang untuk
hidupnya, mulai tumbuh sampai menghasilkan biji (keturunan baru)
memerlukan waktu dua tahun. Misalnya pada biet (Beta vulgaris L),
c. Tumbuhan inenahun atau tumbuhan keras, yaitu yang dapat mencapai
umur sampai bertahuyn - tahun belum juga mati,bahkan ada yang dapat
mencapai umur saampai ratusan tahun. Misalnya empon ( Zingiberaceae).

ALAT DAN BAHAN


a. Alat:
Camera, Pensil warna, Mistar
b. Bahan :
Batang kaktus, Batang jati tua dan muda, Batang jagung muda dan muda,
Batang timun/labu, Ujung Batang bunga matahari

PROSEDUR KERJA
1. Ambillah batang tanaman yang masih segar dengan beberapa daun yang masih
melekat amati sifat- sifatnya, kemudian buat gambarnya.
2. Beri keterangan pada gambar yang anda buat dengan menunjukan apeks
pucuk, buku, ruas, daun, dan tunas aksilar.
3. Buatlah potongan melintang pada batang jati tadi, kira - kira 10 - 20 cm di
bawah apeks pucuk.
4. Gambarlah bagan melintang dari potongan tadi dan tunjukan sifat aktinomorf
batang pada bagan melintang yang telah anda buat.
5. Buatlah penampangan membujur ( memanjang) daerah apeks pucuk, amati
kemidian gambarlah bagannya dan beri keterangannya dengan menunjukan
baka! daun, tunas aksilar, dan meristem apeks. Gunakan luv,mikroskop
binokuler untuk mempermudah pengamatan anda.
6. Lakukan hal yang sama ( 1- 5 ) untuk batang jagung.

PERTANYAAN
1. Sebutkan sifat - sifat dari batang yang anda amati, termasuk sifat - sifat
permukaannya?
Jawab :
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
2. Di manakah tempat pelekatan daun dan apakah tempat itu mengalami
perpanjangan?
Jawab :
Tempat pelekatan daun ada dinode sesuai dengan pertumbuhan pada daun.
3. Apakah ada perbedaan sifat antara batang jati dan batang jagung?
Jawab :
Batang Jati : berbentuk batang jati persegi, batang basah, sifat permukaan
batang halus, warna batang coklat muda dibagian tengah terdapat batang
lunak.
LEMBAR KINERJA PERCOBAAN IV
MORFOLOGI BATANG

I. Dasar Teori
Batang merupakan salah satu bagian penting dari tubuh tumbuhan selain
sebagai tempat pelekatan daun, bunga dan buah, batang juga berfungsi sebagai
jalan pengangkutan air dan zat-zat mineral yang terlarut didalamnya. Pada
beberapa tumbuhan, batang digunakan pula sebagai tempat menyimpan makanan
cadangan. (Tim Pengajar. 2012)
Batang mempunyai nama ilmiah caulis. Struktur ini merupakan struktur
pokok tumbuhan yang tidak kalah penting dari daun. Batang berfungsi
memperkokoh berdirinya tumbuhan, selain fungsi lainnya sebagai jalur
transportasi air dan unsure hara tumbuhan, dari akar ke daun. Sifat-sifat umum
batang yang dapat dikatakan sebagai karakteristik, antara lain adalah tumbuh
selalu ke atas daun dan menjauhi pusat bumi. Istilah ini dikenal sebagai fototrofi
positif dan geotrofi negatif. (Rosanti, 2011)
Batang dikrlilingi epidermis. Diantara sel epidermis ada yang berupa
menjadi sel penutup, idoalaps dan berbagai tipitrikome, disebelah dalam
epidermis terdapat korteks yang terdiri atas berbagai tipe sel. Konteks yang terdiri
atas sel parekim berdiding tipis. Pada polegornium retama dan sallcornia
perenkim berfungsi untuk fotosintesis dan sebagai penyimpanan tepung dalam
metabolism daerah lain korteks yang berbatasan dengan epidermis terdiri dari atas
kolenkin dan serabut (Mulyani, 2006)

