Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Matahari (sinar ultra violet) adalah sumber kehidupan di dunia, selain itu
sinar matahari membantu pembentukan vitamin D yang dibutuhkan oleh tulang.
Namun sinar matahari juga dapat berbahaya bagi kulit jika terlalu lama berjemur
atau beraktivitas di bawah sinar matahari secara langsung. Hal tersebut dapat
menyebabkan penuaan dini, kerut, hiperpigmentasi, dan kanker kulit.

Radiasi UV (ultra violet) dibedakan menjadi UV A , UV B, dan UV C. UV C


dapat tersaring oleh lapisan ozon pada tingkat stratosfer, sedangkan UV A dan
UV B mampu mencapai permukaan bumi. UV A dapat berpenetrasi lebih dalam
pada kulit dibanding UV B. Radiasi ultra violet (UV) adalah salah satu musuh
bagi para wanita karena sinar UV dapat menyebabkan kulit kusam dan flek pada
wajah. Secara normal kulit memiliki perlindungan alami yakni antara lain dengan
membentuk butir – butir pigen kulit (melanin) yang sedikit banyak memantulkan
kembali sinar matahari, namun sayangnya seringkali perlindungan tersebut tidak
sebanding dengan intensitas radiasi yang ada dan oleh karena itu dibutuhkan
perlindungan buatan, salah satunya dengan penggunaan tabir surya (Ditjen POM,
1985).

SPF (Sun Protection Factor) merupakan satuan untuk menyatakan berapa


lama waktu yang dibutuhkan sunblok untuk bisa melindungi kulit dari sinar
matahari, semakin tinggi nilai SPF maka semakin lama. Pada penelitian (Siska,
2010) menunjukkan bahwa nilai SPF meingkat seiring dengan penambahan
konsentrasi ZnO. Hal ini menunjukkan bahwa ZnO merupakan bahan yang baik
untuk digunakan sebagai bahan aktif dari sediaan tabir surya untuk melindungi
kulit dari paparan sinar matahari (UV).

Gel merupakan sediaan semi padat yang jernih, tembus cahaya, dan
mengandung zat aktif yang terdispersi dalam suatu sistem koloid. Keuntungan
sediaan gel yakni dapat memberikan efek pendinginan paa kulit, tidak lengket
sehingga penyebarannya pada kulit baik, tampak elegan, dan mudah dicuci oleh
air. Sediaan gel memang masih lebih jarang ditemui dibanding dengan sediaan
krim dan lotion untuk sediaan kosmetik sejenis tabir surya. Namun dengan
beberapa keunggulan tersebut, dirasa penting untuk mulai mengembangkan
sediaan tabir surya dengan bentuk sediaan gel.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam praktikum kali ini yakni :

1.2.1 Apakah sediaan sunblock zink okside dapat diformulasikan menjadi


bentuk gel ?
1.2.2 Bagaimana hasil evaluasi sediaan gel tabir surya ZnO terkait stabilitas,
pH, dan acceptability sediaan di masyarakat ?
1.3 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum kali ini yakni :
1.3.1 Untuk mengetahui sediaan sunblock zink okside dapat diformulasikan
menjadi bentuk gel
1.3.2 Untuk mengetahui stabilitas, pH, dan acceptability sediaan gel tabir
surya ZnO di masyarakat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 2.1. Tabir surya (sunscreen)

Tabir surya atau Sunscreen digunakan untuk melindungi kulit dari efek
berbahaya matahari. Tabir surya membantu untuk mencegah kulit terbakar
(sunburn) dan penuaan dini (misalnya, keriput, kulit kasar). Tabir surya juga
membantu untuk mengurangi risiko kanker kulit dan juga dari reaksi kulit
terbakar (seperti sunburn) sinar matahari seperti (sensitivitas matahari) yang
disebabkan oleh beberapa obat (misalnya, tetrasiklin, obat sulfa, fenotiazin seperti
chlorpromazine)(Rowe., dkk, 2005).

Bahan aktif dalam tabir surya bekerja baik dengan menyerap sinar
ultraviolet (UV) radiasi matahari, mencegah dari mencapai lapisan kulit yang
lebih dalam, atau dengan merefleksikan radiasiMengenakan tabir surya bukan
berarti Anda bisa tetap keluar lagi di bawah sinar matahari. Tabir surya tidak
dapat melindungi terhadap semua radiasi matahari. Ada berbagai jenis tabir surya
yang tersedia dalam berbagai bentuk (misalnya, krim, lotion, gel, tongkat,
semprot, lip balm). Lihat bagian Catatan untuk informasi tentang memilih tabir
surya.

