Disusun oleh :
Alfiana Pramasita G K11017R004
Anisa Widyaratna K11017R005
Dedy Priyatama K11017R013
Miftah Farid Yoga P K11017R032
Reza Hasdianto N K11017R051
Sisri Novrita K11017R058
Vindhy Mulya G K11017R065
Fera Nor Maliza K11017R071
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Disetujui oleh
Pembimbing PKPA
KATA PENGANTAR
Pada kesempatan ini kami juga ingin menyampaikan permohonan maaf yang
sebesar-besarnya apabila ada kesalahan yang telah kami lakukan, selama Praktek
Kerja Profesi Apoteker di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Kami berharap
semoga di waktu mendatang, pengetahuan dan pengalamanyang telah kami
peroleh selama Praktek Kerja Profesi Apoteker di RSUD Dr.Saiful Anwar
Malang, dapat bermanfaat dan menjadi modal awal bagi kami dalam menjalankan
tugas sebagai seorang Apoteker untuk melayani masyarakat khususnya di bidang
kesehatan.
Malang, September 2017
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 18. Materi Matrikulasi yang Diberikan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang .
............................................................................................................................. 193
Tabel 19. Kegiatan Morning Report .................. 21Error! Bookmark not defined.
Tabel 20. Kegiatan PKRS Mahasiswa PKPA .... 2Error! Bookmark not defined.6
DAFTAR GAMBAR
Gambar 30. Alur Pelayanan Unit Pelayanan Farmasi Rawat Jalan Umum .......... 82
Gambar 31. Struktur Organisasi UPF JKN ........................................................... 87
Gambar 32. Denah Ruangan UPF JKN................................................................. 88
Gambar 33. Alur Pelayanan UPF JKN ................................................................. 89
Gambar 34. Proses Pengadaan Obat Dan Alat Kesehatan di UPF JKN ............... 90
Gambar 35. Denah Ruang UPF JKN Proses Penerimaan Obat dan Alat Kesehatan
di UPF JKN ........................................................................................................... 92
Gambar 36. Ruang Tindakan ................................................................................ 94
Gambar 37. Struktur Organisasi Unit Pelayanan Farmasi Instalasi Gawat Darurat
............................................................................................................................... 95
Gambar 38. Denah Unit Pelayanan Farmasi IGD ................................................. 96
Gambar 39. Pendistribusian Obat untuk Pasien Umum di UPF IRD ................... 99
Gambar 40. Pendistribusian Obat Untuk Pasien IKS dan JKN di UPF IRD . Error!
Bookmark not defined.00
Gambar 41. Pendistribusian Obat Untuk Pasien yang Tidak Diketahui
Dentitasnya .......................................................................................................... 101
Gambar 42. Pendistribusian Obat Untuk Pasien yang Tidak Mampu ............... 103
Gambar 43. Pendistribusian Obat Floor Stock Ambulans ................................. 104
Gambar 44. Struktur Organisasi dan SDM di UPF OK TerpaduError! Bookmark
not defined.06
Gambar 45. Denah Ruangan di OK Sentral ....... Error! Bookmark not defined.08
Gambar 46. Denah ruangan di OK Lantai 5 ...... Error! Bookmark not defined.08
Gambar 47. Denah ruangan di OK IGD............. Error! Bookmark not defined.09
Gambar 48. Alur Pelayanan UPF OK Terpadu .. Error! Bookmark not defined.10
Gambar 49. Denah Ruang Rekonstitusi Sediaan Sitostatika .............................. 129
Gambar 50. Alur Permintaan Handling SitostatikaError! Bookmark not
defined.0
Gambar 51. Alur Pelayanan Premix KCl ........... Error! Bookmark not defined.32
Gambar 52. Alur Pelayanan Pengadaan di Unit ProduksiError! Bookmark not
defined.3
Gambar 53. Rumus Perhitungan DDD................................................................ 150
Gambar 54. Alur Gyssens ................................................................................... 151
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang - Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat 3 tertulis bahwa negara
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak. Hal tersebut menunjukan bahwa pemerintah
berkewajiban untuk menyehatkan yang sakit dan berupaya untuk
mempertahankan yang sehat agar tetap sehat. Kesehatan merupakan investasi
untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam
upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus harus
dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kesehatan
merupakan komponen utama.
Menurut World Health Organization (WHO) sehat adalah keadaan fisik,
mental, dan sosial yang sejahtera bukan hanya ketiaadaan penyakit dan lemah.
Undang-Undang 36 tahun 2009 dituliskan bahwa kesehatan merupakan keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan
untuk setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Mengingat
pentingnya kesehatan dalam kesuksesan pembangunan nasional maka perlu
dilakukan peningkatan upaya kesehatan. Upaya kesehatan merupakan kegiatan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Menurut UU RI No. 56 tahun 2014 tentang Rumah Sakit, rumah sakit
merupakan institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah sakit
diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan,
etika, dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak, dan anti
diskriminasi, pemerataan, perlindungan, keselamatan pasien, serta mempunyai
fungsi sosial.
Tugas dan Fungsi rumah sakit menurut Undang-Undang No 44 tahun 2009
tentang Rumah sakit :
BAB II
TINJAUAN TENTANG RUMAH SAKIT
DAN FARMASI RUMAH SAKIT
etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi,
pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.
4. Jenis Rumah Sakit
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, rumah sakit dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaanya.
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dibedakan menjadi:
a. Rumah Sakit Umum, yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
pada semua bidang dan jenis penyakit.
b. Rumah Sakit Khusus, yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan utama
pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
Berdasarkan pengelolaannya, rumah sakit dibedakan menjadi :
a. Rumah Sakit Publik merupakan rumah sakit yang dikelola oleh daerah, dan
badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah
atau pemerintah daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan badan
layanan umum atau badan layanan umum daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
b. Rumah Sakit Privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang
berbentuk perseroan terbatas atau persero.
5. Klasifikasi Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang No 44 tahun 2009 berdasarkan jenis pelayanan
yang diberikan, rumah sakit dikategorikan dalam rumah sakit umum dan rumah
sakit khusus. Rumah sakit Umum diklasifikasikan menjadi 4 yaitu sebagai
berikut:
a. Rumah Sakit Umum Kelas A
Rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 spesialis dasar, 5 spesialis
penunjang medik, 12 spesialis lain, 13 subspesialis. Menurut Permenkes 56 tahun
2014 Pelayanan Medik Spesialis Dasar antara lain pelayanan penyakit dalam,
kesehatan anak, bedah, dan obstetri dan ginekologi. Pelayanan gawat darurat
masuk dalam pelayanan medik spesialis dasar dimana pelayanan gawat darurat
harus diselenggarakan 24 jam sehari secara terus menerus.
3) 4 (empat) orang Apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 8
(delapan) orang tenaga teknis kefarmasian.
4) 1 (satu) orang Apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh
minimal 2 (dua) orang tenaga teknis kefarmasian.
5) 1 (satu) orang Apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit 2
(dua) orang tenaga teknis kefarmasian.