II. Alat dan Bahan


a. Alat
 Penggaris
 Pensil
 Penghapus
 Camera
b. Bahan
 Batang Bambu
 Batang Jambu
 Batang Jagung
 Batang Pisang
 Batang Labu
 Batang Kaktus

III. Cara Kerja


1. Ambilah batang tanaman yang masih segar dan beberapa daun yang masih
melekat amati sifat-sifat
2. Beri keterangan pada gambar buat menunjuk pucuk puncak, buku, ruas, dan
ruasnya.
3. Potong batang melintang pada batang kira-kira 10 cm-20 cm
4. Gambarlah bagian melintang pada pokoknya tunjukkan pokok-pokok
aktinomofgi batang pada bagian=bagian melintang.
5. Buatlah penampang membunjur daerah apokr puncak amati, gambarlah bagian
dan beri keterangan
IV. Hasil Pengamatan
1. Nama Sampel : Bambu
Sampel Pengamatan Hasil Pengamatan
(Gambar/Foto)
 Bentuk Batang : Bulat
 Arah tumbuhnya : Tegak
lurus
 Permukaan batang : Licin
 Tipe batang : Batang
berkayu
 Tipe percabangan :
Monopodial
 Warna batang : Batang
muda
 Jenis Batang : Batang
berkayu
Batang :

KLASIFIKASI SAMPEL : Bambusa, SP


(NTA)
Kingdom Plantae
Sub Kingdom Tracheobronta
Super Divisi Spermatopyta
Divisi Magnoliophyta
Ordo Poales
Sub Kelas Commeunidae
Family Poaceae
Genus Bambusa, SP
Spesies Bambusa, SP
Kandungan Zat Aktif Flovold, Polisakarida, Klorofil
Khasiat Menurunkan kolestrol
Melancarkan saluran kemih
Meningkatkan sitem imun
2. Nama Sampel : Jagung
Sampel Pengamatan Hasil Pengamatan
(Gambar/Foto)
 Bentuk Batang : Bulat
 Arah tumbuhnya : Tegak
lurus (eretus)
 Permukaan batang : Licin
 Tipe batang : Basah/
rumput
 Tipe percabangan :
Monopodial
 Warna batang :
Tua : Hijau Tua
Muda : Hijau Muda
 Jenis Batang : Basah/
rumput
 Arah tumbuh : Tegak lurus
Batang :

KLASIFIKASI SAMPEL : Zea mays L.


(NTA)
Kingdom Plantae
Sub Kingdom Tracheobronta
Super Divisi Spermatopyta
Divisi Magnoliophyta
Ordo Poales
Sub Kelas Commeunidae
Family Poaceae
Genus Zea
Spesies Zea mays L.
Kandungan Zat Aktif Karbohidrat, Pati, gula, serat pangan
Khasiat Vitamin B12
Asam folat
Zat besi
sebagai pangan
3. Nama Sampel : Jambu biji
Sampel Pengamatan Hasil Pengamatan
(Gambar/Foto)
 Bentuk Batang : Bulat
 Arah tumbuhnya : Tegak
lurus (eretus)
 Permukaan batang : bersisik
 Tipe batang : Batang
berkayu
 Tipe percabangan : Simpodial
 Warna batang :
Tua : Coklat
Muda : Hijau
 Jenis Batang : Batang
berkayu

Batang :

KLASIFIKASI SAMPEL : Psidium Guajava L


(NTA)
Kingdom Plantae
Sub Kingdom Tracheobronta
Super Divisi Spermatopyta
Divisi Magnoliophyta
Ordo Myrtales
Sub Kelas Rosidae
Family Myrtaacea
Genus Psidium
Spesies Psidium Guajava L.
Kandungan Zat Aktif Vitamin, serat pectin, mineral
Khasiat Antidiare
Antidiabeter
Jantung
4. Nama Sampel : Pisang
Sampel Pengamatan Hasil Pengamatan
(Gambar/Foto)
 Bentuk Batang : Bulat
 Arah tumbuhnya : Basah
 Permukaan batang : licin
 Tipe batang :
monopodial
 Warna batang :
Tua : Hijau Keputihan
Muda : Merah