2.2. SPF dan PA+

Pada kemasan produk sunscreen sering dicantumkan SPF dan PA+. Menurut
US FDA SPF (Sun Protection Factor) is a measure of how much solar energy
(UV radiation) is required to produce sunburn on protected skin (i.e., in the
presence of sunscreen) relative to the amount of solar energy required to produce
sunburn on unprotected skin. As the SPF value increases, sunburn protection
increases. Jadi pada dasarnya angka SPF menunjukkan seberapa kuat sunscreen
yang kita pakai untuk memberikan perlindungan dari sunburn, tanpa memberikan
informasi apapun mengenai waktu. Karena itu, jangan berlama-lama berada di
bawah sinar matahari setelah memakai sunscreen dengan SPF tinggi karena itu
tidak menjamin kita tidak mengalami sunburn. Intensitas UV yang dipancarkan
sinar matahari berbeda-beda tergantung waktu. Pada pagi hari intensitas UV
tentunya lebih rendah dibandingkan dengan tengah hari. Itu sebabnya SPF bukan
merujuk pada waktu, melainkan pada intensitas radiasi UV yang bisa dihambat
oleh sunscreen. Namun nilai SPF yang tertera merupakan kemampuan proteksi
tabir surya terhadap sinar UVB, Contohnya:

• SPF 15 kemampuan proteksi 93,3% terhadap sinar UVB

• SPF 30 kemampuan proteksi 96,7% terhadap sinar UVB

• SPF 50 kemampuan proteksi 98% terhadap sinar UVB

Label SPF merujuk pada perlindungan dari radiasi UVB (UVB), dan tidak
melindungi kulit dari radiasi UV A (UVA). UVA juga bisa menyebabkan
sunburn, meski tidak menimbulkan rasa sakit seperti sunburn yang diakibatkan
oleh radiasi UVB. Masalahnya, radiasi UVA bahkan dapat menyebabkan
kerusakan pada DNA dan meningkatkan resiko kanker kulit. Karena itu,
kebanyakan sunscreen saat ini mengintegrasikan perlindungan sekaligus dari
radiasi UVA, dengan label PA (Protection Grade of UV A). Jadi ketika ditemukan
sunscreen dengan label SPF dan PA (baik PA+, PA++, atau PA+++), produk
tersebut menawarkan perlindungan dari radiasi UVB dan UVA. Sama seperti SPF,
semakin banyak tanda “+” pada PA, semakin tinggi tingkat perlindungan
sunscreen tersebut terhadap radiasi UVA.

Bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah tropis misalnya di Indonesia


kebutuhan akan produk sunblock dengan SPF tinggi tidaklah dibutuhkan. Bagi
daerah tropis hanya diperlukan produk sunblock dengan SPF 17 saja. Ini
dikarenakan kulit yang tinggal di daerah tropis sudah mempunyai perlindungan
dari melanin (zat pemberi warna di tubuh).
2.3. Formula Tabir Surya (sunscreen)

Di Amerika Serikat, tabir surya diklasifikasikan sebagai obat bebas dan


diatur oleh FDA. Dengan demikian, ada sejumlah tabir surya yang disetujui bahan
aktifnya. Dapat ditemukan daftar lengkap dari tabir surya disetujui FDA. Di
bawah ini adalah daftar bahan tabir surya yang disetujui FDA

Tabel 1. Daftar Bahan Tabir Surya Yang Disetujui FDA

FDA-Approved Sunscreens

Range Covered

UVA1: 340-400 nm
Active Ingredient/UV Filter Name
UVA2: 320-340 nm

UVB: 290-320 nm

Chemical Absorbers:

Aminobenzoic acid (PABA) UVB

Avobenzone UVA1

Cinoxate UVB

Dioxybenzone UVB, UVA2

Ecamsule (Mexoryl SX) UVA2

Ensulizole (Phenylbenzimiazole Sulfonic Acid) UVB

Homosalate UVB

Meradimate (Menthyl Anthranilate) UVA2

Octocrylene UVB

Octinoxate (Octyl Methoxycinnamate) UVB

Octisalate ( Octyl Salicylate) UVB

Oxybenzone UVB, UVA2


Padimate O UVB

Sulisobenzone UVB, UVA2

Trolamine Salicylate UVB

Physical Filters:

