Dosen :
Dosen : Prof. Dr. Teti Indrawati, MSi., Apt
Disusun Oleh:
Kelompok 9
Kelas C
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Yang telah memberikan rahmat
dan hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan proposal yang berjudul
“PENDIRIAN INDUSTRI KOSMETIK BAHAN ALAM” ini tetap pada waktunya.
Adapun tujuan daru penulisan dari proposal ini adalah untuk memenuhi tugas pada Mata
kuliah Farmasi Industri Program Studi Profesi Apoteker. Selain itu, Proposal ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Tata Cara Perizinan bagi para pembaca dan
juga baggi penulis.
Kami mengucap terimakasih kepada ibu Prof. Dr.Teti Indrawati,MS., Apt selaku
dosen Mata Kuliah Farmasi Industri Program Studi Profesi Apoteker yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membagi Sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan proposal
ini.
Kami menyadari bahwa proposal yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami nantikan demi kesempurnaan
proposal ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 2
ii
3.3.5.2 Fasilitas 33
3.3.6 Personalia ............................................................................................................................. 33
3.3.7 Struktur Organisasi Industri Bening Kosmetik ............................................................ 34
3.3.8 Aspek Finansial Industri Bening Kosmetik .................................................................. 39
3.3.8.1 Rencana Anggaran Tahun Ke-1 ........................................................................ 39
3.3.8.2 Proyeksi Pendapatan Tahun Ke-1 ..................................................................... 40
3.3.8.3 Perkiraan Laba/Rugi Tahun Ke-1 ..................................................................... 40
3.3.8.4 Perhitungan Batas Laba/Rugi/BEP 40
3.3.9 Produksi ................................................................................................................................ 41
3.3.9.1 Pengadaan Bahan ................................................................................................. 41
3.3.9.2 Produksi Industri Bening Kosmetik ................................................................. 41
3.3.9.3 Distribusi ................................................................................................................ 41
3.3.9.4 Pemasaran 42
3.4 Metode Analisis SWOT Industri Bening Kosmetik ............................................................... 43
3.4.1 Strength (Kekuatan) ........................................................................................................... 43
3.4.2 Weakness (Kelemahan) ..................................................................................................... 43
3.4.3 Oppurtunity (Kesempatan) ............................................................................................... 43
3.4.4 Threat (Ancaman) ............................................................................................................... 44
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................... 45
4.1 Kesimpulan ..................................................................................................................................... 45
4.2 Saran ................................................................................................................................................. 47
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”.Bahan yang
dipakai dalam usaha mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang
terdapat di
sekitarnya. Sekarang kosmetika di buat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga
bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan. Sejak semula kosmetika merupakan
salah satu segi ilmu pengobatan atau ilmu kesehatan, sehingga para pakar kosmetika dahulu
adalah juga pakar kesehatan; seperti para tabib, dukun, bahkan penasihat keluarga istana.
Oleh karena itu tidak mengherankan bila antara kosmetika dan obat sejak dahulu sampai
sekarang pun sangat sukar ditarik garis batasnya. Namun untuk kepentingan peraturan atau
undang-undang, diperlukan pemisahan yang dapat menjadi petunjuk, sebab dalam
perkembangannya kemudian, terjadi pemisahan antara kosmetika dan obat, baik dalam hal
macam, jenis, efek, efek samping, pelaksana dan lainnya. Kosmetika merupakan komoditi
yang mempunyai kesan kurang berbahaya dibanding dengan obat sehingga pembuatan,
pemasaran atau pengawasannya mempunyai tata cara yang lebih mudah di bandingkan
dengan obat.
Masker adalah kosmetik yang dipergunakan pada tingkat terakhir dalam perawatan
kulit wajah tidak bermasalah, meningkatkan taraf kebersihan, kesehatan, dan kecantikan
kulit,memperbaiki dan merangsang kembali kegiatan-kegiatan sel kulit.
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar yang menutupi dan
melindungi permukaan tubuh. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan
kelenjar mukosa. Salah satu dari bahan alami pelembab alami adalah Daun Jambu Biji yang
memiliki kandungan astringent yang dapat meningkatkan kualitas tekstur kulit. Daun jambu
biji yang selama ini digunakan orang-orang untuk obat diare ternyata juga memiliki manfaat
yang baik
untuk kulit. Daun jambu biji memiliki kandungan yang bermanfaat bagi tubuh kita
diantaranya anti inflamasi, anti metaganik, anti mikroba dan analgesik. Selain itu, didalam
daun biji juga terkandung senyawa-senyawa kimia seperti, polifenol, karoten, flavonoid, dan
tanin yang memiliki antioksidan yang berkhasiat untuk mengobati beberapa penyakit.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1. Memahami Proses Mendirikan Perseroan Terbatas (PT) Kosmetik Bahan Alam
2. Memahami Cara Mendapat Izin Industri Kosmetik Bahan Alam
3. Memahami Rancangan Industrinya Mencakup Pengadaan Sarana dan
Prasarana, SDM, dan Produksi? (pengadaan bahan distribusi pemasaran, dll)
4. Memahami Analisis SWOT untuk pendirian Industri Farmasi Kosmetik Bahan Alam
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kementrian Perindustrian mencatat pertumbuhan kosmetik yang pesat pada tahun 2019
yaitu sebesar tujuh persen dan ditargetkan pada 2020 pertumbuhan industri kosmetik
akan tumbuh diatas sembilan persen. Pada tahun 2019 ekspor produk kosmetik nasional
mencapai US$ 600 juta lebih tinggi dibandikan pada tahun 2018 sebesar US 556,36 juta.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong industri kosmetik di dalam negeri
untuk memanfaatkan sumber daya alam lokal sebagai bahan baku. Selain karena
Indonesia kaya dengan keanekaragaman hayati, langkah ini juga memacu substitusi impor dan
mewujudkan kemandirian Nasional. Adapun produk kosmetik saat ini menjadi sebuah gaya
hidup yang tidak hanya digunakan oleh kaum perempuan saja. Salah satunya yaitu kosmetika
dari bahan alam (back to nature) yang sedang diminati oleh masyarakat Indonesia.