Batang :

KLASIFIKASI SAMPEL : Musa Paradisica L


(NTA)
Kingdom Plantae
Sub Kingdom Tracheobronta
Super Divisi Spermatopyta
Divisi Magnoliophyta
Ordo Zingiberales
Sub Kelas Commelinidze
Family Musaceae
Genus Musa
Spesies Musa Paradisica
Kandungan Zat Aktif Zat Antrakunon, Saponin, Flavonid
Khasiat Menyehatkan rambut
Menyembuhkan luka
Mempercepat pertumbuhan jaringan ikat
5. Nama Sampel : Kaktus
Sampel Pengamatan Hasil Pengamatan
(Gambar/Foto)
 Bentuk Batang : Pipih
 Arah tumbuhnya : Tegak
lurus (eretus)
 Permukaan batang : berusuk
 Tipe batang : Basah dan
dan liar
 Tipe percabangan :
Menggampu karena percabangan
batangnya tumbuh
 Warna batang : Hijau tua

Batang :

KLASIFIKASI SAMPEL : O Cochenillifera. L


(NTA)
Kingdom Plantae
Sub Kingdom Viridiplantae
Super Divisi Anglosperma
Divisi Spermatopyta
Ordo Cactaceae
Sub Kelas Dicotyledonceae
Family Cactaceae
Genus Opuntia
Spesies O Cochenillifera. L
Kandungan Zat Aktif Mammlilaria xantna
Khasiat Mengatasi gigitan serangga
Membuat tidur lebih berkualitas
Mengatasi diabetes
Anti kanker
Menurunkan kadar kolestrol
Anti tumor
6. Nama Sampel : Batang Labu
Sampel Pengamatan Hasil Pengamatan
(Gambar/Foto)
 Bentuk Batang : Bulat
 Arah tumbuhnya : Tegak
lurus (eretus)
 Tipe batang : Batang
berkayu
 Tipe percabangan :
Manopodial
 Tipe permukaan : Berusuk
 Tipe percabangan : Batang
berkayu

Batang :

KLASIFIKASI SAMPEL : Sachlum edule


(NTA)
Kingdom Plantae
Sub Kingdom Tracheobionta
Super Divisi Spermatopyta
Divisi Magnollopyta
Ordo Xioales
Sub Kelas Dilenidae
Family Cucurblanceae
Genus Sachium
Spesies S. Edule
Kandungan Zat Aktif Vitamin A, Vitamin C dan zat kalium
Khasiat Pembuntukkan darah
Menunjang kelangsungan metabolisme
V. Pembahasan
Berdasarkan hasil pratikum yang tealah dilakukan didaptkan bahwa :
Bambu (Bambusa, SP)
Tanaman/ Batang bamboo berbentuk silinder memanjang dan berbagai
dalam ruas-ruas, tinggi tanaman bambu berkisar 0,3-30 meter, batang
berdiameter 0,25-25 cm dan memiliki ketebalan dinding sampai 25 cm.
Bentuk batang : Bulat
Arah tumbuhnya : Tegak lurus
Permukaan Batang : Licin
Tipe Batang : Batang berkayu
Tipe percabangan : Monoponial
Warna Batang
Tua : Kuning
Muda : Hijau muda

Batang Jambu (Psidium Guajava)