Titanium Dioxide UVB, UVA2

Zinc Oxide UVB,UVA2, UVA1

2.4 Gel

Gel didefenisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu
dispersi yang tersusun baik dari pertikel anorganik yang kecil atau molekul
organik yang besar dan saling diresapi cairan (Ansel : 390). Menurut Farmakope
Indonesia Edisi IV penggolongan sediaan gel dibagi menjadi dua yaitu: Gel
sistem dua fase. Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi
relatif besar , massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma misalnya
magma bentonit. Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk
semipadat jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan.Sediaan harus
dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas.
Bentuk yang kedua adalah Gel sistem fase tunggal. Gel fase tunggal terdiri
dari makromolekul organik yang tersebar sama dalam suatu cairan sedemikian
hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dan
cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik misalnya
karboner atau dari gom alam misanya tragakan.
2.4.1 Komponen Gel
Kompenen gel di bagi menjadi dua gilling agents dan bahan tambahan.
Disetiap sedian gel harus memilik kedua komponen seperti yang ada di bawah ini:
Gelling Agent. Sejumlah polimer digunakan dalam pembentukan struktur
berbentuk jaringan yang merupakan bagian penting dari sistem gel. Termasuk
dalam kelompok ini adalah gom alam, turunan selulosa, dan karbomer.
Kebanyakan dari sistem tersebut berfungsi dalam media air, selain itu ada yang
membentuk gel dalam cairan non-polar. Beberapa partikel padat koloidal dapat
berperilaku sebagai pembentuk gel karena terjadinya flokulasi
partikel. Konsentrasi yang tinggi dari beberapa surfaktan non-ionik dapat
digunakan untuk menghasilkan gel yang jernih di dalam sistem yang mengandung
sampai 15% minyak mineral.

2.5 Pemerian Gel sunblock zink oksid


1. Zinci oxydum
 Nama resmi : Zinci oxydum
 Nama lain : Seng oksida
 Pemerian : Serbuk amorf, sangat halus, putih, putih kekuningan, tidak
berbau, tidak berasa,lambat laun menyerap karbondiosida dari udara.
 Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol 95%, larut dalam
asam mineral dan dalam laarutan hidroksida.
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

1. Etanol 95% (FARMAKOPE INDONESIA IV halaman 63, Martindale


30th edition halaman 783, Handbook of pharmaceutical excipient edisi IV
halaman 7)
 Rumus molekul : C2H6O
 BM : 46,07
 Pemerian : cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna,
bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah
menguap meskipun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 780C
dan mudah terbakar.
 Kelarutan : Bercamur dengan air dan praktis bercampur
dengan semua pelarut organic
 BJ : 0,812 - 0,816g/ml
 Stabilitas : Mudah menguap walaupun pada suhu rendah.
 OTT : Bahan pengoksidasi bila dicampur dengan alkali,
warna akan menjadi gelap.
 Konsentrasi : 60 – 90%
 Kegunaan : Anti mikroba, disenfektan, pelarut, penetrasi kulit
 Penyimanan : Wadah tertutup rapat jauh dari api.

2. CMC Na. (Carboxymethylcellulose sodium) (Handbook Of


Pharmaceutical Exipent edisi VI halaman 120; Farmakope Indonesia Edisi
IV halaman 175; Remington edisi 21 halaman 1073).
 Pemerian : Serbuk atau granul, putih sampai krem,
higroskopis.
 Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan
koloida, tidak larut dalam etanol, eter, dan pelarut organik lain.
 Stabilitas :Larutan stabil pada pH 2-10, pengendapan terjadi
pada pH dibawah 2. Viskositas larutan berkurang dengan cepat jika pH
diatas 10. Menunjukan viskositas dan stabilitas maksimum pada pH 7-9.
Bisa disterilisasi dalam kondisi kering pada suhu 160 selama 1 jam, tapi
terjadi pengurangan viskositas.
 Penyimpanan :Dalam wadah tertutup rapat.
 OTT :Inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan
larutan garam besi dan beberapa logam seperti aluminium, merkuri dan
zink juga dengan gom xanthan; pengendapan terjadi pada pH dibawah 2
dan pada saat pencampuran dengan etanol 95%.; Membentuk kompleks
dengan gelatin dan pektin.
 Kegunaan :Suspending agent, bahan penolong tablet,
peningkat viskositas.
 Konsentrasi :3-6%

