OLEH :
KELOMPOK 5
DOSEN :
Prof. Dr. Teti Indrawati, MS.,Apt.
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat serta karunia-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Proposal ini disusun
Pada kesempatan ini kami juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Teti Indrawati, MS, Apt. selaku dosen mata kuliah Farmasi
Industri.
Harapan saya semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya terutama bagi mahasiswa / mahasiswi ISTN. Saya menyadari dalam tulisan ini
masih terdapat banyak kekurangan yang disebabkan keterbatasan pengetahuan yang saya
miliki, sehingga saya sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran dari pembaca sekalian
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
2.8 Masa Berlaku Perizinan Industri Obat Semisolid Non Betalaktam ..... 18
2.9 Alur Persetujuan Prinsip Industri Obat Semisolid Non Betalaktam .... 19
2.10 Alur Permohonan Izin Industri Obat Semisolid Non Betalaktam ........ 20
2.11 Bangunan Industri Obat Semisolid Non Betalaktam ........................... 21
2.11.1 Sarana dan Prasarana ............................................................. 21
2.11.2 Personalia ............................................................................... 25
2.11.3 Proses Produksi ...................................................................... 25
2.12 Cara Pembuatan Obat Semisolid Non Betalaktam .............................. 26
2.13 Contoh Proposal Industri Obat Semisolid Non Betalaktam................. 28
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................. 39
3.1 Gambaran Umum PT. Koful Abadi ..................................................... 39
3.1.1 Profil PT. Koful Abadi ........................................................... 39
3.1.2 Cara Mendirikan Industri Obat Semisolid Non Betalaktam .. 39
3.1.3 Lokasi PT. Koful Abadi ......................................................... 42
3.1.4 Visi dan Misi PT. Koful Abadi .............................................. 42
3.1.5 Struktur Organisasi PT. Koful Abadi..................................... 43
3.1.6 Tahapan Mendapatkan Izin Cara Mendirikan Industri Obat
Semisolid Non Betalaktam .................................................... 51
3.1.7 Personalia ............................................................................... 53
3.1.8 Produksi ................................................................................. 54
3.1.9 Sarana dan Prasarana ............................................................. 54
3.2 Kelengkapan Persyaratan Pendirikan Industri PT. Koful Abadi dari
Departemen Kesehatan......................................................................... 55
3.2.1 Kelengkapan Persyaratan Persetujuan Prinsip ....................... 55
3.2.2 Kelengkapan Persyaratan Permohonan Izin .......................... 56
3.3 Ruang Lingkup Cara Pembuatan Obat Semisolid Non Betalaktam
Departemen Kesehatan......................................................................... 56
3.3.1 Manajemen Mutu ................................................................... 56
3.3.2 Personalia ............................................................................... 57
3.3.3 Bangunan, Fasilitas, dan Peralatan ........................................ 57
3.3.4 Sanitasi dan Higiene .............................................................. 59
3.3.5 Dokumentasi .......................................................................... 59
3.3.6 Produksi ................................................................................. 59
iv
3.3.7 Pengawasan Mutu .................................................................. 60
3.3.8 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak ...................... 61
3.3.9 Cara Penyimpanan dan Pengiriman Obat yang Baik ............. 61
3.3.10 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali
Produk dan Produk Kembalian .............................................. 63
3.3.11 Inspeksi Diri ........................................................................... 64
3.4 Aspek Finansial PT. Koful Abadi ........................................................ 65
3.4.1 Rencana Anggaran Tahun ke-1 .............................................. 65
3.4.2 Proyeksi Pengeluaran Tahun ke-1 ......................................... 65
3.4.3 Pendapatan 1 Tahun Pertama ................................................. 67
3.4.4 Perkiraan laba/Rugi Tahun ke-1 ............................................ 67
3.4.5 Perhitungan Batas Laba/Rugi/BEP ........................................ 67
3.4.6 Pemasaran Produk .................................................................. 68
3.5 Metode Analisis SWOT PT. Koful Abadi ........................................... 68
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 70
4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 72
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
mengetahui cara pembuatan proposal pendirian industri obat dan berguna dimasa
yang akan datang.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1. Mengetahui proses mendirikan Industri Obat Semisolid Non Betalaktam
2. Mengetahui alur proses perizinan industri Obat Semisolid Non Betalaktam
3. Mengetahui syarat perizinan untuk membangun industri Obat Semisolid Non
Betalaktam
4. Mengetahui perolehan biaya dan BEP dari suatu perusahaan
5. Mengetahui penerapan Aspek CPOB dalam industri Obat Semisolid Non
Betalaktam
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Industri Farmasi
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengelolaan bahan mentah atau
barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah guna
mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi
merupakan bagian dari industri. Hasil dari industri ini tidak hanya berupa barang,
akan tetapi juga dalam bentuk jasa.
Untuk mendapatkan obat yang baik maka harus sesuai dengan cara
pembuatan obat yang baik (CPOB). Suatu produksi harus berjalan sesuai dengan
CPOB untuk menjamin bahwa tingkat kualitas dapat terpelihara, dan tidak rusak
oleh proses apapun. Dalam pembuatan obat, pengawasan yang menyeluruh
disertai pemantauan sangat penting untuk menjamin agar konsumen
memperoleh produk yang memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan. Mutu
produk tergantung dari bahan awal, proses produksi dan pengawasan mutu,
3
bangunan, peralatan dan personalia yang menangani. Hal ini berkaitan dengan
seluruh aspek produksi dan pemeriksaan mutu
Dalam pelaksanaan pelayanan izin Industri Farmasi, pelaksana
pelayanan perizinan dan pemohon harus mengikuti alur tata cara perizinan yaitu
memiliki persyaratan prinsip dan persyaratan persetujuan. Sesuai Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri
Farmasi bahwa pengaturan yang komprehensif sangat diperlukan dalam
mengantisipasi penerapan perdagangan internasional di bidang farmasi, yang
artinya dalam memproduksi obat dilakukan sesuai dengan ketentuan Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), begitu pun juga dengan produksi obat
semisolid non betalaktam harus dilakukan sesuai dengan ketentuan Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
2.3 Tahapan Untuk Mendapatkan Izin Industri Obat Semisolid Non Betalaktam
dari Departemen Kesehatan
Untuk memperoleh izin Industri Obat Semisolid non Betalaktam
diperlukan persetujuan prinsip. Permohonan Persetujuan Prinsip diajukan secara
tertulis kepada Direktur Jenderal BPOM. Persetujuan Prinsip diberikan oleh
Direktur Jenderal BPOM setelah Industri Obat Semisolid non Betalaktam
memperoleh persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) dari Kepala
Badan. Dalam hal permohonan persetujuan prinsip telah diberikan, Industri Obat
Herbal Terstandar dapat langsung melakukan persiapan, pembangunan,
pengadaan, pemasangan, dan instalasi peralatan, termasuk produksi percobaan
dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5
Pembangunan (RIP) paling lama dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari
kerja sejak permohonan.
d. Permohonan persetujuan prinsip sebagaimana dimaksud diajukan dengan
kelengkapannya.
e. Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal paling lama dalam
waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan.
f. Jika persetujuan prinsip diterima, maka Industri Obat Semisolid Non
Betalaktam akan melaksanakan pembangunan fisik, Industri Obat Semisolid
Non Betalaktam wajib menyampaikan laporan informasi kemajuan
pembangunan fisik setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Direktur Jenderal
dengan tembusan kepada Kepala Badan dan Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi.
g. Dalam pelaksanaan penyelesaian pembangunan fisik, atas permohonan
pemohon Industri Obat Semisolid Non Betalaktam diberikan jangka waktu 3
(tiga) tahun dan dapat diperpanjang oleh Direktur Jenderal untuk paling
lama 1 (satu) tahun.