Banyak pengembangan formula kosmetika berbahan dasar bahan alam untuk memanfaatkan
kekayaan alam yang ada di Indonesia. Salah satu bahan alam alam yang dapat dimanfaatkan
adalah Daun Alamanda yang diproduksi menjadi sediaan shampoo anti ketombe.
Melihat peluang yang ada di kalangan masyarakat dalam penggunaan sediaan kosmetik
yang berasal dari bahan alam, maka akan didirikan sebuah Perusahaan Terbatas (PT)
Citra Botanica. Dalam mendirikan PT harus memiliki akta, SITU dan HO, SKDP, SIUP, TDP,
NPWP untuk mendapatkan izin dari Kementrian Hukum dan HAM. Setelah mendapatkan izin
pendirian PT, kemudian PT. Citra Botanica akan dikembangkan dengan mendirikan
Industri Farmasi Kosmetik Bahan Alam yang bernama Bening Kosmetik Untuk memperoleh
izin industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1799/MENKES/PER/XII/2010 diperlukan persyaratan permohonan persetujuan prinsip yang
diberikan oleh Direktur Jendral setelah pemohon memperoleh persetujuan Rencana Induk
Pembangunan (RIP) dari Kepala Badan, kemudian mengajukan persetujuan prinsip ke Dirjen.
Setelah memperoleh persetujuan prinsip kemudian dilanjutkan Permohonan Izin Industri
Farmasi, Kepala Badan melakukan pemenuhan persyaratan CPKB. Mengurus perizinan untuk
mendirikan bangunan pabrik serta izin produksi. Kemudian kepala Dirjen menerbitkan izin
Industri Kosmetik.
2.1.1 Syarat Pendirian Perseroan
Terbatas
Untuk mendirikan Perseroan terbatas, harus dipenuhi syarat-syarat yang
ditentukan oleh UU No. 40 Tahun 2007. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
(Asyhadie,
2006)
a. Perjanjian dua orang atau
lebih.
Menurut Pasal 7 ayat (1) UUPT, Perseroan harus didirikan oleh dua
orang atau lebih.ketentuan minimal dua orang ini menegaskan prinsip yang dianut oleh
Undang-Undang Perseroan Terbatas, yaitu perseroan sebagai badan hukum dibentuk
berdasarkan perjanjian. Oleh karena itu, Perseroan Terbatas mempunyai lebih dari
satu pemegang saham.
b. Dibuat dengan Akta Autentik dimuka
Notaris.
Perjanjian untuk membuat suatu atau mendirikan suatu perseroan harus dengan akta
autentik notaris dan harus berbahasa Indonesia (Pasal 7 ayat (1)). Perjanjian
merupakan suatu akta pendirian yang sekaligus memuat anggaran di dasar yang telah
disepakati.
c. Modal Dasar
Modal dasar perseroan paling sedikit adalah 50 (lima puluh) juta rupiah, tetapi untuk
bidang usaha tertentu diatur tersendiri dalam suatu Undang-Undang Perseroan
Terbatas
Pasal 32 ayat (1) yang bisa atau boleh melebihi ketentuan
ini. d. Pengambilan Saham saat Perseroan Didirikan.
3
Setiap pendiri perseroan wajib mengabil bagian saham pada
saat
perseroan didirikan (Pasal 7 ayat (2)). Ketentuan pasal inimerupakan wujud
pernyataan kehendak pendiri ketika membuat perjanjian pendirian perseroan.
4
7. Mendapatkan NPWP dan VAT Collector Number NPPKP
Terakhir, mendapatkan nomor wajib pajak (NPWP) dan VAT collector Number
NPPKP (nomor pengukuhan pengusaha kena pajak) secara online
di http://ereg.pajak.go.id
5. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung ataupun tidak
langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang
kefarmasian.
6. Dikecualikan dari persyaratan poin 1 dan 2 di atas, bagi pemohon izin
industri farmasi milik Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
c. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat, jika terbukti tidak memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan, atau mutu;
d. Penghentian sementara kegiatan dapat dikenakan untuk seluruh kegiatan
atau sebagian kegiatan;
e. Pembekuan izin industri farmasi: sanksi ini diberikan oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan;
f. Pencabutan izin industri farmasi.
- Produk Kering
1) Penanganan bahan dan produk kering memerlukan perhatian khusus dan
bila perlu dilengkapi dengan sistem pengendali debu, atau sistem hampa udara
sentral atau cara lain yang sesuai.
2) Produk Basah
3) Cairan, krim, dan lotion harus diproduksi demikian rupa untuk mencegah
dari kontaminasi mikroba dan kontaminasi lainnya.
4) Penggunaan sistem produksi dan transfer secara tertutup sangat dianjurkan.
5) Bila digunakan sistem perpipaan untuk transfer bahan dan produk ruahan
harus dapat dijamin bahwa sistem yang digunakan mudah di bersihkan.
- Produk Aerosol
Pembuatan aerosol memerlukan pertimbangan khusus karena sifat alami dari
bentuk sediaan ini, dan Pembuatan harus dilakukan dalam ruang khusus yang
dapat menjamin terhindarnya ledakan atau kebakaran.
- Produk Kembalian
a. Produk kembalian hendaklah diidentifikasi dan disimpan terpisah di tempat
yang dialokasikan untuk itu atau diberi pembatas yang dapat dipindah-pindah
misalnya pembatas dari bahan pita, rantai atau tali.
b. Semua produk kembalian hendaklah diuji kembali apabila perlu, disamping
evaluasi fisik sebelum diluluskan untuk diedarkan kembali
c. Produk kembalian yang tidak memenuhi syarat spesifikasi hendaklah
ditolak. d. Produk yang ditolak hendaklah dimusnahkan sesuai Prosedur Tetap.
e. Catatan produk kembalian hendaklah dipelihara.
8. Dokumentasi
Dokumentasi hendaknya meliputi riwayat setiap bets, mulai dari bahan awal sampai
produk jadi. Sistem ini hendaknya merekam aktivitas yang dilakukan, meliputi
pemeliharaan peralatan, penyimpanan, pengawasan mutu, distribusi dan hal-hal
spesifik lain yang terkait dengan CPKB, Hendaknya ada sistem untuk mencegah
digunakannya
dokumen yang sudah tidak berlaku. Bila terjadi atau ditemukan suatu kekeliruan dalam
dokumen hendaknya dilakukan pembetulan sedemikian rupa sehingga naskah aslinya
harus tetap terdokumentasi. Bila dokumen merupakan instruksi, hendaknya ditulis langkah
demi langkah dalam bentuk kalimat perintah. Dokumen hendaklah diberi tanggal dan
disahkan, Salinan dokumen hendaklah diberikan kepada pihak-pihak yang terkait dan
pendistribusiannya dicatat dan Semua dokumen hendaknya direvisi dan diperbaharui
secara berkala, dokumen yang sudah tidak berlaku segera ditarik kembali dari pihak-pihak
terkait untuk diamankan.
- Spesifikasi
Semua spesifikasi harus disetujui dan disahkan oleh personil yang berwenang.
Spesifikasi bahan baku dan bahan pengemas meliputi Nama bahan, Uraian (deskripsi) dari
bahan, Parameter uji dan batas penerimaan (acceptance limits), Gambar teknis bila
diperlukan., Perhatian khusus misalnya kondisi penyimpanan dan keamanan bila perlu.
Spesifikasi Produk Ruahan dan Produk Jadi meliputi Nama produk, Uraian, Sifat-sifat
fisik, Pengujian kimia dan atau mikrobiologi serta batas penerimaannya bila perlu,
Kondisi penyimpanan dan peringatan keamanan bila perlu.
- Dokumen Produksi
- Dokumen Induk
Dokumen Induk harus tersedia setiap diperlukan. Dokumen ini berisi informasi :
a. Nama produk dan kode/nomor produk.
b. Bahan pengemas yang diperlukan dan kondisi
penyimpanannya. c. Daftar bahan baku yang digunakan.
d. Daftar peralatan yang digunakan.
e. Pengawasan selama pengolahan dengan batasanbatasan dalam pengolahan
dan pengemasan, bila perlu.
- Catatan Pembuatan Bets
a. Catatan pembuatan bets hendaklah disiapkan untuk setiap bets
produk. b. Dokumen ini berisi informasi mengenai:
1) Nama produk
2) Formula per bets.
3) Proses pembuatan secara ringkas.
4) Nomor bets atau kode produksi.
5) Tanggal mulai dan selesainya pengolahan dan pengemasan.
6) Identitas peralatan utama, lini atau lokasi yang digunakan.
7) Catatan pembersihan peralatan yang digunakan untuk pemrosesan .
8) Pengawasan selama pargolahan dan hasil uji laboratorium, seperti
misalnya catatan pH dan suhu saat diuji .
9) Catatan inspeksi pada lini pengemasan
10) Pengambilan contoh yang dilakukan setiap tahap proses pembuatan.
11) Setiap investigasi terhadap kegagalan tertentu atau ketidaksesuaian.
12) Hasil pemeriksaan terhadap produk yang sudah dikemas dan diberi label
- Catatan Pengawasan Mutu
Catatan setiap pengujian, hasil uji dan pelulusan atau penolakan bahan, produk antara,
produk ruahan dan produk jadi harus disimpan. Catatan yang dimaksud meliputi,
Tanggal
pengujian, Identifikasi bahan, Nama pemasok, Tanggal penerimaan, Nomor bets asli
dari
bahan baku bila ada, Nomor bets produk yang sedang dibuat, Nomor pemeriksaan
mutu, Jumlah yang diterima, Tanggal sampling, Hasil pemeriksaan mutu.
9. Audit Internal
Audit Internal terdiri dari kegiatan penilaian dan pengujian seluruh atau sebagian dari
aspek produksi dan pengendalian mutu dengan tujuan untuk meningkatkan sistem mutu.
Audit Internal dapat dilakukan oleh pihak luar, atau auditor profesional atau tim internal
yang dirancang oleh manajemen untuk keperluan ini. Pelaksanaan Audit Internal dapat
diperluas sampai ke tingkat pemasok dan kontraktor, bila perlu. Laporan harus dibuat
pada saat selesainya tiap kegiatan Audit Internal dan didokumentasikan dengan baik.
10. Penyimpanan
a. Area Penyimpanan
1) Area penyimpanan hendaknya cukup luas untuk memungkinkan
penyimpanan yang memadai dari berbagai kategori baik bahan maupun produk,
seperti bahan awal, produk antara, ruahan dan produk jadi, produk yang
dikarantina, dan produk yang lulus uji, ditolak, dikembalikan atau ditarik dari
peredaran.
2) Area penyimpanan hendaknya dirancang atau disesuaikan untuk
menjaminkondisi penyimpanan yang baik. Harus bersih, kering dan dirawat
dengan baik. Bila diperlukan area dengan kondisi khusus (suhu dan kelembaban)
hendaknya disediakan, diperiksa dan dipantau fungsinya.
3) Tempat penerimaan dan pengiriman barang hendaknya dapat melindungi
material daproduk dari pengaruh cuaca. Area penerimaan hendaknya dirancang
dan diberi peralatan untuk memungkinkan barang yang datangdapat dibersihkan
apabila diperlukan sebelum disimpan.
4) Area penyimpanan untuk produk karantina hendaknya diberi batas secara jelas.
5) Bahan berbahaya hendaknya disimpan secara
aman. b. Penanganan dan Pengawasan Persediaan
c. Penerimaan Produk
1) Pada saat penerimaan, barang dokumenhendaknya diperiksa dan dilakukan
verifikasi fisik dengan bantuan keterangan pada label yang meliputi tipe
barang dan jumlahnya.
2) Barang kiriman harus diperiksa dengan teliti terhadap kemungkinan terjadinya
kerusakan dan atau cacat. Hendaknya ada Catatan Pertinggal untuk setiap
penerimaan barang.
d. Pengawasan
1) Catatan-catatan harus dipelihara meliputi semua catatan penerimaan dan
catatan pengeluaran produk.
2) Pengawasan hendaknya meliputi pengamatan prinsip rotasi barang (FIFO).
3) Semua label dan wadah produk tidak boleh diubah, dirusak atau diganti.
b. Model
Kualitatif
Urut-urutan dalam membuat Analisa SWOT kualitatif, tidak berbeda jauh
dengan urut-urutan model kuantitatif, perbedaan besar diantara keduanya adalah
pada saat
pembuatan subkomponen dari masing-masing komponen. Apabila pada model
kuantitatif setiap subkomponen S memiliki pasangan subkomponen W, dan satu
subkomponen O memiliki pasangan satu subkomponen T, maka dalam model
kualitatif hal ini tidak terjadi. Selain itu, SubKomponen pada masing-masing
komponen (S-W-O-
T) adalah berdiri bebas dan tidak memiliki hubungan satu sama lain. Ini berarti model
kualitatif tidak dapat dibuatkan Diagram Cartesian, karena mungkin saja
misalnya, SubKomponen S ada sebanyak 10 buah, sementara subkomponen W hanya 6
buah.
Sebagai alat analisa, analisa SWOT berfungsi sebagai panduan pembuatan
peta. Ketika telah berhasil membuat peta, langkah tidak boleh berhenti karena peta
tidak menunjukkan kemana harus pergi, tetapi peta dapat menggambarkan banyak
jalan yang dapat ditempuh jika ingin mencapai tujuan tertentu. Peta baru akan berguna
jika tujuan telah ditetapkan. Bagaimana menetapkan tujuan adalah bahasan selanjutnya
yaitu membangun visi-misi organisasi atau program.
Berikut ini dijelaskan tambahan hal-hal yang
biasanya menjadi: - Kekuatan :
1) pajak penjualan
2) Produk baru atau pelayanan yg unik
3) Lokasi tempat perusahaan berada
4) Kualitas produk atau proses
- Kelemahan :
1) Kurangnya pengetahuan marketing
2) Produk yg tidak dapat dibedakan dgn produk kompetitor
3) Lokasi perusahaan yg terpencil
4) Kualitas produk yg jelek
5) Reputasi yg buruk
- Peluang :
1) Pasar yg berkembang
2) Penggabungan 2-3 perusahaan atau aliansi
3) Segmen pasar yg baru
4) Pasar internasional
5) Pasar yg luang karena kompetitor yg tidak sanggup memenuhi
permintaan customer
- Ancaman :
1) Kompetitor baru di area yg sama
2) Persaingan harga dgn kompetitor
3) Kompetitor mengeluarkan produk baru yg inovatif
4) Kompetitor memegang pangsa pasar terbesar
Diperkenalkannya
BAB III
PEMBAHASAN
Pengajuan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
di daftarkan di Online Single Submission (OSS) melalui web https://oss.go.id/, TDP saat
ini telah digantikan oleh nomor induk berusaha (NIB) yang juga memiliki fungsi sebagai
Angka Pengenal Impor (API) dengan lama waktu 1 hari dan tidak dikenai biaya e. Tahap
5 (Pendaftaran Perusahaan di kementerian Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
(KEMENAKERTRANS))
29
Proses ini memakan waktu 1 hari dan tidak dikenai
biaya f. Tahap 6 (pengajuan pendaftaran BPJS ketenaga
kerjaan)
Dilakukan secara online pada situs resmi BPJS Ketenagakerjaan, yaitu
http://bpjsketenagakerjaan.go.id. Proses ini memakan waktu sekitar dua hari kerja dan
pelaku usaha tidak akan dipungut biaya
g. Tahap 7 (Mendapatkan NPWP dan VAT Collector Number Nomor Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak (NPPKP))
Setelah proses pengesahan SK badan hukum untuk badan usaha berbentuk PT di
Direktorat Jendral Administrasi Hukum Umum di Kementerian Hukum dan
HAM, otomatis akan dikeluarkan NPWP atas nama PT. Citra Botanica.
Pemberitahuan bahwa NPWP perusahaan sudah selesai diproses disampaikan setelah
proses pengesahan akta dan SK di Kemenkumham. Informasi mengenai NPWP
tersebut disampaikan melalui email dari Direktorat Jendral Pajak
(eregistration@pajak.go.id).
Dalam pendirian PT. Citra Botanica membutuhkan waktu 14 hari dimulai dari
14
September 2020 sampai 28 September 2020 dengan total biaya sebesar Rp 2.200.000.-
30
PT. Citra Botanica akan mendirikan industri farmasi kosmetik bahan alam
yang bernama Industri Bening Kosmetik, izin usaha Industri Bening Kosmetik
diberikan oleh
31
Menteri Kesehatan dan wewenang pemberi izin dilimpahkan kepada Badan POM.
Alur permohonan izin pendirian industri Citra Botanica dimulai dari pemohon mengajukan
surat permohonan ke Menteri Kesehatan dengan tembusan kepada Badan POM, dan Dinas
Kesehatan Provinsi, selanjutnya badan POM melakukan pemeriksaan terhadap teknis
pemenuhan syarat pelaksanaan CPKB (Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik), dan Dinas
Kesehatan Provinsi melakukan pemeriksaan kelengkapan administrasi dari pemohon,
setelah itu Badan POM dan Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan surat rekomendasi
terkait hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, selanjutnya mentri kesehatan berhak untuk
menerima, menolak, atau menunda izin pendirian industri Citra Botanica yang diajukan
oleh pemohon secara objektif.
Persyaratan perizinan CPKB, verifikasi kelengkapan administratif kepada Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi, hingga Direktur Jendral menerbitkan izin industri membutuhkan
waktu total selama 2 bulan/(60) hari dengan biaya sebesar Rp 20.000.000,-
31
pertimbangan tata letaknya yang strategis yakni jauh dari pemukiman warga. Alasan pemilihan
lokasi industri ini karena mendekati tempat penghasil bahan baku yang
32
dibutuhkan untuk proses produksi, sehingga memudahkan akses untuk pengiriman
bahan baku ke pabrik.
3.3.3 Visi dan Misi Industri Bening
Kosmetik a. Visi Industri Bening
Kosmetik
Menjadikan warisan dari tradisi keluarga leluhur sebagai basis industri perawatan
kesehatan dan kecantikan melalui proses modernisasi teknologi berkelanjutan,
dan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan dari alam sebagai sumber bahan baku
utama.
b. Misi Industri Bening Kosmetik
Falsafah kesehatan dan kecantikan yang telah lama ditinggalkan masyarakat luas
digali kembali oleh putri keraton sebagai royal hartege untuk dibagikan kepada dunia
sebagai karunia tuhan dalam bentuk ilmu pengetahuan yang harus dipertahankan dan
dilestarikan.
Tata letak Industri Bening Kosmetik diuraikan menjadi beberapa area, yaitu:
1) Area perkantoran
2) Area fasilitas umum
3) Area penerimaan bahan baku
4) Area laboratorium
5) Area produksi
6) Area gudang.
7) Area karantima
8) Area utilitas
9) Area perluasan
3.3.5.2 Fasilitas
Industri Bening Kosmetik memiliki fasilitas dan peralatan untuk menjamin
produk yang dihasilkan. Beberapa diantaranya adalah:
1) Agiator
2) Boiler
3) Kompresor
4) Conveyor
5) Dryer
6) Feeder
7) Mixer
8) Komputer
3.3.6 Personalia
Industri Bening Kosmetik sangat mementingkan sumber daya manusia yang
kompeten dan profesional dibidangnya untuk membantu menentukan kualitas produk yang
akan dibuat dan keberhasilan Industri Bening Kosmetik. SDM yang dibutuhkan
sebanyak
31 orang terdiri dari S2, Apoteker, S1 Farmasi, dan lulusan SMA. Perekrutan
karyawan akan dilaksanakan pada bulan Januari 2021.
a. President Director
1) Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan di
bidang administrasi keuangan kepegawaian dan kesekretarian.
2) Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pengadaan dan
peralatan perlengkapan.
3) Merencanakan dan mengembangkan sumber-sumber pendapatan
serta pembelanjaan dan kekayaan perusahaan.
4) Mengendalikan uang pendapatan, hasil penagihan rekening penggunaan
air dari langganan.
5) Melaksanakan tugas-tugas yang di berikan Dewan Direksi.
6) Dalam melaksanakan tugas-tugas Direktur Umum bertanggung jawab kepada
Dewan direksi.
7) Memimpin seluruh dewan atau komite eksekutif.
8) Menawarkan visi dan imajinasi di tingkat tertinggi (biasanya bekerja
sama dengan MD atau CEO)
9) Memimpin rapat umum, dalam hal; untuk memastikan pelaksanaan tata tertib:
keadilan dan kesempatan bagi semua untuk berkontribusi secara tepat;
mengarahkan diskusi kearah consensus; menjelaskan dan
menyimpulkan tindakan dan kebijakan.
10) Bertindak sebagai perwakilan organisasi dalam hubungannya dengan
dunia luar.
11) Memainkan bagian terkemuka dalam menentukan komposisi dari board
dan sub- komite, sehingga tercapai keselarasan dan efektivitas.
12) Mengambil keputusan sebagaimana di delegasikan oleh BOD atau pada
situasi tertentu yang dianggap perlu, yang diputuskan dalam meeting BOD.
13) Menjalankan tanggung jawab dari direktur perusahaan sesuai dengan standar
etika dan hokum, sebagai referensi dalam (apapun standar dokumen kebijakan
direktur yang mungkin anda gunakan).
b. HRD Manager
HRD berfungsi untuk mengelola keahlian, meningkatkan, dan memotivasi mereka
untuk mencapai kinerja terbaik dan memastikan mereka tetap berkomitmen pada
perusahaan. Secara singkat, HRD berhubungan dengan manajemen karyawan dari
rekrutmen hingga pensiun. Walaupun ada banyak fungsi HRD, berikut ini adalah 5
dari tugas pokoknya:
1) Rekrutmen dan Pemilihan karyawan
2) Orientasi
3) Memelihara kondisi kerja yang kondusif
4) Mengelola hubungan antar karyawan
5) Pengembangan dan Training
c. Plant Manager
Plant Manager merupakan orang yang bertanggung jawab penuh terhadap gerak
majunya suatu perusahaan karena di sini Plant Manager merencanakan semua
kegiatan yang akan dilaksanakan dalam sebuah perusahaan. Tugas dari plant
manager antara lain:
1) Mengontrol kinerja manajer
2) Bertanggung jawab atas keseluruhan pabrik atau perusahaan
3) Mengontrol bisnis plant yang telah dibuat terhadap kondisi riel yang ada
di lapangan
4) Secara berkala mengadakan pertemuan guna melakukan peninjauan
ulang terhadap semua kegiatan yang telah dan sedang berjalan.
5) Memeriksa pencapaian program serta memberi masukan– masukan
terhadap persoalan yang dihadapi serta memberikan ide – ide perbaikan.
6) Memeriksa pelaksanaan kegiatan di lapangan dan menilai secara
langsung pelaksanaan kegiatan di lapangan.
d. Merketing Manager
1) Bertanggung jawab terhadap Manager Umum.
2) Menetapkan tujuan dan sasaran jalannya operasional perusahaan dan
strategi penjualan kepada konsumen.
3) Membuat analisa terhadap pangsa pasar dan menentukan strategi
penjualan terhadap konsumen atau pelanggan.
4) Menganalisis laporan yang dibuat oleh bawahannya.
5) Mengoptimalkan kerja staf dan administrasi dibawah wewenangnya
untuk mencapai tujuan perusahaan.
6) Memberikan pelayanan yang prima kepada setiap konsumen atau pelanggan.
7) Manajer pemasaran bertanggung jawab terhadap perolehan hasil
penjualan dan penggunaan dana promosi.
8) Manajer pemasaran membina bagian pemasaran dan mebimbing
seluruh karyawan dibagian pemasaran
e. Finance Manager
Departemen ini bertugas merencanakan dan mengendalikan semua kegiatan
keuangan, menyajikan laporan dan analisa keuangan untuk mendukung operasional
perusahaan.
f. Technical Manager
Departemen ini bertugas merencanakan, mengkoordinasi danmengendalikan
kegiatan di bagian teknik dalam perawatan maupun perbaikan mesinproduksi dan
sarana penunjang.
g. R&D Manager
R&D pada industri farmasi adalah serangkaian proses penelitian dan
pengembangan yang ditujukan untuk menemukan produk Farmasi baru atau
memperbaiki kualitas produk yang telah ada (kualitas meliputi: safety,
effectiveness, acceptance). R&D Manager membawahi 3 bagian penting yaitu
Product dev, Packaging dev, Registration Off. Tugas Bagian R&D dalam industri
farmasi adalah:
1) Membuat produk baru, novel product (new moleculle entities dan
senyawa modifikasi)
2) Mengembangkan produk yang telah ada (me too product), yang
meeliputi: Perbaikan bentuk sediaan
Perbaikan kemasan
Perbaikan dosis
Perbaikan formula
3) Mengawasi proses scale-up
4) Melakukan pendaftaran produk pada regulator (BPOM, European Drug
Regulator, FDA, dll)
5) Membuat rumusan metode analisis, yang akan digunakan sebagai
prosedur tetap analisis produk yang dibuat.
h. Production Manager
Manajer produksi seorang yang terlibat perencanaan, koordinasi dan
kontrol dari proses mmanufaktur dan bertanggung jawab memastikan barang dan
jasa diproduksi secara efisien, jumlah produksi yang benar & akurat, diproduksi
sesuai dengan anggaran biaya yang tepat dan berkualitas sesuai standar
perusahaan. Production Manager membawahi 2 bagian penting yaitu Prodution
Suprevisor, Packaging Suprevisor. Tugas pekerjaan manajer produksi meliputi:
1) Melakukan perencanaan dan pengorganisasian jadwal produksi
2) Menilai proyek dan sumber daya persyaratan.
3) Memperkirakan, negosiasi dan menyetujui anggaran dan rentang
waktu dengan klien dan manajer
4) Menentukan standar kontrol kualitas
5) Mengawasi proses produksi
6) Merenegosiasi rentang waktu atau jadwal yang diperlukan
7) Melakukan pemilihan, pemesanan dan bahan pembelian
8) Mengorganisir perbaikan dan pemeliharaan rutin peralatan produksi
9) Menjadi penghubung dengan pembeli, pemasaran dan staf penjualan
10) Mengawasi pekerjaan staf junior
i. QC / Lab Manager
Quality Control (QC) / Lab Manager membawahi 3 bagian penting yaitu Lab
Suprevisor, Microbiologi, IPC Spv. Tugas pekerjaan QC / Lab Manager meliputi :
Total Investasi
PBP =
X 1 Tahun
Laba bersih
9.100.000.000
X 1 Tahun
= X 1 tahun
8.820.000.000
= 1.03
3.3.9 Produksi
3.3.9.1 Pengadaan Bahan
Industri Bening Kosmetik melakukan rencana pengadaan tahunan bahan untuk
Industri Kosmetik Bahan Alam oleh bagian PPIC. Setelah PPIC mempunyai format
perencanaan bahan, kemudian dilakukan permintaan bahan ke bagian pengadaan,
kemudian bagian pengadaan memproses hingga bahan datang. Bahan yang sudah datang
dan sesuai kebutuhan dilakukan proses produksi pada bagian produksi.
Industri Industri Bening Kosmetik dalam Proses produksi Kosmetik Bahan Alam
mengacu pada standar nasional yaitu dari Farmakope Indonesia dan Cara Pembuatan
Kosmetik yang Baik (CPKB). Kegiatan Produksi meliputi : Bahan awal, Bahan
diverifikasi, Penomoran bacth, jika bahan tidak sesuai bahan akan ditolak dan diberi label
‘DITOLAK’ dan jika bahan sesuai dilakukan system penomoran batch, kemudian bahan
yang telah diberi nomor batch ditimbang dan diukur, lalu diolah sesuai persedur. Bahan
yang telah diolah menghasilkan produk kering dan produk basah, kemudian produk diberi
label dan dikemas sebagai produk jadi. Produk jadi dikarantina terlebih dahulu, setelah itu
dapat dikirim kebagian gudang produk jadi sebelum didistribusikan.
3.3.9.3. Distribusi
Produk yang telah di produksi dari Industri Bening Kosmetik akan dikirim
langsung ke distributor dan selanjutnya distributor yang akan menyalurkan produk
principal tersebut hingga ke retailer yang berupa apotek, klinik kecantikan dan toko
kosmetik. Oleh karena itu, untuk memudahkan proses distribusi hingga ke retailer, maka
Industri Bening Kosmetik
41
menggunakan Sales Trcaking System, yang dirancang untuk memudahkan pekerjaan
sales dalam pengiriman produk, pengambilan pesanan, hingga menerima pembayaran.
3.3.9.4 Pemasaran
Strategi pemasaran yang dilakukan oleh Industri Bening Kosmetik
dengan
Produk Shampoo Alamanda yaitu sebagai berikut:
1. Strategi Penetrasi
Pasar
Bening Kosmetik menggunakan strategi ini dengan memproduksi lebih
banyak
lagi produk-produk yang sudah dipasarkan. Tujuan dalam strategi ini yaitu untuk
meningkatkan target penjualan yang akan membawa Bening Kosmetik menjadi
brand nomer 1. Selain memasarkan melalui media pasar, Bening Kosmetik juga
menggunakan media iklan dan promosi lainnya untuk meyakinkan pelanggan ataupun
pembeli yang baru menggunakan produk Bening Kosmetik. Media yang digunakan yaitu
seperti instagram, twitter, facebook, televisi dan lainnya.
Strategi ini bertujuan meningkatkan pemasaran produk yang telah ada untuk melewati
pesaing-pesaing pasar baru dengan meluaskan pangsa pasar serta menciptakan
produk baru maupun dengan menambahkan keistimewaan produk yang sesuai dengan
kebutuhan pelanggan. Ini berkaitan dengan pernyataan bahwa Bening kosmetik bukan
hanya untuk wamita atau laki-laki saja namun telah berkembang menjadi lebih maju
yang dapat dinikmati oleh universal.
4. Strategi Disversifikasi
Untuk strategi ini perusahaan menambahkan produk baru khusus untuk para
pembeli yang baru memakai produk bening Kosmetik. Ini bertujuan agar bisnis
yang dijalankan dapat menghasilkan perluasan produk dengan memakai teknologi yang
terbaru yang sesuai dengan zaman.
42
3.4 Metode Analisis SWOT Industri Bening Kosmetik
3.4.1 Strenght (Kekuatan)
1) Lokasi Strategis
2) Industri Bening Kosmetik memiliki karyawan yang sangat berkompeten
dalam bidang kosmetika bahan alam.
3) Adanya program pelatihan dan bimbingan yang dilakukan secara terus menerus
membuat Industri Bening Kosmetik senantiasa dapat berkembang dan
berinovasi mengikuti perkembangan jaman.
4) Suasana dalam Industri Bening Kosmetik dilengkapi dengan sarana
dan prasarana yang lengkap membuat karyawan dapat mengeluarkan
kemampuan dan inovasi-inovasi terbaik mereka.
5) Bening kosmetik mengeluarkan produk Shampoo alami dengan formulasi terbaik
6) Dapat digunakan baik laki-laki maupun perempuan
7) Harga terjangkau dengan kualitas yang ditawarkan
43
3.4.4 Threat (Ancaman)
1) Industri kosmetika bahan alam merupakan industri yang telah banyak
digeluti oleh industri lain sebelum Bening Kosmetik
2) Bening Kosmetik merupakan industri baru yang produknya belum
banyak diketahui oleh masyarakat sehingga harus dilakukan promosi yang
sangat gencar
3) Munculnya produk baru dengan meniru inovasi dari Bening Kosmetik
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
Dari makalah yang telah disusun, adapun kesimpulan ada sebagai berikut:
Pendirian PT Citra Botanica dilakukan melalui 7 tahap membutuhkan waktu 14
hari dimulai dari 14 september 2020 sampai 28 sepetember 2020 dengan total
biaya Rp
2.200.000 yaitu Pengecekan dan Pendaftaran Nama Perseroan dengan lama waktu 2
hari dengan biaya Rp. 200.000,- , Pembuatan Akta Pendirian PT Citra
Botanica dengan lama waktu 1 hari kerja dengan biaya maksimal Rp 1.000.000,-
disesuaikan dengan notaris, Pengajuan Izin Pendirian Badan Hukum dengan lama
waktu kerja 1 hari dengan biaya sekitar 1.000.000,-, Pengajuan Surat Izin
Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dengan waktu 1
hari dan tidak dipungut biaya, Pendaftaran Perusahaan di Kementerian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi (KEMENAKERTRANS) dengan waktu 1 hari dan tidak dipungut
biaya, Pengajuan Pendaftaran BPJS Ketenagakerjaan dengan waktu 2 hari dan
tidak dipungut biaya, serta Mendapatkan NPWP dan VAT Collector Number
Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak NPPKP.
Proses mendapatkan izin industri kosmetik dari Direktur Jenderal
Kementerian Kesehatan yang sebelumnya dilakukan Rencana Induk
Pembangunan (RIP), Pengajuan Permohonan Prinsip dan Permohonan Izin Industri
yang dilakukan 8 tahap yaitu Surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU), Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat Izin Tempat Usaha (SITU), Surat Izin Usaha
Industri (SIUI), Surat Izin Usaha Perdagangan, Surat Izin Mendirikan Bangunan
(SIMB), Surat Izin Produksi dan Izin Edar membutuhkan waktu total selama 2
bulan/60 hari dengan biaya sebesar Rp.
20.000.000.-
Pengadaan Sarana, Prasarana, SDM, Produksi, Distribusi Dan Pemasaran
a. Industri Bening Kosmetik berlokasi di Jl. Pangeran Antasari No.27,
RT.05/RW.010, Kalianda, Lampung Selatan karena daerah tersebut merupakan
daerah yang mempunyai perkembangan yang pesat, daerah tersebut merupakan
daerah kawasan industri yang paling diminati oleh para investor untuk
mendirikan industri. Industri Bening Kosmetik rencananya akan didirikan diatas
tanah dengan luas tanah 1 hektare. Dan dirancang selama 1 tahun.
b. Industri Bening Kosmetik dirancang memiliki bangunan dengan area
perkantoran, area fasilitas umum, area penerimaan bahan baku, area
laboratorium, area produksi, area karantina, area gudang, area utilitas, dan area
perluasan.
45
c. Industri Bening Kosmetik akan melaksanakan perekrutan karyawan pada bulan
Januari 2021. SDM yang dibutuhkan sebanyak 29 orang terdiri Apoteker (5 orang
), S1 Farmasi (10 orang), dan lulusan SMA (14 orang).
d. Rancangan industri kosmetika bahan alam terdiri dari lahan, pendirian
bangunan, menyediakan fasilitas dan peralatan, personalia, proses produksi
kosmetika tradisional memerlukan biaya Rp 9.100.000.000. Penghasilan bersih
per tahun adalah Rp. 8.820.000.000. maka PBP dapat diperoleh kembali
seluruhnya pada tahun 1.03 tahun produksi.
e. Industri Bening Kosmetik memproduksi shampoo dari bahan alam yaitu
daun alamanda (Allamanda Cathartica L.). Shampoo Alamanda yang telah di
produksi dari akan dikirim langsung ke distributor dan selanjutnya distributor
yang akan menyalurkan produk principal tersebut hingga ke retailer yang
berupa apotek, klinik kecantikan dan toko kosmetik.
4. Analisa SWOT industri Bening Kosmetik yaitu str enght (Kekuatan)
memiliki apoteker, karena dalam proses rekrutmen sangat selektif dalam memilih
karyawannya, Weaksness (Kelemahan) dengan melakukan kerja sama dengan
perusahaan lain baik dalam negeri masih belum banyak, Opportunity (Kesempatan)
yaitu seiring perkembangan zaman produk kosmetik, terutama bahan alam sangat
diminati oleh masyarakat, belum ada produk industri kosmetik yang
memproduksi shampoo berbahan alam dari daun alamanda (Allamanda catratica L).
Treat (Ancaman), perusahaan baru yang produknya belum banyak diketahui oleh
masyarakat sehingga harus
dilakukan promosi yang sangat gencar.
4.2 Saran
46
DAFTAR PUSTAKA
Kapala Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2010, Pedoman Cara Pembuatan
Kosmetik yang Baik. Jakarta.
Pedoman Pelayanan Perizinan Industri Obat Tradisional Direktorat Bina Produksi Dan
Distribusi Kefarmasian Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI 2011
Petunjuk Mengurus Izin Dan Rekomendasi Sektor Industri dan Perdagangan Biro
Umum dan Hubungan Masyarakat Website : http:\\www.dprin.go.id