Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN INSTRUMEN FARMASI

PENENTUAN INDEKS BIAS ( REFRAKTOMETRI )

Disusun oleh :
Eliesa Wulandari ( 18010117 )
Reguler Khusus Kelas A

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI
BOGOR
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Refraktometer sebenarnya alat ukur mengukur indeks bias suatu zat. Definisi
indeks bias cahaya suatu zat adalah kecepatan cahaya didalam hampa dibagi
dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Kebanyakan obyek yang dapat kita
lihat, tampak karena obyek itu memantulkan cahaya kemata kita. Pada pantulan
yang paling umum terjadi, cahaya memantul ke semua arah,disebut pantulan baur.
Untuk keperluan ini cukup kita melukiskan satu sinar saja, mustahil ada atau hanya
merupakan abstrasi geometrical saja.
Konsentrasi bahan terlarut sering dinyatakan dalam satuan Brix(%) yang
merupakan konsentrasi dari bahan terlarut dalam sampel(larutan air). Kadar zat
merupakan total dari semua zat atau bahan dalam air, termasuk gula.pada dasarnya
Brix(%) dinyatakan sebagai jumlah gram dari tebu yang terdapat dalam larutan 100
g gulatebu. Jadi pada saat mengukur larutan gula, Brix(%) harus benar benar tepat
sesuai dengan konsentrasinya.
Refraktometer Abbe adalah refraktometer untuk mengukur indeks bias cairan,
padatan dalam cairan, atau serbuk.Indeks bias merupakan salah satu dari beberapa
sifat optis yang penting dari medium suatu bahan. Pembiasan cahaya dapat tejadi
dikarenakan perbedaan cahaya pada medium yang rapat lebih kecil dibandingkan
dengan laju cahaya pada medium yang kurang rapat.Indeks bias pada medium
didefinisikan sebagai perbandingan antara kecepatan cahaya dalam ruang hampa
dengan cepat rambat cahaya pada suatu medium. Indeks bias akan meningkat
seiring dengan bertambahnya konsentrasi.
Oleh karena itu agar dapat menambah pengetahuan khususnya mahasiswa
untuk dapat memahami prinsip kerja refraktometri dan mentukan konsentrasi gula
melalui kurva kalibrasi maka diadakan praktikum “ Penentuan konsentrasi larutan
metode refraktometri “.
B.     Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat menggunakan alat
refraktometer dan membaca indeks bias serta mahasiswa dapat menentukan kadar
gula atau garam dari sampel beberapa minuman.
BAB II
DASAR TEORI

A.    Indeks Bias


Indeks bias merupakan salah satu dari beberapa sifat optis yang penting dari
medium suatu bahan. Nilai indeks bias ini banyak diperlukan untuk
menginterpretasi suatu jenis data spektroskopi. Indeks bias dari suatu bahan atau
larutan merupakan parameter karakteristik yang sangat penting dan berkaitan erat
dengan parameter-parameter lain seperti temperatur, konsentrasi dan lain-lain yang
sering dipakai dalam optik, kimia dan industri obat-obatan. Indeks bias juga
berperan penting dalam beberapa bidang diantaranya dalam teknologi film tipis dan
fiber optik. Dalam bidang kimia, indeks bias dapat digunakan untuk mengetahui
konsentrasi dan komposisi larutan, untuk menentukan kemurnian dan kadaluarsa
dari oli, untuk menentukan kemurnian minyak goreng (Hidayanto, 2010).
Indeks bias merupakan salah satu sifat optik yang banyak digunakan untuk
mencirikan keadaan suatu material transparan. Refractive index suatu material pada
suatu panjang gelombang tertentu akan mengalami perubahan bila komposisi
material tersebut mengalami perubahan. Beberapa industri karenanya menggunakan
ukuran refractive index dalam penetapan kualitas produk solid atau liquid
transparannya (Marzuki, 2012).
Dalam bidang industri makanan dan minuman, indeks bias juga dapat
digunakan untuk mengetahui besarnya konsentrasi gula dalam produk makanan dan
minuman, seperti contoh untuk mengetahui kandungan gula dalam jus buah,
kandungan gula dalam kue, dan lain-lain. Indeks bias suatu larutan dapat diukur
dengan menggunakan beberapa metode antara lain dengan metode interferometri
yang meliputi interferometri Mach-Zender, interferometri Fabry-Perot dan
interferometri Michelson. Metode-metode ini merupakan metode yang sangat
akurat untuk mengukur indeks bias. Akan tetapi metode-metode tersebut
mempunyai beberapa kelemahan, antara lain pengoperasian alat yang cenderung
rumit dan membutuhkan waktu yang lama (Rofiq, 2010).

B. Pembiasan Cahaya
Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya
karena melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Arah pembiasan
cahaya dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1. Mendekati Garis Normal
Cahaya dibiakan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari medium
optic kurang rapat kemedium optic lebih rapat, contohnya cahaya merambat dari
udara kedalam air.
2. Menjauhi Garis Normal
Cahaya dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari medium
optic lebih rapat kedalam optic kurang rapat, contoh cahaya merambat dari
dalam air ke udara.

C. Indeks Bias Mutlak dan Relatif


3. Indeks Bias Mutlak
Indeks bias mutlaks suatu medium merupakan perbandingan cepat rambat cahaya
di ruang hampa ( c) terhadap cepat rambat cahaya di medium tersebut (v).
Rumusnya sebagai berikut ini: n = c/v
Kecepatan cahaya paling besar adalah di ruang hampa udara (c = 3 x 〖10〗^8
m/s) sedangkan kecepatan cahaya di dalam suatu medium selalu lebih kecil dari
pada di ruang hampa. Akibatnya, indeks bias mutlak selalu medium n ≥ 1.
4. Indeks Bias Relatif
Indeks bias relatif suatu medium yaitu perbandingan indeks bias mutlak medium
tersebut terhadap indeks bias mutlak medium lain. Dengan memperhatikan rumus
n = c/v. Karena indeks relatif adalah perbandingan indeks bias 2 medium, maka
indeks bias relatif ini bisa bernilai lebih besar atau lebih kecil dari satu.

D. Indeks Bias Menurut Christian Huggeas (1629-1695) dan Bunyi Ekperimen


Snell
Menurut Christian Huggeas (1629-1695) “perbandingan laju cahaya ruag hampa
dengan cahaya dalam suatu zat dinamakan indeks bias” Dalam pembiasan, berlaku
hukum snellius. Hukum snellius adalah rumusan matematika yang memberikan
hubungan antara sudut dating dan sudut bias pada cahaya atau gelombang lainnya
yang melalui batas antara dua medium isotopic berbeda, seperti udara dan gelas.
Hukum ini diambil dari matematika Belanda Willebrord Snellius yang merupakan
salah satu penemunya. Hukum ini juga dikenal sebagai Hukum Dascartes atau
Hukum Pembiasan Pada sekitar tahun 1621, ilmuwan Belanda bernama Willebrord
Snell (1591-1626) melakukan eksperimen untuk mencari hubungan antara sudut
datang dengan sudut bias. Hasil eksperimen ini dikenal dengan nama Snell yang
berbunyi :
1. Sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
2. Hasil bagi sinus sudut dating dengan sinus sudut bias merupakan bilangan tetap
dan disebut indeks bias.                                                                                 
E. Jenis Refraktometer
1. Refraktoemeter Brix
Refraktometer Brix digunakan untuk mengkur konsentrasi padatan terlarut dari
gula,garam, protein, dan lebih spesifiknya untuk makanan dan cairan ideal
untuk control kualitas. hand refraktometer brix ( digunakan untuk gula 0-32%).

 
2. Refraktometer Salt
Refraktometer Salt digunakan untuk mengukur kada garam pada bagian perseri
bu atau ppt dan berat jenis atau persen salinitas (kadar garam) tergantung
pada model. Refraktmeter salt digunakan untuk mengukur konsentrasi garam
dari air atau air garam. Hand refraktometer salt untuk NaCL 0-28%.
3. Refraktometer Tangan / Hand Held Refraktometer
Refraktometer tangan hanya untuk mengukur kadar zat tertentu saja.
Bagian hand refraktometer hanya mempunyai satu luang pengamatan
saja.Terdapat dua tipe untuk Hand Held Refraktoemeter,yaitu yang Digital dan
Analog.

