PENDAHULUAN
Matahari (sinar ultra violet) adalah sumber kehidupan di dunia, selain itu
sinar matahari membantu pembentukan vitamin D yang dibutuhkan oleh tulang.
Namun sinar matahari juga dapat berbahaya bagi kulit jika terlalu lama berjemur
atau beraktivitas di bawah sinar matahari secara langsung. Hal tersebut dapat
menyebabkan penuaan dini, kerut, hiperpigmentasi, dan kanker kulit.
Gel merupakan sediaan semi padat yang jernih, tembus cahaya, dan
mengandung zat aktif yang terdispersi dalam suatu sistem koloid. Keuntungan
sediaan gel yakni dapat memberikan efek pendinginan paa kulit, tidak lengket
sehingga penyebarannya pada kulit baik, tampak elegan, dan mudah dicuci oleh
air. Sediaan gel memang masih lebih jarang ditemui dibanding dengan sediaan
krim dan lotion untuk sediaan kosmetik sejenis tabir surya. Namun dengan
beberapa keunggulan tersebut, dirasa penting untuk mulai mengembangkan
sediaan tabir surya dengan bentuk sediaan gel.
TINJAUAN PUSTAKA
Tabir surya atau Sunscreen digunakan untuk melindungi kulit dari efek
berbahaya matahari. Tabir surya membantu untuk mencegah kulit terbakar
(sunburn) dan penuaan dini (misalnya, keriput, kulit kasar). Tabir surya juga
membantu untuk mengurangi risiko kanker kulit dan juga dari reaksi kulit
terbakar (seperti sunburn) sinar matahari seperti (sensitivitas matahari) yang
disebabkan oleh beberapa obat (misalnya, tetrasiklin, obat sulfa, fenotiazin seperti
chlorpromazine)(Rowe., dkk, 2005).
Bahan aktif dalam tabir surya bekerja baik dengan menyerap sinar
ultraviolet (UV) radiasi matahari, mencegah dari mencapai lapisan kulit yang
lebih dalam, atau dengan merefleksikan radiasiMengenakan tabir surya bukan
berarti Anda bisa tetap keluar lagi di bawah sinar matahari. Tabir surya tidak
dapat melindungi terhadap semua radiasi matahari. Ada berbagai jenis tabir surya
yang tersedia dalam berbagai bentuk (misalnya, krim, lotion, gel, tongkat,
semprot, lip balm). Lihat bagian Catatan untuk informasi tentang memilih tabir
surya.
Pada kemasan produk sunscreen sering dicantumkan SPF dan PA+. Menurut
US FDA SPF (Sun Protection Factor) is a measure of how much solar energy
(UV radiation) is required to produce sunburn on protected skin (i.e., in the
presence of sunscreen) relative to the amount of solar energy required to produce
sunburn on unprotected skin. As the SPF value increases, sunburn protection
increases. Jadi pada dasarnya angka SPF menunjukkan seberapa kuat sunscreen
yang kita pakai untuk memberikan perlindungan dari sunburn, tanpa memberikan
informasi apapun mengenai waktu. Karena itu, jangan berlama-lama berada di
bawah sinar matahari setelah memakai sunscreen dengan SPF tinggi karena itu
tidak menjamin kita tidak mengalami sunburn. Intensitas UV yang dipancarkan
sinar matahari berbeda-beda tergantung waktu. Pada pagi hari intensitas UV
tentunya lebih rendah dibandingkan dengan tengah hari. Itu sebabnya SPF bukan
merujuk pada waktu, melainkan pada intensitas radiasi UV yang bisa dihambat
oleh sunscreen. Namun nilai SPF yang tertera merupakan kemampuan proteksi
tabir surya terhadap sinar UVB, Contohnya:
Label SPF merujuk pada perlindungan dari radiasi UVB (UVB), dan tidak
melindungi kulit dari radiasi UV A (UVA). UVA juga bisa menyebabkan
sunburn, meski tidak menimbulkan rasa sakit seperti sunburn yang diakibatkan
oleh radiasi UVB. Masalahnya, radiasi UVA bahkan dapat menyebabkan
kerusakan pada DNA dan meningkatkan resiko kanker kulit. Karena itu,
kebanyakan sunscreen saat ini mengintegrasikan perlindungan sekaligus dari
radiasi UVA, dengan label PA (Protection Grade of UV A). Jadi ketika ditemukan
sunscreen dengan label SPF dan PA (baik PA+, PA++, atau PA+++), produk
tersebut menawarkan perlindungan dari radiasi UVB dan UVA. Sama seperti SPF,
semakin banyak tanda “+” pada PA, semakin tinggi tingkat perlindungan
sunscreen tersebut terhadap radiasi UVA.