Permohonan Persetujuan Prinsip yang diajukan dilengkapi dengan
persyaratan sebagai berikut:
Fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
Fotokopi KTP/identitas direksi dan komisariat perusahaan;
Susunan direksi dan komisaris;
Pernyataan direksi dan komisaris tidak pernah terlibat pealanggaran
peraturan perundang-undangan di bidang farmasi;
Fotokopi sertifikat tanah;
Fotokopi surat izin tempat usaha berdasarkan undang-undang gangguan
(HO);
Fotokopi surat tanda daftar perusahaan;
Fotokopi surat izin usaha perdagangan;
Fotokopi nomor induk wajib pajak (NPWP);
Persetujuan lokasi dari Pemerintah Daerah Provinsi;
Persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP);
6
Rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat;
Asli surat pernyataan ketersediaan bekerja penuh dari masing-masing
apoteker penanggung jawab produksi, apoteker penanggung jawab
pengawasan mutu, apoteker penanggung jawab pemastian mutu.
2.6 Permohonan Izin
7
g. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari sejak dinyatakan memenuhi
kelengkapan persyaratan administratif, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
mengeluarkan rekomendasi pemenuhan persyaratan administratif kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan pemohon.
h. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima
rekomendasi serta persyaratan lainnya, Direktur Jenderal menerbitkan izin
industri farmasi.
Permohonan Izin Industri Obat Semisolid Non Betalaktam diajukan
dengan kelengkapan sebagai berikut:
Fotokopi Persetujuan Prinsip Industri Obat Semisolid Non Betalaktam;
Surat persetujuan penamanan modal untuk industri farmasi dalam rangka
penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri;
Daftar peralatan dan mesin-mesin yang digunakan;
Jumlah tenaga kerja dan kualifikasinya;
Fotokopi sertifikat upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan
lingkungan dan analisis mengenai dampak lingkungan;
Rekomendasi kelengkapan adminsitratif izin Industri Obat Semisolid Non
Betalaktam dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi;
Rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOB dari Kepala Badan;
Daftar pustaka wajib;
Asli surat pernyataan bekerja full time dari masing masing apoteker
produksi, pengawasan mutu dan pemasitan mutu;
Fotokopi surat pengangkatan masing-masing apoteker;
Fotokopi Ijazah dan STRA masing-masing apoteker;
Surat pernyatan komisaris dan direksi tidak terlibat pelanggaran undang-
undang
2.7 Tahapan Untuk Mendapatkan Izin Industri Obat Semisolid Non
Betalaktam dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan
2.7.1 Izin Usaha Industri (IUI)
8
perusahaan seluruhnya di atas Rp 200.000.000,- (tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Perindustrian Nomor 148/M/SK/7/1995 tanggal 11 Juli 1995 maka Izin
Usaha Industri (IUI) Obat Semisolid Non Betalaktam harus diurus
melalui Tahap Persetujuan Prinsip. IUI Melalui Tahap Persetujuan
Prinsip diberikan kepada Perusahaan Industri untuk langsung dapat
melakukan persiapan-persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan,
pemasangan instalasi/peralatan dan lain-lain yang diperlukan.
1. Fotokopi NPWP;
2. Fotokopi Akte Pendirian Perusahaan.
Persetujuan Prinsip dikeluarkan dalam waktu 14 hari kerja
setelah persyaratan diterima secara lengkap dan benar, dengan masa
berlaku selama-lamanya 4 tahun. Persetujuan Prinsip bukan merupakan
izin untuk melakukan produksi komersial.
1. Fotokopi NPWP;
2. Fotokopi Akte Pendirian Perusahaan yang telah disahkan oleh
Departemen Kehakiman dan HAM;
3. Fotokopi IMB;
4. Fotokopi KTP/Nama Direksi dan Dewan Komisaris;
5. Fotokopi Persetujuan Prinsip;
6. Formulir Model Pm-II (informasi pembangunan proyek);
7. Fotokopi UKL dan UPL atau SPPL;
9
8. Fotokopi Izin Lokasi;
9. Foto Copy izin UU Gangguan atau AMDAL.
2.7.2 Wajib Daftar Perusahaan (WDP)
Setiap perusahaan, termasuk perusahaan asing yang
berkedudukan dan menjalankan usahanya di wilayah Negara Republik
Indonesia dan telah memiliki izin, wajib didaftarkan dalam Daftar
Perusahaan. Perusahaan adalah meliputi bentuk usaha Perseroan
Terbatas (PT), Koperasi, Persekutuan Komanditer (CV), Firma (Fa),
Perorangan dan perusahaan lain yang melaksanakan kegiatan usaha
dengan tujuan memperoleh keuntungan atau laba. Daftar Perusahaan
adalah daftar catatan resmi yang diadakan menurut atau berdasarkan
ketentuan Undang-Undang WDP dan atau peraturan-peraturan
pelaksanaannya dan memuat hal-hal yang wajib didaftarkan oleh setiap
perusahaan serta disahkan oleh pejabat yang berwenang dari Kantor
Pendaftaran Perusahaan.
10
2.7.3 Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) adalah surat izin untuk
dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan. Setiap perusahaan
yang melakukan kegiatan usaha perdagangan wajib memperoleh
SIUPyang diterbitkan berdasarkan domisili perusahaan dan berlaku
diseluruh wilayah Republik Indonesia. SIUP Besar yang diterbitkan
untuk perusahaan dengan modaldisetor dan kekayaan bersih di atas Rp.
500 juta di luar tanahdan bangunan.
12
2.7.6 Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
SITU adalah izin yang diberikan kepada perorangan,
perusahaan, dan badan usaha untuk memperoleh izin tempat usaha
sesuai dengan tata ruang wilayah yang diperlukan dalam rangka
penanaman modal. Dasar hukum untuk SITU biasanya dikeluarkan
oleh Pemerintah Daerah berupa Perda.
13
Fotocopy retribusi
Fotocopy akta pendirian perusahaan bagi perusahaan yang
berbadan hukum/badan usaha.
Surat pelimpahan penggunaan tanah.
2.7.7 Surat Izin Usaha Industri (SIUI)
Merupakan surat Izin yang membutuhkan legalitas atau
pemenuhan berkas untuk mendukung usaha yang bergerak di bidang
industri. Izin usaha ini wajib dimiliki oleh usaha yang memiliki modal
sebesar Rp 5 juta sampai Rp 200 juta. Untuk mendapatkan surat ini
pengusaha dapat mengajukan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
Daerah Tingkat II Kabupaten atau Kota. Sedangkan bila usaha sudah
berkembang dan meliputi usaha besar dapat mengajukan di Pelayanan
Perizinan Terpadu Tingkat I Provinsi atau BKPM. Setiap daerah
terkadang terdapat perbedaan dalam kepengurusan Izin Usaha Indsutri.
Untuk itu diperlukan pencarian informasi lebih lanjut tentang syarat
pengajuan di daerah serta dokumen yang dibutuhkan sesuai jenis
industri yang dijalankan.
14
2.7.9 Tanda Daftar Industri (TDI)
15
2.7.12. Sertifikat Halal MUI
Bagi perusahaan yang ingin memperoleh sertifikat halal
LPPOM MUI, baik industri pengolahan (pangan, obat, kosmetika),
Rumah Potong Hewan (RPH) dan restoran/ katering/ dapur, harus
melakukan pendaftaran sertifikasi halal dan memenuhi persyaratan
sertifikasi halal. Berikut ini adalah tahapan yang dilewati perusahaan
yang akan mendaftar proses sertifikasi halal (7):
1. Memahami Persyaratan Sertifikasi Halal dan Mengikuti Pelatihan
SJH.
Perusahaan harus memahami persyaratan sertifikasi halal
yang tercantum dalam HAS 23000. Ringkasan HAS 23000 dapat
dilihat disini Dokumen HAS 23000 dapat dipesan disini (e-store).
Selain itu, perusahaan juga harus mengikuti pelatihan SJH yang
diadakan LPPOM MUI, baik berupa pelatihan reguler maupun
pelatihan online (e-training). Informasi mengenai pelatihan SJH
dapat dilihat disini (7).
2. Menerapkan Sistem Jaminan Halal (SJH)
Perusahaan harus menerapkan SJH sebelum melakukan
pendaftaran sertifikasi halal, antara lain: penetapan kebijakan
halal, penetapan Tim Manajemen Halal, pembuatan Manual SJH,
pelaksanaan pelatihan, penyiapan prosedur terkait SJH,
pelaksanaan internal audit dan kaji ulang manajemen. Untuk
membantu perusahaan dalam menerapkan SJH, LPPOM MUI
membuat dokumen pedoman yang dapat dipesan disini (7).
3. Menyiapkan Dokumen Sertifikasi Halal
Perusahaan harus menyiapkan dokumen yang diperlukan
untuk sertifikasi halal, antara lain: daftar produk, daftar bahan dan
dokumen bahan, daftar penyembelih (khusus RPH), matriks
produk, Manual SJH, diagram alir proses, daftar alamat fasilitas
produksi, bukti sosialisasi kebijakan halal, bukti pelatihan internal
dan bukti audit internal. Penjelasan mengenai dokumen sertifikasi
16
halal dapat dilihat di user manual Cerol yang dapat diunduh disini
(7)
.
4. Melakukan Pendaftaran Sertifikasi Halal (upload data)
Pendaftaran sertifikasi halal dilakukan secara online di
sistem Cerol melalui website www.e-lppommui.org. Perusahaan
harus membaca user manual Cerol terlebih dahulu untuk
memahami prosedur sertifikasi halal yang dapat diunduh disini.
Perusahaan harus melakukan upload data sertifikasi sampai
selesai, baru dapat diproses oleh LPPOM MUI (7).
5. Melakukan Monitoring Pre Audit dan Pembayaran Akad
Sertifikasi
Setelah melakukan upload data sertifikasi, perusahaan
harus melakukan monitoring pre audit dan pembayaran akad
sertifikasi. Monitoring pre audit disarankan dilakukan setiap hari
untuk mengetahui adanya ketidaksesuaian pada hasil pre audit.
Pembayaran akad sertifikasi dilakukan dengan mengunduh akad di
Cerol, membayar biaya akad dan menandatangani akad, untuk
kemudian melakukan pembayaran di Cerol dan disetujui oleh
Bendahara LPPOM MUI melalui email ke:
bendaharalppom@halalmui.org (7).
6. Pelaksanaan Audit
Audit dapat dilaksanakan apabila perusahaan sudah lolos
pre audit dan akad sudah disetujui. Audit dilaksanakan di semua
fasilitas yang berkaitan dengan produk yang disertifikasI (7).
7. Melakukan Monitoring Pasca Audit
Setelah melakukan upload data sertifikasi, perusahaan
harus melakukan monitoring pasca audit. Monitoring pasca audit
disarankan dilakukan setiap hari untuk mengetahui adanya
ketidaksesuaian pada hasil audit, dan jika terdapat ketidaksesuaian
agar dilakukan perbaikan (7)
8. Memperoleh Sertifikat Halal
17
Perusahaan dapat mengunduh Sertifikat halal dalam bentuk
softcopy di Cerol. Sertifikat halal yang asli dapat diambil di kantor
LPPOM MUI Jakarta dan dapat juga dikirim ke alamat
perusahaan. Sertifikat halal berlaku selama 2 (dua) tahun (7).
2.8 Masa Berlaku Perizinan Industri Obat Semisolid Non Betalaktam
Setiap perubahan alamat lokasi yang sama atau perubahan alamat dan
pindah lokasi, perubahan penanggung jawab atau nama industri harus dilakukan
perubahan izin dengan mengajukan permohonan perubahan izin kepada Direktur
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
dengan tembusan kepada Kelapa BPOM dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
19
g. Dalam pelaksanaan penyelesaian pembangunan fisik, atas permohonan
pemohon Industri Obat Semisolid Non Betalaktam diberikan jangka waktu 3
(tiga) tahun dan dapat diperpanjang oleh Direktur Jenderal untuk paling
lama 1 (satu) tahun.
20
e. Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya
tembusan permohonan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi melakukan
verifikasi kelengkapan persyaratan administratif.
f. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak dinyatakan
memenuhi persyaratan CPOB, Kepala Badan mengeluarkan rekomendasi
pemenuhan persyaratan CPOB kepada Direktur Jenderal dengan tembusan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan pemohon.
g. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari sejak dinyatakan memenuhi
kelengkapan persyaratan administratif, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
mengeluarkan rekomendasi pemenuhan persyaratan administratif kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan pemohon.
h. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima
rekomendasi serta persyaratan lainnya, Direktur Jenderal menerbitkan izin
industri farmasi.
1. Area penimbangan
Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata
hendaklah dilakukan di area penimbangan terpisah yang didesain
khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari
area penyimpanan atau area produksi.
2. Area produksi
Untuk memperkecil resiko bahaya medis yang serius akibat
terjadinya pencemaran silang, suatu sarana khusus dan self-
container hendaklah disediakan untuk produksi obat tertentu
seperti produk yang dapat menimbulkan sensitif tinggi, produk
lainnya seperti antibiotik tertentu. Produk hormone, seks, produk
sitotoksik, produk tertentu dengan bahan aktif berpotens tinggi,
produk biologi (misal yang berasal dari mikroorganisme hidup) dan
produk non-obat hendaklah diproduksi di bangunan terpisah.
Luas area kerja dan area penyimpanan bahan atau produk
yang sedng dalam proses hendaklah memadai untuk
memungkinkan penempatan peralatan dan bahan secara teratur dan
sesuai denganalur proses, sehingga dapat memperkecil resiko
terlewatnya atau salah melaksanakan tahapan proses produksi atau
pengawasan. Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian
22
dalam ruangan dimana terdapat bahan baku dan bahan pengemas
primer, produk antara atau ruahan yang terpapar ke lingkungan
hendaklah halus, bebas retak dan sambungan terbuka, tidak
partikular, serta memungkinkan pelaksaan pembersihan (bila perlu
desinfeksi) yang mudah dan efektif.
Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah ibuat dari
bahan kedap air , permukaannya rata dan memungkinkan pelaksaan
pembersihan yang cepat dan efisien apabila terjadi tumpahan
bahan. Sudur antara dinding dan lantai di are pengolahan
hendaklah berbentuk lengkungan.
Pipa, fiting lampu, titik ventilasi dan instalasi sarana
penunjang lain hendaklah dirancang sedemikian rupa untuk
menghindari terbentuknya ceruk yang sulit dibersihkan. Untuk
kepentingan perawatan sedapat mungkin instalasi sarana penunjang
seperti ini hendaklah dapat dijangkau dari luar area pengolahan.
Pipa yang terpasang di dalam ruangan tidak boleh
menempel dinding tetapi digantung dengn menggunakan siku-siku
pada jarak cukup untuk memudahkan pembersihan menyeluruh.
Pemasangan rangka atap, pipa dan saluran udara di dalam
hendaklah dihindari. Apabila tidak terhindarkan, maka prosedur
dan jadwal pembersihan instalasi tersebut hendaklah dibuat dan
diikuti. Lubang udara masuk dan keluar serta pipa-pipa dan
salurannya hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah
pencemaran terhadap produk. Saluran pembuangan air hendaklah
cukup besar, dirancang dan dilengkapi dengan bak kontrol serta
ventilsi yang baik maupun mencegah aliran balik sedapat mungkin
saluran terbuka dicegah tetapi bila perlu hendaklah cukup dangkal
untuk memudahkan pembersihan dan desinfeksi.
Area produksi hendaklah diventilasi secara efektif dengan
menggunakan sistem pengendalian udara termasuk filter udara
denga tingkat efisiensi yang dapat mencegah pencemaran dan
pencemaran silang, pengendalian kelembaban udara sesuai
23
kebutuhan produk yang diproses dan kegiatan yang dilakukan di
dalam ruangan dan dampaknya terhadap lingkungan luar pabrik.
Area produksi hendaklah dipantau secara teratur baik selama ada
maupun tidak ada kegiatan produksi untuk memastikan pemenuhan
terhadap spesifikasi yang dirancang sebelumnya. Area dimana
dilakukan kegiatan yang menimbulkan debu misalnya pada saat
pengambilan sampel, penimbangan bahan/produk, pencampuran
dan pengolahan bahn atau produk pengemasan produk serbuk,
memerlukan sarana penunjang khusus untuk mencegah
pencemaran silang dan memudahkan pembersihan.
Tata letak ruang area pengemasan dirancang khusus untuk
mencegah campur baur atau pencemaran silang. Area produksi
hendaklah mendapat penerangan yang memadai, terutama
penerangan dimana pengawasan visual dilakukan pada saat proses
berjalan. Pengawasan selama proses dapat dilakukan di dalam area
produksi sepanjang kegiatan tersebut tidak menimbulkan resiko
terhadap produksi obat. Pintu area produksi yang berhubungan
langsung ke lingkungan luar, deperti pintu bahaya kebakaran,
hendaklah ditutup rapat. Pintu tersebut hendaklah diamankan
sedemikian rupa sehingga hanya dapat digunakan dalam keadaan
darurat sebagai pintu keluar. Pintu dalam area prosuksi yang
berfugsi sebagai barier terhadap pencemaran silang hendaklah
selalu ditutup apabila seang digunakan.
3. Area penyimpanan
Area penyimpanan hendaklah memeiliki kapasitas yang
memedai untuk menyimpan dengan rapi dan teratur berbagai
macam bahan dan produk seperti bahan awal dan bahan
pengemasan, produk antara, produk ruahan dan produk jadi,
produk dalam status karantina, produk yang telah diluluskan,
produk yang telah ditolak, produk yang telah dikembalikan atau
produk yang ditarik dari peredaran.
4. Area Pengawasan Mutu
24
Laboratorium Pengawasan Mutu hendaklah terpisah dari
area produksi, area pengujian biologis, mikrobiologi hendaklah
dipisahkan satu dengan yang lain. Luas ruangan hendaklah
memadai untuk untuk mencegah campur baur dan pencemaran
silang. Hendaklah disediakan tempat penyimpanan yang luas
memadai untuk sampel, baku pembanding, dan pelarut pereaksi.
2.11.2 Personalia
Mutu obat Semisolid Non Betalaktam tergantung pada bahan awal, cara
produksi, cara pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan personalia serta
terkendali cara produksi dan pemantauannya. Adapun, CPOB bertujuan agar
sifat dan mutu obat Semisolid Non Betalaktam yang dihasilkan sesuai dengan
persyaratan atau standar mutu yang ditetapkan.
Lokasi bangunan harus dapat mencegah pencemaran udara, debu dan air.
Gedung dibangun dan dipelihara agar terlindung dari pengaruh cuaca, banjir,
rembesan air dan bersarangnya binatang pengganggu, dan berbagai persyaratan
lainnya. Soal bangunan, kriterianya antara lain untuk administrasi, gudang
bahan awal, ruang Produksi, Ruang Pengujian Mutu, Ruang Pencucian dan
Sterilisasi Peralatan Gelas, Gudang Produk Jadi, Stasiun LPG, Generator Set,
Pengolahan Air Bersih, Pengolahan Limbah /Waste Water Treatment, Kandang
26
hewan Percobaan. Ada pula pengaturan ruangan dengan rancang bangun dan
penataan ruangan mencegah terjadinya campur baur produk, memisahkan
pengolahan produk biologik dan farmasetik, memisahkan ruangan untuk
penyimpanan bahan awal, bahan dan alat kebersihan, produksi, pengujian mutu
dan gudang produk jadi dan lain sebagainya.
27
2.13 Contoh Proposal Industri Obat Semi Solid Non Betalaktam
BAB I
PENDAHULUAN
29
Memproduksi dan menyediakan gel untuk meningkat kesehatan agar tidak
menyebarkan penyakit pada makhluk hidup lainnya dan mengelola perusahaan
agar tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan dengan menerapkan prinsip-
prinsip Good Corporate Governance dan Good Manufacturing Practices dalam
proses produksi obat Semisolid Non Betalaktam.
1.7 Strategi Marketing
Mencari segmen pasar yang sesuai dengan produk Fitofarmaka
Memberi informasi tentang berbagai keunggulan produk Fitofarmaka
Kejutan promosi dan pemotongan harga yang selektif
Melayani daerah yang belum dilayani segmen pesaing
1.8 Nama Perusahaan
Nama perusahaan adalah PT. KOFUL ABADI yang terletak di Jl.
Medaeng No.378, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
Bidang Usaha : Obat Semisolid Non Beta Laktam
BAB II
Pabrik Distributor
Konsumen Apotek
30
Gambar Aliran Distribusi Produk Gel Clinium
2. Produk
Produk yang akan dijual dalam PT. Koful Abadi ini adalah gel
clinium yang berguna untuk mengobati infeksi bakteri pada jerawat. Gel
clinium adalah antibiotik yang bekerja dengan menghentikan pertumbuhan
bakteri sekaligus membunuh bakteri yang sudah matang. Berikut ini adalah
gambar desain kemasan produk gel clinium ini.
3. Promosi
Untuk komponen promosi, tahap awal yang dilakukan oleh
produsen adalah melakukan perkenalan merek ke masyarakat melalui
sebuah acara sederhana dan didukung dengan menggandeng beberapa
apotek dan distributor dengan memberikan spanduk, stiker, dan sejenisnya
untuk memperkuat merek di pasaran. Berikut ini adalah perincian biaya
promosi bulanan yang akan dikeluarkan untuk meningkatkan penjualan
produk obat gel clinium.
Tabel 1. Perincian Biaya Promosi Produk Gel Clinium
JENIS PROMOSI KEBUTUHAN BIAYA
PROMOSI
Media Massa/ Elektronik Rp. 1.250.000
Banner/Stiker 300 Lembar Rp. 300.000
(Rp.1000/lbr)
31
Spanduk (200.000/lbr) 5 Lembar Rp. 1.000.000
Sponsorship Rp. 2.250.000
TOTAL BIAYA Rp. 4.800.000
33
dan orang dewasa. Dengan harga eceran yang diperkirakan sebesar
Rp.110.000/pcs sudah sangat terjangkau.
BAB III
RENCANA OPERASIONAL
Pada tahap awal industri gel clinium hanya menjalankan 1 line saja
untuk setiap shift-nya. Beberapa mesin dan peralatan yang digunakan dalam
proses pembuatan gel clinium ini dioperasikan oleh 2 orang. Untuk mesin
Packaging sekunder hanya diperlukan 1 orang untuk proses operasinya.
BAB IV
Jumlah Rp 3.000.000.000
2. Biaya Perizinan
Izin mendirikan PT Rp. 30.000.000
Rp. 40.000.000
35
SDM Gaji Karyawan
Direktur 25.000.000
Manajer Produksi 15.000.000
Manajer Pembelian 15.000.000
Manajer Keuangan 15.000.000
Manajer HRD 15.000.000
Manajer Pemasaran 15.000.000
Penanggung Jawab Quality Control 12.000.000
Processing 10.000.000
Gudang 7.000.000
Pembelian 7.000.000
Akutansi 7.000.000
Keuangan 7.000.000
Penagihan 7.000.000
Umum 7.000.000
Personalia 7.000.000
Penjualan 7.000.000
Cabang 7.000.000
Kepala Produksi 7.000.000
Material Quality Control 7.000.000
Finised Good Quality Control 6.000.000
Gudang Bahan Baku 5.000.000
Gudang Bahan Jadi 5.000.000
Gudang Bahan Pengemasan 5.000.000
Pengelolaan Limbah 5.000.000
Technical Service 5.000.000
Administration & Expedition 5.000.000
Total 235.000.000
2) Biaya Operasional
a) Listrik, air, telepon, dll Rp. 75.000.000
b) Gaji perbulan Rp. 235.000.000 +
Jumlah biaya total Rp. 310.000.000
36
3) Biaya rutin tahun ke-1
a) Biaya rutin bulanan x 12 bulan Rp. 3.720.000.000
b) Biaya promosi Rp. 100.000.000
c) THR Rp. 1.130.000.000 +
TOTAL BIAYA RUTIN TAHUN KE-1 Rp 4.950.000.000
= Rp 356.400.000
= 3,4 tahun
37
- Break Even Point
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
BEP unit = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡−𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑈𝑛𝑖𝑡
𝑅𝑝.4.950.000.000,−
BEP unit = 𝑅𝑝.110.000−𝑅𝑝.80.000 = 123.750 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛
38
BAB III
PEMBAHASAN
39
c. Persyaratan: melampirkan fotocopy KTP Pendiri Perseroan
dan fotocopy KTP Pengurus jika berbeda dengan Pendiri
Perseroan
3. Tahap 3 (Surat Keterangan Domisili Perusahaan)
a. Permohonan Surat Keterangan Domisili diajukan kepada
Kepala Kantor Kelurahan setempat sesuai dengan alamat
Kantor perusahaan berada sebagai bukti
keterangan/keberadaan alamat perusahaan,
b. Lama proses 2 hari kerja
c. Persyaratan lain yang dibutuhkan :
1). Copy kontrak/sewa tempat usaha dan surat keterangan dari
pemilik
40
1). Bukti setor bank senilai modal disetor dalam Akta
Pendirian
6. Tahap 6 (UUG/SITU)
a. Surat Izin Tempat Usaha Ini diperlukan untuk proses Izin
Usaha Industri/Tanda Daftar Industri, SIUP
b. Surat Izin Usaha Perdagangan atau untuk Izin kegiatan usaha
yang dipersyaratkan adanya UUG/SITU berdasarkan Undang-
undang Gangguan
7. Tahap 7 (SIUP)
a. Permohonan SIUP diajukan kepada Dinas Perdagangan
Kota/Kabupaten/Propinsi sesuai dengan keberadaan domisili
Perusahaan.
b. Lama Proses: 10 hari kerja
c. Penggolongan SIUP terdiri dari SIUP Besar, Menengah dan
Kecil dengan ketentuan sebagai berikut :
SIUP Besar untuk Modal disetor diatas 500 juta
SIUP Menengah untuk Modal disetor diatas 200 juta s.d
500 juta
SIUP Kecil untuk Modal disetor s.d 200 juta
8. Tahap 8 (Tanda Daftar Perusahaan / TDP)
a. Permohonan pendaftaran diajukan kepada Kantor Dinas
Perindustrian & Perdagangan Kota/Kabupaten Kantor
Pendaftaran perusahaan sesuai dengan domisili perusahaan
b. Bagi perusahaan yang telah terdaftar akan diberikan sertifikat
Tanda Daftar Perusahaan sebagai bukti bahwa
Perusahaan/Badan Usaha telah melakukan Wajib Daftar
Perusahaan berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun
1982 Tentang “Wajib Daftar Perusahaan”
c. Lama proses 12 hari kerja
41
9. Tahap 9 (Pengumuman Dalam Berita Acara Negara RI)
a. Setelah perusahaan melakukan wajib daftar perusahaan dan
telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman &
HAM RI, maka harus diumumkan dalam berita negara dan
Perusahaan yang telah diumumkan dalam berita negara, maka
perusahaan tersebut telah sempurna statusnya sebagai Badan
Hukum.
b. Lama proses 90 hari kerja
42
Non Betalaktam yang berkualitas untuk
meningkatkan kesehatan
MISI : Memproduksi dan menyediakan gel untuk
meningkat kesehatan agar tidak menyebarkan
penyakit pada makhluk hidup lainnya dan
mengelola perusahaan agar tumbuh dan
berkembang secara berkelanjutan dengan
menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance dan Good Manufacturing Practices
dalam proses produksi obat Semisolid Non
Betalaktam.
1. President Director
Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan di
bidang administrasi keuangan,kepegawaian dan kesekretarian.
Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pengadaan
dan peralatan perlengkapan.
Merencanakan dan mengembangkan sumber-sumber
pendapatan serta pembelanjaan dan kekayaan perusahaan.
43
Mengendalikan uang pendapatan, hasil penagihan rekening
penggunaan air dari langganan.
Melaksanakan tugas-tugas yang di berikan Dewan Direksi.
Dalam melaksanakan tugas-tugas Direktur Umum bertanggung
jawab kepada Dewan direksi.
Memimpin seluruh dewan atau komite eksekutif.
Menawarkan visi dan imajinasi di tingkat tertinggi
Memimpin rapat umum, dalam hal; untuk memastikan
pelaksanaan tata tertib: keadilan dan kesempatan bagi semua
untuk berkontribusi secara tepat; mengarahkan diskusi kearah
consensus; menjelaskan dan menyimpulkan tindakan dan
kebijakan.
Bertindak sebagai perwakilan organisasi dalam hubungannya
dengan dunia luar.
Memainkan bagian terkemuka dalam menentukan komposisi
dari board dan sub-komite, sehingga tercapai keselarasan dan
efektivitas.
Mengambil keputusan sebagaimana di delegasikan oleh BOD
atau pada situasi tertentu yang dianggap perlu, yang diputuskan
dalam meeting-meeting BOD.
Menjalankan tanggung jawab dari direktur perusahaan sesuai
dengan standaretika dan hukum.
2. HRD Manager
Melakukan persiapan dan seleksi tenaga kerja
Pengembangan dan evaluasi karyawan
Memberikan kompensasi dan proteksi pada pegawai
Mengelola hubungan antara managemen dengan karyawan
3. Plant Manager
Mengontrol kinerja manager
Bertanggung jawab atas keseluruhan pabrik dan perusahaan
Mengontrol bisnis plant yang telah dibuat terhadap kondisi riel
yang ada dilapangan
44
Secara berkala mengadakan pertemuan guna melakukan
peninjauan ulang terhadap semua kegiatan yang telah dan
sedang berjalan
Memeriksa pencapaian program serta memberi masukan-
masukan terhadap persoalan yang dihadapi serta memberikan
ide-ide perbaikan
Memeriksa pelaksanaan kegiatan di lapangan dan menilai
secara langsung pelaksanaan kegiatan di lapangan
4. Marketing Manager
Menetapkan prosedur operasional Informasi yang lebih efisien
Melaporkan hasil kerja kepada direktur secara berkala.
Bertanggungjawab penuh tentang fungsi dan tugas sebagai
kepala bagian pemasaran secara berkala kepada direktur.
5. Finance Manager
Dapat membentuk organ setingkat di bawahnya yang
jumlahnya di tetapkan dengan persetujuan Direktur
Mengawasi Operasional mengenai keuangan perusahaan.
Melakukan pengecekan lapangan mengenai bagian keuangan
Meminta pertanggungjawaban dari tiap-tiap bagian yang ada
dibawahnya
Mempertanggungjawabkan kegiatan yang ada mengenai bagian
keuangan
Menetapkan prosedur pelaksanaan secara rinci tentang
keuangan
Menetapkan standar pekerjaan lapangan untuk menjamin tidak
adanya kebocoran dalam bagian keuangan.
6. Technical Manager
Bertanggung jawab atas kolaborasi dan komunikasi dengan tim
sesuai kebutuhan
Melakukan wawancara, menyewa, dan melatih dukungan teknis
baru/Staf IT
45
Melaporkan kemajuan, termasuk perubahan yang dibuat pada
rencana dan produksi
Berkontribusi pada desain produk dan penetapan persyaratan
Delegasi tanggung jawab teknis dan memantau kemajuan
proyek
Mengirimkan produk secara konsisten, tepat waktu dan sesuai
anggaran
Bekerja sama dengan manager proyek selama semua tahap
pengembangan
Meninjau semua karya yang dihasilkan oleh tim pengembang
7. R&D Manager
Mencari tahu berbagai informasi dan trend produk secara
intensif untuk memperkuat pengetahuan yang dapat
menyokong implementasi dari perkembangan proyek dan riset-
riset dasar
Mengkoordinir dan memonitor proses perkembangan produk,
riset dasar, dan riset konsumen yang dilakukan oleh unit-unit
yang bersangkutan
Membantu para karyawan pabrik untuk mengatasi masalah
yang berkaitan dengan perumusan/resep, bahan baku, proses
secara teknis, material pengemasan, dan proses sanitasi
Mengecek dokumen dan mengawasi operasi yang berkaitan
dengan SOP, proses produksi, pemanduan analisis dan
kehalalan produk
Memonitor seluruh pengeluaran dan mencocokkannya dengan
budget
8. Production Manager
Memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai
prosedur agar memnuhi persyaratan mutu yang ditetapkan
Memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan
produksi dan memastikan bahwa petunjuk kerja diterapkan
secara tepat
46
Memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan
ditandatangani oleh kepala bagian managemen mutu
(pemastian mutu)
Memeriksa pemelihataan bangunan dan fasilitas serta peralatan
dibagian produksi
Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan
Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi
personil di departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai
kebutuhan
9. QC/Lab Manager
Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk
antara, produk ruahan dan produk jadi
Memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah
dilaksanakan
Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja
pengambilan sampel, metode pengujian dan prosedur
pengawasan mutu lain
Memberi persetujuan dan memantau semua analisis
berdasarkan kontrak
Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan
dibagian pengawasan mutu
Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan
Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi
personil di departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai
kebutuhan
10. PPIC (Product Planning, and Inventory Control) Manager
Bertanggung jawab pada monitoring persediaan
Menerima order dari bagian penjualan dan memastikan order
selesai dan dikirim
11. QA Manager
Memastikan penerapan (dan apabila diperlukan, membentuk)
sistem mutu
47
Ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan manual mutu
perusahaan
Memperkasai dan mengawasi audit internal atau inpeksi diri
berkala
Melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian pengawasan
mutu
Memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit
eksternal
Memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi
Memastikan pemenuhan persyaratan teknik atau peraturan
Badan Pengawas Obat dan Makanan yang berkaitan dengan
mutu produk jadi
Mengevaluasi, mengkaji catatan bets
Meluluskan atau menolak produk jadi untuk penjualan dengan
mempertimbangkan semua faktor terkait
12. Product development
Mengelola dan mengkoordinasikan proyek pengembangan
produk, mengevaluasi dan menyelesaikan kelayakan teknis,
optimasi desain, dan masalah produksi. Memastikan bahwa
pelabelan dan literatur pemasaran/promosi sesuai dengan
spesifikasi produk
Meneliti dan memonitor basis klien dan perkembangan industri
yang ada dan mengidentifikasi peluang produk baru yang
potensial.
Bekerja dengan departemen lain untuk membangun desain,
teknologi, pengembangan produk,dan strategi vendor.
Mengelola anggaran proyek dan menyiapkan laporan analisis
keuangan untuk manajemen puncak.
Mengelola staf bawahan dalam pekerjaan sehari-hari
Memastikan departemen terpenuhi dan mematuhi anggaran
yang telah disetujui
Memiliki kewenangan penuh untuk tindakan personil
48
13. Packaging development
Mengkoordinasikan dan berpartisipasi dalam berbagai tugas
teknis yang terkait dengan kantor penerimaan
Mengawasi semua kegiatan departemen pengemasan setiap hari
Mengawasi produksi, kualitas dan pergudangan produk secara
konsisten sesuai dengan tujuan perusahaan dan anggaran biaya
Berkomunikasi, memotivasi, mengawasi dan memberi nasihat
dan displin bila diperlukan
14. Registration off
Penghubung antara perusahaan dengan otoritas pemerintahan
dalam rangka memasarkan produk
Bertanggung jawab dalam presentasi dokumen registrasi
produk kepada otoritas yang berwenang (BPOM)
Melakukan kontak dan negosiasi untuk mendapatkan dan
mempertahankan lisensi pemasaran produk
Mengumpulkan, mengolah, dan mengevaluasi data ilmiah
perusahaan
Memberikan informasi terbaru kepada perusahaan mengenai
peraturan dan legalitas produk
Memberikan input kepada perusahaan mengenai berbagai
persyaratan dan batasan, baik legal maupun ilmiah
15. Production Supervisior
Menetapkan tujuan harian/mingguan/bulanan dan
mengkomunikasikannya kepada karyawan
Mengatur alur kerja dengan menetapkan tanggung jawab dan
menyusun jadwal
Mengawasi dan melatih karyawan
Packaging supervisior
Mengawasi dan mengkoordinasikan kegiatan pekerja yang
terlibat dalam produk kemasan dan bahan untuk penyimpanan
dan pengiriman
49
Untuk memastikan jenis dan jumlah produk, wadah yang akan
digunakan, dan persyaratan kemasan lainnya
Memeriksa produk sebelum mengemas dan mengembalikan
produk yang ditolak ke departemen produksi
Mengamati operasi pengemasan dan memeriksa kontainer
untuk memverifikasi kesesuaian dengan spesifikasi
16. Lab Supervisior
Mengatur dan mengarahkan aktivitas sehari-hari laboratorium
Bertanggung jawab untuk mengawasi petugas laboratorium
Melakukan dan mengawasi penjaminan mutu dan pengendalian
mutu,dan mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan hasil
lab
17. Microbiologi
Melakukan penelitian dan pengembangan untuk produk jadi,
maupun peneman terbaru
18. IPC Supervisior
Mengkoordinir fungsi insepctor
Memantau kinerja inspector
Membantu menjadi proses pengolahan obat dan proses
pengemasan obat sesuai dengan CPOB
Melaporkan penyimpangan yang terjadi saat proses pembuatan
dan pengemasan obat
Melakukan investigasi terhadap penyimpangan bets dan non
bets yang terjadi selama proses pengolahan dan pengemasan
19. Internal Auditor
Memeriksa keuangan secara menyeluruh pada sebuah
perusahaan mencakup pemeriksaan transaksi keluar dan
transaksi masuk dari dan ke perusahaan itu sendiri.
20. Validation off
Pemantauan dan pengujian peralatan
Menganalisis dan mendokumentasikan hasil tes
Menyiapkan laporan kepatuhan
50
Mengarahkan kegiatan validasi
Menyelesaikan masalah pengujian
Membuat penyesuaian atau perbaikan peralatan dan proses
Membuat database untuk melacak aktivitas validasi
Menafsirkan persyaratan pelanggan
Mengembangkan jadwal validasi
Melakukan pelatihan dan mengawasi pekerjaan teknisi validasi
Memelihara instrumentasi dan peralatan
Terus mengikuti standar dan peraturan industri
21. Product stability
Mengembangkan dan memvalidasi metode analisis yang
digunakan untuk pelepasan produk dan evaluasi stabilitas
produk serta menyiapkan protokol dan laporan yang diperlukan
untuk mendokumentasikan kegiatan ini
Bertanggung jawab atas semua tahapan program stabilitas,
termasuk protokol, pengadaan sampel, pengujian, hasil,
pelaporan dan eskalasi yang sesuai
Menindaklanjuti pengujian stabilitas
3.1.6 Tahapan Mendapatkan Izin Cara Mendirikan Industri Obat
semisolid Non Betalaktam
Perizian industri obat membutuhkan waktu selama 60 hari
mulai dari pengumpulan berkas sampai terbit surat keputusan industri
obat dengan biaya sebesar Rp30.000.000 adapun alur perizinan dapat
dilihat pada gambar dibawah ini :
51
Tata cara permohonan izin industri farmasi:
52
Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi dan pemohon dengan menggunakan contoh Formulir 8
(terlampir).
7. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari sejak dinyatakan
memenuhi kelengkapan persyaratan administratif, Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi mengeluarkan rekomendasi pemenuhan
persyaratan administratif kepada Direktur Jenderal dengan
tembusan kepada Kepala Badan dan pemohon dengan
menggunakan contoh Formulir 9 (terlampir).
8. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah
menerima rekomendasi serta persyaratan lainnya, Direktur
Jenderal menerbitkan izin industri farmasi dengan menggunakan
contoh Formulir 10 (terlampir).
3.1.7 Personalia
Personalia pada industri obat Semisolid Non Betalaktam
sekurang-kurangnya meliputi:
QA Manager : 1 orang
53
Packaging Supervisor : 1 orang
Microbiology : 1 orang
3.1.8 Produksi
Aspek yang dilihat yaitu mulai dari bahan baku obat Semisolid
Non Betalaktam, proses produksi, hingga menjadi produk obat yang
sudah jadi. Produk dan proses produksi obat ini merupakan poin yang
terpenting dalam penerapan CPOB guna menghasilkan obat Semisolid
Non Betalaktam yang aman dan berkualitas.
54
b. Peralatan :
1. Pass Through (alat untuk sterilisasi)
2. Mixing Tank Double Jacket
3. Pin Mill / Grinding Tepung
4. Ultra Turax Mobile
5. Super Mixer
6. Oscilating Granulator
7. Double Cone Mixer
8. Drum Mixer
9. Mesin ketel
10. Mesin Rewinder
11. Storage Tank
12. Heating Tank Doubel Jacket
13. Band Sealer Auto
3.2 Kelengkapan Persyaratan Pendirikan Industri PT. Koful Abadi
dari Departemen Kesehatan
3.2.1 Kelengkapan Persyaratan Persetujuan Prinsip
Fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
Fotokopi KTP/identitas direksi dan komisariat perusahaan;
Susunan direksi dan komisaris;
Pernyataan direksi dan komisaris tidak pernah terlibat pealanggaran
peraturan perundang-undangan di bidang farmasi;
Fotokopi sertifikat tanah;
Fotokopi surat izin tempat usaha berdasarkan undang-undang
gangguan (HO);
Fotokopi surat tanda daftar perusahaan;
Fotokopi surat izin usaha perdagangan;
Fotokopi nomor induk wajib pajak (NPWP);
Persetujuan lokasi dari Pemerintah Daerah Provinsi;
Persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP);
Rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat;
55
Asli surat pernyataan ketersediaan bekerja penuh dari masing-masing
apoteker penanggung jawab produksi, apoteker penanggung jawab
pengawasan mutu, apoteker penanggung jawab pemastian mutu.
3.2.2 Kelengkapan Persyaratan Permohonan Izin
Fotokopi Persetujuan Prinsip Industri Obat Semisolid Non
Betalaktam;
Surat persetujuan penamanan modal untuk industri farmasi dalam
rangka penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri;
Daftar peralatan dan mesin-mesin yang digunakan;
Jumlah tenaga kerja dan kualifikasinya;
Fotokopi sertifikat upaya pengelolaan lingkungan dan upaya
pemantauan lingkungan dan analisis mengenai dampak lingkungan;
Rekomendasi kelengkapan adminsitratif izin Industri Obat Semisolid
Non Betalaktam dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi;
Rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOB dari Kepala Badan;
Daftar pustaka wajib;
Asli surat pernyataan bekerja full time dari masing masing apoteker
produksi, pengawasan mutu dan pemasitan mutu;
Fotokopi surat pengangkatan masing-masing apoteker;
Fotokopi Ijazah dan STRA masing-masing apoteker;
Surat pernyatan komisaris dan direksi tidak terlibat pelanggaran
undang-undang
3.3 Ruang Lingkup Cara Pembuatan Obat Semisolid Non Betalaktam dari
Departemen Kesehatan
3.3.1 Manajemen Mutu
56
memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua
departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor.
Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan,
diperlukan manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan
diterapkan secara benar (BPOM, 2006). Unsur dasar manajemen mutu
adalah: a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup
struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya. b. Tindakan
sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat
kepercayaan tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang
Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013 6 Universitas
Indonesia dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu.
Semua bagian sistem pemastian mutu hendaklah didukung dengan
tersedianya personil yang kompeten, bangunan dan sarana serta
peralatan yang cukup dan memadai.
3.3.2 Personalia
Jumlah Tenaga Ahli dan Karyawan di semua tingkatan
hendaklah cukup serta memiliki pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan sesuai dengan tugasnya. Mereka hendaklah juga memiliki
kesehatan mental dan fisik yang baik sehingga mampu melaksanakan
tugasnya secara profesional dan sebagaimana mestinya. Mereka
hendaklah mempunyai sikap dan kesadaran tinggi untuk mewujudkan
tujuan CPOB.
58
berlangsung. Peralatan hendaknya dirawat menurut jadwal agar tetap
berfungsi dengan baik dan mencegah pencemaran terhadap produk.
3.3.4 Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi dan higiena yang tinggi hendaklah ditetapkan
pada setiap aspek pembuatan obat Semisolid Non Betalaktam. Ruang
lingkup sanitasi dan higiena meliputi personalia, bangunan, peralatan
dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan setiap hal yang
dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran
hendaklah dihilangkan melalui program sanitasi dan higiene yang
menyeluruh dan terpadu.
3.3.5 Dokumentasi
60
berdasarkan kontrak setelah melakukan evaluasi kemampuan penerima
kontrak yang bersangkutan.
3.3.8 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara
benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman
yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang
tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan
Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas menentukan tanggung
jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan
secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang
menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu). Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak ini
meliputi tanggung jawab industri farmasi terhadap Otoritas
Pengawasan Obat (OPO) dalam hal ini pemberian izin edar dan
pembuatan obat. Hal ini tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi
tanggung jawab legal dari Penerima Kontrak dan Pemberi Kontrak
terhadap konsumen. Kontrak tertulis meliputi pembuatan dan/ atau
analisa obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait.
Pemberi kontrak bertanggung jawab untuk menilai kompetensi
Penerima Kontrak dalam melaksanakan pekerjaan atau pengujian yang
diperlukan dan memastikan bahwa prinsip dan pedoman CPOB diikuti.
3.3.9 Cara Penyimpanan dan Pengiriman Obat yang Baik
Penyimpanan dan penanganan obat dan/atau bahan obat harus
mematuhi peraturan perundang-undangan. Kondisi penyimpanan untuk
obat dan/atau bahan obat harus sesuai dengan rekomendasi dari industri
farmasi atau non-farmasi yang memproduksi bahan obat standar mutu
farmasi. Volume pemesanan obat dan/atau bahan obat harus
memperhitungkan kapasitas sarana penyimpanan.
Obat dan/atau bahan obat harus disimpan terpisah dari produk
selain obat dan/atau bahan obat dan terlindung dari dampak yang tidak
diinginkan akibat paparan cahaya matahari, suhu, kelembaban atau
faktor eksternal lain. Perhatian khusus harus diberikan untuk obat
61
dan/atau bahan obat yang membutuhkan kondisi penyimpanan khusus.
Kontainer obat dan/atau bahan obat yang diterima harus dibersihkan
sebelum disimpan. Kegiatan yang terkait dengan penyimpanan obat
dan/atau bahan obat harus memastikan terpenuhinya kondisi
penyimpanan yang dipersyaratkan dan memungkinkan penyimpanan
secara teratur sesuai kategorinya; obat dan/atau bahan obat dalam
status karantina, diluluskan, ditolak, dikembalikan, ditarik atau diduga
palsu.
Harus diambil langkah-langkah untuk memastikan rotasi stock
sesuai dengan tanggal kedaluwarsa obat dan/atau bahan obat mengikuti
kaidah First Expired First Out (FEFO). Obat dan/atau bahan obat harus
ditangani dan disimpan sedemikian rupa untuk mencegah tumpahan,
kerusakan, kontaminasi dan campur-baur. Obat dan/atau bahan obat
tidak boleh langsung diletakkan di lantai.
Obat dan/atau bahan obat yang kedaluwarsa harus segera
ditarik, dipisahkan secara fisik dan diblokir secara elektronik.
Penarikan secara fisik untuk obat dan/atau bahan obat kedaluwarsa
harus dilakukan secara berkala. Untuk menjaga akurasi persediaan
stok, harus dilakukan stock opname secara berkala berdasarkan
pendekatan risiko. Perbedaan stok harus diselidiki sesuai dengan
prosedur tertulis yang ditentukan untuk memeriksa ada tidaknya
campur-baur, kesalahan keluar-masuk, pencurian, penyalahgunaan obat
dan/atau bahan obat. Dokumentasi yang berkaitan dengan penyelidikan
harus disimpan untuk jangka waktu yang telah ditentukan.
Pengiriman obat dan/atau bahan obat harus ditujukan kepada
pelanggan yang mempunyai izin sesuai dengan peraturan
perundangundangan. Untuk penyaluran obat dan/atau bahan obat ke
orang / pihak yang berwenang atau berhak untuk keperluan khusus,
seperti penelitian, special access dan uji klinik, harus dilengkapi
dengan dokumen yang mencakup tanggal, nama obat dan/atau bahan
obat, bentuk sediaan, nomor bets, jumlah, nama dan alamat pemasok,
nama dan alamat pemesan / penerima.
62
Proses pengiriman dan kondisi penyimpanan harus sesuai
dengan persyaratan obat dan/atau bahan obat dari industri farmasi.
Dokumentasi harus disimpan dan mampu tertelusur. Prosedur tertulis
untuk pengiriman obat dan/atau bahan obat harus tersedia. Prosedur
tersebut harus mempertimbangkan sifat obat dan/atau bahan obat serta
tindakan pencegahan khusus.
Dokumen untuk pengiriman obat dan/atau bahan obat harus disiapkan
dan harus mencakup sekurang-kurangnya informasi berikut:
Tanggal pengiriman;
Nama lengkap, alamat (tanpa akronim), nomor telepon dan
status dari penerima (misalnya Apotek, rumah sakit atau
klinik);
Deskripsi obat dan/atau bahan obat, misalnya nama, bentuk
sediaan dan kekuatan (jika perlu);
Nomor bets dan tanggal kedaluwarsa;
Kuantitas obat dan/atau bahan obat, yaitu jumlah kontainer dan
kuantitas per kontainer (jika perlu);
Nomor dokumen untuk identifikasi order pengiriman;
Transportasi yang digunakan mencakup nama dan alamat
perusahaan ekspedisi serta tanda tangan dan nama jelas personil
ekspedisi yang menerima (jika menggunakan jasa ekspedisi)
dan kondisi penyimpanan;
3.3.10 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali
produk dan Produk Kembalian
Pada proses pembentukan mutu, memerlukan alur pemberian
informasi serta penanganan keluhan produk yang beredar dengan
efektif dan efesien sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi semua
pihak baik konsumen maupun perusahaan. Tujuan utama dari
penanganan keluhan adalah untuk perbaikan pada proses produksi,
mencegah keluhan yang sama terulang kembali dan sebagai
pertimbangan untuk dilaksanakan penarikan (recall).
63
Keluhan pertama kali diterima oleh bagian marketing yang
menampung keluhan langsung dari konsumen lalu disalurkan ke
Product Department. Product department menginformaskan kepada
Quality Assurance (QA) yang selanjutnya mengkoordinasikan kepada
bagian-bagian yang terkait dengan keluhan. Investigasi dilakukan
untuk menemukan penyebabnya lalu QA menginformasikan kembali
ke product department tentang temuan dan informasi terkait. Product
department kemudian menginformasikan secara langsung kepada
konsumen melalui surat atau pun telepon.
Waktu yang diperlukan untuk menjawab keluhan kepada
konsumen diusahakan sesegera mungkin dalam jangka waktu
maksimal 7 hari kerja. Penanganan terhadap keluhan konsumen
ditangani oleh bagian compliance yang ada pada Quality Assurance
(QA).
Penarikan kembali obat dilakukan apabila ditemukan adanya
produk yang tidak memenuhi persyaratan mutu atau bersadarkan
pertimbangan adanya efek samping yang dapat merugikan kesehatan.
Penarikan kembali obat dapat dilakukan satu atau beberapa batch
bahkan seluruh obat jadi dari mata rantai distribusi. Penarikan kembali
seluruh obat dapat menyebabkan penghentian sementara atau tetap
terhadap pembuatan obat tersebut.
64
3.4 Aspek Finansial PT Koful Abadi
Sumber dana pendirian industri gel clinium ini berasal dari
modal pemilik usaha dan investor. Adapun rincian dana yang diperlukan
untuk mendirikan industri gel clinium adalah sebagai berikut:
Kebutuhan modal terbagi atas modal tetap, modal operasional
dan cadangan modal.
3.4.1. Rencana Anggaran Tahun ke-1
3. Perlengkapan Industri
Pembelian Lahan 4.900 m2 Rp 1.000.000.000
Jumlah Rp 3.000.000.000
4. Biaya Perizinan
Izin mendirikan PT Rp. 30.000.000
Rp. 40.000.000
2) Tenaga kerja
SDM Gaji Karyawan
Direktur 25.000.000
Manajer Produksi 15.000.000
Manajer Pembelian 15.000.000
Manajer Keuangan 15.000.000
65
Manajer HRD 15.000.000
Manajer Pemasaran 15.000.000
Quality Control 12.000.000
Processing 10.000.000
Gudang 7.000.000
Pembelian 7.000.000
Akutansi 7.000.000
Keuangan 7.000.000
Penagihan 7.000.000
Umum 7.000.000
Personalia 7.000.000
Penjualan 7.000.000
Cabang 7.000.000
Produksi 7.000.000
Material Quality Control 7.000.000
Finised Good Quality 6.000.000
Control
Gudang Bahan Baku 5.000.000
Gudang Bahan Jadi 5.000.000
Gudang Bahan 5.000.000
Pengemasan
Pengelolaan Limbah 5.000.000
Technical Service 5.000.000
Administration & 5.000.000
Expedition
Total 235.000.000
4) Biaya Operasional
a) Listrik, air, telepon, dll Rp. 75.000.000
b) Gaji perbulan Rp. 235.000.000 +
Jumlah biaya total Rp. 310.000.000
66
5) Biaya rutin tahun ke-1
d) Biaya rutin bulanan x 12 bulan Rp. 3.720.000.000
e) Biaya promosi Rp. 100.000.000
f) THR Rp. 1.130.000.000 +
TOTAL BIAYA RUTIN TAHUN KE-1 Rp 4.950.000.000
= Rp 356.400.000
= 3,4 tahun
𝑅𝑝.4.950.000.000,−
BEP unit = 𝑅𝑝.110.000−𝑅𝑝.80.000 = 123.750 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛
Artinya
Titik BEP unit produk gel clinium PT. Koful Abadi adalah
123.750 kemasan dalam setahun yang harus dijual
atau(123.750/123.000) = 1 tahun perusahaan ini akan mencapai
titik BEP (balik modal).
Dan untuk memperoleh keuntungan harus melewati titik BEP
dengan melebihi batas unit jual produk yang ditetapkan yaitu
dengan menjual lebih dari 123.750 kemasan (misalnya: 123.750
kemasan dalam setahun). Dari analisa diatas dapat di simpulkan
pendirian Industri gel clinium sangat menguntungkan.
3.4.6 Pemasaran Produk
Produk Obat Semisolid Non Betalaktam PT. Abadi akan
dipasarkan di seluruh Indonesia, bekerjasama dengan 3 Pedagang
Besar Farmasi yaitu PT. Anugerah Argon Medica, PT. Sanprima
Sejati, PT. Parit Padang Global.
1. Strengths (Kekuatan)
PT. Koful Abadi memiliki Sumber Daya Manusia yang handal
yang ditempatkan sesuai dengan keahliannya.
PT. Koful Abadi memiliki fasilitas pabrik yang baik karena
ditunjang dengan berbagai peralatan yang lengkap dan modern
dari proses produksi sampai proses pengemasan.
Harga dari produk PT. Koful Abadi sangat terjangkau pada
seluruh lapisan masyarakat.
2. Weakness (Kelemahan)
PT. Koful Abadi merupakan Industri Obat Herbal
Terstandar yang masih baru di Indonesia, sehingga memerlukan
promosi guna memperkenalkan produk-produk yang dihasilkan
oleh PT. Koful Abadi.
Opportunities (Peluang)
1. Adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang kembali ke
produk obat-obat herbal, karena masyarakat merasa produk-
produk obat Semisolid Non Betalaktam dapat memberikan
manfaat dan tidak menimbulkan efek samping.
2. PT. Koful Abadi dapat menjadi sponsor dalam berbagai
kegiatan promosi kesehatan sehingga dapat semakin dikenal
oleh masyarakat.
Threats (Ancaman)
Adanya banyak pesaing baik lama yang sudah terkenal
maupun yang baru yang juga menjual produk-produk obat
Semisolid Non Betalaktam.
69
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
71
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Bina Produksi Dan Distribusi Kefarmasian.Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian Dan Alat Kesehatan.Pedoman Pembinaan Industri
Farmasi.Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2011.
72