3. Propilenglikol ( Farmakope Indonesia IV hal. 712, Excipient edisi 6


hal. 592 )
 Rumus Molekul :CH3CH(OH)CH2OH
 Berat Molekul : 76, 09
 Pemerian :Cairan kental, jernih,tidak berwarna ,rasa khas,
praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab.
 Kelarutan :Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan
dengan kloroform, larut dalam eter dan beberapa minyak essensial tetapi
tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
 Bj :1,038 g/cm3
 OTT :Dengan zat pengoksidasi seperti Pottasium
Permanganat
 Konsentrasi :10-25%
 Stabilitas :Higroskopis dan harus disimpan dalam wadah
tertutup rapat, lindungi dari cahaya, ditempat dingin dan kering. Pada suhu
yang tinggi akan teroksidasi menjadi propionaldehid asam laktat, asam
piruvat& asam asetat. Stabil jika dicampur dengan etanol, gliserin, atau
air.
 Khasiat :Bersifat antimikroba, desinfektan, pelembab,
plastisazer, pelarut, stabilitas untuk vitamin.
 Penyimpanan :Disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung
dari cahaya , sejuk dan kering.
4. Air suling (aquadest) (Farmakope Indonesia III halaman 96)
 BM : 18,02.
 Rumus molekul : H2O.
 Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa.
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
 Stabilitas : Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil
dalam bentuk Fisik (es , air , dan uap). Air harus disimpan dalam wadah
yang sesuai. Pada saat penyimpanan dan penggunaannya harus terlindungi
dari kontaminasi partikel - pertikel ion dan bahan organik yang dapat
menaikan konduktivitas dan jumlah karbon organik. Serta harus
terlindungi dari partikel - partikel lain dan mikroorganisme yang dapat
tumbuh dan merusak fungsi air.
 OTT : Dalam formula air dapat bereaksi dengan bahan
eksipient lainya yang mudah terhidrolisis.
5. Pemerian Nipasol :
 Pemerian serbuk hablur, putih, tidak berbau, tidak berasa
 Kelarutan sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3 bagian ethanol,
dalam 3 bagian aseton, dalam 140 bagian gliserol dan dalam 40 bagian
minyak lemak
 kegunaan sebagai pengawet ( anti bakteri ) 0,02-0,6% Sumber : Hand
Book O.P hal 596
BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum pembuatan sediaan gel zink oksida dilaksanakan pada hari


Rabu, 16 November 2016 bertempat di Laboratorium Kimia Farmasi, Jurusan
Farmasi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maliki Malang.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Adapun alat- alat yang digunakan dalam pembuatan sediaan ini antara lain

a) Beaker glass
b) Mortar dan stamper
c) Kaca arloji
d) Pipet tetes
e) Bunsen
f) Kaki tiga
g) Kawat kasa
h) Wadah sediaan

3.2.2 Bahan

Adapun bahan, bahan yang digunakan adalah

a) Zink oksida
b) CMC-Na
c) Propilen glikol
d) Nipasol
e) Etanol
f) Parfum
g) Aquades
3.3 Formulasi

No. Bahan Kadar Fungsi


1. Zink Oksida 2,5% Bahan aktif
2. CMC-Na 3% Gelling agent
3. Propilen Glikol 5% Humektan, pelarut
4. Nipasol 0,2% Pengawet
5. Etanol qs Pelarut
6. Parfum qs Pelatut
7. Aquades Ad 10 gram Pelarut

3.4 Cara Kerja

CMC-Na + Air Zink Oksida +


panas Etanol, ad larut

Ditambahkan
propilen glikol
dan nipasol

Homogenkan

Ditambahkan dengan parfum

Ditambahkan aquades ad 10 gram

Dimasukkan ke dalam wadah sediaan


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sediaan Gel tabir Surya

Radiasi ultra violet (UV) matahari dibedakan menjadi UVA, UVB, dan
UVC. UVC disaring oleh lapisan ozon pada stratosfer, sementara UVA dan UVB
mampu mencapai permukan bumi. UVA dapat berpenetrasi lebih dalam pada kulit
disbanding UVB. UVA dan UVB dikaitkan dengan terjadinya imunosupresi dan
karsinogenesis, maka dibutuhkan perlindungan terhadap radiasi UV. (Benson,
2008). Secara normal kulit memiliki perlindungan alami, namun seringkali tidak
mencukupi dibandingkan dengan intensitas radiasi yang ada dan oleh karena itu
dibutuhkan perlindungan buatan, salah satunya dengan penggunaan tabir surya.
(Ditjen POM, 2010).

Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari
suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul
organik yang besar dan saling diresapi cairan (Ansel, 2008). Pada praktikum kali
ini, sediaan gel dipilih Karena memiliki beberapa keuntungan yakni memiliki
kemampuan penyebaran yang baik pada kulit, mempunyai sensasi dingin yang
dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit, tidak ada penghambatan fungsi
rambut secara fisiologis, kemudahan pencucian dengan air yang baik, dan
pelepasan obatnya baik. Di sisi lain, gel merupakan sediaan semisolid yang
mempunyai kandungan air sebanyak 60%. Hal ini dapat mempengaruhi stabilitas
sediaan dimana gel dapat ditumbuhi mikroba dengan mudah karena kandungan air
dalam sediaan dapat menjadi salah satu tempat tumbuh mikroba. Oleh karena itu,
penambahan zat antimikroba sangat dianjurkan dalam pembuatan sediaan gel ini.

Sediaan gel pada praktikum kali ini dilakukan dengan zat aktif yakni Zink
oksida. Dalam kehidupan sehari-hari, obat sediaan gel yang beredar di pasaran
dengan kandungan zink oksida mempunyai kelebihan dan efek terapi yaitu
antiseptic local. CH3COOH digunakan sebagai pelarut zink oksida karena zat
aktif tersebut larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida.
Formulasi sediaan gel pada praktikum kali ini menggunakan gelling agent
CMC-Na yang mempunyai sifat pembentuk gel yang sangat bagus. Na-CMC akan
terdispersi dalam air, kemudian butir-butir Na-CMC yang bersifat hidrofilik akan
menyerap air dan terjadi pembengkakan. Mekanisme bahan pengental dari Na-
CMC mengikuti bentuk konformasi extended atau streched Ribbon (tipe pita).
Tipe tersebut terbentuk dari 1,4 –D glukopiranosil yaitu dari rantai selulosa.
Bentuk konformasi pita tersebut karena bergabungnya ikatan geometri zig-zag
monomer dengan jembatan hydrogen dengan 1,4 -Dglukopiranosil lain, sehingga
menyebabkan susunannya menjadi stabil. Na-CMC yang merupakan derivat dari
selulosa memberikan kestabilan pada produk dengan memerangkap air dengan
membentuk jembatan hydrogen dengan molekul Na-CMC yang lain (Belitz and
Grosch, 1986).

Gel merupakan sediaan semisolid yang mempunyai kandungan air


sebanyak 60%. Hal ini dapat mempengaruhi stabilitas sediaan dimana gel dapat
ditumbuhi mikroba dengan mudah karena kandungan air dalam sediaan dapat
menjadi salah satu tempat tumbuh mikroba, sehingga tingkat kerentanan akan
pertumbuhan mikroba sangatlah tinggi. Oleh karena itu, perlu adanya
penambahan zat pengawet untuk sediaan ini. Pada praktikum kali ini pengawet
yang ditambahkan adalah nipagin atau metil paraben. Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa turunan paraben mempunyai efektivitas antimikroba yang
sangat luas. Metil paraben meningkatkan aktivitas antimikroba dengan
panjangnya rantai alkil, namun dapat menurunkan kelarutan terhadap air. (Rowe.,
dkk, 2005).

PGA atau pulvis gom arabicum pada formulasi ini berfungsi sebagai
humektan. Humektan merupakan zat yang dapat melembapkan kulit dengan cara
mempertahankan kadar air dalam kulit. Sedangkan surfaktan berfungsi sebagai
penjembatan antara fase polar dan fase nonpolar agar dapat homogen. Dalam
sediaan gel yang notabenenya terdiri dari 60% kandungan air, akan mengalami
permasalahan ketikan bahan aktif yang digunakan tidak dapat larut dalam air. Hal
ini akan mempengaruhi kestabilan sediaan semisolid dan menurunkan derajat
aseptabilitas masyarakat.
Parfum cussons digunakan sebagai pewangi dalam sediaan gel. Dipilih
parfum ini karena lembut sehingga cocok sebagai aromaterapi. Penggunaan
parfum juga dimaksudkan untuk menyamarkan bau metil salisilat dan menthol
yang menyengat dan kurang menyenangkan. Aquades digunakan sebagai pelarut
dan untuk mengembangkan CMC Na.