Batang jambu biji secara umum memiliki iso spesier. Batang jambu biji
keras memanjang dan juga memiliki permukaan halus dan liar.
Perbatangan tanaman ini berbentuk bulatb dengan diameter mencapai 10-
20 cm bahkan lebih, tergantung dengan jenis variasinya.
Bentuk batang : Bulat
Arah tumbuh : Tegak lurus
Permukaan batang : Bersisik
Tipe percabangan : Simpodial
Warna batang
Tua : Hijau
Muda : Coklat
Jenis Batang : Tipe batang berkayu
VI. Kesimpulan
Batang merupakan salah satu bagian penting dari tumbuhan selain tempat
pelekatan daun, bunga, dan buah, batang juga berfungsi sebagai jalan
pengangkutan air dan zat-zat mineral yang terlarut didalamnya.
Terdapat perbedaan antara batang dikotil dan batang monokotil ialah
dalam susunan anatominya.
Adapun sifat drai batang diamati oleh kelompok kami :
Bambusa, SP
Bentuk batang : Bulat
Arah tumbuhnya : Tegak lurus
Permukaan Batang : Licin
Tipe Batang : Batang berkayu
Tipe percabangan : Monoponial
Warna Batang
Tua : Kuning
Muda : Hijau muda

VII. Daftar Pustaka


Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : KANSIUS
(Anggota IKAPI)
Tim Pengajar. 2007 Anatomi Tumbuhan
Rostanti, Dwi. 2011 Morfologi Tumbuhan, Jakarta: Erlangga
TATA TERTIB PRAKTIKUM FARMAKOLOGI I

a. Waktu kunjungan laboratorium


Dibuka setiap hari kerja : Senin s/d Sabtu
 Pagi Jam : 08.00 - 11.30 dan 13.00 - 16.00
 Jum’at Jam : 09.00 - 10.30 dan l3.00 - 16.00
b. Peserta praktikum sudah harus siap di laboratorium minimal 15 menit sebelum
praktikum di mulai.
c. Mahasiswa diwajibkan mengenakan pakaian yang rapi dan jas praktikum.
Sepatu pada waktu masuk ruangan laboratorium disimpan disamping luar
pintu masuk. (Sesuai kondisi masing-masing lab)
d. Setiap mahasiswa wajib melaksanakan seluruh proses praktikum sesuai yang
dijadwalkan oleh dosen. Mahasiswa yang berhalangan dengan alasan yang
tepat (surat keterangan dokter harus disampaikan paling lambat satu hari
sesudahnya), dan tetap harus melakukan praktikum tersebut pada kesempatan
yang lain.
e. Persiapan alat/bahan laboratorium minimal sehari sebelum praktikum
dilaksanakan.
f. Menjaga sopan santun selama praktikum berlangsung dan dilarang makan dan
minum.
g. Mahasiswa tidak diperbolehkan keluar masuk laboratorium tanpa seizin
dengan dosen yang membimbing pada saat itu.
h. Mahasiswa tidak dibenarkan membicarakan hal-hal yang tidak berhubungan
dengan praktikum yang dilaksanakan selama berada dalam laboratorium demi
efisiensi waktu
i. Alat / bahan laboratorium yang rusak / hilang harus diganti oleh praktikan /
kelompok yang bersangkutan.
j. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas kebersihan dan keutuhan
alat - alat yang digunakan. Pada akhir praktikum alat-alat diserahkan kembali
dalam keadaan bersih dan utuh.
k. Setelah kegiatan parktikum semua Kran air dan gas yang sudah digunakan
hams selalu dalam keadaan tertutup.
l. Menjaga kebersihan ruangan termasuk papan tubs, meja, kursi-kursi dan alat-
alat yang telah digunakan agar diatur kembali dengan rapi.
m. Aliran listrik pada alat-alat yang tidak digunakan lagi termasuk lampu, kipas
angin dan AC hams di non aktifkan sebelum meninggalkan mangan
aboratorium. Alat/bahan yang dipinjam diluar kebutuhan proses belajar
mengajar seperti Penelitian, KBM/KBS dikembalikan paling lambat 1 hari
setelah waktu peminjaman, jika melebihi dari batas waktu yang ditentukan
akan dikenakan denda yang ditentukan oleh Kepala laboratorium Terpadu
masing-masing berdasarkan standar denda yang ditetapkan oleh Universitas.
n. Mahasiswa yang ingin memanfaatkan laboratorium untuk tujuan penelitian
dapat memperoleh bimbingan langsung oleh petugas laboratorium.
Pemberitahuan paling lambat sehari sebelum penelitian dilakukan.
o. Mahasiswa atau laboran tidak diperkenankan untuk mengecas handphone
ataupun elektronik lainnya di laboratorium.
ATURAN KESELAMATAN LABORATORIUM

