Anda di halaman 1dari 21

PENDALAMAN KODE ETIK APOTEKER

Pasal 1 – 15
Fairuz Rifdah Permanasari 18340035
Pasal 1
Seorang Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah/Janji Apoteker

Kemungkinan Penyebab Terjadi Pelanggaran Penerapan Dilapangan Kemungkinan Pelanggaran

1. Saya bersumpah/berjanji akan 1. Membantu masyarakat dalam memberikan 1. Membuat obat-obatan yang terlarang
membaktikan hidup saya guna kepentingan informasi terkait obat, bakti sosial. 2. Menceritakan riwayat pengobatan pasien
perikemanusiaan, terutama dalam bidang 2.Merahasiakan kondisi pasien, resep dan ke orang lain yang tidak berhak
kesehatan. medication record pasien kecuali untuk proses mengetahui
2. Saya akan merahasiakan segala sesuatu hukum. 3. Mendahulukan pasien yang kaya
yang saya ketahui karena pekerjaan saya 3.Tidak memanfaatkan pengetahuan dibangingkan dengan yang kurang berada
dan keilmuan saya sebagai apoteker. kefarmasian untuk tujuan yang tidak membuat 4. Tidak bertanggung jawab ketika salah

3. Sekalipun diancam, saya tidak akan kerusakan, kerugian, ataupun kejahatan. memberikan obat
mempergunakan pengetahuan kefarmasian Misalnya, membuat obat-obatan terlarang. 5. Tidak menunjuk apoteker pengganti, atau
saya untuk sesuatu yang bertentangan 4. Bekerja dengan bersungguh-sungguh, jujur, mendelegasikan kepada tenaga kesehatan
dengan hukum perikemanusiaan. dan bertanggung jawab, menjaga nama baik yang tidak kompeten ketika tidak berada di
4. Saya akan menjalankan tugas saya dengan profesi dimanapun bekerja. Misalnya tempat praktek kefarmasian yang menjadi
sebaik-baiknya sesuai dengan martabat dan memberikan informasi obat dengan jelas dan tanggungjawabnya
tradisi luhur jabatan kefarmasian. benar, dan bertanggung jawab memberikan 6. Dalam penatalaksanaan praktik
5. Dalam menunaikan kewajiban saya, saya solusi jika terdapat kesalahan. kefarmasian, melakukan yang seharusnya
akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh 5. Harus adil dalam memberikan pelayanan tidak dilakukan atau tidak melakukan yang
supaya tidak terpengaruh oleh pada semua orang, tanpa melihat latar seharusnya yang dilakukan, sesuai
pertimbangan Keagamaan, Kebangsaan, belakang orang tersebut. tanggung jawab profesionalnya, tanpa
Kesukuan, Politik, Kepartaian atau 6.Selalu mengingat dan berkomitmen terhadap alasan pembenar yang sah, sehingga dapat
Kedudukan Sosial. sumpah yang telah diikrarkan di bawah kitab membahayakan pasien
6. Saya ikrarkan sumpah/janji ini dengan suci serta mengamalkan dalam kehidupan 7. Tidak menghitung dengan benar dosis
sungguh-sungguh dan dengan penuh sehari-hari. obat
keinsyafan. Sanksi : Sanksi dari organisasi berupa
pembinaan, peringatan, pencabutan
keanggotaan sementara, atau pencabutan
keanggotaan tetap. Kemungkinan
Pelanggaran etik tersebut diselesaikan atau
disidang oleh Ikatan Apoteker Indonesia

Pasal 2
Seorang Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia
Kemungkinan Penyebab Terjadi Pelanggaran Penerapan Dilapangan Kemungkinan Pelanggaran