4.2 Metode Pembuatan

Metode pembuatan merupakan salah satu hal urgent dalam pembuatan


obat sediaan semisolid terutama gel. Kesalahan cara pembuatan atau hasil sediaan
yang jelek, selain mempengaruhi stabilitas sediaan gel juga dapat mempengaruhi
nilai aseptabilitas konsumen terhadap sediaan gel tersebut. Pada praktikum kali ini
pembuatan gel dimulai dari pembuatan basis gel dari CMC-Na.

Mulanya, CMC-Na dimasukkan dalam mortar, kemudian dibasahi dengan


aquades panas. Pembasahan dilakukan sampai merata agar tidak terjadi gumpalan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa CMC-Na mempunyai
kemampuan untuk mengikat air sehingga menyebabakan pembengkakan pada
basis gel. Penambahan aquades panas disesuaikan dengan jumlah CMC-Na yang
digunakan dengan perbandingan 10 kali lipat. Setelah CMC-Na terbasahi semua
dan tidak terlihat gumpalan putih, basis tersebut didiamkan kurang lebih elama 30
menit agar CMC-Na dapat mengembang dengan sempurna sehingga didapatkan
basis gel yang bagus. Dengan adanya Na-CMC maka partikel-partikel yang
tersuspensi akan terperangkap dalam sistem tersebut atau tetap tinggal
ditempatnya dan tidak mengendap oleh pengaruh gaya gravitasi (Potter, 1986).

Sambil menunggu pengembangan basis CMC-Na, dibuat campuran 2


yang terdiri dari bahan aktif dan bahan pembantu lainnya. Adapun cara
pencampurannya yakni pertama, zink oksida dilarutkan dengan CH3COOH
sampai larut. Setelah itu dibuat campuran ketiga yakni nipagin yang dilarutkan
dengan etanol sedikit demi sedikit sampai larut. Setelah CMC-Na mengembang
atau terbentuk mucilago maka campran kedua yakni bahan aktif zink oksida dan
campuran ketiga nipagin serta PGA dan farfum ditambahkan kedalam muchilago
kemudian diaduk sampai homogen. Setelah itu sediaan gel tabir surya
dipindahkan kedalam kemasan.

4.3 Evaluasi sediaan Gel sunblock Zink Oksid

4.3.1 Hasil Evaluasi Uji fisik dan Uji Aceptabilitas

No Parameter Keterangan
1 Organoleptis
- Warna Putih Tulang
- Bau Bau wangi
- tekstur Lembut sedikit kenyal
2 Daya absorbsi Mudah menyerap
3 PH 5
4 Uji iritasi Tidak menimbulkan iritasi selama 5
menit digunakan
Table 4.1 : Hasil evaluasi uji fisik

JUMALAH KORESPONDEN
UJI YANG
NILAI
DILAKUKAN
1 2 3 4 5
Kemudahan dioleskan 2 6 2
Kelembutan sediaan 1 1 6 2
Sensasi yang timbul 3 6 1
Kemudahan pencucian 3 4 3
Kelengketan 2 3 3 2
Bau 4 4 2
Table 4.2 : Hasil evaluasi uji Aceptabilitas

4.3.2 Pembahasan
Setelah melakukan formulasi dan membuat sediaan gel sunblock zink
oksid, maka tahap selanjutnya adalah evaluasi sediaan. Diantara uji yang
dilakuakn untuk Evaluasi sediaan adalah berupa uji fisik dan uji acceptable yang
dilakukan dengan metode kuisioner. Uji kualitas fisik antara lain uji organoleptis,
daya absorbsi , pH dan daya iritasi. Uji organoleptis dilakukan untuk mengetahui
kenampakan fisik dari sediaan yang meliputi warna, bau dan tekstur sediaan.
Daya absorbsi dilakukan untuk mengetahui kemampuan sediaan menyerap kulit.
Uji yang terakhir adalah uji Daya iritasi, hal ini penting dilakukan sebab sediaan
ini ditujukan untuk kosmetik dan tentunya iritasi merupakan faktor penting yang
dipertimbangkan oleh konsumen dalam memilih kosmetik.

Dari hasil uji organoleptis didapatkan bahwa warna sediaan adalah putih
tulang, hal ini tidak sesuai dengan seharusnya. Sediaan Gel dapat diartikan
sebagai sediaan setengah padat, jernih transparan, tidak berminyak, dan digunakan
untuk pemakaian luar (FI IV, hal 7). Sediaan pada praktikum ini tidak bisa jernih
transparan disebabkan dikarenakan dua hal yang pertama adalah gagal pada saat
pembentukan , emulgel yang dihasilkan berwarna putih keruh dan yang kedua
adalah disebabkan karena bahan aktinya ( zink oksida) memiliki warna yang tidak
jernih yaitu putih tulang sehingga ketika dicampurkan dengan emulgel hasilnya
sediaan tidak bias berwarna jernih transparan. Bau dari sediaan adalah bau wangi
hal ini disebabkan pemberian parfum ketika pembuatan sediaannya. Tekstur dari
sediaan ini adalah lembut dan sedikit kenyal hal ini sesuai dengan tujuan dari
pembuatan gel yaitu untuk memberikan kesan lembut dan nyaman. Gel atau jelli
adalah sediaan setengah padat dengan sistem dua komponen yang banyak
mengandung air. Oleh karena kandungan airnya yang tinggi maka sediaan ini
nyaman dipakai untuk dibawah (under make up) sehingga membuat kulit terasa
lembut dan ringan (FI IV, 2008)

Uji penampilan fisik yang kedua adalah Daya absorbsi. Uji ini dilakukan
dengan cara mengoleskan sediaan pada tangan kemudian diamati sediaan mudah
terserap ke kulit atau tidak, ternyata hasilnya sediaan mudah menyerap ke kulit.
Uji selanjutnya adalah Uji PH, uji ini dilakukan dengan menggunakan PH
indicator, dengan mencelupkan pada sediaan. Hasilnya adalah sediaan memiliki
PH 5. Hal ini sesuai dengan literature bahwa PH sediaan harus sama dengan Ph
kulit yaitu rentang pH yang telah ditentukan 4,5-6,5 (FI IV, 2008).Uji yang
terakhir adalah Uji Iritasi hasilnya adalah setelah lima menit tidak menimbulkan
iritasi. Cara ujinya adalah dioleskan sediaan ke tangan kemudian ditunggu 5-10
menit apakah terjadi iritasi yang ditandai dengan kemerahan, gatal atau yang
lainya, namun sebenarnya hal ini relative berbeda pada masing-masing individu,
karena masing-masing indicivu memiliki respon yang berbeda. Namun untuk
secara umum sediian ini tidak menimbulkan iritasi pada kulit.

Pembahasan selanjutnya adalah hasil uji Aceptabilitas terhadap sediaan


dengan metode kuisioner. Dimana pengambilan sampel diambil secara random
sebananyak 10 sampel dari populasi Mahasiswa UIN Malang.

1. Kemudahan dioleskan

Kemudahan Pengolesan
5

sangat tidak baik tidak baik cukup baik baik sangat baik

Berdasarkan data respon dari 10 responden mengenai kemudahan


dioleskannya gel sunblock zink. Hasinlnya adalah dua responden memberi nilai 3,
enam responden memberi nilai 4 dan dua responden memberi nilai 2.
Kesimpulannya menunjukkan bahwa sediaan gel sunblock zink ini mudah
dioleskan pada kulit sehingga memberikan kenyamanan pada pasien saat
menggunakannya.

2. Kelembutan Sediaan

Kelembuatan sediaan
6

sangat tidak baik tidak baik cukup baik baik sangat baik
Sedangkan dalam kriteria kelembutan sediaan, satu responden memberi
nilai 2 , satu responden memberi nilai 3, enam responden memberi nilai 4 dan dua
responden memberi nilai 5. Berdasarkan hasil data tersebut dapat diketahui bahwa
sediaan gel sunblock zink oksid ini memiliki tekstur yang lembut sehingga
nyaman digunakan.

3. Sensasi yang Ditimbulkan

Sensasi yang ditimbulkan


5

sangat tidak baik tidak baik cukup baik baik sangat baik

Berdasarkan sensasi yang timbul, tiga responden memberi nilai 3, enam


responden memberi nilai 4 dan satu responden memberi nilai 5. Dari hasil data
tersebut dapat diketahui bahwa gel sunblock zink oksid memilki sensai yang baik
baik pada kulit. Sensasi yang ditimbulkan oleh sediaan gel ini yaitu sensasi rasa
dingin saat dioleskan, mengingat 65% dari bahan yang digunakan adalah air.

4. Kemudahan Pencucian

Kemudahan pencucian
6

sangat tidak baik tidak baik cukup baik baik sangat baik
Sedangkan berdasarkan kemudahan pencucian, tiga responden memebri
nilai 3, emapat responden memberi nilai 4 dan tiga responden memberi niali 3.
Berdasarkan hasil koresponden tersebut dapat diketahui bahwa sediaan gel
sunblock zink okside mudah dicuci. Hal ini disebabkan bahan yang paling banyak
digunakan yakni air sehingga sediaan mudah dibilas dengan air setelah dioleskan
pada kulit. Kriteria ini merupakan keuntungan dari sediaan gel yakni mudah
dicuci dengan air.

5. Kelengketan

Kelengketan
5

sangat tidak baik tidak baik cukup baik baik sangat baik

Berdasarkan kriteria kelengketan sediaan, dua responden memberi nilai 2,


tiga responden memeberi niali 3, tiga responden memberi nilai 3 dan dua
responden memberi nilai 2. Berdasarkan ini, sediaan gel sunblock zink oksid
menunjukkan bahwa memiliki sifat yang cukup lengket dan lengket pada kulit.
Hal iini merupakan salah satu keurangan dari sediaan salep metil salisilat yang
kami buat ini. sifat lengket ini memberikan rasa yang kurang nyaman terhadap
pengguna, oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi kembali mengenai formulasi
sediaan gel ini agar tidak menimbulkan rasalengket pada kulit sehingga
memberikan kenyamanan pada pasien.
6. Bau atau Aroma

Bau
5

0
1

sangat tidak baik tidak baik cukup baik baik sangat baik

Berdasarkan hasil dari koresponden keseluruhan memberikan penilaian


yang baik sehingga sediaan gel sunblock zikn oksid ini dapat diterima oleh
masyarat. Namun perlu dilakukan evaluasi kembali terutama mengenai
kelengketan pada kulit untuk memberikan kenyamanan pada pasien yang
penggunaan secara keseluruhan.
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan
Simpulan dari praktikum ini adalah :
1. Sediaan sunblock zink oksid dapat dibuat dalam bentuk gel, namun
salah satu hasilnya tidak sesaui dengan karakteristik dari sediaan gel
sendiri yaitu bening transparan, karena hasilnya adalah berwarna putih
tulang namun untuk karasteristik yang lain seperti kelembutan, daya
sebar sudah sesuai.
2. Evaluasi sediaan gel sunblock zink oksid terdiri uji fisik dan uji
aceptabilitas dengan metode kuisioner. Hasil evaluasi uji fisik adalah
organoleptis Warna nya putih tulang, bau wangi, tekstur lembut
sedikit kenyal, daya absorbs mudah menyerap, ph 5, uji iritasi Tidak
menimbulkan iritasi selama 5 menit digunakan dan hasil evalusi uji
aceptabilitas adalah semua parameter yaitu kemudahan dioleskan,
kelembutan sediaan, sensasi yang ditimbulkan, kemudahan pencucian,
bau, kelengketan adalah baik.

5.2 Saran
Saran dari praktikum ini adalah :
5.2.1 Dilakukan banyak formulasi jadi bisa dilihat perbadingan formulasi
mana yan paling baik.
5.2.2 Dilakukan uji evaluasi kimia yaitu berapa nilai spf yang didapat dari
sediaan gel sunblock yang telah dibuat.
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, R., Oktadefitri, Y., Lucida, H. 2013. Formulasi Krim Tabir Surya Dari
Kombinasi Etil P– Metoksisinamat Dengan Katekin. Prosiding Seminar
Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III. Padang:
Fakultas Farmasi Universitas Andalas.

CosDNA. Analyze Cosmetics. Diakses 1 Maret 2015 dari http:// http://www.cosdna.com

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia


(Cetakan I). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Dienayati, D. 2012. Pembuatan Sunscreen Berbahan Dasar Nanopropolis Isolat Lokal


Bagi Penderita Penyakit Lupus. Depok : Fakultas Teknik Universitas
Indonesia.

Female Kompas. Beda Sunscreen dan Sunblock. Diakses 28 Februari 2015 dari
http://female.kompas.com/read/2011/03/18/10085147/Beda.Sunblock.dan
.Sunscreen

Food and Drug Administration United States. Sunscreen. Diakses 28 Februari 2015 dari
http://www.fda.gov
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai