Disusun oleh:
NAMA KELOMPOK :
1. NURUL HAFLAH (18344003)
2. ZAELANI RIZ’AN (18344004)
2.1. Kosmetika
Menurut Wall dan Jellinek, 1970, kosmetik dikenal manusia sejak berabad –
abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian,
yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik
serta industrinya baru dimulai secara besar – besaran pada abad ke-20 (Trenggono,
2007).
Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada
bagian luar badan seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, gigi, dan rongga mulut
antara lain untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan,
melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak
dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Trenggono,
2007).
Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk
digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin
bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik,
mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki
bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu
penyakit.
Jenis kosmetik mempunyai tujuan yang sama, yaitu memelihara atau
menambah kecantikan kulit salah satunya melalui pemakaian kosmetik dekoratif yang
dapat mengubah penampilan agar tampak lebih cantik serta noda maupun kelainan
pada kulit dapat tertutupi. Salah satu jenis dari kosmetik dekoratif yaitu face tonik
(Trenggono, 2007).
2.2. Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB)
Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB) merupakan salah satu faktor
penting untuk dapat menghasilkan produk kosmetik yang memenuhi standard mutu
dan keamanan. Mengingat pentingnya penerapan CPKB maka pemerintah secara
terus menerus memfasilitasi industri kosmetik baik skala besar maupun kecil untuk
dapat menerapkan CPKB melalui langkah-langkah dan pentahapan yang terprogram.
CPKB merupakan persyaratan kelayakan dasar untuk menerapkan sistem
jaminan mutu dan keamanan yang diakui dunia internasional. Terlebih lagi untuk
mengantisipasi pasar bebas di era globalisasi maka penerapan CPKB merupakan nilai
tambah bagi produk kosmetik Indonesia untuk bersaing dengan produk sejenis dari
negara lain baik di pasar dalam negeri maupun internasional.
Dalam pembuatan kosmetik, pengawasan yang menyeluruh disertai
pemantauan sangat penting untuk menjamin agar konsumen memperoleh produk
yang memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan. Mutu produk tergantung dari
bahan awal, proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan
personalia yang menangani. Hal ini berkaitan dengan seluruh aspek produksi dan
pemeriksaan mutu.
Aspek CPKB yang harus dipenuhi untuk menjadi syarat produk meliputi:
2.2.1. Personalia
Personalia harus mempunyai pengetahuan, pengalaman, ketrampilan dan
kemampuan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan tersedia dalam jumlah yang
cukup. Mereka harus dalam keadaan sehat dan mampu menangani tugas yang
dibebankan kepadanya.
Tenaga kerja yang melaksanakan kegiatan produksi kosmetika hendaknya
memenuhi persyaratan sesuai dengan jenis pekerjaaan yang dilakukan antara lain:
1. Sehat fisik dan mental
2. Tidak berpenyakit kulit, berpenyakit menular atau luka terbuka
3. Mengenakan pakaian kerja yang bersih
4. Memakai penutup rambut dan alas kaki yang sesuai untuk yang bekerja diruangan
produksi dan memakai sarung tangan serta masker apabila diperlukan
5. Memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sesuai dengan tugasnya
6. Mempunyai sikap dan kesadaran yang tinggi untuk melaksanakan Cara Produksi
Kosmetika yang Baik.
2.2.2. Bangunan dan Fasilitas
1. Bebas dari pencemaran yang berasal dari lingkungan, seperti pencemara udara,
tanah dan air, sehingga dapat mencegah pengotoran maupu pencemaran produk
2. Konstruksi serta tata ruang yang memadai sehingga memudahkan pemeliharaan,
pembersihan, sanitasi dan pelaksanaan kerja serta dapat mencegah terjadinya
pencemaran silang antara produk dan bahan baku.
3. Lantai dan dinding hendaknya dibuat dari bahan kedap air, permukaannya rata dan
halus, bebas dari keretakan dan mudah dibersihkan. Pertemuan antara lantai dan
dinding hendaknya tidak membentuk sudut mati (melengkung)
4. Dilengkapi penerangan dan ventilasi udara yang memadai sesuai untuk kegiatan di
dalam bangunan tersebut
5. Mempunyai fasilitas sanitasi yang terencana dan teratur berupa sarana penyediaan
air bersih; kamar kecil; tempat cuci tangan; kamar ganti pakaian; tempat sampah;
sarana pembuangan air limbah.
2.2.3. Peralatan
1. Peralatan dan perlengkapan yang dipergunakan untuk memproduksi kosmetik
hendaknya sesuai dengan jenis produksi
2. Permukaan yang berhubungan dengan bahan maupun produk kosmetika
hendaknya tidak bereaksi, tidak mengadsorbsi dan tidak melepaskan serpihan
3. Peralatan hendaknya mudah dibersihkan dan disanitasi
4. Peralatan hendaknya ditata dan dipasang, sedemikian rupa agar memudahkan
proses produksi dan perawatannya
5. Peralatan bebas dari unsur atau serpihan logam, minyak pelumas dan bahan bakar
sehingga tidak mencemari hasil produksi.