Kewajiban yang harus diamalkan terdiri dari : 1. Apoteker harus adil, jujur, dan 1. Membuat apotek di samping apotek atau
1. Kewajiban Umum bertanggung jawab. Apoteker juga harus yang sangat dekat dengan apotek lainnya
2. Kewajiban terhadap Pasien selalu mengikuti perkembangan di bidang 2. Menjelek-jelekkan apotek lain
3. Kewajiban terhadap Teman Sejawat kesehatan dan farmasi untuk 3. Menjelek-jelekkan profesi lain
4. Kewajiban terhadap Sejawat Petugas meningkatkan kompetensinya, terus 4. Pindah alamat apotek tanpa izin, karena
Kesehatan Lain memperbarui pengetahuan di bidang pada saat pengajuan apotek telah
Kesungguhan dalam menghayati dan farmasi, dan mengikuti perkembangan dicantumkan denah dan lokasi apotek.
mengamalkan kode etik apoteker Indonesia kebijakan pemerintah di bidang kesehatan. 5. Menjual obat palsu
dinilai dari: 2. Memberikan obat sesuai dengan kondisi 6. Menyimpan obat rusak, tidak mempunyai
1. Ada tidaknya laporan dari masyarakat ekonomi pasien, menjamin keamanan dan penandaan atau belum dimusnahkan.
2. Ada tidaknya laporan dari sejawat khasiat obat baik obat racik di apotek, atau Sanksi : Pengaturan pemberian sanksi
apoteker atau sejawat tenaga kesehatan apoteker di industri yang menjamin ditetapkan dalam peraturan organisasi (PO)
lain keamanan dan khasiat dari obat yang
3. Tidak adanya laporan dari dinas dibuatnya
kesehatan. 3. Apoteker berlaku sesuatu kepada teman
sejawat sebagaimana ingin di berlakukan
oleh teman sejawat. Misalkan apoteker
tidak dengan sengaja mendirikan apotek di
sebelah apotek lainnya, atau menjelek-
jelekkan apotek lainnya
4. Jujur, menjalin hubungan yang baik,
menghormati, dan jika ada masalah
selesaikan masalah dengan komunikasi
yang baik.

Pasal 3
Seorang apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan
berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.

Kemungkinan Penyebab Terjadi Pelanggaran Penerapan Dilapangan Kemungkinan Pelanggaran

1. Apoteker menjalankan tugasnya sesuai 1. Apoteker harus mengerti meghayati dan 1. Apoteker tidak memberikan informasi
dengan kompetensi. mengamalkan kompetensi sesuai dengan obat dan konseling kepada pasien.
2. Jika dalam keadaan terdedesak sekalipun, standar kompetensi apoteker Indonesia. 2. Melakukan produksi, distribusi dan
seorang apoteker tidak akan Kompetensi yang dimaksud adalah pengadaan obat/bahan baku obat tanpa
mempergunakan kompetensi yang dimiliki keterampilan dan attitude yang prosedur yang berlaku sehingga berpotensi
berdasarkan pada ilmu, hukum, dan etik.
untuk sesuatu yang melanggar hukum Pada kompetensi pada ilmu, apoteker menimbulkan tidak terjaminnya mutu dan
ataupun kemanusiaan. mengikuti ujian kompetensi setiap 5 tahun khasiat obat.
3. Seorang apoteker akan merahasiakan data untuk membuktikan dirinya 3. Memberi informasi terkait pasien terhadap
ataupun identitas seseorang sesuai dengan berkompetensi dalam melaksanakan orang yang tidak berhak mengetahuinya
hukum. praktik kefarmasian. 4. Apoteker memaksa pasien untuk membeli
4. Seorang apoteker akan menjunjung tinggi 2. Apoteker tidak menjual obat palsu obat paten
prinsip kemanusiaan saat melakukan walaupun diiming-imingi keuntungan 5. Menjual obat daftar G (daftar obat keras)
pekerjaan. besar. Apoteker tidak membeda-bedakan kepada yang tidak berhak.
5. Seorang apoteker akan menunaikan dalam melayani pasien Sanksi : Pengaturan pemberian sanksi
kewajibannya dengan sebaik-baiknya. 3. Apoteker merahasiakan resep obat dan ditetapkan dalam peraturan organisasi (PO)
6. Bilamana suatu saat seorang Apoteker data riwayat kesehatan dan pengobatan
dihadapkan kepada konflik tanggung pasien
jawab profesional, maka dari berbagai opsi 4. Jika apoteker mendapatkan pasien kurang
yang ada, seorang apoteker harus memilih mampu, ditawarkan obat yang generik,
resiko yang paling kecil dan paling tepat tidak memaksa pasien untuk membeli obat
untuk kepentingan pasien serta masyarakat patennya
5. Apoteker melakukan konseling dengan
pasien dalam menentukan pemilihan obat
dan memberikan informasi yang tepat
kepada pasien dengan mempertimbangkan
kondisi pasien.
6. Memberikan obat yang paling aman dan
berkhasiat dan tepat indikasi saat
dibutuhkan
PASAL 4
Seorang Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan pada umumnya dan bidang farmasi pada khususnya

Kemungkinan Penyebab Terjadi Penerapan Dilapangan Kemungkinan Pelanggaran


Pelanggaran
1. Seorang apoteker harus mengemban 1. Mencari jurnal dan literatur yang terbaru 1. Apoteker tidak mencari jurnal dan
pengetahuan dan ketrampilan dan up to date mengenai ilmu kefarmasian literature terbaru, sehingga tidak
profesionalnya secara terus menerus dan ilmu kesehatan mengetahui obat-obat terbaru atau obat
2. Aktifitas seorang apoteker dalam 2. Mengikuti seminar-seminar yang yang sudah tidak digunakan lagi
mengikuti perkembangan di bidang membahas mengenai topik kesehatan dan 2. Apoteker menghadiri seminar dengan
kesehatan, diukur dari nilai SKP yang topik kefarmasian terpaksa hanya untuk mendapatkan SKP
diperoleh dari hasil uji kompetensi 3. Mengikuti pelatihan-pelatihan di bidang dan tidak memperhatikan dengan serius
3. Jumlah SKP minimal yang harus diperoleh kesehatan dan bidang kefarmasian sehingga tidak mendapatkan ilmu
apoteker ditetapkan dalam peraturan 3. Apoteker tidak sungguh-sungguh dalam
organisasi melakukan pelatihan sehingga tidak bisa
mengimplementasikan ke dalam dunia
kerja
Sanksi : teguran dan pembinaan dari IAI, jika
nilai SKP tidak cukup, tidak dapat
memperpanjang STRA, jika terjadi kerugian
pada pihak pasien maka apoteker dapat
dituntut dan berakibat pencabutan ijin praktik
PASAL 5
Di dalam menjalankan tugasnya, seorang apoteker harus menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata yang
bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian
Kemungkinan Penyebab Terjadi Pelanggaran Penerapan Dilapangan Kemungkinan Pelanggaran
1. Seorang apoteker dalam tindakan 1. Apoteker memberikan obat yang sesuai 1. Berbohong kepada pasien bahwa obat
profesionalnya harus menghindari diri dari dengan kemampuan ekonomi dan kebutuhan generic sudah habis, sehingga mengganti
perbuatan yang akan merusak atau pasien. dengan obat paten untuk mendapatkan
2. Apoteker menentukan harga jual obat sesuai
seseorang ataupun merugikan orang lain keuntungan besar
dengan harga yang ditetapkan (tidak melebihi
2. Seorang apoteker dalam menjalankan 2. Menjual obat jauh dari harga eceran
HET)
tugasnya dapat memperoleh imbalan dari tertinggi sehingga keuntungan lebih besar
3. Mendahulukan pelayanan kepada pasien tanpa
pasien dan masyarakat atas jasa yang 3. Mau memberikan pelayanan kepada
memikirkan jumlah imbalan yang akan terima
diberikannya dengan tetap memegang masyarakat jika gaji atau keuntungan yang
dari pasien
teguh kepada prinsip mendahulukan 4. Apoteker harus menyediakan saran kepada diberikan tinggi
kepentingan pasien individu untuk membantu mereka membuat 4. Apoteker tidak memberikan pilihan untuk
3. Besarnya jasa pelayanan ditetapkan dalam pilihan obat yang tepat (antara obat generik mengganti obat generic dengan obat paten
peraturan organisasi dan obat bermerk) 5. Apoteker menaikkan harga jasa pelayanan
5. Besarnya jasa pelayanan apoteker ditetapkan konsultasi
oleh IAI
Sanksi : peringatan dari IAI, sanksi
administratif, sanksi organisasi

PASAL 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain

Kemungkinan Penyebab Terjadi Pelanggaran Penerapan Dilapangan Kemungkinan Pelanggaran


1. Seorang apoteker harus menjaga 1. Apoteker mampu menjaga kerahasian 1. Apoteker membocorkan penyakit dan
kepercayaan masyarakat atas profesi yang informasi terkait pasien mengenai penyakit riwayat pengobatan pasien kepada pihak
disandangkan dengan jujur dan penuh dan riwayat pengobatannya lain yang tidak berkepentingan baik itu
integritas karena kelalaian atau disengaja
2. Seorang apoteker tidak akan 2. Apoteker memberikan informasi mengenai 2. Apoteker memaksakan pembelian obat A
menyalahgunakan kemampuan pengobatan secara jujur dan tepat tanpa kepada pasien padahal dokter meresepkan
profesionalnya kepada orang lain menyesatkan atau membingungkan terkait obat B, karena apoteker merasa lebih
3. Seorang apoteker harus menjaga pengobatan atau harga obat yang dijual pintar dari dokter
perilakunya di hadapan publik 3. Apoteker harus bisa bersikap baik, sopan 3. Apoteker bersikap kasar dan jutek saat
serta ramah saat memberikan pelayanan melayani pasien dan tidak memberikan
kepada pasien informasi obat
4. Apoteker harus bisa berperilaku baik 4. Apoteker melakukan Kemungkinan
sehingga nama baiknya tetap terjaga Pelanggaran hukum sehingga nama
baiknya tercemar
Sanksi : sanksi administraf, teguran dan
pembinaan dari IAI, jika terjadi
kerugian/kematian pada pihak pasien,
apoteker dapat dituntut yang berakibat pada
pencabutan izin praktik.
PASAL 7
Seorang apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya

Implementasi -Penjabaran Penerapan Dilapangan Kemungkinan Pelanggaran


1. Seorang apoteker memberikan informasi 1. Apoteker menjelaskan mengenai informasi 1. Apoteker tidak memberikan informasi obat
kepada pasien/masyarakat harus dengan obat kepada pasien dengan bahasa yang kepada pasien dengan lengkap dan jelas,
cara yang mudah dimengerti dan yakin mudah dan dapat dipahami orang awam, menggunakan bahasa yang sulit dipahami
bahwa informasi tersebut harus sesuai, dengan sopan dan tidak berbelit-belit,.
relevan, dan “up to date” Contohnya saat menjelaskan mengenai 2. Apoteker tidak memastikan pemahaman
obat untuk dislipidemia, dijelaskan dengan dan pengetahuan pasien pada saat
2. Sebelum memberikan informasi, apoteker “obat ini digunakan untuk menurunkan memberikan informasi sehingga informasi
harus menggali informasi yang dibutuhkan kolesterol”, bukan “obat ini diindikasikan yang diberikan dapat berbeda atau
dari pasien ataupun orang yang datang untuk menurunkan kadar LDL”. Informasi tumpang tindih dengan yang diberikan
menemui apoteker mengenai pasien serta yang disampaikan juga harus lengkap dokter sehingga pasien menjadi bingung
penyakitnya untuk memastikan keberhasilan terapi atau tidak percaya terhadap informasi dari
apoteker
3. Seorang apoteker harus mampu berbagi 2. Untuk dapat memberikan informasi pada
informasi mengenai pelayanan kepada saat konseling, apoteker jugaharus 3. Apoteker tidak mengikuti perkembangan
pasien dengan tenaga profesi kesehatan menanyakan terlebih dahulu kepada pasien ilmu kefarmasian terbaru yang dapat

yang terlibat tentang “Three prime question” untuk menyebabkan kesalahan pada rekomendasi

mengetahui sejauh mana pengetahuan dan obat dan juga informasi obat yang

4. Seorang apoteker harus senantiasa pemahaman pasien berdasarkan informasi diberikan

meningkatkan pemahaman masyarakat dari dokter atau pembuat resep sehingga


4. Apoteker tidak dapat mengkomunikasikan
terhadap obat, dalam bentuk penyuluhan, apoteker dapat memberikan informasi yang
pengetahuan terkait obat yang dimiliki
memberikan informasi terkait obat secara benar dan dibutuhkan oleh pasien untuk
kepada tenaga kesehatan lainnya yang
jelas, melakukan monitoring penggunaan melengkapi informasi yang telah diketahui
dapat berakibat pada risiko terapi yang
obat, dll. Kegiatan penyuluhan ini jika sebelumnya
tidak rasional, medication error, dll
dilakukan akan mendapat nilai satuan 3. Apoteker harus senantiasa belajar, Sanksi:
kredit profesi (SKP) membaca jurnal ilmiah terbaru, mengikuti •Pemberian peringatan tertulis.
seminar atau workshop, dan mengikuti
pelatihan berkelanjutan untuk •Rekomendasi pembekuan dan pencabutan
memperbaharui pengetahuannya sesuai STRA atau SIPA.
dengan perkembangan yang ada. •Kewajiban mengikuti pendidikan atau

pelatihan di institusi pendidikan apoteker.


4. Apoteker berperan secara aktif dalam
melakukan pelayanan kefarmasian di
fasilitas pelayanan seperti klinik pratama
dan rumah sakit dan dapat berkolaborasi
dengan teman sejawat dan profesi
kesehatan lain, serta mengkomunikasikan
pengetahuan yang dimiliki terkait obat dan
terapi terhadap tenaga kesehatan lainnya
dengan baik dan efektif demi
memaksimalkan pelayanan kesehatan

5. Apoteker dapat meningkatkan pemahaman


masyarakat terkait obat dengan cara
menyediakan brosur, lefleat, atau media
lisan lain, serta mengadakan pelayanan
konseling di apotek dan fasilitas kesehatan
lain atau turun langsung untuk mengadakan
penyuluhan baik dengan kepada
masyarakat misalnya di daerah kumuh atau
berpenduduk rentan untuk meningkatkan
kualitas kesehatan masyarakat,
menggalakan pemakaian obat rasional, dan
mengurangi kesalahan penggunaan obat
(medication error)
PASAL 8
Seorang apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di
bidang farmasi pada khususnya.
Kemungkinan Penyebab Terjadi Penerapan Dilapangan Kemungkinan Pelanggaran
Pelanggaran
1. Tidak ada alasan bagi apoteker tidak tahu 1. Apoteker harus selalu memperbaharui 1. Apoteker tidak memperbaharui
peraturan perundangan yang terkait dengan informasi mengenai peraturan perundang- pengetahuannya mengenai peraturan
kefarmasian. Untuk itu setiap apoteker undangan, baik perundang-undangan terbaru sehingga tidak mengetahui adanya
harus selalu aktif mengikuti perkembangan tentang kesehatan pada umumnya, aspek-aspek yang sudah tidak berlaku
peraturan, sehingga setiap apoteker dapat mengenai profesi kesehatan lain untuk (contoh: sudah tidak ada SIK pada
menjalankan profesinya dengan tetap mempermudah kolaborasi antar profesi, peraturan perundangan terbaru), salah
berada dalam koridor peraturan dan mengenai praktik kefarmasian melalui melakukan prosedur perizinan (contoh:
perundangan yang berlaku. media cetak, situs bpom, atau melalui sudah ada peraturan terbaru mengenai
organisasi profesi. perizinan apotek), serta kemungkinan
2. Apoteker harus membuat standar prosedur melakukan Kemungkinan Pelanggaran
operasional (SPO) sebagai pedoman kerja 2. Apoteker pada fasilitas pelayanan dalam pekerjaan kefarmasian karena sudah
bagi seluruh personil di sarana kesehatan maupun industri harus tidak sesuai dengan peraturan terbaru
pekerjaan/pelayanan kefarmasian sesuai menyediakan SPO untuk memastikan
kewenangan atas dasar peraturan pekerjaan kefarmasian dilakukan oleh 2. Apoteker tidak membuat SPO pada
perundangan yang ada. pihak yang berwenang untuk fasilitas pelayanan kefarmasian sehingga
melakukannya, dilakukan sesuai dengan pekerjaan kefarmasian dilakukan dengan
standar dan prosedur yang telah ditetapkan pihak yang tidak berwenang untuk itu,
sehingga menjamin validitas, kebenaran, pekerjaan tidak valid, tidak dapat
mutu dan kualitas pekerjaan kefarmasian dipastikan dan dijamin mutunya,
yang dilakukan, serta menjamin kemungkinan terjadinya kesalahan sangat
keselamatan praktisi/operator yang besar, serta tidak dapat menjamin
melakukan. keselamatan operator/praktisi yang
melakukan

Sanksi:
 Peringatan dan pembinaan dari organisasi
keprofesian (IAI).
 Jika masih ringan , masih dapat diberikan
peringatan, tetapi jika apoteker sudah
tidak melakukan pelayanan kefarmasian
sesuai peraturan perundangan sehingga
menyebabkan pasien celaka atau rugi,
bahkan kematian maka, akan diberikan
sanksi sesuai dengan peraturan yang
dilanggar.
PASAL 9
Seorang apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan kepentingan masyarakat, menghormati hak azasi pasien
dan melindungi makhluk hidup insani
Kemungkinan Penyebab Terjadi Penerapan Dilapangan Kemungkinan Pelanggaran
Pelanggaran
1. Kepedulian kepada pasien adalah 1. Apoteker memberikan pelayanan 1. Apoteker tidak melayani pasien secara
merupakan hal yang paling utama dari kefarmasian sesuai dengan kebutuhan maksimal sesuai dengan kebutuhan pasien,
seorang apoteker. pasien/sesuai indikasi secara maksimal pengobatan yang diberikan tidak rasional,
2. Setiap tindakan dan keputusan profesional dengan memastikan rasionalitas, mutu, tidak terjamin mutunya (contoh: sediaan
dari apoteker harus berpihak kepada serta kualitas pelayanan yang diberikan sudah rusak), dan pengobatan yang
kepentingan pasien dan masyarakat dengan mempertimbangkan keselamatan diberikan tidak dapat menjamin
dan keamanan pasien, serta efek samping keselamatan dan keamanan pasien
(contoh: banyaknya drug related problem)
3. Seorang apoteker harus mampu mendorong atau reaksi yang tidak diinginkan yang 2. Apoteker tidak memberikan pelayanan
pasien untuk terlibat dalam keputusan mungkin muncul swamedikasi kepada pasien yang ingin
pengobatan mereka 2. Apoteker dapat melakukan pelayanan secara mandiri melakukan terapi
4. Seorang apoteker harus mengambil swamedikasi kepada pasien yang pengobatan, pengobatan swamedikasi
langkah-langkah untuk menjaga kesehatan membutuhkan rekomendasi obat untuk yang diberikan tidak tepat, serta informasi
pasien khususnya janin, bayi, anak-anak keluhan yang dirasakan, dilengkapi dengan yang harus diberikan tidak lengkap
serta orang dalam kondisi lemah infromasi terkait atau dapat juga dilakukan sehingga terjadi kesalahan pada
5. Seorang apoteker harus yakin bahwa obat konseling jika dibutuhkan swamedikasi pasien yang dapat
yang diserahkan kepada pasien adalah obat 3. Apoteker tidak mementingkan aspek membahayakan keselamatan pasien
yang terjamin mutu, keamanan, dan khasiat komersial/bisnis dalam mengambil (contoh: risiko efek samping kantuk pada
dan cara pakai yang tepat keputusan profesional yang dapat pasien yang akan mengemudi tidak
6. Seorang apoteker harus menjaga merugikan kepentingan pasien. Apoteker diberikan)
kerahasiaan pasien, rahasia kefarmasian, harus dapat melihat kemampuan pasien 3. Apoteker memiliki kerjasama dengan
dan rahasia kedokteran dengan baik. dalam membeli obat dan memberikan medical representative dari industri
7. Seorang apoteker harus menghormati rekomendasi terbaik farmasi tertentu untuk meresepkan obat
keputusan profesi yang telah ditetapkan 4. Apoteker memberikan alternatif tertentu dengan maksud keuntungan
oleh dokter dalam bentuk penulisan resep rekomendasi pengobatan/pilihan pribadi yang bersifat komersial.
dan sebagainya pengobatan dengan menjelaskan segala 4. Apoteker tidak memberikan perhatian
8. Dalam hal seorang apoteker akan perbedaan yang terdapat diantara kedua khusus kepada pasien yang
mengambil kebijakan yang berbeda dengan baik dari segi farmakologis (potensi, efek membutuhkannya seperti geriatri dan
permintaan seorang dokter, maka apoteker samping) maupun ekonomis (harga) pediatri.
harus melakukan komunikasi dengan sehingga pasien dapat mengambil 5. Apoteker memberitahukan penyakit yang
dokter tersebut, kecuali peraturan keputusan dalam pengobatannya. diderita oleh pasien kepada orang lain atau
perundangan membolehkan apoteker 5. Apoteker memberikan pelayanan home teman sejawat tanpa seizin pasien.
mengambil keputusan dari kepentingan care pharmacy kepada pasien rentan atau 6. Apoteker tidak mengkonfirmasi dan
pasien. dengan keadaan khusus (geriatri dan melakukan rekomendasi penyesuaian
pediatri). resep kepada dokter walau menemukan
6. Apoteker menyimpan rekam medik pasien ketidakrasionalan dalam peresepan yang
dan resep pasien pada tempat yang aman dapat membahayakan pasien
dan dijaga kerahasiaannya.
7. Apoteker dapat melakukan konfirmasi Sanksi:
serta diskusi rekomendasi kepada dokter  Pemberian peringatan tertulis dan
untuk melakukan penyesuaian resep pembinaan dari IAI
apabila menemukan ketidakrasiolan dalam  Rekomendasi pembekuan dan pencabutan
upaya pengobatan pasien STRA atau SIPA.
 Kewajiban mengikuti pendidikan atau
pelatihan di institusi pendidikan apoteker
PASAL 10
Seorang Apoteker harus memperlakukan teman Sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan
Kemungkinan Penyebab Terjadi Penerapan Dilapangan Kemungkinan Pelanggaran
Pelanggaran
Setiap apoteker harus menghargai teman 1. Apoteker tidak membuka apotek yang 1. Apoteker membuka apotek bersebelahan
sejawatnya termasuk rekan kerjanya bersebelahan dengan apotek yang sudah dengan apotek yang sudah ada.
ada. 2. Apoteker melakukan kesalahan saat
Bilamana seorang apoteker dihadapkan
kepada suatu situasi yang problematik baik 2. Apoteker melakukan komunikasi dengan skrining resep dokter
secara moral atau peraturan perundangan baik dan efektif pada teman sejawatnya 3. Apoteker berkomunikasi secara tidak
yang berlaku, tentang hubungannya dengan 3. Apoteker tidak mengambil alih pekerjaan sopan dan tidak santun kepada teman
teman sejawat tanpa seizin apoteker yang sejawat.
sejawatnya, maka komunikasi antar
4. Apoteker tidak berbagi pengetahuan dan
sejawatnya harus dilakukan dengan baik dan bersangkutan.
pengalaman kepada teman sejawatnya.
santun 4. Apoteker dan tenaga kesehatan lainnya
5. Apoteker membicarakan kekurangan
berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Apoteker harus berkoordinasi dengan IAI apotek lain di lingkungan sekitar.
atau majelis pembina etik apoteker dalam
menyelesaikan pemasalahan dengan teman Sanksi:
sejawat. Mendapat teguran dan pembinaan dari IAI.
Apabila masih melanggar, dapat dilaporkan
kepada majelis etik untuk dilakukan sidang.
PASAL 11
Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk mematuhi ketentuan-ketentuan kode etik
Kemungkinan Penyebab Terjadi Penerapan Dilapangan Kemungkinan Pelanggaran
Pelanggaran
Bilamana seorang apoteker mengetahui 1. Apoteker mengingatkan dan menasehati 1. Terdapat apoteker yang obat narkotika,
sejawatnya melanggar kode etik, dengan cara sejawat apoteker lain apabila menjual obat psikotropika dan obat keras bukan di daftar
yang santun dia harus melakukan komunikasi narkotika, psikotropika dan obat keras DOWA tanpa menggunakan resep dokter.
dengan seja- watnya tersebut untuk 2. Terdapat Apoteker yang tidak jujur kepada
bukan di daftar DOWA tanpa
mengingatkan kekeliruan tersebut. Bilamana pasien.
menggunakan resep dokter.
ternyata yang bersangkutan sulit menerima 2. Apoteker mengingatkan dan menasehati 3. Terdapat apoteker yang membeli dan
menjual kembali pbat-obat yang berasal dari
maka dia dapat menyampaikan kepada rekan sejawatnya untuk memberikan opsi PBF yang tidak memiliki surat izin resmi.
pengurus cabang dan atau MPEAD secara memilih obat generik atau paten bagi 4. Terdapat apoteker yang tidak memberikan
berjenjang. pasien. opsi memilih obat generik atau paten bagi
3. Apoteker mengingatkan sejawat apoteker pasien.
lain untuk membeli obat di PBF resmi yang
Sanksi:
memiliki izin. Pembinaan, surat peringatan, dan pencabutan
anggota sementara maupun tetap.
PASAL 12
Seorang apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kerja sama yang baik sesama apoteker didalam
memelihara keluhuran martabat, jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai didalam menunaikan tugasnya
Kemungkinan Penyebab Terjadi Penerapan Dilapangan Kemungkinan Pelanggaran
Pelanggaran
1. Seorang apoteker harus menjalin dan 1. Apoteker lulusan instansi A dipasangkan 1. Persaingan antar apoteker di instalasi
memelihara kerjasama dengan sejawat dengan apoteker alumni instansi B saling pelayanan kefarmasian yang tidak sehat.
apoteker lainnya bekerja sama dengan baik untuk 2. Apoteker senior mengintimidasi apoteker
2. Seorang apoteker harus membantu teman memberikan pelayanan kefarmasian junior.
sejawatnya dalam menjalankan kepada masyarakat. 3. Antar apoteker di suatu instalasi farmasi
pengabdian profesinya. 2. Apoteker senior di IFRS X memberi saling tidak percaya.
3. Seorang apoteker harus saling informasi penting dan bertukar
mempercayai teman sejawatnya dalam pengetahuan kepada Apoteker junior di Sanksi:
menjalin, memelihara kerjasama. IFRS X sehingga timbul rasa hormat dan Dikenakan sanksi etik.
saling percaya untuk bekerja sama.
PASAL 13
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai,
menghargai, dan menghormati sejawat petugas kesehatan lain.
Kemungkinan Penyebab Terjadi Penerapan Dilapangan Kemungkinan Pelanggaran
Pelanggaran
Apoteker harus mampu menjalin 1. Apoteker menjalin hubungan baik 1. Apoteker melimpahkan seluruh
hubungan yang harmonis dengan tenaga dengan Tenaga teknis kefarmasian pekerjaan kepada TTK, sehingga
profesi kesehatan lainnya secara seimbang dalam melakukan pekerjaan apoteker tidak melakukan tugasnya dan
dan bermartabat kefarmasian, menjalankan pekerjaan beban kerja TTK menjadi tinggi serta
sesuai dengan pembagian tugas yang tidak sesuai dengan kompetensi TTK
telah diatur dalam struktur organisasi. 2. Apoteker penanggung jawab tidak
2. Bertanggung jawab atas pekerjaan menyediakan ruang kerja yang nyaman
kefarmasian yang dilakukan oleh TTK untuk TTK atau apoteker lainnya yang
ataupun apoteker itu sendiri. bekerja di sarana pelayanan kefarmasian
3. Menghargai keputusan dokter dalam atau tempat kerja lainnya.
meresepkan obat untuk pasien dan 3. Apoteker mengubah isi resep atau tidak
mengonfirmasi pemilihan obat oleh mengomunikasikan kebenaran isi resep
dokter dengan sikap yang baik dan kepada dokter
tidak menyalahkan. Sanksi:
Berupa sanksi organisasi, seperti pembinaan,
peringatan, pencabutan keanggotaan sementara,
dan pencabutan keanggotaan tetap.

PASAL 14
Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya
kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan lain.
Kemungkinan Penyebab Terjadi Penerapan Dilapangan Kemungkinan Pelanggaran
Pelanggaran
Bilamana seorang apoteker menemui hal-hal 1. Mengomunikasikan dengan baik 1. Apoteker menyebarkan kejelekan
yang kurang tepat dari pelayanan profesi pemilihan obat atau regimen dosis dokter kepada pasien sehingga
kesehatan lainnya, maka apoteker harus obat yang tertulis pada resep kepada menimbulkan keengganan pada pasien
mampu mengomunikasikannya dengan baik dokter penulis resep apabila untuk berobat kembali ke dokter yang
kepada profesi tersebut, tanpa yang ditemukan adanya interaksi obat atau bersangkutan. Misalnya mengatakan
bersangkutan harus merasa dipermalukan regimen dosis yang tidak tepat, serta bahwa dokternya masih muda sehingga
merekomendasikan pemilihan obat sering salah meresepkan obat untuk
atau regimen dosis yang tepat. pasien.
Sanksi:
Berupa sanksi organisasi, seperti pembinaan,
peringatan, pencabutan keanggotaan sementara,
dan pencabutan keanggotaan tetap.
BAB V
PENUTUP
PASAL 15
Seorang Apoteker bersungguh – sungguh menghayati dan mengamalkan kode etik Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya
sehari-hari.
Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar atau tidak mematuhi kode etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib
mengakui dan menerima sanksi dari pemerintah, ikatan/ organisasi profesi farmasi yang menanganinya (IAI) dan mempertanggungjawabkannya
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kemungkinan Penyebab Terjadi Penerapan Dilapangan Kemungkinan Pelanggaran
Pelanggaran
Apabila apoteker melakukan Kemungkinan Apoteker mengakui, bertanggung jawab, dan Apoteker tidak mengakui kesalahan yang
Pelanggaran kode etik apoteker, yang menerima sanksi dari IAI apabila melakukan diperbuatnya dan tidak mau bertanggung jawab,
kesalahan yang disengaja ataupun tidak
bersangkutan dikenakan sanksi organisasi. serta menyalahkan orang lain atas kesalahan
disengaja yang tidak sesuai dengan kode etik
Sanksi dapat berupa pembinaan, peringatan, apoteker Indonesia yang diperbuatnya. Apoteker menghindar dari
pencabutan keanggotaan sementara, dan pengkajian yang dilakukan oleh MPEAD.
pencabutan keanggotaan tetap. Kriteria
Kemungkinan Pelanggaran kode etik diatur
dalam peraturan organisasi, dan ditetapkan
setelah melalui kajian yang mendalam dari
MPEAD. Selanjutnya MPEAD
menyampaikan hasil telaahnya kepada
pengurus cabang, pengurus daerah, dan
MPEA

Anda mungkin juga menyukai