A. Petunjuk Umum Keselamatan Kerja di Laboratorium


1. Pengguna laboratorium wajib memakai jas laboratorium dan alas kaki atau
sepatu yang tertutup.
2. Pengguna laboratorium dilarang keras merokok, makan dan minum di
dalam ruang laboratorium.
3. Semua pekerjaan dan penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya dengan
uap beracun atau merangsang pemafasan, harus dilakukan di dalam almari
asam.
4. Hati-hati dengan semua pekerjaan pemanasan. Hindarkan percikan cairan
atau terhirupnya uap selama bekerja.
5. Jauhkan semua senyawa organik yang mudah menguap, seperti: alkohol,
eter, kloroform, aseton, dan spirtus dari api secara terbuka karena bahan
mudah terbakar. Sebaiknya pemanasan dilakukan dengan menggunakan
waterbath.
6. Bila pemanasan menggunakan api terbuka, nyalakan pembakar spirtus
(bunsen) dengan korek api biasa, jangan menyalakannya dengan pembakar
spirtus lain yang sudah menyala, untuk menghindari terjadinya letupan
api.
7. Matikan api pada pembakar spirtus dengan menutup sumbunya, jangan
mematikan api dengan meniup untuk mencegah terjadinya kebakaran atau
letupan api.
8. Jangan mencoba mencicipi bahan kimia atau mencium langsung asap atau
uap dari mulut tabung reaksi. Namun, kipaslah terlebih dahulu uap ke arah
muka.
9. Jangan sekali-sekali menghisap pipet melalui mulut untuk mengambil
larutan asam atau basa kuat seperti: HNO3, HC1, H2SO4, Asam asetat
glasial, NaOH, NH4OH, dan lain-lain. Gunakan pipet dengan bola
penghisap untuk memindahkan bahan-bahan tersebut atau bahan beracun
lainnya ke dalam alat yang akan digunakan.
10. Segera tutup kembali bahan kimia yang disediakan dalam botol tertutup
untuk mencegah terjadinya inhalasi bahan-bahan.
11. Jangan sampai menumpahkan bahan-bahan kimia, terutama asam atau
basa pekat, di meja kerja atau lantai. Bila hal ini terjadi, segera laporkan
pada laboran atau petugas laboratorium.
12. Bila terjadi kontak dengan bahan-bahan kimia berbahaya, korosif, atau
beracun, segera bilas dengan air sebanyak-banyaknya. Selanjutnya segera
laporkan kepada laboran atau petugas laboratorium.
13. Jangan menggosok-gosok mata atau anggota badan lain dengan tangan
yang mungkin sudah terkontaminasi bahan kimia.
14. Berhati-hatilah bila bekeija dengan bahan uji yang berasal dari bahan
biologis, seperti saliva, karena mungkin dapat terinfeksi kuman atau virus
berbahaya seperti hepatitis.
 Sebaiknya gunakan sarung tangan sekali pakai, terutama bila ada luka.
 Cuci segera tangan atau anggota badan lain yang kontak atau terpercik
bahan tersebut.
 Cuci alat-alat praktikum dengan sabun dan sterilisasi dengan
merendamnya dalam larutan Natrium hipoklorit 0,5% selama 30 menit.
 Bersihkan meja laboratorium dengan air sabu'n dan dengan larutan
Natrium hipoklorit 0,5%.
15. Tampung cairan atau larutan yang telah selesai digunakan (limbah cair) di
dalam jerigen penampungan limbah sesuai dengan karakteristik limbah
caimya.
16. Tinggalkan meja dan alat keija dalam keadaan bersih dan rapi seperti
semula.
B. Bahaya-bahaya yang Mungkin Terjadi di Laboratorium
1. Bahaya Api
Resiko terjadi kebakaran (sumber: bahan kimia, kompor) bahan
desinfektan yang mungkin mudah menyala (flammable) dan beracun.
Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur bersama-sama yaitu: oksigen,
bahan yang mudah terbakar, dan panas.
Akibat:
 Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai
berat, bahkan kematian.
 Timbul keracunan akibat kurang hati-hati.
Pencegahan:
 Konstruksi bangunan yang tahan api.
 Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah
terbakar.
 Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran.
 Sistem tanda kebakaran
 Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya
dengan segera.
 Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda
secara otomatis.
 Tersedia jalan untuk menyelamatkan diri.
 Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran.
 Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman.

2. Bahaya Listrik
 Perhatikan dan pelajari tempat-tempat sumber listrik (stop-kontak dan
circuit breaker) dan perhatikan cara menyala dan mematikannya. Jika
melihat ada kerusakan yang berpotensi menimbulkan bahaya, laporkan
pada laboran atau petugas laboratorium.
 Hindari daerah atau benda yang berpotensi menimbulkan bahaya listrik
(sengatan listrik/strum) secara tidak disengaja, misalnya kabel jala-jala
yang terkelupas, dll.
 Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya listrik pada
diri sendiri atau orang lain.
 Keringkan bagian tubuh yang basah misalnya keringat atau sisa air
wudhu.
 Selalu waspada terhadap bahaya listrik pada setiap aktivitas di
laboratorium.
 Kecelakaan akibat bahaya listrik yang sering terjadi adalah tersengat
arus listrik.
Berikut ini adalah hal-hal yang harus diikuti pengguna laboratorium jika
hal itu terjadi:
 Jangan panik.
 Matikan semua peralatan elektronik dan sumber listrik.
 Bantu pengguna laboratorium yang tersengat arus listrik untuk
melepaskan diri dari sumber listrik.
 Beritahukan dan minta bantuan laboran atau orang di sekitar
anda tentang terjadinya kecelakaan akibat bahaya listrik.

3. Bahaya Zat Kimia


Semua bahan kimia dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan.
Gangguan kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat
kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan
hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton).
Bahan toksik (trikloroetana, tetraklorometana) jika tertelan, terhirup atau
terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik,
bahkan kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan
kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.
Pencegahan:
 “Material Safety Data Sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang
ada untuk diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.
 Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk
mencegah tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol.
 Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan,
celemek, jas laboratorium) dengan benar.
 Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata
dan lensa.
 Menggunakan alat pelindung pemafasan (masker) dengan benar.
Tata Tertib laboratorium Akademi Farmasi Al-Fatah Bengkulu
a. Waktu kunjungan laboratorium
Dibuka setiap hari kerja : Senin s/d Sabtu
 Pagi Jam : 08.00 - 11.30 dan 13.00 - 16.00
 Jum’at Jam : 09.00 - 10.30 dan l3.00 -16.00
b. Peserta praktikum sudah harus siap di laboratorium minimal 15 menit sebelum
praktikum di mulai.
c. Mahasiswa diwajibkan mengenakan pakaian yang rapi dan jas praktikum.
Sepatu pada waktu masuk ruangan laboratorium disimpan disamping luar
pintu masuk. (Sesuai kondisi masing-masing lab)
d. Setiap mahasiswa wajib melaksanakan seluruh proses praktikum sesuai yang
dijadwalkan oleh dosen. Mahasiswa yang berhalangan dengan alasan yang
tepat (surat keterangan dokter harus disampaikan paling lambat satu hari
sesudahnya), dan tetap harus melakukan praktikum tersebut pada kesempatan
yang lain.
e. Persiapan alat/bahan laboratorium minimal sehari sebelum praktikum
dilaksanakan.
f. Menjaga sopan santun selama praktikum berlangsung dan dilarang makan dan
minum.
g. Mahasiswa tidak diperbolehkan keluar masuk laboratorium tanpa seizin
dengan dosen yang membimbing pada saat itu.
h. Mahasiswa tidak dibenarlcan membicarakan hal-hal yang tidak berhubungan
dengan praktikum yang dilaksanakan selama berada dalam laboratorium demi
efisiensi waktu
i. Alat / bahan laboratorium yang rusak / hilang harus diganti oleh praktikan /
kelompok yang bersangkutan.
j. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas kebersihan dan keutuhan
alat - alat yang digunakan. Pada akhir praktikum alat-alat diserahkan kembali
dalam keadaan bersih dan utuh.
k. Setelah kegiatan parktikum semua Kran air dan gas yang sudah digunakan
harus selalu dalam keadaan tertutup.
l. Menjaga kebersihan ruangan termasuk papan tulis, meja, kursi-kursi dan alat-
alat yang telah digunakan agar diatur kembali dengan rapi.
m. Aliran listrik pada alat-alat yang tidak digunakan lagi termasuk lampu, kipas
angin dan AC harus di non aktifkan sebelum meninggalkan ruangan
laboratorium.Alat/bahan yang dipinjam diluar kebutuhan proses belajar
mengajar seperti Penelitian, KBM/KBS dikembalikan paling lambat 1 hari
setelah waktu peminjaman, jika melebihi dari batas waktu yang ditentukan
akan dikenakan denda yang ditentukan oleh Kepala laboratorium Terpadu
masing-masing berdasarkan standar denda yang ditetapkan oleh Universitas.
n. Mahasiswa yang ingin memanfaatkan laboratorium untuk tujuan penelitian
dapat memperoleh bimbingan langsung oleh petugas laboratorium.
Pemberitahuan paling lambat sehari sebelum penelitian dilakukan.
o. Mahasiswa atau laboran tidak diperkenankan untuk mengecas handphone
ataupun elektronik lainnya di laboratorium.

A. Petunjuk Umum Keselamatan Kerja di Laboratorium


1. Pengguna laboratorium wajib memakai jas laboratorium dan alas kaki atau
sepatu yang tertutup.
2. Pengguna laboratorium dilarang keras merokok, makan dan minum di
dalam ruang laboratorium.
3. Semua pekerjaan dan penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya dengan
uap beracun atau merangsang pemafasan, harus dilakukan di dalam almari
asam.
4. Hati-hati dengan semua pekerjaan pemanasan. Hindarkan percikan cairan
atau terhirupnya uap selama bekerja.
5. Jauhkan semua senyawa organik yang mudah menguap, seperti: alkohol,
eter, kloroform, aseton, dan spirtus dari api secara terbuka karena bahan
mudah terbakar. Sebaiknya pemanasan dilakukan dengan menggunakan
waterbath.
6. Bila pemanasan menggunakan api terbuka, nyalakan pembakar spirtus
(bunsen) dengan korek api biasa, jangan menyalakannya dengan pembakar
spirtus lain yang sudah menyala, untuk menghindari terjadinya letupan
api.
7. Matikan api pada pembakar spirtus dengan menutup sumbunya, jangan
mematikan api dengan meniup untuk mencegah terjadinya kebakaran atau
letupan api.
8. Jangan mencoba mencicipi bahan kimia atau mencium langsung asap atau
uap dari mulut tabung reaksi. Namun, kipaslah terlebih dahulu uap ke arah
muka.
9. Jangan sekali-sekali menghisap pipet melalui mulut untuk mengambil
larutan asam atau basa kuat seperti: HNO3, HC1, H2SO4, Asam asetat
glasial, NaOH, NH4OH, dan lain-lain. Gunakan pipet dengan bola
penghisap untuk memindahkan bahan-bahan tersebut atau bahan beracun
lainnya ke dalam alat yang akan digunakan.
10. Segera tutup kembali bahan kimia yang disediakan dalam botol tertutup
untuk mencegah terjadinya inhalasi bahan-bahan.
11. Jangan sampai menumpahkan bahan-bahan kimia, terutama asam atau
basa pekat, di meja kerja atau lantai. Bila hal ini terjadi, segera laporkan
pada laboran atau petugas laboratorium.
12. Bila terjadi kontak dengan bahan-bahan kimia berbahaya, korosif, atau
beracun, segera bilas dengan air sebanyak-banyaknya. Selanjutnya segera
laporkan kepada laboran atau petugas laboratorium.
13. Jangan menggosok-gosok mata atau anggota badan lain dengan tangan
yang mungkin sudah terkontaminasi bahan kimia.
14. Berhati-hatilah bila bekerja dengan bahan uji yang berasal dari bahan
biologis, seperti saliva, karena mungkin dapat terinfeksi kuman atau virus
berbahaya seperti hepatitis.
 Sebaiknya gunakan sarung tangan sekali pakai, terutama bila ada luka.
 Cuci segera tangan atau anggota badan lain yang kontak atau terpercik
bahan tersebut.
 Cuci alat-alat praktikum dengan sabun dan sterilisasi dengan
merendamnya dalam larutan Natrium hipoklorit 0,5% selama 30 menit.
 Bersihkan meja laboratorium dengan air sabun dan dengan larutan
Natrium hipoklorit 0,5%.
15. Tampung cairan atau larutan yang telah selesai digunakan (limbah cair) di
dalam jerigen penampungan limbah sesuai dengan karakteristik limbah
caimya.
16. Tinggalkan meja dan alat kerja dalam keadaan bersih dan rapi seperti
semula.

B. Bahaya-bahaya yang Mungkin Terjadi di Laboratorium


1. Bahaya Api
Resiko terjadi kebakaran (sumber: bahan kimia, kompor) bahan
desinfektan yang mungkin mudah menyala (flammable) dan beracun.
Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur bersama-sama yaitu: oksigen,
bahan yang mudah terbakar, dan panas.
Akibat:
 Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai
berat, bahkan kematian.
 Timbul keracunan akibat kurang hati-hati.
Pencegahan:
 Konstruksi bangunan yang tahan api.
 Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah
terbakar.
 Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran.
 Sistem tanda kebakaran
 Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya
dengan segera.
 Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda
secara otomatis.
 Tersedia jalan untuk menyelamatkan diri.
 Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran.
 Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman.
2. Bahaya Listrik
 Perhatikan dan pelajari tempat-tempat sumber listrik (stop-kontak dan
circuit breaker) dan perhatikan cara menyala dan mematikannya. Jika
melihat ada kerusakan yang berpotensi menimbulkan bahaya, laporkan
pada laboran atau petugas laboratorium.
 Hindari daerah atau benda yang berpotensi menimbulkan bahaya listrik
(sengatan listrik/strum) secara tidak disengaja, misalnya kabel jala-jala
yang terkelupas, dll.
 Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya listrik pada
diri sendiri atau orang lain.
 Keringkan bagian tubuh yang basah misalnya keringat atau sisa air
wudhu.
 Selalu waspada terhadap bahaya listrik pada setiap aktivitas di
laboratorium.
 Kecelakaan akibat bahaya listrik yang sering terjadi adalah tersengat
arus listrik.
Berikut ini adalah hal-hal yang harus diikuti pengguna laboratorium jika
hal itu terjadi:
 Jangan panik.
 Matikan semua peralatan elektronik dan sumber listrik.
 Bantu pengguna laboratorium yang tersengat arus listrik untuk
melepaskan diri dari sumber listrik.
 Beritahukan dan minta bantuan laboran atau orang di sekitar anda
tentang terjadinya kecelakaan akibat bahaya listrik.

3. Bahaya Zat Kimia


Semua bahan kimia dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan.
Gangguan kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat
kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan
hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton).
Bahan toksik (trikloroetana, tetraklorometana) jika tertelan, terhirup atau
terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik,
bahkan kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan
kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.
Pencegahan:
 “Material Safety Data Sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang
ada untuk diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.
 Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk
mencegah tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol.
 Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan,
celemek, jas laboratorium) dengan benar.
 Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata
dan lensa.
 Menggunakan alat pelindung pernafasan (masker) dengan benar.

Anda mungkin juga menyukai