Refraktoemeter Digital 
 

Refraktometer Analog
F. Bagian – Bagian Refraktometer
 Biomaterial Strip, bagian ini terletak pada bagian dalam alat (yang tidak terlihat)
dan berfungsi mengatur suhu sekitar 18-28 OC. Dan jika melebihi 28 OC  maka
otomatis suhu mengikuti range
 Kaca atau Day light plate bagian ini berfungsi untuk melindungi prisma dari
goresan benda asing seperti debu, ataupun benda lain dan untuk mencegah agar
zat/bahan tidak jatuh ke prisma.
 Eye Piece adalah bagian untuk melihat skala yang digunakan oleh refraktometer.
 Handle berfungsi memegang alat refraktometer dan menjaga kestabilan suhu.
 Knop Pengatur skala, bagian ini berfungsi untuk mengkalibrasi skala
menggunakan aquades. Cara kerja alat ini adalah knop diputar searah atupun
berlawanan dengan arah jarum jam hingga mendapatkan skala paling kecil (0.00
untuk refraktometer salinitas, dan 1000 untuk refraktometer urine)
 Lensa mempunya fungsi untuk memfokuskan cahaya.
 Lensa Pembesar berfungsi untuk memperbesar skala yang terlihat pada eye
piece.
 Prisma berfungsi membaca skala dari zat terlarut dan mengubah cahaya
polikromatis (cahaya matahari/lampu) menjadi monokromatis. Prisma juga
bagian sensitif dari refraktometer terhadapat goresan suatu benda.
 Skala berfungsi untuk melihat konsentrasi, dan masa jenis pada suatu larutan.
BAB III
METODE KERJA

A. Alat dan Bahan


1. Alat
 Refraktometer 1 buah (Gula dan NaCl)
 Pipet tetes 2 buah
 Gelas Piala 100 ml 2 buah
 Batang pengaduk 2 buah
 Gelas ukur 1 buah
 Spatula 1 buah
 Tissue 1 gulung
 Tabung reaksi 10 buah dan rak nya

2. Bahan
 Sampel garam murni
 Sampel gula murni
 Air suling
 Minuman (ale-ale, teh gelas, teh rio, isoplus, pocari sweet)

B. Cara Kerja
1. Kalibrasi alat terlebih dahulu dengan aqua bidest
2. Meneteskan minuman yang akan diperiksa indeks biasnya pada permukaan
prisma refraktometer
3. Menutup dan membiarkan berkas cahaya memasuki, melewati larutan
(minuman) dan pengatur prisma agar cahaya pada layar dalam alat tersebut
menjadi dua warna dengan batas yang jelas.
4. Menggeser tanda batas tersebut dengan memutar knop pengatur, sehingga
memotong titik perpotongan dua garis diagonal yang saling berpotongan yang
terlihat pada layar
5. Mengamati dan membaca skala indeks bias yang ditunjukkan oleh jarum layar
skala melalui mikroskop
6. Layar hasil warna yang telah diatur sedemikian sehingga memberikan dua warna
yang mempunyai warna yang jelas dan tegas.
7. Mengontrol ketelitian temperatur
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Larutan blanko = aqua bides = 0

N Jenis Kadar gula Volu Indeks Hasil


o Minuman dan garam me bias / kadar
dalam ( ml kadar % gula dan
sempel ) garam
1 Teh Gelas 16 gram 180 7 12,6
2 Teh Rio 16 gram 190 8 15,2
3 Ale - Ale 14 gram 190 7,5 14,25
4 Pocari sweat 16 gram 350 5,1 17,85
5 Isoplus 12 gram 350 5,2 18,2
Perhitungan :
1. Teh gelas
Dik : Volume = 180 ml
Konsentrasi = 7 %
Jawab :
Massa = Kadar % x Volume Sediaan
= 7 x 180 ml = 12.6 gram Standar 14 gram

100

2. Ale-ale
Dik : Volume = 190 ml
Konsentrasi = 7.5 %
Jawab :
Massa = Kadar % x Volume Sediaan
= 7.5 x 190 ml = 14.25 gram Standar 14 gram

3. Teh Rio 100


Dik : Volume = 190 ml
Konsentrasi = 8 %
Jawab :
Massa = Kadar % x Volume Sediaan
= 8 x 190 ml = 15.2 gram Standar 16 gram
100