FDA-Approved Sunscreens
Range Covered
UVA1: 340-400 nm
Active Ingredient/UV Filter Name
UVA2: 320-340 nm
UVB: 290-320 nm
Chemical Absorbers:
Avobenzone UVA1
Cinoxate UVB
Homosalate UVB
Octocrylene UVB
Physical Filters:
2.4 Gel
Gel didefenisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu
dispersi yang tersusun baik dari pertikel anorganik yang kecil atau molekul
organik yang besar dan saling diresapi cairan (Ansel : 390). Menurut Farmakope
Indonesia Edisi IV penggolongan sediaan gel dibagi menjadi dua yaitu: Gel
sistem dua fase. Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi
relatif besar , massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma misalnya
magma bentonit. Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk
semipadat jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan.Sediaan harus
dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas.
Bentuk yang kedua adalah Gel sistem fase tunggal. Gel fase tunggal terdiri
dari makromolekul organik yang tersebar sama dalam suatu cairan sedemikian
hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dan
cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik misalnya
karboner atau dari gom alam misanya tragakan.
2.4.1 Komponen Gel
Kompenen gel di bagi menjadi dua gilling agents dan bahan tambahan.
Disetiap sedian gel harus memilik kedua komponen seperti yang ada di bawah ini:
Gelling Agent. Sejumlah polimer digunakan dalam pembentukan struktur
berbentuk jaringan yang merupakan bagian penting dari sistem gel. Termasuk
dalam kelompok ini adalah gom alam, turunan selulosa, dan karbomer.
Kebanyakan dari sistem tersebut berfungsi dalam media air, selain itu ada yang
membentuk gel dalam cairan non-polar. Beberapa partikel padat koloidal dapat
berperilaku sebagai pembentuk gel karena terjadinya flokulasi
partikel. Konsentrasi yang tinggi dari beberapa surfaktan non-ionik dapat
digunakan untuk menghasilkan gel yang jernih di dalam sistem yang mengandung
sampai 15% minyak mineral.
METODOLOGI
3.2.1 Alat
Adapun alat- alat yang digunakan dalam pembuatan sediaan ini antara lain
a) Beaker glass
b) Mortar dan stamper
c) Kaca arloji
d) Pipet tetes
e) Bunsen
f) Kaki tiga
g) Kawat kasa
h) Wadah sediaan
3.2.2 Bahan
a) Zink oksida
b) CMC-Na
c) Propilen glikol
d) Nipasol
e) Etanol
f) Parfum
g) Aquades
3.3 Formulasi
Ditambahkan
propilen glikol
dan nipasol
Homogenkan
Radiasi ultra violet (UV) matahari dibedakan menjadi UVA, UVB, dan
UVC. UVC disaring oleh lapisan ozon pada stratosfer, sementara UVA dan UVB
mampu mencapai permukan bumi. UVA dapat berpenetrasi lebih dalam pada kulit
disbanding UVB. UVA dan UVB dikaitkan dengan terjadinya imunosupresi dan
karsinogenesis, maka dibutuhkan perlindungan terhadap radiasi UV. (Benson,
2008). Secara normal kulit memiliki perlindungan alami, namun seringkali tidak
mencukupi dibandingkan dengan intensitas radiasi yang ada dan oleh karena itu
dibutuhkan perlindungan buatan, salah satunya dengan penggunaan tabir surya.
(Ditjen POM, 2010).
Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari
suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul
organik yang besar dan saling diresapi cairan (Ansel, 2008). Pada praktikum kali
ini, sediaan gel dipilih Karena memiliki beberapa keuntungan yakni memiliki
kemampuan penyebaran yang baik pada kulit, mempunyai sensasi dingin yang
dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit, tidak ada penghambatan fungsi
rambut secara fisiologis, kemudahan pencucian dengan air yang baik, dan
pelepasan obatnya baik. Di sisi lain, gel merupakan sediaan semisolid yang
mempunyai kandungan air sebanyak 60%. Hal ini dapat mempengaruhi stabilitas
sediaan dimana gel dapat ditumbuhi mikroba dengan mudah karena kandungan air
dalam sediaan dapat menjadi salah satu tempat tumbuh mikroba. Oleh karena itu,
penambahan zat antimikroba sangat dianjurkan dalam pembuatan sediaan gel ini.
Sediaan gel pada praktikum kali ini dilakukan dengan zat aktif yakni Zink
oksida. Dalam kehidupan sehari-hari, obat sediaan gel yang beredar di pasaran
dengan kandungan zink oksida mempunyai kelebihan dan efek terapi yaitu
antiseptic local. CH3COOH digunakan sebagai pelarut zink oksida karena zat
aktif tersebut larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida.
Formulasi sediaan gel pada praktikum kali ini menggunakan gelling agent
CMC-Na yang mempunyai sifat pembentuk gel yang sangat bagus. Na-CMC akan
terdispersi dalam air, kemudian butir-butir Na-CMC yang bersifat hidrofilik akan
menyerap air dan terjadi pembengkakan. Mekanisme bahan pengental dari Na-
CMC mengikuti bentuk konformasi extended atau streched Ribbon (tipe pita).
Tipe tersebut terbentuk dari 1,4 –D glukopiranosil yaitu dari rantai selulosa.
Bentuk konformasi pita tersebut karena bergabungnya ikatan geometri zig-zag
monomer dengan jembatan hydrogen dengan 1,4 -Dglukopiranosil lain, sehingga
menyebabkan susunannya menjadi stabil. Na-CMC yang merupakan derivat dari
selulosa memberikan kestabilan pada produk dengan memerangkap air dengan
membentuk jembatan hydrogen dengan molekul Na-CMC yang lain (Belitz and
Grosch, 1986).
PGA atau pulvis gom arabicum pada formulasi ini berfungsi sebagai
humektan. Humektan merupakan zat yang dapat melembapkan kulit dengan cara
mempertahankan kadar air dalam kulit. Sedangkan surfaktan berfungsi sebagai
penjembatan antara fase polar dan fase nonpolar agar dapat homogen. Dalam
sediaan gel yang notabenenya terdiri dari 60% kandungan air, akan mengalami
permasalahan ketikan bahan aktif yang digunakan tidak dapat larut dalam air. Hal
ini akan mempengaruhi kestabilan sediaan semisolid dan menurunkan derajat
aseptabilitas masyarakat.
Parfum cussons digunakan sebagai pewangi dalam sediaan gel. Dipilih
parfum ini karena lembut sehingga cocok sebagai aromaterapi. Penggunaan
parfum juga dimaksudkan untuk menyamarkan bau metil salisilat dan menthol
yang menyengat dan kurang menyenangkan. Aquades digunakan sebagai pelarut
dan untuk mengembangkan CMC Na.
No Parameter Keterangan
1 Organoleptis
- Warna Putih Tulang
- Bau Bau wangi
- tekstur Lembut sedikit kenyal
2 Daya absorbsi Mudah menyerap
3 PH 5
4 Uji iritasi Tidak menimbulkan iritasi selama 5
menit digunakan
Table 4.1 : Hasil evaluasi uji fisik
JUMALAH KORESPONDEN
UJI YANG
NILAI
DILAKUKAN
1 2 3 4 5
Kemudahan dioleskan 2 6 2
Kelembutan sediaan 1 1 6 2
Sensasi yang timbul 3 6 1
Kemudahan pencucian 3 4 3
Kelengketan 2 3 3 2
Bau 4 4 2
Table 4.2 : Hasil evaluasi uji Aceptabilitas
4.3.2 Pembahasan
Setelah melakukan formulasi dan membuat sediaan gel sunblock zink
oksid, maka tahap selanjutnya adalah evaluasi sediaan. Diantara uji yang
dilakuakn untuk Evaluasi sediaan adalah berupa uji fisik dan uji acceptable yang
dilakukan dengan metode kuisioner. Uji kualitas fisik antara lain uji organoleptis,
daya absorbsi , pH dan daya iritasi. Uji organoleptis dilakukan untuk mengetahui
kenampakan fisik dari sediaan yang meliputi warna, bau dan tekstur sediaan.
Daya absorbsi dilakukan untuk mengetahui kemampuan sediaan menyerap kulit.
Uji yang terakhir adalah uji Daya iritasi, hal ini penting dilakukan sebab sediaan
ini ditujukan untuk kosmetik dan tentunya iritasi merupakan faktor penting yang
dipertimbangkan oleh konsumen dalam memilih kosmetik.
Dari hasil uji organoleptis didapatkan bahwa warna sediaan adalah putih
tulang, hal ini tidak sesuai dengan seharusnya. Sediaan Gel dapat diartikan
sebagai sediaan setengah padat, jernih transparan, tidak berminyak, dan digunakan
untuk pemakaian luar (FI IV, hal 7). Sediaan pada praktikum ini tidak bisa jernih
transparan disebabkan dikarenakan dua hal yang pertama adalah gagal pada saat
pembentukan , emulgel yang dihasilkan berwarna putih keruh dan yang kedua
adalah disebabkan karena bahan aktinya ( zink oksida) memiliki warna yang tidak
jernih yaitu putih tulang sehingga ketika dicampurkan dengan emulgel hasilnya
sediaan tidak bias berwarna jernih transparan. Bau dari sediaan adalah bau wangi
hal ini disebabkan pemberian parfum ketika pembuatan sediaannya. Tekstur dari
sediaan ini adalah lembut dan sedikit kenyal hal ini sesuai dengan tujuan dari
pembuatan gel yaitu untuk memberikan kesan lembut dan nyaman. Gel atau jelli
adalah sediaan setengah padat dengan sistem dua komponen yang banyak
mengandung air. Oleh karena kandungan airnya yang tinggi maka sediaan ini
nyaman dipakai untuk dibawah (under make up) sehingga membuat kulit terasa
lembut dan ringan (FI IV, 2008)
Uji penampilan fisik yang kedua adalah Daya absorbsi. Uji ini dilakukan
dengan cara mengoleskan sediaan pada tangan kemudian diamati sediaan mudah
terserap ke kulit atau tidak, ternyata hasilnya sediaan mudah menyerap ke kulit.
Uji selanjutnya adalah Uji PH, uji ini dilakukan dengan menggunakan PH
indicator, dengan mencelupkan pada sediaan. Hasilnya adalah sediaan memiliki
PH 5. Hal ini sesuai dengan literature bahwa PH sediaan harus sama dengan Ph
kulit yaitu rentang pH yang telah ditentukan 4,5-6,5 (FI IV, 2008).Uji yang
terakhir adalah Uji Iritasi hasilnya adalah setelah lima menit tidak menimbulkan
iritasi. Cara ujinya adalah dioleskan sediaan ke tangan kemudian ditunggu 5-10
menit apakah terjadi iritasi yang ditandai dengan kemerahan, gatal atau yang
lainya, namun sebenarnya hal ini relative berbeda pada masing-masing individu,
karena masing-masing indicivu memiliki respon yang berbeda. Namun untuk
secara umum sediian ini tidak menimbulkan iritasi pada kulit.
1. Kemudahan dioleskan
Kemudahan Pengolesan
5
sangat tidak baik tidak baik cukup baik baik sangat baik
2. Kelembutan Sediaan
Kelembuatan sediaan
6
sangat tidak baik tidak baik cukup baik baik sangat baik
Sedangkan dalam kriteria kelembutan sediaan, satu responden memberi
nilai 2 , satu responden memberi nilai 3, enam responden memberi nilai 4 dan dua
responden memberi nilai 5. Berdasarkan hasil data tersebut dapat diketahui bahwa
sediaan gel sunblock zink oksid ini memiliki tekstur yang lembut sehingga
nyaman digunakan.
sangat tidak baik tidak baik cukup baik baik sangat baik
4. Kemudahan Pencucian
Kemudahan pencucian
6
sangat tidak baik tidak baik cukup baik baik sangat baik
Sedangkan berdasarkan kemudahan pencucian, tiga responden memebri
nilai 3, emapat responden memberi nilai 4 dan tiga responden memberi niali 3.
Berdasarkan hasil koresponden tersebut dapat diketahui bahwa sediaan gel
sunblock zink okside mudah dicuci. Hal ini disebabkan bahan yang paling banyak
digunakan yakni air sehingga sediaan mudah dibilas dengan air setelah dioleskan
pada kulit. Kriteria ini merupakan keuntungan dari sediaan gel yakni mudah
dicuci dengan air.
5. Kelengketan
Kelengketan
5
sangat tidak baik tidak baik cukup baik baik sangat baik
Bau
5
0
1
sangat tidak baik tidak baik cukup baik baik sangat baik
PENUTUP
5.1 Simpulan
Simpulan dari praktikum ini adalah :
1. Sediaan sunblock zink oksid dapat dibuat dalam bentuk gel, namun
salah satu hasilnya tidak sesaui dengan karakteristik dari sediaan gel
sendiri yaitu bening transparan, karena hasilnya adalah berwarna putih
tulang namun untuk karasteristik yang lain seperti kelembutan, daya
sebar sudah sesuai.
2. Evaluasi sediaan gel sunblock zink oksid terdiri uji fisik dan uji
aceptabilitas dengan metode kuisioner. Hasil evaluasi uji fisik adalah
organoleptis Warna nya putih tulang, bau wangi, tekstur lembut
sedikit kenyal, daya absorbs mudah menyerap, ph 5, uji iritasi Tidak
menimbulkan iritasi selama 5 menit digunakan dan hasil evalusi uji
aceptabilitas adalah semua parameter yaitu kemudahan dioleskan,
kelembutan sediaan, sensasi yang ditimbulkan, kemudahan pencucian,
bau, kelengketan adalah baik.
5.2 Saran
Saran dari praktikum ini adalah :
5.2.1 Dilakukan banyak formulasi jadi bisa dilihat perbadingan formulasi
mana yan paling baik.
5.2.2 Dilakukan uji evaluasi kimia yaitu berapa nilai spf yang didapat dari
sediaan gel sunblock yang telah dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, R., Oktadefitri, Y., Lucida, H. 2013. Formulasi Krim Tabir Surya Dari
Kombinasi Etil P– Metoksisinamat Dengan Katekin. Prosiding Seminar
Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III. Padang:
Fakultas Farmasi Universitas Andalas.
Female Kompas. Beda Sunscreen dan Sunblock. Diakses 28 Februari 2015 dari
http://female.kompas.com/read/2011/03/18/10085147/Beda.Sunblock.dan
.Sunscreen
Food and Drug Administration United States. Sunscreen. Diakses 28 Februari 2015 dari
http://www.fda.gov
LAMPIRAN