2.2.4. Sanitasi dan Higiene
Pada setiap aspek produk kosmetika hendaknya dilakukan upaya untuk
menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Upaya
tersebut hendaknya dilakukan terhadap tenaga kerja, bangunan, peralatan, bahan,
proses produksi, pengemas dan setiap hal yang dapat merupakan sumber pencemaran
produk. Sumber pencemaran hendaknya dihilangkan melalui suatu program sanitasi
dan higiene yang menyeluruh dan terpadu.
2.2.5. Produksi
Aspek aspek yang diperhatikan yaitu air; verifikasi material; pencatatan;
material di tolak; sistem pemberian no bets; penimbangan dan pengukuran; prosedur
dan pengolahan; serta pelabelan dan pengemasan.
2.2.6. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu meliputi:
1. Pengambilan contoh (sampling), pemeriksaan dan pengujian terhadap bahan awal
produk dalam proses, produk antara, produk ruahan dan produk jadi sesuai
spesifikasi yang ditetapkan
2. Program pemantauan lingkungan, tinjauan terhadap dokumentasi bets, program
pemantauan contoh pertinggal, pemantauan mutu produk di peredaran, penelitian
stabilitas dan menetapkan spesifikasi bahan awal dan produk jadi.
2.2.7. Dokumentasi
Sistem dokumentasi hendaknya meliputi riwayat setiap bets, mulai dari bahan
awal sampai produk jadi. Sistem ini hendaknya merekam aktivitas yang dilakukan,
meliputi pemeliharaan peralatan, penyimpanan, pengawasan mutu, distribusi dan hal-
hal spesifik lain yang terkait dengan CPKB.
1. Hendaknya ada sistem untuk mencegah digunakannya dokumen yang sudah tidak
berlaku
2. Bila terjadi atau ditemukan suatu kekeliruan dalam dokumen hendaknya dilakukan
pembetulan sedemikian rupa sehingga naskah aslinya harus tetap terdokumentasi
3. Bila dokumen merupakan instruksi, hendaknya ditulis langkah demi langkah
dalam bentuk kalimat perintah
4. Dokumen hendaklah diberi tanggal dan disahkan
5. Salinan dokumen hendaklah diberikan kepada pihak-pihak yang terkait dan
pendistribusiannya dicatat
6. Semua dokumen hendaknya direvisi dan diperbaharui secara berkala, dokumen
yang sudah tidak berlaku segera ditarik kembali dari pihak-pihak terkait untuk
diamankan.
Bahan
Katekin gambir
Karbomer
TEA
PEG 6000
Gliserin
Etanol 96%
Metil paraben
Propil paraben
Minyak esensial kulit
Jeruk Nipis (ml)
Na2EDTA
Natrium Metabisulfit
BHT
Vitamin C
Aquadest add
4.2.Proses manufaktur dan pengembangan kosmetika
Pada formulasi bahan yang digunakan telah memenuhi persyaratan CPKB, dan siap
untuk diproduksi. Dimana pada CPKB bahan yang memenuhi syarat diantaranya
bahan baku tidak membahayakan, bahan yang digunakan tidak berbahaya untuk
pembuatan kosmetik, bahan baku telah memenuhi spesifikasi yang ditetapkan,bahan
dalam keadaan bersih dan bebas kontaminasi.
4.3.Definisi Operasional Variabel :
Variabel Subvariabel Definisi Alat ukur Hasil ukur
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari penulisan makalah ini dapat disimpulkan
bahwa:
1. Cara produksi yang baik untuk produk kosmetik masker gel yaitu dengan
mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh CPKB (Cara Pembuatan Kosmetik
yang Baik). Meliputi seluruh aspek yang menyangkut produksi pengendalian
mutu untuk menjamin produk jadi kosmetik memenuhi syarat mutu dan manfaat
bagi kondusen.
2. Syarat produksi industri farmasi meliputi beberapa aspek diantaranya:
a) Personalia
b) Banguan dan fasilitas
c) Peralatan
d) Sanitasi dan hygiene
e) Produksi
f) Pengawasan mutu
g) Dokumen
h) Audit internal
i) Penyimpanan
j) Penanganan keluhan dan penarikan produk
3. Formula yang baik dalam membuat sediaan gel memenuhi persyaratan dan tidak
menimbulkan resiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu
rendah atau tidak efektif.
4.2. Saran
a) Periksa kembali kemasan kosmetik apakah masih dalam keadaan baik atau tidak
b) Periksalah tanggal kadaluarsa produk
c) Gunakanlah kosmetik yang bermutu, aman dan tentunya sudah memiliki izin edar
BPOM
d) Tidak mudah mempercayai berbagai penawaran produk kosmetik
e) Periksa produk kosmetik apakah tercium bau tengik atau konsistensi produk
kosmetik tersebut telah berubah
Penampilan menarik tentu menjadi dambaan setiap orang, salah satu upaya
yang dipilih adalah dengan menggunakan produk kosmetik. Biasanya komponen
kosmetik merupakan campuran senyawa kimia yang berbahaya yang dapat
mengakibatkan gangguan kulit seperti kanker.
DAFTAR PUSTAKA