4. Isoplus
Dik : Volume = 350 ml
Konsentrasi = 5.2 %
Jawab :
Massa = Kadar % x Volume Sediaan
= 5.2 x 350 ml = 18.2 gram Standar 12 gram

100
5. Pocari sweet
Dik : Volume = 350 ml
Konsentrasi = 5.1 %
Jawab :
Massa = Kadar % x Volume Sediaan
= 5.1 x 350 ml = 17.85 gram Standar 16 gram

100
B. Pembahasan

Refraktometer Abbe adalah refraktometer untuk mengukur indeks bias cairan,


padatan dalam cairan, atau serbuk.Indeks bias merupakan salah satu dari beberapa
sifat optis yang penting dari medium suatu bahan.
Tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat menggunakan alat
refraktometer dan membaca indeks bias serta mahasiswa dapat menentukan kadar
gula atau garam dari sampel beberapa minuman.
Pertama menggunakan refraktometer dengan mengukur blanko untuk
menstabilkan refraktometer ditunjukkan dengan penunjukkan skala 0 yang dilihat
pada layar refraktometer. Selanjutnya, mengukur indeks bias beberapa jenis
minuman satu persatu terlebih dahulu sebelum melanjutkan mengukur indeks bias
jenis minuman lain. Refraktometer dinolkan terlebih dahulu dengan cara mengelap
lensa pada refraktometer dengan aquades agar tidak terkontaminasi oleh minuman
sebelumnya.
Dari percobaan data yang diperoleh untuk minuman teh gelas skala yang
ditunjukkan yaitu = 12,6 untuk ale-ale = 14.25, teh rio = 15.2 , isoplus = 18.2, , dan
pocari sweet = 17.85. Pada tabel juga dituliskan kadar gula pada minuman-minuman
tersebut karena berdasarkan teori kadar gula dalam suatu larutan atau senyawa
sebanding atau berbanding lurus dengan nilai indeks biasnya. Dari percobaan
diperoleh data sesuai dengan teori.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari praktikum kali ini di dapat hasil :
1. Besar indeks bias pada berbagai jenis minuman yaitu teh gelas (12.6 gram),
ale-ale (14.25 gram), teh rio (15.2 gram), isoplus (18.2 gram), pocari sweet
(17.85 gram)
2. Kadar gula dalam kemasan ada yang sebanding, ada juga yang melebihi
standar nya, yang sebanding yaitu minuman teh gelas, ale-ale, dan teh rio.
Sedangkan isoplus dan pocari melebihi batas standar nya,.

B. Saran
Disarankan kepada praktikan selanjutnya agar berhati-hati dan cermat dalam
percobaan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.coursehero.com/file/p3s845q/Refraktometer-bekerja-menggunakan-
prinsip-pembiasan-cahaya-ketika-melalui-suatu/
https://docplayer.info/31631083-Laporan-praktikum-fisika-dasar-refraktometer.html
https://bangkusekolah.com/2015/09/07/pembiasan-cahaya/
https://meutiarahmah.blogspot.com/2016/12/refraktometer-abbe_19.html
https://resistdance.wordpress.com/2018/03/09/bagian-bagian-refraktometer/
http://syamsumarlinjepoters.blogspot.com/2013/02/laporan-praktikum-
refraktometer.html
LAMPIRAN
LAPORAN INSTRUMEN FARMASI
PENGENALAN ALAT SPEKTROFOTOMETER UV-VIS SIMADZU
1240 DAN PENGUKURAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUN

Disusun oleh :
Eliesa Wulandari ( 18010117 )
Reguler Khusus Kelas A

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI
BOGOR
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Spektroskopi UV-Vis adalah teknik analisis spektroskopi yang


menggunakan sumber radiasi elektromegnetik ultraviolet dan sinar tampak
dengan menggunakan instrumen spektrofotometer. Prinsip dari spektrofotometer
UV-Vis adalah penyerapan sinar tampak untuk ultra violet dengan suatu molekul
dapat menyebabkan terjadinya eksitasi molekul dari tingkat energi dasar (ground
state) ketingkat energi yang paling tinggi (excited stated). Pengabsorbsian sinar
ultra violet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya menghasilkan
eksitasi elektron bonding, akibatnya panjang absorbsi maksimum dapat
dikolerasikan dengan jenis ikatan yang ada didalam molekul .
Spektrofotometer menghasilkan sinar dan spectrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsi. Kebetulan spektrofotometer dibandingkan
dengan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih
terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau
celah optis. Pada fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai
spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter
tidak mungkin diperoleh panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada
spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat
diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu
spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu,
monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel blanko dan suatu alat
untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun
pembanding .
Pengertian spektroskopi dan spektrofotometri pada dasarnya sama yaitu
di dasarkan pada interaksi antara materi dengan radiasi elektromagnetik. Namun
pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau pengertiannya lebih sempit
karena ditunjukan pada interaksi antara materi dengan cahaya (baik yang dilihat
maupun tidak terlihat). Sedangkan pengertian spektroskopi lebih luas misalnya
cahaya maupun medan magnet termasuk gelombang elektromagnetik .
Pembuatan kurva kalibrasi setiap kali melakukan pengukuran,apalagi
untuk suatu hal yang dilakukan secara terus menerus seperti pada system
pengawasan mutu sediaan obat, merupakan hal yang tidak praktis. Untuk itulah
diperlukan suatu perangkat lunak yang dapat dipakai untuk menyederhanakan
langkah penetapan kadar obat yang sekaligus dapat mengkalkulasikan serta
mengkonversi data nilai serapan total yang didapat dari alat uv-vis menjadi nilai
konsentrasi komponen bahan aktif dalam sediaan yang diperiksa.
B. Tujuan
1. Sebagai media pembelajaran untuk mengoperasikan alat bagi uji kimia
2. Bertujuan untuk memperkenalkan cara modern bagi mahasiswa agar
mempermudah dalam analisis kimia terutama obat.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui prinsip dan cara kerja alat dan mampu
menentukan panjang gelombang maksimum dan menghitung kadar dalam
analisa bahan obat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori umum

Spektrofotometer yaitu sutu alat yang digunakan untuk menentukan


suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur
transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi.
Spektrofotometri digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari
panjang gelombang .
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometri menghasilkan sinar dan
spektrum dengan panjang gelombang dan fotometri adalah alat pengukur
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi.

B. Kelebihan Spektrofotometri UV-VIS


Kelebihan spektrofotometri dibandingkan fotometer adalah panjang
gelombang dan sinar putih dapat terseleksi dan ini diperoleh dengan alat
pengurai seperti prisma, glatung, ataupun celah optis. Pada spektrofotometri
panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan
alat pengurai cahay seperti prisma suatu spektrofotometer tersususn dari sumber
spektrum tampak yang kontinu. Monokromator sel pengabsorbsian untuk
mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding .

C. Teknik analisa dan penentuan panjang gelombang


Spektroskopi UV–VIS adalah tekhnik analisis spektroskopi yang
menggunakan sumber radiasi elektromagnetik dan sinar tampak dengan
mengunakan instrumen. Spektrofotometri adalah penyerapan sinar tampak untuk
ultraviolet dengan suatu molekul yang daat menyebabkan eksitasi molekul dan
tingkat dasar ke tingkat energi yang paling tinggi .
Panjang gelombang cahaya UV-VIS dan sinar tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiaatsi inframerah. Satuan yang digunakan untuk
menentukan panjang gelombang ini adalah monokromator (1 nm = 10 -7 cm).
Spektrum tampak sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 nm (merah) sedangkan
spektrum UV adalah 100 – 400 nm .
Radiasi ultraviolet maupun radiasi cahaya tampak berenergi lebih tinggi
dripada radiai inframerah absorbsi cahaya UV atau visibel mengakibatkan
transmisi elektromagnetik yaitu promosi elektron-elektron dan orbital keadaan
dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan terdesitasi berenergi lebih tinggi
transisi ini memerlukan 40 – 300 kkal/mol. Energi yang terserap selanjutnya
terbuang sebagai cahaya atau tersalurkan melalui reaksi kimia misalnya
isomerisasi atau reaksi – reaksi radiasi lain (Day and Underwood, 2002: 189).
Panjang gelombang cahaya UV dan VIS bergantung pada mudahnya
promo elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk
promosi elektron akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih sedikit
akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang. Cahaya yang
menyerap cahaya pada daerah tampak (yakni mudah dipromosikan dan pada
senyawa yang menyerap pada panjang gelombang UV yang lebih pendek .
Semua molekul dapat mengabsorbsi radiasi dalam daerah UV-VIS
karena mereka mengandung elektron baik sekutu maupun menyendiri yang
dapat dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang di
mana absorbsi itu terjadi bergantung pada beberapa elektron kuat itu terikat
dalam molekul itu. Elektron dalam suatu ikatan kovalen tunggal terikat denagn
kuat dan diperlukan iodisasi yang lebih tinggi atau panjang gelombang pendek
untuk sksitasinya .
Spektrum elektronik senyawa dalam fase uap kadang kadang
menunjukkan struktur harus di mana sumbangan vibrasi individu teramati.
Namun dalam fase-fase merapat tingkat energi molekul demikian terganggu oleh
tetangga-tetangga dekatnya, sehingga sering sekali hanya tampak pita lebar .

D. Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan alat Spektrofotometri UV-


VIS
Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri
UV-VIS terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna yang akan
dianalisis dengan senyawa spektrofotometri visibel karena senyawa tersebut
harus diubah menjadi senyawa yang berwarna pembentukan molekul yang
dianalisis tidak menyerap pada daerah tersebut .
Spektrofotometri yang sesuai dengan pengukuran di daerah spektrum
ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan
menghasilkan sianr monokromtis dalam jangkauan panjang gelombang 200-800
nm. Dengan komponen-komponen meliputi sumber-sumber sinar,
monokromator dan sistem optik .
BAB III

ALAT , BAHAN DAN METODE KERJA

A. ALAT DAN BAHAN


Alat :
a. Pengaduk f. Tisu
b. Spektrofotometer UV-Visible g. Labu Semprot
c. Labu Ukur h. Corong
d. Gelas Piala i. Kaca Arloji
e. Pipet Tetes

Bahan :
a. Pewarna Merah
b. Pewarna Hijau
c. KMnO4
d. Amoxicilin STD
e. Parasetamol STD

B. PROSEDUR KERJA

a. Persiapan Alat Spektrofotometer UV-Vis


1. Klik steker listrik dibelalakang alat untuk menyalakan alat
Spektrofotometer kemudian diamkan selama ±15 menit untuk
menstabilkan sumber cahaya dan fotodetektor.
2. Siapkan wadah pembuangan atau bilasan dari kuvet dan tissue untuk
mengeringkan kuvet.

b. Menentukan panjang gelombang yang memiliki nilai absorbansi


maximum (λmaks)
1. Gunakan botol semprot untuk mencuci kuvet kemudian bilas dengan
sedikitnya tiga kali dengan larutan blangko (misal : aquades), kemudian
isi kuvet yang telah dibilas sebelumnya dengan larutan blangko sampai
tanda batas.
2. Pilih menu aplikasi Spectrum
3. Setting Nilai range panjang gelombang yang diperlukan untuk memulai
analisa.
4. Setting Range absorbansi dari 0 sd 1.
5. Klik base corection dengan menggunakan larutan blangko.
6. Tunggu hingga alat meng auto zerro disetiap panjang gelombang hingga
bunyi beep 2x.
7. Ganti isi kuvet dengan sampel yang akan dianalisa
8. Keringkan dinding luar kuvet, lalu masukkan kedalam alat dan tekan
tombol Start
9. Tunggu hingga pembacaan data selesai dengan melihat Puncak
absorbansi pada layar alat Spektrofotometer.
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN

A. DATA

KMnO4

Peak detection
Absic. ABS
544.0 0.105
525.0 0.00

Peak/Valley Graph

1.00A

(0.200
/div)

0.00A
400.0n ( 100/div) 800.0n

Paracetamol

Peak detection
Absic. ABS
242.0 0.475
Peak/Valley G
1.00A

(0.200
/div)

0.00A
200.0n ( 50/div) 400.0n

Amoxycillin

Peak detection

Absic. ABS
270.5 -0.031
221.5 0.083

Peak/Valley Graph

1.00A

(0.200
/div)

0.00A
200.0n ( 50/div) 400.0n

B. Pembahasan
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang
yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan
detector vacuum phototube atau tabung foton hampa.  Alat yang digunakan adalah
spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik
secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari
suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Pada titrasi spektrofotometri, sinar yang
digunakan merupakan satu berkas yang panjangnya tidak berbeda banyak antara satu
dengan yang lainnya, sedangkan dalam kalorimetri perbedaan panjang gelombang dapat
lebih besar. Dalam hubungan ini dapat disebut juga spektrofotometri adsorpsi atomic
(Harjadi, 1990).
Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya monokromatik
dari sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet (tempat sampel/sel).
Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap oleh larutan akan dibaca oleh
detektor yang kemudian menyampaikan ke layar pembaca (Sastrohamidjojo, 1992).
Spektrofotometri dapat digunakan untuk menganalisis konsentrasi suatu zat di
dalam larutan berdasarkan absorbansi terhadap warna dari larutan pada panjang
gelombang tertentu. Metode spektrofotometri memerlukan larutan standar yang telah
diketahui konsentrasinya. Larutan standarnya terdiri dari  beberapa tingkat konsentrasi
mulai yang rendah sampai konsentrasi tinggi (Khopkar,2002).
Pada percobaan acara 3 “spektrofotometri”, bahan yang digunakan yaitu KMnO4,
Paracetamol dan Amoxycillin, yang dilarutkan dengan aqudest.
Sesuai dengan Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis aplikasi dari Hukum
Lambert-Beer, yaitu:
A = – log T = – log It / I0 = ε . b . C
Dimana:          
A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur
T = Transmitansi
I0 = Intensitas sinar masuk
It = Intensitas sinar yang diteruskan
ε = Serapan molar
b = Tebal kuvet yang digunakan
C = Konsentrasi dari sampel (Sanny,2010).
Larutan standar dibuat dengan maksud untuk membuat kurva standar atau kurva
kalibrasi sehingga nanti akan diperoleh panjang gelombang maksimum dari larutan
standar tersebut. Kenapa panjang gelombang maksimum yang dipilih, hal ini karena di
sekitar panjang gelombang maksimum tersebut, bentuk kurva serapan adalah datar
sehingga hukum Lambert-Beer akan terpenuhi dengan baik dehingga kesalahan yang
ditimbulkan panjang gelombang maksimum dapat diperkecil. Larutan mengnhasilkan
warna komplementer yang dapat menyerap cahaya. Warna-warna ini ditimbulkan oleh
adanya panjang gelombang yang dimiliki larutan tersebut. Setiap warna memiliki
panjang gelombang yang berbeda-beda dengan interval tertentu .

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :


1. Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna
pada panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan
monokromator prisma atau kisi difraksi dan detektor vacuumphototube atau
tabung foton hampa.

2. Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis adalah interaksi yang terjadi antara


energi yang berupa sinar monokromatis dari sumber sinar dengan materi
yang berupa molekul.

3. Spektrofotometer terdiri dari bagian-bagian yang penting, yaitu sumber


cahaya, monokromator, kuvet, detektor, dan amplifier.

B. SARAN

Adapun saran yang bisa diberikan pada praktikum ini yaitu sebaiknya alat di
laboratorium dilengkapi dan di perbanyak jumlahnya, agar praktikum dapat
berjalan dengan lancar dan semua praktikan dapat memahami bagaimana proses
penentuan absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer.

DAFTAR PUSTAKA
Day RA dan Underwood AL. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi ke-6. Jakarta (ID) :
Erlangga.
Miller JC.2005.Statitics And Chemometric For Analitycal Chemistry.London (USA):
Ellis Harwoord Imprint.
Rahayu, et al. 2013. Penentuan aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol daun ketapang
(terminalia catappa ) dengan metode 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH).
Jurnal Kimia FMIPA Universitas Diponegoro. 1(2):1-10 Rialita, et al. 2013.
Analisi kafein dalam kopi bubuk di kota Menado menggunakan spektrofotometri UV-
Vis. Jurnal Ilmiah Farmasi.2(4):1-10 Sabrina, et al. 2012.
Perbandingan metode spektrofotometri UV-Vis dan KCKT (kromatografi cair kinerja
tinggi) pada analisis kadar asam benzoat dan kafein dalam teh kemasan. Jurnal Kimia
Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai