Anda di halaman 1dari 264

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

BIDANG FARMASI RUMAH SAKIT


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SAIFUL ANWAR
AGUSTUS - SEPTEMBER 2017

Disusun oleh :
Alfiana Pramasita G K11017R004
Anisa Widyaratna K11017R005
Dedy Priyatama K11017R013
Miftah Farid Yoga P K11017R032
Reza Hasdianto N K11017R051
Sisri Novrita K11017R058
Vindhy Mulya G K11017R065
Fera Nor Maliza K11017R071

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

BIDANG RUMAH SAKIT

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SAIFUL ANWAR

07 AGUSTUS - 29 SEPTEMBER 2017

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disetujui oleh
Pembimbing PKPA

Fakultas Farmasi UMS Kepala Instansi RSUD Dr. Saiful


Anwar

Tri Yulianti M.Sc., Apt Estika Mei Diana S.Farm.Apt


NIK. 952 NIP.198305202009122003

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta i
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillah, puji syukur hanya untuk Allah SWT yang selalu
memberikan petunjuk dan kekuatan sehingga Praktek Kerja Profesi Apoteker
yang dilaksanakan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang dapat terlaksana dengan
baik.
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) merupakan salah satu tahap dalam
pendidikan Program Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Besar harapan bagi setiap mahasiswa yang menjalani
Praktek Kerja Profesi Apoteker ini untuk memperoleh gambaran dan pengalaman
secara langsung mengenai rumah sakit dan segala bentuk aktivitas yang ada
didalamnya sehingga akan memberikan bekal bagi mahasiswa apabila terjun
dalam masyarakat.
Terlaksananya Praktek Kerja Profesi Apoteker ini tidak lepas dari
kesempatan, bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada :
1. Dr. Restu Kurnia Tcahyani, M.Kes., selaku Direktur RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk bisa
belajar serta memperoleh pengalaman selama menjalankan Praktek Kerja
Profesi Apoteker di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
2. Estika Mei Diana S.Farm., Apt., selaku Kepala Instalasi Farmasi di RSUD Dr.
Saiful Anwar Malang yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada
kami selama Praktek Kerja Profesi Apoteker.
3. Drs. Agus Sunarto, M.Farm-Klin., Apt., sebagai kepala SFT di Instalasi
Farmasi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, yang telah memberikan bimbingan
dan arahan kepada kami selama Praktek Kerja Profesi Apoteker.
4. Dra. Arofa Idha, M. Farm-Klin., Apt sebagai koordinator Diklit dan Pelatihan
yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada kami selama praktek
kerja profesi apoteker.
5. Drs. Bambang Sidharta, MS., Apt., Drs. Irfan Affandi, Apt., Lya Widhayunita,
MSc.Apt., Rifatul Hamidah S.Farm, Apt., Yenie Rosalina, S.farm, Apt.,

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta ii
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Agustinus Santoso, M.Farm-Klin., Apt., yang telah memberikan bimbingan,


arahan, pengetahuan dan membagi pengalamannya kepada kami selama
Praktek Kerja Profesi Apoteker di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
6. Lisa Ristiyani, S.Farm., Apt., selaku kepala urusan Diklit dan Pelatihan
PKPA Rumah sakit yang telah mengupayakan Praktek Kerja Profesi Apoteker
ini serta memberikan pembekalan dan dorongan untuk melaksanakannya
sebaik mungkin.
7. Seluruh staf dan karyawan Instalasi Farmasi maupun UPF RSUD Dr. Saiful
Anwar yang telah memberi bimbingan, membagi pengalaman dan membantu
kami selama melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
8. Dra. Nurul Mutmainah, M.Si., Apt., selaku Ketua Profesi Program Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tri
Yulianti M.Sc., Apt., selaku pembimbing mahasiswa PKPA di RSUD Dr.
Saiful Anwar yang telah memberikan bimbingan selama melaksanakan
Praktek Kerja Profesi Apoteker.
9. Seluruh Dosen Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta yang telah banyak memberikan pengetahuan yang
berharga bagi kami.
10. Orang tua dan saudara penulis atas doa dan dukungan yang telah diberikan
selama menjalankan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini.
11. Teman-teman Program Profesi Apoteker Angkatan 28 Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta serta rekan-rekan seperjuangan PKPA
RSUD Dr. Saiful Anwar dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Jenderal Soedirman,
Universitas Jember yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada
kami.
12. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu atas bantuan dan
dukungan yang diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini.

Pada kesempatan ini kami juga ingin menyampaikan permohonan maaf yang
sebesar-besarnya apabila ada kesalahan yang telah kami lakukan, selama Praktek

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta iii
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Kerja Profesi Apoteker di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Kami berharap
semoga di waktu mendatang, pengetahuan dan pengalamanyang telah kami
peroleh selama Praktek Kerja Profesi Apoteker di RSUD Dr.Saiful Anwar
Malang, dapat bermanfaat dan menjadi modal awal bagi kami dalam menjalankan
tugas sebagai seorang Apoteker untuk melayani masyarakat khususnya di bidang
kesehatan.
Malang, September 2017

Penulis

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta iv
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viiviii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ i
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Tujuan Praktek Kerja Profesi ................................................................. 3
C. Manfaat Praktek Kerja Profesi ............................................................... 4
BAB II TINJAUAN TENTANG RUMAH SAKIT DAN FARMASI RUMAH
SAKIT ......................................................................................................... 5
A. Tinjauan Tentang Rumah Sakit...............................................................5
B. Tinjauan Tentang RSUD Dr. Saiful Anwar ......................................... 20
BAB III PELAYANAN KEFARMASIAN DI IFRS RSUD Dr. SAIFUL ANWAR
................................................................................................................... Er
ror! Bookmark not defined.
A. Unit Pelayanan Farmasi Instalasi Rawat Inap I (IRNA I)................... 43
B. Unit Pelayanan Farmasi Instalasi Rawat Inap II (IRNA II)...............49
C. Unit Pelayanan Farmasi Instalasi Rawat Inap III (IRNA III) ............. 54
D. Unit Pelayanan Farmasi Instalasi Rawat Inap IV (IRNA IV) ............. 61
E. Unit Pelayanan Farmasi Ruang 26 (UPF R26) ................................... 67
F. Unit Pelayanan Farmasi Paviliun (UPF Pavilliun) ............................ 73
G. Unit Pelayanan Farmasi Instalasi Rawat Jalan Umum (UPF RJ Umum)
... .......................................................................................................... 80
H. Unit Pelayanan Farmasi JKN (UPF JKN) ......................................... 86
I. Unit Pelayanan Farmasi Instalasi Gawat Darurat (UPF IGD) ......... .. 93
J. Unit Pelayanan Farmasi OK (Kamar Oprasi) Terpadu.....................106
K. Unit Pelayanan Farmasi Gudang Obat dan Alat Kesehatan...............118
L. Unit Pelayanan Farmasi Produksi......................................................125

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta v
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

M. Ward Pharmacist ...............................................................................134


N. Program Terapi Rumatan Metadona (PTRM)....................................152
O. Pelayanan Farmasi TB & TB MDR...................................................165
P. Pelayanan Farmasi Pasien HIV..........................................................182
BAB IV Error! Bookmark not defined. KEGIATAN MAHASISWA PRAKTEK
KERJA PROFESI APOTEKER ............................................................. 192
A. Matrikulasi ........................................................................................ 192
B. Praktek Kerja Profesi di UPF IRNA I .............................................. 196
C. Praktek Kerja Profesi di UPF IRNA II ............................................. 197
D. Praktek Kerja Profesi di UPF IRNA III ............................................ 198
E. Praktek Kerja Profesi di UPF IRNA IV ............................................ 200
F. Praktek Kerja Profesi di UPF Ruang 26 ........................................... 201
G. Praktek Kerja Profesi di UPF Pavilliun ............................................ 202
H. Praktek Kerja Profesi di UPF Rawat Jalan Umum ........................... 203
I. Praktek Kerja Profesi di UPF IGD ................................................... 204
J. Praktek Kerja Profesi di UPF Gudang .............................................. 205
K. Praktek Kerja Profesi di UPF Rawat Jalan JKN ............................... 206
L. Praktek Kerja Profesi di UPF OK Terpadu ...................................... 207
M. Praktek Kerja Profesi di Unit Produksi ............................................ 208
N. Praktek Kerja Profesi di Ruangan/Bangsal Rawat Inap ................... 209
O. Morning Report................................ 2Error! Bookmark not defined.0
P. Presentasi Kasus Farmasi Klinis ....................................................... 212
Q. Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) ........................................ 215
R. Evaluasi ............................................................................................. 217
BAB V PEMBAHASAN ...................................................................................... 218
BAB VI KESIMPULAN ...................................................................................... 225
BAB VII SARAN ................................................................................................. 226
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 227
LAMPIRAN .......................................................................................................... 228

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta vi
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Contoh Obat OWATI dan LASA............................................................ 84


Tabel 2. Sediaan Obat Farmasi yang Terdapat di UPF OK Terpadu ............. Error!
Bookmark not defined.4
Tabel 3. Alat Kesehatan yang Terdapat di UPF OK TerpaduError! Bookmark
not defined.8
Tabel 4. Persyaratan Pengkajian dan Pelayanan ResepError! Bookmark not
defined.6
Tabel 5. Dosis Paduan OAT KDT Kategori 1:2 (HRZE)/4(HR)3 ................. Error!
Bookmark not defined.
Tabel 6. Dosis Paduan OAT KDT Kategori 1:2 (HRZE)/4(HR)3 ................. Error!
Bookmark not defined.72
Tabel 7. Dosis Paduan OAT KDT Kategori 2 :2 (HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3ES
................................................................................ Error! Bookmark not defined.
Tabel 8. Dosis Paduan OAT Kombipak kategori 2............................................ 173
Tabel 9. Jenis, Sifat dan Efek Samping Obat TB lini pertamaError! Bookmark
not defined.
Tabel 10. Efek Samping Ringan OAT dan PenatalaksanaannyaError! Bookmark
not defined.
Tabel 11. Efek Samping Berat OAT dan PenatalaksanaanError! Bookmark not
defined.4
Tabel 12. Penatalaksaan Terapi TB Anak .......... Error! Bookmark not defined.74
Tabel 13. Kisaran dosis OAT lini Pertama Bagi Pasien DewasaError! Bookmark
not defined.74
Tabel 14. Pemantauan Kemajuan Pengobatan TB .............................................. 175
Tabel 15. Pemantauan Selama Pengobatan MDR-TBError! Bookmark not
defined.82
Tabel 16. Resiko Penularan HIV dari Cairan TubuhError! Bookmark not
defined.85
Tabel 17. Stadium Klinis Menurut Jumlah CD4 Error! Bookmark not defined.86

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta vii
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Tabel 18. Materi Matrikulasi yang Diberikan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang .
............................................................................................................................. 193
Tabel 19. Kegiatan Morning Report .................. 21Error! Bookmark not defined.
Tabel 20. Kegiatan PKRS Mahasiswa PKPA .... 2Error! Bookmark not defined.6

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta viii
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penulisan Nama Rumah Sakit Terakreditasi Nasional ........................ 19


Gambar 2. Penulisan Nama Rumah Sakit Terakreditasi Internasional ................. 20
Gambar 3. RSUD Dr. Saiful Anwar...................................................................... 20
Gambar 4. Struktur Organisasi RSUD Dr. Saiful Anwar ..................................... 22
Gambar 5. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Dr. Saiful Anwar ......... 26
Gambar 6. Struktur Organisasi UPF IRNA I ........................................................ 44
Gambar 7. Denah Ruangan UPF IRNA I .............................................................. 44
Gambar 8. Alur Pelayanan UPF IRNA I untuk Pasien Rawat Inap ...................... 45
Gambar 9. Alur Pelayanan UPF IRNA I Pada Pasien HD (Hemodialisa) dan KRS
(Keluar Rumah Sakit) ........................................................................................... 46
Gambar 10. Denah ruangan UPF IRNA II ............................................................ 49
Gambar 11. Struktur organisasi ruangan UPF IRNA II ........................................ 50
Gambar 12. Alur pelayanan sediaan farmasi di UPF IRNA II ............................. 51
Gambar 13. Struktur Organisasi IRNA III ............................................................ 55
Gambar 14. Alur pelayanan Obat dan Alkes di IRNA III..................................... 57
Gambar 15. Alur Pelayanan Floor Stock di Kamar Bersalin ................................ 57
Gambar 16. Alur Pengadaan Perbekalan Farmasi di UPF IRNA III .................... 59
Gambar 17. Struktur Organisasi UPF IRNA IV ................................................... 62
Gambar 18. Alur Pelayanan UPF IRNA IV .......................................................... 63
Gambar 19. Alur Pengadaan Perbekalan Farmasi di UPF IRNA IV .................... 64
Gambar 20. Alur Pendistribusian Floor Stock di HCU Anak IRNA IV ............... 66
Gambar 21. Struktur Organisasi UPF Ruang 26 ................................................... 68
Gambar 22. Alur Pelayanan Resep di UPF Ruang 26 .......................................... 69
Gambar 23. Alur Pengelolaan Perbekalan Farmasi Di UPF Ruang 26................. 70
Gambar 24. Alur Penerimaan Perbekalan Farmasi Di UPF Ruang 26 ................. 71
Gambar 25. Struktur Organisasi UPF Instalasi Pelayanan Utama ........................ 75
Gambar 26. Alur Pelayanan di UPF Instalasi Pelayanan Utama (IPU) ................ 75
Gambar 27. Alur Pelayanan Pasien Rawat inap UPF Instalasi Pelayanan Utama 76
Gambar 28. Struktur Organisasi UPF RJU ........................................................... 81
Gambar 29. Denah Ruangan UPF RJU ................................................................. 81

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta ix
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Gambar 30. Alur Pelayanan Unit Pelayanan Farmasi Rawat Jalan Umum .......... 82
Gambar 31. Struktur Organisasi UPF JKN ........................................................... 87
Gambar 32. Denah Ruangan UPF JKN................................................................. 88
Gambar 33. Alur Pelayanan UPF JKN ................................................................. 89
Gambar 34. Proses Pengadaan Obat Dan Alat Kesehatan di UPF JKN ............... 90
Gambar 35. Denah Ruang UPF JKN Proses Penerimaan Obat dan Alat Kesehatan
di UPF JKN ........................................................................................................... 92
Gambar 36. Ruang Tindakan ................................................................................ 94
Gambar 37. Struktur Organisasi Unit Pelayanan Farmasi Instalasi Gawat Darurat
............................................................................................................................... 95
Gambar 38. Denah Unit Pelayanan Farmasi IGD ................................................. 96
Gambar 39. Pendistribusian Obat untuk Pasien Umum di UPF IRD ................... 99
Gambar 40. Pendistribusian Obat Untuk Pasien IKS dan JKN di UPF IRD . Error!
Bookmark not defined.00
Gambar 41. Pendistribusian Obat Untuk Pasien yang Tidak Diketahui
Dentitasnya .......................................................................................................... 101
Gambar 42. Pendistribusian Obat Untuk Pasien yang Tidak Mampu ............... 103
Gambar 43. Pendistribusian Obat Floor Stock Ambulans ................................. 104
Gambar 44. Struktur Organisasi dan SDM di UPF OK TerpaduError! Bookmark
not defined.06
Gambar 45. Denah Ruangan di OK Sentral ....... Error! Bookmark not defined.08
Gambar 46. Denah ruangan di OK Lantai 5 ...... Error! Bookmark not defined.08
Gambar 47. Denah ruangan di OK IGD............. Error! Bookmark not defined.09
Gambar 48. Alur Pelayanan UPF OK Terpadu .. Error! Bookmark not defined.10
Gambar 49. Denah Ruang Rekonstitusi Sediaan Sitostatika .............................. 129
Gambar 50. Alur Permintaan Handling SitostatikaError! Bookmark not
defined.0
Gambar 51. Alur Pelayanan Premix KCl ........... Error! Bookmark not defined.32
Gambar 52. Alur Pelayanan Pengadaan di Unit ProduksiError! Bookmark not
defined.3
Gambar 53. Rumus Perhitungan DDD................................................................ 150
Gambar 54. Alur Gyssens ................................................................................... 151

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta x
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Gambar 55. Alur Pelayanan Pasien PTRM ......................................................... 155


Gambar 56. Alur Diagnosis TB Paru ................ Error! Bookmark not defined.69
Gambar 57. Langkah-Langkah Menyusun Regimen Pengobatan TB-MDR . Error!
Bookmark not defined.79
Gambar 58. Alur Perjalanan Infeksi HIV .......................................................... 183
Gambar 59. Perjalanan Infeksi Virus .................................................................183
Gambar 60. Efek ARV pada Viral Load dan Jumlah CD4 ................................ 188
Gambar 61. Alur Cara Mengetahui Status HIV ................................................. 189
Gambar 62. Alur pelayanan poliklinik VCT RSSA. .......................................... 189
Gambar 63. Alur Pelayanan ARV di RSSA ....................................................... 191

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta xi
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar MESO ................................................................................ 228


Lampiran 2. Lembar Rekam Penggunaan Antibiotik ......................................... 230
Lampiran 3. Lembar Farmasi Klinik ................................................................... 231
Lampiran 4. Lembar Pengkajian Resep .............................................................. 237
Lampiran 5. Indikator Mutu Angka Kebenaran Penyiapan dan Pelabelan Obat 238
Lampiran 6. Indikator Mutu Prescribing Error ................................................... 239
Lampiran 7. Catatan Kendali Sediaan Farmasi Pasien Rawat Inap .................... 240
Lampiran 8. Resep Umum .................................................................................. 241
Lampiran 9. Resep JKN ...................................................................................... 242
Lampiran 10. Salinan resep ................................................................................. 243
Lampiran 11. Etiket............................................................................................. 244
Lampiran 12. Etiket PODS ................................................................................. 244
Lampiran 13. Kartu Stok ..................................................................................... 245
Lampiran 14. Formulir Telaah Resep ................................................................. 246
Lampiran 15. Kuisioner ...................................................................................... 247
Lampiran 16. Stiker LASA, Sitostatika, High Alert ........................................... 250

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta xi
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang - Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat 3 tertulis bahwa negara
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak. Hal tersebut menunjukan bahwa pemerintah
berkewajiban untuk menyehatkan yang sakit dan berupaya untuk
mempertahankan yang sehat agar tetap sehat. Kesehatan merupakan investasi
untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam
upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus harus
dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kesehatan
merupakan komponen utama.
Menurut World Health Organization (WHO) sehat adalah keadaan fisik,
mental, dan sosial yang sejahtera bukan hanya ketiaadaan penyakit dan lemah.
Undang-Undang 36 tahun 2009 dituliskan bahwa kesehatan merupakan keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan
untuk setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Mengingat
pentingnya kesehatan dalam kesuksesan pembangunan nasional maka perlu
dilakukan peningkatan upaya kesehatan. Upaya kesehatan merupakan kegiatan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Menurut UU RI No. 56 tahun 2014 tentang Rumah Sakit, rumah sakit
merupakan institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah sakit
diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan,
etika, dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak, dan anti
diskriminasi, pemerataan, perlindungan, keselamatan pasien, serta mempunyai
fungsi sosial.
Tugas dan Fungsi rumah sakit menurut Undang-Undang No 44 tahun 2009
tentang Rumah sakit :

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 1
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai


dengan standar pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.
Upaya yang dapat dilakukan dengan meningkatkan pelayanan kesehatan
yang bermutu melalui penigkatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Hal itu
diperjelas dengan keputusan menteri Nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999
menyebutkan bahwa pelayanan kefarmasian di rumah sakit adalah bagian yang
tak terpisahkan dalam sistem pelayanan kesehatan rumah sakit. Peningkatkan
peran farmasis (Apoteker) di rumah sakit. Peran dari tenaga ksehatan dalam hal
ini Apoteker adalah pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai serta farmasi klinik yang telah diatur pada PerMenKes RI No. 72
Tahun 2016.
Berdasarkan PerMenKes RI No. 72 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Standar pelayanan kefarmasian di rumah
sakit ada 2 yaitu pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai kegiatannya berupa seleksi, perencanaan, pengadaan, produksi,
penerimaan, penyimpanan, penyaluran/ distribusi obat, dan evaluasi serta
pelaporan serta pelayanan farmasi klinik antara lain pengkajian dan pelayanan
resep, penelusuran riwayat obat, rekonsiliasi, pelayanan informasi obat, konseling,
visite, pemantauan terapi obat, monitoring efek samping obat, evaluasi
penggunaan obat, dispensing sediaan steril, dan pemantauan kadar obat dalam
darah.
Apoteker adalah tenaga kesehatan di rumah sakit yang mempunyai
tanggung jawab dalam mengelola sediian farmasi, alkes, bahan medis habis pakai
dan melakukan pelayanan farmasi klinik di rumah sakit. Dalam melaksanakan
pelayanan farmasi di rumah sakit, seorang Apoteker harus berkompeten di bidang

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 2
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

kefarmasian sehingga mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan


perundang-undangan yang berlaku dan berdasarkan kode etik kefarmasian.
Berdasarkan peran farmasis yang telah diatur dalam Permenkes No. 72
tahun 2016 mahasiswa Program Profesi Apoteker sebagai calon Apoteker harus
memiliki pengalaman dan bekal yang cukup untuk menjalakan pekerjaan
keprofesian dengan aturan yang telah di tetapan sehingga menciptakan sikap
profesional dalam bertindak dan bersikap. Untuk mencapai tujuan tersebut
program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah
Surakarta bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar
Malang, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan calon Apoteker melalui
Praktek Kerja Profesi Apoteker di rumah sakit yang dilaksanakan tanggal 07
Agustus 2017 sampai dengan 29 September 2017.

B. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker


Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di rumah sakit bagi
mahasiswa Program Profesi Apoteker adalah untuk membekali mahasiswa dengan
pengetahuan dan kemampuan untuk mengelola perbekalan kefarmasian di rumah
sakit dan mampu memecahkan permasalahan yang ada, berhubungan dan
berinteraksi dengan profesi kesehatan lainnya, serta memahami efektivitas dan
rasionalitas dalam penggunaan obat. Pada akhir kegiatan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar Malang, para
calon Apoteker diharapkan dapat :
1. Memahami mengenai praktek kefarmasian baik dari segi manajerial berupa
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
maupun dari segi farmasi klinis.
2. Memahami fungsi dan peran Apoteker di rumah sakit baik farmasi manajerial
dan farmasi klinik.
3. Memahami dan menerapkan konsep Pharmaceutical Care dalam praktek
pelayanan kefarmasian khususnya di rumah sakit.
4. Mengasah keterampilan berkomunikasi dan interaksi dengan pasien, keluarga
pasien, dan tenaga kesehatan lainnya dalam mencapai tujuan terapi.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 3
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

C. Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker


Berdasarkan tujuan yang telah dijelaskan di atas, diharapkan mahasiswa
yang menjalankan Praktek Kerja Profesi Apoteker mendapatkan beberapa manfaat
sebagai berikut:
1. Mengetahui memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam menjalankan
pekerjaan kefarmasian di Rumah Sakit.
2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di Rumah
Sakit.
3. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di rumah sakit
4. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang profesional.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 4
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

BAB II
TINJAUAN TENTANG RUMAH SAKIT
DAN FARMASI RUMAH SAKIT

A. Tinjauan Tentang Rumah Sakit


1. Pengertian Rumah Sakit
Menurut WHO Rumah Sakit adalah bagian dari suatu organisasi sosial dan
kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),
penyembuhan penyakit (kuratif), pencegahan penyakit (preventif) kepada
masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
2. Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, Rumah sakit memiliki tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna (komprehensif). Agar dapat menjalankan tugas
tersebut maka rumah sakit memiliki fungsi sebagai berkut :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan, dan
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
3. Tujuan Rumah Sakit
Dalam UU No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit
diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan,

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 5
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi,
pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.
4. Jenis Rumah Sakit
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, rumah sakit dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaanya.
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dibedakan menjadi:
a. Rumah Sakit Umum, yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
pada semua bidang dan jenis penyakit.
b. Rumah Sakit Khusus, yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan utama
pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
Berdasarkan pengelolaannya, rumah sakit dibedakan menjadi :
a. Rumah Sakit Publik merupakan rumah sakit yang dikelola oleh daerah, dan
badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah
atau pemerintah daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan badan
layanan umum atau badan layanan umum daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
b. Rumah Sakit Privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang
berbentuk perseroan terbatas atau persero.
5. Klasifikasi Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang No 44 tahun 2009 berdasarkan jenis pelayanan
yang diberikan, rumah sakit dikategorikan dalam rumah sakit umum dan rumah
sakit khusus. Rumah sakit Umum diklasifikasikan menjadi 4 yaitu sebagai
berikut:
a. Rumah Sakit Umum Kelas A
Rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 spesialis dasar, 5 spesialis
penunjang medik, 12 spesialis lain, 13 subspesialis. Menurut Permenkes 56 tahun
2014 Pelayanan Medik Spesialis Dasar antara lain pelayanan penyakit dalam,
kesehatan anak, bedah, dan obstetri dan ginekologi. Pelayanan gawat darurat
masuk dalam pelayanan medik spesialis dasar dimana pelayanan gawat darurat
harus diselenggarakan 24 jam sehari secara terus menerus.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 6
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Pelayanan spesialis penunjang medik antara lain pelayanan kefarmasian


pada Permenkes No. 56 tahun 2014 Klasifikasi dan Perizinan Rumah sakit pasal
14 huruf b meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis
habis pakai dan pelayanan farmasi klinik, anestesiologi, radiologi, patologi klinik,
patologi anatomi, dan rehabilitasi medik. Pelayanan medik spesialis lain antara
lain adalah telinga hidung tenggorokan, mata, syaraf, jantung dan pembuluh
darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf,
bedah plastik, dan kedokteran forensik. Dan untuk pelayanan subspesialis antara
lain adalah pelayanan bedah mulut, periodonti, orthodonti, prosthodonti,
pedodonsi, dan penyakit mulut.
Menurut Permenkes No. 56 tahun 2014 terdapat Pelayanan Keperawatan
dan kebidanan meliputi asuhan generalis dan spesialis serta asuhan kebidanan.
Pelayanan penunang klinik meliputi pelayanan bank darah, pelayanan perawatan
intensif untuk semua golongan umur, jenis penyakit, gizi, sterilisasi instrumen,
dan rekam medik. Pelayanan penunjang non klinik pelayanan laundry, jasa boga
dan dapur, tekhnik dan pemeliharaan fasilitas, pengelolaan limbah, gudang,
ambulans, sistem informasi dan komunikasi, pemulasaraan jenazah, sistem
penanggulangan kebakaran, pengelolaan gas medik, dan pengelolaan air bersih.
Sumber daya manusia rumah sakit umum kelas A terdiri atas:
1) Tenaga medis.
2) Tenaga kefarmasian.
3) Tenaga keperawatan.
4) Tenaga kesehatan lain.
5) Tenaga non kesehatan.
Tenaga medis paling sedikit terdiri atas:
1) 18 (delapan belas) dokter umum untuk pelayanan medik dasar.
2) 4 (empat) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut.
3) 6 (enam) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis
dasar.
4) 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis
penunjang.
5) 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis lain.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 7
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

6) 2 (dua) dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan medik


subspesialis;
7) 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis
gigi mulut.
Tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri atas:
1) (satu) Apoteker sebagai kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS).
2) 5 (lima) Apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling
sedikit 10 (sepuluh) tenaga teknis kefarmasian.
3) 5 (lima) Apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 10
(sepuluh) tenaga teknis kefarmasian.
4) 1 (satu) Apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh minimal 2
(dua) tenaga teknis kefarmasian.
5) 1 (satu) Apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit 2 (dua)
tenaga teknis kefarmasian.
6) 1 (satu) Apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi yang
dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik dirawat inap atau
rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya
disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian rumah sakit.
7) 1 (satu) Apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat merangkap
melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan
dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan
dengan bebankerja pelayanan kefarmasian rumah sakit.
Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan sama dengan jumlah tempat tidur
pada instalasi rawat inap. Kualifikasi dan kompetensi tenaga keperawatan
disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan rumah sakit dan 1 (satu) Apoteker
sebagai koordinator produksi yang dapat merangkap melakukan pelayanan
farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis
kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan
kefarmasian rumah sakit.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 8
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

b. Rumah Sakit Umum Kelas B


Rumah sakit umum kelas B merupakan rumah sakit dengan fasilitas
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 spesialis dasar, 4 spesialis
penunjang medik, 8 spesialis lain serta 2 subspesialis dasar.
1) Pelayanan medik terdiri dari pelayanan gawat darurat, medik pesialis
dasar, medik spesialis penunjang, medik spesialis lain, medik subspesialis,
medik spesialis gigi dan mulut.
2) Pelayanan gawat darurat harus diselenggarakan 24 jam sehari secara terus-
menerus.
3) Pelayanan medik spesialis dasar terdiri dari pelayanan penyakit dalam,
kesehatan anak, bedah, obstetri dan ginekologi.
4) Pelayanan spesialis penunjang terdiri dari pelayanan anestesiologi,
radiologi, rehabilitasi medik, patologi anatomi dan patologi klinik.
5) Pelayanan medik spesialis lain paling sedikit 8 pelayanan dari 13
pelayanan yang meliputi pelayanan mata, telinga hidung tenggorokan,
syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa,
paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan kedokteran
forensik.
6) Pelayanan medik subspesialis lain paling sedikit berjumlah 2 pelayanan
subspesialis dasar dari 4 subspesialis dasar meliputi pelayanan subspesialis
di bidang spesialisasi bedah, penyakit dalam, kesehatan anak dan obsetri
dan ginekologi.
7) Pelayanan medik spesialis gigi mulut paling sedikit berjumlah 3 pelayanan
yang meliputi bedah mulut, konservasi/ endodonsi, dan orthoodonti.
8) Pelayanan keperawatan dan kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan
keperawatan dan asuhan kebidanan.
9) Pelayanan penunjang klinik terdiri dari pelayanan bank darah, perawatan
intensif untuk semua golongan umur dan jenis penyakit, gizi, farmasi,
sterilisasi instrumen dan rekam medik.
10) Pelayanan penunjang non klinik terdiri dari pelayanan laundry/ linen, jasa
boga/ dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas, pengelolaan limbah,
gudang, ambulance, sistem informasi dan komunikasi, pemulasaraan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 9
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

jenazah, penanggulangan kebakaran, pengelolaan gas medik dan


pengelolaan air bersih.
Pelayanan rawat inap harus dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut:
1) Jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 30% (tiga puluh
persen) dari seluruh tempat tidur untuk rumah sakit milik pemerintah.
2) Jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 20% (dua puluh
persen) dari seluruh tempat tidur untuk rumah sakit milik swasta.
3) Jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima persen) dari
seluruh tempat tidur untuk rumah sakit milik pemerintah dan rumah sakit
milik swasta.
Sumber daya manusia rumah sakit umum kelas B terdiri atas:
1) Tenaga medis
2) Tenaga kefarmasian
3) Tenaga keperawatan.
4) Tenaga kesehatan lain
5) Tenaga non kesehatan
Tenaga medis paling sedikit terdiri atas:
1) 12 (dua belas) dokter umum untuk pelayanan medik dasar.
2) 3 (tiga) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut 3 (tiga)
dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar.
3) 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis
penunjang.
4) 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis lain.
5) 1 (satu) dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
subspesialis.
6) 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis
gigi mulut.
Tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri atas:
1) 1 (satu) orang Apoteker sebagai kepala instalasi farmasi rumah sakit.
2) 4 (empat) Apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling
sedikit 8 (delapan) orang tenaga teknis kefarmasian.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 10
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

3) 4 (empat) orang Apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 8
(delapan) orang tenaga teknis kefarmasian.
4) 1 (satu) orang Apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh
minimal 2 (dua) orang tenaga teknis kefarmasian.
5) 1 (satu) orang Apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit 2
(dua) orang tenaga teknis kefarmasian.
6) 1 (satu) orang Apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi
yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap
atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang
jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian rumah
sakit, dan
7) 1 (satu) orang Apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat
merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat
jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya
disesuaikan dengan bebankerja pelayanan kefarmasian rumah sakit.
Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan sama dengan jumlah tempat tidur
pada instalasi rawat inap. Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain dan tenaga
non kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan rumah sakit.
c. Rumah Sakit Umum Kelas C
Rumah sakit umum kelas C merupakan rumah sakit dengan fasilitas
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 spesialis dasar dan 4 spesialis
penunjang medik.
1) Pelayanan gawat darurat harus diselenggarakan 24 jam sehari secara terus
menerus.
2) Pelayanan medik umum terdiri dari pelayanan medik dasar, pelayanan
medik gigi mulut, kesehatan ibu dan anak, dan keluarga berencana.
3) Pelayanan medik spesialis dasar terdiri dari pelayanan penyakit dalam,
kesehatan anak, bedah, obstetri dan ginekologi.
4) Pelayanan medik spesialis gigi mulut minimal 1 (satu) pelayanan.
5) Pelayanan spesialis penunjang medik terdiri dari pelayanan anestesiologi,
radiologi, dan patologi klinik.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 11
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

6) Pelayanan kefarmasian terdiri dari pengelolaan sediaan farmasi, alat


kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik.
7) Pelayanan keperawatan dan kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan
keperawatan dan asuhan kebidanan.
8) Pelayanan penunjang klinik terdiri dari pelayanan bank darah,
perawatan intensif untuk semua golongan umur dan jenis penyakit,
gizi, farmasi, sterilisasi instrumen dan rekam medik.
9) Pelayanan penunjang non klinik terdiri dari pelayanan laundry/ linen, jasa
boga/ dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas, pengelolaan limbah,
gudang, ambulance, sistem informasi dan komunikasi, pemulasaran
jenazah, sistempenanggulangan kebakaran, pengelolaan gas medik dan
penampungan air bersih.
Pelayanan rawat inap harus dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut:
1) Jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 30% (tiga puluh
persen) dari seluruh tempat tidur untuk rumah sakit milik pemerintah.
2) Jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 20% (dua puluh
persen) dari seluruh tempat tidur untuk rumah sakit milik swasta.
3) Jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima persen) dari
seluruh tempat tidur untuk rumah sakit milik pemerintah dan rumah sakit
milik swasta.
Sumber daya manusia rumah sakit umum kelas C terdiri atas:
1) Tenaga medis.
2) Tenaga kefarmasian.
3) Tenaga keperawatan.
4) Tenaga kesehatan lain.
5) Tenaga non kesehatan.
Tenaga medis paling sedikit terdiri atas:
1) 9 (sembilan) dokter umum untuk pelayanan medik dasar.
2) 2 (dua) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut.
3) 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar.
4) 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis
penunjang.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 12
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

5) 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis
gigi mulut.
Tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri atas:
1) 1 (satu) orang Apoteker sebagai kepala instalasi farmasi rumah sakit.
2) 2 (dua) Apoteker yang bertugas di rawat inap yang dibantu oleh paling
sedikit 4 (empat) orang tenaga teknis kefarmasian.
3) 4 (empat) orang Apoteker di rawat inap yang dibantu oleh palingsedikit 8
(delapan) orang tenaga teknis kefarmasian.
4) 1 (satu) orang Apoteker sebagai koordinator penerimaan, distribusi dan
produksi yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di
rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknik kefarmasian
yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian
rumah sakit.
Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan dihitung dengan perbandingan 2
(dua) perawat untuk 3 (tiga) tempat tidur. Kualifikasi dan kompetensi tenaga
keperawatan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan rumah sakit. Jumlah dan
kualifikasi tenaga kesehatan lain dan tenaga non kesehatan disesuaikan dengan
kebutuhan pelayanan rumah sakit.
Peralatan rumah sakit umum kelas C harus memenuhi standar sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Peralatan paling sedikit terdiri
dari peralatan medis untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, rawat
intensif, rawat operasi, persalinan, radiologi, laboratorium klinik, pelayanan
darah, rehabilitasi medik, farmasi, instalasi gizi, dan kamar jenazah.
d. Rumah Sakit Umum Kelas D
Pelayanan medik terdiri dari pelayanan gawat darurat, medik spesialis
dasar, medik spesialis penunjang, medik spesialis lain, medik subspesialis dan
medik spesialis gigi dan mulut.
1) Pelayanan medis terdiri dari pelayanan gawat darurat, medik umum, medik
spesialis dasar, dan medik spesialis penunjang.
2) Pelayanan gawat darurat harus diselenggarakan 24 jam sehari secara terus
menerus.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 13
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

3) Pelayanan medis umum terdiri dari pelayanan medik dasar, pelayanan


medik gigi mulut dan pelayanan kesehatan ibu dan anak, dan keluarga
berencana.
4) Pelayanan medis spesialis dasar paling sedikit 2 dari 4 pelayanan medik
spesialis dasar yang meliputi pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak,
bedah dan/ atau obstetri dan ginekologi.
5) Pelayanan medis spesialis penunjang yaitu laboratorium dan radiologi.
6) Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik.
7) Pelayanan keperawatan dan kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan
keperawatan dan asuhan kebidanan.
8) Pelayanan penunjang klinik terdiri dari pelayanan darah, perawatan high
care unit untuk semua golongan umur dan jenis penyakit, gizi, sterilisasi
instrumen dan rekam medis.
9) Pelayanan penunjang non klinik terdiri dari pelayanan laundry/ linen, jasa
boga/ dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas, pengelolaan limbah,
gudang, ambulance, sistem informasi dan komunikasi, pemulasaran
jenazah, penanggulangan kebakaran, pengelolaan gas medik dan
penampungan air bersih.
Pelayanan rawat inap harus dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut:
1) Jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 30% (tiga puluh
persen) dari seluruh tempat tidur untuk rumah sakit milik pemerintah.
2) Jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 20% (dua puluh
persen) dari seluruh tempat tidur untuk rumah sakit milik swasta.
3) Jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima persen) dari
seluruh tempat tidur untuk rumah sakit milik pemerintah dan rumah
sakitmilik swasta.
Sumber daya manusia rumah sakit umum kelas D terdiri atas:
1) Tenaga medis.
2) Tenaga kefarmasian.
3) Tenaga keperawatan.
4) Tenaga kesehatan lain.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 14
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

5) Tenaga non kesehatan.


Tenaga medis paling sedikit terdiri atas:
1) 4 (empat) dokter umum untuk pelayanan medik dasar.
2) 1 (satu) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut.
3) 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar.
Tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri atas:
1) 1 (satu) orang Apoteker sebagai kepala instalasi farmasi rumah sakit.
2) 1 (satu) Apoteker yang bertugas di rawat inap dan rawat jalan yang dibantu
oleh paling sedikit 2 (dua) orang tenaga teknis kefarmasian.
3) 1 (satu) orang Apoteker sebagai koordinator penerimaan, distribusi dan
produksi yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di
rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian
yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian
rumah sakit.
Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan dengan perbandingan 2 (dua)
perawat untuk 3 (tiga) tempat tidur. Kualifikasi dan kompetensi tenaga
keperawatan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan rumah sakit. Jumlah dan
kualifikasi tenaga kesehatan lain dan tenaga non kesehatan disesuaikan dengan
kebutuhan pelayanan rumah sakit.
Peralatan rumah sakit umum kelas D harus memenuhi standar sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Peralatan paling sedikit terdiri
dari peralatan medis untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, rawat
intensif, rawat operasi, persalinan, radiologi, laboratorium klinik, pelayanan
darah, rehabilitasi medik, farmasi, instalasi gizi, dan kamar jenazah.
Rumah sakit umum kelas D pratama didirikan dan diselenggarakan untuk
menjamin ketersediaan dan meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan tingkat kedua.
Rumah sakit umum kelas D pratama hanya dapat didirikan dan
diselenggarakan di daerah tertinggal, perbatasan, atau kepulauan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain pada daerah tersebut, rumah
sakit umum kelas D pratama dapat juga didirikan di kabupaten/ kota, apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 15
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

1) Belum tersedia rumah sakit di kabupaten/ kota yang bersangkutan.


2) Rumah sakit yang telah beroperasi di kabupaten/ kota yang bersangkutan
kapasitasnya belum mencukupi, atau
3) Lokasi rumah sakit yang telah beroperasi sulit dijangkau secara geografis
olehsebagian penduduk di kabupaten/kota yang bersangkutan. Ketentuan
mengenai rumah sakit umum kelas D pratama diatur dalam Peraturan
Menteri.
e. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus
Jenis rumah sakit khusus antara lain rumah sakit khusus ibu dan anak,
mata, otak, gigi dan mulut, kanker, jantung dan pembuluh darah, jiwa, infeksi,
paru, telinga hidung tenggorokan, bedah, ketergantungan obat, dan ginjal. Jenis
rumah sakit khusus lainnya dapat berupa penggabungan jenis kekhususan atau
jenis kekhususan baru. Penetapan jenis rumah sakit khusus baru dilakukan
berdasarkan hasil kajian dan mendapatkan rekomendasi asosiasi perumahsakitan
serta organisasi profesi terkait.
Rumah sakit khusus harus mempunyai fasilitas dan kemampuan, paling
sedikit meliputi:
1) Pelayanan medis, paling sedikit terdiri dari:
a) Pelayanan gawat darurat, tersedia 24 (dua puluh empat) jam sehari terus
menerus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b) Pelayanan medis umum.
c) Pelayanan medis spesialis dasar sesuai dengan kekhususan.
d) Pelayanan medis spesialis dan/ atau subspesialis sesuai kekhususan, dan
e) Pelayanan medis spesialis penunjang.
2) Pelayanan kefarmasian.
3) Pelayanan keperawatan.
4) Pelayanan penunjang klinik.
5) Pelayanan penunjang non klinik.
Sumber daya manusia yang harus dimiliki adalah:
1) Tenaga medis, yang memiliki kewenangan menjalankan praktek
kedokteran di rumah sakit yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 16
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

2) Tenaga kefarmasian, dengan kualifikasi Apoteker dan tenaga teknis


kefarmasian dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan
kefarmasian rumah sakit.
3) Tenaga keperawatan, dengan kualifikasi dan kompetensi yang sesuai
dengan kebutuhan pelayanan rumah sakit.
4) Tenaga kesehatan lain dan tenaga non kesehatan, sesuai dengan kebutuhan
pelayanan rumah sakit.
6. Akreditasi Rumah Sakit
` Menurut Permenkes No. 12 tahun 2012 tentang akreditasi rumah sakit,
Akreditas adalah pengakuan terhadap Rumaah sakit yang diberikan oleh lembaga
independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh menteri, setelah dinilai
bahwa rumah sakit memnuhi standar peayanan rumah sakit yang berlaku untuk
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit secara berkesinambungan. Dalam
pasal 3 Permenkes No. 12 tahun 2012 setiap rumah sakit wajib mengikuti
akreditasi nasional serta setiap rumah sakit yang telah memperoleh izin
operasional dan telah beroperasi sekurang-kurangnya 2 tahun wajib mengajuka
permohonan akreditasi.
Tujuan dilakukannya akreditasi adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
b. Meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit.
c. Meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya manusia
rumah sakit dan rumah sakit sebagai institusi, dan
d. Mendukung program Pemerintah di bidang kesehatan.
Melalui proses akreditasi rumah sakit dapat meningkatkan kepercayaan
rumah sakit menitik beratkan sasarannya pada keselamatan pasien dan mutu
pelayanan, menyediakan lingkungan kerja yang aingga staf merasa aman dan
efisien sehingga staf merasa puas, mendengarkan pasien dan keluaga mereka
menghormati hak-hak mereka, dan melibatkan mereka sebagai mitra dalam proses
pelayanan.
Akreditasi terdiri dari Akreditasi Nasional dan Akreditasi Internasional.
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dapat mengikuti
Akreditasi Internasional sesuai kemampuan rumah sakit itu sendiri. Rumah sakit

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 17
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

yang mengikuti Akreditasi Internasional harus sudah mendapatkan status


Akreditasi nasional. Bagi rumah sakit yang telah mendapatkan status Akreditasi
Nasional maupun Akreditasi Internasional, harus sudah mendapatkan status
Akreditasi yang baru sebelum masa berlaku status Akreditasi sebelumnya
berakhir. Setiap rumah sakit baru yang telah memperoleh izin operasional dan
beroperasi sekurang-kurangnya 2 tahun wajib mengajukan permohonan
Akreditasi. Penyelenggaraan Akreditasi Nasional meliputi persiapan Akreditasi,
bimbingan Akreditasi, pelaksanaan Akreditasi dan kegiatan pasca Akreditasi.
a. Persiapan Akreditasi
Persiapan Akreditasi antara lain meliputi pemenuhan standar dan penilaian
mandiri (self assessment). Penilaian mandiri (self assesment) merupakan
proses penilaian penerapan standar pelayanan rumah sakit dengan
menggunakan Instrumen Akreditasi. Penilaian mandiri (self assesment)
bertujuan untuk mengukur kesiapan dan kemampuan rumah sakit dalam
rangka survei Akreditasi. Penilaian mandiri (self assesment) dilakukan oleh
rumah sakit yang akan menjalani proses Akreditasi.
b. Bimbingan Akreditasi
Proses pembinaan rumah sakit dalam rangka meningkatkan kinerja dalam
mempersiapkan survei akreditasi. Bimbingan akreditasi dilakukan oleh
pembimbing akreditasi dari lembaga independen pelaksana akreditasi yang
akan melakukan akreditasi. Pembimbing akreditasi merupakan tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan dalam membimbing
rumah sakit untuk mempersiapkan akreditasi. Pelaksanaan Akreditasi meliputi
survei akreditasi dan penetapan status akreditasi.
1) Survei akreditasi merupakan penilaian untuk mengukur pencapaian dan
cara penerapan standar pelayanan rumah sakit. Survei dilakukan oleh
surveyor akreditasi dari lembaga independen pelaksana akreditasi.
surveyor akreditasi merupakan tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi dan kewenangan dalam bidang akreditasi untuk melaksanakan
survey akreditasi.
2) Penetapan status akreditasi nasional dilakukan oleh lembaga independen
pelaksana akreditasi berdasarkan rekomendasi dari surveyor akreditasi.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 18
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Selain memberikan rekomendasi penetapan status akreditasi nasional,


surveyor akreditasi harus memberikan rekomendasi perbaikan-perbaikan
yang harus dilakukan oleh rumah sakit untuk pemenuhan standar
pelayanan rumah sakit. Rumah sakit yang telah mendapatkan status
akreditasi nasional diwajibkan membuat perencanaan perbaikan strategis
sesuai dengan rekomendasi surveyor untuk memenuhi standar pelayanan
rumah sakit yang belum tercapai.
Lembaga independen pelaksana akreditasi dan rumah sakit wajib
menginformasikan status akreditasi nasional kepada publik. Rumah sakit yang
telah mendapatkan status akreditasi nasional dapat mencantumkan kata
“terakreditasi nasional” di bawah atau di belakang nama rumah sakitnya dengan
huruf lebih kecil dan mencantumkan nama lembaga independen penyelenggara
akreditasi yang mengakreditasi, masa berlaku status akreditasinya serta
mencantumkan lingkup / tingkatan akreditasinya. Penulisan nama rumah sakit
yang terakreditasi nasional dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Penulisan Nama Rumah Sakit Terakreditasi Nasional


Kegiatan pasca akreditasi dilakukan dalam bentuk survei verifikasi. Survei
verifikasi hanya dapat dilakukan oleh lembaga independen pelaksana akreditasi
yang melakukan penetapan status akreditasi terhadap rumah sakit. Survei
verifikasi bertujuan untuk mempertahankan dan/ atau meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit sesuai dengan rekomendasi dari surveyor. Pelaksanaan
kegiatan pasca akreditasi diatur oleh lembaga independen pelaksana akreditasi.
Rumah sakit yang telah mendapatkan status akreditasi internasional wajib
melaporkan status akreditasinya kepada Menteri.
Akreditasi internasional hanya dapat dilakukan oleh lembaga independen
penyelenggara akreditasi yang sudah terakreditasi oleh International Society for
Quality in Health Care (ISQua). Rumah sakit yang telah mendapatkan
statusakreditasi internasional dapat mencantumkan kata “terakreditasi
internasional” di bawah atau di belakang nama rumah sakitnya dengan huruf lebih

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 19
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

kecil dan mencantumkan nama lembaga independen penyelenggara akreditasi


yang mengakreditasinya, masa berlaku status akreditasinya serta mencantumkan
lingkup/ tingkatan akreditasinya. Penulisan nama rumah sakit yang terakreditasi
internasional dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Penulisan Nama Rumah Sakit Terakreditasi Internasional

B. Tinjauan tentang RSUD Dr. Saiful Anwar


1. Sejarah RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
RSUD Dr. Saiful Anwar (RSSA) adalah rumah sakit umum daerah di
Malang milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Sebelum perang dunia ke II,
RSUD Dr. Saiful Anwar adalah Rumah Sakit Celaket yang merupakan Rumah
Sakit Militer KNIL pada pendudukan Jepang diambil alih oleh Jepang dan tetap
digunakan sebagai rumah sakit militer. Rumah Sakit Celaket digunakan sebagai
rumah sakit tentara pada saat perang kemerdekaan Republik Indonesia.

Gambar 3. RSUD Dr. Saiful Anwar


Pada tanggal 14 September 1963, Yayasan Perguruan Tinggi di Jawa
Timur/ IDI membuka Sekolah Tinggi Kedokteran Malang dan memakai Rumah
Sakit Celaket sebagai tempat praktek (Program Kerjasama STKM-RS Celaket
tanggal 23 Agustus 1969). Pada tanggal 2 Januari 1974, berdasarkan Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 001/0/1974, Sekolah Tinggi
Kedokteran Malang dijadikan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya dan
Rumah Sakit Celaket dijadikan sebagai tempat praktek. Pada tanggal 12
November 1979, Rumah Sakit Celaket diresmikan sebagai RSUD Dr. Saiful

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 20
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Anwar oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa timur. Berdasarkan


Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 51/Menkes/SK/II/1979 pada tanggal 22
Februari 1979 menetapkan RSUD Dr. Saiful Anwar sebagai rumah sakit rujukan
dan pada tanggal 30 Desember 2008 ditetapkan sebagai Badan Layanan Daerah
berdasarkan keputusan Gubernur Provinsi Jawa Timur No.188/439/KPTS/013/
2008.
Pada tanggal 21 Agustus 2008, berdasarkan Peraturan Daerah Jawa Timur
No.11 tahun 2008 tentang Organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Provinsi Jawa
Timur, status kelembagaan RSUD Dr. Saiful Anwar ditetapkan sebagai lembaga
teknis daerah setingkat badan dengan struktur organisasi struktural yang terdiri
dari direktur, 4 wakil direktur, 7 bidang dengan 14 seksi dan 3 bagian dengan 9
sub bagian, sedangkan organisasi non struktural terdiri dari 24 organisasi staf
medis fungsional dan 24 instalasi. Pada saat ini, pendidikan kepaniteraan klinik
madya Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya dan Program Pendidikan
Dokter Spesialis (PPDS I) Bedah, IPD, OBG, IKA, Paru, Jantung, Mata, THT,
Patologi Klinik, Emergency Medicine, Kulit Kelamin, Neurologi, Urologi,
Orthopedi dan Radiologi FK UB. Selain itu, berbagai institusi pendidikan baik
pemerintah maupun swasta bekerja sama dengan RSUD Dr. Saiful Anwar untuk
pendidikan profesi apoteker, keperawatan / bidan, gizi dan profesi kesehatan lain.
RSUD Dr. Saiful Anwar juga mempunyai visi dan misi dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya yaitu kemanusiaan berdasarkan Tuhan Yang
Maha Esa dengan visi: “Menjadi Rumah Sakit Kelas Dunia Pilihan Masyarakat”
dan misinya:
a. Menciptakan tata kelola rumah sakit yang baik melalui penataan dan
perbaikan manajemen yang berkualitas dunia, profesional serta akuntabel.
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan rumah sakit yang dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan masyarakat melalui pengembangan system
pelayanan yang terintegrasi dan komprehensif.
c. Menyelenggarakan pelayanan pendidikan dan penelitian kesehatan melalui
pengembangan mutu pendidikan dan penelitian berkualitas internasional.
d. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pemenuhan tenaga yang
terlatih dan terdidik secara profesional.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 21
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

2. Struktur Organisasi RSUD Dr. Saiful Anwar


Berikut adalah struktur organisasi yang ada di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang dapat dilihat pada Gambar 4.

SFT

Gambar 4. Struktur Organisasi RSUD Dr. Saiful Anwar

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 22
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

3. Klasifikasi RSUD Dr. Saiful Anwar


RSUD Dr. Saiful Anwar merupakan Rumah Sakit Umum Pemerintah
Provinsi Jawa Timur kelas A yang memiliki berbagai jenis pelayanan yaitu:
a. Pelayanan gawat darurat dalam 24 jam selama 7 hari, pelayanan rawat jalan,
pelayanan rawat inap utama, pelayanan rawat inap, Pelayanan intensif (ICU,
CVCU, PICU, NICU), pelayanan pembedahan, pelayanan rehabilitasi medik,
pelayanan kedokteran forensik, pelayanan radiologi, pelayanan laboratorium
klinik, pelayanan patologi anatomi, pelayanan farmasi klinik.
b. Pelayanan medis umum terdiri dari pelayanan medik dasar, pelayanan medis
gigi dan mulut serta pelayanan kesehatan ibu dan anak/ keluarga berencana.
c. Pelayanan medis spesialis dasar berupa pelayanan penyakit dalam, kesehatan
anak, bedah, obstetri dan ginekologi.
d. Pelayanan medis spesialis dan subspesialis yaitu bedah, penyakit dalam,
kesehatan anak, mata, THT, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin,
urologi, jiwa, paru, orthopedi serta gigi dan mulut. Pelayanan medik
subspesialis terdapat pada poli-poli yang ada di RSUD Dr. Saiful Anwar.
e. Pelayanan Non medis penyehatan lingkunagan, pemeliharaan sarana
nonmedik, pemeliharran sarana alat medik, teknologi dan komunikasi,
laundry, sterilisasi, sanitasi.
RSUD Dr. Saiful Anwar merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah
Jawa Timur bagian Selatan yang meliputi Kota/ Kabupaten Pasuruan, Kota/
Kabubaten Blitar, Kota Batu, Kota/ Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang dan
Kota/ Kabupaten Probolinggo. RSUD Dr. Saiful Anwar diklasifikasikan sebagai
rumah sakit tipe A Pendidikan karena kemampuan pelayanan medis yang diukur
dari keberadaan spesialistik luas dan subspesialistik luas. Disamping itu, RSUD
Dr. Saiful Anwar merupakan rumah sakit pendidikan dan penelitian bagi para
tenaga medis.
4. Akreditasi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Pada tanggal 16 Maret 2015, hasil penilaian real survey team akreditasi
KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit) versi 2012 yang diterima oleh direksi
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang telah dinyatakan lulus akreditasi tingkat
paripurna. SK kelulusan Akreditasi yang ditetapkan oleh KARS berlaku mulai

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 23
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

tanggal 24 Februari 2015-23 Februari 2018. RSUD Dr. Saiful Anwar berhasil
mendapatkan sertifikasi akreditasi paripurna karena dinilai sudah memenuhi
standar pelayanan kesehatan dari surveyor akreditasi KARS sesuai dengan Joint
Commision International (JCI) yang merupakan lembaga independen
yangmemberikan penilaian murni berdasarkan standar pelayanan kesehatan yang
berfokus pada keselamatan pasien, mutu pelayanan keperawatan kepada pasien,
koordinasi asuhan keperawatan serta struktur manajemen yang dibutuhkan. RSUD
Dr. Saiful Anwar mendapatkan akreditasi paripurna karena telah memenuhi 4
kelompok yang meliputi 15 bab dan semua bab harus minimal 80% tercapai,
yaitu:
a. Kelompok standar pelayanan berfokus pada pasien atau patient-centered
standards (7 bab).
b. Kelompok standar manajemen rumah sakit atau healthcare organization
management standards (6 bab).
Sasaran keselamatan pasien rumah sakit atau international patient safety
goals. Sasaran milenium development goals (JCIEd 4, 2011).
5. Jenis Pelayanan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Pelayanan RSUD Dr. Saiful Anwar meliputi:
a. Pelayanan medik umum meliputi pelayanan medik dasar, pelayanan medik gigi
dan mulut dan pelayanan KIA/ KB.
b. Pelayanan gawat darurat 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.
c. Pelayanan medik dasar meliputi penyakit dalam, kesehatan anak, bedah
sertaobstetri dan ginekologi.
d. Pelayanan spesialis penunjang medik meliputi radiologi, patologi klinik,
anestesiologi, rehabilitasi medik, onkologi, radiografi dan patologi anatomi.
e. Pelayanan medik spesialis lain meliputi mata, telinga hidung tenggorokan,
syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru,
orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan kedokteran forensik.
f. Pelayanan medik spesialis gigi dan mulut meliputi bedah mulut, konservasi /
endodonsi, orthodonti, periodonti, prosthodonti, pedodonsi dan penyakit mulut.
g. Pelayanan medik subspesialis meliputi bedah, penyakit dalam, kesehatan anak,
obstetrik dan ginekologi, mata, telinga, hidung tenggorokan, syaraf, jantung

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 24
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, jiwa, paru, orthopedi serta gigi dan
mulut.
h. Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
bahan medis habis pakai, pelayanan famasi klinik (PerMenKes No.56 tahun
2014).
i. Pelayanan keperawatan dan kebidanan meliputi asuhan keperawatan dan
asuhan kebidanan.
j. Pelayanan penunjang klinik meliputi perawatan intensif, instalasi laboratorium
sentral, radiologi, patologi klinik, mikrobiologi, pelayanan darah, gizi, farmasi,
sterilisasi instrument, dan rekam medik.
k. Pelayanan penunjang non klinik meliputi laundry/ linen, jasa boga/ dapur,
teknik dan pemeliharaan fasilitas, pengelolaan limbah, gudang, ambulance,
komunikasi, kamar jenazah, pemadam kebakaran, pengelolaan gas medik dan
penampungan air bersih.
l. Pelayanan khusus meliputi akupuntur dan herbal/ jamu.

C. Tinjauan tentang Instalasi Farmasi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang


1. Definisi Instalasi Farmasi RSUD Dr. Saiful Anwar
Instalasi farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan
seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit Menurut Permenkes No.
72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di rumah sakit dilaksanakan di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit melalui sistem satu pintu. Instalasi farmasi dipimpin oleh
seorang Apoteker sebagai penanggung jawab. Pelayanan kefarmasian di rumah
sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan
rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang bermutu dan
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu pelayanan kefarmasian,
mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada
patientsafety.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 25
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi di RSUD Dr. Saiful Anwar

Gambar 5. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi di RSUD Dr. Saiful Anwar

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 26
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

3. Tugas Pokok Instalasi Farmasi di RSUD Dr. Saiful Anwar


Menurut PerMenKes Nomor. 72 Tahun 2016 tentang standar pelayanan
kefarmasian dirumah sakit, tugas instalasi farmasi rumah sakit yaitu:
a. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh
kegiatan pelayanan farmasi klinis yang optimal dan profesional serta sesuai
prosedur dan etik profesi.
b. Melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien.
c. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai guna memaksimalkan efek terapi dan
keamanan serta meminimalkan risiko.
d. Melaksanakan Komunikasi, Edukasi, dan Informasi (KIE) serta memberikan
rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien.
e. Berperan aktif dalam Tim Farmasi dan Terapi (TFT).
f. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan Pelayanan
farmasi klinis.
g. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit.
4. Fungsi Instalasi Farmasi di RSUD Dr. Saiful Anwar
a. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
meliputi :
1) Memilih sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.
2) Merencanakan kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai secara efektif, efisien dan optimal.
3) Mengadakan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang
berlaku, memproduksi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis.
4) Habis pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah
sakit.
5) Menerima sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 27
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

6) Menyimpan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian.
7) Mendistribusikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.
8) Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu.
9) Melaksanakan pelayanan obat “unit dose”/ dosis sehari.
10) Melaksanakan komputerisasi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai (apabila sudah memungkinkan).
11) Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
12) Melakukan pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai yang sudah tidak dapat digunakan.
13) Mengendalikan persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai.
14) Melakukan administrasi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai.
b. Pelayanan farmasi klinik
1) Mengkaji dan melaksanakan pelayanan resep atau permintaan obat.
2) Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan obat.
3) Melaksanakan rekonsiliasi obat.
4) Memberikan informasi dan edukasi penggunaan obat baik berdasarkan
resep maupun obat non resep kepada pasien/ keluarga pasien
5) Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
6) Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain.
7) Memberikan konseling pada pasien dan/ atau keluarganya.
8) Melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO).
a) Pemantauan efek terapi obat.
b) Pemantauan efek samping obat.
c) Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).
9) Melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO).
10) Melaksanakan dispensing sediaan steril.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 28
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

a) Melakukan pencampuran obat suntik.


b) Menyiapkan nutrisi parenteral.
c) Melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik.
11) Melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yang tidak stabil.
12) Melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada tenaga kesehatan
lain, pasien/ keluarga, masyarakat dan institusi di luar rumah sakit.
13) Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
5. Tujuan Instalasi Farmasi di RSUD Dr. Saiful Anwar
Tujuan instalasi farmasi di RSUD Dr. Saiful Anwar adalah :
a. Memberi manfaat kepada penderita, rumah sakit, sejawat profesi kesehatan,
dan kepada profesi farmasi oleh Apoteker rumah sakit yang kompeten dan
memenuhi syarat.
b. Membantu dalam penyediaan perbekalan yang memadai oleh Apoteker rumah
sakit yang memenuhi syarat.
c. Menjamin praktek profesional yang bermutu tinggi melalui penetapan dan
pemeliharaan standar etika profesional, pendidikan dan pencapaian, dan
melalui peningkatan kesejahteraan ekonomi.
d. Meningkatkan penelitian dalam praktek farmasi Rumah sakit dan dalam ilmu
farmasetik pada umumnya.
e. Menyebarkan pengetahuan farmasi dengan mengadakan pertukaran informasi
antara para tenaga kesehatan.
6. Tugas dan tanggung jawab instalasi farmasi di RSUD Dr.Saiful Anwar
a. Pengelolaan perbekalan farmasi meliputi :
1) Pemilihan
Tugas dan tanggung jawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
dalam pemilihan adalah menetapkan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan ini
berdasarkan:
a) Formularium dan standar pengobatan/ pedoman diagnosa dan terapi.
b) Pola penyakit..
c) Pengobatan berbasis bukti.
d) Mutu.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 29
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

e) Efektifitas dan keamanan


f) Ketersediaan di pasaran.
2) Perencanaan
Tugas dan tanggung jawab IFRS dalam perencanaan adalah untuk
menentukan jumlah dan waktu pengadaan Sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai sesuai berdasarkan hasil kegiatan pemilihan
untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu
dan efisien. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk menghindari
kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung
jawabkan antara lain konsumsi, epidemiologi, atau kombinasi metode
konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang
tersedia.
Perencanaan harus mempertimbangkan beberapa hal diantaranya:
a) Anggaran yang tersedia.
b) Penetapan prioritas.
c) Sisa persediaan.
d) Data pemakaian periode yang lalu.
e) Waktu tunggu pemesanan.
f) Rencana pengembangan.
3) Pengadaan
Tugas dan tanggung jawab IFRS dalam pengadaan adalah kegiatan
menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang
terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang
berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang
dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode
pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak,
pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran. Tujuan dari kegiatan ini
untuk mendapatkan perbekalan farmasi dengan mutu yang baik,
pengiriman barang terjamin tepat waktu, proses berjalan lancar. Pengadaan
perbekalan farmasi di rumah sakit dilakukan dengan cara:

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 30
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

a) Pembelian
Pembelian merupakan rangkaian proses pengadaan untuk
mendapatkan perbekalan farmasi. Metode pada proses pembelian tender
terbuka, tender terbatas, pembelian dengan tawar menawar, pembelian
langsung.
1. Tender Terbuka (Lelang)
Berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar dan sesuai dengan kriteria
yang telah ditentukan. Pada penentuan harga mmetode ini lebih
menguntungkan.
2. Tender Terbatas (Lelang Tertutup)
Hanya dilakukan pada rekanan tertentu yang sudah terdaftar dan
memiliki riwayat jejak yang baik, harga masih dapat dikendalikan.
3. Pembelian dengan Tawar Menawar
Dilakukan bila item tidak banyak digunakan dan biasanya dilakukan
pendekatan langsung untuk item tertentu.
4. Pembelian langsung
Pembelian dalan jumlah kecil, perlu segera tersedia, harga tertentu, dan
relatif cukup mahal.
b) Produksi
c) Sumbangan atau Hibah
4) Penerimaan
Tugas dan tanggung jawab IFRS dalam kegiatan ini adalah menjamin
kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga
yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang
diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan
dengan baik. Transaksi yang diterima oleh pejabat barang mulai dari
<1.000.000 menggunakan kwitansi, Rp 1.000.000 - Rp 5.000.000
menggunakan berita acara, 5.000.000 - Rp 200.000.000 menggunakkan
berita acara dan berita serah terima.
5) Penyimpanan
Tugas dan tanggung jawab IFRS dalam penyimpanan adalah menjamin
kualitas dan keamanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 31
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

habis pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan


kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan,
sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
Metode penyimpanan yang dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi,
bentuk sediaan dan jenis, serta disusun secara alfabetis, penyimpanan
berdasarkan LASA dengan menerapkan prinsip First Expired First Out
(FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen
penyimpanan.
Komponen yang harus diperhatikan dalam penyimpanan adalah
sebagai berikut:
a) Obat dan bahan kimia yang digunakan diberi label secara jelas terbaca.
b) Kelompok obat yang termasuk high alert yaitu obat LASA, Elektrolit
konsentrasi tinggi dan obat-obat sitostatika.
6) Pendistribusian
Tugas dan tanggung jawab IFRS dalam pendistribusian adalah
menyalurkan / menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dari tempat penyimpanan ke unit pelayanan atau pasien
dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan
waktu. Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:
Sistem pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi antara
floor stock dan individual prescribing atau individual prescribing dan
UDD atau floor stock dan UDD ataupun ketiganya.
7) Pemusnahan dan penarikan
Tugas dan tanggung jawab IFRS dalam pemusnahan adalah melakukan
pemusnahan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
pada produk tidak memenuhi persyaratan mutu, telah kadaluarsa, tidak
memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan dan produk yang dicabut izin edarnya.
Penarikan produk farmasi dilakukan oleh BPOM dan petugas farmasi
harus mencatat kegiatan penarikan tersebut.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 32
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Tahapan pemusnahan obat terdiri dari:


a) Membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang akan dimusnahkan.
b) Membuat berita acara pemusnahan.
c) Menentukan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak
terkait.
d) Menyiapkan tempat pemusnahan, dan
e) Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan
serta peraturan yang berlaku.
8) Pengendalian
Pengendalian dilakukan oleh Instalasi farmasi harus bersama dengan
Komite Farmasi dan Terapi (KFT) di rumah sakit terkait dengan jenis dan
jumlah persediaandan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai. Tujuan pengendalian persediaan Sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai adalah untuk
penggunaan obat sesuai dengan formularium rumah sakit, penggunaan
obat sesuai dengan diagnosis dan terapi, untuk memastikan persediaan
efektif agar tidak terjadi kelebihan, kekurangan, atau kekosongan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
Cara untuk mengendalikan persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai.
a) Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slowmoving).
b) Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga
bulan berturut-turut (death stock).
c) Stock opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.
9) Administrasi
Kegiatan administrasi antara lain sebagai berikut :
a) Pencatatan dan Pelaporan
Tugas IFRS dalam pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
yang meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
pendistribusian, pengendalian persediaan, pengembalian, pemusnahan dan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 33
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan instalasi farmasi dalam
periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan semester atau pertahun).
b) Administrasi keuangan
Tugas IFRS dalam administrasi keuangan merupakan pengaturan
anggaran, pengendalian dan analisa biaya, pengumpulan informasi
keuangan, penyiapan laporan, penggunaan laporan yang berkaitan dengan
semua kegiatan pelayanan kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam
periode bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan.
c) Administrasi penghapusan
Tugas IFRS dalam administrasi penghapusan merupakan kegiatan
penyelesaian terhadap sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak
memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai kepada pihak terkait
sesuai dengan prosedur yang berlaku.
b. Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi:
1) Pengkajian dan pelayanan resep
Tugas dan tanggung jawab IFRS adalah melakukan pengkajian
resep yang meliputi Persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan
persyaratan klinis. Persyaratan administrasi nama, umur/tanggal lahir, dan
no rekamedik. Persyaratan farmasetik meliputi nama obat, bentuk dan
kekuatan sediaan, dosis dan jumlah obat, stabilitas aturan dan cara
penggunaan.Persyaratan klinis meliputi ketepatan indikasi, dosis dan
waktu penggunaan obat, duplikasi pengobatan, alergi, Reaksi Obat yang
Tidak Dikehendaki (ROTD), kontraindikasi dan interaksi obat.
2) Penelusuran riwayat penggunaan obat
Tugas dan tanggung jawab IFRS adalah menelusur riwayat
penggunaan obat untuk mendapatkan informasi mengenai semua obat atau
sediaan farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan, riwayat
pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam medik/

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 34
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

pencatatan penggunaan obat pasien. Tahapan penelusuran riwayat


penggunaan obat adalah sebagai berikut:
a) Membandingkan riwayat penggunaan obat dengan data rekam medik/
pencatatan penggunaan obat untuk mengetahui perbedaan informasi
penggunaan obat.
b) Melakukan verifikasi riwayat penggunaan obat yang diberikan oleh
tenaga kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika
diperlukan.
c) Mendokumentasikan adanya alergi dan Reaksi Obat Yang Tidak
Dikehendaki (ROTD).
d) Mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi obat.
e) Melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan
obat.
f) Melakukan penilaian rasionalitas obat yang diresepkan.
g) Melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap obat yang
digunakan.
h) Melakukan penilaian dan bukti penyalahgunaan obat.
i) Melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan obat.
3) Rekonsiliasi Obat
Tugas dan tanggung jawab IFRS adalah membandingkan instruksi
pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan
untuk mencegah terjadinya kesalahan obat (medication error) seperti obat
tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat. Tujuan
dilakukannya rekonsiliasi obat adalah:
a) Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan
pasien.
b) Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya
instruksi dokter.
c) Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi
dokter.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 35
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

4) Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Tugas dan tanggung jawab IFRS adalah sebagai penyedia dan
pemberi informasi, merekomendasi obat yang independen, akurat, tidak
bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada
dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak
lain di luar rumah sakit.
Kegiatan PIO meliputi:
a) Menjawab pertanyaan.
b) Menerbitkan buletin, leaflet, poster, news letter.
c) Menyediakan informasi bagi tim farmasi dan terapi sehubungan dengan
penyusunan formularium rumah sakit.
d) Bersama dengan tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap.
e) Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya, dan.
f) Melakukan penelitian.
5) Konseling
Tugas dan tanggung jawab IFRS adalah memberi nasihat atau saran
terkait terapi obat kepada pasien dan/ atau keluarganya. Konseling untuk
pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat
dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau
keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan kepercayaan
pasien dan/ atau keluarga terhadap Apoteker. Pemberian konseling obat
bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi
obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan cost-effectiveness
yang pada akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan obat bagi pasien
(patient safety).
Kegiatan dalam konseling obat meliputi:
a) Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien.
b) Mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat
melalui Three Prime Questions.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 36
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

c) Menggali informasi lebih lanjut dengan member kesempatan kepada


pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat.
d) Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
pengunaan obat.
e) Verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien
f) Dokumentasi.
6) Visite
Tugas dan tanggung jawab IFRS adalah melakukan kunjungan ke
pasien rawat inap secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk
mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah
terkait obat, memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki,
meningkatkan terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat
kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya.
Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar rumah
sakit baikatas permintaan pasien maupun sesuai dengan program rumah
sakit yang biasa disebut dengan pelayanan kefarmasian di rumah (home
pharmacy care).
7) Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Tugas dan tanggung jawab IFRS adalah memantau terapi obat
untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.
Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan
risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD).
8) Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Tugas dan tanggung jawab IFRS adalah memantau setiap respon
terhadap obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi.
Efek samping obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait
dengan kerja farmakologi.
9) Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
Tugas dan tanggung IFRS mengevaluasi penggunaan obat yang terstruktur
dan berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif.
Tujuan EPO yaitu:

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 37
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

a) Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat.


b) Membandingkan pola penggunaan obat pada periode waktu tertentu.
c) Memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan obat.
d) Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.
10) Dispensing sediaan steril
Tugas dan tanggung jawab IFRS adalah melakukan dispensing
sediaan steril dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan
stabilitas produk dan melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta
menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat. Dispensing sediaan
steril bertujuan menjamin agar pasien menerima obat sesuai dengan dosis
yang dibutuhkan, menjamin sterilitas dan stabilitas produk, melindungi
petugas dari paparan zat berbahaya dan menghindari terjadinya kesalahan
pemberian obat.
11) Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
Tugas dan tanggung jawab IFRS adalah memantau kadar obat dalam darah
dan memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat.
c. Peran Apoteker dalam berbagai tim/ komite di RS
Peran IFRS dalam hal ini adalah Apoteker dalam tim farmasi dan terapi
adalah sebagai berikut:
1) Menjadi salah seorang anggota panitia (wakil ketua atau sekretaris).
2) Menetapkan jadwal pertemuan.
3) Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan.
4) Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk
pembahasan dalam pertemuan.
5) Mencatat semua hasil keputusan dan melaporkan pada pimpinan RS
6) Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan kepada
seluruh pihak yang terkait.
7) Melaksanakan keputusan yang disepakati dalam rapat.
8) Menunjang pembuatan PDT, PPAB dan penggunaan obat dalam kelas
terapi lain.
9) Membuat formularium RS berdasarkan hasil kesepakatan KFT.
10) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 38
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

11) Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat.


12) Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan dan penggunaan
obat pada pihak terkait.
d. Peran IFRS dalam panitia pengendalian resistensi antimikroba
Masalah resistensi antimikroba terutama resistensi antibiotik merupakan
masalah kesehatan yang utama. Penggunaan antimikroba khususnya antibiotik
yang tidak terkendali dan tidak rasional merupakan penyebab utama terjadinya
resistensi antimikroba. Oleh sebab itu, diadakan program pengendalian resistensi
antimikroba untuk mengatasi resistensi antibiotik, meningkatnya masalah
kesehatan dan kematian, meningkatnya penggunaan antimikroba yang tidak
rasional dan perkembangan antimikroba yang baru. Strategi yang digunakan untuk
mengatasi resistensi antimikroba di rumah sakit yaitu mengoptimalkan pemilihan
antibiotik pada terapi empiris, mengoptimalkan penggunaan antimikroba
profilaksis untuk operasi, mengembangkan dan menerapkan standar pedoman
penggunaan antibiotik, monitoring resistensi antibiotik, menetapkan peresapan
antibiotik secara edukasi dan administratif.
Berbagai upaya dan strategi telah disusun antara lain intervensi edukasi
berupa edukasi formal, seminar pelatihan, penyebaran brosur dan literatur,
intervensi manajerial seperti penyusunan formularium rumah sakit, panduan/
pedoman pengobatan, kebijakan penggunaan antibiotik, supervise klinik, audit
medis dan sebagainya serta intervensi regulasi di kalangan profesi medis dan
paramedik seperti registrasi dan ijin praktek tenaga kesehatan. Semua kegiatan
tersebut di atas memerlukan pendekatan multi disiplin baik dalam perencanaan
maupun implementasi di lapangan agar promosi penggunaan antimikroba secara
optimal dan penanggulangan infeksi dapat terwujud.
Kebijakan WHO ini juga ditanggapi positif oleh pemerintah Indonesia
melalui seperangkat kebijakan oleh KeMenKes Republik Indonesia antara lain
tentang penilaian infrastruktur untuk mendukung Program PengendalianResistensi
Antimikroba (PPRA) ditingkat rumah sakit.
Tugas tim PPRA di rumah sakit adalah:
1) Menerapkan kebijakan-kebijakan tentang pengendalian resistensi antimikroba
(integrasi dengan empat pilar)

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 39
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

2) Menetapkan kebijakan pengendalian penggunaan antibiotik


3) Memonitor dan mengevaluasi PPRA
4) Menyelenggarakan forum diskusi atau kajian pengelolaan penderita penyakit
infeksi
5) Menyebarluaskan dan meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang
prinsip-prinsip pengendalian resistensi antimikroba yang terkait dengan
penggunaan antibiotik secara bijak.
6) Mengembangkan penelitian yang terkait dengan PPRA Tim PPRA terdiri dari:
a) Tim mikrobiologi klinik
b) Panitia Farmasi Terapi (KFT)
c) Tim Farmasi Klinik
d) Tim Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS)
e) Tim keselamatn pasien rumah sakit
f) Perwakilan klinisi
Hal-hal yang terjadi dengan adanya Tim PPRA di rumah sakit adalah
peningkatan ketepatan indikasi penggunaan antiobiotik tersebut mampu
memberikan efikasi yang optimal, mencegah timbulnya resistensi antibiotik dan
mengurangi kerugian material, maupun non material baik dari pemerintah, rumah
sakit maupun pasien dan keluarganya sehingga pada akhirnya mampu mendukung
program keselamatan pasien.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mendukung Progam Pengendalian
Resistensi Antimikroba (PPRA) yaitu meningkatkan pemahaman staf medik
fungsional terhadap penggunaan antibiotik secara bijak, memfasilitasi sistem
penunjang dan ketersediaan tenaga staf medik fungsional pada laboratorium
hematologi, imunologi, mikrobiologi klinik, radiologi atau laboratorium lain yang
berkaitan dengan penyakit infeksi agar implementasi penggunaan antibiotik secara
bijak berjalan dengan baik dan meningkatkan prinsip kewaspadaan terhadap
penggunaan antibiotik di rumah sakit dan di masyarakat, dan evaluasi secara
kualitatif maupun kuantitatif. Pelaksanaan surveilan secara intensif termasuk
tindakan koreksi terhadap berbagai penyimpangan diharapkan dapat mencegah
muncul dan penyebaran mikroba resisten secara efektif.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 40
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Peran farmasis dalam PPRA :


1) Membuat rekomendasi mengenai seleksi penggunaan antimikroba yang tepat,
dosis yang optimal, awal penggunaan antibiotik yang tepat, monitoring terapi,
dan efek dari terapi.
2) Bekerja dengan KFT untuk mengawasi prosedur penggunaan antibiotik yang
terbatas dan menggantikan terapi sesuai dengan pedoman pengobatan dan
clinical care plans.
3) Menganalisa jumlah penggunaan antimikroba untuk analisis klinik dan
farmakoekonomi.
4) Kolaborasi dengan personel laboratorium mikrobiologi dan penyakit menular
untuk memastikan antibiotik yang rentan terjadi pada seseorang.
5) Menggunakan teknologi informasi untuk mengawasi resistensi antimikroba,
laporan antibiotik yang digunakan dan hasilnya.
6) Menggunakan sistem medikasi managemen praktis untuk penggunaan
antibiotik yang efektif dan efisien untuk mengurangi risiko kesalahan dan efek
samping.
Pelayanan farmasi dalam program pengendalian resistensi antimikroba:
1) Antimikroba logistik meliputi pemilihan antimikroba, usaha untuk
mendapatkan antibiotik, menyiapkan dan memberikan antibiotik.
2) Penggunaan antimikroba meliputi peresepan, administrasi dan monitoring dari
penggunaan antibiotik.
3) Pengawasan penggunaan antibiotik
Audit penggunaan antibiotika dapat dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif.
Evaluasi penggunaan antibiotik secara kualitatif pada fasilitas pelayanan
kesehatan, antibiotika digunakan pada tiga jenis situasi yaitu:
1) Terapi empiris: Pemberian antibiotika untuk mengobati infeksi aktif pada
pendekatan buta (blind) sebelum mikroorganisme penyebab diidentifikasi dan
antibiotika yang sensitif ditentukan.
2) Terapi definitif: Pemberian antibiotika untuk mikroorganisme spesifik yang
menyebabkan infeksi aktif atau laten.
3) Profilaksis: Pemberian antibiotik untuk mencegah timbulnya infeksi.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 41
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Audit penggunaan antibiotik didefinisikan sebagai analisis kesesuaian


peresepan individual. Evaluasi penggunaan antibiotik secara kualitatif dilakukan
dengan metode Gyssens. Metode Gyssens berbentuk diagram alir yang
mengevaluasi seluruh aspek peresepan antibiotika seperti penilaian peresepan,
alternative yang lebih efektif, lebih tidak toksik, lebih murah, spectrum lebih
sempit. Selain itu dievaluasi lama pengobatan dan dosis, interval dan rute
pemberian serta waktu pemberian. Diagram alir ini merupakan alat yang penting
untuk menilai kualitas penggunaan antibiotik. Pengobatan dapat tidak sesuai
dengan alasan yang berbeda pada saat yang sama dan dapat ditempatkan dalam
lebih dari satu kategori. Dengan alat ini, terapi empiris dapat dinilai, demikian
juga terapi definitif setelah hasil pemeriksaan mikrobiologi diketahui (Gyssens,
1992).

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 42
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

BAB III
PELAYANAN KEFARMASIAN DI IFRS RSUD Dr. SAIFUL ANWAR

A. Unit Pelayanan Farmasi Instalasi Rawat Inap I (IRNA I)


1. Tinjauan UPF IRNA I
Unit Pelayanan Farmasi Instalasi Rawat Inap I (UPF IRNA I) merupakan
unit yang melayani permintaan obat dan alat kesehatan yang ditujukan untuk
pasien pada bangsal rawat inap I. Rawat inap I merupakan tempat dilakukannya
pelayanan Staf Medik Fungsional (SMF) Ilmu Penyakit Dalam (Divisi
Gastroenterologi, Hemato-onkologi, Endokrinologi Rheumatologi, Geriatri,
Nefrologi dan Tropik Infeksi), Psikiatri, Kulit dan Kelamin, Neurologi dan Paru.
UPF IRNA I melayani pasien umum atau reguler, Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) dan Ikatan Kerja Sama (IKS) atau tagihan perusahaan. UPF IRNA 1 hanya
melayani melayani resep manual dan tidak melayani elektronik resep (e-resep).
PelayananUPF IRNA I dimulai dari pukul 07.00-21.00 WIB setiap hari yang
dibagi menjadi dua shift. Shift pertama dimulai dari jam 07.00-14.00 WIB dan
shift kedua dimulai dari jam 14.00-21.00 WIB.
Adapun ruangan rawat inap yang dilayani oleh UPF IRNA I meliputi:
a. R.22 terdapat 35 tempat tidur g. R.25 terdapat 30 tempat tidur
b. R.23 Infeksi terdapat 19 tempat tidur h. R.27 terdapat 40 tempat tidur
c. R.23 Empati terdapat 22 tempat tidur i. R.28 terdapat 40 tempat tidur
d. R.24A terdapat 28 tempat tidur j. R.29 terdapat 16 tempat tidur
e. R.24B terdapat 27 tempat tidur k. R.29 terdapat 16 tempat tidur
f. 24C terdapat 9 tempat tidur l. R.Hemodialisa (HD).

UPF IRNA I memiliki 1 orang Apoteker Penanggung Jawab (APJ), 1


orang Ketua Pelaksana dan 8 orang APJP yang ditempatkan di masing-masing
ruangan yang dibantu dengan 10 orang Tenaga Teknis Kefarmasian Ruang (TTK
R), 3 orang Tenaga Teknis Kefarmasian UPF (TTK UPF) serta 3 orang caraka
yang bertugas untuk mengambil dan menghantarkan barang dari ruangan maupun
UPF. Berikut struktur organisasi dan denah ruangan UPF IRNA I.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 43
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Apoteker
Penanggung Jawab
(APJ)

Apoteker
Penanggung Jawab Ketua Pelaksana
Pasien (APJP)

Tenaga Teknis Tenaga Teknis


Kefarmasian Caraka
Kefarmasian UPF
Ruangan

Gambar 6. Struktur Organisasi UPF IRNA I

Keterangan :

a. Gudang
b. Ruang tunggu
c. Wastafel
d. Komputer
e. Obat tablet
f. Berkas
g. Obat termolabil
h. Arsip
i. Stok obat
j. Obat psikotropik
k. Obat injeksi
l. Obat LASA
m. Obat high alert
n. Peralatan dispensing
o. Meja dispensing
p. Obat Narkotika
q. Meja packing obat dan alat
kesehatan
r. Alat kesehatan
Gambar 7. Denah Ruangan UPF IRNA I

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 44
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

2. Alur Pelayanan UPF IRNA I


a. Alur pelayanan UPF IRNA I untuk pasien rawat inap :

Dokter menulis terapi pasien pada resep dan diserahkan


pada APJP ruang.

APJP ruang melakukan skrining resep berupa skrining


administratif, farmasetis dan klinis.

APJP ruang mengecek kelengkapan persyaratan dan


melakukan pencatatan permintaan resep.

TTK ruangan melakukan permintaan pada UPF IRNA I


dengan memasukkan data resep melalui inventory secara on
line.

Permintaan yang telah diterima, dicetak oleh Petugas UPF


kemudian disiapkan obat dan alat kesehatan yang
diminta...olehpetugasfarmasiruangan
Petugas UPF menyerahkan obat dan alat kesehatan pada
petugas farmasi di ruangan.

APJP ruang mengecek kesesuaian sediaan farmasi dan alat


kesehatan sesuai dengan permintaan.

Obat injeksi dan alkes disimpan di perbekalan farmasi untuk


masing - masing pasien.
.
Obat Oral diberikan secara Unit Dose Dispensing (UDD)
disertai KIE.

Gambar 8. Alur pelayanan UPF IRNA I untuk Pasien Rawat Inap

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 45
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

b. Alur pelayanan UPF IRNA I pada pasien HD (Hemodialisa) dan KRS


(Keluar Rumah Sakit).

Pasien mendapat resep dari ruang (baik ruang rawat inap


maupun ruang HD).

Keluarga pasien menebus resep (resep pulang atau


hemodialisa) ke UPF IRNA 1.

TTK UPF melakukan input obat dan alkes ke sistem


inventori dalam billing.

Petugas menyiapkan obat sesuai dengan resep.

Apoteker di UPF akan menyerahkan obat.

Obat pasien KRS diberi KIE, sedangkan obat dan alkes HD


akan diberi arahkan untuk diberikan ke perawat.

Gambar 9. Alur Pelayanan UPF IRNA I pada Pasien HD (Hemodialisa)


dan KRS (Keluar Rumah Sakit)

3. Kegiatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi UPF IRNA I


Tugas dan fungsi pokok UPF IRNA I Pelayanan secara manajerial di UPF
IRNA I meliputi:
a. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan obat dan alat kesehatan UPF IRNA I dilakukan
dengan melihat data stok yang sudah disediakan di masing-masing obat yang
dicacatat tiap kali dilakukan pengambilan obat tersebut. Jumlah barang
disesuaikan dengan jumlah pengeluaran obat terbesar selama selama 2 bulan
sebelumnya ditambah buffer stok dan dikurangi jumlah stok obat.
b. Pengadaan
Proses pengadaan di UPF IRNA I dilakukan dengan membuat permintaan
atau memasukkan Surat Permintaan (SP) secara online ke gudang obat atau
alkes pada hari Senin setiap satu minggu sekali.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 46
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

c. Penerimaan
Apabila sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang
dipesan telah tersedia di gudang obat atau alkes maka dari UPF IRNA I akan
menunjuk caraka atau petugas lain untuk mengambil ke gudang. Petugas atau
caraka akan mencocokkan barang yang dipesan dengan surat pesanan tanda
penerimaan selain itu petugas juga memeriksa kualitas dan kuantitas barang
meliputi jumlah dan jenis, kekuatan sediaan, expired date (ED) minimal 2
tahun. Barang yang telah sampai di UPF akan dicek dan divalidasi dengan
komputer sehingga secara otomatis jumlah sediaan farmasi, alkes atau bahan
medis habis pakai di komputer UPF IRNA I akan bertambah sedangkan
jumlah di komputer gudang obat ataupun alkes akan berkurang. Jika barang
yang diterima tidak sesuai dengan yang direncanakan maka barang
dikembalikan ke gudang obat atau alkes dengan konfirmasi terlebih dahulu
pada petugas gudang.
d. Penyimpanan
Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang
disimpan di UPF IRNA I dikelompokkan berdasarkan bentuk dan jenis
sediaan, suhu dan stabilitas, high alert, LASA (Look Alike Sound Alike),
sitostatika, FIFO (First In First Out), FEFO (First Expired First Out),
Psikotropika dan Narkotika. Penyimpanan obat berdasarkan alfabetis dan obat
LASA dipisahkan antara sediaan yang mempunyai kemiripan nama dan
pengucapan dengan memberi jarak minimal 1 kotak serta pemberian stiker
warna hijau yang bertuliskan “LASA”. Selain memberi stiker berwarna hijau
pada obat-obat LASA, prinsip penyimpanannya juga menggunakan prinsip
Tallman’s letter. Pada penyimpanan OWATI disimpan secara terpisah dan
diberi spotlight merah selain itu diberi stiker warna merah yang bertuliskan
“high alert”pada tempat sediaan dan sediaannya.
e. Pendistribusian
Pendistribusian obat yang ada di UPF IRNA I menggunakan sistem Unit
Dose Daily (UDD), Floor Stock, dan Individual Prescribing. Pasien dengan
status rawat inap akan diberikan pengobatan secara UDD, untuk pasien yang

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 47
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Keluar Rumah Sakit (KRS) diberikan pengobatan secara Individual


Prescribing sedangkan pada ruangan Hemodialisa menggunakan sistem Floor
Stock. Penanganan obat-obatan slow moving di UPF IRNA I dapat dilakukan
dengan cara menyalurkan obat slow moving ke UPF lain yang membutuhkan
obat tersebut. Contoh obat-obatan slow moving di UPF IRNA I adalah ISDN
tablet, Aminofilin tablet, fenitoin injeksi, vit. K injeksi, acarbose tablet.
f. Pemusnahan dan Penarikan
Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang tidak dapat digunakan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemusnahan
dilakukan untuk sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
bila produk tidak memenuhi persyaratan mutu, telah kadaluarsa, tidak
memenuhi syarat untuk dipergunakan dan telah dicabut izin edarnya.
g. Administrasi
Administrasi di UPF IRNA I terdiri dari pencatatan dan pelaporan.
Pemasukkan dan pengeluaran setiap sediaan farmasi dan alat kesehatan di UPF
IRNA I dicatat dengan sistem komputerisasi dan menggunakan kartu stok.
Data tersebut dapat menjadi dasar untuk membuat laporan penggunaan
perbekalan farmasi di UPF IRNA I setiap bulannya. Apotekerruangan
biasanya akan melakukan kendali penggunaan obat yang akan di catat di
lembar catatan kendali penggunaan sediaan farmasi pasien selama rawat inap.
h. Pelaporan yang dilakukan UPF IRNA I setiap bulannya antara lain:
1) Laporan penggunaan Psikotoprika dan Narkotika tiap bulan.
2) Laporan aset (inventory).
3) Laporan stock opname setiap bulan.
4) Laporan pendapatan.
5) Laporan pencatatan suhu (ruangan dan lemari pendingin penyimpanan
obat).
6) Laporan jumlah resep dan jumlah pasien yang sudah dilayani.
7) Laporan barang slow moving, dead moving dan ED.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 48
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

8) Laporan indikator mutu yang meliputi angka kebenaran penyiapan dan


pelabelan obat, serta angka prescribing error pada kelengkapan penulisan
resep.
9) Laporan respon time.

B. Unit Pelayanan Farmasi Instalasi Rawat Inap II (IRNA II)


1. Tinjauan UPF IRNA II
Unit pelayanan farmasi IRNA II merupakan salah satu UPF yang melayani
24 jam selain UPF IRD dan Paviliun. UPF ini memberikan pelayanan kefarmasian
dengan menyediakan obat maupun alat kesehatan yang dibutuhkan pasien. Pada
pagi hari melayani ICU dan IRNA II, sore hari melayani IRNA II, ICU, IRNA III
dan IRNA IV, sedangkan malam hari melayani semua UPF kecuali IRD dan
Paviliun. Hal ini dikarenakan, jam pelayanan pada IRNA III dan IV hanya sampai
jam 15.00 WIB, sedangkan IRNA I dan Ruang 26 sampai jam 21.00 WIB.
Pengambilan obat dan alat kesehatan dari IRNA I, III, IV, dan Ruang 26 tersebut
bisa melalui permintaan via telepon dan disertai dengan resep. UPF IRNA II
melayani pasien umum, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), dan IKS (Ikatan
Kerja Sama). Pelaksanaan pelayanan di UPF IRNA II dipimpin oleh seorang
Apoteker Penanggung Jawab (APJ) yang dibantu oleh Apoteker Penanggung
Jawab Pasien (APJP), ketua pelaksana, TTK (Tenaga Teknis Kefarmasian), dan
caraka. Berikut Denah Ruangan UPF IRNA II :

23

Gambar 10. Denah Ruangan UPF IRNA II

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 49
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Keterangan:
1. Penyimpanan stok obat infus 13. Rak Produk Infus
2. Ruang Musholla 14. Meja Dispensing
3. Dapur 15. Wastafel
4. Toilet 16. Meja administrasi dan pelayanan
5. Rak sepatu 17. Kursi tunggu pasien Rak obat ablet
6. Rak obat tablet 18. Loker
7. Meja racik 19. Rak alat kesehatan
8. Rak obat high alert 20. Rak alat kesehatan OK mata
9. Lemari es 21. Alat ATDPS
10. Meja kerja 22. Rak penyimpanan ATK
11. Rak obat Narkotika dan 23. Rak obat sirup & obat penggunaan
Psikotropik luar (salep, cream, tetes)
12. Meja dokumen

Apoteker Penanggung
Jawab

Ketua Pelaksana
Apoteker Penanggung Jawab Pasien
R. ICU R.17 & 18
R.12 & 14 R.19
R. 15, 16 & OK R.20, 21 & OK
COMBUS MATA
R. 13

TTK RUANG

R. ICU R.17 CARAKA

R.12 R.19 TTK UPF


R.14 & 18 R.20 & OK MATA
R. 15, 16 & OK R.21
COMBUS
R. 13

Gambar 11. Struktur Organisasi Ruangan UPF IRNA II

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 50
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

2. Alur Pelayanan UPF IRNA II


Alur pelayanan sediaan farmasi di UPF IRNA II adalah:

Dokter menulis regimen terapi pada resep dan diserahkan


pada petugas farmasi ruangan (APJP atau TTK ruangan)

APJP atau TTK ruangan melakukan skrining resep berupa


administratif, farmasetis, dan klinis

TTK ruangan mengecek kelengkapan persyaratan dan


melakukan pencatatan permintaan resep pada lembar KCO
(Kartu Catatan Obat)

TTK ruangan memasukkan data resep melalui komputer


online untuk meminta UPF IRNA II menyiapkan obat

TTK ruangan dan petugas UPF (TTK UPF dan caraka)


menyiapkan permintaan obat dan alat kesehatan

Caraka UPF menyerahkan obat/ alkes pada petugas farmasi


di ruangan

APJP mengecek kesesuaian sediaan farmasi, alat kesehatan,


dan bahan medis habis pakai sesuai dengan permintaan

APJP atau TTK ruangan mendistribusikan barang ke tempat


penyimpanan obat pasien

Gambar 12. Alur pelayanan Sediaan Farmasi di UPF IRNA II

3. Kegiatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi UPF IRNA II


Pengelolaan perbekalan farmasi di UPF IRNA II sebagai berikut:
a. Pemilihan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 51
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Pemilihan dilakukan untuk menentukan apakah sediaan farmasi, alat


kesehatan dan bahan medis habis pakai yang diperlukan sesuai dengan jumlah
resep atau kunjungan serta pola penyakit pada pasien yang datang ke Rumah
sakit. Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
ini berdasarkan formularium rumah sakit yang dibuat oleh komite farmasi dan
terapi Rumah Sakit serta berdasarkan pola penyakit, efektivitas dan keamanan,
pengobatan berbasis bukti, mutu, harga dan ketersediaan di pasaran.
b. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan obat dan alat kesehatan di unit pelayanan farmasi
instalasi rawat inap II disesuaikan dengan kebutuhan pasien di IRNA 2, ICU
dan IRNA lain ketika UPF terkait tutup (diluar jam kerja). Jumlah barang yang
dibutuhkan setiap minggu, sesuai dengan rata-rata pengeluaran obat mingguan
selama 3 bulan terakhir ditambah perkiraan tambahan pengeluaran obat (buffer
Stock 100%).
c. Pengadaan
Pengadaan sediaan farmasi di unit pelayanan farmasi IRNA II, ICU dan
IRNA lain ketika UPF terkait tutup (diluar jam kerja) dilakukan satu kali
dalam seminggu yaitu hari Senin berdasarkan pola peresepan dokter di IRNA
II, ICU dan IRNA lain ketika UPF terkait tutup (diluar jam kerja). Permintaan
obat dilakukan dengan cara order via online menggunakan komputer ke
bagian gudang farmasi obat dan gudang farmasi alkes dengan membuat surat
permintaan obat atau alkes, kemudian barang diambil oleh pihak UPF sesuai
jadwal yang telah ditentukan (IRNA II setiap hari rabu untuk alat kesehatan,
dan hari senin untuk obat).
d. Penerimaan
Penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
harus dilakukan pengecekan barang yang diterima secara fisik dari gudang
dengan Surat Pesanan (SP) untuk menjamin spesifikasi kualitas dan
kuantitasnya meliputi jumlah dan jenis, bentuk sediaan, kekuatan sediaan, dan
tanggal kadaluarsa.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 52
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

e. Penyimpanan
Sediaan farmasi disimpan berdasarkan bentuk sediaan (tablet, kapsul,
injeksi, dan alat kesehatan, salep, tetes mata, sirup, infus), stabilitas obat yang
memerlukan kondisi penyimpanan khusus dengan suhu 2-8°C, penataan secara
alfabetis, FIFO (First In First Out), FEFO (First Expired First Out),
berdasarkan status barang (Fornas dan Nonfornas), obat-obat golongan
Narkotika dan Psikotropika disimpan di lemari khusus (2 pintu dengan 2
kunci, dan lemari tidak dapat dipindah-pindah). Obat high alert diletakkan
ditempat tersendiri dibatasi dengan scotlight merah dan diberikan label
peringatan warna merah. Obat LASA (Look Alike Sound Alike)/ NORUM
diberikan label hijau yang bertuliskan LASA, tidak diletakkan berdekatan dan
tulisan dengan Tallman letter seperti doPAMIN, doBUTAMIN,
CIPROfloxacin, LEVOfloxacin. Alat kesehatan yang sering dibutuhkan di
UPF IRNA II yaitu modern dressing (rawat luka), hypafix, daryantulle, alat
bantu jalan, arm sling, dan collar brace, CVC, dialisa set, breathing circuit,
dan lain-lain.
f. Pendistribusian
Pasien rawat inap umum maupun JKN/ BPJS diberikan obat secara perhari
UDD (Unit Dose Dispensing).
g. Pengendalian
Pengendalian persediaan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan
sesuai dengan strategi dan programnya yang telah ditetapkan sehingga tidak
terjadi kelebihan dan kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluarsa, dan
kehilangan serta pengembalian pesanan. Pada IRNA II terdapat beberapa obat
yang termasuk fast moving yaitu ranitidin, metamizol (antrain), paracetamol,
ceftriaxon, cefazolin, ketorolac, asam mefenamat, ciprofloxacin, levofloxacin,
metronidazol, dan lain-lain. Selain itu, penggunaan antibiotik di RSSA pada
beberapa obat harus diretriksi atau dimintakan persetujuan dari KPRA seperti
amikasin dan meropenem.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 53
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

h. Pelaporan
Pelaporan pendapatan dilakukan setiap hari setelah selesai melakukan
pelayanan di UPF IRNA II. Setiap satu bulan sekali UPF IRNA II membuat
laporan yang langsung diserahkan kepada koordinator pelayanan untuk
dilakukan evaluasi oleh kepala instalasi farmasi rumah sakit.
Setiap satu bulan sekali UPF IRNA II membuat laporan, yaitu:
1) Laporan Narkotika dan Psikotropika, dengan dilampirkan resep
Narkotika dan Psikotropika.
2) Laporan monitoring suhu ruangan dan suhu kulkas.
3) Laporan pengkajian resep, seperti jumlah pasien, jumlah lembar resep, dan
jumlah item recipe (R/).
4) Laporan obat dan alkes yang mendekati ED (expiration date), slow
moving, dan death moving.
5) Laporan stock opname (persediaan barang), dilakukan 1 bulan sekali.
6) Laporan Indikator Mutu seperti kebenaran penyiapan dan pelabelan obat
pasien rawat inap dan rawat jalan dan Laporan prescribing error,
penyimpanan high alert di ruang rawat inap, penggunaan antibiotik
empiris selama 14 hari di ruang rawat inap, dan pengadaan di luar
prosedur.
7) Laporan pendapatan
8) Laporan respon time

C. Unit Pelayanan Farmasi Instalasi Rawat Inap III (IRNA III)


1. Tinjauan UPF IRNA III
Unit pelayanan farmasi IRNA III merupakan salah satu unit pelayanan
farmasi di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar yang didirikan untuk menyelenggarakan
dan menyediakan fasilitas kegiatan pelayanan kepada pasien. UPF IRNA III
didirikan dengan tujuan untuk tercapainya pelayanan kefarmasian yaitu
pendidikan dan penelitian di bidang kesehatan dan pengobatan dengan mutu,
cakupan dan efisiensi yang optimal. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 72 Tahun 2016 pengelolaan perbekalan farmasi meliputi kegiatan,

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 54
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

pemilihan, penrencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,


pengendalian dan pemusnahan serta administrasi.
Unit Pelayanan Farmasi Instalasi Rawat Inap III (UPF IRNA III)
dikhususkan untuk memberikan pelayanan di ruang Instalasi Rawat Inap III
(Obstetri dan gynecology) berupa obat-obatan serta alat kesehatan. Ruang rawat
inap yang ada didalam IRNA III meliputi:
a. Ruang 4 (ruangan kelas I obstetric dan gynecology) dengan 16 tempat tidur
b. Ruang 8 (ruangan kelas III obstetri) dengan 26 tempat tidur
c. Ruang 9 (ruangan kelas III onkology) dengan 21 tempat tidur
d. Ruang 10 (ruangan kelas III gynecology) dengan 10 tempat tidur
e. Kamar bersalin dengan 17 tempat tidur yang melayani pasien observasi
kelahiran atau intensif atau kegawat daruratan.
Unit Pelayanan Farmasi IRNA III membuka pelayanan pada pukul 07.00-
16.00 WIB dan pelayanan yang dilakukan berlaku untuk semua pasien seperti
pasien umum, jaminan kesehatan nasional (JKN), jamkesda dan ikatan kerja sama.
UPF IRNA III memiliki 1 Apoteker penanggung jawab, 2 Apoteker penanggung
jawab pasien, 2 tenaga teknis kefarmasian, dan 1 caraka. Adapun struktur
organisasi UPF IRNA III sebagai berikut :

1 Apoteker Penanggung Jawab

2 Apoteker Penanggung Jawab Ketua Pelaksana


Pasien

2 Tenaga Teknis Kefarmasian 1 Caraka


Ruang

Gambar 13. Struktur Organisasi IRNA III

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 55
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Apoteker penanggung jawab UPF IRNA III memiliki tugas pokok untuk
mengkoordinasikan seluruh kebutuhan, pemantauan, pengawasan, dan
penggunaan seluruh fasilitas sumber daya di UPF IRNA III. Penanggung Jawab
UPF IRNA III memiliki beberapa fungsi antara lain:
a. Perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusi,
administrasi serta memberikan pelayananan farmasi klinik di UPF IRNA III.
b. Mengkoordinasikan sumber daya yang ada di UPF IRNA III.
c. Pemantauan, pengawasan dan pelaksanaan kegiatan di UPF IRNA III.
2. Alur Pelayanan UPF IRNA III
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
Apoteker, baik dalam bentuk paper maupun elektronik untuk menyediakan dan
menyerahkan obat kepada pasien sesuai peraturan yang berlaku (PerMenKes No.
72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit). Resep
yang masuk ke UPF IRNA III yaitu resep manual.
Alur pelayanan obat dan alat kesehatan di UPF IRNA III sebagai berikut:

Dokter menulis resep

Resep tersebut diserahkan ke APJP ruangan.

APJP ruangan melakukan skrining resep (administrasi, farmasetis dan klinis),


kemudian resep diserahkan ke UPF

.
Petugas farmasi UPF menulis permintaan resep ke KCO (Kartu Catatan Obat)
kemudian menyiapkan obat dan alat kesehatan sesuai resep

.
Petugas farmasi UPF mengentry permintaan melalui inventory secara online

.
Setelah selesai, dilakukan cetak permintaan dari masing - masing ruangan

.
Untuk obat oral disiapkan dengan sistem PODS (Pemberian Obat Dosis
Sehari) yaitu plastik PODS putih untuk pagi, plastik PODS merah muda untuk
siang dan plastik PODS biru untuk malam

Program Studi Profesi Apoteker 28 .


Universitas Muhammadiyah Surakarta 56
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Dilakukan double check sebelum obat diserahkan ke ruangan. Petugas farmasi


UPF dan petugas farmasi ruangan melihat kesesuaian barang fisik dengan
KCO

.
Petugas farmasi ruangan menyerahkan obat oral ke pasien disertai KIE

.
Obat injeksi dan alkes disimpan di perbekalan farmasi untuk masing - masing
pasien

Gambar 14. Alur Pelayanan .Obat dan Alkes di IRNA III

Floor stock yang berada di kaber dapat digunakan jika ada pasien yang
memerlukan obat-obatan untuk bersalin namun UPF sudah tutup. Alur pelayanan
floor stock di kamar bersalin sebagai berikut:

Petugas farmasi menyediakan obat dan alat kesehatan yang diperlukan di


kamar bersalin sesuai dengan kebutuhan (menyesuaikan dengan daftar pada
troli floor stock).

Setiap petugas kamar bersalin yang mengambil barang di troli floor stock wajib
menulis di kertas format yang telah disediakan dan dokter menulis resep sesuai
dengan status pasien dan format kamar bersalin

Tenaga teknis kefarmasian mengecek sisa obat dan alat kesehatan di troli floor
stock setiap pagi hari, kemudian mencocokkan pengeluaran yang tertulis di
kertas format kaber dengan barang fisik yang ada di troli floor stock,
selanjutnya petugas farmasi mengisi kembali kebutuhan obat dan alkes

Petugas farmasi di UPF IRNA III meng-entry penggunaan obat dan alkes ke
dalam billing pasien sesuai dengan status.

Gambar 15. Alur Pelayanan Floor Stock di Kamar Bersalin

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 57
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

3. Kegiatan Pengelolaan Perbekalan Sediaan Farmasi di UPF IRNA III


Pengelolaan perbekalan farmasi di unit pelayanan farmasi IRNA III meliputi:
a. Pemilihan
Metode yang digunakan untuk menentukan barang yang akan dipesan
adalah dengan metode konsumsi, berdasarkan formularium nasional,
formularium rumah sakit, formularium pendamping serta obat-obat yang
terdaftar di BPOM.
b. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi di UPF IRNA III
menggunakan metode konsumsi, yang artinya menyesuaikan dengan
kebutuhan pasien di UPF IRNA III. Kegiatan perencanaan perbekalan farmasi
di UPF IRNA III dilakukan oleh seorang ketua pelaksana dengan supervisi
apoteker penanggung jawab. Perencanaan kebutuhan dilakukan dengan tujuan
untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu
dan efisien. Dalam hal perencanaan kebutuhan juga harus mempertimbangkan
perbekalan farmasi tersebut termasuk fast moving atau slow moving dan
mempertimbangkan kemudahan dalam mendapatkan perbekalan farmasi
tersebut.
c. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan operasional yang di tetapkan dalam perencanaan penentuan
kebutuhan. Sistem pengadaan barang farmasi di UPF IRNA III adalah dengan
pengajuan SP (Surat Pesanan) secara online yang memuat nama barang dan
jumlah barang yang dibutuhkan ke gudang obat dan alkes. Permintaan
inventory dilakukan secara online ke gudang setiap Senin.
Alur pengadaan perbekalan farmasi di UPF IRNA III :

Barang-barang yang akan/sudah habis di tulis ke buku defecta

.
Pengecekan stok minimum dan penjualan sebelumnya untuk menentukan
jumlah barang yang akan diorder

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 58
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Permintaan barang ke gudang obat sesuai dengan kebutuhan dan dilakukan


setiap hari hari senin (via online)

.
Item barang yang akan di order di input secara online melalui komputer

.
Obat disiapkan sesuai dengan permintaan oleh petugas farmasi di gudang
obat

.
Gambar 16. Alur Pengadaan Perbekalan Farmasi di UPF IRNA III
d. Penerimaan
Penerimaan barang dilakukan dengan tujuan untuk menjaga kualitas dan
menjamin kesesuaian barang yang dipesan dengan yang datang. Pengambilan
barang ke gudang obat dan alat kesehatan dilakukan oleh caraka, pada saat
pengambilan dilakukan pengecekan bentuk fisik, jenis obat/alkes, jumlah yang
disesuaikan dengan tanda terima yang dicetak oleh gudang. Apabila sesuai,
maka petugas menandatangani dokumen penerimaan barang dan alkes
kemudian, obat akan di bawa ke UPF IRNA III. Petugas memasukkan
obat/alkes ke dalam rak penyimpanan dan mengisi kartu stock. Petugas
farmasi UPF IRNA III memvalidasi penerimaan barang melalui komputer.
e. Penyimpanan
Penyimpanan perbekalan farmasi baik obat, alat kesehatan, maupun bahan
medis habis pakai di UPF IRNA III dibedakan berdasarkan:
1) Stabilitas sediaan (suhu tempat penyimpanan).
2) High Alert, penyimpanan sediaan high alert disimpan secara terpisah
dengan obat lain dan diberi label high alert berwarna merah pada tempat
sediaan dan sediaannya. Contoh Obat high alert yaitu Epinefrin, Lidokain,
Nicardipin, Sulfas Atropin.
3) LASA, penyimpanan LASA dipisahkan antara sediaan yang mempunyai
kemiripan nama dan pengucapan dengan memberi jarak minimal 1 kotak
serta pemberian stiker LASA berwarna hijau untuk memperjelas. Contoh
obat LASA yaitu Captopril 6, 25 ; 12,5 dan 25 mg, Cefazoline dan
Ceftazidime, Asam Traneksamat dan Asam Mefenamat.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 59
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

4) Narkotik dan Psikotropik, penyimpanan obat Narkotika dan Psikotropika


dilakukan dengan menggunakan lemari khusus yang mempunyai 2 buah
kunci yang berbeda. Contoh obat Narkotika yaitu MST, Codein,
Durogesic. Sedangkan contoh obat Psikotropika yaitu Stesolid, dan
Alprazolam.
5) Sistem FIFO (First In First Out) atau FEFO (First Expired First Out).
f. Pendistribusian
Sistem pendistribusian yang dilakukan di UPF IRNA III yaitu individual
prescribing dan PODS (Pemberian Obat Dosis Sehari) untuk pasien rawat
inap dan floor stock untuk kamar bersalin (KABER). Sistem floor stock
dimaksudkan untuk pelayanan obat dan alat kesehatan pada tindakan dikamar
bersalin pada saat UPF IRNA III tidak melakukan pelayanan kefarmasian
(diatas pukul 16.00).
g. Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan
penggunaan sediaan farmasi, alkes dan bahan medis habis pakai. Adapun
tujuan pengendalian yaitu:
1) Penggunaan obat sesuai dengan formularium Rumah sakit
2) Penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi
3) Memastikan persedian efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan, kerusakan, kadaluarsa dan kehilangan serta pengembalian
pesanan sedian farmasi, alkes dan bahan medis habis pakai.
Pengendalian yang dilakukan di UPF IRNA III yaitu dengan cara
mengevaluasi persediaan perbekalan farmasi yang slow moving serta obat-
obat yang mendekati waktu kadaluarsa. Obat- obatan yang slow moving dan
mendakati waktu kadaluarsa akan didistribusikan ke UPF lain yang
penggunaan nya lebih banyak agar tidak terjadi death stock dan expired date.
h. Administrasi
Administrasi terdiri dari pencatatan dan pelaporan. Setiap pemasukkan dan
pengeluaran sediaan farmasi di-entry menggunakan sistem komputer dan
dicatat pada kartu stok. Kartu stok memuat data tanggal, jumlah barang yang

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 60
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

masuk, barang yang dikeluarkan, sisa stok, nama pasien dan paraf petugas
yang menyiapkan obat. Sedangkan pencatatan pada komputer dengan
memasukkan seluruh transaksi sediaan farmasi dari setiap pasien. Data dari
komputer dan dikartu stok dapat menjadi dasar untuk membuat laporan
penggunaan sediaan farmasi di UPF IRNA III setiap bulannya. Adapun
pencatatan dan pelaporan di UPF IRNA III adalah sebagai berikut:
1) Laporan Psikotropik dan Narkotik dibuat setiap awal bulan dan diserahkan
ke gudang farmasi obat dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota dan BPOM.
Pelaporan psikotropika dan narkotika juga bisa dilaporkan secara online
melalui aplikasi SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotiha dan Psikotropika).
2) Laporan suhu (lemari es maupun suhu ruangan). Suhu lemari es dan suhu
ruangan dicatat sehari sekali setiap shift jaga kedalam kartu stok suhu.
3) Laporan penjualan tunai. Penjualan dengan resep status umum setiap
harinya di rekap dan dilaporkan pendapatan setiap harinya ke bagian
keuangan Farmasi.
4) Laporan jumlah pasien dan jumlah resep yang masuk sesuai dengan status
pasien penjamin (JKN, Tagihan perusahaan) dan umum.
5) Laporan penjualan medik.
6) Laporan jumlah penulisan resep.
7) Laporan stock opname dilakukan setiap akhir bulan untuk UPF IRNA III.
Pelaporan stock opname juga disertai laporan obat yang sudah expired
date, obat expired date dekat 6 bulan dan obat death stock. Laporan stock
opname berisi laporan stock barang, berita acara stock opname dan rekapitulasi
stock selama 1 bulan terakhir.

D. Unit Pelayanan Farmasi Instalasi Rawat Inap IV (IRNA IV)


1. Tinjauan UPF IRNA IV
Unit Pelayanan Farmasi (UPF) IRNA IV di instalasi farmasi RSUD Dr.
Saiful Anwar (RSSA) Malang dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian
kepada pasien. Tujuan diadakannya UPF IRNA IV untuk menjamin tercapainya
pelayanan kefarmasian dengan baik kepada pasien di IRNA IV Resep yang

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 61
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

dilayani merupakan resep umum dan resep JKN dan Ikatan Kerjasama.
Penanggung jawab untuk pelayanan kefarmasian IRNA IV oleh apoteker dan
dibantu oleh TTK dan caraka.
UPF IRNA IV bertugas untuk mengawasi penggunaan barang farmasi baik
obat maupun alat kesehatan dalam bentuk Unit Doses Distribution (UDD) dan
One Daily Doses (ODD) di ruang instalasi rawat inap IV. Ruang yang berada di
rawat irna IV adalah sebagai berikut :
a. Ruang 7A (kelas I = 14 tempat tidur dan kelas II = 20 tempat tidur).
b. Ruang 7B (53 tempat tidur) yang terdiri dari ruang gastroenterology (8 tempat
tidur), neurologi (8 tempat tidur), isolasi 1 (2 tempat tidur), isolasi 2 (2 tempat
tidur), kardiologi (8 tempat tidur), nefrologi (8 tempat tidur), hematologi (10
tempat tidur), dan Thalasemia (7 tempat tidur).
c. Ruang HCU (High Care Unit) untuk kegawatan anak (13 tempat tidur).
d. Ruang Perinatologi (untuk bayi berusia kurang dari 30 hari) terdapat 45 tempat
tidur, yang terdiri dari ruang transisi, ruang non infeksi, ruang infeksi, ruang
bedah neonatal dan ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) untuk
kegawatan bayi yang terdiri dari 5 tempat tidur.

Gambar 17. Struktur Organisasi UPF IRNA IV

2. Alur Pelayanan UPF IRNA IV


Alur pelayanan obat dan alat kesehatan di UPF IRNA IV ke ruang rawat
inap berdasarkan status pasien yaitu pasien umum dan asuransi adalah sebagai
berikut:

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 62
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Dokter menulis terapi di rekam medis pasien di lembar F7

Resep tersebut diserahkan ke petugas farmasi.

Petugas farmasi ruangan melakukan skrining resep kemudian resep diserahkan ke


UPF.

Petugas farmasi UPF menulis permintaan resep ke KCO (Kartu Catatan Obat) lalu
menyiapkan obat dan alat kesehatan sesuai resep.

Untuk obat oral disiapkan dengan sistem PODS (Pemberian Obat Dosis Sehari)

Dilakukan double check yaitu sebelum obat diserahkan ke ruangan dan petugas
farmasi ruangan dengan cara melihat kesesuaian barang fisik dengan KCO

Petugas farmasi ruangan menyerahkan obat oral sistem PODS ke pasien dan obat
injeksi di loker setiap pasien.
Gambar 18. Alur Pelayanan UPF IRNA IV
3. Kegiatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi UPF IRNA IV
a. Pemilihan
Metode yang digunakan untuk menentukan barang yang akan dipesan
adalah dengan metode konsumsi, berdasarkan formularium nasional,
formularium rumah sakit, formularium pendamping serta obat-obat yang
terdaftar di BPOM.
b. Perencanaan
Perencanaan perbekalan farmasi di UPF IRNA IV dilakukan degan metode
konsumsi, artinya menyesuaikan dengan kebutuhan pasien di UPF IRNA IV.
Kegiatan perencanaan perbekalan farmasi di UPF IRNA IV dilakukan setiap
minggu oleh seorang ketua pelaksana dengan supervisi apoteker penanggung
jawab. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk menjamin terpenuhinya
kriteria tepat jenis, tepat jumlah,tepat waktu dan efisien. Dalam hal
perencanaan perlu mempertimbangkan perbekalan farmasi yang masuk fast
moving atau slow moving.
c. Pengadaan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 63
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Pengadaan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi


kebutuhan operasional yang di tetapkan dalam perencanaan penentuan
kebutuhan. Pengadaan dilakukan dengan Surat Pesanan (SP) online yang
memuat nama barang dan jumlah barang yang dibutuhkan ke gudang obat dan
alkes yaitu dengan meng-entry data perbekalan farmasi yang dibutuhkan oleh
UPF IRNA IV kemudian data tersebut di validasi yang nantinya akan di akses
dan diterima oleh pihak gudang farmasi obat maupun alat kesehatan.
Pengadaan umumnya dilakukan setiap hari senin.
Alur pengadaan perbekalan farmasi di UPF IRNA IV :

Barang-barang yang akan/sudah habis di tulis ke buku defecta

Pengecekan stok minimum dan penjualan sebelumnya untuk


menentukan jumlah barang yang akan diorder

Permintaan barang ke gudang obat sesuai dengan kebutuhan dan


dilakukan setiap hari hari senin (via online)

Item barang yang akan di order di input secara online melalui


komputer

Obat disiapkan sesuai dengan permintaan oleh petugas farmasi di


gudang obat.

Gambar 19. Alur Pengadaan Perbekalan Farmasi di UPF IRNA IV


d. Penerimaan
Kegiatan penerimaan ini bertujuan untuk kuaitas dan menjamin kesesuaian
barang yang di pesan dengan yang barang yang datang. Apabila sudah sesuai
maka perbekalan farmasi akan diambil oleh petugas caraka dari UPF IRNA IV
dan petugas akan menandatangani dokumen penerimaan barang dan alkes
kemudian, obat akan di bawa ke UPF IRNA IV. Petugas caraka akan
menyimpan barang sesuai dengan stabilitasnya dan mencatat di kartu stock
serta melakukan validasi pengiriman barang.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 64
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

e. Penyimpanan
Penyimpanan perbekalan farmasi baik obat, alat kesehatan, maupun bahan
medis habis pakai di UPF IRNA IV dibedakan berdasarkan:
1) Stabilitas sediaan (suhu tempat penyimpanan)
2) Status pasien
3) High Alert, penyimpanan sediaan high alert disimpan secara terpisah
dengan obat lain dan diberi label high alert berwarna merah pada tempat
sediaan dan sediaannya.
4) LASA, penyimpanan LASA dipisahkan antara sediaan yang mempunyai
kemiripan nama dan pengucapan dengan memberi jarak minimal 1 kotak
serta pemberian stiker LASA berwarna hijau untuk memperjelas.
5) Narkotik dan Psikotropik, penyimpanan obat Narkotika dan Psikotropika
dilakukan dengan menggunakan lemari khusus yang mempunyai 2 buah
kunci yang berbeda
6) Sistem FIFO (First In First Out) atau FEFO (First Expired First Out).
f. Pendistribusian
Pelayanan Sistem pendistribusian yang dilakukan di UPF IRNA IV yaitu
individual prescribing dan PODS (Pemberian Obat Dosis Sehari) untuk pasien
rawat inap. Khusus Ruang HCU anak, selain penyiapan perbekalan farmasi
secara PODS juga terdapat penyiapan perbekalan farmasi dengan sistem floor
stock, yaitu terdapat lemari khusus yang berisi obat dan alat kesehatan yang
dapat digunakan perawat di luar jam kerja Apoteker Penanggung Jawab
Ruangan. Alur pendistribusian floor stock di HCU anak IRNA IV :

Petugas Kesehatan (Dokter/Perawat)

Floor Stock (dilakukan pencacatan dan


pengeluaran barang

Resep

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 65
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Petugas Farmasi (melakukan pengecekan


dan penggantian barang yang kosong)

Floor Stock
Gambar 20. Alur Pendistribusian Floor Stock di HCU Anak IRNA IV
g. Pengendalian
Tujuan dari kegiatan pengendalian persediaan sediaan farmasi dan alat
medis habis pakai dilakukan untuk menjaga penggunaan obat sesuai dengan
formularium rumah sakit, formularium nasional, pedoman diagnosis dan terapi
dan memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan / kekosongan, kerusakan, kadaluarsa, dan kehilangan serta
pengembalian pesanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai. Pengendalian yang dilakukan di UPF IRNA IV yaitu dengan cara
mengevaluasi persediaan perbekalan farmasi yang slow moving serta obat-
obat yang mendekati waktu kadaluarsa. Obat- obatan yang slow moving dan
mendakati waktu kadaluarsa akan didistribusikan ke UPF lain yang
penggunaan nya lebih banyak agar tidak terjadi death stock dan expired date.
h. Administrasi
Kegiatan administrasi terdiri dari pencatatan dan pelaporan. Setiap
pemasukkan dan pengeluaran sediaan farmasi di-entry menggunakan sistem
komputer dan dicatat pada kartu stok. Kartu stok memuat data tanggal, jumlah
barang yang masuk, barang yang dikeluarkan, sisa stok, nama pasien dan paraf
petugas yang menyiapkan obat. Sedangkan pencatatan pada komputer dengan
memasukkan seluruh transaksi sediaan farmasi dari setiap pasien. Data dari
komputer dan dikartu stok dapat menjadi dasar untuk membuat laporan
penggunaan sediaan farmasi di UPF IRNA IV setiap bulannya. Adapun
pencatatan dan pelaporan di UPF IRNA IV adalah sebagai berikut:
Laporan penjualan tunai. Penjualan dengan resep status umum setiap
harinya di rekap dan dilaporkan pendapatan setiap harinya ke bagian keuangan
Farmasi.
1) Laporan Psikotropik dan Narkotik dibuat setiap awal bulan dan diserahkan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 66
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

ke gudang farmasi obat dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota dan BPOM.


Pelaporan psikotropika dan narkotika juga bisa dilaporkan secara online
melalui aplikasi SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotiha dan Psikotropika).
2) Laporan jumlah pasien dan jumlah resep yang masuk sesuai dengan status
pasien penjamin (JKN, Tagihan perusahaan) dan umum.
3) Laporan suhu (lemari es maupun suhu ruangan). Suhu lemari es dan suhu
ruangan dicatat sehari sekali setiap shift jaga kedalam kartu stok suhu.
4) Laporan stock opname dilakukan setiap akhir bulan untuk UPF IRNA IV.
5) Laporan penjualan medik.
6) Laporan jumlah penulisan resep.
Pelaporan stock opname juga disertai laporan obat yang sudah expired date,
obat expired date dekat 6 bulan dan obat death stock. Laporan stock opname
berisi laporan stock barang, berita acara stock opname dan rekapitulasi stock
selama 1 bulan terakhir.

E. Unit Pelayanan Farmasi Ruang 26 (UPF 26)


1. Tinjauan UPF Ruang 26
Unit Pelayanan Farmasi (UPF) Ruang 26 merupakan bagian dari Instalasi
Farmasidi RSUD dr.Saiful Anwar Malang yang melayani permintaan kebutuhan
obat, bahan medis habis pakai dan alat kesehatan serta mengkoordinasi
penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di area ruang High Care Unit IRNA 1
dan Instalasi Pelayanan Jantung Terpadu (IPJT).
Adapun ruangan yang dilayani oleh UPF Ruang 26 meliputi :
a. HCU IRNA I
1) Stroke unit mempunyai 18 tempat tidur
2) HCU IPD mempunyai 16 tempat tidur
3) HCU Paru mempunyai 10 tempat tidur
4) Ruang Tindakan IRNA I (OK Paru)
b. IPJT
1) Ruang Rawat Inap 5 (CVCU) mempunyai 12 tempat tidur, ruang 5a
mempunyai 15 tempat tidur dan ruang 5b mempunyai 10 tempat tidur

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 67
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

2) OK IPJT dan Cath Lab


3) Ruang tindakan IPJT
Sumber daya manusia yang terdapat di UPF Ruang 26 berjumlah 13 orang
yang terdiri dari 1 Apoteker Penanggung Jawab (APJ), 3 Apoteker Penanggung
Jawab Pasien di rawat inap (APJP), 1 orang Ketua Pelaksana, 3 orang Tenaga
Teknis Kefarmasian Rawat Inap (TTK Ruangan), 3 orang Tenaga Teknis
Kefarmasian (TTK) di OK dan cath lab dan 2 orang caraka. Berikut struktur
organisasi UPF Ruang 26.

Gambar 21. Struktur Organisasi UPF Ruang 26

Pelayanan resep meliputi resep pasien status umum/ regular, JKN maupun
tagihan dari perusahaan yang telah bekerja sama dengan RSUD dr. Saiful Anwar.
2. Alur pelayanan di UPF Ruang 26
Alur pelayanan di UPF ruang 26 sebagai berikut :

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 68
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Dokter menulis instruksi dalam rekam medik kemudian menulis resep

Resep tersebut diserahkan ke TTK / APJP ruangan.

TTK menulis instruksi dokter di rekam medik dalam KCO kemudian telaah
resep oleh APJP / TTK

TTK menghitung kebutuhan obat dan alkes untuk pasien di ruang rawat inap
kemudian TTK melakukan entry permintaan komputer

Validasi permintaan oleh petugas UPF

penyiapan secara PODS oleh TTK

verifikasi akhir oleh APJP kemudian di distribusikan

Gambar 22. Alur Pelayanan Resep di UPF Ruang 26


Pada area ruang rawat inap HCU terdapat floor stock (persediaan obat dan
alat kesehatan di ruangan) yang bertujuan agar pasien dapat memperoleh obat
maupun alat kesehatan secara langsung atau lebih cepat tanpa ada waktu tunggu.
Obat dan alat kesehatan yang terdapat dalam floor stock tersebut adalah obat dan
alat kesehatan yang bersifat life saving. Penggunaan floor stock harus sesuai SPO.
3. Kegiatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi di UPF Ruang 26
Tugas dan fungsi pokok UPF Ruang 26 Pelayanan secara manajerial
meliputi:
a. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan obat, bahan medis habis pakai dan alat kesehatan
disesuaikan dengan kebutuhan pasien di area UPF ruang 26. Perencanaan
tersebut disesuaikan dengan rata-rata penggunaan obat, alat kesehatan dan
BMHP selama 1 minggu. Perencanaan di UPF Ruang 26 dilakukan oleh
Apoteker Penanggung Jawab bersama Ketua Pelaksana dilakukan pada hari
Sabtu. Perencanaan dilakukan berdasarkan pola konsumsi, epidemiologi dan
kombinasi dari keduanya dalam 1 minggu sebelumnya dan ditambah buffer

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 69
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

stock. Buffer stock digunakan untuk mengantisipasi adanya kekosongan


persediaan dan peningkatan permintaan perbekalan farmasi pada kondisi
tertentu. Dalam hal perencanaan perlu mempertimbangkan obat, bahan medis
habis pakai dan alkes tersebut fast moving atau slow moving.
b. Pengadaan
Pengadaan barang dilakukan secara online ke gudang obat dan alkes.
Pengadaan dilakukan setiap minggu (1 periode order) pada hari Senin
maksimal jam 09.00 dengan alur pengadaan perbekalan farmasi di UPF Ruang
26 sebagai berikut:
Memilih dan
Perencanaan mengelompokkan secara Membuat Surat Permintaan
didasarkan dengan Fornas atau non Fornas online melalui entry komputer
metode konsumsi obat atau alkes yang akan ke gudang obat dan alkes
dipesan ke gudang

Pengambilan barang ke SP online diterima oleh pihak


gudang obat dan alkes gudang obat/ alkes disiapkan.
dilakukan oleh caraka, saat Jika tidak tersedia digudang
pengambilan dilakukan permintaan UPF akan
pengecekan. diteruskan ke bagian
perencanaan/pembelian

Gambar 23. Alur Pengelolaan Perbekalan Farmasi di UPF Ruang 26


c. Penerimaan
Obat atau alkes pesanan yang telah disiapkan oleh gudang akan
didistribusikan UPF R.26, petugas UPF R.26 yang melakukan penerimaan
obat/ alkes tersebut wajib melakukan pengecekan terhadap kesesuaian obat/
alkes yang diterima dengan tanda terima (TT) dari gudang. Apabila telah
sesuai tanda terima maka petugas akan membawa obat atau alkes ke UPF dan
petugas UPF melakukan validasi penerimaan. Pengambilan obat atau alkes ke
gudang dilakukan oleh caraka sesuai SOP.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 70
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Caraka menyesuaikan
Obat dan alkes diterima obat dan alkes (tanda
Obat dan alkes telah
oleh caraka UPF Ruang terima, jumlah, jenis,
disiapkan oleh gudang
26 fisik barang dan Expired
date)

Obat dan alkes diterima


Divalidasi oleh UPF
UPF Ruang 26 dicek Gudang akan
Ruang 26, stok akan
ulang (tanda terima, mentransfer stok ke UPF
bertambah sesuai dengan
jumlah, fisik barang dan Ruang 26 di komputer
barang yang diterima
Expired date)

Gambar 24. Alur Penerimaan Perbekalan Farmasi di UPF Ruang 26


d. Penyimpanan
Penyimpanan obat di Unit Pelayanan Farmasi ruang 26 dibedakan
berdasarkan:
1) Penyimpanan obat dibedakan berdasarkan status FORNAS & Non
FORNAS
2) Berdasarkan jenis obat High Alert dan Look Alike Sound Alike (LASA)
Obat high alert dikelompokkan tersendiri (dilokalisir) dan diletakkan
ditempat khusus di rak penyimpanan dan ditempel stiker high alert ditiap
kemasan obat. Obat - obatan LASA diberi penanda dengan stiker LASA
yang ditulis menggunakan aturan tallman latter dan tidak diletakkan
berdampingan.
3) Penyimpanan Obat berdasarkan kestabilan yaitu obat yang termolabil
disimpan dalam lemari es dan beberapa obat disimpan pada suhu ruang.
4) Bentuk sediaan (tablet, sirup, krim, injeksi).
5) Obat-obat golongan Narkotika dan Psikotropika yang disimpan di lemari
khusus dengan sistem 2 pintu yang terkunci rapat dan sukar untuk
dipindahkan.
6) Penyimpanan menggunakan sistem FIFO (First In First Out)/ FEFO (First
Expired First Out) dan sistem alfabetis.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 71
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

e. Pendistribusian
Cara pendistribusian obat dan alkes di UPF ruang 26 dilakukan secara
kombinasi yaitu individual prescribing dan pemberian Dosis Sehari (PODS).
Pelayanan obat diatas jam 21.00 dilakukan di UPF IRNA II.
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan
penggunaan sediaan farmasi, alkes dan bahan medis habis pakai. Adapun
tujuan pengendalian yaitu agar:
1) Penggunaan obat sesuai dengan formularium Rumah sakit
2) Penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi
3) Memastikan persedian efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan, kerusakan, kadaluarsa dan kehilangan serta pengembalian
pesanan sedian farmasi, alkes dan bahan medis habis pakai.
Pengendalian yang dilakukan di UPF R.26 yaitu dengan cara mengevaluasi
persediaan perbekalan farmasi yang slow moving serta obat- obat yang
mendekati waktu kadaluarsa. Obat- obatan yang slow moving dan mendakati
waktu kadaluarsa akan didistribusikan ke UPF lain yang penggunaan nya lebih
banyak agar tidak terjadi death stock dan expired date.
g. Pelaporan
Pelaporan sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan mutu
pelayanan dalam rangka evaluasi. Evaluasi yang dilakukan di UPF Ruang 26
meliputi:
1) Stock opname
Pelaporan dan evaluasi stock opname di UPF Ruang 26 dilakukan setiap1
bulan. Stock opname dapat digunakan untuk melihat sisa persediaan yang
terdapat di UPF Ruang 26 saat akhir bulan, berisi jumlah total obat dan
alkes beserta nominalnya.
2) Pelaporan Narkotika dan Psikotropika
Pelaporan Narkotika dan Psikotropika di UPF Ruang 26 dilakukan setiap
bulan. Petugas farmasi merekapitulasi pengeluaran obat Narkotika dan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 72
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Psikotropika dalam satu bulan dengan melihat kartu stok dan resep yang
diterima.
3) Laporan obat yang mendekati Expired Date/ telah ED/ Rusak
4) Rekapitulasi obat yang hampir ED/ yang telah ED/ Rusak dibuat
bersamaan dengan stock opname dan dilaporkan. Pelaporan obat yang
mendekati expired date juga dilakukan setiap minggu pada rapat
mingguanyang dihadiri oleh Ketua Pelaksana dan Apoteker Penanggung
JawabUPF, agar obat tersebut dapat dikelola atau dialokasikan kepada UPF
lain dimana obat pada UPF tersebut merupakan obat fast moving.
5) Pelaporan obat slow moving dan dead moving dilakukan bersamaan saat
melakukan stock opname.
6) Laporan suhu ruangan dan lemari es ditujukan untuk mengevaluasi
kesesuaiaan suhu penyimpanan obat dalam menjaga stabilitas sediaan demi
menjamin dan menjaga kualitas dari obat tersebut. Suhu lemari es berkisar
dari 2-8 °C, sedangkan suhu ruang berkisar 20-25 °C. Pencatatan suhu
dilakukan pada pagi dan sore hari oleh petugas UPF Ruang 26.
7) Laporan pelayanan harian UPF berupa laporan jumlah resep atau jumlah
pasien dan pendapatan UPF baik tunai maupun kredit.
8) Laporan indikator mutu pelayanan farmasi di UPF berupa kebenaran
pelabelan dan prescribing error, sedangkan indikator mutu pada rawat inap
berupa pengendalian penggunaan antibiotik > 7 hari dan kepatuhan
penyimpanan elektrolit pekat.
9) Laporan respon time

F. Unit Pelayanan Farmasi Paviliun (UPF Pavilliun)


1. Unit pelayanan Farmasi Instalasi Pelayanan Utama
Unit pelayanan Farmasi Instalasi Pelayanan Utama pada umumnya sama
dengan unit pelayanan yang lain yakni unit yang melakukan pelayanan terhadap
pasien baik rawat jalan maupun rawat inap dengan dokter spesialis, hemodialisa
dan permintaan perbekalan farmasi. Unit pelayanan Farmasi Instalasi Pelayanan
Utama melakukan pelayanan selama 24 jam dengan melayani pasien rawat inap

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 73
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

dan rawat jalan. Pada pelayanan pasien rawat jalan dilakukan dengan
menggunakan individual prescribing. Jenis pasien yang dilayani yaitu umum,
JKN, dan tagihan sedangkan pada pasien rawat inap menggunakan One Daily
Dose atau Unit Dose Dispensing atau yang biasa dikenal dengan sebutan ODD
atau UDD.
Pelayanan UPF Instalasi Pelayanan Utama meliputi pelayanan farmasi:
a. Rawat inap
UPF Instalasi Pelayanan Utama memenuhi semua kebutuhan obat dan alat
kesehatan untuk pasien rawat inap yang terdiri dari:
1) Ruang Tulip (1 bed)
2) Ruang Wijaya Kusuma (5 bed)
3) Ruang Dahlia (20 bed)
4) Ruang Mawar (27 bed)
5) Ruang Bougenvil (27 bed)
6) Ruang Melati (27 bed)
b. Rawat Jalan
1) Poli dokter spesialis
UPF Instalasi Pelayanan Utama memenuhi kebutuhan obat dan
alat kesehatan pasien rawat jalan yang datang berobat ke poli dokter
spesialis.
2) Hemodialisa (30 bed)
Pada instalasi pelayanan utama Hemodialisa terbagi menjadi 2
yaitu hemodialisa rawat jalan dan rawat inap.
3) Kamar terima
Jumlah karyawan UPF Instalasi Pelayanan Utama adalah 27 SDM
yang terdiri dari Apoteker berjumlah 7 orang (1 Apoteker Penanggung
jawab UPF dan 5 orang Apoteker ruangan atau penanggung Jawab pasien),
1 orang sebagai tenaga teknis kefarmasian yang menjabat ketua pelaksana,
4 tenaga teknis kefarmasian ruangan, 8 orang tenaga teknis kefarmasian
UPF dan 7 orang caraka. Tugas apoteker penanggung jawab di unit
pelayanan farmasi Instalasi Pelayanan Utama yakni mengelola

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 74
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

ketersediaan obat dan alat kesehatan, mengatur kelancaran dan kecepatan


pelayanan dan mengelola ketersediaan sarana dan prasarana. Berikut
struktur organisasi dari Unit Pelayanan Farmasi Instalasi Pelayanan
Utama. Berikut Struktur organisasi UPF Instalasi Pelayanan Utama :

Apoteker Penanggung
Jawab

Apoteker Ketua Pelaksana Apoteker UPF


Penanggung
Jawab Pasien

TTK Ruangan TTK UPF Caraka

Gambar 25. Struktur Organisasi UPF Instalasi Pelayanan Utama


2. Alur Pelayanan UPF Pelayanan Utama
Resep yang masuk ke UPF Pelayanan Utama yaitu resep manual. Resep
adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada Apoteker, baik
dalam bentuk paper maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan
obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku (PerMenKes No. 72 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit). Pada alur pelayanan
UPF Pelayanan Utama terbagi menjadi 2 yakni alur pelayanan untuk rawat jalan
dan rawat inap, berikut alur pelayanan UPF Pelayanan Utama :

Gambar 26. Alur Pelayanan di UPF Instalasi Pelayanan Utama (IPU)


Program Studi Profesi Apoteker 28
Universitas Muhammadiyah Surakarta 75
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Gambar 27. Alur Pelayanan Pasien Rawat inap UPF Instalasi Pelayanan Utama
3. Kegiatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi di UPF Instalasi Pelayanan
Utama
Tugas dan fungsi pokok UPF Pelayanan Utama adalah melakukan kegiatan
pengeloaan seperti halnya UPF yang lain, adapun tugas dan fungsi pokok UPF
Pelayanan Utama secara manajerial meliputi:
a. Pemilihan
Proses pemilihan sediaan farmasi disesuaikan dengan kebutuhan
pelayanan di UPF Instalasi Pelayanan Utama. Pemilihan obat dilakukan oleh
APJ UPF dan Ketua Pelaksana untuk menentukan kualitas dan efektivitas
sediaan farmasi yang akan digunakan. Pemilihan dilakukan berdasarkan
Formularium Nasional, Formularium Rumah Sakit, dan Formularium IPU.
b. Perencanaan
Proses perencanaan dimaksudkan menghindari adanya kekosongan obat,
dalam proses perencanaan sediaan farmasi di UPF Instalasi Pelayanan Utama

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 76
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

berupa jenis, jumlah, dan harga sediaan farmasi harus disesuaikan berdasarkan
kebutuhan dan anggaran yang tersedia. UPF Instalasi Pelayanan Utama
melakukan perencanaan setiap seminggu sekali dan ditambah buffer (safety
stock) sebanyak 100%.
c. Pengadaan
Pengadaan Obat dan Alkes UPF Instalasi Pelayanan Utama dengan dengan
membuat permintaan atau memasukkan Surat Permintaan (SP) secara online
ke gudang obat atau alkes pada hari senin, pemesanan barang dilakukan setiap
satu minggu sekali. Sebelum melakukan permintaan perbekalan farmasi di
gudang, petugas UPF Instalasi Pelayanan Utama terlebih dahulu melakukan
pengecekan stok atau persediaan perbekalan farmasi yang hampir habis,
lalu melakukan permintaan secara online kepada gudang farmasi, apabila
dalam kurun waktu satu minggu tersebut barang sudah habis maka petugas
UPF dapat melakukan pemesanan ke gudang lagi. Apabila stok atau
persediaan Obat dan Alkes di UPF Instalasi Pelayanan Utama tidak ada maka
petugas akan mencarikan ke UPF yang lain atau langsung ke gudang.
Apabila di UPF lain dan gudang farmasi juga tidak tersedia, maka pihak
UPF akan berusaha mencarikan ke apotek luar yang telah kerjasama dan
membuat MOU dengan RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, apotek tersebut
diantaranya Apotek Bunga Melati dan Apotek Domat.
d. Penerimaan
Setelah proses pengadaan, barang akan diterima 2-3 hari setelah surat
permintaan secara online. Proses penerimaan barang dari gudang terlebih
dahulu dicek kesesuaianya dengan surat permintaan oleh caraka sebelum
dibawa ke UPF, barang yang telah sampai di UPF akan dicek kesesuaiannya
oleh penanggung jawab atau ketua Pelaksana di UPF Instalasi Pelayanan
Utama. Pengecekan yang dilakukan meliputi nama obat, jumlah obat, tanggal
kadaluarsa, dan kondisi fisik barang, apabila barang tersebut memiliki expired
date pendek maka dari pihak UPF pelayanan utama melakukan konfirmas ke
gudang. Kemudian setelah barang dicek kesesuaian dengan Surat Permintaan
(SP), petugas UPF pelayanan utama akan melakukan validasi secara online

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 77
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

menggunakan program System inventory.


e. Penyimpanan
Obat yang telah diterima dan divalidasi oleh petugas lalu disimpan di
UPF, Sistem penyimpanan obat yang diterapkan di UPF Instalasi Pelayanan
Utama berdasarkan status obat. Obat FORNAS dan Non FORNAS yang
ditempatkan pada lemari yang berbeda Penempatan Obat high alert diletakkan
pada lemari yang berbeda dengan yang lain serta diberi label stiker berwarna
merah pada setiap tempat atau obat, untuk obat LASA (Look Alike Sound
Alike) diberi label hijau yang bertuliskan LASA dan peletakanya tidak boleh
berdekatan harus diberi jeda serta tulisan yang menjadi pembeda, tulisan pada
obat LASA harus dicetak dengan huruf besar (Tallman Letter). Sistem
penyimpanan obat di UPF Instalasi Pelayanan Utama disusun di dalam rak/
lemari berdasarkan alfabetis, jenis sediaan (sediaan sirup, sediaan tetes/ salep
mata dan telinga, sediaan injeksi), alat kesehatan, serta alat khusus yang
diberikan tempat sendiri. Sediaan yang termolabil disimpan sesuai
stabilitasnya, untuk sediaan suppositoria, insulin dan injeksi disimpan pada
lemari es dengan suhu < 8°C, untuk ovula disimpan pada suhu rendah (lemari
es dengan suhu 2-8°C). Penyimpanan obat Narkotika dan Psikotropika
diletakan pada lemari terpisah yang dilengkapi dua pintu dengan kunci
rangkap 2 dan disimpan oleh Apoteker Penanggung Jawab UPF dan Ketua
Pelaksana. Lemari tersebut harus memenuhi syarat Tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi Bab III pasal 24 dan pasal 25 sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015.
f. Distribusi
Pendistribusian yang dilakukan di UPF pelayanan utama mencakup
pelayanan resep yang meliputi obat dan alat kesehatan yang didistribusikan
untuk pasien rawat inap yang berasal dari poli dokter spesialis, kamar terima,
dan hemodialisa yang melakukan pengobatan di Instalasi Pelayanan Utama.
Proses distribusi resep di UPF Pelayanan Utama dibagi 2 yaitu:
1) Sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 78
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Pada UPF Pelayanan Utama menggunakan sistem PODS yaitu


obat disiapkan untuk satu hari sedangkan dalam pendistribusian obat bagi
pasien rawat inap diserahkan kepada pasien pada waktu akan diminum
saja sedangkan yang lain disimpan dalam loker yang sudah disediakan di
ruangan.
Alur permintaan obat di rawat inap yaitu pertama resep
diverifikasi oleh Apoteker ruangan kemudian disesuaikan dengan Kartu
Catatan Obat (KCO). Kemudian dilakukan permintaan secara online oleh
TTK ruangan, lalu obat disiapkan oleh TTK UPF dan TTK ruangan,
setelah itu obat dikirim oleh caraka, ketika obat sudah sampai di ruangan
dicek oleh Apoteker ruangan.
2) Sistem distribusi obat untuk pasien rawat jalan
Alur pelayanan resep untuk pasien rawat jalan yaitu pasien yang
telah melakukan pemeriksaan, baik yang berasal dari poli dokter
spesialis, kamar terima, akan menyerahkan resep ke UPF Pelayanan
Utama. Kemudian petugas farmasi akan melakukan screening resep dan
pasien akan melakukan pembayaran. Setelah pasien melakukan
pembayaran, maka akan dilakukan pengerjaan resep dengan melakukan
cross check di setiap langkah pengerjaan, lalu obat diserahkan ke pasien
beserta KIE. Sistem pembayaran di UPF Pelayanan Utama dilakukan
secara langsung atau tunai untuk pasien rawat jalan.
g. Pencatatan dan Pelaporan
Pelaporan yang dilakukan di UPF Pelayanan Utama yaitu:
1) Laporan jumlah pendapatan tunai dan kredit setiap hari baik resep reguler
maupun JKN
2) Laporan monitoring suhu ruangan dan suhu kulkas
3) Laporan penggunaan obat Narkotika dan Psikotropika
4) Laporan stock opname (persediaan barang, berita acara dan rekapitulasi
stok)
5) Laporan Indikator Mutu (untuk yang di UPF berupa pembelian diluar
prosedur, prescribing eror, angka kebenaran penyiapan dan pelabelan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 79
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

sedangkan di ruangan berupa laporan penggunaan antibiotik empiris


selama lebih dari 7 hari serta penggunaan dan penyimpanan elektrolit
pekat)
6) Laporan barang yang akan ED (Expired Date) setiap 6 bulan sekali.
7) Laporan obat slow moving, dan death moving.
8) Laporan farmasi klinik untuk rawat inap (Jumlah pasien yang sudah
direkonsiliasi, visit serta koseling.

G. Unit Pelayanan Farmasi Instalasi Rawat Jalan Umum (UPF RJ Umum)


1. Tinjauan UPF RJU
Unit Pelayanan Farmasi Rawat Jalan Umum (UPF RJU) merupakan unit
pelayanan farmasi yang memberikan pelayanan bagi pasien rawat jalan umum dan
pasien Ikatan Kerja Sama (IKS) dengan Rumah Sakit. Lokasi UPF RJU berada di
sayap selatan lantai 2 gedung utama RSUD Dr. Saiful Anwar. UPF RJU
memberikan pelayanan pada pasien yang berasal dari poli:
1. Poli Bedah 8. Poli Kebidanan dan Kandungan
2. Poli Penyakit Dalam 9. Poli Saraf (Neurologi)
3. Poli Paru 10. Poli Jantung
4. Poli Kulit dan Kelamin 11. Poli Komplementer
5. Poli THT 12. Poli Onkologi
6. Poli Ilmu Kesehatan Anak 13. Poli Gigi dan Mulut
7. Poli Mata 14. Poli Psikiatri

Jam operasi pelayanan kefarmasian di UPF RJU dilakukan setiap hari


Senin-Jumat pukul 07.00-15.00 WIB dengan sistem pelayanan individual
prescription. UPF RJU juga melayani obat program seperti Obat TB dan Obat
ARV. Pelayanan obat bagi pasien TB dan HIV dilakukan setiap hari Senin dan
Rabu, sedangkan pelayanan obat bagi pasien HIV yang disertai TB dilakukan
setiap hari Jumat.
Penanggung jawab UPF RJU merupakan seorang apoteker. Apoteker
penanggung jawab UPF RJU dalam melaksanakan tanggung jawabnya dibantu

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 80
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

oleh apoteker UPF, TTK, dan caraka. Sumber daya manusia yang ada di UPF RJU
berjumlah 7 orang yang terdiri dari 1 Apoteker Penanggung Jawab, 1 orang
Apoteker UPF, 1 orang Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) sebagai ketua
pelaksana, 2 Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) sebagai pelaksana dan Caraka 2
orang. Berikut struktur organisasi UPF RJU:

Apoteker Penanggung Jawab

Ketua Pelaksana Apoteker UPF

TTK Caraka

Gambar 28. Struktur Organisasi UPF RJU


Adapun gambaran dari ruangan UPF RJU dapat dilihat dari denah berikut:

Gambar 29. Denah Ruangan UPF RJU


Keterangan:
a. Meja penyerahan obat i. Stok obat
b. Meja penerimaan resep j. Narkotika dan Psikotropika
c. Meja administrasi k. Rak obat OAT
d. Meja pelayanan obat program l. Rak sediaan tetes mata dan telinga
e. Rak obat ARV m. Rak sediaan semisolid
f. Wastafel n. Rak gudang obat
g. Rak obat tablet o. Meja Racik puyer dan kapsul
h. Refrigator p. Rak gudang obat
q. Ruang konseling

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 81
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

2. Alur Pelayanan Unit Pelayanan Farmasi Rawat Jalan Umum


Permintaan resep di UPF RJU ada 2 yaitu permintaan resep secara
tertulis (manual) dan permintaan menggunakan elektronik resep (e-resep). Berikut
alur pelayanan UPF RJU:

Pasien Umum

Resep Dokter

Resep Manual E-Resep

UPF RJU

Telaah Resep

Pembayaran

Penyiapan Obat

Telaah Obat danResep

Penyerahan
Obat + KIE

Gambar 30. Alur Pelayanan Unit Pelayanan Farmasi Rawat Jalan Umum
Keterangan :
Jika pada saat telaah resep ada masalah/DRP maka petugas di UPF akan konfirmasi ke dokter. Dan
pada pasien IKS (Ikatan Kerja Sama) dimintakan kelengkapan dokumentasi berupa kartu peserta
dan surat rujukan untuk syarat klaim ke perusahaan terkait.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 82
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

3. Kegiatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi di UPF Rawat Jalan Umum


a. Perencanaan
Perencanaan di UPF RJU bertujuan untuk memenuhi kebutuhan selama 1
minggu. Perencanaan dilakukan untuk menghindari adanya stock out/
overstock. Untuk merencanakan kebutuhan yang diperlukan menggunakan
metode konsumsi dengan cara melihat penggunaan 2 bulan terakhir ditambah
dengan buffer stock 100% dikurangi dengan sisa stok yang ada.
b. Pengadaan
Pengadaan perbekalan farmasi di UPF RJU dilakukan dengan
mengirimkan surat pesanan (SP) online setiap 1 minggu sekali yang
dikirimkan ke gudang setiap hari Senin.
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Bagian
pengadaan akan mengirim barang farmasi yang sudah dipesan dari gudang ke
UPF RJU. Prosedur penerimaan barang dari gudang ke UPF dilakukan sebagai
berikut:
1) Petugas UPF yang ditunjuk menuju ke gudang untuk menerima dan
memeriksa barang yang ada sesuai dengan spesifikasi yang tertera pada
surat pengisian barang meliputi: Nama dan jenis barang, merek, jumlah,
kemasan dan kualitas barang, serta tanggal ED minimal 2 tahun atau sesuai
kesepakatan.
2) Petugas UPF dan gudang menandatangani surat pengisian barang.
3) Jika terdapat ketidaksesuaian antara barang yang dipesan dengan barang
yang datang, petugas UPF berhak mengembalikan barang (retur), dengan
berkoordinasi dengan petugas gudang farmasi.
4) Petugas UPF membawa barang farmasi dari Gudang Farmasi ke UPF.
5) Petugas UPF memeriksa kembali barang farmasi, menyimpan ditempat
penyimpanan dan mengisi kartu stok secara manual.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 83
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

6) Petugas UPF melakukan validasi penerimaan barang farmasi di komputer


sehingga stok barang farmasi di komputer terisi kembali.
7) Petugas UPF melakukan pengarsipan surat pengisian barang.
d. Penyimpanan
Penyimpanan di UPF RJU diatur berdasarkan sistem FIFO (First In First
Out) dan FEFO (First Expiry First Out) dan disusun secara alfabetis,
dibedakan menurut bentuk dan jenis sediaannya, serta suhu dan kestabilannya
(obat yang stabil pada suhu 2-8°C disimpan di kulkas, sedangkan obat yang
stabil pada suhu 25-30°C disimpan dalam suhu ruang). Pada UPF RJU
penataan berdasarkan bentuk dan jenis sediaannya dibedakan menjadi rak
untuk obat tablet, rak untuk obat salep dan krim, rak untuk obat tetes mata dan
telinga serta rak untuk alat kesehatan.
Pada UPF RJU juga terdapat obat waspada tinggi dan penyimpanannya
terpisah dari obat-obat yang lain (diberi spotlight merah), akses terbatas dan
diberi penandaan khusus stiker merah yang bertuliskan “high alert” pada obat
dan rak penyimpanannya. Untuk penyimpanan obat-obat narkotika dan
psikotropika disimpan secara terpisah dalam lemari berpintu ganda terkunci.
Penyimpanan obat Program TB dan ARV disimpan terpisah dalam rak yang
berbeda dengan obat lainnnya.Obat LASA (Look Alike Sound Alike) adalah
obat dengan penampakan mirip dan/atau pengucapan mirip. Tata cara
penyimpanannya diberi penandaan khusus (stiker LASA berwarna hijau),
menggunakan prinsip Tallman’s Letter dan tidak boleh disimpan
berdampingan (harus diberi jarak minimal satu kotak obat).
Berikut beberapa contoh obat yang termasuk OWATI dan LASA yang ada
di UPF RJU:
Tabel 1. Contoh Obat OWATI dan LASA
OWATI LASA
Agonis adrenergik (Epinephrine Inj, Allopurinol 100 mg >< Allopurinol 300
Norepinephrine Inj) mg
Antagonis adrenergik (Clonidine) Buscopan tab >< Buscopan Plus tab
Anestesi (Propofol) Carbamazepin >< Pirazinamid

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 84
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Antiaritmia (Amiodaron) aminoFLUID >< aminoFUSIN


Antikoagulan (heparin inj) cefTAZIDIME >< cefTRIAXONE
Insulin CARBOplatin >< CISplatin
Obat inotropik (Digoxin, CEFtum >< FORtum
Dobutamine)

e. Pendistribusian
Resep manual atau e-resep yang diterima pasien dari dokter kemudian
diserahkan pada petugas UPF. Petugas UPF selanjutnya memeriksa
kelengkapan dan keabsahan resep (skrining administrasi, farmasetis dan klinis)
kemudian menghitung dosis atau jumlah obat dalam resep dan menghitung
harga obat. Petugas UPF kemudian mengkonfirmasikan pada pasien terkait
harga obat pada pasien atau keluarganya. Resep yang telah dilakukan
pembayarannya kemudian dikerjakan oleh petugas UPF (baik obat racikan
maupun non racikan) hingga dilakukan pelabelan pada obat. Kemudian obat
diserahkan pada pasien dengan diberikan KIE terkait penggunaan obatnya.
f. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan bertujuan untuk memonitor transaksi perbekalan farmasi yang
keluar dan masuk, sedangkan pelaporan bertujuan untuk melengkapi data
sebagai bahan evaluasi dan tersedianya arsip yang memudahkan untuk
penelusuran. Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi
Farmasi dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau
pertahun). Setiap hari setelah selesai pelayanan, UPF RJU melaporkan
pendapatan harian, jumlah resep, dan jumlah item resep. Setiap satu bulan
sekali UPF RJU membuat beberapa laporan untuk dilakukan evaluasi, yaitu:
Laporan suhu ruangan dan suhu kulkas, Narkotika dan Psikotropika, barang
ED (expired date), stock opname, slow moving yang dilaporkan ke
penyimpanan barang medis ; Laporan respon time, jumlah pasien total sebulan
dan jumlah resep sebulan dilaporkan ke Kepala Urusan Pelayanan dan laporan
indikator mutu serta respon time dilaporkan ke manajemen mutu.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 85
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

H. Unit Pelayanan Farmasi Jaminan Kesehatan Nasional (UPF JKN)


1. Tinjauan UPF JKN
Unit Pelayanan Farmasi JKN adalah unit pelayanan yang ditujukan untuk
pasien rawat jalan di RSUD Dr. Saiful Anwar yang melayani resep terkait dengan
obat dan alat kesehatan bagi pasien BPJS/JKN. Kegiatan kefarmasian yang ada di
UPF JKN terdiri dari pelayanan pengelolaan manajerial perbekalan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan mudah habis pakai serta memberikan pelayanan
terkait farmasi klinik.
Pelayanan diberikan bagi pasien yang terdaftar sebagai anggota BPJS
(Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Berdasarkan UU No. 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 52 Tahun 2016 Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan serta UU No. 24 Tahun 2011
tentang BPJS menyatakan bahwa seluruh peserta ASKES dan Jamkesmas
digabung dalam sistem JKN. Peresepan di UPF JKN beracuan pada Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/ MENKES/523/2015
tentang Formularium Nasional, pada kondisi tertentu bagi pasien yang
membutuhkan obat yang ada diluar daftar FORNAS maka harus ada persetujuan
dari KFT dan komite medik. Dimana prosedur pelayanan pasien JKN berdasarkan
rujukan berjenjang. Dimana RS. Saiful Anwar merupakan Faskes ketiga yang
menerima rujukan dari Faskes pertama (klinik pratama, puskesmas, dokter
keluarga) dan kedua (RS tipe B).
UPF JKN buka setiap hari Senin sampai Jumat dimulai pukul 07.00-
21.00 dan hari Sabtu pukul 07.00-14.30. Rata-rata jumlah resep yang dilayani di
UPF JKN sekitar 500-1000 lembar resep per hari. UPF JKN harus memberikan
pelayanan obat dan alat kesehatan yang bermutu, efektif dan aman (tepat pasien,
tepat obat, tepat indikasi, tepat dosis dan waspada efek samping) untuk mencapai
outcome terapi yang optimal.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 86
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

UPF JKN melayani pasien dari berbagai poli yang ada di RSUD Dr. Saiful
Anwar Malang, diantaranya :
1. Poli mata 8. Poli paru
2. Poli bedah 9. Poli penyakit dalam
3. Poli THT 10. Poli kulit dan kelamin
4. Poli obgyn 11. Poli gigi dan mulut
5. Poli anak 12. Poli psikiatri
6. Poli onkologi Terpadu 13. Poli komplementer
7. Poli neurologi 14. Poli VCT
15. Poli Jantung atau Cardiology

Total jumlah SDM di UPF JKN adalah 34 orang, yang terdiri dari 4
Apoteker, 21 tenaga teknis kefarmasian dan 9 caraka. Adapun struktur orgnisasi
UPF JKN adalah sebagai berikut:

Apoteker Penanggung Jawab

Ketua Pelaksana Apoteker UPF

Tenaga Teknis Kefarmasian Caraka


UPF

Gambar 31. Struktur organisasi UPF JKN

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 87
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Gambar 32. Denah ruangan UPF JKN

Keterangan :
1. Loket 1 11. Ruang konseling
2. Loket 2 12. Musolla karyawan, loker
3. Loket 3 13. Ruang administrasi
4. Loket 4 14. Gudang obat
5. Loket 5 15. Ruang penyimpanan obat
6. Loket 6 16. Rak obat
7. Loket 7 17. Lemari Narkotika
8. Loket 8 18. Rak obat
9. Loket 9 19. Rak alkes
10. Loket 10 20. Lemari es
21. Ruang peracikan obat
22. Musholla pasien
23. Tempat pasien menunggu obat

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 88
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

2. Alur Pelayanan UPF JKN


Alur pelayanan di UPF JKN adalah sebagai berikut :

Pasien datang dengan menyerahkan resep dan persyaratan administrasi

Petugas melakukan skrining resep, verifikasi resep terkait dengan kesesuaian administrasi,
farmasetik dan klinis

Petugas memberi nomor urut antrian sesuai dengan pengelompokkan resep, tanda kuning
untuk e-resep non racikan , tanda merah untuk resep manual, dan tanda hijau untuk resep
racikan

Petugas melakukan entery data resep ke inventory

Petugas mencatat pengeluaran obat pada kartu stok manual dan komputer

Petugas menyiapkan obat sesuai permintaan resep yang meliputi pengambilan obat atau
alkes oleh caraka

Pemberian etiket atau labeling oleh TTK atau apoteker

Dilakukan telaah obat atau pengecekan ulang untuk memastikan bahwa obat sesuai dengan
permintaan resep (Jenis, Jumlah obat dan etiketnya).

Penyerahan Obat dengan memanggil nama pasien atau identitas (Nama, No RM, tanggal
lahir dan alamat) dalam resep serta mengecek kesesuaian dengan nomor antrian pasien
dengan yang ada pada resep

KIE kepada pasien (nama, bentuk dan khasiat obat, frekuensi pemberian obat, waktu
penggunaan, pantangan selama minum obat, penjelasan jika terjadi efek samping obat
yang tidak diinginkan).

Gambar 33. Alur Pelayanan UPF JKN

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 89
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Pada unit pelayanan farmasi di UPF JKN mempunyai 10 loket, antara lain
loket 1 dan 2 untuk penerimaan resep elektronik, loket 3, 4, 5, dan 6 digunakan
untuk penerimaan resep manual, loket 7 untuk resep cito, loket 8 untuk resep
khusus digunakan untuk konsultasi resep, resep bermasalah, loket 9 untuk
penyerahan obat hemodialisa dan 10 untuk penyerahan obat non hemodialisa
disertai KIE. Syarat pasien BPJS yaitu harus memiliki Surat Elegibilitas
Peserta (SEP), formulir verifikasi Sistem case-mix dilampirkan Kartu
Pengambilan Obat (KPO), dan hasil data laboraturium jika ada.
3. Kegiatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi di UPF JKN
a. Perencanaan dan pengadaan
Perencanaan didasarkan pada buku defekta dan pengadaan dilakukan
seminggu sekali pada hari Senin secara online ke gudang farmasi obat dan
alkes. Obat-obat yang tersedia di UPF JKN merupakan obat-obat yang
masuk dalam Formularium Nasional BPJS dan Formularium Pendamping
Rumah Sakit serta menyediakan alat kesehatan habis pakai bagi peserta
JKN. Adapun proses pengadaan obat dan alat kesehatan di UPF JKN sebagai
berikut :

Petugas mencatat obat dan alkes yang habis sebelum waktunya dan barang
hampir habis pada buku defekta untuk kebutuhan 1 minggu

Petugas memasukkan data ke komputer secara online (berdasarkan data pada


buku defekta dan rekapitulasi pemakaian tiap jenis obat dan alat kesehatan
beserta jumlahnya) ke Gudang Farmasi obat dan alkes.

Gambar 34. Proses pengadaan obat dan alat kesehatan di UPF JKN

b. Penerimaan
Penerimaan obat dan alat kesehatan di UPF JKN dilakukan seminggu
sekali. Proses penerimaan obat dan alat kesehatan di UPF RJ JKN adalah
sebagai berikut:

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 90
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Petugas menerima obat dan alat kesehatan yang datang dari Gudang
Farmasi obat dan alkes

Petugas memeriksa atau mencocokan permintaan dengan jenis dan


merek obat dan alkes, jumlah serta tanggal kadaluarsanya.

Petugas menandatangani Surat Pengiriman obat dan alkes yang datang.

Petugas memvalidasi transaksi penerimaan di komputer sesuai Surat


Pengiriman yang diterima.

Gambar 35. Proses Penerimaan Obat dan Alat Kesehatan di UPF RJ JKN
c. Penyimpanan
Penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan di UPF JKN berdasarkan
bentuk sediaan dan stabilitas obat yang memerlukan kondisi penyimpanan
khusus dengan suhu 2-8° C dan penataan sesuai dengan alfabetis, FIFO (First
in First out) dan FEFO (First expired First out). Obat-obat golongan Narkotika
dan Psikotropika disimpan di lemari khusus dua pintu dengan 2 kunci. Obat
high alert diletakkan ditempat yang berbeda dan diberikan label “HIGH
ALERT” warna merah. Obat LASA (Look Alike Sound Alike) diberikan label
hijau yang bertuliskan LASA, tidak diletakkan berdekatan dan tulisan dengan
Tallman letter seperti doPAMIN, doBUTAMIN, CIPROfloxacin,
LEVOfloxacin.
d. Pendistribusian
Distribusi barang di UPF JKN mencakup pelayanan resep yang meliputi
obat dan alat kesehatan yang didistribusikan untuk pasien rawat jalan secara
individual prescribing, dimana ada 2 macam penulisan individual prescribing
yaitu resep manual dan e-resep (elektronik resep). Sistem e-resep merupakan
sistem penilaian resep yang berbasis elektronik dan dilengkapi dengan sistem
log in dan password untuk menjaga keabsahan dan keamanan e-resep,
sehingga setiap dokter memiliki ID dan password masing-masing untuk

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 91
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

menuliskan menggunakan e-resep.


Tujuan menggunakan e-resep yaitu untuk mengurangi kesalahan
pembacaan resep yang dapat memicu terjadinya medication error dan
merupakan awal dari terbentuknya hospital information sistem. E-resep
dimulai pada bulan Juli 2012 di Poli Neurologi dan Poli THT.
e. Pelaporan
Pelaporan dilakukan oleh UPF JKN pada setiap bulannya yang meliputi :
1) Laporan stock opname
Laporan stock opname bertujuan untuk mengecek antara jumlah barang
farmasi secara fisik, dengan jumlah barang farmasi yang tercatat di
kartu stok dan computer yang dilakukan untuk setiap jenis barang
farmasi setiap 1 bulan untuk mencegah adanya obat atau alkes yang
kadaluarsa, rusak atau slow moving.
2) Laporan Obat yang mendekati ED (Expired Date)
Obat yang mendekati ED atau sudah ED dilaporkan ke unit pelayanan
gudang obat untuk nantinya dilakukan retur ke distributor, jika tidak bisa
diretur selanjutnya akan di catat oleh petugas gudang meliputi nama, jenis,
jumlah satuan, spesifikasi pabrik, harga terakhir, harga total dan cara
penghapusan obat/ alat kesehatan kadaluarsa/ rusak dan kemudian di
laporkan kepada instalasi farmasi.
3) Laporan obat slow atau death moving
Laporan obat slow moving (perputaran lambat) atau death moving dimana
(3 bulan berturut-turut tidak digunakan), laporan ini berfungsi untuk
mengetahui obat mana yang perputarannya lambat atau jarang bahkan
tidak terpakai, sehingga pada perencanaan berikutnya akan diminimalisir
permintaannya. Biasanya obat slow atau death moving akan ditawarkan
pada UPF lain yang membutuhkan obat atau alkes tersebut.
4) Laporan obat Narkotika dan Psikotropika
Petugas farmasi dari masing-masing UPF, setiap awal bulan merekap
pengeluaran obat Narkotika dan Psikotropika bulan sebelumnya dengan
melihat kartu stok dan resep yang diterima.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 92
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

5) Laporan suhu
a) Suhu lemari es
Terdapat beberapa obat yang harus disimpan di lemari es pada suhu
2-8°C dengan pengecekan suhu lemari es setiap hari.
b) Suhu ruangan
Pengecekan suhu ruangan (25-30°C) agar obat tetap stabil pada
suhu ruangan, pengecekan suhu ruangan dilakukan setiap hari. Apabila
suhu tidak sesuai dengan stabilitas maka dilakukan pencatatan, lalu
dilakukan pelaporan kepada panitia penyimpan barang medis kemudian
akan ditindak lanjuti oleh pemeriksa barang medis untuk diperiksa
apakah sediaan tersebut masih stabil atau tidak.
6) Laporan Jumlah pasien dan Jumlah resep
7) Laporan pendapatan
8) Laporan pengkajian resep (Respon time)
Menghitung respon time secara berkala, mulai dari resep diverifikasi
sampai obat atau alkes diberikan pada pasien. SPM untuk obat non racikan
adalah ≤ 30 menit dan racikan ≤60 menit.
9) Laporan Indikator mutu kebenaran pelabelan serta indikator mutu
prescribing error.
a) Indikator mutu kelengkapan penulisan resep (prescribing error)
b) Indikator mutu kebenaran pelabelan dan penyiapan obat
c) Pengukuran indeks kepuasan pasien di UPF, yaitu: Petugas UPF
memberi kuisioner kepada pasien/ keluarga pasien yang sedang
menebus resep di UPF.

I. Unit Pelayanan Farmasi Instalasi Gawat Darurat (UPF IGD)


1. Tinjauan UPF IRD
Menurut Permenkes No. 72 tahun 2016 tentang standar pelayanan
kefarmasian di rumah sakit, pengertian rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 93
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

darurat. Setiap Rumah Sakit wajib memberikan pelayanan gawat darurat. Gawat
darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera
guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut.
Gawat adalah kondisi yang mengancam jiwa namun tidak memerlukan
penanganan yang segera, contoh keadaan gawat yaitu, kanker dan penyakit kronis
sedangkan, darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan
medis segera guna menyelamatkan nayawa dan mencegah kecacatan lebih lanjut,
contoh keadaan gawat yaitu kecelakaan lalu lintas, perdarahan serta penyakit akut.
Terdapat 4 ruangan tindakan untuk pasien yang baru datang yang disesuaikan dari
kegawatan kondisi pasien seperti pada gambar dibawah ini:

Ruang Triage

Ruang Prioritas 1 Ruang Prioritas 2 Ruang Prioritas 3


(P1) (P2) (P3)

Gambar 36. Ruang Tindakan


Keterangan :
a. Ruang Triage: Tempat pertama kali pasien ditangani ketika masuk IGD
kemudian pasien yang datang akan dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,
tingkat kesadaran dan ditentukan kategori prioritasnya.
b. Ruang prioritas 1 - P1 (Merah) : Keadaan pasien dengan kondisi gawat
darurat, seperti serangan jantung, stroke, eksaserbasi asma, cidera kepala,
hipertensi emergency, luka bakar berat,dan pendarahan berat.
c. Ruang Prioritas 2 - P2 (Kuning) : Keadaan pasien dengan kondisi gawat tidak
darurat, seperti vertigo, hipertensi, hipoglikemia ringan,dan kanker.
d. Ruang Prioritas 3 - P3 (Hijau) : Keadaan pasien dengan kondisi tidak gawat
dan tidak darurat, seperti diare, common cold, dan tension headache.
UPF IRD merupakan bagian dari unit pelayanan farmasi yang didirikan
untuk memberikan pelayanan dan memenuhi kebutuhan obat-obatan dan alat
kesehatan di instalasi rawat darurat yang bertujuan untuk menyelenggarakan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 94
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

pelayanan obat serta alat kesehatan untuk pasien gawat daruratPenanggung jawab
di UPF adalah seorang apoteker. Sistem pelayanan resep di UPF IRD dapat
dilakukan dengan sistem pinjam, yaitu obat atau alat kesehatan diambil terlebih
dahulu oleh dokter atau perawat yang bersangkutan dan dilakukan pencatatan, dan
dokter akan menuliskan resep untuk obat atau alat kesehatan tersebut setelah
dilakukan tindakan medis. Pelayanan sistem pinjam disebabkan karena pasien
dalam kondisi gawat sehingga membutuhkan pelayanan yang cepat dan tepat
kecuali untuk pasien dengan P2 dan P3. Terdapat 4 macam buku peminjaman
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang dibedakan
berdasarkan jenis dan keadaan pasien yaitu emergency, bedah, obgyn dan IKA
(pasien anak). Untuk pasien P2 dan P3, pengambilan obat atau alat kesehatan
dilakukan oleh keluarga pasien dengan resep yang ditulis dokter sehingga setelah
obat diterima maka diserahkan pada dokter untuk dilakukan tindakan medis.
Berikut struktur organisasi dari UPF IGD berikut :
APOTEKER PENANGGUNG JAWAB
Silvia Yunita Lumban Tobing, S. Farm., Apt.

KETUA APOTEKER
PELAKSANA PENANGGUNG JAWAB
Hartanti UPF

TENAGA TEKNIS TENAGA TEKNIS


KEFARMASIAN OK KEFARMASIAN CARAKA
IGD UPF

- Vefrin Yunita Jaya Sriwidayanti,


Irwan Himawan
Hati, Amd. Farm Amd. Farm

Joko Prasetyo, Muslimah, Amd.


M. Qoinul Haq
Amd. Farm Farm

Yani Sugeng
Cicilia Aprilianti, Aditya Eka
Widarto, Amd.
Amd. Farm Kurniawan
Farm

Rachma Safitri Akis Swidianto


Yenis Indahyu,
Pratama, Amd. Jaya P, Amd.,
Amd. Keb
Farm Farm.

Gambar 37. Struktur Organisasi Unit Pelayanan Farmasi Instalasi Gawat Darurat

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 95
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Unit pelayanan farmasi di IRD memiliki seorang apoteker sebagai


penanggung jawab. Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di UPF IRD
apoteker dibantu oleh seorang ketua pelaksana, 1 apoteker penanggung jawab
UPF, 4 orang tenaga teknis kefarmasian dan 4 orang caraka. Adapun tugas dan
fungsi UPF IRD adalah dapat menyediakan perbekalan farmasi obat maupun alat
kesehatan secara cepat, tepat, efektif, efisien dalam mengatasi keadaan yang
gawat darurat pada pasien. Serta memberikan pelayanan yang memuaskan kepada
pasien agar tercapainya tujuan terapi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
pasien.
Keterangan:
3
5 4 1. Rak arsip
\
2. Meja komputer
6 3. Tempat ATK
4. Palet infus
4 2 5. Rak injeksi
6 6. Rak alat kesehatan
8 7. Rak buffer injeksi dan
1
6 7 sirup
8. Meja kerja dan tempat
9 14
telpon
10 1 12 9. Rak tablet
6 10. Rak infus
11. Wastafel
94 11
12. Lemari Narkotika dan
Psikotropika
13. Loker
14. Kulkas
Gambar 38. Denah Unit Pelayanan Farmasi IGD
2. Alur pelayanan UPF IRD
Pelayanan resep di UPF IRD berlaku sistem pinjam obat maupun alkes
(alat kesehatan) untuk pasien IRD, yang dimaksud dengan sistem pinjam obat atau

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 96
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

alkes adalah obat diambil terlebih dahulu oleh dokter atau perawat yang
bersangkutan kemudian dilakukan pencatatan di sebuah buku. Pencatatan tersebut
meliputi nama pasien, nama dokter serta jumlah dan jenis perbekalan farmasi
yang digunakan. Selanjutnya jika tindakan perawatan terhadap pasien tersebut
telah selesai dilakukan, maka dokter yang bersangkutan akan menuliskan resep
sesuai dengan obat atau alkes yang telah digunakan. Sistem pinjam ini digunakan
di UPF IRD karena pasien dalam kondisi gawat darurat sehingga membutuhkan
pelayanan yang cepat dan tepat.
3. Kegiatan Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai di UPF IRD
a. Pemilihan
Pemilihan dilakukan untuk menentukan apakah sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai yang diperlukan sesuai dengan jumlah
resep atau kunjungan serta pola penyakit pada pasien yang datang ke Rumah
sakit. Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
ini berdasarkan formularium rumah sakit yang dibuat oleh komite farmasi dan
terapi Rumah Sakit serta berdasarkan pola penyakit, efektivitas dan keamanan,
pengobatan berbasis bukti, mutu, harga dan ketersediaan di pasaran.
b. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan
hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis,
tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan di UPF IRD dilakukan
setiap seminggu sekali dengan mengacu pada data bulan sebelumnya serta
berdasarkan rata-rata penggunaan setiap minggunya ditambah buffer stock
untuk 2 minggu dan dikurangi dengan sisa stock yang masih ada.
c. Pengadaan
Pengadaan Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
merupakan kegiatan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan
yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah dan waktu yang tepat
dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan di UPF

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 97
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

IRD dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian atas delegasi yang diberikan
oleh Apoteker penanggung jawab di UPF IRD. Pengadaan pada UPF IRD
dilakukan untuk persediaan 2 minggu dimana 1 minggu untuk pelayanan dan 1
minggu sebagai buffer stock. Pengadaan sediaan farmasi untuk UPF IRD
melalui permintaan ke gudang obat atau alat kesehatan tiap hari Senin, obat
akan dikirim dari gudang setiap hari selasa atau rabu dan alat kesehatan
dikirim hari rabu.
d. Penerimaan
Penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
harus dilakukan pengecekan barang yang diterima secara fisik dengan Surat
Pesanan (SP) untuk menjamin spesifikasi kualitas dan kuantitasnya meliputi
jumlah dan jenis, mutu, waktu penyerahan,kekuatan sediaan, dan harga.Waktu
Expired Date (ED) minimal 2 tahun dan untuk obat atau alkes yang mendekati
ED harus didokumentasikan. Jika semua persyaratan terpenuhi maka akan
dikeluarkan berita acara penerimaan barang. Selanjutnya petugas farmasi akan
melakukan validasi di komputer dengan memasukkan data ke inventory
program dan secara otomatis jumlah obat di komputer UPF IGD akan
bertambah dan jumlah obat di gudang farmasi obat/alkes akan berkurang.
Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik,
misalnya faktur pembelian, surat pesanan, dan berita acara.
e. Penyimpanan
Sistem penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai di UPF IGD disusun menggunakan prinsip FIFO (first in first out)
dan FEFO (First expired first out) yaitu sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai yang masa kadaluwarsanya lebih awal atau diterima
lebih awal harus digunakan (dikeluarkan) lebih awal. Penyimpanan tersebut
dipisahkan antara sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
berdasarkan jenis, bentuk sediaan, stabilitas suhu, dan disusun secara alfabetis.
Pelabelan di rak obat dan alkes ditulis dengan jelas, terutama untuk obat high
alert dan LASA. Obat High alert diberi stiker merah “HIGH ALERT”, dan
diletakkan ditempat yang mudah dicari. Contoh OWATI yang tersedia di IGD

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 98
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

yaitu cordaron, fargoxin (digoxin), dextrose 40%, NS 3 %, meylon, KCL 7,46


%, epinefrin, arixtra inj, inviclot (herparin) inj, ketamine, dan lidocain. Untuk
obat LASA/NORUM diletakkan tidak berdampingan, ditulis tallman letter dan
diberi label hijau “LASA”. Contoh LASA di IGD yaitu cefOTAXIME,
cefTAZIDIME, cefAZOLINE, cefTRIAXONE, LANSOprazol, OMEprazol
inj, dan aminophylin inj. Obat yang termolabil disimpan di kulkas dengan
dilengkapi termometer untuk memantau suhu dan dicatat suhunya di lembar
pemantauan suhu. Contoh obat termolabil yaitu dulcolax suppo, claneksi inj,
farmabes inj, octid, pospargin inj, leucovorin, dan epinefrin. Pasien JKN, IKS
hanya dapat diresepkan sesuai FORNAS. Narkotika dan Psikotropika
disimpan di lemari dengan dua pintu terkunci yang terletak menempel dinding,
contoh obat yang tersedia di IGD yaitu stesolid, alprazolam, midazolam,
analsik, diazepam, phenobarbital, fentanyl, durogesic, MST, codein, morphin,
dan pethidin.
f. Pendistribusian
Sistem distribusi obat di UPF IRD yaitu individual prescribing, namun
karena di IRD diperlukan penanganan yang cepat sehingga pengambilan obat
dilakukan sistem pinjam atau permintaan dokter dahulu, lalu resepnya
menyusul. Kegiatan pendistribusian obat untuk pasien umum di UPF IRD
sebagai berikut :

Dokter melakukan permintaan perbekalan farmasi tanpa


resep

Petugas farmasi mencatat perbekalan farmasi yang


dipinjam dibuku yang telah disediakan

Petugas farmasi menyiapkan permintaan perbekalan farmasi


yang dibutuhkan

Petugas farmasi menyerahkan perbekalan farmasi ke


petugas kesehatan
c

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 99
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Resep diberikan oleh petugas kesehatan setelah tindakan


selesai (menyusul) ke UPF IRD

Petugas farmasi melakukan validasi

.
Pasien melakukan pembayaran

Gambar 39. Pendistribusian Obat Untuk Pasien Umum di UPF IRD


Sedangkan untuk pasien IKS (Ikatan Kerja Sama) memiliki persyaratan
administrasi berupa fotokopi kartu keanggotaan asuransi penjamin dan/ surat
rujukan.
Dokter melakukan permintaan perbekalan farmasi tanpa
resep

Petugas farmasi mencatat perbekalan farmasi yang


dipinjam dibuku yang telah disediakan

Petugas farmasi menyiapkan permintaan perbekalan farmasi


yang dibutuhkan

Petugas farmasi menyerahkan perbekalan farmasi ke


petugas kesehatan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 100
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Resep diberikan oleh petugas kesehatan setelah tindakan


selesai (menyusul) ke UPF IRD

Petugas farmasi melakukan validasi

.
Keluarga pasien menyerahkan syarat administrasi berupa
fotocopy kartu JKN, case mix dan SEP, sedangkan untuk
pasien IKS menyerahkan administrasi berupa fotocopy
kartu keanggotaan asuransi pinjaman dan kartu rujukan

Gambar 40. Pendistribusian Obat Untuk Pasien IKS dan JKN di UPF IRD
Adapun alur pendistribusian obat untuk pasien yang tidak diketahui
identitas diri serta keluarganya yaitu:

Pasien tanpa identitas datang ke IRD

Dokter melakukan tindakan terhadap pasien tersebut dan


melakukan permintaan perbekalan farmasi tanpa resep

Petugas farmasi mencatat perbekalan farmasi yang diminta


dokter pada buku yang telah disediakan dengan nama
pasien”Mr. X / Mrs. X”

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 101
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Petugas farmasi menyiapkan permintaan perbekalan farmasi


yang dibutuhkan

Petugas farmasi menyerahkan perbekalan farmasi ke


petugas kesehatan

Resep diberikan oleh petugas kesehatan setelah tindakan


selesai (menyusul) ke UPF IRD

Petugas farmasi melakukan validasi

Bagian administrasi IRD akan menanyakan pada pasien


ketika telah sadar dan mencoba untuk menghubungi
keluarga nya. Apabila pasien tidak memiliki keluarga maka
bagian administrasi IRD akan melaporkan ke pencarian
orang. kemudian

Gambar 41. Pendistribusian Obat Untuk Pasien yang Tidak Diketahui Identitasnya
Untuk pendistribusian obat pada pasien yang tidak mampu dilakukan
sebagai berikut:

Dokter melakukan tindakan terhadap pasien dan


menuliskan permintaan perbekalan farmasi tanpa resep

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 102
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Petugas farmasi mencatat perbekalan farmasi yang diminta


dokter pada buku yang telah disediakan

Petugas farmasi menyiapkan permintaan perbekalan farmasi


yang dibutuhkan

Petugas farmasi menyerahkan perbekalan farmasi ke


petugas kesehatan

Resep diberikan oleh petugas kesehatan setelah tindakan


selesai (menyusul) ke UPF IRD

Petugas farmasi melakukan validasi

. Apabila pasien tidak mampu membayar, maka pasien diminta


untuk melengkapi surat pernyataan yang berisi perjanjian akan
melunasi tanggungan pembayaran obat / alkes di UPF IRD
Gambar 42. Pendistribusian Obat Untuk Pasien Yang Tidak Mampu

Pendistribusian obat di mobil ambulan juga harus diawasi, dikarenakan


didalam tas tersebut berisi obat - obat emergency, perawat atau petugas yang
bersangkutan dan harus lapor apabila obat yang didalam tas tersebut telah
digunakan dan wajib memberikan catatatn kecil serta membawa tas tersebut ke
Program Studi Profesi Apoteker 28
Universitas Muhammadiyah Surakarta 103
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

apotek IGD untuk diisi kembali oleh petugas instalasi farmasi bagian IGD.
Contoh obat floor stock ambulance: Cairan infus normal saline 0,9%, Ringer
laktat, Dextro 40%, Adrenaline, Atropin sulfas, Diazepam dan Furosemide.

Perawat ambulans mengambil perbekalan farmasi yang


dibutuhkan di tas floor stock

Perawat ambulans menulis perbekalan farmasi yang


digunakan di lembar pemakaian floor stock ambulans

Perawat bersama dengan keluarga pasien menyerahkan


lembar pemakaian floor stock ambulans ke UPF IRD

Petugas farmasi menerima lembar pemakaian floor stock di


ambulans

Petugas farmasi meminta keluarga pasien untuk melengkapi


administrasi pemakaian perbekalan farmasi floor stock
ambulans

Petugas farmasi menyiapkan perbekalan farmasi sesuai


dengan yang tercatat pada lembar pemakaian floor stock
ambulans. Kemudian perbekalan farmasi yang kosong floor
stock ambulan diisi kembali sesuai dengan yang telah
digunakan
.
Gambar 43. Pendistribusian Obat Floor Stock Ambulans
g. Pemusnahan dan penarikan
Pemusnahan merupakan kegiatan memusnahkan obat, bahan medis habis
pakai serta alat kesehatan yang tidak dapat digunakan karena kadaluarsa atau
rusak, sedangkan penarikan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
yang tidak dapat digunakan maupun terkait dengan izin edar yang tidak
berlaku lagi harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 104
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun alur dari pemusnahan


perbekalan farmasi yaitu petugas farmasi melaporkan hasil penarikan
perbekalan farmasi yang kadaluarsa atau rusak kepada kepala instalasi farmasi,
kemudian kepala instalasi farmasi melaporkan hasil penarikan perbekalan
farmasi kepada Direktur sebelum melakukan pemusnahan. Petugas membuat
daftar perbekalan farmasi yang akan dimusnahkan, menyiapkan berita acara
pemusnahan, kemudiaan mengkoordinasikan jadwal, metode dan tempat
pemusnahan dan melakukan pemusnahan sesuai dengan jenis dan bentuk
sediaan serta peraturan yang berlaku.
h. Pengendalian
Pengendalian persediaan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan
sesuai dengan strategi dan programnya yang telah ditetapkan sehingga tidak
terjadi kelebihan dan kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluarsa, dan
kehilangan serta pengembalian pesanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai. Pada apotek Instalasi Gawat Darurat kegiatan
pengendalian berbasis sistem yang terprogram dalam komputer. Sistem akan
bekerja secara otomatis sesuai kebutuhan sehingga barang yang dipesan tidak
melebihi kebutuhan dan tidak kekurangan stok. Jika ada barang slow moving
akan ditransfer ke UPF lain yang membutuhkan.
i. Administrasi
Administrasi terdiri dari pencatatan dan pelaporan. Setiap pemasukkan dan
pengeluaran sediaan farmasi dicatat menggunakan sistem komputer dan
menggunakan kartu stok. Kartu stok memuat data jumlah barang yang masuk,
barang yang dikeluarkan, nomor resep, dan paraf petugas yang menyiapkan
obat. Sedangkan pencatatan pada komputer mencatat seluruh transaksi sediaan
farmasi dari setiap pasien. Pelaporan di UPF IRD adalah :
1) Laporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika tiap bulan.
2) Laporan stock opname tiap 1 bulan.
3) Laporan pencatatan suhu ruangan (20-25°C) dan lemari pendingin (2-8°C)
tiap bulan.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 105
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

4) Laporan jumlah resep yang sudah dilayani tiap bulan.


5) Laporan barang dengan ED yang dekat (< 6 bulan).
6) Laporan obat/ alkes yang kadaluarsa/ rusak.
7) Laporan indikator mutu pelayanan farmasi.
8) Laporan respon time pada resep yang masuk.

J. Unit Pelayanan Farmasi OK Terpadu


1. Tinjauan Unit Pelayanan Farmasi (UPF) OK Terpadu
Pelayanan farmasi di kamar operasi RSU Dr. Saiful Anwar memiliki UPF
OK Terpadu, yang terdiri dari 4 pelayanan farmasi yaitu OK Sentral, OK Lantai 5,
OK IGD dan OK IPU (Instalasi Pelayanan Utama). UPF OK terpadu memiliki 16
SDM yang terdiri dari 1 Apoteker sebagai penanggung jawab, 1 TTK sebagai
ketua pelaksana, 11 TTK pelaksana dan 3 caraka. SDM di UPF OK terpadu
melakukan rolling tempat kerja setiap 1 bulan dari OK sentral, OK lantai 5, OK
IPU dan OK IGD. Struktur organisasi di UPF OK terpadu RSU Dr. Saiful Anwar
sebagai berikut :
Penanggung Jawab
(1 Orang Apoteker)

Ketua pelaksana
(1 orang TTK)

TTK pelaksana Caraka


(11 orang) (3 orang)
Gambar 44. Struktur Organisasi dan SDM di UPF OK Terpadu
Pelayanan Farmasi di UPF OK Terpadu sebagai berikut :
a. OK Sentral dan OK lantai 5
Pada awalnya OK sentral memiliki 12 ruang operasi, kemudian hanya 5
kamar operasi yang berjalan hingga sekarang ditambah menjadi 8 kamar operasi
yang berjalan. Hal tersebut dikarenakan ruangan OK Paviliun sedang ditutup,
sehingga untuk pelayanan pasien paviliun dapat dilakukan di OK sentral Lantai 1

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 106
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

IBS. Hal itu mempengaruhi fungsi dari kamar operasi di ruang OK sentral, berikut
perubahan fungsinya yaitu :
1) Kamar operasi 7 digunakan untuk operasi bedah digestif
2) Kamar operasi 8 dan 10 digunakan untuk operasi bedah orthopedi
3) Kamar operasi 9 digunakan untuk operasi bedah saraf
4) Kamar operasi 12 digunakan untuk operasi bedah mata
5) Kamar operasi 4, 6, 2 digunakan untuk operasi pasien paviliun
Pelayanan OK lantai 5 terdiri dari 9 kamar operasi, adapun jenis fungsi
dari kamar operasi tersebut sebagai berikut:
1) Kamar operasi 1 digunakan untuk operasi bedah digestive
2) Kamar operasi 2 digunakan untuk operasi bedah onkologi
3) Kamar operasi 3 dan 4 digunakan untuk operasi bedah urologi
4) Kamar operasi 5 digunakan untuk operasi extirpasi/insisi biopsy yaitu
operasi kecil untuk pasien rawat jalan dari poli
5) Kamar operasi 6 digunakan untuk operasi THT
6) Kamar operasi 7 dan 8 digunakan untuk operasi obgyn
7) Kamar operasi 9 digunakan untuk operasi pada bedah anak
Yanfar OK Sentral dan lantai 5 melayani kebutuhan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai untuk pasien rawat inap bangsal dan rawat
jalan yang menjalani operasi di OK Sentral dan lantai 5. Pelayanan di yanfar OK
Sentral dan lantai 5 di laksanakan setiap hari Senin sampai dengan Jumat. Waktu
pelayanan yanfar OK Sentral yaitu pukul 07.00 sampai 17.00 atau sampai operasi
terakhir selesai jika ada operasi yang memanjang. Yanfar OK Sentral dan lantai 5
juga melayani operasi on call pada hari Sabtu dan Minggu. Status pasien yang
dilayani yaitu pasien rawat jalan dan rawat inap umum, JKN, Jamkesmasda dan
pasien tagihan (Ikatan Kerja Sama).

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 107
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Gambar 45. Denah Ruangan di OK Sentral


Keterangan :
A. Meja administrasi dan komputer untuk pencatatan.
B. Meja administrasi dan komputer untuk pencatatan.
C. Meja administrasi dan komputer untuk pencatatan.
D. Lemari Narkotika dan Psikotropika.
E. Cairan infus.
F. Loket dan meja pelayanan obat dan alkes.
G. Alat kesehatan.
H. Alat kesehatan.
I. Rak obat (HAM, LASA, obat lain) dan sebagian alat kesehatan.
J. Kulkas dengan termometer.
K. Gudang.

Gambar 46. Denah Ruangan di OK Lantai 5


Keterangan :
A. Alat kesehatan.
B. Obat tablet dan injeksi.
C. Loket dan meja pelayanan obat dan alkes.
D. Lemari Narkotika dan Psikotropika.
E. Gudang obat.
F. Gudang obat.
G. Gudang obat.
H. Narkotik psikotropik.
I. Kulkas (obat termolabil).

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 108
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

J. Meja administrasi dan komputer untuk pencatatan.


K. Meja administrasi dan komputer untuk pencatatan.

b. OK IGD
OK IGD terdiri dari 3 kamar operasi. Yanfar OK IGD menyediakan
kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang
diperlukan untuk operasi yang dilakukan pada pasien-pasien dari IGD dan pasien
rawat inap yang membutuhkan operasi bersifat CITO (segera). Pelayanan Farmasi
di OK IGD selama 24 jam setiap hari dengan pembagian shift pagi pukul 07.00
s/d 14.00 WIB, shift sore pukul 14.00 s/d 21.00 WIB, dan shift malam pukul
21.00 s/d 07.00 WIB. Status pasien yang dilayani di OK IGD antara lain adalah
pasien umum, JKN, dan pasien tagihan (Ikatan Kerja Sama), Jamkesmasda.

Keterangan :
A. Narkotik psikotropik
B. Narkotik psikotropik.
C. Alat kesehatan 1
D. Alat kesehatan 2
E. Alat kesehatan 3
F. Meja administrasi.
G. Obat anestesi, high alert
(injeksi).
H. Obat termolabil.
I. Meja billing
J. TV
K. Galon air minum
L. Breathing circuit anak dan
dewasa
M. Stok gudang dan cairan infus
Gambar 47. Denah ruangan di OK IGD
c. OK IPU
OK IPU (Instalasi Pelayanan Utama) terdiri dari 4 kamar operasi. Yanfar
OK IPU merupakan unit pelayanan farmasi yang khusus melayani kebutuhan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai untuk pasien rawat
inap IPU yang akan menjalani operasi di OK IPU, baik itu pasien umum, JKN dan
tagihan. Waktu pelayanan yanfar OK IPU di RSU dr.Saiful Anwar yaitu 24 jam,
dengan pembagian shift pagi pukul 07.00-14.00, shift siang pukul 14.00-21.00
dan shift malam pukul 21.00-07.00.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 109
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

2. Alur Pelayanan UPF OK Terpadu


Sebelum dilakukan operasi, petugas kamar operasi (dokter/perawat) melakukan permintaan
obat dan alkes ke Depo Farmasi

Petugas Bedah Petugas Anestesik

Mencatat kebutuhan obat dan alkes di Mencatat kebutuhan obat dan alkes di
buku permintaan bedah lembar permintaan anestesi

Petugas farmasi menyiapkan obat dan alkes sesuai permintaan petugas bedah/petugas anestesi

Obat dan alkes yang telah disiapkan diserahkan ke petugas OK

Petugas OK yang menerima obat/alkes melakukan pengecekan ulang terhadap obat/alkes

Tidak Sesuai

Sesuai Konfirmasi ke petugas farmasi

Dilakukan tindakan operasi

Setelah operasi selesai, petugas anestesi/bedah akan mengisi daftar obat dan alkes yang digunakan
pasien pada lembar pemakaian dan diserahkan pada farmasi, dan mengembalikan sisa obat dan
alkes yang tidak digunakan

Petugas farmasi akan mengecek kesesuaian pemakaian pada lembar pemakaian dan
mengembalikan sisa obat/alkes yang tidak digunakan

Cek data status pasien (JKN, Umum, IKS, Jamkesmasda)

Petugas farmasi menghitung total biaya pemakaian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai dengan menginput ke dalam inventory

Pasien rawat inap


Pasien rawat jalan
dan IGD

Pasien Umum: Pasien JKN:


Pasien Umum:
Diberi kuitansi untuk Kuitansi distempel ke loket
membayar di loket Entry ke billing
pembayaran RS untuk klaim
pembayaran RS

Rekap data pasien

Gambar 48. Alur Pelayanan UPF OK Terpadu

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 110
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

3. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis


Pakai di Unit Pelayanan Farmasi (UPF) OK Terpadu
a. Perencanaan kebutuhan
Perencanan di UPF OK terpadu dilakukan satu minggu sekali pada hari
jumat untuk gudang obat dan gudang alkes dengan melihat dan mencatat
barang yang habis atau hampir habis pada buku defecta. UPF OK terpadu
menggunakan metode konsumsi, yaitu jumlah rata-rata kebutuhan selama satu
minggu di tambah buffer stock untuk satu minggu (100%) dan dikurangi sisa
stok. Data yang diperlukan untuk melakukan perencanaan adalah data sisa
stock, data konsumsi, dan buffer stock.
b. Permintaan ke Gudang
Permintaan di UPF OK terpadu dilakukan dengan cara melakukan
permintaan setiap seminggu sekali pada hari senin ke gudang farmasi obat dan
gudang alkes, dimana permintaan dilakukan dengan cara menghitung
permintaan untuk periode satu minggu ditambah buffer stock 100% dan
dikurangi sisa stok. Permintaan obat dan alat kesehatan habis pakai dengan
membuat surat permintaan (SP) elektronik melalui program inventory. Jika
stok sudah habis sebelum waktu permintaan ke gudang maka akan dibuat
permintaan CITO ke gudang.
c. Penerimaan
Proses penerimaan barang dari gudang, petugas UPF OK terpadu
memeriksa kesesuain antara barang yang diterima dengan dokumen
pengiriman meliputi jenis, jumlah, dan kondisi fisik. Apabila sudah sesuai,
maka dokumen pengiriman barang dari gudang akan ditandatangani oleh
petugas UPF OK terpadu yang menerima barang tersebut. Kemudian petugas
UPF OK terpadu akan melakukan validasi penerimaan melalui komputer
sehingga stok barang di komputer UPF OK terpadu bertambah sekaligus
mengurangi stok barang di komputer gudang.
d. Penyimpanan
Berikut sistem penyimpanan di UPF OK terpadu yang berdasarkan :

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 111
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

1) Stabilitas : Sediaan farmasi disimpan di tempat sesuai stabilitasnya yaitu


-obat yang stabil di suhu ruang dan suhu
dingin/kulkas (2- -obat yang bersifat termolabil. Untuk
menjamin stabilitas obat maka dilakukan monitoring dengan melakukan
pengecekan dan pencatatan suhu.
2) Jenis Sediaan : Obat dan alat kesehatan diletakkan di rak terpisah
3) Alfabetik : sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP disimpan dengan
urutan alfabetik A-Z.
4) FIFO (First in first out) : sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang
datang lebih dulu ke UPF dikeluarkan / didistribusikan lebih dahulu.
5) FEFO (First expired first out) : sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
yang memiliki waktu kadaluarsa lebih pendek dikeluarkan / didistribusikan
lebih dahulu.
6) High-alert medication (Obat Waspada Tinggi) menurut PMK no. 72 tahun
2016 adalah Obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan
terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan obat yang berisiko
tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD). Sediaan
farmasi yang tergolong high alert diberi penanda stiker dimana stiker
tersebut memiliki lingkaran warna merah yang disertai tulisan “HIGH
ALERT” didalam lingkaran. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan
ini akan dikelompokkan di satu sisi tersendiri dan dipisahkan / dilokalisir
penyimpanannya agar tidak tercampur dengan obat yang lain. Contoh obat
high alert yang tersedia di OK terpadu antara lain : Bupivacain Plain Inj,
Catapres Inj, Ca Gluconas, KCL, Dextrose 40 mg, Dopamin, Epinephrine,
Ropivacain, Neostigmin, Norepinefrin, Lidocain, Dobutamin, Atracurium
Inj, Rocuronium Inj, Induxin Inj, Vecuronium Inj.
7) LASA (look a like, sound a like) merupakan sejumlah obat yang memiliki
penampilan kemasan dan penamaan yang mirip dengan obat lain.
Penyimpanan obat-obat LASA tidak ditempatkan berdekatan dan diberi
tanda khusus berupa stiker lingkaran hijau dengan tulisan “LASA” serta
penulisan nama obat menggunakan metode “Tallman Letter”, yaitu metode

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 112
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

penulisan nama obat dengan menggunakan kapitalisasi pada suku kata yang
berbeda dari nama obat. Berikut obat-obat yang tergolong LASA sebagai
berikut :
diCYNONE, dyNASTAT, doPamin, doBUTamin, LIDOcain, XYLOcain,
ROPIVAcain, PEHAcain.
8) Golongan narkotika dan psikotropika : disimpan dalam lemari khusus yang
tidak bisa dipindahkan atau lemari yang menempel pada dinding dan
dilengkapi dengan kunci ganda. Lemari penyimpanan obat narkotika dan
psikotropika harus selalu dalam kondisi terkunci dan kunci lemari dibawa
oleh penanggung jawab atau petugas yang didelegasikan.
e. Distribusi
Sistem distribusi di UPF OK terpadu menggunakan sistem floor stock,
karena permintaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai yang dilakukan oleh petugas kamar operasi tidak menggunakan
peresepan, namun dengan menuliskan kebutuhannya di buku permintaan
(bukan dengan peresepan). Selain itu item yang diminta masih berupa
perkiraan kebutuhan yang belum tentu seluruhnya digunakan. Apabila setelah
selesai operasi terdapat barang sisa yang tidak terpakai maka dikembalikan ke
UPF OK terpadu dan dicocokan kesesuaian dengan lembar pemakaian dokter.
Kecuali untuk obat narkotika, psikotropika, dan alat khusus (implan)
diharuskan untuk menulis resep setelah tindakan operasi selesai.
f. Pengendalian
Pengendalian stok barang dilakukan dengan pencatatan di kartu stok setiap
hari dan kegiatan stock opname setiap bulan, untuk mengetahui kesesuaian
jumlah dan jenis barang antara dokumentasi dengan kondisi fisik barang. Hal
itu untuk menghindari adanya barang hilang, overstock, stock out, ED, dan
rusak. Jika terdapat obat death stock (3 bulan berturut-turut tidak dikeluarkan),
maka penanganannya akan diinfokan stok tersebut ke depo OK terpadu lain
yang membutuhkan. Penanganan obat yang mendekati masa kadaluarsa atau
rusak dilakukan retur ke gudang.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 113
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

g. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan di UPF OK terpadu dilakukan setiap hari meliputi:
1) Pencatatan penggunaan narkotika dan psikotropika
2) Pencatatan suhu penyimpanan obat dilemari pendingin dan ruangan
3) Pencatatan rekap transaksi pasien operasi
4) Pencatatan barang masuk dan keluar di kartu stok
5) Pencatan pendapatan dan mengentry ke dalam komputer UPF
Pelaporan di UPF OK terpadu dilakukan setiap bulan meliputi:
1) Laporan penggunaan narkotika – psikotropika
2) Transaksi pasien operasi
3) Penerimaan perebekalan farmasi dari gudang obat dan alat kesehatan
4) Laporan stock opname
5) Rekap status pasien
6) Jumlah perbekalan farmasi yang digunakan pasien
7) Obat expired date dan obat hampir expired date (6 bulan sebelum tanggal
ED)
8) Laporan pendapatan UPF
Tabel 2. Sediaan Obat Farmasi yang Terdapat di UPF OK Terpadu
GOLONGA NAMA OBAT & INDIKASI
N OBAT SEDIAAN OBAT
Fentanil 0,05 mg/ml Hanya nyeri sedang hingga berat dan
harus diberikan oleh tenaga medis yang
dapat melakukan resusitasi
Morfin 10mg/ml Untuk mengatasi nyeri kanker yang tidak
Analgesic
respon terhadap analgetik non narkotik
Narkotika
atau nyeri pada serangan jantung
Petidin 50mg/ml Hanya untuk tindakan nyeri sedang
hingga berat pada pasien yang dirawat
diRS
Ketorolak inj Nyeri sedang hingga berat
30mg/ml
Analgesik
Paracetamon Inf Hanya untuk pasien icu yang
Non
10mg/ml memerlukan antipiretik berkelanjutan
Narkotika
Antrain inj Meredakan nyeri sedang
500mg/ml

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 114
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

(Methampyrone)
Dynastat ( Inhibitor seleksi COX-2, terapi jangka
Parecoxib) vial pendek nyeri post-op
40mg
Tramadol inj Hanya untuk nyeri sedang sampai baerat
50mg/ml pasca operasi yang tidak dapat
menggunakan analgetik oral
Buvipakain inj 0,5% Obat untuk memberikan efek anestesi
local dan regional pada berbagai macam
prosedur seperti: operasi, prosedur dental,
oral surgery, obstetrical, serta prosedur
Anestetik diagnostic maupun terapi
Regional Bupivakain Heavy Khusus untuk analgesia spinal
Inj 0,5%+ Glukosa
8%
Ropivakain inj Analgesia dan anestesi regional
7,5mg/ml
Pehacain (lidocain Anestesi local dengan teknik infiltrasi
Anestetik 2%+adrenaline 12,5
Local mcg)
Lidokain Anestesi local dengan teknik infiltrasi
Ketamin Anastetik tunggal untuk prosedur
diagnostic dan terapi saat tidak
diperlukan efek pelumpuhan otot dan
untuk induksi anestesi general
Propofol inj Insiasi dan maintenans monitored
Anestetik anesthesia care (MAC), induksi dan
umum maintenans umum, pasien ICU yang
memerlukan sedasi cth: pasien ventilasi
mekanik
Isofluran Induksi dan maintenans general
Sevoflurane cairan Induksi dan maintenans general
ih
Atropin inj 0,25
mg/ml
Obat untuk Diazepam inj Premedikasi tindakan minor untuk
prosedur 5mg/ml mengurangi kecemasan cth: esofagosfi
preoperative dan gastroskopi
Premedikasi sebelum op
Midazolam inj Dapat digunakan untuk premedikasi
Program Studi Profesi Apoteker 28
Universitas Muhammadiyah Surakarta 115
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

1mg/ml dan 5mg/ml sebelum induksi anestesi dan rumatan


selama anestesi umum
Atropine inj Pengobatan simptomatik gangguan
0,25mg/ml saluran cerna yang ditandai dengan
spasme otot polos, midriasis dan
Antidotum sikloplegia; premedikasi
Efedrine Obstruksi saluran napas yang reversibel
Neostigmin Mengatasi kelumpuhan akibat pelemas
otot
H2 Reseptor Ranitidine inj Untuk profilaksis stres ulcer
antagonis 25mg/ml
Deksametasone inj Hanya untuk menyertai antineoplastik
5mg/ml
Metoklorpramid inj Mual muntah baik post-op dan pre-post
Antiemetik 5 mg/ml kemoterapi, memudah kan intubasi dan
ekstubasi
Ondansetron inj Mencegah muntah pada pemberian
2mg/ml kemoterapi pada highly emetogenic
Atracurium Adjuvant pada anestesi general untuk
memberikan efek relaksasi otot selama
Muscle
operasi atau ventilasi terkontrol dan
Relaxant
untuk memfasilitasi ventilasi mekanik
pasca pasien icu
Rocuronium Adjuvant pada anestesi general untuk
memberikan efek relaksasi otot selama
operasi atau ventilasi terkontrol dan
untuk memfasilitasi ventilasi mekanik
pasca pasien icu
Vecuronium Adjuvant pada anestesi general untuk
memberikan efek relaksasi otot selama
operasi atau ventilasi terkontrol dan
untuk memfasilitasi ventilasi mekanik
pasca pasien icu
Asam. Traneksamat Pengobatan jangka pendek perdarahan
inj 50mg/ml akut yang berhubungan dengan
Hemostatik peningkatan fibrinolisis
(penghenti Vitamin K inj 10 Perdarahan, difesiensi vitamin K,
perdarahan) mg/ml pengobatan dan pencegahan perdarahan
pada bayi baru lahir
Dicynone Hemostatik, antihemoragik

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 116
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

(Ethamsylate) inj
125mg/ml
Anti asma Aminofilin inj Pengobatan dan pencegahan
24mg/ml bronkospasme yang berhubungan dengan
asma, emfisema dan bronkritis kronik
Amiodaron inj vial Aritmia atrium dan ventrikel, gangguan
50mg/ml jantung serius yang berhubungan dengan
Anti
irama jantung
Aritmia
Fargoxin ( Digoxin Gagal jantung kongestif, gagal jantung
inj 0,25 mg/ml) dengan AF dan aritmia supraventrikular
Furosemid inj 10 Terapi edema pada gagal jantung,
Diuretik mg/ml sirosis, penyakit ginjal edema pulmonal,
dieresis cepat
Gentamycin salep Terapi topical untuk infeksi ocular
mata 0,3% eksterna seperti
Antibiotic
konjuctivitis,keratitis,ulkus kornea dan
dan
blefaritis yang disebabkan bakteri dari
antiseptic
strain
topical mata
Kloramfenikol Infeksi okulareksterna seperti yang
disebabkan oleh bakteri yang sensitive
Anti Catapres (klonidin Terapi hipertensi pada hipertensi esensial,
hipertensi 0,15mg/ml) kritis hipertensi
Dopamin inj Ketidakseimbangan hemodinamik pada
40mg/ml pasien syok yang berhubungan dengan
kardiogenik,septicemia,endotoksin
Obat
Ephineprine inj Terapi anafilaksis akut, gangguan
Vasoaktif
1mg/ml hemodinamik karena syok kardiogenik
dan obaat
dan distribusi, resusitasi bayi baru lahir
inotropik
Norepinephrinr inj Hipotensi akut, terapi penunjang untuk
1mg/ml cardiac arrest dan pasca cardiac arrest,
syok Td <70 mmHg
D5%, D40%, Untuk mencukupi kebutuhan cairan dan
Manitol 20%, NS elektrolit
0,9% (100 ml, 500
Cairan infus
ml, 1 L), RL, sterile
water for inj (WFI),
voluven 6%,
Illiadin spray Rhinitis akut, radang sinus
Dekongesta
(oxymetazoline paranasal,laryngitis, faringitis, untuk
n nasal
HCL) diagnostic,dekongesti lapisan mukosa

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 117
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Tabel 3. Alat Kesehatan yang Terdapat di UPF OK Terpadu

ALAT KESEHATAN
Jenis Alkes Contoh
Benang Catgut cromic, catgut plain, cromado cromic, ethilon,
mersilk, monocryl, monocyn, premilene.
Catheter Folly catheter (berbagai ukuran), catether mount,
rectal tube (berbagai ukuran).
Disposible spuit Disp. spuit (1 ml, 3 ml, 5 ml, 10 ml, 20 ml) disp. Spuit
50 ml catheter (LT), disp. Spuit 50 ml eccentric
ECG Chest lead ECG
Endotracheal tube ETT Cuff (berbagai ukuran), ETT uncuff (berbagai
ukuran), ETT non king (berbagai ukuran).
Feeding tube Feeding tube (5, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18).
GIBS Gypsona 10 cm/ 15 cm, Softban 10 cm/15 cm
Handschoen Hand. Non steril (berbagai ukuran), hand. Steril
(berbagai ukuran), maxitex duplex, surgical glove
steril gynecolog (berbagai ukuran).

Kapas dan kasa Kapas hidrofil, verban 4Y x 10 cm, Kasa lipat


Kedokteran Adult rem polyhesive II wuth out cable, button switch
pencil, pediatric rem polyhesive II.
Masker dan Tutup Masker one med surgical mask, oxygen nasal canul
Kepala anak, oxygen nasal canul dewasa, topi operasi laki-
laki/perempuan

Mess Mess ( no 10, 11, 15, 22), skin graft knife blades
Needle Needle, spinal needle, stimuplex ultra needle, wing
Needle
Pembalut Elastomul haft, hypafix, lyostip, tricofix
Plester Handsaplast jumbo, tegaderm

K. Unit Pelayanan Farmasi Gudang Obat dan Alkes


1. Gudang
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.72 tahun
2016 menyebutkan gudang merupakan tempat penerimaan, penyimpanan,

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 118
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

pendistribusian, dan pemeliharaan barang yang berupa obat, alat kesehatan dan
pembekalan kesehatan lainnya yang tujuannya akan digunakan untuk
melaksanakan program kesehatan. Standar pelayanan farmasi di rumah sakit yang
meliputi pengelolaan alat kesehatan, sediaaan farmasi dan bahan medis habis
pakai melalui sistem satu pintu yaitu satu kebijakan kefarmasiaan termasuk
pembuatan formularium, pengadaan, dan pendistribusian sediaan farmasi, alkes,
dan bahan medis habis pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan
pasien melalui instalasi farmasi rumah sakit, dimana semua perbekalan farmasi
yang digunakan di lingkungan rumah sakit merupakan tanggung jawab dari
instalasi farmasi rumah sakit. Proses pengelolaan perbekalan farmasi tersebut
dilakukan oleh instalasi farmasi yaitu gudang farmasi agar tercapainya sistem satu
pintu.
2. Implementasi Gudang Di RSUD dr. Saiful Anwar Malang
Gudang di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Saiful Anwar Malang terbagi
menjadi dua bagian, yaitu gudang obat serta gudang alat kesehatan dan bahan
kimia.
a. Gudang Obat
Obat adalah barang yang digunakan untuk keperluan medik dasar yang
pengadaannya secara langsung. Barang obat meliputi obat, bahan obat, kosmetik.
Contoh barang farmasi yang terdapat di gudang obat adalah sebagai berikut :
1) Obat misal : parasetamol, metamizol, amlodipin, asam traneksamat, vitamin
B12, Obat Anti Tuberkulosis (OAT), Metadon, Obat Malaria, Obat Anti Retro
Viral (ARV)
2) Bahan obat misal : alkohol, gliserin, meropenem.
3) Kosmetik misal : acne facial wash, evalen gel, benzolac gel, ketomed,
kloderma gel.
b. Gudang Alat Kesehatan Dan Bahan Kimia
Gudang alat kesehatan (alkes) dan bahan kimia adalah tempat untuk
menyimpan alat-alat kesehatan, reagen, gas medik dan bahan beracun dan
berbahaya (B3).

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 119
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

1) Alkes misal : blood set, infus set, Nasogastric Tube (NGT), spuit, tensimeter,
stetoskop, termometer.
2) Reagen misal : Fehling reagen, natrium klorida (NaCl), methylen blue.
3) Gas medik misal : oksigen (O₂), nitrogen oksida (N₂O) dan karbon dioksida
(CO₂).
4) Bahan beracun dan berbahaya misal : formalin, alkohol, hidrogen peroksida
(H₂O₂).
3. Pengelolaan Kegiataan Perbekalan Farmasi Gudang Di RSUD Dr. Saiful
Anwar Malang
Gudang farmasi di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Saiful Anwar Malang
memiliki beberapa kegiatan yaitu :
a. Pemilihan
Kegiatan untuk menetapkan jenis, sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan sediaan farmasi,
alkes, dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) berdasarkan formularium dan
standar pengobatan, pola penyakit, efektifitas dan keamanan, mutu dan harga,
dan ketersediaan di pasaran.
Pada pemilihan sediaan farmasi di gudang obat Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Saiful Anwar Malang menggunakan metode pemilihan berdasarkan
acuan dari formularium nasional (fornas), formularium rumah sakit, obat
hibah, pola konsumsi, usulan user dan e-katalog.
Pada gudang alat kesehatan dan bahan kimia melakukan usulan pemilihan
barang di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Saiful Anwar Malang berdasarkan e-
katalog, pola konsumsi dan usulan user.
b. Perencanaan
Kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan sediaan
farmasi, alkes dan BMHP sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk
menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan
efisien. Perencanaan menggunakan metode konsumsi, epidemiologi, metode
kombinasi.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 120
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Pada gudang obat, alkes dan bahan kimia di RSUD dr. Saiful Anwar
Malang, perencanaan barang dilakukan untuk kebutuhan bulanan.
Perencanaan dilakukan dengan mempertimbangkan stok sisa, kebutuhan rata-
rata per bulan, usulan obat, alkes dan bahan kimia dari instalasi atau Unit
Pelayanan Farmasi (UPF).
c. Pengadaan
Kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan.
Pengadaan harus menjamin ketersediaan, jumlah, waktu yang tepat dengan
harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Hal-hal yang perlu
diperhatikan antara lain: bahan baku obat harus disertai sertifikat analisa,
bahan berbahaya harus menyertakan Medical Safety Data Sheet (MSDS),
sediaan farmasi alkes dan BMHP harus mempunyai Nomor Ijin Edar (NIE),
masa kadaluarsa minimal 2 tahun, kecuali vaksin, reagensia. Pengadaan dapat
dilakukan melalui pembelian, memproduksi sediaan farmasi, sumbangan /
dropping / hibah.
Pengadaan obat, alkes dan bahan kimia di gudang RSUD dr. Saiful Anwar
Malang dilakukan dengan cara melalui lelang, penunjukkan langsung atau
melalui e-purchasing.
Untuk kebutuhan yang bersifat cito dimana ketersediaan diseluruh UPF
rumah sakit dan gudang mengalami kekosongan maka gudang obat, alkes dan
bahan kimia akan mengusulkan permintaan kepada Kepala Urusan
perencanaan yang diteruskan ke bagian pengadaan atas sepengetahuan Kepala
Instalasi Farmasi RSSA. Bagian pengadaan segera melakukan pengadaan obat
cito tersebut.
d. Penerimaan
Kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu,
waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau Surat Pesanan
(SP) dengan kondisi fisik yang diterima.
Penerimaan obat, alkes dan bahan kimia di gudang farmasi RSUD dr.
Saiful Anwar Malang merupakan bagian dari pengelolaan obat-obatan yang
berfungsi menerima obat, alkes dan bahan kimia yang dikirim oleh rekanan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 121
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Rumah Sakit/ pemenang lelang/ distributor sesuai dengan spesifikasi pada


Surat Pesanan (SP) / Surat Perintah Kerja (SPK).
Pejabat/panitia penerimaan Barang dan Jasa di Gudang akan menerima
sediaan perbekalan farmasi yang dikirim oleh rekanan Rumah Sakit sesuai
dengan yang tercantum dalam SP / SPK yang meliputi:
1) Nomor dan nama barang
2) Pabrik
3) Satuan
4) Jumlah
5) Harga
Khusus barang cito jika gudang farmasi sudah tutup maka alat kesehatan,
bahan medis habis pakai, gas medik, serta reagen laboratorium dapat diantar
ke UPF 24 jam dengan tanda terima sementara, pada hari berikutnya dikirim
faktur dengan nomor dan tanggal yang sama dan ditandatangani oleh
pejabat/panitia penerima barang dan pemeriksa.
Setelah proses penerimaan selesai, maka petugas dibagian penerimaan
akan memasukkan data penambahan stok ke dalam program inventory.
Apabila barang yang datang tidak sesuai dengan SP atau SPK, maka barang
langsung dikembalikan dan pada faktur diberi tanda retur.
e. Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan sebelum pendistribusian. Penyimpanan harus
menjamin kualitas dan keamanan. Persyaratan penyimpanan meliputi:
persyaratan stabilitas suhu ruang terkendali (20-25°C), suhu lemari pendingin
(2-8°C), keamanan,sanitasi, cahaya, kelembapan (70-75% RH), ventilasi dan
penggolongan jenis. Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan
prinsip first in first out (FIFO) dan first expired first out (FEFO).
Penyimpanan obat-obat high alert dan obat sitostatika diberi penanda khusus
dan dipisahkan dengan obat yang lain. Untuk obat-obat look alike sound alike
(LASA) dipisah antara satu dengan yang lain kemudian diberi penanda khusus
untuk mencegah kesalahan.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 122
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Penyimpanan obat, alkes dan bahan kimia di gudang farmasi RSUD Dr.
Saiful Anwar dilakukan secara baik dan teratur menurut Standar Prosedur
Operasional (SPO) penyimpanan barang farmasi yaitu :
Penyimpanan barang farmasi secara alfabetis berdasarkan sistem FIFO
(barang yang datang terlebih dahulu digunakan terlebih dahulu) dan FEFO
(barang dengan waktu kadaluarsa terdekat dikeluarkan terlebih dahulu
Gas medik berupa CO₂ tabung hitam, N₂O tabung warna biru dan O₂
tabung warna putih ditempatkan terpisah dan di tempat terbuka, karena gas
medik merupakan bahan yang mudah meledak. Untuk bahan termolabil yang
membutuhkan suhu rendah, penyimpanan di lemari pendingin. Bahan yang
mudah terbakar disimpan ditempat yang terbuka.
Pelaksana gudang obat, alkes dan bahan kimia memasukkan data barang
ke dalam kartu stok. Petugas administrasi menginput barang masuk ke
inventory barang farmasi tersebut dengan bukti barang masuk. Petugas
administrasi mengarsipkan berkas berita acara penerimaan barang, surat
perintah kerja, bukti pengiriman barang.
f. Pendistribusian
Kegiatan dalam rangka menyalurkan sediaan farmasi, alkes dan BMHP
dari tempat penyimpanan ke UPF dengan tetap menjamin mutu, stabilitas,
jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
Distribusi perbekalan farmasi dari gudang obat, alkes dan bahan kimia di
RSUD dr. Saiful Anwar Malang ke UPF menggunakan SP online. Permintaan
barang dari UPF biasanya dilakukan setiap hari Senin pada tiap minggu untuk
memenuhi kebutuhan satu minggu, namun jika memang obat dan atau alkes
sudah habis sebelum hari Senin minggu yang akan datang, UPF dapat
mengajukan SP online lagi walaupun jumlah yang diminta tidak bisa
maksimal mengingat pembatasan dari program inventory. Obat dan atau alkes
dikeluarkan berdasarkan sistem FIFO dan FEFO.
Saat kondisi darurat, untuk mendapatkan perbekalan farmasi saat gudang
farmasi obat, alkes dan bahan kimia tutup, maka dilakukan sesuai prosedur:

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 123
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

1) Petugas gudang farmasi obat dan atau alkes akan mengambil kunci di pos
satpam lalu membuka pintu gudang farmasi.
2) Menanyakan ulang kebutuhan perbekalan farmasi pada petugas UPF.
3) Menyiapkan kebutuhan perbekalan farmasi yang dibutuhkan.
4) Mengkonfirmasikan kepada petugas UPF bahwa barang sudah dapat
diambil.
5) Petugas UPF mengambil barang di gudang.
6) Mengunci kembali pintu gudang farmasi obat dan menitipkan kunci di pos
satpam.
g. Penarikan dan Pemusnahan
Harus dilakukan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan perundangan
yang berlaku. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar /
ketentuan peraturan perundangan dilakukan oleh pemilik ijin edar (mandatory
recall) berdasarkan perintah oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) atau berdasarkan sukarela oleh pemilik ijin edar (voluntery recall)
dengan tetap memberikan laporan kepada kepala BPOM. Pemusnahan
dilakukan bila produk tidak sesuai persyaratan mutu, kadaluarsa, dicabut ijin
edar, tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan.
h. Pengendalian
Tujuan pengendalian untuk penggunaan obat sesuai dengan forumularium
rumah sakit, sesuai dengan diagnosis dan terapi, dan memastikan persediaan
efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan kekurangan, kerusakan,
kadaluarsa, dan kehilangan.
Pada pengendalian sediaan farmasi di gudang obat atau alkes dan bahan
kimia di RSUD dr. Saiful Anwar Malang menggunakan kartu stok baik
manual maupun komputerisasi, dan tiap bulan dilakukan stock opname.
i. Pencatatan dan pelaporan
Kegiatan pengelolaan meluputi perencanaan, pengadaan, penerimaan,
pendistribusian, pengendalian, pengembalian, pemusnahan dan penarikan.
Pelaporan dibuat sesuai periodik yang dilakukan instalasi farmasi dalam
periode waktu tertentu (bulanan triwulan, semester atau pertahun).

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 124
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Pencatatan dan pelaporan sediaan farmasi di gudang obat, alkes dan bahan
kimia di RSUD dr. Saiful Anwar Malang dilakukan tiap bulan dan triwulan.
Pelaporan pada RS berupa stok akhir bulan, laporan suhu penyimpanan reagen
dan B3, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, laporan Narkotika dan
Psikotropika. Laporan-laporan tersebut diserahkan kepada kepala urusan
gudang farmasi setiap awal bulan. Kemudian kepala urusan logistik farmasi
akan menganalisa data masuk dan menyerahkan hasil analisa kepada kepala
urusan evaluasi dan managemen mutu kemudian diserahkan ke kepala
instalasi RS dan dilanjutkan ke direktur dan kemudian pelaporan di serahkan
ke provinsi.

L. Unit Pelayanan Farmasi Produksi dan Onkologi


Produksi di rumah sakit harus sesuai dengan kaidah tata cara pembuatan
obat yang baik agar obat yang dihasilkan bermutu dan sesuai dengan syarat dan
tujuan penggunaan. Berdasarkan PERMENKES RI Nomor 72 tahun 2016,
instalasi farmasi rumah sakit dapat memproduksi sediaan tertentu apabila:
1. Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran
2. Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri
3. Sediaan Farmasi dengan formula khusus
4. Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih kecil atau repacking
5. Sediaan Farmasi untuk penelitian
6. Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan atau harus dibuat
baru (recenter paratus).
RSUD Dr. Saiful Anwar sendiri mengolah sediaan steril dan non steril,
untuk sediaan steril yang diolah yakni rekonstitusi sediaan sitostatika,
pencampuran elektrolit pekat (KCl, D40%), pengenceran NS, dan pengemasan
ulang obat antibiotika, sedangkan untuk sediaan non steril yang diolah yakni
pembuatan hand rub, saflon alkohol salep levertan.
1. Unit Pelayanan Farmasi Onkologi
Unit Pelayanan Farmasi Instalasi Onkologi (UPF onkologi) merupakan
pelayanan kefarmasian obat dan alat kesehatan yang ditujukan khusus untuk

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 125
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

memenuhi kebutuhan obat kemoterapi injeksi pasien yang rawat inap maupun
rawat jalan di RSUD Dr. Saiful Anwar, seperti halnya dengan unit pelayan
farmasi yang lain UPF onkologi juga melakukan kegiatan pengeloaan tugas dan
fungsi pokok UPF onkologi secara manajerial yang meliputi:
a. Pengadaan
Proses pengadaan di UPF onkologi dilakukan dengan membuat
permintaan atau memasukkan Surat Permintaan (SP) secara online ke gudang
obat atau alkes setiap satu minggu sekali.
b. Penerimaan
Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang sudah
ada di gudang obat atau alkes akan diambil oleh caraka dengan mencocokkan
surat pesanan tanda penerimaan dan barang diperiksa kualitas dan
kuantitasnya meliputi jumlah dan jenis, kekuatan sediaan. Barang yang sampai
UPF dicek dan divalidasi di komputer sehingga secara otomatis jumlah obat di
komputer UPF onkologi akan bertambah dan jumlah obat di gudang obat atau
alkes akan berkurang. Apabila barang yang diterima tidak sesuai dengan yang
direncanakan maka barang dikembalikan ke gudang obat dan alkes dengan
konfirmasi terlebih dahulu pada petugas gudang.
c. Penyimpanan
Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang
disimpan di UPF onkologi dikelompokkan berdasarkan suhu dan stabilitas.
d. Pelaporan
Pelaporan yang dilakukan di UPF onkologi yaitu :
1) Pelaporan keluar dan masuk barang, untuk mengetahui jumlah pemakaian
barang berdasarkan barang fast moving, slow moving atau death moving.
2) Laporan penerimaan dan pengeluaran aset
Pelaporan ini dimaksudkan untuk mengetahui jumlah aset dan nominal
barang yang diterima dari gudang dan dikeluarkan ke bagian produksi
selama satu bulan sekali pada waktu akhir bulan.
3) Obat yang mendekati expired date kurang dari 6 bulan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 126
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Pelaporan ini dimaksudkan untuk mengetahui obat yang akan mendekati


expired date kurang dari 6 bulan. Pelaporan tersebut berupa nama obat,
jenis obat, dan jumlah obat yang mendekati expired date.
2. Produksi Steril
a. Rekonstitusi Obat Sitostatika
Penanganan sediaan sitostatika yang aman perlu dilakukan secara disiplin
dan hati-hati untuk mencegah risiko yang tidak diinginkan, karena sebagian besar
sediaan sitostatika bersifat :
1) Karsinogenik yang berarti dapat menyebabkan kanker.
2) Mutagenik yang berarti dapat menyebabkan mutasi genetik.
3) Teratogenik yang berarti dapat membahayakan janin.
Kemungkinan paparan yang berulang terhadap sejumlah kecil obat-obat
kanker akan mempunyai efek karsinogenik, mutagenik dan teratogenik yang
muncul jangka lama terhadap petugas yang menyiapkan dan memberikan obat ini
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009), maka dari itu mulai dari
peresepan sampai obat digunakan oleh pasien harus terdokumentasi dan sesuai
standar prosedur pelayanan.
Proses pencampuran obat sitostatika memerlukan ruang, peralatan khusus
dan personel yang terlatih dan tersertifiksi agar obat yang dicampur terjaga
stabilitas dan keamanan lingkungan, petugas dan sediaan obatnya dari efek toksik
ketika digunakan.
Peralatan yang digunakan untuk proses pencampuran yang digunakan
adalah :
1) Alat Pelindung Diri (APD)
a) Penutup kepala
b) Baju pelindung
Bahan baju pelindung terbuat dari bahan yang impermeable (tidak tembus
cairan), tidak melepaskan serat kain, dengan lengan panjang, bermanset
dan tertutup di bagian depan
c) Masker
Masker yang digunakan pada saat penanganan sediaan sitostatika ada dua

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 127
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

jenis yaitu jenis masker surgical dan masker N95, untuk penanganan
sediaan steril non sitostatika hanya memakai masker surgical saja.
d) Sarung tangan
Sarung tangan yang dipilih harus memiliki permeabilitas yang minimal
sehingga dapat memaksimalkan perlindungan bagi petugas dan cukup
panjang untuk menutup pergelangan tangan. Sarung tangan terbuat dari
latex dan tidak berbedak (powder free). Khusus untuk penanganan sediaan
sitostatika harus menggunakan dua lapis dan untuk penanganan non
sitostaika bisa memakai satu lapis saja
e) Kacamata
Kaca mata pelindung digunakan pada saat penanganan sediaan sitostatika.
2) Cytotoxic Safety Cabinet
Cytotoxic Safety Cabinet adalah alat yang digunakan untuk rekonstitusi
obat sitostatika yang dapat melindungi petugas dari paparan obat atau bahan yang
bersifat toksik , obat yang direkonstitusi dan lingkungan sekitar. Berdasarkan
aliran udara Cytotoxic Safety Cabinet memiliki Aliran udara yang vertikal
biasanya digunakan untuk rekonstitusi obat sitostatika dan yang horisontal untuk
pencampuran obat non sitostatika dan TPN (Total Parenteral Nutrition).
Ruangan yang digunakan untuk pencampuran obat sitostatika dan sediaan
steril lainya terdiri dari:
a) Ruang persiapan
b) Ruangan yang digunakan untuk administrasi dan penyiapan alat kesehatan dan
bahan obat (etiket, pelabelan dan cairan infus).
c) Ruang cuci tangan dan ruang ganti pakaian sebelum masuk ke ruang antara,
petugas harus mencuci tangan, ganti pakaian kerja dan memakai alat
pelindung diri (APD).
d) Ruang antara (ante room) Petugas yang akan masuk ke ruang steril melalui
suatu ruang antara.
e) Ruang steril (clean room) harus memenuhi syarat sebagai berikut:
i. Permukaan lantai datar dan halus, tanpa sambungan, keras, resisten
terhadap zat kimia dan fungi, serta tidak mudah rusak.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 128
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

ii. Permukaan dinding rata dan halus, terbuat dari bahan yang keras, tanpa
sambungan, resisten terhadap zat kimia dan fungi, serta tidak mudah rusak,
sudut-sudut pertemuan lantai dengan dinding dan langit-langit dengan
dinding dibuat melengkung dengan radius 20 – 30 mm, colokan listrik
datar dengan permukaan dan kedap air dan dapat dibersihkan.
iii. Jumlah partikel berukuran 0,5 mikron tidak lebih dari 350.000 partikel.
iv. Saluran dan kabel dibuat diatas plafon
v. Jumlah jasad renik tidak lebih dari 100 per meter kubik udara.
vi. Suhu 16-25°C.
vii. Kelembaban 45-55%.
viii. Di lengkapi High Efficiency Particulate Air (HEPA) Filter.
ix. Tekanan udara di dalam ruang steril lebih positif dari pada tekanan udara
di luar ruangan steril. Ruangan steril untuk handling sitostatika harus
bemuatan negatif, sedangkan ruangan non steril untuk handling non
sitostatika bermuatan positif.
x. Pass box untuk tempat masuk dan keluarnya alat kesehatan dan bahan obat
sebelum dan sesudah dilakukan pencampuran yang terletak di antara ruang
persiapan dan ruang steril dan dilengkapi dengan lampu UV untuk
membunuh bakteri.
Adapun denah ruangan rekonstitusi sediaan sitostatika di RSUD Dr. Saiful
Anwar sebagai berikut :

Gambar 49. Denah Ruang Rekonstitusi Sediaan Sitostatika

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 129
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Keterangan :
1. Pintu masuk ke UPF onkologi
2. Lemari dan kulkas untuk menyimpan obat sitostatika
3. Pass box
4. Meja administrasi
5. Wastafel
6. Ruang ganti pakaian
7. Pintu masuk ruang rekonstitusi
8. BSC (Biological Safety Cabinet)
9. Ruang rekonstitusi
Alur permintaan handling sitostatika di RSUD Dr. Saiful Anwar sebagai
berikut:
Resep dan protokol resep sitostatika
yang ditulis oleh dokter diberikan ke
pasien

Penyerahan

Proses kemoterapi Proses Kemoterapi rawat


rawat jalan inap

Resep dan Protokol Resep dan Protokol


diserahkan ke APJP diserahkan ke APJP ruangan
UPF JKN atau rawat
jalan umum
Screening resep (data
pasien, regimen,
restriksi,dosis,
kemoterapi yang ke
berapa

Resep dan Protokol yang Resep dan Protokol yang


sudah dicek sudah discreening APJP
ruangan diserahkan ke
UPF rawat inap
Resep dan protokol dikirim
ke unit pelayan farmasi
produksi dan onkolgi

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 130
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

1. menyiapkan etiket per pasien 1. Resep diperiksa


sesuai protokol rekonstitusi yang kelengkapan
ditempel di sediaanya UPF onkologi 2. Mengisi form
2. membuat etiket pengiriman
yang ditempel di kantong plastik kebutuhan alkes/infus
hitam 3. Mengentry resep ke
3. menempelkan stiker ungu di UPF produksi inventory komputer
infus 4. Menyiapkan obat,
4. menyalin dibuku catatan infus, alkes yang
kemoterapi per IRNA dibutuhkan untuk
Untuk JKN resep disetorkan Obat, alat dan pelarut
rekonstitusi
seminggu sebelum kemoterapi dimasukan melalui pass box
5. obat, infus, alkes
dan pada hari H perawat poli dikirm ke produksi
mengkonfirmasi ke bagian
produksi untuk mengetahui
pasien yang siap kemoterapi Proses
pada hari tersebut Rekonstitusi
5. Menerima, membuka,
mengecek obat

Setelah obat sitostatika sudah jadi obat


dikemas pada kantong plastik warna Dicek ulang dengan
hitam dan dimasukkan ke dalam mencocokan antara
kantong kresek warna ungu (sebagai nama yang ada di
tanda khusus untuk wadah sitostatika) etiket dengan buku
catatan

Distribusi untuk obat pada Distribusi untuk obat pada


rawat inap dilakukan oleh rawat jalan JKN dilakukan
petugas /caraka dari UPF oleh petugas UPF Produksi
IRNA untuk diambil ke setelah obat sitostatika
produksi setelah ada untuk RaJal telah siap
konfirmasi pengambilan dari dikirim
UPF produksi

Gambar 50. Alur Permintaan Handling Sitostatika


b. Premix Elektrolit Pekat
KCl 7,46% merupakan salah satu obat yang termasuk dalam kategori obat
high alert sehingga dalam peyimpanannya perlu diberikan label khusus yakni
bertanda warna merah. Penyimpanan sediaan ini tidak boleh berada di ruangan
rawat inap, hal ini ditujukan untuk mencegah terjadinya medication error.
Pengerjaan Premix KCl harus dilakukan oleh seorang Apoteker atau TTK
(tenaga teknis kefarmasian), hal tersebut dikarenakan Apoteker atau TTK (tenaga
teknis kefarmasian) lebih berkompeten dalam teknis aseptis penyiapan obat suntik

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 131
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

khususnya pada sediaan elektrolit pekat. Premix KCl dibutuhkan karena di


pasaran tidak menyediakan sedian KCl dengan konsentrasi yang bervariasi yakni
12,5 25 dan 50 meq, sedangkan konsentrasi sediaan KCl yang ada di pasaran
hanya 20 dan 40 meq. Satu ml KCl 7,46%, maka dari itu perlu dilakukan proses
pencampuran kembali premix KCl. Pelarut yang digunakan yaitu NaCl 0,9% dan
dextrose. Stabilitas sediaan premix KCl yang sudah diencerkan adalah ± 30 jam
pada suhu 15o-25oC. Prinsip premix KCl pada dasarnya sama dengan handling
sitostatika yaitu menggunakan teknik aseptis pada ruangan steril yang
membedakan hanya pada penggunaan LAF yang horizontal.
Dibawah ini merupakan alur pelayanan produksi premix KCl sebagai
berikut :

UPF IRNA mengirim KCl dan pelarut (contohnya NS 0,9%)


sesuai permintaan resep dokter

Kemudian produksi menerima KCl dan pelarutnya yang telah


dikirim, dan kemudian diberikan etiket sesuai dengan resep
dokter.

Kemudian, unit produksi melakukan pencampuran KCl dan


pelarutnya di LAF

Setelah KCl selesai dikerjakan/dicampur, pihak produksi


mengkonfirmasi kepada UPF IRNA untuk mengambil KCl
nya

Gambar 51. Alur Pelayanan Premix KCl

c. Pelaporan Produksi Steril


Pelaporan pada produksi steril berupa :
1) Pelaporan jumlah pasien yang ditangani
2) Pelaporan jumlah regimen/ obat yang ditangani
3) Pelaporan jumlah permintaan premix elektrolit per bulan dari setiap IRNA

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 132
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

3. Produksi Non Steril


Kegiatan produksi non steril yang dilakukan di RSUD Dr. Saiful Anwar adalah:
1) Pembuatan hand sanitizer
2) Pengenceran alkohol, formalin, H2O2 (Perhidrol)
3) Pembuatan salep : levertran, boorzalf
4) Pengemasan ulang alkohol, kreolin, spiritus, dan gliserin
Produksi non steril juga melakukan manajerial seperti halnya dengan unit
pelayan farmasi yang lain, kegiatan pengeloaan pada produksi non streril secara
manajerial meliputi:
1) Pengadaan
Kebutuhan bahan baku dalam produksi non steril unit produksi dapat
dipenuhi dengan membuat SP (Surat Pesanan) bisa manual atau online ke
gudang farmasi berdasarkan kebutuhan bahan baku. Surat pesanan yang sudah
sampai di gudang dilayani oleh petugas gudang. Kemudian, setelah dilayani,
pesanan bahan baku yang telah disiapkan dikonfirmasikan kepada pihak
produksi untuk mengambil di gudang. Dibawah ini Alur Pelayanan pengadaan
di produksi sebagai berikut :
Unit yang membutuhkan sediaan non steril mengirimkan SP manual
ke unit produksi

Unit produksi menyiapkan sediaan non steril sesuai permintaan dari


unit yang memesan.

Jika sediaan yang dipesan tersedia maka langsung dilayani , jika


sediaan dalam jumlah banyak atau seperti sediaan salep yang tidak
menyediakan apabila tidak ada pesanan, maka permintaan dilayani
dengan kesepakatan antara produksi dengan unit yang memesan

Setelah sediaan non steril selesai dibuat, pihak produksi


mengkonfirmasi pada unit yang memesan untuk mengambil sediaan
yang dipesan.
Gambar 52. Alur Pelayanan Pengadaan di Unit Produksi

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 133
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

2) Distribusi
Produk non-steril yang telah dibuat didistribusikan ke masing-masing UPF
IRNA/ instalasi lain yang melakukan permintaan produk non-steril dengan
cara mengambil produk ke unit produksi melalui masing-masing petugas /
caraka ruangan, sediaan yang diberikan disesuaikan dengan surat permintaan
dan diketahui oleh penanggung jawab produksi.
3) Pelaporan produksi non steril
a) Pelaporan jenis produk non steril
b) Jumlah sediaan yang dibuat dalam 1 bulan
c) Pelaporan jumlah bahan baku yang dipakai dalam produksi

M. Ward Pharmacy
1. Latar Belakang
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah
sakit untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut
telah diatur dalam Permenkes Nomor 72 tahun 2016 tentang standar pelayanan
kefarmasian di rumah sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan kefarmasian
di Rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang
bermutu dan terjangkau bagi semua masyarakat termasuk pelayanan farmasi
klinik. Apoteker khususnya yang bekerja di rumah sakit dituntut untuk
merealisasikan perluasan paradigma pelayanan kefarmasian dari orientasi
produk (drug oriented) menjadi orientasi pasien (patient oriented). Pelayanan
kefarmasian selain harus mampu menjamin keamanan, khasiat dan mutu obat
agar mampu memberikan manfaat bagi kesehatan dan berbasis bukti (evidence
base medicines), juga harus mampu mengidentifikasi, menyelesaikan dan
mencegah masalah terkait penggunaan obat yang aktual dan potensial.
Kegiatan pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien adalah
praktek Apoteker pada ruang rawat inap (ward pharmacy) dengan visite sebagai
salah satu aktivitasnya. Visite Apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 134
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Apoteker kepada pasien diruang rawat dalam rangka mencapai hasil terapi
(clinical outcome) yang lebih baik. Akitivitas visite dapat dilakukan secara
mandiri atau kolaborasi secara aktif dengan tim dokter dan profesi kesehatan
lainnya dalam proses penetapan keputusan terkait terapi obat pasien.
Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan
Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of
life) terjamin.
Pelayanan farmasi klinik menurut Permenkes Nomor 72 tahun 2016
tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi:
a. Pengkajian dan pelayanan resep;
b. Penelusuran riwayat penggunaan obat;
c. Rekonsiliasi obat;
d. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
e. Konseling;
f. Visite;
g. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
j. Dispensing sediaan steril, dan
k. Pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD)

a. Pengkajian dan Pelayanan Resep


Pengkajian resep dilakukan untuk menganalisa adanya masalah terkait obat,
bila ditemukan masalah terkait Obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis
Resep. Apoteker harus melakukan pengkajian Resep sesuai persyaratan
administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien
rawat inap maupun rawat jalan.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 135
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Tabel 4. Persyaratan Pengkajian dan Pelayanan Resep


Persyaratan administrasi Persyaratan Persyaratan klinis
farmasetik
Nama, umur, jenis Nama obat, bentuk Ketepatan indikasi,
kelamin, berat badan dan dan kekuatan sediaan dosis dan waktu
tinggi badan pasien penggunaan obat

Nama, nomor ijin, alamat Dosis dan jumlah Duplikasi pengobatan


dan paraf dokter obat

Tanggal resep Stabilitas obat Alergi dan reaksi obat


yang tidak dikehendaki
(ROTD)
Ruangan/unit asal resep Aturan dan cara Kontraindikasi dan
penggunaan interaksi obat

Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,


penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai termasuk
peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada
setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya
kesalahan pemberian obat (medication error).
b. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
Penelusuran riwayat penggunaan obat merupakan proses untuk
mendapatkan informasi mengenai seluruh obat/sediaan farmasi lain yang pernah
dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau
data rekam medik/pencatatan penggunaan obat pasien.
Tahapan penelusuran riwayat penggunaan obat:
1) Membandingkan riwayat penggunaan obat dengan data rekam medik
/pencatatan penggunaan obat untuk mengetahui perbedaan informasi
penggunaan obat;
2) Melakukan verifikasi riwayat penggunaan obat yang diberikan oleh tenaga
kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika diperlukan;
3) Mendokumentasikan adanya alergi dan reaksi obat yang tidak dikehendaki
(ROTD);
4) Mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi obat;

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 136
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

5) Melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan


obat;
6) Melakukan penilaian rasionalitas obat yang diresepkan;
7) Melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap obat yang
digunakan;
8) Melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan obat;
9) Melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan obat;
10) Memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap obat dan alat bantu
kepatuhan minum obat (concordance aids);
11) Mendokumentasikan obat yang digunakan pasien sendiri tanpa
sepengetahuan dokter; dan
12) Mengidentifikasi terapi lain, misalnya suplemen dan pengobatan alternatif
yang mungkin digunakan oleh pasien.
Kegiatan yang dilakukan dalam penelusuran penggunaan obat antara lain:
1) penelusuran riwayat penggunaan obat kepada pasien/keluarganya; dan
2) melakukan penilaian terhadap pengaturan penggunaan obat pasien.
Informasi yang harus didapatkan dari kegiatan penelusuran penggunaan
obat antara lain:
1) nama obat (termasuk obat non resep), dosis, bentuk sediaan, frekuensi
penggunaan, indikasi dan lama penggunaan obat;
2) reaksi obat yang tidak dikehendaki termasuk riwayat alergi; dan
3) kepatuhan terhadap regimen penggunaan Obat (jumlah Obat yang tersisa).
c. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan
dengan obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah
terjadinya kesalahan obat (medication error) seperti obat tidak diberikan,
duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat. Kesalahan obat (medication error)
rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain,
antar ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari rumah sakit ke layanan
kesehatan primer dan sebaliknya.
Tujuan dilakukannya rekonsiliasi obat adalah untuk:

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 137
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

1) memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan pasien;


2) mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi
dokter; dan
3) mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter.
Tahapan proses rekonsiliasi obat yaitu:
1) Pengumpulan data
Mencatat data dan memverifikasi obat yang sedang dan akan digunakan
pasien, meliputi nama obat, dosis, frekuensi, rute, obat mulai diberikan,
diganti, dilanjutkan dan dihentikan, riwayat alergi pasien serta efek
samping obat yang pernah terjadi. Khusus untuk data alergi dan efek
samping obat, dicatat tanggal kejadian, obat yang menyebabkan terjadinya
reaksi alergi dan efek samping, efek yang terjadi, dan tingkat keparahan.
Data riwayat penggunaan obat didapatkan dari pasien, keluarga pasien,
daftar obat pasien, obat yang ada pada pasien, dan rekam
medik/medication chart. Data obat yang dapat digunakan tidak lebih dari
3 (tiga) bulan sebelumnya.
2) Komparasi
Petugas kesehatan membandingkan data obat yang pernah, sedang dan
akan digunakan. Discrepancy atau ketidakcocokan adalah bilamana
ditemukan ketidakcocokan/perbedaan diantara data-data tersebut.
Ketidakcocokan dapat pula terjadi bila ada obat yang hilang, berbeda,
ditambahkan atau diganti tanpa ada penjelasan yang didokumentasikan
pada rekam medik pasien. Ketidakcocokan ini dapat bersifat disengaja
(intentional) oleh dokter pada saat penulisan resep maupun tidak
disengaja (unintentional) dimana dokter tidak tahu adanya perbedaan pada
saat menuliskan resep.
3) Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan ketidaksesuaian
dokumentasi.
Bila ada ketidaksesuaian, maka dokter harus dihubungi kurang dari 24 jam.
Hal lain yang harus dilakukan oleh Apoteker adalah:

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 138
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

1) menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja atau tidak


disengaja;
2) mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau pengganti;
3) memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya rekonsilliasi
obat.
4) Komunikasi
Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga pasien atau
perawat mengenai perubahan terapi yang terjadi. Apoteker bertanggung jawab
terhadap informasi obat yang diberikan.
d. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi Obat yang independen, akurat, tidak bias,
terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter, Apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah
Sakit.
PIO memiliki tujuan untuk:
1) menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga
kesehatan di lingkungan rumah sakit dan pihak lain di luar rumah sakit;
2) menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan obat/sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai,
terutama bagi komite/tim farmasi dan terapi;
3) menunjang penggunaan obat yang rasional.
Kegiatan PIO meliputi:
1) menjawab pertanyaan;
2) menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter;
3) menyediakan informasi bagi tim farmasi dan terapi sehubungan dengan
penyusunan formularium rumah sakit;
4) bersama dengan tim penyuluhan kesehatan rumah sakit (PKRS)
melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap;
5) melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya; dan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 139
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

6) melakukan penelitian.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam PIO:
1) sumber daya manusia;
2) tempat; dan
3) perlengkapan.
e. Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi obat dari apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya.
Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas
kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif apoteker, rujukan dokter, keinginan
pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan
kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap apoteker.
Pemberian konseling obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi,
meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan
meningkatkan costeffectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan
penggunaan obat bagi pasien (patient safety).
Secara khusus konseling obat ditujukan untuk:
1) meningkatkan hubungan kepercayaan antara apoteker dan pasien;
2) menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien;
3) membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obat;
4) membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan obat
dengan penyakitnya;
5) meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan;
6) mencegah atau meminimalkan masalah terkait obat;
7) meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam hal
terapi;
8) mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan; dan
9) membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan obat sehingga dapat
mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien.
Kegiatan dalam konseling obat meliputi:
1) membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien;

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 140
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

2) mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat


melalui three prime questions;
3) menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada
pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat;
4) memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
pengunaan obat;
5) melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien;
dan
6) dokumentasi.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam konseling obat:
1) Kriteria pasien:
a) pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu
hamil dan menyusui);
b) pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM,
epilepsi, dan lain-lain);
c) pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus
(penggunaan kortiksteroid dengan tappering down/off);
d) pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,
phenytoin);
e) pasien yang menggunakan banyak obat (polifarmasi); dan
f) pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah.
2) sarana dan peralatan:
a) ruangan atau tempat konseling; dan
b) alat bantu konseling (kartu pasien/catatan konseling).
f. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati
kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat,
memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan
terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien
serta profesional kesehatan lainnya.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 141
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar rumah sakit baik
atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program rumah sakit yang biasa
disebut dengan pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care). Sebelum
melakukan kegiatan visite apoteker harus mempersiapkan diri dengan
mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi obat dari
rekam medik atau sumber lain.
g. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup
kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan rasional bagi
pasien.
Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko
Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD).
Kegiatan dalam PTO meliputi:
1) Pengkajian pemilihan Obat, dosis, cara pemberian Obat, respons terapi,
Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);
2) Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait Obat; dan
3) Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi Obat.
Tahapan dalam melakukan PTO:
1) Pengumpulan data pasien;
2) Identifikasi masalah terkait obat;
3) Rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat;
4) Pemantauan; dan
5) Tindak lanjut.
Faktor yang harus diperhatikan:
1) Kemampuan penelusuran informasi dan penilaian kritis terhadap bukti
terkini dan terpercaya (Evidence Best Medicine);
2) Kerahasiaan informasi; dan kerjasama dengan tim kesehatan lain (dokter
dan perawat).
h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan
setiap respon terhadap obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 142
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek
samping obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja
farmakologi.
MESO bertujuan:
1) Menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang
berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang;
2) Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang
baru saja ditemukan;
3) Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi
angka kejadian dan hebatnya ESO;
4) Meminimalkan risiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki; dan
5) Mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki.
Kegiatan pemantauan dan pelaporan ESO:
1) Mendeteksi adanya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki (ESO);
2) Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai risiko tinggi
mengalami ESO;
3) Mengevaluasi laporan ESO dengan algoritme Naranjo;
4) Mendiskusikan dan mendokumentasikan ESO di Tim/Sub Komite/Tim
Farmasi dan Terapi;
5) Melaporkan ke pusat monitoring efek samping obat Nasional.
Faktor yang perlu diperhatikan:
1) Kerjasama dengan Komite/Tim Farmasi dan Terapi dan ruang rawat; dan
2) Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.
i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi penggunaan
obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif.
Tujuan EPO yaitu:
1) Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat;
2) Membandingkan pola penggunaan obat pada periode waktu tertentu;
3) Memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan obat; dan
4) Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 143
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Kegiatan praktek epo:


1) Mengevaluasi pengggunaan obat secara kualitatif; dan
2) Mengevaluasi pengggunaan obat secara kuantitatif.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:
1) Indikator peresepan;
2) Indikator pelayanan; dan
3) Indikator fasilitas.
j. Dispensing sediaan steril
Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi dengan teknik
aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas
dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan pemberian
Obat. Dispensing sediaan steril bertujuan:
1) Menjamin agar pasien menerima Obat sesuai dengan dosis yang
dibutuhkan;
2) Menjamin sterilitas dan stabilitas produk;
3) Melindungi petugas dari paparan zat berbahaya; dan d. Menghindari
terjadinya kesalahan pemberian Obat.
Kegiatan dispensing sediaan steril meliputi :
1) Pencampuran Obat Suntik melakukan pencampuran Obat steril sesuai
kebutuhan pasien yang menjamin kompatibilitas dan stabilitas Obat
maupun wadah sesuai dengan dosis yang ditetapkan. Kegiatan:
a) Mencampur sediaan intravena ke dalam cairan infus;
b) Melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut
yang sesuai; dan
c) Menjadi sediaan siap pakai.
Faktor yang perlu diperhatikan:
a) Ruangan khusus;
b) Lemari pencampuran biological safety cabinet; dan
c) Hepa filter.
2) Penyiapan Nutrisi Parenteral merupakan kegiatan pencampuran nutrisi
parenteral yang dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 144
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas sediaan, formula standar dan


kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai. Kegiatan dalam dispensing
sediaan khusus:
a) Mencampur sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin, mineral
untuk kebutuhan perorangan; dan
b) Mengemas ke dalam kantong khusus untuk nutrisi.
Faktor yang perlu diperhatikan:
a) Tim yang terdiri dari dokter, Apoteker, perawat, ahli gizi;
b) Sarana dan peralatan;
c) Ruangan khusus;
d) Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet; dan
e) Kantong khusus untuk nutrisi parenteral.
3) Penanganan Sediaan Sitostatik Penanganan sediaan sitostatik merupakan
penanganan Obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai
kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian
pada keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya
dari efek toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung
diri, mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun proses
pemberian kepada pasien sampai pembuangan limbahnya. Secara
operasional dalam mempersiapkan dan melakukan harus sesuai prosedur
yang ditetapkan dengan alat pelindung diri yang memadai. Kegiatan
dalam penanganan sediaan sitostatik meliputi:
a) Melakukan perhitungan dosis secara akurat;
b) Melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut yang sesuai;
c) Mencampur sediaan obat kanker sesuai dengan protokol pengobatan;
d) Mengemas dalam kemasan tertentu; dan
e) Membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku.
Faktor yang perlu diperhatikan:
a) Ruangan khusus yang dirancang dengan kondisi yang sesuai;
b) Lemari pencampuran biological safety cabinet;
c) Hepa filter;

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 145
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

d) Alat pelindung diri (apd);


e) Sumber daya manusia yang terlatih; dan 6) cara pemberian obat
kanker
k. Pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD)
Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) merupakan interpretasi
hasil pemeriksaan kadar Obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat
karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari Apoteker kepada dokter.
PKOD bertujuan:
1) Mengetahui Kadar Obat dalam Darah; dan
2) Memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat.
Kegiatan PKOD meliputi:
1) Melakukan penilaian kebutuhan pasien yang membutuhkan Pemeriksaan
Kadar Obat dalam Darah (PKOD);
2) Mendiskusikan kepada dokter untuk persetujuan melakukan Pemeriksaan
Kadar Obat dalam Darah (PKOD); dan
3) Menganalisis hasil Pemeriksaan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) dan
memberikan rekomendasi. Petunjuk teknis mengenai pemantauan Kadar
Obat dalam Darah akan diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal.
2. Kegiatan Farmasi Klinis di RSSA Malang
Pelayanan kefarmasian di rumah sakit Dr. Saiful Anwar berpedoman dari
Permenkes Nomor 72 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di
rumah sakit guna mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu.
a. Pengkajian Dan Pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian resep meliputi administrasi, kesesuaian farmaseti dan
pertimbangan klinis. Pengkajian administrasi meliputi identitas pasien, identitas
dokter serta tanggal penulisan resep. Pengkajian administrasi meliputi bentuk dan
kekuatan sediaan, stabilitas serta kompatibilitas (ketercampuran obat) serta
pertimbangan klinis meliputi ketepatan indikasi dan dosis obat, aturan cara dan
lama penggunaan obat, duplikasi terapi,reaksi obat yang tidak diinginkan,
kontraindikasi dan interaksi obat. Alur pelayanan resep dimulai dari pasien datang
kemudian dokter menuliskan resep yang akan diserahkan kepada apoteker.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 146
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Apoteker akan melakukan skrinning administratif, klinis dan farmasetis untuk


menghindari medication error. Resep yang lulus skrining akan segera disiapkan
oleh TTK. Setelah obat selesai disiapkan dan sudah dicek kebenaran pelabelan
dan penyiapan, obat siap di distribusikan. Sistem pendistribusian di masing-
masing ruangan sama, yaitu sistem PODS (Penggunaan Obat Dosis Sehari). Obat
diserahkan ke pasien untuk 1 hari pemakaian, kecuali jika hari libur maka obat di
berikan sebanyak hari libur tersebut. Sedangkan, peresepan pada pasien yang
keluar RS hanya bisa diresepkan untuk 3 hari atau 7 hari tergantung kapan pasien
tersebut akan kontrol ke dokter.
Pengkajian dan pelayanan Resep di RSUD dr. Saiful Anwar sudah sesuai
dengan permenkes No. 72 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian
yaitu di cek kelengkapan terlebih dahulu dengan telaah administratif, farmasetis
dan klinis. Setelah itu resep yang sudah lengkap bisa dilayani dan disiapkan
obatnya.Setelah obat siap dilakukan double check untuk menghindari kesalahan
dalam penyiapan obat sehingga obat yang diserahkan kepada pasien yang tepat.
b. Penulusuran Riwayat Penggunaan Obat Dan Rekonsiliasi Obat
Penelusuran riwayat penggunaan obat yang dilakukan apoteker terhadap
pasien dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui obat-obat yang telah digunakan
pasien untuk mengurangi gejala ataupun penyakit pasien. Selain melakukan
penelusuran riwayat penggunaan obat, apoteker juga melakukan rekonsiliasi obat
pada pasien. Rekonsiliasi obat yaitu membandingkan efektivitas dari obat yang
digunakan dan menghindari adanya duplikasi terapi dari penggunaan obat yang
dibawa ke RS dan obat yang diberikan di RS. Kegiatan rekonsiliasi dan
penelusuran riwayat penggunaan obat hanya dilakukan satu kali pada saat pasien
masuk rumah sakit (maksimal 1x24 jam setelah pasien MRS).
Di RSUD Dr. Saiful Anwar, saat pasien masuk rumah sakit, biasanya
apoteker akan melakukan penelusuran riwayat penggunaan obat, penelusuran
penyakit terdahulu, alergi dan rekonsiliasi obat yaitu meng-update informasi
mengenai pengobatan pasien yang dulu pernah digunakan, yang sekarang
digunakan dan obat-obat yang dibawa ke RS serta ada tidaknya alergi yang
dialami pasien.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 147
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pemberian informasi obat dilakukan di ruangan pasien dari bed ke bed
lainnnya serta dilakukan kepada tenaga kesehatan lain diruangan meliputi dokter,
perawat atau ahli gizi terkait efektifitas pengobatan pasien. Selain itu, apoteker
bisa menginformasikan mengenai efikasi, keamanan atau masuk tidaknya obat
kedalam formularium nasional intuk pasien BPJS kepada tenaga kesehatan lain.
Informasi yang diberikan harus terjamin kebenarannya dan bisa di pertanggung
jawabkan.
d. Konseling
Apoteker di RSUD Dr. Saiful Anwar memberikan konseling kepada semua
pasien baik yang polifarmasi (yaitu pasien yang mendapatkan banyak obat),
pasien dengan terapi jangka panjang atau pasien dengan penyakit kronis, pasien
dengan kondisi khusus (misal ibu hamil, anak-anak dan geriatri), serta pasien yang
menggunakan obat dengan indeks terapi sempit. Waktu pelaksanaan konseling
bisa dilakukan saat apoteker mendistribusikan obat siang pada pasien ataupun saat
pasien akan keluar rumah sakit.
e. Visite
Visite adalah kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati
kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat.
Farmasis di ruangan melakukan visite ke bed pasien setiap hari. Tujuannya adalah
untuk mengetahui kondisi terbaru pasien dan melihat perkembangan pasien dari
hari kehari, selain itu untuk mengetahui apakah ada efek samping yang terjadi
pada pasien karena pemberian obat dan mengamati efek terapi dari pemberian
obat. Saat visite, apoteker juga bisa memberikan konseling/kie kepada pasien atau
keluarga pasien yang membutuhkan informasi mengenai obat yang digunakan.
f. Pemantauan Terapi Obat
Pemantauan terapi obat yang dilakukan oleh apoteker bertujuan agar pasien
menerima pengobatan yang efektif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
pasien (quality of life). Pemantauan terapi obat dapat dilakukan ketika apoteker
ruangan di RSUD Dr. Saiful Anwar melakukan visite. Apoteker memantau

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 148
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

penggunaan obat dengan melihat obat yang digunakan sudah mencapai goal
terapinya atau belum, sehingga Apoteker bisa mempertimbangkan terapi obat
yang digunakan oleh pasien bisa di usulkan untuk dilanjutkan, di ganti,
dihilangkan atau dilakukan peningkatan atau penurunan dosisnya. Hasil dari
pemantauan yang dilakukan oleh apoteker di dokumentasikan dengan metode
SOAP (Subjektif-Objektif-Assesment-Plan) di lembar CPPT (catatan
Perkembangan Pasien Terpadu) dalam rekam medik.
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Monitoring Efek Samping Obat dilakukan dengan cara mendeteksi adanya
kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki, mengidentifikasi obat-obatan dan
pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek samping obat memantau
efek samping yang potensial maupun aktual dari penggunaan obat yang sudah
diberikan. Apabila terjadi efek samping obat yang potensial maupun aktual,
tenaga kesehatan yang menemukan efek samping obat menuliskan temuannya di
lembar kuning dan dilaporkan ke pusat MESO Nasional.
h. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
Evaluasi penggunaan obat merupakan satu kesatuan dengan pemantauan
terapi obat. Evaluasi penggunaan obat menjadi langkah selanjutnya dari
pemantauan terapi obat maupun monitoring efek samping obat. Evaluasi
Penggunaan Obat di rumah sakit Dr. Saiful Anwar lebih berfokus pada
penggunaan obat antibiotik. Evaluasi yang dilakukan ada dua yaitu
1) Secara kuantitatif menggunakan metode DDD (defined daily dose) yaitu dosis
rata-rata harian untuk indikasi tertentu pada orang dewasa. Secara kuantitatif
dapat dihitung dengan mengetahui jumlah penggunaan antibiotika di rumah
sakit yang diukur secara retrospektif dan prospektif dan melalui studi validasi.
Secara retrospektif dengan melihat jumlah penggunaan antibiotik melalui
rekam medis. Secara prospektif dengan wawancara pada pasien. Studi validasi
adalah studi yang dilakukan secara prospektif untuk mengetahui perbedaan
antara jumlah antibiotika yang benar-benar digunakan pasien dibandingkan
dengan yang tertulis di rekam medik. Parameter perhitungan konsumsi
antibiotika di rumah sakit Dr. Saiful Anwar ada dua yaitu :

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 149
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

a) Persentase pasien yang mendapat terapi antibiotika selama rawat inap di


rumah sakit.
b) Jumlah penggunaan antibiotika dinyatakan sebagai dosis harian ditetapkan
dengan Defined Daily Doses (DDD)/100 patient days.
DDD hanya ditetapkan untuk obat yang mempunyai kode ATC
(Anatomical Theurapetic Chemical). DDD merupakan metode evaluasi
antibiotik yang dilakukan dengan menilai jumlah antibiotik yang
digunakan dan dinyatakan dengan DDD/100 patient-days (bed-days)
untuk penggunaan di rumah sakit dan DDD/1000 person-days
(inhabitant-days) untuk penggunaan di komunitas.

Gambar 53. Rumus Perhitungan DDD

2) Secara kualitatif berdasarkan alur Gyssens. Kualitas penggunaan antibiotika


dapat dinilai dengan melihat rekam pemberian antibiotika dan rekam medik
pasien. Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan kesesuaian diagnosis
(gejala klinis dan hasil laboratorium), indikasi, regimen dosis, keamanan, dan
harga. Kategori hasil penilaian kualitatif penggunaan antibiotika sebagai
berikut :
- Kategori 0 = Penggunaan antibiotika tepat/bijak
- Kategori I = Penggunaan antibiotika tidak tepat waktu
- Kategori IIA = Penggunaan antibiotika tidak tepat dosis
- Kategori IIB = Penggunaan antibiotika tidak tepat interval pemberian
- Kategori IIC = Penggunaan antibiotika tidak tepat cara/rute pemberian
- Kategori IIIA = Penggunaan antibiotika terlalu lama
- Kategori IIIB = Penggunaan antibiotika terlalu singkat
- Kategori IVA = ada antibiotika lain yang lebih efektif
Program Studi Profesi Apoteker 28
Universitas Muhammadiyah Surakarta 150
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

- Kategori IVB = ada antibiotika lain yang kurang toksisk/lebih aman


- Kategori IVC = ada antibiotika lain yang lebih murah
- Kategori IVD = ada antibiotika lain yang spektrumnya lebih sempit
- Kategori V = tidak ada indikasi penggunaan antibiotika
- Kategori VI = data rekam medik tidak lengkap dan tidak dapat
dievaluasi

Gambar 54. Alur Gyssens

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 151
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

N. Program Terapi Rumatan Metadona (PTRM)


1. Definisi Program Terapi Rumatan Metadona (PTRM)
Menurut PERMENKES Nomor 57 Tahun 2013 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Program Terapi Rumatan Metadona, definisi terapi rumatan
metadona merupakan salah satu terapi pengganti opiat (Opiate Replacement
Therapy) yang diperlukan bagi pecandu opiat untuk mengendalikan perilaku
ketergantungannya dan juga sebagai salah satu upaya pengurangan dampak buruk
penularan HIV/AIDS. Program Terapi Rumatan Metadona yang selanjutnya
disingkat PTRM adalah rangkaian kegiatan terapi yang menggunakan Metadona
disertai dengan intervensi psikososial bagi pasien ketergantungan opioida sesuai
kriteria diagnostik Pedoman Penggolongan dan Diagnostik Gangguan Jiwake-III
(PPDGJ-III). Unit Satelit Program Terapi Rumatan Metadon adalah rumah sakit,
puskesmas dan klinik yang menyelenggarakan program terapi rumatan Metadona
di bawah pengampuan Rumah Sakit Pengampu.
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
metadon adalah obat yang digolongkan dalam narkotika golongan dua. Metadon
merupakan suatu agonis sintetik opioid yang kuat dan diserap dengan baik secara
oral dengan daya kerja jangka panjang, digunakan secara oral dibawah supervisi
dokter dan digunakan untuk terapi bagi pengguna opiate. Metadon bekerja pada
reseptor μ secara agonis penuh, dengan efek puncak 1-2 jam setelah diminum.
Paruh waktu metadon pada umumnya adalah sekitar 24 jam. Penggunaan secara
berkesinambungan akan diakumulasi pada berbagai bagian tubuh, khususnya pada
hati. Proses akumulasi ini sebagian menjadi alasan mengapa toleransi atas
penggunaan metadon berjalan lebih lambat daripada penggunaan morfin atau
heroin. Efek analgesik dirasakan dalam 30-60 menit setelah diminum dan terjadi
konsentrasi puncak di otak dalam waktu 1-2 jam setelah diminum, hal ini
membuat konsumsi metadon tidak segera menimbulkan perasaan euphoria
dibanding heroin atau morfin. Metadon dilepas dari lokasi ikatan ekstravaskular
ke plasma secara perlahan, sehingga penghentian penggunaan metadon secara
mendadak tidak langsung menghasilkan gejala putus zat. Gejala putus zat baru
akan dirasakan setelah beberapa waktu kemudian dan dialami beberapa hari lebih
lama daripada gejala putus zat heroin (Permenkes Nomor 57 Tahun 2013).

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 152
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Metadon dipilih sebagai terapi utama substitusi karena memiliki efek


menyerupai morfin dan kokain dengan masa kerja yang lebih panjang sehingga
dapat diberikan satu kali sehari yang penggunaannya dengan cara diminum. Efek
yang ditimbulkan metadon mirip dengan yang ditimbulkan heroin, namun efek
“fly”-nya tidak senikmat heroin, sifat ketergantungannya tidak seburuk heroin dan
gejala putus obatnya tidak seberat heroin (BNN, 2008). Efek samping dari
metadon yaitu konstipasi dan berkeringat, masalah gigi, dan gangguan seksual
(pada dosis tinggi).
Rumah Sakit Pengampu mengajukan permintaan distribusi Metadona setiap
3 (tiga) bulan sekali kepada Direktorat Jenderal Bina Kefarmasiandan Alat
Kesehatan melalui Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dengan
tembusan kepada Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan melalui Direktorat
Bina Kesehatan Jiwa. Permintaan distribusi disertai surat pesanan narkotika yang
asli yang ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pengampu
serta mencantumkan laporan sisa stok dan laporan penggunaan bulanan.
Penyaluran Metadona oleh Rumah Sakit Pengampu kepada Unit Satelit PTRM
harus berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani oleh Apoteker Penanggung
Jawab Unit Satelit PTRM.
Penyelenggaraan PTRM hanya boleh dilakukan oleh fasilitas kesehatan
tertentu. Terdiri dari dua macam tempat pelayanan PTRM yaitu rumah sakit
pengampu dan unit satelit. RSUD Dr. Saiful Anwar Malang merupakan salah satu
rumah sakit satelit tempat dilaksanakannya pelayanan PTRM. Selain itu RSUD
Dr. Saiful Anwar juga berfungsi sebagai RS pengampu bagi Puskesmas
Kendalsari dan Puskesmas Gadang. Pelayanan PTRM di rumah sakit ini dibuka
setiap hari, dengan jam kerja mulai jam 09.00 sampai jam 11.00 WIB pada hari
kerja dan jam 10.00-11.00 pada hari libur. Walaupun demikian, penerimaan
pasien baru hanya dapat dilakukan pada hari kerja, guna dilakukan pengawasan
terhadap potensi adanya gejala toksisitas pada penggunaan awal metadona.
Penerimaan pasien baru di luar hari Senin sampai Rabu, dapat dilakukan
sepanjang tersedia dokter jaga pada akhir pekan. Pelayanan pada hari-hari besar
dapat disesuaikan dan diputuskan secara lokal oleh rumah sakit pengampu dan
dinas kesehatan setempat, tanpa mengabaikan kebutuhan pasien.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 153
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

2. Tujuan Program Terapi Rumatan Metadona (PTRM)


Tujuan dilakukan PTRM adalah mengendalikan perilaku ketergantungan
opiat dan sebagai salah satu upaya pengurangan dampak buruk penularan HIV/
AIDS. Selain itu, tujuan PTRM adalah membantu pecandu berhenti menggunakan
heroin dengan cara memberikan metadona yang takarannya dikurangi tahap demi
tahap selama jangka waktu tertentu agar pengguna tidak mengalami gejala putus
zat (sakau). Tujuan lainnya sebagai berikut :
a. Memperkecil resiko overdosis dan penyulit kesehatan lain.
b. Mengalihkan dari zat yang disuntik ke zat yang tidak disuntikkan.
c. Mengurangi penggunaan napza yang berisiko, misalnya memakai peralatan
suntik bergantian, memakai bermacam-macam napza bersama (polydrug use),
menyuntikkan tablet atau disaring terlebih dahulu.
d. Mengurangi dorongan dan kebutuhan pecandu untuk melakukan tindakan
kriminal.
e. Memberi konseling rujukan dan perawatan.
3. Manfaat Program Terapi Rumatan Metadona (PTRM)
Terapi metadon memiliki beberapa manfaat, diantaranya :
a. Mengembalikan kehidupan pengguna sehingga mendekati kehidupan normal,
b. Pasien yang menggunakan metadon dapat selalu terjangkau oleh petugas
karena pemakaian metadon yang digunakan secara oral atau diminum
langsung di depan petugas,
c. Pasien berhenti/mengurangi menggunakan heroin,
d. Meningkatkan kesehatan fisik dan status gizi karena pola hidup yang teratur,
e. Dapat membuat hubungan antara pasien dan keluarga menjadi lebih baik dan
stabil,
f. Harga metadon tidak mahal atau murah dibandingkan dengan heroin dan
putaw,
g. Metadon bersifat legal sehingga pasien tidak merasa takut tertangkap oleh
polisi, dan metadon juga dapat diikuti dan disertai konseling, perawatan medis,
dan pertolongan lain.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 154
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

4. Alur Program Terapi Rumatan Metadona (PTRM)

Gambar 55. Alur Pelayanan Pasien PTRM


Sumber : KepMenKes Nomor 494/MENKES/SK/VII/2006
PTRM tidak hanya memberikan metadona saja, tetapi juga memberikan
intervensi medis dan psikososial lain yang dibutuhkan pasien. Alur layanan
PTRM meliputi :
a. Proses penerimaan
Beberapa hal yang dilakukan dalam proses penerimaan terhadap calon
pasien PTRM, adalah sebagai berikut:
1) Skrining atas kriteria inklusi calon pasien
Kriteria peserta PTRM telah diatur dalam Permenkes Nomor 57 tahun
2013 yang meliputi:
a) Memenuhi kriteria Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III) untuk ketergantungan opiate.
b) Berusia sekurang-kurangnya 18 (delapan belas) tahun.
c) Dapat datang ke unit layanan setiap hari hingga mencapai dosis stabil.
d) Dapat datang secara teratur ke unit layanan sebagaimana jadwal yang
ditetapkan tim PTRM berdasarkan kondisi klinis pasien setelah dosis
stabil tercapai;
e) Tidak mengalami gangguan fisik dan mental berat yang mengganggu
kehadiran ke unit layanan dan/ atau mengganggu tingkat kepatuhan
terapi.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 155
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Pelayanan PTRM dapat diberikan pada pasien dengan kondisi khusus


meliputi pasien hamil, pasien HIV/ AIDS, pasien diagnosis ganda, pasien
dengan keluhan nyeri, dan pasien pasca lembaga pemasyarakatan PTRM
tidak hanya memberikan metadona semata-mata melainkan juga intervensi
medis dan psikososial lain yang dibutuhkan pasien.
2) Pemberian informasi mengenai PTRM
Setiap pasien yang mengikuti PTRM diberikan kartu pasien yang
berlaku sebagai kartu lapor diri dan kartu ini berlaku selama 1 (satu) tahun
dan dapat diperpanjang serta tidak dapat dipindahtangankan. Kartu pasien
dinyatakan tidak berlaku apabila pasien keluar dari PTRM baik secara
terencana maupun tidak terencana dan/atau kartu hilang.
3) Asesment dan penyusunan rencana terapi yang menggunakan formulir dan
prosedur pada tata cara penyelenggaraan wajib lapor yang berlaku pada
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2011 tentang Wajib Lapor
Pecandu Narkotika.
4) Penjelasan tentang pentingnya keterlibatan keluarga atau wali dalam
PTRM agar dapat diperoleh hasil yang optimal.
5) Pengambilan keputusan apakah calon pasien dapat diterima sebagai pasien
PTRM atau dirujuk pada modalitas terapi lain yang lebih sesuai dengan
kondisi calon pasien berdasarkan proses asesmen.
b. Tahap inisiasi
Dosis awal metadon yang dianjurkan adalah 15-30mg untuk tiga hari
pertama. Kematian sering kali terjadi bila menggunakan dosis awal yang
melebihi 40mg. pasien harus diobservasi 45 menit setelah pemberian dosis
awal untuk memantau tanda-tanda toksisitas atau gejala putus obat. Jika
terdapat intoksikasi atau gejala putus obat berat, maka dosis akan dimodifikasi
sesuai kebutuhan (Kepmenkes Nomor 494/MENKES/SK/VII/2006).
Metadona harus diberikan dalam bentuk cair dan diencerkan sampai 100
cc dengan larutan sirup. Pasien harus hadir setiap hari di klinik. Metadona
diberikan sesuai resep dokter oleh Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian
yang diberi wewenang oleh Apoteker penanggung jawab. Petugas PTRM
harus mengawasi pasien dalam meminum obat karena rasa obat itu sangat

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 156
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

pahit dan risiko dimuntahkan pasien. Oleh karena itu, petugas meminta pasien
menyebutkan namanya atau mengatakan sesuatu yang lain untuk memastikan
bahwa metadona telah ditelan.Pasien harus menandatangani formulir yang
tersedia, sebagai bukti bahwa ia telah menerima dosis metadona hari itu.
c. Tahap stabilisasi
Adapun tahap fase stabilitasi PTRM adalah sebagai berikut:
1) Tahap ini bertujuan untuk menaikkan dosis secara perlahan hingga
memasuki tahap rumatan. Pada tahap ini risiko intoksikasi dan overdosis
cukup tinggi pada 10-14 hari pertama.
2) Dosis yang dianjurkan dalam tahap ini adalah menaikkan dosis awal 5-10
mg tiap 3-5 hari. Hal ini bertujuan untuk melihat efek dari dosis yang
sedang diberikan. Total kenaikan dosis tiap minggu tidak boleh lebih 30
mg. Apabila pasien masih menggunakan heroin maka dosis metadona
perlu ditingkatkan.
3) Kadar metadona dalam darah akan terus meningkat selama 5 hari setelah
dosis awal atau penambahan dosis. Waktu paruh metadona cukup panjang
yaitu 24 jam, sehingga bila dilakukan penambahan dosis setiap hari akan
meningkatkan risiko toksisitas akibat akumulasi dosis. Karena itu,
penambahan dosis dilakukan setiap 3-5 hari.
4) Sangat penting untuk diingat bahwa tak ada hubungan yang jelas antara
besarnya jumlah dosis opiat yang dikonsumsi seorang pengguna opiat
dengan dosis metadona yang dibutuhkannya pada PTRM.
5) Selama minggu pertama tahap stabilisasi pasien harus datang setiap hari di
klinik atau bila mana perlu dirawat di rumah sakit untuk diamati secara
cermat oleh profesional medis terhadap efek metadona (untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya overdosis dan penilaian
selanjutnya).
d. Kriteria Peningkatan Dosis
Prinsip terapi pada PTRM adalah start low go slow aim high yang artinya
memulai dosis yang rendah adalah aman, peningkatan dosis perlahan adalah
aman, dan dosis rumatan yang tinggi adalah lebih efektif.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 157
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

e. Tahap Rumatan
Dosis rumatan rata-rata adalah 60-120 mg per hari. Dosis rumatan yang
berikan harus dipantau dan disesuaikan setiap hari secara teratur tergantung
dari keadaan pasien.
f. Fase Penghentian Metadon
Metadona dapat dihentikan secara bertahap perlahan (tappering off).
Penghentian metadona dapat dilakukan pada keadaan berikut:
1) Pasien sudah dalam keadaan stabil, seperti datang setiap hari, stabil secara
emosional, kooperatif, bekerja, ada dukungan dari keluarga
2) Minimal 6 bulan pasien dalam keadaan bebas heroin
Penurunan dosis maksimal sebanyak 10%. Penurunan dosis yang
direkomendasikan adalah setiap 2 minggu. Pemantauan perkembangan
psikologis pasien harus diperhatikan. Jika keadaan emosi pasien tidak stabil,
dosis dapat dinaikkan kembali.
g. Pemantauan Pasien
Penilaian yang dilakukan terhadap pasien meliputi:
1) Derajat keparahan gejala putus obat
2) Intoksikasi
3) Penggunaan obat lain
4) Efek samping
5) Persepsi pasien terhadap kecukupan dosis
6) Kepatuhan terhadap regimen obat yang diberikan
7) Kualitas tidur, nafsu makan,dan lain-lain.
h. Kriteria Drop out
Pasien dinyatakan drop-out dari program apabila dalam 7 hari berturut-
turut pasien berhenti meminum obat dan tanpa informasi keberadaan. Apabila
pasien drop-out berminat untuk kembali menjalani PTRM, perlu dilakukan
assesment ulang, yang disesuaikan dengan kondisi pasien. Apabila pasien
drop-out berulang kali dan tetap menyatakan keinginannya untuk kembali
menjalani PTRM, lakukan asesmen ulang secara komprehensif dengan
formulir wajib lapor untuk meninjau ulang rencana terapi yang lebih sesuai.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 158
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Selain itu lakukan konseling kepada yang bersangkutan guna meminimalisasi


drop-out.
i. Prosedur Pemberian Dosis Bawa Pulang
Pasien yang tidak dapat hadir di klinik karena sebab yang dapat
dipertanggungjawabkan dapat diberikan dosis bawa pulang (Take Home Dose
atau THD). Pemberian THD mengikuti aturan pemberian dosis (diencerkan).
Kriteria inklusi pasien dengan dosis bawa pulang :
1) Secara klinis dosis sudah harus mencapai tingkat stabil(tidak lagi
menunjukkan gejala putus zat, dan dosis menetap selama 3 bulan).
2) Pasien bersikap kooperatif, beraktifitas rutin (bekerja, sekolah atau kuliah)
yang dibuktikan dengan surat keterangan dari tempat kerja, sekolah atau
keterangan dari keluarga atau wali.
3) Tim PTRM menilai pasien dapat bertanggung jawab atas dosis yang
dibawa pulang.
4) Hasil pemeriksaan urine benzo dan opiat negatif pada saat mengajukan
permohonan THD (Take Home Dose).
Persyaratan pemberian THD pada PTRM meliputi :
1) Pasien mengajukan permohonan mendapatkan dosis bawa pulang
setidaknya satu hari sebelumnya dan permohonan dilakukan pada hari
kerja, selain itu pasien harus membawa pendamping yang berasal dari
keluarga atau wali, dan menyerahkan fotokopi KTP pendamping.
2) Pada kondisi stabil, pengambilan dosis bawa pulang dapat dilakukan oleh
pasien langsung, sesuai ketentuan yang berlaku. Namun demikian
pendamping pasien hendaknya datang ke unit PTRM secara berkala,
sebagaimana yang ditetapkan oleh petugas PTRM.
3) Pasien dan pendamping menandatangani perjanjian THD.
4) Dokter memberikan surat keterangan pemberian dosis bawa pulang yang
berlaku selama 1 bulan, kecuali apabila pemberian dosis bawa pulang
dicabut karena alasan tertentu.
Prosedur pemberian THD PTRM yang diatur pada Permenkes Nomor 57
tahun 2013 adalah sebagai berikut :

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 159
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

1) Sebelum 1 tahun THD maksimal diberikan 1 dosis bila pasien datang


sendiri, jika dengan pendamping dapat diberi 2 dosis.
2) 1-3 tahun THD maksimal diberikan 2 dosis bila datang sendiri, jika
dengan pendamping dapat diberi 3 dosis
3) Setelah 3 tahun untuk pasien dengan dosis < 150 mg THD dapat diberikan
maksimal 3 dosis bila datang sendiri, jika dengan pendamping dapat diberi
5 dosis. Pasien dengan dosis > 150 mg mengikuti klausul 1-3 tahun
4) Pemberian THD untuk pasien dengan dosis di atas 200 mg –tanpa melihat
lamanya ikut program, maksimal adalah 2 THD, untuk meminimalisasi
kriminalisasi oleh penegak hukum.
5) Dosis bawa pulang metadona diberikan dalam botol khusus dengan
disertai etiket atau pelabelan yang mencantumkan nama dan alamat
sarana PTRM, nama pasien, tanggal, dan tempat penyerahan serta aturan
pakai.
Penghentian THD apabila:
1) Hasil spot cek positif untuk opiat dan benzo yang menandakanadanya
penyalahgunaan (tidak terkait dengan penggunaan secaramedis legal)
2) Bila “missing dose”> 3 hari
3) Melakukan tindak kekerasan
4) Melakukan penyalahgunaan THD (dijual, diberikan kepada oranglain)
5) Secara klinis terlihat menyalahgunakan zat
6) Menjual NAPZA ilegal
j. Prosedur Penggantian Dosis yang Hilang, Dicuri atau Tumpah
Apabila terjadi kehilangan, pencurian atau tumpah, maka prosedurnya
adalah sebagai berikut:
1) Pasien melaporkan kehilangan dosisnya kepada klinik dan ataupihak
berwajib.
2) Apabila dosis tersebut tumpah di klinik maka harus dicari tandaatau bekas
tumpahan dosis tersebut oleh petugas klinik.
3) Apabila dosis tumpah di luar klinik, dan tidak dapat dibuktikandengan
kasat mata, maka tidak diberikan penggantian dosis, kecualitampak tanda-
tanda putus opioid.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 160
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

4) Permintaan penggantian dosis dapat dipenuhi dengan memperhatikan hal-


hal sebagai berikut:
5) Terdapat bukti yang kuat bahwa dosis tersebut benar-benartumpah.
6) Pasien dalam kondisi hamil yang dikuatirkan akan timbul gejala putus
opioid
7) Pasien dengan dosis stabil yang menunjukkan gejala putusopioida.
5) Pemberian dosis pengganti harus disepakati oleh tim PTRM setempat, dan
ditulis dalam catatan medis pasien disertai dengansurat keterangan
kehilangan dari pihak yang berwajib.
Besarnya dosis pengganti adalah sebagai berikut:
1) Muntah kurang dari 10 menit setelah minum metadona maka diberikan
dosis pengganti penuh.
2) Muntah 10-30 menit setelah minum metadona maka diberikan dosis
pengganti 50% dari dosis yang telah diminum hari itu.
3) Muntah 30-45 menit setelah minum metadona maka diberikan dosis
pengganti 25% dari dosis yang telah diminum hari itu.
4) Muntah lebih dari 45 menit setelah minum metadona maka tidak
diberikan dosis pengganti.
Prosedur pemberian dosis terbagi adalah sebagai berikut:
1) Dosis yang dapat dipertimbangkan untuk dibagi adalah sama dengan atau
lebih dari 150 mg perhari atas indikasi medik.
2) Pasien dilakukan penilaian fisik termasuk munculnya gejala putus opiat.
3) Pembagian dosis dilakukan oleh tim PTRM.
4) Dosis yang diminumkan di klinik PTRM harus tiga per empat dosis dan
sisanya dapat dibawa pulang bila mana diperlukan terutama pada
klinik-klinik dengan jam layanan terbatas.
Pengujian sampel urin terhadap penggunaan obat (Urine Drug Screen)
merupakan pemeriksaan objektif untuk mendeteksi adanya metabolit opiat
dalam urin. Pastikan bahwa urin yang diperiksa adalah urin dari pasien yang
bersangkutan. Dalam hal terapi metadona, UDS dapat berguna pada keadaan
berikut:

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 161
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

1) Periksa urin pasien di awal terapi untuk tujuan diagnostik yaitu untuk
memastikan apakah pasien pernah atau tidak menggunakan opiat atau zat
adiktif lain sebelumnya. Tahap ini merupakan suatu tindakan wajib.
2) Tiap-tiap klinik melakukan monitoring terhadap semua pasiennya paling
tidak dengan melakukan cek urin mendadak secara berkala, minimal satu
kali dalam setahun.
3) Jika pasien mendesak untuk membawa take home doses, maka tes urin
dapat dilakukan sebagai bahan pertimbangan untuk membantu
pengambilan keputusan.
4) Hasil tes urin yang positif terhadap heroin menjadi pertimbangan untuk
meningkatkan dosis metadona. Apabila pasien masih menggunakan heroin
maka dosis metadona perlu ditingkatkan
Kemungkinan terjadinya efek samping metadon yang berat biasanya
terjadi ketika dokter sedang meningkatkan dosis. Efek samping yang biasanya
terjadi adalah konstipasi, mengantuk, berkeringat, mual, muntah, masalah
seksual, gatal-gatal, jerawat.
Bahaya utama karena overdosis metadon adalah terhambatnya pernafasan,
yangdapat diatasi dengan memberi nalokson-HCl (Narcan) sesuai dengan
SOP. Nalokson merupakan sejenis opioid antagonis, yang bekerja pada
reseptor mu dan secara cepat memblokade reseptor mu sehingga
dapatmenimbulkan gejala putus zat secara cepat. Pemberian naloxon
bisasampai 24 jam karena waktu paruh Metadona yang panjang karena
itupasien perlu perawatan di rumah sakit.
Interaksi Metadon dengan obat lain yaitu antagonis opiat harus dihindari.
Barbiturat, efavirenz, estrogen, fenitoin, karbamazepin, nevirapin, rifampisin,
spironolakton, dan verapamil akan menurunkan kadar Metadona dalam darah.
Amitriptilin, flukonazol, flufoksamin, dan simetidin akan meningkatkan kadar
Metadona dalam darah. Etanol secara akut akan meningkatkan efek Metadona
dan Metadona akan menunda eliminasi etanol.
Beberapa alasan yang perlu pertimbangan untuk mengeluarkan pasien dari
PTRM, antara lain:

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 162
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

1) Pasien mengancam keselamatan atau kenyamanan anggota staf, pasien lain,


atau seseorang yang berkaitan dengan mereka.
2) Pasien terlibat dalam perilaku merusak di tempat milik PTRM.
3) Pasien yang diketahui memperjualbelikan atau berbagi metadona dengan
orang lain.
4) Pasien yang diketahui mencuri metadona dari klinik atau melakukan tindak
kriminal lain di lingkungan PTRM.
5) Semua keputusan untuk mengeluarkan pasien dari program harus berdasarkan
keputusan tim PTRM dan disetujui oleh direktur rumah sakit atau kepala
puskesmas atau kepala lembaga pemasyarakatan atau rumah tahanan.
Kriteria keberhasilan layanan Program Terapi Rumatan Metadona:
1) Daya tahan pasien dalam satu tahun ≥ 60% dari total pasien dalam 1 tahun.
2) Angka putus terapi (drop out) sebelum 3 bulan ≤ 40% dari total pasien dalam
1 tahun.
3) Dosis rata-rata harian ≥ 60 mg.
4) Jumlah pasien baru setiap bulan.
5) Peningkatan kualitas hidup pasien
Pencatatan dan pelaporan dalam program PTRM meliputi kegiatan sebagai
berikut:
1) Kartu Identitas Khusus
Kartu identitas khusus harus tersedia bagi semua pasien dan harus
diperlihatkan kepada petugas yang sedang bertugas diloket metadona.
2) Surat Persetujuan
Sebelum diterima dalam Program Terapi Rumatan Metadona (PTRM), pasien
harus menandatangani surat persetujuan dengan disaksikan dan ditanda
tangani oleh orang tua atau wali.
3) Lembar Evaluasi Klinis
Dokter atau psikiater yang bertugas harus mengisi lembar evaluasi klinis
pada saat penerimaan awal dan pada setiap konseling selama pasien masih
tetap mengikuti program terapi rumatan metadona. Lembar evaluasi klinis
akan ditempel pada buku rekam medis dan disimpan di Program Terapi
Rumatan Metadona (PTRM).

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 163
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

4) Lembar Evaluasi Psikologi dan Psikososial


Psikolog dan petugas evaluasi psikososial mengisi lembar yang tersedia
untuk laporan. Formulir registrasi setiap pasien dibuatkan kartu registrasi
metadona, dimana tertulis tanggal, dosis, dan tanda tangan pasien sesudah
menerima dosis. Nama setiap pasien harus tertulis pada formulir registrasi.
5) Laporan Harian
Laporan harian pasien sesuai dengan prosedur pencatatan rekam medis rumah
sakit yang dilakukan dalam logbook atau catatan perawat yang bertugas.
Laporan harian tersebut disampaikan kepada penanggung jawab program
terapi rumatan metadona dan Apoteker/ asisten Apoteker penanggung jawab
sediaan metadona. Permintaan metadona kepada Apoteker/ asisten Apoteker
penanggung jawab sediaan metadona dilakukan setiap hari untuk digunakan
dalam layanan kepada klien. Pengembalian dosis sisa harian dilakukan setiap
hari setelah selesai layanan metadona oleh petugas pemberi pelayanan uji
coba metadona dan diketahui penanggung jawab program terapi rumatan
metadona.
6) Laporan Bulanan
Fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan PTRM wajib
membuat laporan bulanan penggunaan metadona dan laporan bulanan pasien.
Laporan ini dilakukan secara berjenjang dari Unit satelit PTRM, rumah sakit
pengampu sampai ke Direktur Jenderal. Unit satelit PTRM wajib
mengirimkan laporan kepada rumah sakit pengampu selambat-lambatnya
tanggal 26 bulan berjalan dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota. Laporan dari klinik lembaga pemasyarakatan atau rumah
tahanan selain ditembuskan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota, ditembuskan juga kepada Direktur Jenderal pada Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia yang bertanggung jawab pada bidang
pemasyarakatan dan kepala kantor wilayah Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia. Rumah sakit pengampu melakukan rekapitulasi laporan dari
unit satelit PTRM dan membuat laporan bulanan penggunaan metadona dan
laporan bulanan pasien di rumah sakit pengampu itu sendiri. Rumah sakit
pengampu wajib menyampaikan rekapitulasi laporan bulanan penggunaan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 164
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

metadona paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya kepada Direktur


Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dengan tembusan kepada
Direktur Jenderal, Kepala Badan, dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
5. Tugas Farmasi dalam Program PTRM
a. Perencanaan
Metadona diminta langsung ke KEMENKES dengan tembusan ke BPOM
dan DINKES. Perencanaan dilakukan tiap 3 bulan.
b. Penyimpanan
Sebelum didistribusikan ke pasien, metadona disimpan di gudang dasar
sesuai dengan aturan penyimpanan Narkotika.
c. Pendistribusian
Pendistribusian dilakukan tiap bulan ke Puskesmas ampuan dan setiap hari
ke pasien.
d. Pelaporan
Puskesmas ampuan membuat laporan kegiatan setiap bulan. Laporan
kegiatan RSUD Dr. Saiful Anwar Malang dan puskesmas ampuan
dilaporkan ke KEMENKES dengan tembusan ke BPOM dan DINKES.

O. Pelayanan Farmasi TB & TB MDR


1. Tuberkulosis (TBC)
a. Pengertian Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Micobacterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan
bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk
mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan
bagian lain tubuh manusia.
b. Penyebab TBC
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC
(Mycobacterium tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai
sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut
pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 165
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap
dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama
beberapa tahun.
1) Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
TBC. Percikan dahak yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat
melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan sehingga
sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil
berkembang biak dengan cara membelah diri di paru, yang mengakibatkan
peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke kelenjar
limfe disekitar hilus paru dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara
terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-
6 minggu.
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi
tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer
tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan
tubuh (imunitasseluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat
menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian ada beberapa
kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-
kadang daya tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya
dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC.
2) Tuberkulosis Pasca Primer
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat
terinfeksi HIV atau status gizi buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer
adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.
c. Cara Penularan TBC
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan
bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita
TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita
TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru
akan berkembangbiak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 166
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening.
Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ
tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah
bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena
yaitu paru-paru. Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru,
maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat).
Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha
dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru.
Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya
menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-
bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan
fotorontgen.
d. Gejala penyakit TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi 2, yaitu gejala umum dan
gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara
klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk
menegakkan diagnosa secara klinik.
1) Gejala Sistemik/Utama
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam.
a) Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang
timbul.
b) Penurunan nafsu makan dan berat badan.
c) Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah).
d) Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2) Gejala Khusus
a) Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru -paru)
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 167
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

b) Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat


disertai dengan keluhan sakit dada.
c) Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit
diatasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
d) Pada anak–anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang – kejang.
e. Diagnosis Tuberkulosis
1) Diagnosis TB paru
a) Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu
sewaktu - pagi - sewaktu (SPS).
b) Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya
kuman TB. Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui
pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan
lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai
penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.
c) Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto
toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada
TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.
2) Diagnosis TB ekstra paru
a) Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk
pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran
kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang
belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lain-lainnya.
b) Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, bakteriologis dan
atau histopatologi yang diambil dari jaringan tubuh yang terkena.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 168
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Gambar 56. Alur Diagnosis TB Paru

f. Klasifikasi penegakan diagnosis Tuberkulosis yaitu


1) Klasifikasi berdasarkan organ tubuh (anatomical site) yang terkena:
a) Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar
pada hilus.
b) Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain
selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),
kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 169
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

kelamin, dan lain-lain. Pasien dengan TB paru dan TB ekstraparu


diklasifikasikan sebagai TB paru.
2) Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis. keadan ini
terutama ditujukan pada TB Paru:
a) Tuberkulosis paru BTA (+)
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif.
- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif.
b) Tuberkulosis paru BTA (-)
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran
klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif.
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
Mycobacterium tuberculosis.
3) Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi
berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya disebut sebagai tipe pasien yaitu
a) Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan
OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
b) Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian
kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau
biakan positif. Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran
radiologi dicurigai lesi aktif/ perburukan dan terdapat gejala klinis maka
dipikirkan beberapa kemungkinan :
i. Lesi non tuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur, keganasan,
dll)
ii. TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang
berkompeten menangani kasus TB.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 170
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

c) Kasus defaulted atau drop out


Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan ≥ 1 bulan dan tidak
mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.
d) Kasus gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan) atau akhir pengobatan.
e) Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah
selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan
pengawasan yang baik.
g. Adapan tujuan dari pencegahan TBC, yaitu;
1) Menyembuhkan penderita.
2) Mencegah kematian.
3) Mencegah kekambuhan.
4) Menurunkan tingkat penularan.
Cara-cara pencegahan TBC sebagai berikut;
1) Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk lebih dari 3
minggu, merasa sakit di dada dan kesukaran bernafas segera dibawa
kepuskesmas atau ke rumah sakit.
2) Saat batuk memalingkan muka agar tidak mengenai orang lain.
3) Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya
bercampur darah segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.
4) Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah digunakan
oleh penderita.
5) Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi dengan vaksin
BCG. Karena vaksin tersebut akan memberikan perlindungan yang amat
bagus.
h. Penatalaksanaan Tuberkulosis
Paduan OAT KDT Lini Pertama dan Peruntukannya tuberkulosis dewasa :
1) Kategori-1 : 2(HRZE) / 4(HR)3

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 171
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:


a) Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.
b) Pasien TB paru terdiagnosis klinis
c) Pasien TB ekstra paru
Tabel 5. Dosis Paduan OAT KDT Kategori 1:2 (HRZE)/4(HR)3

Tabel 6. Dosis Paduan OAT KDT Kategori 1:2 (HRZE)/4(HR)3

2) Kategori -2: 2(HRZE)S / (HRZE) / 5(HR)3E3)


Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati
sebelumnya (pengobatan ulang)
a) Pasien kambuh
b) Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1 sebelumnya
c) Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up)

Tabel 7. Dosis Paduan OAT KDT Kategori 2 :2 (HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3ES

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 172
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Tabel 8. Dosis paduan OAT Kombipak kategori 2 :2 (HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3ES

Tabel 9. Jenis, Sifat dan Efek Samping Obat TB Lini Pertama

Tabel 10. Efek Samping Ringan OAT dan Penatalaksanaannya

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 173
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Tabel 11. Efek Samping Berat OAT dan Penatalaksanaan

Tabel 12. Penatalaksaan Terapi TB Anak

Tabel 13. Kisaran Dosis OAT Lini Pertama Bagi Pasien Dewasa

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 174
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Tabel 14. Pemantauan Kemajuan Pengobatan TB

2. Tuberkulosis – Multi Drug Resistent


a. Pengertian TB-MDR
TB Resisten obat adalah M. Tuberculosis yang resisten minimal terhadap
rifampisin dan INH dengan atau tanpa OAT lainnya. Rifampisin dan INH
merupakan 2 obat yang sangat penting pada pengobatan TB yang diterapkan pada
strategi DOTS. Secara umum resistensi terhadap obat anti tuberkulosis dibagi
menjadi :
1) Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan OAT atau telah mendapat pengobatan OAT kurang dari 1
bulan
2) Resistensi initial ialah apabila tidak diketahui pasti apakah pasien belum
atau sudah pernah menjalani pengobatan OAT sebelumnya.
3) Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai riwayat
pengobatan OAT minimal 1 bulan Suspek TB-MDR
b. Pasien yang dicurigai TB-MDR adalah:
1) Kasus TB paru kronik
2) Pasien TB paru gagal pengobatan kategori 2

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 175
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

3) Pasien TB yang pernah diobati TB termasuk OAT lini kedua seperti


kuinolon dan kanamisin
4) Pasien TB paru yang gagal pengobatan kategori 1
5) Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif setelah
sisipan dengan kategori 1
6) TB paru kasus kambuh
7) Pasien TB yang kembali setelah lalai/pada pengobatan kategori 1 dan atau
kategori 2
8) Suspek TB dengan keluhan, yang tinggal dekat dengan pasien TB MDR
konfirmasi, termasuk petugas kesehatan yang bertugas di bangsal TB-
MDR
9) Pasien ko-infeksi TB HIV yang tidak respon terhadap pemberian OAT
Pasien yang memenuhi kriteria ‘suspek’ harus dirujuk ke laboratorium
dengan jaminan mutu eksternal yang ditunjuk untuk pemeriksaan biakan dan uji
kepekaan obat.
c. Diagnosis TB MDR
Semua suspek TB-MDR diperiksa dahaknya untuk selanjutnya dilakukan
pemeriksaan biakan dan uji kepekaan. Jika hasil uji kepekaan terdapat yang
resisten minimal terhadap rifampisin dan INH, maka dapat ditegakkan diagnosis
TB-MDR. Pengenalan kegagalan pengobatan secara dini :
1) Batuk tidak membaik yang seharusnya membaik dalam waktu 2 minggu
pertama setelah pengobatan
2) Tanda kegagalan : sputum tidak konversi, batuk tidak berkurang, demam,
berat badan menurun atau tetap
d. Faktor - Faktor yang mempengaruhi terjadinya TB - MDR
TB resisten obat anti TB (OAT) pada dasarnya adalah suatu fenomena
buatan manusia, sebagai akibat dari pengobatan pasien TB tidak adekuat yang
menyebabkan terjadinya penularan dari pasien TB-MDR ke orang lain /
masyarakat.
Faktor penyebab resistensi kuman M. tuberculosis terhadap OAT antara lain:
1) Faktor Mikrobiologik
2) Faktor Klinik :

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 176
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Penyelenggara Kesehatan :
a) Keterlambatan diagnosis
b) Pengobatan tidak mengikut,
c) Penggunaan paduan OAT tidak adekuat yaitu karena jenis obatnya yang
kurang, atau karena di lingkungan tersebut telah terdapat resistensi yang
tinggi terhadap OAT
d) Tidak ada guideline
e) Tidak ada / kurangnya pelatihan TB
f) Tidak ada pemantauan pengobatan
g) Organisasi program nasional TB yang kurang baik.
Obat :
a) Jangka waktu pengobatan lama lebih dari 6 bulan sehingga membosankan
pasien
b) Obat tidak dapat diserap dengan baik misal rifampisin diminum setelah
makan
c) Regimen / dosis obat tidak tepat
3) Faktor Program
b) Tidak ada fasilitas untuk biakan dan uji kepekaan
c) Tidak ada program DOTS-PLUS
d) Program DOTS belum berjalan dengan baik
e) Memerlukan biaya besar
4) Faktor AIDS–HIV : Kemungkinan terjadi TB-MDR lebih besar
5) Faktor Kuman : M. tuberculosis super strains karena sangat virulen, daya
tahan hidup lebih tinggi, berhubungan dengan TB-MDR.
e. Kategori Resistensi M. tuberculosis terhadap OAT:
1) Monoresistance : kebal terhadap salah satu OAT.
2) Poly-resistance : kebal terhadap lebih dari satu OAT, selain kombinasi
isoniazid dan rifampisin.
3) Multidrug-resistance (MDR) : kebal terhadap sekurang-kurangnya isoniazid
dan rifampisin.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 177
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

4) Extensive drug-resistance (XDR) : TB- MDR ditambah kebal terhadap salah


salah satu obat golongan fluorokuinolon, dan sedikitnya salah satu dari OAT
injeksi lini kedua (kapreomisin, kanamisin, amikasin)
5) Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin dengan atau tanpa
resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode genotip
(tes cepat) atau metode fenotip (konvensional).
f. Penatalaksanaan Tb – Mdr
Pada penatalaksanaan TB-MDR yang diterapkan adalah strategi DOTS :
1) Paduan OAT MDR untuk pasien TB MDR adalah paduan standar yang
mengandung OAT lini kedua dan lini pertama
2) Paduan OAT MDR dapat disesuaikan bila terjadi perubahan hasil uji kepekaan
M. tuberculosis dengan paduan baru yang ditetapkan oleh TAK (Tim Ahli
Klinis)
3) Penetapan untuk mulai pengobatan pada pasien TB MDR serta perubahan
dosis dan frekuensi pemberian OAT MDR diputuskan oleh TAK (Tim Ahli
Klinis) dengan masukan dari tim terapeutik
4) Semua pasien TB MDR harus mendapatkan pengobatan dengan
mempertimbangkan kondisi klinis awal.
Pemeriksaan penunjang sebelum memulai pengobatan meliputi :
1) Pemeriksaan darah lengkap
2) Pemeriksaan kimia darah : Faal ginjal, Faal hati, serum elektrolit (Na, K, Cl),
asam urat, dan gula darah (GDS, GD2PP)
3) Pemeriksaan TSH, Tes kehamilan untuk perempuan subur
4) Tes Pendengaran
5) Pemeriksaan EKG, Foto toraks
6) Tes HIV
Pilihan paduan OAT MDR saat ini adalah paduan standar (standardized
treatment), yang pada permulaan pengobatan akan diberikan kepada semua pasien
TB RR/TB MDR.
Paduan standar OAT MDR yang diberikan adalah:
Km – Lfx – Eto – Cs – Z – (E) / Lfx – Eto – Cs – Z – (E)
Alternatif pengobatan standar pada kondisi khusus adalah sebagai berikut:

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 178
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

a) Jika sejak awal terbukti resistan terhadap kanamisin, maka paduan standar
adalah sebagai berikut:
Cm – Lfx – Eto – Cs – Z - (E) / Lfx – Eto – Cs – Z – (E)
b) Jika sejak awal terbukti resistan terhadap fluorokuinolon maka paduan standar
adalah sebagai berikut:
Km-Mfx-Eto-Cs-PAS-Z-(E) / Mfx-Eto-Cs-PAS-Z-(E)
c) Jika sejak awal terbukti resistan terhadap kanamisin dan fluorokuinolon (TB
XDR) maka paduan standar adalah sebagai berikut:
Cm-Mfx-Eto-Cs-PAS-Z-(E) / Mfx-Eto-Cs-PAS-Z-(E)
Keterangan :
Km : Kanamycin Lfx : Levofloxacin
Eto : Etionamid Cs : Cycloserine
Z : Pirazinamid E : Etambutol
Cm : Capreomycin Mfx : Moxifloxacin
Paduan standar ini diberikan pada pasien yang sudah terkonfirmasi TB RR
(Rifampicin Resistant)/ MDR secara laboratoris. Paduan pengobatan ini diberikan
dalam dua tahap yaitu tahap awal dan tahap lanjutan. Tahap awal adalah tahap
pemberian obat oral dan suntikan dengan lama paling sedikit 6 bulan atau 4 bulan
setelah terjadi konversi biakan. Tahap lanjutan adalah pemberian paduan OAT
oral tanpa suntikan. Lama pengobatan seluruhnya paling sedikit 18 bulan setelah
terjadi konversi biakan. Lama pengobatan berkisar 19-24 bulan.

Gambar 57. Langkah-langkah menyusun regimen pengobatan TB-MDR

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 179
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Tabel 14. Dosis OAT untuk Pengobatan TB MDR dan Efek Sampingnya

Nama 33 – 50 51 – 70
<33kg > 70 kg Efek Samping Obat
OAT kg kg
Nausea, vomiting,
PZA (500 30-40 1000- 1750- 2000- anorexia, hyperuricemia,
mg) mg/kg/hari 1750 mg 2000 mg 2500 mg rash, mild arthralgia dan
myalgia.
Gangguan penglihatan,
Nyeri sendi, efek GI
Etambutol 25 800-1200 1200- 1600- (anoreksia, mual, muntah,
(400 mg) mg/kg/hari mg 1600 mg 2000 mg sakit perut), demam,
malaise, pusing.
Retrobulbarn neuritis
Reaksiefek
adalah alergi, Ototoksik
samping utama
Kanamisin 15-20 500-750 dan nefrotoksik kanamisin
1000 mg 1000 mg
(1000 mg) mg/kg/hari mg dapat timbul pada
penggunaan jangka lama.
Kapreomisi Kehilangan pendengaran,
15-20 500-750 750-1000
n (1000 750 mg hipokalemia,
mg/kg/hari mg mg
mg) hipomagnesemia, rash.
Levofloxaci Syok, gejala anafilaktik,
750 750-1000
n 750 mg 750 mg konvulsi, gagal ginjal akut,
mg/hari mg
(250 mg) ikterus. agranulositosis.
Keluhan saluran cerna,
Sikloserin 15-20 750-1000
500 mg 750 mg perubahan tingkah laku,
(250 mg) mg/kg/hari mg
neuropatiperifer, rash
hepatotoksik,
Etionamid 15-20 750-1000
500 mg 750 mg hipotiroidism,
(250 mg) mg/kg/hari mg
neuropatiperifer, rash
PAS 150 Keluhan pada saluran
8g 8g 8g
(granul 4 mg/kg/hari cerna, hepatotoksikdan
g) hipotiroidisme.
Program Studi Profesi Apoteker 28
Universitas Muhammadiyah Surakarta 180
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

g. Penatalaksanaan Efek Samping OAT untuk TB MDR :


1) Efek samping berat atau serius:
Pasien harus menghentikan semua obat, segera dirujuk dengan didampingi
ke RS rujukan TB MDR
Contoh :
a) kulit dan mata pasien nampak kuning
b) Pendengaran berkurang (tuli) atau telinga berdengung
c) mendengar suara-suara, halusinasi, delusi/waham, bingung
d) Reaksi alergi berat yaitu Syok anafilaktik dan angionerotik edema, harus
segera ditangani oleh dokter puskesmas sesuai standard penanganan syok
sebelum segera dirujuk ke RS rujukan TB-MDR
e) Reaksi alergi berat yang lain yang berupa kemerahan pada mukosa (selaput
lendir) seperti mulut, mata dan dapat mengenai seluruh tubuh berupa
pengelupasan kulit (Steven Johnsons Syndrome)
2) Efek samping ringan dan sedang
Penatalaksanaan oleh dokter UPK satelit tanpa harus menghentikan
pengobatan.
Contoh :
a) Kemerahan (rash) ringan
b) Kesemutan atau rasa panas pada kulit kaki (neuropati perifer)
c) Mual dan muntah
d) Diare
e) Sakit kepala
f) Gangguan tidur
g) Tidak napsu makan (anoreksia)
h) Bingung,depresi
h. Pemantauan Kemajuan Pengobatan TB MDR
Selama menjalani pengobatan, pasien harus dipantau secara ketat untuk
menilai respons pengobatan dan mengidentifikasi efek samping sejak dini. Gejala
TB (batuk, berdahak, demam dan BB menurun) pada umumnya membaik dalam
beberapa bulan pertama pengobatan. Konversi dahak dan biakan merupakan
indikator respons pengobatan. Definisi konversi biakan adalah pemeriksaan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 181
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

biakan 2 kali berurutan dengan jarak pemeriksaan 30 hari menunjukkan hasil


negatif.
Tabel 15. Pemantauan selama Pengobatan MDR-TB

P. Pelayanan Farmasi Pasien HIV


1. Definisi HIV / AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyebabkan
infeksi HIV. Selama infeksi, virus menyerang dan menghancurkan sel CD4 yang
merupakan pertahanan terhadap infeksi dari sistem imun tubuh. Kehilangan sel
CD4 membuat sistem imun kesulitan untuk melawan infeksi. AIDS (Acquired
Immunodeficiency SynDrome) adalah stage paling parah dari infeksi HIV.
2. Siklus Hidup HIV dan Internalisasi HIV ke Sel Target
a) Binding and Fusion
HIV mengikatkan diri pada reseptor dan cp-reseptor CD4, kemudian melebur
dengan host CD4 dan melepaskan materi genetik kedalam sel.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 182
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

b) Reverse Transcription
Enzim reverse transcriptase akan merubah materi genetik virus sehingga bisa
menyatu dengan DNA CD4.
c) Integration
Genetik virus masuk ke nukleus CD4, menggunakan enzim integrase untuk
bergabung dengan genetik sel dan beberapa tahun akan menghilang atau tidak
aktif.
d) Transcription
Ketika selinduk menjadi aktif, virus akan menggunakan enzim tertentu untuk
memproduksi materi genetiknya.
e) Assembly
Enzim protease akan memutuskan protein HIV, sehingga menjadi protein
mandiri. Protein yang bergabung dengan genetik virus akan membentuk virus
baru.
f) Budding
Tahap akhir dari siklus hidup virus. Pada tahap ini, virus akan keluar dari sel
induk dan mengambil bagian di membran sel induk, kemudian mengikat CD4
yang baru dan kembali lagi memulai proses yang sama.

Gambar 3.1 Siklus hidupHIV.


Gambar 58. Alur Perjalanan Infeksi HIV
3. Perjalanan Infeksi HIV
1. Infeksi Akut
Dalam waktu 2-4 minggu setelah terinfeksi HIV, akan mulai timbul gejala
penyakit akut yg dikenal dengan “theworstfluever”. Hal ini disebut dengan Acute

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 183
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Retroviral Syndrome (ARS) atau primary HIV infection. Selama periode ini
banyak virus diproduksi, sistem imun akan bekerja untuk membasmi virus sampai
pada batas stabil dalam tubuh. CD4 akan meningkat, tetapi tidak bisa kembali lagi
ke kondisi seperti sebelum terinfeksi.
2. Infeksi HIV Asimptomatik
HIV bereproduksi pada tingkat yang paling rendah, jumlah CD4 dalam
kondisi yang stabil, bisa berlangsung sampai 8 tahun. Menjelang pertengahan dan
akhir periode ini, jumlah virus akan meningkat dan CD4 akan menurun Timbul
constitutional symptoms of HIV sebagai akibat peningkatan jumlah virus dalam
tubuh.
3. AIDS

Jumlah CD4 <200sel/mm3. Tahap ini muncul jika sistem imun tubuh
sudah rusak parah dan beresiko terhadap infeksi oportunistik. Tanpa pengobatan,
penderita AIDS akan bertahan dalam waktu 3 tahun, dan jika mengalami infeksi
oportunistik yang parah maka usia harapan hidup hanya1 tahun.

Gambar 3.2 Perjalanan Infeksi HIV.

Gambar 59. Perjalanan Infeksi Virus

4. Cara Penularan Infeksi HIV


HIV tidak ditularkan melalui ciuman, bersin, batuk, minum dari gelas yang
sama, keringat, bersentuhan, gigitan nyamuk, jarum steril, hubungan seksual
dengan kondom, tempat duduk toilet, dan bersalaman. Cara penularan infeksi HIV
adalah sebagai berikut :

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 184
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

a. Penularan melaui hubungan seksual


1) Homoseksual.
2) Heteroseksual
3) Biseksual.
b. Penularan melalui darah
1) Jarum suntik yang tercemar HIV.
2) Alat-alat yang tercemar HIV (tatto, tindik, sisir, pisau cukur, sikat gigi).
3) Tranplantasi alat tubuh yang mengandung HIV.
c. Penularan dari ibu hamil kepada janin
a) Transplan sental.
b) Waktu persalinan.
c) Waktu menyusui
5. Resiko Penularan HIV dari Cairan Tubuh
Tabel 16. Resiko Penularan HIV dari Cairan Tubuh

Resiko Tinggi Resiko masih sulit Resiko rendah selama


ditentukan tidak Terkontaminasi
Darah, serum Cairan amnion Mukosa serviks
darah
Semen Muntah
Cairan serebrospinal
Sputum Feses
Cairan pleura
Sekresivagina Saliva
Cairan peritoneal
Keringat
Cairan perikardial
Air mata
Cairan sinovial
Urin

6. Diagnosis Sederhana HIV/AIDS


a. Gejala dan Tanda Mayor
1) BB merosot>10% dari BBsemula.
2) Diare>1bulan.
3) Demam kontinyu>1 bulan.
b. Gejala danTanda Minor
1) Batuk kering 1 bulan
2) Dermatitis generalisata
3) Herpes zosterdan rekurens

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 185
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

4) Herpes simpleks kronis progresif dan diseminata


5) Kandidia sisorofarings
6) Limfa denopati
7. Stadium Klinis Menurut Jumlah CD4
Tabel 17. Stadium Klinis Menurut Jumlah CD4

Stadium Jumlah CD4 Lamanya


HIV akut/primer 500 -1000 1-4 minggu
Asimtomatis 200 -750 2-15 tahun
Simtomatis dini 100 – 500 <1 – 5 tahun
Simtomatis lanjut 50 -200 <1 – 3 tahun
Simtomatis advanced 0 -50 <1 – 2 tahun

a. Stadium Klinis 1 (WHO)


1) Asimptomatis.
2) Limfa denopati Meluas Persisten (PGL)
3) Terjadi pada sampai 50% infeksi HIV.
4) Sampai 1/3 nyatidakadagejala lain.
5) PGL dapat mengecil secara perlahan selama perjalanan penyakit dan dapat
hilang sendiri sebelum timbulnya AIDS
6) Tidak ada terapi spesifik.
b. Stadium Klinis 2 (WHO)
1) Berat badan menurun<10% dari BB semula.
2) Kelainan kulit dan mukosa ringan seperti dermatitis seboroik, papular
pruritic eruption (PPE), infeksi jamur kuku, ulkusoral yang rekuren,
cheilitis angularis.
3) Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir.
4) Infeksi saluran napas bagian atas seperti sinusitis bakterial.
c. Stadium Klinis 3 (WHO)
1) Berat badan menurun >10% dari BB semula.
2) Diare kronis yang tidak diketahui penyebabnya berlangsung >1 bulan.
3) Demam tanpa sebab yang jelas yang (intermiten atau konstan) >1 bulan.
4) Kandidiasis Oral (thrush).

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 186
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

5) Oral Hairy leukoplakia.


6) TB paru, dalam 1 tahun terakhir.
7) Infeksi bakteri berat (pnemonia, pyomiositis).
8) Angiomatosis basiler.
9) Herpes zoster yang berkomplikasi.
d. Stadium Klinis 4 (WHO)
1) HIV wasting syndrome (BB turun10% + diare kronik> 1 bulan atau
demam >1 bulan yang tidak disebabkan penyakit lain.
2) Pneumonia Pneumocystis (PCP)
3) Toksoplasmosis pada otak.
4) Kriptosporidosis, Isosporiasis, Microsporidiosis dengan diare >1 bulan.
5) Kriptokokosis, ekstraparu.
6) Cytomegalovirus (CMV) pada 1 organ selain hati, limpa, kelenjar getah
bening (misalnya retinitis)
7) Herpes simplex virus (HSV) mukokutaneus >1 bulan.
8) Progressive multifocal leucoenphalopathy (PML).
9) Mikosis disseminata (histoplasmosis, koksidioidomikosis, penisiliosis).
10) Kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau paru.
11) Mikobakteriosis atipik disseminata atau di paru.
12) Septikemi Salmonella non-tifoid.
13) TB ekstra paru.
14) Limfoma.
15) Sarkoma Kaposi.
16) Ensefalopati HIV (Gangguan dan / atau disfungsi motorik yang
mengganggu aktivitas hidup sehari hari dan berlangsung beberapa minggu
/ bulan yang tidak disertai penyakit lain.
8. Terapi Anti Retro Viral (ARV)
a. Pengobatan ARV
1) Menurunkan morbiditas dan mortalitas
2) Pulihnya sistem kekebalan.
3) Pulihnya kerentanan penderita terhadap infeksi oportunistik
4) Meningkatkan CD4 dan menurunkan viralload.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 187
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

b. Target Pengobatan ARV


1) Dalam 8 minggu → penurunan VL menjadi ½ VL semula.
2) Dalam 6 bulan →VL undetectable.
c. Efek ARV pada Viral Load dan Jumlah CD4

Gambar 60. Efek ARV pada Viral Load dan Jumlah CD4
d. Rejimen ARV diIndonesia
1) AZT (Zidovidine) + 3TC (Lamivudine) + NVP (Duviral + Neviral)
a) AZT 300 mg 2 x sehari
b) 3TC150 mg 2 x sehari
c) NVP
Lead in dose untuk 14 hari : 200 mg 1x sehari. Setelah 14 hari dan
tidak ada ruam kulit : 200 mg 2 x sehari.
2) AZT+3TC + EFV(Duviral + Efavir)
3) d4T+3TC + NVP
4) d4T+3TC + EFV(Efavirenz)
9. Diagnosis HIV
a. Ditemukannya antibody HIV dalam darah.
b. DiIndonesia: Antibodi test 3 metode
c. Jenis tes antibodi HIV:
1) Rapid Test.
2) ELISA
3) Western Blot.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 188
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

10. Cara Mengetahui Status HIV

Gambar 61. Alur Cara Mengetahui Status HIV


11. Alur Pelayanan Poli klinik VCT RSSA

LSM IRD
Pendukung

IRJ VCT Laboratorium

Dokter IRNA Manajer Kasus

Gambar 62. Alur Pelayanan Poliklinik VCT RSSA.

Keterangan :
a. Entry Point
b. Rawat jalan
c. Rawat inap
d. KIA (PMTCT)
e. LSM
f. Jangkauan
g. Praktek swasta

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 189
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

h. Lain-lain
12. Diagnosis pada Dewasa
a. Sebaiknya berdasarkan hasil laboratorium dan klinik.
b. Tidak semua tempat memiliki sarana laboratorium.
c. Diagnosis berdasarkan gejaladapat mengikuti pedoman Nasional.
13. Pengobatan HIV/AIDS
a. Pengobatan suportif
1) Meningkatkan keadaan umum penderita
2) Pemberian gizi.
3) Obat-obatan simptomatik
4) Vitamin.
5) Psikososial.
b. Pengobatan infeksi oportunistik.
c. Pengobatan anti retroviral.
14. Pencegahan HIV
a. Setia pada pasangan (suami/istri)
b. Memakai kondom.
c. Tidak menggunakan jarum bekas pakai.
d. Penggunaan alat pelindung bagi tenaga kesehatan.
e. Bagi ODHA (Orang dengan HIV/AIDS)
1) Melakukan positive prevention: upaya untuk menghentikan penularan HIV
hanya kepada diri mereka, sehingga tidak menulari orang-orang yang
mereka cintai (anak/ isteri/ keluarga/ teman).
2) Mengubah perilaku beresiko agar tidak terjadi re-infeksi virus HIV.
Memanfaatkan semaksimal mungkin kesempatan untuk bisa sehat dan
produktif dengan kegiatan yang berguna untuk keluarga dan masyarakat.
15. Manajemen Obat Program ARV
Laporan penggunaan dan permintaan obat ARV dilakukan setiap satu
bulan sekali. Laporan dibuat setiap tanggal 25. Laporan yang dibuat ada 2 yaitu
laporan fisik dan laoran online. Kedua laporan tersebut dikirim ke dinas kota dan
dinas provinsi. Laporan yang dibuat berisi regimen obat yang digunakan, jumlah
pasien selama 1 bulan yang memakai ARV, jumlah obat yang digunakan selama

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 190
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

satu bulan dan jumlah permintaan obat untuk bulan berikutnya. Jumlah obat yang
diminta untuk bulan berikutnya mempertimbangkan sisa stock obat yang masih
ada dan ditambah jumlah obat untuk buffer stock selama 2 bulan. Laporan yang
dibuat secara online bisa langsung terbaca oleh dinas kota dan dinas provinsi,
setelah laporan terbaca obat yang diminta akan disiapkan. Obat yang telah selesai
disiapkan, pihak dinas kota akan menghubungi pihak rumah sakit untuk
mengambil obat yang telah disiapkan.
16. Alur Pelayanan Pengambilan Obat ARV di RSUD Dr. Saiful Anwar
Alur pelayanan pengambilan obat ARV yang telah dilaksanakan oleh
Instalasi farmasi RSUD Dr. Saiful Anwar adalah sebagai berikut :

Pemeriksaan dini pasien ke dokter

Pasien dengan hasil test positif HIV akan mendapatkan resep pengobatan HIV

Penegakan diagnosa HIV melalui test serta konseling dari psikolog di poli VCT
RSSA

Pasien yang belum terapi ARV Pasien yang sudah mendapat terapi ARV
cek laboratorium dan kontrol
dokter maksimal tiap 3 bulan
sekali Pengambilan obat ARV di UPF
dilakukan setiap 1 bulan sekali

Gambar 63. Alur Pelayanan ARV di RSSA

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 191
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

BAB IV
KEGIATAN MAHASISWA PRAKTEK KERJA PROFESI

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) adalah suatu program


pembelajaran dan penerapan ilmu kefarmasian oleh mahasiswa Profesi Apoteker
di Rumah Sakit dan Apotek. Praktek kefarmasian dari mahasiswa apoteker ini
berada di lingkungan RSUD Dr. Saiful Anwar. Praktek kerja ini bertujuan untuk
membekali mahasiswa Apoteker tentang pengetahuan dan kemampuan berupa
peran, fungsi dan tanggung jawab seorang apoteker dalam hal pelayanan
kefarmasian di rumah sakit meliputi bidang farmasi manajerial dan klinik. Setelah
mahasiswa melaksanakan PKP, diharapkan memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di
rumah sakit sehingga siap memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang
profesional.

A. Matrikulasi
Mahasiswa PKPA (Praktek Kerja Profesi Apoteker) akan mengikuti
kegiatan matrikulasi sebelum Praktek langsung pelayanan kefarmasian RSSA.
Matrikulasi merupakan kegiatan pengenalan dan pembekalan awal berupa kuliah
umum diberikan oleh pemateri dari Instalasi Farmasi yang sudah berpengalaman
di bidang masing-masing sesuai dengan materi yang diberikan. Kegiatan ini
diadakan selama 5 hari. Tujuan diberikan kuliah umum untuk memberikan
wawasan kepada mahasiswa PKP mengenai aturan dan kegiatan kefarmasian yang
ada di RSUD Dr. Saiful Anwar. Materi kuliah tersebut yang didapat oleh
mahasiswa PKP selama matrikulasi diharapkan dapat digunakan sebagai bekal
pengetahuan sebelum melaksanakan praktek pelayanan farmasi di RSUD Dr.
Saiful Anwar Malang.
Matrikulasi dilaksanakan pada tanggal 08 sampai 12 Agustus 2017 secara
terjadwal oleh Instalasi Farmasi RSUD Dr. Saiful Anwar.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 192
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Tabel 18. Materi Matrikulasi yang Diberikan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Hari/ Jam Materi Tim Diklit IFRSSA
Tanggal
Selasa/ 07.30-09.00 PRE TEST Tim Diklit IFRSSA
8 agustus 09.00-10.30 Profil Instalasi Farmasi Estika Mei Diana
2017 RSSA S.Farm Apt
10.30-11.30 Peresepan dan medication Drs Bambang Sidharta
safety di RSSA MS., Apt
11.30-12.15 Standar Pelayanan Farmasi Drs Agus Sunarto
berdasarkan Permenkes M.Fharm-Klin Apt
N0.72 2016
12.15-12.45 Ishoma -
12.45-13.30 Sistem distribusi Drs Agus Sunarto
perbekalan farmasi kepada M.Fharm-Klin Apt
pasien di RSSA
13.30-14.15 Efisiensi biaya dan Drs Agus Sunarto
pengendalian perbekalan M.Fharm-Klin Apt
farmasi
Rabu/ 07.00-07.45 Klasifikasi RS dan Drs. Irfan Afandi M.Sc.
9 agustus Struktur Organisasi Apt
2018 07.45-08.30 Instalasi farmasi sebagai Drs. Irfan Afandi M.Sc.
penunjang medik di RS Apt
08.30-09.15 Sistem Informasi Drs. Irfan Afandi M.Sc.
Manajemen RSSA Apt
09.15-10.00 Pelayanan farmasi di rawat Rif”atul Hamidah
inap RSSA S.Farm Apt
10.00-10.45 Pelayanan Farmasi di Rif”atul Hamidah
rawat jalan RSSA S.Farm Apt
10.45-11.30 Pelayanan Farmasi di IGD Silvia Yunita Lumban
Tobing S.Farm Apt
11.30-12.00 Ishoma -

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 193
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

12.00-12.45 Pelayanan farmasi di Lisa Ristiyani S.Farm.,


kamar operasi Apt
12.45-13.30 PTRM Abdul Hamid S.Farm.,
Apt
13.30-14.15 Pelayanan farmasi pasien Yenie Rosalina,
TB/TB MDR dan S.Farm., Apt
pengelolaan obatnya
14.15-15.00 Pelayanan farmasi pasien Yenie Rosalina,
JKN dengan sistem INA S.Farm., Apt
CBG’s
Kamis/ 07.00-07.45 Pelayanan farmasi pada Vina Risnawati
10 pasien HIV/AIDS dan S.Farm., Apt
agustus pengelolaan obatnya
2018 07.45-08.30 Peran apoteker dalam Vina Risnawati
promosi kesehatan rumah S.Farm., Apt
sakit (PKRS)

08.30-09.15 Akreditasi rumah sakit Dra Arofa Idha M-Farm


Klin., Apt
09.15-10.00 Manajemen penggunaan Dra Arofa Idha M-Farm
obat Klin., Apt
10.45-11.30 Unit produksi dan Libawa Tulan Okwinsa
handling sitostatika S.Farm., Apt
11.30- Ishoma -
12.000
12.00-12.45 Penyimpanan dan Lya Widhayunita
perbekalan farmassi M.Sc., Apt
digudang farmasi dan unit
pelayanan farmasi
12.45-13.30 Komite Farmasi Terapi Lya Widhayunita
dalam pemilihan obat di M.Sc., Apt

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 194
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

RS
13.30-14.15 Peran Apoteker dalam Lya Widhayunita
MESO M.Sc., Apt
14.14-15.00 Manajemen Mutu Instalasi Indri Widyatusti M.Sc.,
Farmasi Apt.
Jumat/ 07.00-07.45 Strategi Pemasaran Dr Abdul Razak, Apt.,
11 Farmasi di RS Ap. FRS
Agustus 07.45-08.30 Perencanaan perbekalan VickyPurpitasari
2017 farmasi di RSSA S.Farm., Apt.
08.30-09.15 Peran Apoteker dalam VickyPurpitasari
keselamatan pasien di RS S.Farm., Apt.
(KPRS)
09.15-10.00 Pelayanan konseling Dwi Darmayanti
farmasi di RSSA S.Farm., Apt.
10.00-10.45 PIO di RSSA Sofia Ariyani S.si., Apt
10.45-11.30 Peran Apoteker dalam Irham S.Farm., Apt.
PPRA
11.30-12.30 Ishoma -
12.30-13.15 Pembagian dan penjelasan Lisa Ristiyani
jadwal lapangan S.FARm., Apt
13.15-14.00 Penyusunan laporan akhir Lisa Ristiyani
PKPA S.FARm., Apt
Sabtu/ 08.00-08.45 Pelayanan farmasi di Nunik Wahyuni
12 Critical Care (HCU, S.Farm., Apt
Agustus CVCU, ICU, NICU,
2017 PICU)
08.45-09.30 Pendokumentasian farmasi Ida Kurniah S.farm.,
klinik di rekam medik Apt
09.30-10.15 Ward Pharmacy di RSSA Jainuri Erik Pratama
M.Fharm-Klin., Apt
10.15-11.00 Studi kasus penggunaan Jainuri Erik Pratama

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 195
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

obat M.Fharm-Klin., Apt


11.00-11.45 Ishoma -
11.45-12.30 Kegiatan farmasi klinik di Agustinus Santoso
RSSA M.Fharm-Klin., Apt
12.30-13.15 Peran Apoteker dalam Agustinus Santoso
Pengendalian Resistensi M.Fharm-Klin., Apt
Antibiotik di RS

B. Praktek Kerja Profesi di UPF IRNA I


Unit pelayanan farmasi instalasi rawat inap I adalah unit yang memberikan
pelayanan kebutuhan sediaan farmasi berupa obat dan alat kesehatan yang
ditujukan untuk pasien IRNA 1 yang menjalani perawatan di ruang 22, 23 infeksi,
23 empati, 24 A, 24 B, 24 C, 25, 27, 28, dan 29.
1. Tujuan
Tujuan mahasiswa melakukan PKP di UPF IRNA I adalah untuk
mempelajari alur pelayanan UPF IRNA I, mahasiswa dapat mengetahui
pengelolaan manajerial sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai meliputi perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, dan administrasi.
2. Kegiatan dan Aktivitas
Kegiatan dan aktivitas mahasiswa yang dilakukan di UPF IRNA I adalah
sebagai berikut :
a. Melakukan pengamatan tentang alur pelayanan
b. Mengamati jenis obat dan indikasinya, jenis alat kesehatan dan
kegunaannya.
c. Mengamati sistem penataan, penyimpanan, pendistribusian obat dan alkes
untuk memenuhi kebutuhan ruangan-ruangan di IRNA I.
d. Membantu pelayanan resep (penyiapan dan pelabelan obat, alat kesehatan)
dengan di dampingi petugas UPF.
e. Mengamati dan mempelajari pelayanan obat pada pasien dengan sistem
PODS (Pelayanan Obat Dosis Sehari)
f. Mengerjakan tugas non structural (evaluasi prescribing eror, kebenaran

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 196
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

penyiapan dan pelabelan obat, pengkajian resep dan kuisioner).


g. Diskusi dengan Apoteker Penanggung Jawab UPF IRNA I terkait dengan
seluruh kegiatan pelayanan dan pengelolaan manajerial yang ada di IRNA
I (Abdul Hamid, S.Farm., Apt).
3. Manfaat
Manfaat yang diperoleh mahasiswa selama belajar praktek profesi di UPF
IRNA 1 adalah :
a. Mahasiswa dapat mengetahui alur pelayanan resep untuk pasien rawat
inap.
b. Mahasiswa dapat mengetahui sistem penataan dan penyimpanan obat, alat
kesehatan,dan bahan medis habis pakai.
c. Mahasiswa dapat mengetahui pelayanan di UPF IRNA I seperti melakukan
pengkajian resep, indikator mutu, pengambilan kuisioner untuk kinerja
UPF IRNA I.
d. Mahasiswa dapat mengetahui pengelolaan manajerial sediaan farmasi
berupa obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di UPF IRNA I
yang meliputi, perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, dan administrasi.

C. Praktek Kerja Profesi di UPF IRNA II


UPF IRNA II memberikan pelayanan kefarmasian 24 jam untuk
menyediakan sediaan farmasi berupa obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai. Ada beberapa ruangan yang dilayani UPF IRNA 2 yaitu R.13, R.14, R.15,
R.16, R.17, R.18, R.19, R.20, dan R.21, serta melayani kebutuhan obat dan alat
kesehatan pasien di IRNA lain yaitu IRNA I, IRNA III dan IRNA IV ketika UPF
tersebut tutup kecuali UPF IGD dan Paviliun yang buka 24 jam.
UPF IRNA II memberikan pelayanan kefarmasian yang menyediakan obat
dan alat kesehatan yang dibutuhkan pasien dalam perawatan di ruangan SMF
Bedah (Onkologi, Urologi, Digestif, Orthopedi, Plastik, Saraf, dan TKV), mata,
THT, dan praktek langsung dalam pelayanan kefarmasian di UPF IRNA II serta
mengetahui tugas dan fungsi UPF IRNA II di RSUD Dr. Saiful Anwar.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 197
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

1. Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan Mahasiswa PKP di IRNA II sebagai berikut :
a. Mahasiswa ikut serta secara langsung dalam pelayanan kefarmasian (mulai
pengambilan obat, peracikan, pemberian etiket) dengan pendampingan dari
Apoteker Penanggung Jawab atau petugas yang berada di tempat.
b. Membantu menyiapkan obat untuk pasien rawat inap di ruangan dengan
menggunakan sistem Pelayanan Obat Dosis Sehari (PODS) dengan
pendampingan petugas UPF.
c. Mengerjakan tugas evaluasi prescribing eror, kebenaran penyiapan dan
pelabelan obat, pengkajian resep dan kuisioner.
d. Diskusi bersama Apoteker Penanggung jawab UPF IRNA II (Ida Kurniah,
S. Farm., Apt.) mengenai kegiatan manajerial UPF IRNA II meliputi alur
pelayanan, sistem pengelolaan manajerial, sediaan-sediaan fast moving,
alat kesehatan khusus yang hanya digunakan untuk pasien IRNA II pasca
bedah.
2. Manfaat
Manfaat yang diperoleh mahasiswa selama belajar praktek profesi di UPF
IRNA II adalah:
a. Mahasiswa dapat mengetahui alur pelayanan resep untuk pasien rawat inap
di UPF IRNA II.
b. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami alur proses pelayanan obat
dengan sistem PODS (Pemberian Obat Dosis Sehari) dengan
pendampingan dati TTK ruangan.
c. Mahasiswa dapat mengetahui sistem pengelolaan manajerial serta sediaan-
sediaan yang fast moving dan alat kesehatan khusus yang digunakan pada
IRNA II pasca bedah, serta dapat mengetahui pelaporan yang dilakukan di
UPF IRNA II.

D. Praktek Kerja Profesi di IRNA III


Unit pelayanan Farmasi (UPF) Rawat Inap III adalah unit pelayanan
sediaan farmasi berupa obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang
dibutuhkan pasien untuk pasien rawat inap di ruang 4, 8, 9, 10, dan kamar

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 198
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

bersalin. Mahasiswa diharapkan dapat memahami mengenai manajerial


pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
khususnya SMF Obstetri dan Gynecology (Kebidanan dan Kandungan) di UPF
IRNA III, dan praktek langsung dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian di
UPF IRNA III diantaranya kepada pasien serta mengetahui tugas dan fungsi UPF
IRNA III di RSUD Dr. Saiful Anwar.
1. Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan mahasiswa saat PKPA di UPF IRNA III diantaranya
meliputi:
a. Mengamati penataan, penyimpanan, distribusi obat dan alat kesehatan
untuk kebutuhan ruangan-ruangan dan resep pasien di IRNA III.
b. Mengamati dan mempelajari pelayanan obat dosis sehari (PODS) pada
pasien rawat inap.
c. Mengerjakan tugas evaluasi prescribing eror, kebenaran penyiapan dan
pelabelan obat, pengkajian resep dan kuisioner.
d. Berdiskusi bersama Apoteker Penanggung Jawab UPF IRNA III (Saudia
Rahma, S.Farm.,Apt.) mengenai pengelolaan meliputi sistem perencanaan,
pengadaan melalui gudang, penerimaan, peyimpanan dan penataan,
pendistribusian atau alur pelayanan serta evaluasi dan pelaporan dan
tentang penggunaan obat khusus seperti oksitosin (untuk kontraksi uterus),
misoprostol (kontraksi uterus), dan histolan (untuk relaksan otot).
2. Manfaat
Manfaat yang diperoleh mahasiswa di UPF IRNA III adalah:
a. Mahasiswa dapat mengetahui prosedur permintaan obat dan alkes ke
gudang serta mengenai penerimaan, penyimpanan dan distribusi obat dan
alkes di UPF IRNA III
b. Mahasiswa dapat mengetahui alur pelayanan resep untuk pasien rawat inap
bagian UPF IRNA III.
c. Mahasiswa mampu melayani dan menyiapkan obat dengan sistem PODS.
d. Mahasiswa dapat mengetahui obat-obatan apa saja yang ada di IRNAIII
khususnya terkait SMF Obstetry dan Gynecology (Kebidanan dan
Kandungan).

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 199
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

E. Praktek Kerja Profesi di UPF IRNA IV


Unit pelayanan Farmasi Rawat Inap IV adalah unit pelayanan distribusi
sediaan farmasi berupa obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan pasien rawat inap
di ruangan 7A, 7B, HCU Anak, dan ruang 11 yang merupakan ruang perinatologi
(ruang khusus untuk pasien neonatus). Selain itu, mahasiswa diharapkan dapat
mengetahui macam-macam sediaan farmasi dan alat-alat kesehatan yang terkait
SMF Ilmu Kesehatan Anak (IKA) di UPF IRNA IV.
1. Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan mahasiswa saat PKPA di UPF IRNA IV meliputi:
a. Mengamati dan mempelajari alur pelayanan obat dan alkes di UPF IRNA
IV
b. Mengamati dan mempelajari pelayanan dan penyiapan obat dengan sistem
PODS
c. Melakukan pengamatan dan pencatatan obat dan alkes beserta indikasi dan
kegunaannya khususnya terkait obat-obat pada anak;
d. Membantu dalam pelayanan resep berupa mempersiapkan obat atau alkes
yang diresepkan dengan pendampingan petugas UPF.
e. Mengerjakan tugas evaluasi prescribing eror, kebenaran penyiapan dan
pelabelan obat, pengkajian resep dan kuisioner.
f. Melakukan diskusi bersama apoteker penanggung jawab (Saudia Rahma,
S. Farm., Apt ).
2. Manfaat
Manfaat yang diperoleh mahasiswa selama belajar praktek profesi di UPF
IRNA IV adalah :
a. Mahasiswa dapat mengetahui alur pelayanan resep untuk pasien rawat inap
di UPF IRNA IV
b. Mahasiswa dapat menyiapkan dan melayani obat dengan sistem PODS.
c. Mahasiswa dapat mengetahui prosedur perencanaan, pengadaan melalui
gudang, dan penerimaan serta penyimpanan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai di UPF IRNA IV
d. Mahasiswa dapat mengetahui sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai yang dikelola di UPF IRNA IV

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 200
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

e. Mahasiswa dapat mengetahui sistem pelaporan yang dilakukan di UPF


IRNA IV.

F. Praktek Kerja Profesi di UPF R.26


UPF ruang 26 merupakan bagian dari IRNA 1. Namun, R.26 ini didirikan
gedung sendiri yang terpisah dan khusus pelayanan HCU Irna I terdiri dari HCU
IPD, stroke unit, HCU paru. Selain itu juga UPF R.26 melayani OK paru, IPJT
terdiri dari ruang rawat inap (R5, R5A, R5B), ruang tindakan (Echo, Treadmil,
OK IPJT, Cath Lab).
1. Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan mahasiswa saat PKPA di UPF R26 meliputi:
a. Memahami sistem pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai di UPF R.26.
b. Memahami sistem distribusi obat secara PODS yang dilakukan di UPF
R.26.
c. Mengerjakan tugas evaluasi prescribing eror, kebenaran penyiapan dan
pelabelan obat, pengkajian resep dan kuisioner.
d. Membantu melakukan pelayanan resep dan penyiapan obat secara PODS
dengan pendampingan petugas UPF.
e. Melakukan diskusi bersama apoteker penanggung jawab (Nunik Wahyuni,
S. Farm., Apt ).
2. Manfaat
Manfaat yang diperoleh mahasiswa selama belajar Praktek profesi di UPF R26
adalah:
a. Mahasiswa dapat mengetahui alur pelayanan resep untuk pasien rawat inap
di UPF R26.
b. Mahasiswa dapat mengetahui sistem distribusi obat secara PODS
c. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis sediaan farmasi dan alat kesehatan yang
di kelola di UPF R26.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 201
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

G. Praktek Kerja Profesi di UPF Pavilliun


Unit Pelayanan Farmasi (UPF) Pelayanan Utama yaitu Paviliun. Ruangan
yang ada di UPF pavilliun meliputi R. Bougenville, R. Dahlia, R. Mawar, R.
Melati dan R. Wijaya Kusuma. Unit Pelayanan Farmasi ini melayani pasien
regular (umum), pasien JKN, dan pasien IKS/Tagihan perusahaan. Tujuan
mahasiswa PKP di UPF Pelayanan utama (Pavilliun) ini untuk memahami sistem
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai serta di
UPF pelayanan utama dan mengetahui tugas dan fungsi UPF pelayanan utama di
RSUD Dr. Saiful Anwar.
1. Kegiatan
Adapun kegiatan yang dilakukan mahasiswa di Unit Pelayanan Farmasi
Paviliun :
a. Melakukan pengamatan terhadap alur pelayanan di UPF Paviliun,
mengamati jenis obat dan alat kesehatan beserta indikasi dan kegunaannya,
serta mengamati sistem penataan dan penyimpanan obat dan alat kesehatan
di UPF Paviliun.
b. Membantu dalam pelayanan resep, mempersiapkan obat atau alat
kesehatan yang diresepkan dengan pendampingan APJP.
c. Mengerjakan tugas evaluasi prescribing eror dan kebenaran penyiapan dan
pelabelan obat, pengkajian resep dan kuisioner.
d. Melakukan diskusi bersama apoteker penanggung jawab (Monita Tri
Stepani S.Farm Apt).
2. Manfaat
Manfaat yang diperoleh Mahasiswa Selama Belajar Praktek Profesi di Unit
Pelayanan Farmasi Pelayanan Utama meliputi :
a. Mengetahui alur pelayanan farmasi di Instalasi Pelayanan Utama.
b. Mengetahui kegiatan manajerial (perencanaan, pengadaan melalui gudang,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, evaluasi dan pelaporan) di
Unit Pelayanan Farmasi Pelayanan Utama
c. Mengetahui jenis dan manfaat obat dan alat kesehatan yang ada di Unit
Pelayanan Farmasi Pelayanan Utama.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 202
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

H. Praktek Kerja Profesi di UPF Rawat Jalan Umum


Unit Pelayanan Farmasi Rawat Jalan Umum merupakan pelayanan farmasi
yang memberikan pelayanan kepada pasien rawat jalan yang berdasarkan
statusnya adalah pasien umum. Area pelayanan meliputi pasien dari poli mata,
poli THT, Poli Ilmu Kesehatan Anak (IKA), Poli Bedah, Poli Kebidanan dan
Kandungan, Poli Onkologi, Poli Penyakit Dalam, Poli Paru, Poli Kulit dan
Kelamin, Poli Gigi dan Mulut, Poli Psikiatri, Poli Saraf (neurologi), Poli
Komplementer dan Poli Jantung. Selain itu, UPF RJ melayani pasien dengan Obat
program pemerintah yang dilayani misalnya Obat Anti Tuberculosis (OAT) setiap
hari dan obat program HIV setiap hari senin, rabu, jumat. Tujuan mahasiswa PKP
di UPF RJ Umum untuk memahami pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai di UPF RAWAT JALAN, ikut dalam praktek
pelayanan kefarmasian di UPF RJ Umum kepada pasien serta mengetahui tugas
dan fungsi UPF Rawat Jalan Umum di RSUD Dr. Saiful Anwar.
1. Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan mahasiswa saat PKPA di UPF Rawat Jalan Umum
meliputi:
a. Melakukan pengamatan terhadap alur pelayanan di UPF Rawat Jalan
Umum, mengamati jenis obat-alkes beserta indikasi dan kegunaannya,
serta mengamati sistem penataan dan penyimpanan obat dan alkes di UPF
Rawat Jalan Umum.
b. Membantu dalam pelayanan resep dengan pendampinagan petugas UPF.
c. Membantu menyiapkan etiket dan mengemas obat dengan bimbingan.
d. Mengerjakan tugas evaluasi indikator mutu (kuisioner), respon time,
prescribing eror, kebenaran penyiapan dan pelabelan obat.
e. Melakukan diskusi bersama penanggung jawab (Vina Risnawati S.Farm.,
Apt.)
2. Manfaat
Manfaat yang diperoleh mahasiswa selama belajar praktek profesi di UPF
Rawat Jalan Umum meliputi:
a. Mengetahui alur pelayanan kefarmasian di Unit Pelayanan Farmasi RJ
Umum yang meliputi penerimaan resep sampai dengan penyerahan obat

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 203
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

dan alat kesehatan.


b. Mengetahui sistem pengelolaan di Unit Pelayanan Farmasi Rawat Jalan
Umum.
c. Mengetahui jenis dan manfaat obat dan alat kesehatan yang ada di Unit
Pelayanan Farmasi Rawat Jalan Umum.

I. Praktek Kerja Profesi Di UPF IRD


UPF IRD merupakan bagian dari unit pelayanan kefarmasian didirikan
untuk memberikan pelayanan dan memenuhi kebutuhan obat-obatan dan alat
kesehatan dan instalasi rawat darurat. Tujuan dari kegiatan ini adalah mahasiswa
mampu memahami sistem pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai di UPF IGD, ikut serta dalam praktek pelayanan kefarmasian di
UPF IGD kepada pasien serta mengetahui tugas dan fungsi UPF IGD di RSUD
Dr. Saiful Anwar.
1. Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan mahasiswa saat PKPA di UPF IGD meliputi :
a. Melakukan pengamatan terhadap alur pelayanan di UPF IGD, mengamati
jenis obat-alat kesehatan beserta indikasi dan kegunaannya, serta
mengamati sistem penataan dan penyimpanan obat dan alat kesehatan.
b. Membantu dalam pelayanan resep atau permintaan obat/alkes dari dokter
dan perawat dengan pendampingan petugas UPF.
c. Mengerjakan tugas evaluasi indikator mutu (kuesioner), kebenaran
penyiapan dan pelabelan obat, prescribing eror, dan pengkajian resep
(respon time).
d. Diskusi bersama Apoteker Penanggung jawab UPF IGD (Silvia Yunita
Lumban Tobing, S.Farm., Apt) mengenai manajerial UPF IGD meliputi
sistem pemilihan, perencanaan, pengadaan melalui gudang, penyimpanan
dan penataan, pendistribusian/alur pelayanan serta evaluasi dan pelaporan.
2. Manfaat
a. Mengetahui alur pelayanan kefarmasian di Unit Pelayanan Farmasi IGD
b. Mengetahui sistem pengelolaan (pemilihan, perencanaan, pengadaan
melalui gudang, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, evaluasi dan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 204
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

pelaporan).
c. Mengetahui jenis dan manfaat obat dan alat kesehatan yang ada.

J. Praktek Kerja Profesi Di Gudang Farmasi


RSUD Dr. Saiful Anwar Malang mempunyai gudang yang dipisah
menjadi gudang untuk tempat penyimpanan obat-obatan dan gudang untuk
penyimpanan alat kesehatan, gas medis, reagen kimia, dan bahan medis habis
pakai. Tujuan dari kegiatan PKP di gudang farmasi ini adalah memberikan
pengetahuan pada mahasiswa apoteker dalam kegiatan penerimaan, penyimpanan,
pelayanan/pendistribusian barang berupa obat dan alat kesehatan di gudang.
Melalui kegiatan ini diharapkan nantinya mahasiswa dapat memahami alur
pelayanan di gudang perbekalan farmasi.
1. Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan mahasiswa PKP di gudang obat dan alkes meliputi:
a. Mempelajari tata ruang (design) penyimpanan obat, alat kesehatan, gas
medik, dan reagen kimia, serta bahan habis pakai.
b. Mempelajari penyimpanan dan penerimaan bahan beracun dan berbahaya
(B3) serta administrasinya.
c. Mengamati kegiatan penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian serta
pelaporan penggunaan perbekalan farmasi.
d. Mengamati dan memahami alur pelayanan dari gudang ke UPF.
e. Mempelajari dan menganalisa cara menghitung kebutuhan barang farmasi
bulanan dan tahunan.
f. Diskusi dengan Apoteker Penanggung Jawab (APJ)
2. Manfaat
Manfaat yang didapat setelah PKP di Gudang Farmasi :
a. Mengetahui tata ruang (design) penyimpanan obat, alat kesehatan, gas
medik, bahan laboratorium dan radiologi, serta bahan kimia lain.
b. Mengetahui jenis-jenis sediaan dan perbekalan farmasi dan mengetahui
cara menyimpannya
c. Mengetahui cara menyimpan, menerima dan administrasi dari bahan
beracun dan berbahaya

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 205
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

d. Mengetahui kegiatan penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian serta


pelaporan penggunaan perbekalan farmasi.
e. Mengetahui cara menghitung kebutuhan barang farmasi bulanan dan
tahunan

K. Praktek Kerja Profesi Di Upf Rawat Jalan JKN


UPF Rawat Jalan JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) adalah Unit
Pelayanan Farmasi yang memberikan pelayanan untuk pasien peserta JKN yang
menjalani rawat jalan di RSSA Malang. UPF JKN mempunyai 10 loket,
diantaranya loket 1, 2, 3, 4, 5, 6, 9 digunakan sebagai loket penerimaan resep JKN
non cito, loket 7 digunakan untuk pengambilan obat cito (pelayanan resep 1 jalur)
dan loket 10 digunakan untuk pengambilan obat resep JKN non cito. Mahasiswa
PKP di UPF RJ JKN diharapkan dapat memahami mengenai pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di UPF RJ JKN, ikut dalam
praktek pelayanan kefarmasian di UPF RJ JKN kepada pasien serta mengetahui
tugas dan fungsi UPF RJ JKN di RSUD Dr. Saiful Anwar.
1. Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan mahasiswa saat PKPA di UPF RJ JKN meliputi:
a. Melakukan pengamatan terhadap alur pelayanan di UPF RJ JKN dimulai
dari penerimaan resep sampai dengan penyerahan obat.
b. Melakukan konseling kepada pasien yang memperoleh obat untuk rawat
jalan dengan pendampingan.
c. Mengerjakan tugas evaluasi indikator mutu (kuisioner), respon time,
prescribing eror, kebenaran penyiapan dan pelabelan obat.
d. Melakukan diskusi bersama dengan penanggung jawab (Ika Ari Lestari
Ssi., Apt).
2. Manfaat
Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker di UPF RJ JKN meliputi:
a. Mengetahui alur pelayanan kefarmasian di Unit Pelayanan Farmasi JKN
yang meliputi penerimaan resep sampai dengan penyerahan obat dan alat
kesehatan disertai KIE.
b. Mengetahui sistem pengelolaan (perencanaan, pengadaan melalui gudang,

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 206
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, evaluasi dan pelaporan) di


Unit Pelayanan Farmasi JKN.
c. Mengetahui jenis dan manfaat obat dan alat kesehatan yang ada di Unit
Pelayanan Farmasi JKN.

L. Praktek Kerja Profesi Di UPF OK TERPADU


Unit Pelayanan Farmasi (UPF) OK Terpadu merupakan Unit Pelayanan
Farmasi yang khusus melayani kebutuhan perbekalan farmasi di kamar operasi
untuk pasien rawat inap dan rawat jalan. UPF OK dibagi menjadi, UPF OK
Sentral , UPF OK lantai 5, dan UPF OK IGD.
1. Kegiatan
Aktivitas kegiatan yang dilakukan mahasiswa saat PKPA di UPF OK
Sentral,UPF OK lantai 5, dan UPF OK IGD meliputi:
a. Melakukan pengamatan terhadap jenis obat dan alat kesehatan yang ada di
UPF OK Sentral, UPF OK lantai 5, UPF dan OK IGD.
b. Membantu melayani permintaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai petugas bedah dan anastesi sebelum dan selama operasi
berlangsung dengan pendampingan.
c. Mempelajari alur perencanaan, permintaan dan pelaporan sediaan farmasi,
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.
d. Melakukan diskusi bersama penganggung jawab (Lisa Ristiyani S.Farm.,
Apt)
2. Manfaat
a. Mahasiswa PKP mengetahui alur pelayanan yang ada di UPF OK
Sentral,UPF OK lantai 5 dan UPF OK IGD
b. Mahasiswa PKP mengetahui proses pengelolaan obat dan alat kesehatan
yang ada di UPF OK Sentral, UPF OK lantai 5, dan UPF OK IGD seperti
sistem perencanaan, sistem pengadaan melalui gudang, sistem penerimaan,
sistem penyimpanan, sistem pendistribusian, dan sistem pelaporan.
c. Mahasiswa PKP dapat mengetahui jenis obat anastesi (general, lokal,
regional), jenis obat analgesik (narkotika dan non-narkotika), jenis obat
muscle relaxant, dan obat anti pendarahan dan alat kesehatan yang

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 207
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

digunakan dalam operasi di UPF OK Sentral, UPF OK lantai 5 dan UPF


OK IGD.

M. Praktek Kerja Profesi Di Unit Produksi


Produksi merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan mengemas
kembali sediaan farmasi steril dan non-steril untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Sediaan yang dibuat di Rumah Sakit harus
memenuhi persyaratan mutu dan terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan di Rumah Sakit tersebut sehingga dapat membantu menunjang fungsi
instalasi farmasi dalam hal penyiapan dan pengadaan perbekalan farmasi seperti
obat dan bahan medis habis pakai. Tujuan mahasiswa PKP di Unit Produksi yaitu
dapat memahami kegiatan manajerial dalam unit produksi, penanganan sitostatika,
premix elektrolit pekat khususnya KCl, dan pembuatan sediaan non-steril. Hasil
produksi pada unit produksi adalah hand sanitizer, pengenceran formalin, alkohol
96 % dijadikan 70 %, H2O2 (perhidrol 50 % dijadikan 5 dan 3 %), Salep (lavertran
dan boorzalf), Pengemasan kembali alkohol, kreolin, spritus, betadine, gliserin.
1. Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan mahasiswa saat PKPA di unit produksi meliputi:
a. Mahasiswa mengamati model bangunan produksi steril (handling
sitostatika dan premix KCl) dan produksi non steril.
b. Mahasiswa mengamati alat-alat yang digunakan untuk produksi steril dan
non steril di RSUD Dr. Saiful Anwar.
c. Mahasiswa mengamati proses pencampuran sitostatika dan produksi non
steril dan persipan untuk melakukan handilng dengan memakai APD (Alat
Pelindung Diri)..
d. Mahasiswa mendengarkan penjelasan mengenai proses pencampuran
sitostatika dan produksi non steril di RSUD Dr.Saiful Anwar.
e. Mahasiswa juga mempelajari macam-macam obat sitostatika, stabilitas
penyimpanan obat dan tata letak penyimpanan obat sitostatika di unit
produksi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
f. Melakukan diskusi bersama penanggung jawab (Libawa Tulan Okwinsa
S.Farm., Apt.)

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 208
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

2. Manfaat
a. Mahasiswa dapat mempelajari standar kualifikasi model bangunan untuk
produksi steril (premix KCl dan handling sitostatika) dan non steril di
RSUD Dr.Saiful Anwar.
b. Mahasiswa mengetahui alat-alat yang digunakan untuk produksi steril dan
non steril di RSUD Dr. Saiful Anwar.
c. Mahasiswa mengetahui proses penyiapan dan cara pencampuran sitostatika
di dalam BSC dan pendistribusian ke UPF terkait.
d. Mahasiswa memahami unit produksi baik secara manajerial maupun
fungsional.
e. Mahasiswa mengetahui macam-macam obat sitostatika dan tata letak
penyimpanan obat sitostatika di Unit produksi RSUD Dr.Saiful Anwar
Malang.

N. Praktek Kerja Profesi di Ruangan/Bangsal Rawat Inap


Kegiatan Apoteker di ruangan sebagai salah satu pelayanan farmasi klinik
berdasarkan PMK No 72 tahun 2016 meliputi pengelolaan dan. Kegiatan ward
pharmacy yaitu pengkajian resep, rekonsiliasi obat, konseling, visite, Pemantauan
Terapi Obat (PTO), Monitoring Efek Samping Obat (MESO), Evaluasi
Penggunaan Obat (EPO). Tujuan dari kegiatan ini adalah mempelajari tugas
pokok dan fungsi Apoteker di ruangan meliputi kegiatan diatas serta mempelajari
alur pelayanan kebutuhan obat dan alkes untuk pasien rawat inap di ruangan
tersebut. Ruang rawat inap yang menjadi tempat PKPA IRNA I 1 (R.22, R.23
infeksi, R 24 B, R.25, R. 26, R. 27 dan R. 28), IRNA II (R.12&14, R.20&21),
IRNA III (R.4&10, R.8 dan R.9) , IRNA IV(R 7A, R 7B, R.11, HCU anak), HCU
paru.
1. Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan mahasiswa PKP di Instalasi Rawat Inap adalah
sebagai berikut :
a. Mengikuti pre conference dengan tenaga kesehatan lain (perawat, farmasis,
dan ahli gizi).
b. Melakukan kegiatan rekonsiliasi obat kepada pasien di IRNA dengan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 209
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

arahan dari apoteker penanggung jawab.


c. Mengerjakan tugas non-struktural yaitu asuhan kefarmasian berdasar
rekam medis.
d. Membantu apoteker ruangan mendistribusikan obat pada pasien secara
PODS disertai konseling dibawah pengawasa Apoteker Penanggung
Jawab.
e. Mengikuti visite yang dilakukan oleh dokter dan apoteker.
f. Diskusi dengan Apoteker ruangan mengenai kasus yang ada diruangan.
2. Manfaat
a. Mengetahui sistem distribusi obat dan alat kesehatan di ruangan dengan
metode Pemberian Obat Dosis Sehari (PODS).
b. Mengetahui spesifikasi / karakter obat pada masing-masing instalasi rawat
inap.
c. Mengetahui peran Apoteker dalam melaksanakan kegiatan farmasi klinik
di RS sebagai ward pharmacy.
d. Mengetahui peran Apoteker dalam hal kerjasama dengan tenaga kesehatan
lain.
e. Berlatih membaca dan mempelajari rekam medis pasien sebagai bahan
untuk dokumentasi farmasi klinik.
f. Berlatih menghadapi pasien secara langsung melalui pemberian obat,
konseling, assessment, dan rekonsiliasi obat.
g. Berlatih berkomunikasi dengan petugas kesehatan profesi lain seperti
dokter, perawat, dan ahli gizi dalam memantau terapi pasien.

O. Morning Report
Morning Report (MR) adalah kegiatan presentasi yang rutin dilakukan
setiap minggu di hari selasa pukul 07.00-08.30 di ruang Trowulan lantai II yang
dihadiri oleh Apoteker di RSUD Dr. Saiful Anwar untuk meningkatkan mutu
Apoteker. Kegiatan ini juga diharapkan dapat menjalin dan mempererat
kerjasama sesama Apoteker, dan juga dapat menjadi wadah berkumpulnya
Apoteker untuk dapat bertukar pikiran, berbagi pengalaman dan ilmu
pengetahuan.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 210
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

1. Tujuan
Tujuan mahasiswa PKP mengikuti kegiatan morning report adalah untuk
menambah pengetahuan mengenai studi penggunaan obat pada kasus-kasus yang
riil di rumah sakit serta asuhan kefarmasian yang dilakukan.
2. Kegiatan
Mahasiswa PKPA mengikuti presentasi studi kasus (morning report) oleh
apoteker ruangan setiap hari selasa jam 07.00-08.30 setelah presentasi selesai
dilanjutkan dengan sesi tanya jawab mengenai materi yang telah disampaikan.
3. Manfaat
a. Menambah pengetahuan, informasi dan wawasan tentang penyakit yang
ada di lingkungan masyarakat serta penatalaksanaan terapi dan
penggunaan obat untuk kasus terapi tertentu
b. Mendapatkan informasi terbaru tentang perkembangan ilmu farmasi
Tabel 19. Kegiatan Morning Report

Hari/
No. Judul & Kesimpulan Pemateri
Tanggal

Tema : Penggunaan bersama diuretik, ACEI,


ARB, NSAID resiko pada Acute Kidney
Selasa, 29 Injury. Dhoan
1 Agustus Kesimpulan: Trihartono,
2017 - Interaksi penggunaan dari ketiga obat itu S.Farm., Apt
dengan NSAID dapat menyebabkan Acute
Kidney Injury

Tema : Manfaan Non Kontrasepsi pada PilKB


Selasa, Di Bidang Ginekologi.
5 Kesimpulan: Saudi Rahma,
2
September Pil Kb kombinasi estrogen dan progestin lebih S.Farm., Apt.
2017 baik untuk ibadah haji. Pasien osteoporosis
dapat menggunakan pil Kb.

Tema : Asuhan kefarmasian pada pasien


dengan abses renal, striktur uretra, pars
Selasa, 12 bulbosa batu ureter distal, batu buli, AKI,
Wedarani Sadu
3 September Urosepsis.
S.Farm., Apt.
2017 Kesimpulan : Pada kasus Urologi pengobatan
harus menesuaikan dara CrCl agar aman
penggunaan obat terhadap pasien.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 211
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Tema: SNATS 2017/Standar Nasional


Akreditasi Rrumah Sakit Program Nasional
Selasa 19
PPRA, Snars Ed Bab I-16, penilaian elemen Estika Mei Diana
4 September
(regulasi dokumen, simulasi wawancara). S.Farm., Apt
2017
Kesimulan : SNARS 2017 dimulai dari 1
Januari 2018.

P. Presentasi Kasus Farmasi Klinis


Presentasi kasus farmasi klinis merupakan kegiatan untuk membahas
problem medis yang diikuti oleh mahasiswa PKPA saat berada di rawat inap.
Dalam forum diskusi tersebut dibahas tentang analisa kefarmasian dari problem
medis yang diangkat sebagai topik presentasi.
1. Tujuan
Melatih mahasiswa melakukan analisa kefarmasian dari problem medis yang
dilaporkan dan melatih membuat rencana asuhan kefarmasian dari problem medis
tersebut.
2. Kegiatan
a. Judul Asuhan Kefarmasian pada Pasien dengan DM tipe 2
Penyaji Deny Rohliana, S.Farm, Khoirotun Nazilah, S.Farm,
Rohimatus Sa’diyyah,S.Farm
Pembimbing Rani Nur Badriyah, M.Farm-Klin., Apt.
Kesimpulan Diagnosa mayor pada pasien yaitu DM type 2 dan
urosepsis yang disertai hipertensi dan riwayat CVA
thrombosis, pasien mengalami perbaikan setelah
diberikan terapi.
b. Tanggal Kamis , 24 Agustus 2017
Judul Asuhan Kefarmasian pasien dengan Siosis Hepatik
Penyaji Brilliana Annisa.,S.Farm, Sri haryanti Harjami.,S.Farm,
Dara Desinta Nurmasari.,S.Farm
Pembimbing Jainuri Erik P, M.Farm-Klin.,Apt.
Kesimpulan Diagnosa akhir pasien yaitu sirosis hepatic, ascites, SBP,
hepatic ensefalopatik

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 212
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

c. Tanggal Kamis, 31 Agustus 2017


Judul Asuhan Kefarmasian pada Pasien Pre-Eklampsia di
IRNA III
Penyaji Novieta Setiani Noor.,S.Farm, Nurul angraeni.,S.Farm,
Siska Khoirunnisa.,S.Farm
Pembimbing Desantika Wuryana, M.Farn-Klin., Apt
Kesimpulan Output terapinya pasien tidak mengalami kejang,
kesadaran normal, proteinuria normal.
d. Tanggal Rabu, 31 agustus 2017
Judul Asuhan Kefarmasian pada pasien UVJ stenosis +
Complete double system
Penyaji Fera Nor Maliza.,S.Farm, Rahmi Kania Soraya.,S.Farm,
Nur Aeni.,S.Farm
Pembimbing Agustinus Santoso, M.Farm-Klin.,Apt.
Kesimpulan Terapi yang diberikan kepada pasien sudah sesuai.
e. Tanggal Rabu,6 September 2017
Judul Analisis Kefarmasian pada pasien Dilated cardiomyopati,
Decomp cordis nyha kelas iv dan pneumonia
Penyaji Azah Asmawati.,S.Farm , Dewi Kusumaningrum
P.,S.Farm, Diani Sri Agustien ,S.Farm, Dewi
Kusumaninggrum P.,S.Farm
Pembimbing Desantika Wuryana, M.Farn-Klin., Apt
Kesimpulan Pasien mendapatkan terapi ambroxol, ceftriaxon,
f. Tanggal Rabu,6 September 2017
Judul Asuhan Kefarmasian pada pasien CVA Trombosis
Penyaji Vindhy Mulya Gustina.,S.Farm, Sisri Novrita.,S.Farm,
Reza Hasdianto Nugraha.,S.Farm, Mahiru Ullamasyitoh
.,S.Farm
Pembimbing Rani Nur Badriyah, M.Farm-Klin.Apt
Kesimpulan Keadaan Ny. W masih mengalami penurunan kesadaran,
terapi yang diberikan sudah tepat, diagnosa terakhir
pasien saat ini CVA thrombosis, DM type 2, HT stage 2,

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 213
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

dan metabolic ensefalopathy


g. Tanggal Rabu, 13 september 2017
Judul Analisis Kefarmasian pada pasien Ca buli + CKD stage
V+ HF stage II
Penyaji Lidya Rostika.,S.Farm, Ratna Septi Tristiana.,S.Farm,
Dina Melinda.,S.Farm
Pembimbing Agustinus Santoso, M.Farm-Klin.,Apt.
Kesimpulan Tn. Terdiagnosa susp. Ca buli+ CKD Stage IV dan HF
stage II, keadaan terakhir pasien terkena ESBL dan
meninggal dunia
h. Tanggal Rabu, 13 september 2017
Judul Asuhan Kefarmasian pada pasien CKD
Penyaji Venny Aryandini.,S.Farm,Muhammad Riduan.,S.Farm,
Diah silmi Rosiyati.,S.Farm
Pembimbing Jainuri Erik P, M. Farm.Klin., Apt.
Kesimpulan Diabetes dan hipertensi menyebabkan CKD, terapi
hipertensi tidak mencapai goal terapi
i. Tanggal Rabu, 20 september 2017
Judul Asuhan Kefarmasian pada pasien CA Ovarium
Penyaji Anisa Widyaratna.,S.Farm, Dedy Priyatama.,S.Farm,
Miftah Farid Yoga Pratama.,S.Farm, Ari Tri
Wahyuni.,S.Farm
Pembimbing Desantika Wuriana M.Farm.Klin.,Apt
Kesimpulan Diagnosa akhir pasien Ca ovarium, DVT, dan Stomatitis,
terapi yang diberikan kepada pasien sudah tepat
j Tanggal Rabu, 20 september 2017
Judul Analisis Kefarmasian pada pasien Post TDE, IDH, ICH,
Frontoparietal+ Fracture Costae sinistra
Penyaji Alfiana Pramasita Gonibala.,S.Farm, Caledasia Wienny
Sunarto.,S.Farm, Rizqy Amalia Putri.,S.Farm, Dyah Nuri
Rahmadiany.,S.Farm
Pembimbing Agustinus Santoso, M.Farm-Klin.,Apt.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 214
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Kesimpulan Pasien Tn.M mengalami peningkatan kesadaran


kemudian pindah ke R. HCU dan pasien didiagnosa
ESBL diisolasi karena pneumonia memburuk.
Hal – hal yang dibahas meliputi :
1) Definisi penyakit
2) Epidemiologi
3) Etiologi
4) Patofisiologi
5) Manifestasi klinik (tanda dan gejala)
6) Manajemen terapi yang sesuai guideline atau pedoman terapi rumah sakit,
kasus, DRP dan solusi dari DRP yang ditemukan
3. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari tutorial kasus farmasi klinis, mahasiswa lebih
memahami kasus – kasus farmasi klinis sehingga dapat menerapkan pelayanan
farmasi klinis ketika terjun langsung ke dunia kerja.

Q. PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)


1. Tujuan
Tujuan Mahasiswa PKP melakukan penyuluhan /PKRS (Promosi
Kesehatan Rumah Sakit) adalah untuk memberikan informasi terkait obat dan info
lain serta membantu masyarakat (tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien) yang
ada di rumah sakit dalam meningkatkan pengetahuan dan informasi mengenai
materi kesehatan yang diberikan dan dapat merenapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Selain itu dengan penyuluhan /PKRS mahasiswa dapat belajar
bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan benar dengan masyarakat awam,
rekan sejawat, dan/atau tenaga kesehatan lain melalui penyuluhan/PKRS sebagai
kompetensi yang harus dimiliki dan dikuasai oleh apoteker.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 215
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

2. Kegiatan
Tabel 20. Kegiatan PKRS Mahasiswa PKPA

Waktu Tempat Judul Penyuluhan Apoteker Penanggung


Jawab
31 Agustus 2017 IRNA I/R.26 Dagusibu Rani Nurbadriyah
M.Farm-Klin., Apt
7 September IRNA II / R.15 Dagusibu Puspa Rani Aisyah
2017 S.Farm., Apt
7 September IRNA 1 / R.27 Dagusibu obat post Dhoan Tri H. S.Farm.,
2017 kemoterapi Apt
8 September IRNA II/R.17 Tata Laksana Nyeri Khumairatun NR Palupi
2017 S.Farm., Apt
9 September IRNA II/R.21 Penggunaan Marlia Arghia S.Farm.,
2017
13 September IRNA I/R.26 Antibiotik
Dagusibu Inhaler Apt
Rani Nurbadriyah
2017 M.Farm-Klin., Apt
13 September IRNA III/R.9 Penyuluhan TB M. Badrul Munir S.Farm.,
2017 Apt
14 September IRNA 3 / R.9 Manajemen efekM. Badrul Munir S.Farm.,
2017 samping kemoterapi Apt
14 September IRNA 1 / R.22 Oral Hygiene Megawati Stanza G S
2017 S.Farm Apt
25 September IRNA IV/R.7B Jenis, penyebab, Nurul Rohmawati
2017 pengobatan danS.Farm., Apr
pencegahan batuk
3. Metode Penyampaian
Metode penyampaian yang dilakukan adalah dengan prensentasi
menggunakan power point dan diskusi tanya jawab dengan peserta.
4. Manfaat
Audiens atau pendengar dapat memperoleh pengetahuan dan informasi
terbaru mengenai materi yang disampaikan. Selain itu Mahasiswa dapat
mengetahui, mempelajari dan mengasah kemampuan dalam berkomunikasi
dengan masyarakat awam, rekan sejawat, dan/atau tenaga kesehatan lain, karena
sangat diperlukan komunikasi interpersonal dan komunikasi profesional sebagai
kompetensi seorang apoteker dalam menjalankan profesi sebagai apoteker.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 216
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

R. EVALUASI
1. Tujuan
Tujuan diadakannya evaluasi adalah untuk mengukur pemahaman
mahasiswa PKPA terhadap pelayanan kefarmasian di rumah sakit serta
menyamakan presepsi antara pembimbing di rumah sakit dengan mahasiswa
PKPA terkait praktek pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang benar.
2. Kegiatan
Kegiatan evaluasi dilaksanakan pada hari terakhir PKPA di RSUD Dr.
Saiful Anwar, yaitu pada tanggal 29 September 2017. Mahasiswa PKPA
diberikan beberapa pertanyaan oleh pengevaluasi mengenai manajerial
(administrasi dan perundang-undangan, klasifikasi RS, organisasi RS dan IFRS,
akredetasi RS), pengelolaan sediaan farmasi(pemilihan, perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan,
pengendalian, administrasi) dan peran fungsional farmasi di RS (pelayanan farmasi
klinik, peran lintas sektoral), kemampuan analisa farmasi klinik. Hasil evaluasi
mahasiswa PKPA akan dinilai dan dituliskan pada lembar penilaian evaluasi
PKPA.
3. Manfaat
Manfaat dilaksanakannya evaluasi adalah untuk mengukur pemahaman
mahasiswa PKPA terhadap pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Kegiatan
evaluasi ini dapat menjadi latihan dan persiapan bagi mahasiswa PKPA untuk
menghadapi sidang PKPA rumah sakit yang akan dilaksanakan oleh fakultas.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 217
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

BAB V

PEMBAHASAN

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang pelaksanaannya di RSUD


Dr. Saiful Anwar Malang dilaksanakan pada tanggal 7 Agustus hingga 29
sepetember 2017 dengan jumlah 34 mahasiswa terdiri dari 5 Perguruan Tinggi,
yaitu 8 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta, 5 mahasiswa
Universitas Muhamadiyah Malang, 10 mahasiswa Universitas Jember, 5
Universita Muhamadiyah Porwokerto, 5 Universitas Jendral Soedirman. Selama 1
minggu (7 agustus-12 agustus) dilakukan matrikulasi untuk pembekalan sebelum
PKP di ruangan atau di unit pelayanan farmasi (UPF). Kegiatan ini dilakukan
dengan tujuan untuk membekali mahasiswa tentang peran farmasis di rumah sakit
secara manajerial dan klinis. Selain itu matrikulasi juga memberikan tambahan
pengetahuan kepada mahasiswa mengenai RSUD Dr. Saiful Anwar. Kegiatan
PKPA dibagi menjadi dua yaitu di unit pelayanan farmasi dan ruangan.
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang adalah rumah sakit tipe A pendidikan
milik pemerintah daerah provinsi Jawa Timur dan terakreditasi paripurna versi
KARS mulai bulan Maret 2015 karena telah memenuhi 15 bab dengan capaian
diatas 80%. Perolehan sertifikat paripurna didapatkan mulai tanggal 15 Maret
2015 dan pada bulan februari 2018 akan dilakukan penilaian akreditasi kembali
dengan versi SNARS. SNARS memiliki 17 bab dengan penambahan Program
Pengendalian Resistensi Antimikroba dan Integrasi Pendidikan Kesehatan daam
Pelayanan Kesehatan.
Kegiatan pertama mahasiswa melakukan PKPA di unit pelayanan farmasi
yaitu di UPF IRNA I, IRNA II, IRNA III, IRNA IV, UPF IRD, UPF OK Terpadu,
UPF Paviliun, UPF R.26, UPF Rawat Jalan Umum, UPF JKN, Unit Produksi,
GUDANG Obat dan Alkes. Kegiatan yang dilaksanakan di UPF itu adalah
mengamati alur pelayanan masing-masing UPF serta mempelajari pengelolaan
perbekalan sediaan farmasi dan alat kesehatan mulai dari pemintaan ke gudang,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pelaporan.
Mahasiswa juga mendapatkan tugas berdasarkan KeMenKes nomor
129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit dan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 218
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Indikator mutu. SPM Rumah Sakit berupa pencatatan respon time yang dihitung
dari resep mulai datang hingga diserahkan pasien, dimana waktu rentang <30
menit untuk obat nonracikan dan <60 menit untuk obat racikan, selain itu
membagikan kuesioner kepada pasien atau keluarga pasien untuk mengetahui
kepuasan konsumen (pasien) terhadap kinerja pelayanan farmasi di rumah sakit
dan juga evaluasi kesesuaian resep dokter dengan formularium. Indikator mutu
pelayanan farmasi berupa prescribing eror dan angka kebenaran penyiapan dan
pelabelan obat. Mahasiswa juga mengikuti morning report Apoteker dan
melakukan pembahasan tentang kasus terapi pasien di ruangan rawat inap, serta
melakukan promosi kesehatan rumah sakit.
Menurut PerMenKes Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit, kegiatan farmasi di Rumah Sakit dibagi menjadi
dua meliputi pengelolaan sediaan farmasi dan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan
pengelolaan meliputi pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan
administrasi. Berdasarkan PerMenKes No.72 Tahun 2016 menyatakan bahwa
pengelolaan sediaan farmasi, bahan medis habis pakai dan alat kesehatan di rumah
sakit harus dilakukan oleh instalasi farmasi sistem satu pintu. Sistem tersebut
ditetapkan dengan tujuan untuk memudahkan pengendalian, monitoring dan
evaluasi dalam penggunaan sediaan farmasi, bahan medis habis pakai, dan alat
kesehatan sehingga menghindari peredaran obat yang dilakukan oleh pihak lain
selain farmasi. Sistem satu pintu juga diterapkan untuk menjamin kualitas, efikasi,
dan keamanan ketika digunakan pada pasien. RSUD Saiful Anwar Malang telah
menerapkan sistem satu pintu dalam pengelolaan sediaan farmasi, bahan medis
habis pakai, dan alat kesehatan.
Kegiatan pengelolaan yang pertama adalah pemilihan. Pemilihan
dilakukan oleh Komite Farmasi Terapi yang berperan untuk mengembangkan
kebijakan tentang penggunaan obat di Rumah Sakit, dan melakukan seleksi obat
untuk Formularium Rumah Sakit yang berdasarkan usulan dari SMF dengan
Evidence Base Medicine, dan Formularium Nasional.
Perencanaan kebutuhan RSUD Dr. Saiful Anwar Malang dengan metode
konsumsi dan epidemiologi yang disesuaikan dengan anggaran yang tersedia dan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 219
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

dilakukan oleh SDM bagian perencanaan. Kegiatan dilaksanakan dengan tujuan


untuk menghindari terjadinya kekosongan barang. Kegiatan perencanaan
berdasarkan waktu untuk pengusulan anggaran pada pihak rumah sakit dilakukan
secara tahunan dan direalisasikan dalam bentuk perencanaan bulanan. Dasar-dasar
yang dibutuhkan untuk perencanaan antara lain yaitu data konsumsi, sisa stok
yang tersedia, dan buffer (berdasarkan perputaran barang), lead time (waktu
tunggu) dimana kemampuan distributor dalam menyiapkan barang, rencana
pengembangan pelayanan serta anggaran sebagai hal yang sangat penting untuk
dipertimbangkan. Hasil dari kegiatan tersebut diajukan kepada Kepala Instalasi
Farmasi kemudian dengan nota dinas ke PPTK (Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan) lalu ke PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) selanjutnya disetujui oleh
Direktur kemudian kembali ke bagian pengadaan untuk dibuat SPH (Surat
Permintaan Harga).
Pengadaan dilakukan dengan tiga metode yaitu pembelian, produksi, dan
hibah/ sumbangan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam metode pembelian
yaitu kriteria mutu obat, persyaratan pemasok, penentuan waktu kedatangan,
pemantauan rencana pengadaan jumlah dan waktu. Pengadaan melalui produksi
dilakukan untuk sediaan dengan stabilitas tertentu (yang harus direkonstitusi),
sediaan yang membutuhkan repacking kembali, sediaan yang tidak ada dipasaran
atau membutuhkan pengenceran. Produk repacking yang ada di RSUD Dr. Saiful
Anwar Malang terdiri atas produk steril (rekonstitusi obat sitostatika dan premiks
KCl) dan produk non steril (sirup kloralhidrat, handrub, Saleb lavertran yang
isinya oleum iecoris, pengenceran alkohol, perhidrol formalin dan klorhexidin 4
%). Pengadaan melalui hibah sediaan farmasi atau alat kesehatan yang didapatkan
dari program Pemerintah seperti TB dan TB MDR, HIV, PTRM (Metadon) dan
program dari BKKBN yaitu KB Sterile.
Kegiatan penerimaan dibedakan berdasarkan obat dan alat kesehatan. Hal
yang pertama dilakukan adalah pengecekan barang dan dokumen SP (Surat
Pemesanan) dan SPK (Surat Perintah Kerja) sesuai dengan alur SPO nya.
Pengecekan ED minimal 2 tahun kecuali untuk obat-obat tertentu (vaksin dan
reagen), kesesuaian no batch dengan yang tercantum di faktur, untuk barang B3
harus memiliki MSDS (material safety data sheet), serta untuk bahan baku obat

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 220
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

harus memiliki CoA (Certificate of Analysis). Selanjutnya bagian penerimaan


akan membuat berita acara ketika semua barang telah sesuai dengan SP dan SPK
kemudian dimasukkan ke dalam inventory. Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
untuk nilai barang dalam SP/SPK lebih dari Rp 200.000.000 akan diterima oleh
panitia penerimaan sedangkan di bawah Rp 200.000.000 diterima oleh pejabat
penerimaan.
Kegiatan selanjutnya adalah penyimpanan untuk menjamin kualitas dan
keamanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai
dengan persyaratan kefarmasian yang meliputi stabilitas (untuk barang termolabil
disimpan di suhu 2-80C dan barang stabil di suhu <250C), kelembaban, dan
penggolongan jenis. Metode penyimpanan yang dilakukan berdasarkan bentuk
sediaan, alfabetis, FEFO (First Expired First Out), FIFO (First In First Out),
LASA (Look A Like Sound A like), High Alert dan disertai sistem informasi
manajemen.
Kegiatan pendistribusian dilakukan secara individual prescribing (resep
individu) yang berdasarkan resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap
melalui Instalasi Farmasi, selanjutnya distribusi penyiapan obat di UPF ke
ruangan dengan ODD (One Daily Dose)/ PODS (Pemberian Obat Dosis Sehari)
dan dikemas perkali minum, sedangkan distribusi obat pasien rawat inap dengan
UDD (Unit Daily Dose)/ pemberian obat dalam sekali minum yang diberikan oleh
perawat, kemudian floor stock yang disimpan di ruang rawat dimana
pendistribusiannya didelegasikan kepada penanggung jawab ruangan jika tidak
ada petugas farmasi yang mengelola (di atas jam kerja). Letak floor stock berada
disetiap ruangan intensif care unit (ICU, HCU, NICU), kamar bersalin, dan OK.
Kegiatan selanjutnya adalah penarikan dan pemusnahan untuk sediaan
farmasi, bahan medis habis pakai, atau alat kesehatan. Penarikan dilakukan oleh
pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan dari BPOM (mandatory recall)
atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemiliki izin edar (vlountary recall)
dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM terhadap produk yang
izin edarnya dicabut oleh Menteri, izin edarnya habis atau mutu barang tidak
memenuhi syarat. Tidak semua obat yang dilakukan penarikan akan mengalami
proses pemusnahan. Jika ada obat rusak maupun kadaluarsa dapat dimusnahkan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 221
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

oleh tim pemusnahan dan petugas farmasi sebagai saksi, sedangkan jika akan
memusnahkan obat Narkotika Psikotropika dilakukan oleh tim pemusnahan dan
dihadiri petugas BPOM/ Dinas Kesehatan sebagai saksi pemusnahan dan dibuat
berita acara pemusnahan, kemudian mempersiapkan metode tempat dan waktu
dilaksanakan pemusnahan.
Beberapa kegiatan pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang yaitu dilakukan oleh
Instalasi Farmasi bersama dengan Komite Farmasi dan Terapi (KFT) di Rumah
Sakit dan dilakukan oleh Instalasi Farmasi sendiri. Pengendalian persediaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai bertujuan untuk
memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kekurangan atau
kekosongan barang. Kegiatan pengendalian yang dilakukan Instalasi Farmasi
bersama dengan KFT yaitu evaluasi penggunaan beberapa obat yang memerlukan
persetujuan dari KFT seperti penggunaan antibiotik yang direstriksi dalam
Formularium Rumah Sakit. Kegiatan pengendalian yang dilakukan oleh Instalasi
Farmasi yaitu pencatatan kartu stok, pencatatan suhu, evaluasi kesesuaian
peresepan dokter dengan formularium dan stock opname setiap bulan untuk
mengevaluasi barang slow moving (dalam 3 bulan tidak digunakan) dan death
stock (6 bulan berturut-turut tidak digunakan). Bentuk pengendalian di ruangan
antara lain yaitu Fornas Retriksi (sesuai dengan formularium rumah sakit) atau
berdasarkan diagnosis dan terapinya. Bentuk pengendalian selanjutnya dengan
KCO (Kartu Catatan Obat) sehingga dapat mencegah permintaan obat yang
berlebih selama rawat inap.
Kegiatan selanjutnya adalah administrasi yang meliputi pencatatan dan
pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai. Pencatatan dilakukan setiap hari seperti data
penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan. Pelaporan dilakukan setiap bulan
dilakukan oleh UPF ke Instalasi Farmasi berupa laporan pendapatan, laporan
Narkotika dan Psikotropika, laporan stock opname (persediaan barang), laporan
indikator mutu, laporan obat dan alkes yang mendekati ED (expired date), slow
moving, dan death moving. Selain itu, dilakukan pelaporan mengenai aset rumah
sakit setiap 3 bulan sekali yang dilaporkan kepada BPKAD.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 222
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Menurut PerMenKes nomor 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan


Kefarmasian, tugas farmasi yang kedua yaitu pelayanan farmasi klinik. Kegiatan
tersebut meliputi pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran riwayat
penggunaan obat, rekonsiliasi obat, Pelayanan Informasi Obat (PIO), konseling,
visite, Pemantauan Terapi Obat (PTO), Monitoring Efek Samping Obat (MESO),
dispensing sediaan steril, Pemantauan Kadar Obat (PKOD). Pengkajian dan
pelayanan resep dilakukan melakukan pengkajian administrasi, fasmasetik, dan
klinis baik di rawat inap maupun rawat jalan. Penelusuran riwayat penggunaan
obat dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan riwayat pengobatan dari
wawancara atau dari rekam medik pasien. Rekonsiliasi obat dilakukan untuk
membandingkan instruksi pengobatan dengan obat yang telah didapatkan oleh
pasien. Kegiatan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya medication eror.
Selain itu pelayanan farmasi klinik yang dilakukan adalah konseling dengan
memberikan informasi berupa nasihat dan saran mengenai terapi obat agar pasien
mengetahui indikasi obat yang digunakan cara pengunaan agar mencapai efek
terapi yang diinginkan. Kegiatan selanjutnya adalah visite dilakukan secara
mandiri untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung serta memantau
terapi yang diberikan kepada pasien. Kegiatan berikutnya adalah PIO pelayanan
informasi obat dapat dilakukan kepada pasien ataupun kepada tenaga kesehatan
lainnya tentang penggunaan obat. Selanjutnya adalah Pemantauan terapi Obat
dilakukan untuk memastikan terapi yang diberikan rasional, aman, dan efektif.
Selanjutnya adalah MESO merupakan kegiatan untuk meamntau respon yang
tidak dikehendaki terhadap obat dapat terjadi pada dosis lazim atau dosis terapi.
Selanjutnya adalah Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) dilakukan agar kita
mendapatkan gambaran mengenai keadaan pasien saat ini dengan penggunaan
obat yang telah diberikan, memberikan masukan perbaikan untuk penggunaan
obat. Dispensing sediaan steril RSUD Dr. Saiful Anwar memiliki unit produksi
untuk sediaan-sediaan steril dan non steril. Kegiatan terakhir adalah PKOD
(Pamantauan kadar Obat dalam Darah) telah dilakukan di RSUD Dr. Saiful
Anwar tetapi khusus untuk pasien yang menerima transplantasi ginjal diberikan
obat imunosupresan yaitu takrolimus dan dilakukan di luar RSUD Dr. Saiful
Anwar Malang.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 223
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

RSUD Dr Saiful Anwar Malang telah melaksanakan kegiatan pelayanan


farmasi klinik sesuai dengan PerMenKes nomor 72 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian yang meliputi pengkajian dan pelayanan resep,
penelusuran riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi, pelayanan informasi obat
(PIO), konseling, visite, Pemantauan Terapi Obat, Monitoring Efek Samping Obat
(MESO), Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) serta Pemantauan Kadar Obat dalam
Darah (PKOD).

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 224
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

BAB VI
KESIMPULAN

Berdasarkan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di RSUD


Dr. Saiful Anwar Malang yang dilaksanakan pada tanggal 07 Agustus hingga 29
September 2017 , dapat disimpulkan bahwa:
1. Pelayanan kefarmasian di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang sudah sesuai dan
telah dilaksnakan berdasarkan PerMenKes 72 Tahun 2016 tentan Standar
Pelayanan Kefarmasian baik pengelolaan maupun pelayanan farmasi klinik.
2. RSUD Dr. Saiful Anwar Malang melakukan sistem satu pintu berdasarkan
PerMenKes No. 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah sakit.
3. RSUD Dr. Saiful Anwar Malang berbasis Pharmaceutical Care (patient
oriented).
4. RSUD Dr. Saiful Anwar Malang kegiatan Ward Pharmacy di ruangan telah
dilaksanakan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 225
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

BAB VII
SARAN

Setelah melakukan kegiatan PKPA di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang,


kami memberikan beberapa saran agar kegiatan praktek kefarmasian di RSUD Dr.
Saiful Anwar Malang memjadi lebih baik yaitu :
1. Kegiatan visite besar (dokter, perawat, apoteker, gizi) sebaiknya bisa
dijadwalkan secara rutin untuk memaksimalkan efektifitas terapi dan
menerapkan Interprofesional Education secara riil.
2. Tempat penyimpanan di gudang disarankan menggunakan dua pintu yang
berbeda untuk mempermudah obat masuk dan keluar.
3. Perlu adanya kerja sama antara Apoteker penangung jawab ruangan dengan
perawat ruangan untuk menghindari terjadinya kehilangan atau kekosongan
sediaan farmasi di floor stock ruangan.
4. Disarankan untuk memonitoring kepatuhan pemberian obat oleh perawat
kepada pasien dan apoteker memberikan KIE kepada tenaga kesehatan lain
terhadap waktu penggunaan obat yang tepat.
5. Perlu dihimbau kepada tenaga kesehatan yang berada diruangan untuk
mencatat efek samping yang muncul pada pasien agar dapat dievaluasi
penggunaan obat secara komprehensif.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 226
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2005, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1114/


MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Daerah, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Depkes RI, 2008. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 2009, Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 2009, Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang
Rumah sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 2010, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010 tentang
Standar Promosi Kesehatan di Rumah sakit, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 2011. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi
Antriretroviral. Jakarta.
Depkes RI, 2013, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 57 tahun
2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Terapi Rumatan
Metadona, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.56 Tahun
2014 tentang Klasifikasi Rumah sakit, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 72 tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah sakit,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34
tahun 2017 tentang Akreditasi Rumah Sakit. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 227
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar MESO

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 228
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Lampiran 1. Lanjutan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 229
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Lampiran 2. Lembar Rekam Penggunaan Antibiotik

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 230
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Lampiran 3. Lembar Farmasi Klinik

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 231
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Lampiran 3. Lanjutan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 232
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Lampiran 3. Lanjutan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 233
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Lampiran 3. Lanjutan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 234
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Lampiran 3. Lanjutan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 235
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Lampiran 3. Lanjutan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 236
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Lampiran 4. Lembar Pengkajian Resep

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 237
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Lampiran 5. Indikator Mutu Angka Kebenaran Penyiapan dan Pelabelan Obat

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 238
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Lampiran 6. Indikator Mutu Prescribing Error

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 239
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Lampiran 7. Catatan Kendali Sediaan Farmasi Pasien Rawat Inap

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 240
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Lampiran 8. Resep Umum

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 241
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Lampiran 9. Resep JKN

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 242
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Lampiran 10. Salinan Resep

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 243
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Lampiran 11. Etiket

Lampiran 12. Etiket PODS

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 244
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Lampiran 13. Kartu Stok

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 245
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Lampiran 14. Formulir Telaah Resep

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 246
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Lampiran 15. Kuisioner Apotek dan Ruangan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 247
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Lampiran 15. Lanjutan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 248
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Lampiran 15. Lanjutan

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 249
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017

Lampiran 16. Stiker LASA, Sitostatika, High Alert

Program Studi Profesi Apoteker 28


Universitas Muhammadiyah Surakarta 250

Anda mungkin juga menyukai