6) 1 (satu) orang Apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi
yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap
atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang
jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian rumah
sakit, dan
7) 1 (satu) orang Apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat
merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat
jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya
disesuaikan dengan bebankerja pelayanan kefarmasian rumah sakit.
Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan sama dengan jumlah tempat tidur
pada instalasi rawat inap. Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain dan tenaga
non kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan rumah sakit.
c. Rumah Sakit Umum Kelas C
Rumah sakit umum kelas C merupakan rumah sakit dengan fasilitas
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 spesialis dasar dan 4 spesialis
penunjang medik.
1) Pelayanan gawat darurat harus diselenggarakan 24 jam sehari secara terus
menerus.
2) Pelayanan medik umum terdiri dari pelayanan medik dasar, pelayanan
medik gigi mulut, kesehatan ibu dan anak, dan keluarga berencana.
3) Pelayanan medik spesialis dasar terdiri dari pelayanan penyakit dalam,
kesehatan anak, bedah, obstetri dan ginekologi.
4) Pelayanan medik spesialis gigi mulut minimal 1 (satu) pelayanan.
5) Pelayanan spesialis penunjang medik terdiri dari pelayanan anestesiologi,
radiologi, dan patologi klinik.
5) 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis
gigi mulut.
Tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri atas:
1) 1 (satu) orang Apoteker sebagai kepala instalasi farmasi rumah sakit.
2) 2 (dua) Apoteker yang bertugas di rawat inap yang dibantu oleh paling
sedikit 4 (empat) orang tenaga teknis kefarmasian.
3) 4 (empat) orang Apoteker di rawat inap yang dibantu oleh palingsedikit 8
(delapan) orang tenaga teknis kefarmasian.
4) 1 (satu) orang Apoteker sebagai koordinator penerimaan, distribusi dan
produksi yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di
rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknik kefarmasian
yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian
rumah sakit.
Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan dihitung dengan perbandingan 2
(dua) perawat untuk 3 (tiga) tempat tidur. Kualifikasi dan kompetensi tenaga
keperawatan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan rumah sakit. Jumlah dan
kualifikasi tenaga kesehatan lain dan tenaga non kesehatan disesuaikan dengan
kebutuhan pelayanan rumah sakit.
Peralatan rumah sakit umum kelas C harus memenuhi standar sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Peralatan paling sedikit terdiri
dari peralatan medis untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, rawat
intensif, rawat operasi, persalinan, radiologi, laboratorium klinik, pelayanan
darah, rehabilitasi medik, farmasi, instalasi gizi, dan kamar jenazah.
d. Rumah Sakit Umum Kelas D
Pelayanan medik terdiri dari pelayanan gawat darurat, medik spesialis
dasar, medik spesialis penunjang, medik spesialis lain, medik subspesialis dan
medik spesialis gigi dan mulut.
1) Pelayanan medis terdiri dari pelayanan gawat darurat, medik umum, medik
spesialis dasar, dan medik spesialis penunjang.
2) Pelayanan gawat darurat harus diselenggarakan 24 jam sehari secara terus
menerus.
SFT
tanggal 24 Februari 2015-23 Februari 2018. RSUD Dr. Saiful Anwar berhasil
mendapatkan sertifikasi akreditasi paripurna karena dinilai sudah memenuhi
standar pelayanan kesehatan dari surveyor akreditasi KARS sesuai dengan Joint
Commision International (JCI) yang merupakan lembaga independen
yangmemberikan penilaian murni berdasarkan standar pelayanan kesehatan yang
berfokus pada keselamatan pasien, mutu pelayanan keperawatan kepada pasien,
koordinasi asuhan keperawatan serta struktur manajemen yang dibutuhkan. RSUD
Dr. Saiful Anwar mendapatkan akreditasi paripurna karena telah memenuhi 4
kelompok yang meliputi 15 bab dan semua bab harus minimal 80% tercapai,
yaitu:
a. Kelompok standar pelayanan berfokus pada pasien atau patient-centered
standards (7 bab).
b. Kelompok standar manajemen rumah sakit atau healthcare organization
management standards (6 bab).
Sasaran keselamatan pasien rumah sakit atau international patient safety
goals. Sasaran milenium development goals (JCIEd 4, 2011).
5. Jenis Pelayanan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Pelayanan RSUD Dr. Saiful Anwar meliputi:
a. Pelayanan medik umum meliputi pelayanan medik dasar, pelayanan medik gigi
dan mulut dan pelayanan KIA/ KB.
b. Pelayanan gawat darurat 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.
c. Pelayanan medik dasar meliputi penyakit dalam, kesehatan anak, bedah
sertaobstetri dan ginekologi.
d. Pelayanan spesialis penunjang medik meliputi radiologi, patologi klinik,
anestesiologi, rehabilitasi medik, onkologi, radiografi dan patologi anatomi.
e. Pelayanan medik spesialis lain meliputi mata, telinga hidung tenggorokan,
syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru,
orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan kedokteran forensik.
f. Pelayanan medik spesialis gigi dan mulut meliputi bedah mulut, konservasi /
endodonsi, orthodonti, periodonti, prosthodonti, pedodonsi dan penyakit mulut.
g. Pelayanan medik subspesialis meliputi bedah, penyakit dalam, kesehatan anak,
obstetrik dan ginekologi, mata, telinga, hidung tenggorokan, syaraf, jantung
dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, jiwa, paru, orthopedi serta gigi dan
mulut.
h. Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
bahan medis habis pakai, pelayanan famasi klinik (PerMenKes No.56 tahun
2014).
i. Pelayanan keperawatan dan kebidanan meliputi asuhan keperawatan dan
asuhan kebidanan.
j. Pelayanan penunjang klinik meliputi perawatan intensif, instalasi laboratorium
sentral, radiologi, patologi klinik, mikrobiologi, pelayanan darah, gizi, farmasi,
sterilisasi instrument, dan rekam medik.
k. Pelayanan penunjang non klinik meliputi laundry/ linen, jasa boga/ dapur,
teknik dan pemeliharaan fasilitas, pengelolaan limbah, gudang, ambulance,
komunikasi, kamar jenazah, pemadam kebakaran, pengelolaan gas medik dan
penampungan air bersih.
l. Pelayanan khusus meliputi akupuntur dan herbal/ jamu.
6) Menyimpan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian.
7) Mendistribusikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.
8) Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu.
9) Melaksanakan pelayanan obat “unit dose”/ dosis sehari.
10) Melaksanakan komputerisasi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai (apabila sudah memungkinkan).
11) Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
12) Melakukan pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai yang sudah tidak dapat digunakan.
13) Mengendalikan persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai.
14) Melakukan administrasi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai.
b. Pelayanan farmasi klinik
1) Mengkaji dan melaksanakan pelayanan resep atau permintaan obat.
2) Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan obat.
3) Melaksanakan rekonsiliasi obat.
4) Memberikan informasi dan edukasi penggunaan obat baik berdasarkan
resep maupun obat non resep kepada pasien/ keluarga pasien
5) Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
6) Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain.
7) Memberikan konseling pada pasien dan/ atau keluarganya.
8) Melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO).
a) Pemantauan efek terapi obat.
b) Pemantauan efek samping obat.
c) Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).
9) Melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO).
10) Melaksanakan dispensing sediaan steril.
a) Pembelian
Pembelian merupakan rangkaian proses pengadaan untuk
mendapatkan perbekalan farmasi. Metode pada proses pembelian tender
terbuka, tender terbatas, pembelian dengan tawar menawar, pembelian
langsung.
1. Tender Terbuka (Lelang)
Berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar dan sesuai dengan kriteria
yang telah ditentukan. Pada penentuan harga mmetode ini lebih
menguntungkan.
2. Tender Terbatas (Lelang Tertutup)
Hanya dilakukan pada rekanan tertentu yang sudah terdaftar dan
memiliki riwayat jejak yang baik, harga masih dapat dikendalikan.
3. Pembelian dengan Tawar Menawar
Dilakukan bila item tidak banyak digunakan dan biasanya dilakukan
pendekatan langsung untuk item tertentu.
4. Pembelian langsung
Pembelian dalan jumlah kecil, perlu segera tersedia, harga tertentu, dan
relatif cukup mahal.
b) Produksi
c) Sumbangan atau Hibah
4) Penerimaan
Tugas dan tanggung jawab IFRS dalam kegiatan ini adalah menjamin
kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga
yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang
diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan
dengan baik. Transaksi yang diterima oleh pejabat barang mulai dari
<1.000.000 menggunakan kwitansi, Rp 1.000.000 - Rp 5.000.000
menggunakan berita acara, 5.000.000 - Rp 200.000.000 menggunakkan
berita acara dan berita serah terima.
5) Penyimpanan
Tugas dan tanggung jawab IFRS dalam penyimpanan adalah menjamin
kualitas dan keamanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan instalasi farmasi dalam
periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan semester atau pertahun).
b) Administrasi keuangan
Tugas IFRS dalam administrasi keuangan merupakan pengaturan
anggaran, pengendalian dan analisa biaya, pengumpulan informasi
keuangan, penyiapan laporan, penggunaan laporan yang berkaitan dengan
semua kegiatan pelayanan kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam
periode bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan.
c) Administrasi penghapusan
Tugas IFRS dalam administrasi penghapusan merupakan kegiatan
penyelesaian terhadap sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak
memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai kepada pihak terkait
sesuai dengan prosedur yang berlaku.
b. Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi:
1) Pengkajian dan pelayanan resep
Tugas dan tanggung jawab IFRS adalah melakukan pengkajian
resep yang meliputi Persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan
persyaratan klinis. Persyaratan administrasi nama, umur/tanggal lahir, dan
no rekamedik. Persyaratan farmasetik meliputi nama obat, bentuk dan
kekuatan sediaan, dosis dan jumlah obat, stabilitas aturan dan cara
penggunaan.Persyaratan klinis meliputi ketepatan indikasi, dosis dan
waktu penggunaan obat, duplikasi pengobatan, alergi, Reaksi Obat yang
Tidak Dikehendaki (ROTD), kontraindikasi dan interaksi obat.
2) Penelusuran riwayat penggunaan obat
Tugas dan tanggung jawab IFRS adalah menelusur riwayat
penggunaan obat untuk mendapatkan informasi mengenai semua obat atau
sediaan farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan, riwayat
pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam medik/
BAB III
PELAYANAN KEFARMASIAN DI IFRS RSUD Dr. SAIFUL ANWAR
Apoteker
Penanggung Jawab
(APJ)
Apoteker
Penanggung Jawab Ketua Pelaksana
Pasien (APJP)
Keterangan :
a. Gudang
b. Ruang tunggu
c. Wastafel
d. Komputer
e. Obat tablet
f. Berkas
g. Obat termolabil
h. Arsip
i. Stok obat
j. Obat psikotropik
k. Obat injeksi
l. Obat LASA
m. Obat high alert
n. Peralatan dispensing
o. Meja dispensing
p. Obat Narkotika
q. Meja packing obat dan alat
kesehatan
r. Alat kesehatan
Gambar 7. Denah Ruangan UPF IRNA I
c. Penerimaan
Apabila sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang
dipesan telah tersedia di gudang obat atau alkes maka dari UPF IRNA I akan
menunjuk caraka atau petugas lain untuk mengambil ke gudang. Petugas atau
caraka akan mencocokkan barang yang dipesan dengan surat pesanan tanda
penerimaan selain itu petugas juga memeriksa kualitas dan kuantitas barang
meliputi jumlah dan jenis, kekuatan sediaan, expired date (ED) minimal 2
tahun. Barang yang telah sampai di UPF akan dicek dan divalidasi dengan
komputer sehingga secara otomatis jumlah sediaan farmasi, alkes atau bahan
medis habis pakai di komputer UPF IRNA I akan bertambah sedangkan
jumlah di komputer gudang obat ataupun alkes akan berkurang. Jika barang
yang diterima tidak sesuai dengan yang direncanakan maka barang
dikembalikan ke gudang obat atau alkes dengan konfirmasi terlebih dahulu
pada petugas gudang.
d. Penyimpanan
Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang
disimpan di UPF IRNA I dikelompokkan berdasarkan bentuk dan jenis
sediaan, suhu dan stabilitas, high alert, LASA (Look Alike Sound Alike),
sitostatika, FIFO (First In First Out), FEFO (First Expired First Out),
Psikotropika dan Narkotika. Penyimpanan obat berdasarkan alfabetis dan obat
LASA dipisahkan antara sediaan yang mempunyai kemiripan nama dan
pengucapan dengan memberi jarak minimal 1 kotak serta pemberian stiker
warna hijau yang bertuliskan “LASA”. Selain memberi stiker berwarna hijau
pada obat-obat LASA, prinsip penyimpanannya juga menggunakan prinsip
Tallman’s letter. Pada penyimpanan OWATI disimpan secara terpisah dan
diberi spotlight merah selain itu diberi stiker warna merah yang bertuliskan
“high alert”pada tempat sediaan dan sediaannya.
e. Pendistribusian
Pendistribusian obat yang ada di UPF IRNA I menggunakan sistem Unit
Dose Daily (UDD), Floor Stock, dan Individual Prescribing. Pasien dengan
status rawat inap akan diberikan pengobatan secara UDD, untuk pasien yang
23
Keterangan:
1. Penyimpanan stok obat infus 13. Rak Produk Infus
2. Ruang Musholla 14. Meja Dispensing
3. Dapur 15. Wastafel
4. Toilet 16. Meja administrasi dan pelayanan
5. Rak sepatu 17. Kursi tunggu pasien Rak obat ablet
6. Rak obat tablet 18. Loker
7. Meja racik 19. Rak alat kesehatan
8. Rak obat high alert 20. Rak alat kesehatan OK mata
9. Lemari es 21. Alat ATDPS
10. Meja kerja 22. Rak penyimpanan ATK
11. Rak obat Narkotika dan 23. Rak obat sirup & obat penggunaan
Psikotropik luar (salep, cream, tetes)
12. Meja dokumen
Apoteker Penanggung
Jawab
Ketua Pelaksana
Apoteker Penanggung Jawab Pasien
R. ICU R.17 & 18
R.12 & 14 R.19
R. 15, 16 & OK R.20, 21 & OK
COMBUS MATA
R. 13
TTK RUANG
e. Penyimpanan
Sediaan farmasi disimpan berdasarkan bentuk sediaan (tablet, kapsul,
injeksi, dan alat kesehatan, salep, tetes mata, sirup, infus), stabilitas obat yang
memerlukan kondisi penyimpanan khusus dengan suhu 2-8°C, penataan secara
alfabetis, FIFO (First In First Out), FEFO (First Expired First Out),
berdasarkan status barang (Fornas dan Nonfornas), obat-obat golongan
Narkotika dan Psikotropika disimpan di lemari khusus (2 pintu dengan 2
kunci, dan lemari tidak dapat dipindah-pindah). Obat high alert diletakkan
ditempat tersendiri dibatasi dengan scotlight merah dan diberikan label
peringatan warna merah. Obat LASA (Look Alike Sound Alike)/ NORUM
diberikan label hijau yang bertuliskan LASA, tidak diletakkan berdekatan dan
tulisan dengan Tallman letter seperti doPAMIN, doBUTAMIN,
CIPROfloxacin, LEVOfloxacin. Alat kesehatan yang sering dibutuhkan di
UPF IRNA II yaitu modern dressing (rawat luka), hypafix, daryantulle, alat
bantu jalan, arm sling, dan collar brace, CVC, dialisa set, breathing circuit,
dan lain-lain.
f. Pendistribusian
Pasien rawat inap umum maupun JKN/ BPJS diberikan obat secara perhari
UDD (Unit Dose Dispensing).
g. Pengendalian
Pengendalian persediaan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan
sesuai dengan strategi dan programnya yang telah ditetapkan sehingga tidak
terjadi kelebihan dan kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluarsa, dan
kehilangan serta pengembalian pesanan. Pada IRNA II terdapat beberapa obat
yang termasuk fast moving yaitu ranitidin, metamizol (antrain), paracetamol,
ceftriaxon, cefazolin, ketorolac, asam mefenamat, ciprofloxacin, levofloxacin,
metronidazol, dan lain-lain. Selain itu, penggunaan antibiotik di RSSA pada
beberapa obat harus diretriksi atau dimintakan persetujuan dari KPRA seperti
amikasin dan meropenem.
h. Pelaporan
Pelaporan pendapatan dilakukan setiap hari setelah selesai melakukan
pelayanan di UPF IRNA II. Setiap satu bulan sekali UPF IRNA II membuat
laporan yang langsung diserahkan kepada koordinator pelayanan untuk
dilakukan evaluasi oleh kepala instalasi farmasi rumah sakit.
Setiap satu bulan sekali UPF IRNA II membuat laporan, yaitu:
1) Laporan Narkotika dan Psikotropika, dengan dilampirkan resep
Narkotika dan Psikotropika.
2) Laporan monitoring suhu ruangan dan suhu kulkas.
3) Laporan pengkajian resep, seperti jumlah pasien, jumlah lembar resep, dan
jumlah item recipe (R/).
4) Laporan obat dan alkes yang mendekati ED (expiration date), slow
moving, dan death moving.
5) Laporan stock opname (persediaan barang), dilakukan 1 bulan sekali.
6) Laporan Indikator Mutu seperti kebenaran penyiapan dan pelabelan obat
pasien rawat inap dan rawat jalan dan Laporan prescribing error,
penyimpanan high alert di ruang rawat inap, penggunaan antibiotik
empiris selama 14 hari di ruang rawat inap, dan pengadaan di luar
prosedur.
7) Laporan pendapatan
8) Laporan respon time
Apoteker penanggung jawab UPF IRNA III memiliki tugas pokok untuk
mengkoordinasikan seluruh kebutuhan, pemantauan, pengawasan, dan
penggunaan seluruh fasilitas sumber daya di UPF IRNA III. Penanggung Jawab
UPF IRNA III memiliki beberapa fungsi antara lain:
a. Perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusi,
administrasi serta memberikan pelayananan farmasi klinik di UPF IRNA III.
b. Mengkoordinasikan sumber daya yang ada di UPF IRNA III.
c. Pemantauan, pengawasan dan pelaksanaan kegiatan di UPF IRNA III.
2. Alur Pelayanan UPF IRNA III
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
Apoteker, baik dalam bentuk paper maupun elektronik untuk menyediakan dan
menyerahkan obat kepada pasien sesuai peraturan yang berlaku (PerMenKes No.
72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit). Resep
yang masuk ke UPF IRNA III yaitu resep manual.
Alur pelayanan obat dan alat kesehatan di UPF IRNA III sebagai berikut:
.
Petugas farmasi UPF menulis permintaan resep ke KCO (Kartu Catatan Obat)
kemudian menyiapkan obat dan alat kesehatan sesuai resep
.
Petugas farmasi UPF mengentry permintaan melalui inventory secara online
.
Setelah selesai, dilakukan cetak permintaan dari masing - masing ruangan
.
Untuk obat oral disiapkan dengan sistem PODS (Pemberian Obat Dosis
Sehari) yaitu plastik PODS putih untuk pagi, plastik PODS merah muda untuk
siang dan plastik PODS biru untuk malam
.
Petugas farmasi ruangan menyerahkan obat oral ke pasien disertai KIE
.
Obat injeksi dan alkes disimpan di perbekalan farmasi untuk masing - masing
pasien
Floor stock yang berada di kaber dapat digunakan jika ada pasien yang
memerlukan obat-obatan untuk bersalin namun UPF sudah tutup. Alur pelayanan
floor stock di kamar bersalin sebagai berikut:
Setiap petugas kamar bersalin yang mengambil barang di troli floor stock wajib
menulis di kertas format yang telah disediakan dan dokter menulis resep sesuai
dengan status pasien dan format kamar bersalin
Tenaga teknis kefarmasian mengecek sisa obat dan alat kesehatan di troli floor
stock setiap pagi hari, kemudian mencocokkan pengeluaran yang tertulis di
kertas format kaber dengan barang fisik yang ada di troli floor stock,
selanjutnya petugas farmasi mengisi kembali kebutuhan obat dan alkes
Petugas farmasi di UPF IRNA III meng-entry penggunaan obat dan alkes ke
dalam billing pasien sesuai dengan status.
.
Pengecekan stok minimum dan penjualan sebelumnya untuk menentukan
jumlah barang yang akan diorder
.
Item barang yang akan di order di input secara online melalui komputer
.
Obat disiapkan sesuai dengan permintaan oleh petugas farmasi di gudang
obat
.
Gambar 16. Alur Pengadaan Perbekalan Farmasi di UPF IRNA III
d. Penerimaan
Penerimaan barang dilakukan dengan tujuan untuk menjaga kualitas dan
menjamin kesesuaian barang yang dipesan dengan yang datang. Pengambilan
barang ke gudang obat dan alat kesehatan dilakukan oleh caraka, pada saat
pengambilan dilakukan pengecekan bentuk fisik, jenis obat/alkes, jumlah yang
disesuaikan dengan tanda terima yang dicetak oleh gudang. Apabila sesuai,
maka petugas menandatangani dokumen penerimaan barang dan alkes
kemudian, obat akan di bawa ke UPF IRNA III. Petugas memasukkan
obat/alkes ke dalam rak penyimpanan dan mengisi kartu stock. Petugas
farmasi UPF IRNA III memvalidasi penerimaan barang melalui komputer.
e. Penyimpanan
Penyimpanan perbekalan farmasi baik obat, alat kesehatan, maupun bahan
medis habis pakai di UPF IRNA III dibedakan berdasarkan:
1) Stabilitas sediaan (suhu tempat penyimpanan).
2) High Alert, penyimpanan sediaan high alert disimpan secara terpisah
dengan obat lain dan diberi label high alert berwarna merah pada tempat
sediaan dan sediaannya. Contoh Obat high alert yaitu Epinefrin, Lidokain,
Nicardipin, Sulfas Atropin.
3) LASA, penyimpanan LASA dipisahkan antara sediaan yang mempunyai
kemiripan nama dan pengucapan dengan memberi jarak minimal 1 kotak
serta pemberian stiker LASA berwarna hijau untuk memperjelas. Contoh
obat LASA yaitu Captopril 6, 25 ; 12,5 dan 25 mg, Cefazoline dan
Ceftazidime, Asam Traneksamat dan Asam Mefenamat.
masuk, barang yang dikeluarkan, sisa stok, nama pasien dan paraf petugas
yang menyiapkan obat. Sedangkan pencatatan pada komputer dengan
memasukkan seluruh transaksi sediaan farmasi dari setiap pasien. Data dari
komputer dan dikartu stok dapat menjadi dasar untuk membuat laporan
penggunaan sediaan farmasi di UPF IRNA III setiap bulannya. Adapun
pencatatan dan pelaporan di UPF IRNA III adalah sebagai berikut:
1) Laporan Psikotropik dan Narkotik dibuat setiap awal bulan dan diserahkan
ke gudang farmasi obat dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota dan BPOM.
Pelaporan psikotropika dan narkotika juga bisa dilaporkan secara online
melalui aplikasi SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotiha dan Psikotropika).
2) Laporan suhu (lemari es maupun suhu ruangan). Suhu lemari es dan suhu
ruangan dicatat sehari sekali setiap shift jaga kedalam kartu stok suhu.
3) Laporan penjualan tunai. Penjualan dengan resep status umum setiap
harinya di rekap dan dilaporkan pendapatan setiap harinya ke bagian
keuangan Farmasi.
4) Laporan jumlah pasien dan jumlah resep yang masuk sesuai dengan status
pasien penjamin (JKN, Tagihan perusahaan) dan umum.
5) Laporan penjualan medik.
6) Laporan jumlah penulisan resep.
7) Laporan stock opname dilakukan setiap akhir bulan untuk UPF IRNA III.
Pelaporan stock opname juga disertai laporan obat yang sudah expired
date, obat expired date dekat 6 bulan dan obat death stock. Laporan stock
opname berisi laporan stock barang, berita acara stock opname dan rekapitulasi
stock selama 1 bulan terakhir.
dilayani merupakan resep umum dan resep JKN dan Ikatan Kerjasama.
Penanggung jawab untuk pelayanan kefarmasian IRNA IV oleh apoteker dan
dibantu oleh TTK dan caraka.
UPF IRNA IV bertugas untuk mengawasi penggunaan barang farmasi baik
obat maupun alat kesehatan dalam bentuk Unit Doses Distribution (UDD) dan
One Daily Doses (ODD) di ruang instalasi rawat inap IV. Ruang yang berada di
rawat irna IV adalah sebagai berikut :
a. Ruang 7A (kelas I = 14 tempat tidur dan kelas II = 20 tempat tidur).
b. Ruang 7B (53 tempat tidur) yang terdiri dari ruang gastroenterology (8 tempat
tidur), neurologi (8 tempat tidur), isolasi 1 (2 tempat tidur), isolasi 2 (2 tempat
tidur), kardiologi (8 tempat tidur), nefrologi (8 tempat tidur), hematologi (10
tempat tidur), dan Thalasemia (7 tempat tidur).
c. Ruang HCU (High Care Unit) untuk kegawatan anak (13 tempat tidur).
d. Ruang Perinatologi (untuk bayi berusia kurang dari 30 hari) terdapat 45 tempat
tidur, yang terdiri dari ruang transisi, ruang non infeksi, ruang infeksi, ruang
bedah neonatal dan ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) untuk
kegawatan bayi yang terdiri dari 5 tempat tidur.
Petugas farmasi UPF menulis permintaan resep ke KCO (Kartu Catatan Obat) lalu
menyiapkan obat dan alat kesehatan sesuai resep.
Untuk obat oral disiapkan dengan sistem PODS (Pemberian Obat Dosis Sehari)
Dilakukan double check yaitu sebelum obat diserahkan ke ruangan dan petugas
farmasi ruangan dengan cara melihat kesesuaian barang fisik dengan KCO
Petugas farmasi ruangan menyerahkan obat oral sistem PODS ke pasien dan obat
injeksi di loker setiap pasien.
Gambar 18. Alur Pelayanan UPF IRNA IV
3. Kegiatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi UPF IRNA IV
a. Pemilihan
Metode yang digunakan untuk menentukan barang yang akan dipesan
adalah dengan metode konsumsi, berdasarkan formularium nasional,
formularium rumah sakit, formularium pendamping serta obat-obat yang
terdaftar di BPOM.
b. Perencanaan
Perencanaan perbekalan farmasi di UPF IRNA IV dilakukan degan metode
konsumsi, artinya menyesuaikan dengan kebutuhan pasien di UPF IRNA IV.
Kegiatan perencanaan perbekalan farmasi di UPF IRNA IV dilakukan setiap
minggu oleh seorang ketua pelaksana dengan supervisi apoteker penanggung
jawab. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk menjamin terpenuhinya
kriteria tepat jenis, tepat jumlah,tepat waktu dan efisien. Dalam hal
perencanaan perlu mempertimbangkan perbekalan farmasi yang masuk fast
moving atau slow moving.
c. Pengadaan
e. Penyimpanan
Penyimpanan perbekalan farmasi baik obat, alat kesehatan, maupun bahan
medis habis pakai di UPF IRNA IV dibedakan berdasarkan:
1) Stabilitas sediaan (suhu tempat penyimpanan)
2) Status pasien
3) High Alert, penyimpanan sediaan high alert disimpan secara terpisah
dengan obat lain dan diberi label high alert berwarna merah pada tempat
sediaan dan sediaannya.
4) LASA, penyimpanan LASA dipisahkan antara sediaan yang mempunyai
kemiripan nama dan pengucapan dengan memberi jarak minimal 1 kotak
serta pemberian stiker LASA berwarna hijau untuk memperjelas.
5) Narkotik dan Psikotropik, penyimpanan obat Narkotika dan Psikotropika
dilakukan dengan menggunakan lemari khusus yang mempunyai 2 buah
kunci yang berbeda
6) Sistem FIFO (First In First Out) atau FEFO (First Expired First Out).
f. Pendistribusian
Pelayanan Sistem pendistribusian yang dilakukan di UPF IRNA IV yaitu
individual prescribing dan PODS (Pemberian Obat Dosis Sehari) untuk pasien
rawat inap. Khusus Ruang HCU anak, selain penyiapan perbekalan farmasi
secara PODS juga terdapat penyiapan perbekalan farmasi dengan sistem floor
stock, yaitu terdapat lemari khusus yang berisi obat dan alat kesehatan yang
dapat digunakan perawat di luar jam kerja Apoteker Penanggung Jawab
Ruangan. Alur pendistribusian floor stock di HCU anak IRNA IV :
Resep
Floor Stock
Gambar 20. Alur Pendistribusian Floor Stock di HCU Anak IRNA IV
g. Pengendalian
Tujuan dari kegiatan pengendalian persediaan sediaan farmasi dan alat
medis habis pakai dilakukan untuk menjaga penggunaan obat sesuai dengan
formularium rumah sakit, formularium nasional, pedoman diagnosis dan terapi
dan memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan / kekosongan, kerusakan, kadaluarsa, dan kehilangan serta
pengembalian pesanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai. Pengendalian yang dilakukan di UPF IRNA IV yaitu dengan cara
mengevaluasi persediaan perbekalan farmasi yang slow moving serta obat-
obat yang mendekati waktu kadaluarsa. Obat- obatan yang slow moving dan
mendakati waktu kadaluarsa akan didistribusikan ke UPF lain yang
penggunaan nya lebih banyak agar tidak terjadi death stock dan expired date.
h. Administrasi
Kegiatan administrasi terdiri dari pencatatan dan pelaporan. Setiap
pemasukkan dan pengeluaran sediaan farmasi di-entry menggunakan sistem
komputer dan dicatat pada kartu stok. Kartu stok memuat data tanggal, jumlah
barang yang masuk, barang yang dikeluarkan, sisa stok, nama pasien dan paraf
petugas yang menyiapkan obat. Sedangkan pencatatan pada komputer dengan
memasukkan seluruh transaksi sediaan farmasi dari setiap pasien. Data dari
komputer dan dikartu stok dapat menjadi dasar untuk membuat laporan
penggunaan sediaan farmasi di UPF IRNA IV setiap bulannya. Adapun
pencatatan dan pelaporan di UPF IRNA IV adalah sebagai berikut:
Laporan penjualan tunai. Penjualan dengan resep status umum setiap
harinya di rekap dan dilaporkan pendapatan setiap harinya ke bagian keuangan
Farmasi.
1) Laporan Psikotropik dan Narkotik dibuat setiap awal bulan dan diserahkan
Pelayanan resep meliputi resep pasien status umum/ regular, JKN maupun
tagihan dari perusahaan yang telah bekerja sama dengan RSUD dr. Saiful Anwar.
2. Alur pelayanan di UPF Ruang 26
Alur pelayanan di UPF ruang 26 sebagai berikut :
TTK menulis instruksi dokter di rekam medik dalam KCO kemudian telaah
resep oleh APJP / TTK
TTK menghitung kebutuhan obat dan alkes untuk pasien di ruang rawat inap
kemudian TTK melakukan entry permintaan komputer
Caraka menyesuaikan
Obat dan alkes diterima obat dan alkes (tanda
Obat dan alkes telah
oleh caraka UPF Ruang terima, jumlah, jenis,
disiapkan oleh gudang
26 fisik barang dan Expired
date)
e. Pendistribusian
Cara pendistribusian obat dan alkes di UPF ruang 26 dilakukan secara
kombinasi yaitu individual prescribing dan pemberian Dosis Sehari (PODS).
Pelayanan obat diatas jam 21.00 dilakukan di UPF IRNA II.
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan
penggunaan sediaan farmasi, alkes dan bahan medis habis pakai. Adapun
tujuan pengendalian yaitu agar:
1) Penggunaan obat sesuai dengan formularium Rumah sakit
2) Penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi
3) Memastikan persedian efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan, kerusakan, kadaluarsa dan kehilangan serta pengembalian
pesanan sedian farmasi, alkes dan bahan medis habis pakai.
Pengendalian yang dilakukan di UPF R.26 yaitu dengan cara mengevaluasi
persediaan perbekalan farmasi yang slow moving serta obat- obat yang
mendekati waktu kadaluarsa. Obat- obatan yang slow moving dan mendakati
waktu kadaluarsa akan didistribusikan ke UPF lain yang penggunaan nya lebih
banyak agar tidak terjadi death stock dan expired date.
g. Pelaporan
Pelaporan sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan mutu
pelayanan dalam rangka evaluasi. Evaluasi yang dilakukan di UPF Ruang 26
meliputi:
1) Stock opname
Pelaporan dan evaluasi stock opname di UPF Ruang 26 dilakukan setiap1
bulan. Stock opname dapat digunakan untuk melihat sisa persediaan yang
terdapat di UPF Ruang 26 saat akhir bulan, berisi jumlah total obat dan
alkes beserta nominalnya.
2) Pelaporan Narkotika dan Psikotropika
Pelaporan Narkotika dan Psikotropika di UPF Ruang 26 dilakukan setiap
bulan. Petugas farmasi merekapitulasi pengeluaran obat Narkotika dan
Psikotropika dalam satu bulan dengan melihat kartu stok dan resep yang
diterima.
3) Laporan obat yang mendekati Expired Date/ telah ED/ Rusak
4) Rekapitulasi obat yang hampir ED/ yang telah ED/ Rusak dibuat
bersamaan dengan stock opname dan dilaporkan. Pelaporan obat yang
mendekati expired date juga dilakukan setiap minggu pada rapat
mingguanyang dihadiri oleh Ketua Pelaksana dan Apoteker Penanggung
JawabUPF, agar obat tersebut dapat dikelola atau dialokasikan kepada UPF
lain dimana obat pada UPF tersebut merupakan obat fast moving.
5) Pelaporan obat slow moving dan dead moving dilakukan bersamaan saat
melakukan stock opname.
6) Laporan suhu ruangan dan lemari es ditujukan untuk mengevaluasi
kesesuaiaan suhu penyimpanan obat dalam menjaga stabilitas sediaan demi
menjamin dan menjaga kualitas dari obat tersebut. Suhu lemari es berkisar
dari 2-8 °C, sedangkan suhu ruang berkisar 20-25 °C. Pencatatan suhu
dilakukan pada pagi dan sore hari oleh petugas UPF Ruang 26.
7) Laporan pelayanan harian UPF berupa laporan jumlah resep atau jumlah
pasien dan pendapatan UPF baik tunai maupun kredit.
8) Laporan indikator mutu pelayanan farmasi di UPF berupa kebenaran
pelabelan dan prescribing error, sedangkan indikator mutu pada rawat inap
berupa pengendalian penggunaan antibiotik > 7 hari dan kepatuhan
penyimpanan elektrolit pekat.
9) Laporan respon time
dan rawat jalan. Pada pelayanan pasien rawat jalan dilakukan dengan
menggunakan individual prescribing. Jenis pasien yang dilayani yaitu umum,
JKN, dan tagihan sedangkan pada pasien rawat inap menggunakan One Daily
Dose atau Unit Dose Dispensing atau yang biasa dikenal dengan sebutan ODD
atau UDD.
Pelayanan UPF Instalasi Pelayanan Utama meliputi pelayanan farmasi:
a. Rawat inap
UPF Instalasi Pelayanan Utama memenuhi semua kebutuhan obat dan alat
kesehatan untuk pasien rawat inap yang terdiri dari:
1) Ruang Tulip (1 bed)
2) Ruang Wijaya Kusuma (5 bed)
3) Ruang Dahlia (20 bed)
4) Ruang Mawar (27 bed)
5) Ruang Bougenvil (27 bed)
6) Ruang Melati (27 bed)
b. Rawat Jalan
1) Poli dokter spesialis
UPF Instalasi Pelayanan Utama memenuhi kebutuhan obat dan
alat kesehatan pasien rawat jalan yang datang berobat ke poli dokter
spesialis.
2) Hemodialisa (30 bed)
Pada instalasi pelayanan utama Hemodialisa terbagi menjadi 2
yaitu hemodialisa rawat jalan dan rawat inap.
3) Kamar terima
Jumlah karyawan UPF Instalasi Pelayanan Utama adalah 27 SDM
yang terdiri dari Apoteker berjumlah 7 orang (1 Apoteker Penanggung
jawab UPF dan 5 orang Apoteker ruangan atau penanggung Jawab pasien),
1 orang sebagai tenaga teknis kefarmasian yang menjabat ketua pelaksana,
4 tenaga teknis kefarmasian ruangan, 8 orang tenaga teknis kefarmasian
UPF dan 7 orang caraka. Tugas apoteker penanggung jawab di unit
pelayanan farmasi Instalasi Pelayanan Utama yakni mengelola
Apoteker Penanggung
Jawab
Gambar 27. Alur Pelayanan Pasien Rawat inap UPF Instalasi Pelayanan Utama
3. Kegiatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi di UPF Instalasi Pelayanan
Utama
Tugas dan fungsi pokok UPF Pelayanan Utama adalah melakukan kegiatan
pengeloaan seperti halnya UPF yang lain, adapun tugas dan fungsi pokok UPF
Pelayanan Utama secara manajerial meliputi:
a. Pemilihan
Proses pemilihan sediaan farmasi disesuaikan dengan kebutuhan
pelayanan di UPF Instalasi Pelayanan Utama. Pemilihan obat dilakukan oleh
APJ UPF dan Ketua Pelaksana untuk menentukan kualitas dan efektivitas
sediaan farmasi yang akan digunakan. Pemilihan dilakukan berdasarkan
Formularium Nasional, Formularium Rumah Sakit, dan Formularium IPU.
b. Perencanaan
Proses perencanaan dimaksudkan menghindari adanya kekosongan obat,
dalam proses perencanaan sediaan farmasi di UPF Instalasi Pelayanan Utama
berupa jenis, jumlah, dan harga sediaan farmasi harus disesuaikan berdasarkan
kebutuhan dan anggaran yang tersedia. UPF Instalasi Pelayanan Utama
melakukan perencanaan setiap seminggu sekali dan ditambah buffer (safety
stock) sebanyak 100%.
c. Pengadaan
Pengadaan Obat dan Alkes UPF Instalasi Pelayanan Utama dengan dengan
membuat permintaan atau memasukkan Surat Permintaan (SP) secara online
ke gudang obat atau alkes pada hari senin, pemesanan barang dilakukan setiap
satu minggu sekali. Sebelum melakukan permintaan perbekalan farmasi di
gudang, petugas UPF Instalasi Pelayanan Utama terlebih dahulu melakukan
pengecekan stok atau persediaan perbekalan farmasi yang hampir habis,
lalu melakukan permintaan secara online kepada gudang farmasi, apabila
dalam kurun waktu satu minggu tersebut barang sudah habis maka petugas
UPF dapat melakukan pemesanan ke gudang lagi. Apabila stok atau
persediaan Obat dan Alkes di UPF Instalasi Pelayanan Utama tidak ada maka
petugas akan mencarikan ke UPF yang lain atau langsung ke gudang.
Apabila di UPF lain dan gudang farmasi juga tidak tersedia, maka pihak
UPF akan berusaha mencarikan ke apotek luar yang telah kerjasama dan
membuat MOU dengan RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, apotek tersebut
diantaranya Apotek Bunga Melati dan Apotek Domat.
d. Penerimaan
Setelah proses pengadaan, barang akan diterima 2-3 hari setelah surat
permintaan secara online. Proses penerimaan barang dari gudang terlebih
dahulu dicek kesesuaianya dengan surat permintaan oleh caraka sebelum
dibawa ke UPF, barang yang telah sampai di UPF akan dicek kesesuaiannya
oleh penanggung jawab atau ketua Pelaksana di UPF Instalasi Pelayanan
Utama. Pengecekan yang dilakukan meliputi nama obat, jumlah obat, tanggal
kadaluarsa, dan kondisi fisik barang, apabila barang tersebut memiliki expired
date pendek maka dari pihak UPF pelayanan utama melakukan konfirmas ke
gudang. Kemudian setelah barang dicek kesesuaian dengan Surat Permintaan
(SP), petugas UPF pelayanan utama akan melakukan validasi secara online
oleh apoteker UPF, TTK, dan caraka. Sumber daya manusia yang ada di UPF RJU
berjumlah 7 orang yang terdiri dari 1 Apoteker Penanggung Jawab, 1 orang
Apoteker UPF, 1 orang Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) sebagai ketua
pelaksana, 2 Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) sebagai pelaksana dan Caraka 2
orang. Berikut struktur organisasi UPF RJU:
TTK Caraka
Pasien Umum
Resep Dokter
UPF RJU
Telaah Resep
Pembayaran
Penyiapan Obat
Penyerahan
Obat + KIE
Gambar 30. Alur Pelayanan Unit Pelayanan Farmasi Rawat Jalan Umum
Keterangan :
Jika pada saat telaah resep ada masalah/DRP maka petugas di UPF akan konfirmasi ke dokter. Dan
pada pasien IKS (Ikatan Kerja Sama) dimintakan kelengkapan dokumentasi berupa kartu peserta
dan surat rujukan untuk syarat klaim ke perusahaan terkait.
e. Pendistribusian
Resep manual atau e-resep yang diterima pasien dari dokter kemudian
diserahkan pada petugas UPF. Petugas UPF selanjutnya memeriksa
kelengkapan dan keabsahan resep (skrining administrasi, farmasetis dan klinis)
kemudian menghitung dosis atau jumlah obat dalam resep dan menghitung
harga obat. Petugas UPF kemudian mengkonfirmasikan pada pasien terkait
harga obat pada pasien atau keluarganya. Resep yang telah dilakukan
pembayarannya kemudian dikerjakan oleh petugas UPF (baik obat racikan
maupun non racikan) hingga dilakukan pelabelan pada obat. Kemudian obat
diserahkan pada pasien dengan diberikan KIE terkait penggunaan obatnya.
f. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan bertujuan untuk memonitor transaksi perbekalan farmasi yang
keluar dan masuk, sedangkan pelaporan bertujuan untuk melengkapi data
sebagai bahan evaluasi dan tersedianya arsip yang memudahkan untuk
penelusuran. Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi
Farmasi dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau
pertahun). Setiap hari setelah selesai pelayanan, UPF RJU melaporkan
pendapatan harian, jumlah resep, dan jumlah item resep. Setiap satu bulan
sekali UPF RJU membuat beberapa laporan untuk dilakukan evaluasi, yaitu:
Laporan suhu ruangan dan suhu kulkas, Narkotika dan Psikotropika, barang
ED (expired date), stock opname, slow moving yang dilaporkan ke
penyimpanan barang medis ; Laporan respon time, jumlah pasien total sebulan
dan jumlah resep sebulan dilaporkan ke Kepala Urusan Pelayanan dan laporan
indikator mutu serta respon time dilaporkan ke manajemen mutu.
UPF JKN melayani pasien dari berbagai poli yang ada di RSUD Dr. Saiful
Anwar Malang, diantaranya :
1. Poli mata 8. Poli paru
2. Poli bedah 9. Poli penyakit dalam
3. Poli THT 10. Poli kulit dan kelamin
4. Poli obgyn 11. Poli gigi dan mulut
5. Poli anak 12. Poli psikiatri
6. Poli onkologi Terpadu 13. Poli komplementer
7. Poli neurologi 14. Poli VCT
15. Poli Jantung atau Cardiology
Total jumlah SDM di UPF JKN adalah 34 orang, yang terdiri dari 4
Apoteker, 21 tenaga teknis kefarmasian dan 9 caraka. Adapun struktur orgnisasi
UPF JKN adalah sebagai berikut:
Keterangan :
1. Loket 1 11. Ruang konseling
2. Loket 2 12. Musolla karyawan, loker
3. Loket 3 13. Ruang administrasi
4. Loket 4 14. Gudang obat
5. Loket 5 15. Ruang penyimpanan obat
6. Loket 6 16. Rak obat
7. Loket 7 17. Lemari Narkotika
8. Loket 8 18. Rak obat
9. Loket 9 19. Rak alkes
10. Loket 10 20. Lemari es
21. Ruang peracikan obat
22. Musholla pasien
23. Tempat pasien menunggu obat
Petugas melakukan skrining resep, verifikasi resep terkait dengan kesesuaian administrasi,
farmasetik dan klinis
Petugas memberi nomor urut antrian sesuai dengan pengelompokkan resep, tanda kuning
untuk e-resep non racikan , tanda merah untuk resep manual, dan tanda hijau untuk resep
racikan
Petugas mencatat pengeluaran obat pada kartu stok manual dan komputer
Petugas menyiapkan obat sesuai permintaan resep yang meliputi pengambilan obat atau
alkes oleh caraka
Dilakukan telaah obat atau pengecekan ulang untuk memastikan bahwa obat sesuai dengan
permintaan resep (Jenis, Jumlah obat dan etiketnya).
Penyerahan Obat dengan memanggil nama pasien atau identitas (Nama, No RM, tanggal
lahir dan alamat) dalam resep serta mengecek kesesuaian dengan nomor antrian pasien
dengan yang ada pada resep
KIE kepada pasien (nama, bentuk dan khasiat obat, frekuensi pemberian obat, waktu
penggunaan, pantangan selama minum obat, penjelasan jika terjadi efek samping obat
yang tidak diinginkan).
Pada unit pelayanan farmasi di UPF JKN mempunyai 10 loket, antara lain
loket 1 dan 2 untuk penerimaan resep elektronik, loket 3, 4, 5, dan 6 digunakan
untuk penerimaan resep manual, loket 7 untuk resep cito, loket 8 untuk resep
khusus digunakan untuk konsultasi resep, resep bermasalah, loket 9 untuk
penyerahan obat hemodialisa dan 10 untuk penyerahan obat non hemodialisa
disertai KIE. Syarat pasien BPJS yaitu harus memiliki Surat Elegibilitas
Peserta (SEP), formulir verifikasi Sistem case-mix dilampirkan Kartu
Pengambilan Obat (KPO), dan hasil data laboraturium jika ada.
3. Kegiatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi di UPF JKN
a. Perencanaan dan pengadaan
Perencanaan didasarkan pada buku defekta dan pengadaan dilakukan
seminggu sekali pada hari Senin secara online ke gudang farmasi obat dan
alkes. Obat-obat yang tersedia di UPF JKN merupakan obat-obat yang
masuk dalam Formularium Nasional BPJS dan Formularium Pendamping
Rumah Sakit serta menyediakan alat kesehatan habis pakai bagi peserta
JKN. Adapun proses pengadaan obat dan alat kesehatan di UPF JKN sebagai
berikut :
Petugas mencatat obat dan alkes yang habis sebelum waktunya dan barang
hampir habis pada buku defekta untuk kebutuhan 1 minggu
Gambar 34. Proses pengadaan obat dan alat kesehatan di UPF JKN
b. Penerimaan
Penerimaan obat dan alat kesehatan di UPF JKN dilakukan seminggu
sekali. Proses penerimaan obat dan alat kesehatan di UPF RJ JKN adalah
sebagai berikut:
Petugas menerima obat dan alat kesehatan yang datang dari Gudang
Farmasi obat dan alkes
Gambar 35. Proses Penerimaan Obat dan Alat Kesehatan di UPF RJ JKN
c. Penyimpanan
Penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan di UPF JKN berdasarkan
bentuk sediaan dan stabilitas obat yang memerlukan kondisi penyimpanan
khusus dengan suhu 2-8° C dan penataan sesuai dengan alfabetis, FIFO (First
in First out) dan FEFO (First expired First out). Obat-obat golongan Narkotika
dan Psikotropika disimpan di lemari khusus dua pintu dengan 2 kunci. Obat
high alert diletakkan ditempat yang berbeda dan diberikan label “HIGH
ALERT” warna merah. Obat LASA (Look Alike Sound Alike) diberikan label
hijau yang bertuliskan LASA, tidak diletakkan berdekatan dan tulisan dengan
Tallman letter seperti doPAMIN, doBUTAMIN, CIPROfloxacin,
LEVOfloxacin.
d. Pendistribusian
Distribusi barang di UPF JKN mencakup pelayanan resep yang meliputi
obat dan alat kesehatan yang didistribusikan untuk pasien rawat jalan secara
individual prescribing, dimana ada 2 macam penulisan individual prescribing
yaitu resep manual dan e-resep (elektronik resep). Sistem e-resep merupakan
sistem penilaian resep yang berbasis elektronik dan dilengkapi dengan sistem
log in dan password untuk menjaga keabsahan dan keamanan e-resep,
sehingga setiap dokter memiliki ID dan password masing-masing untuk
5) Laporan suhu
a) Suhu lemari es
Terdapat beberapa obat yang harus disimpan di lemari es pada suhu
2-8°C dengan pengecekan suhu lemari es setiap hari.
b) Suhu ruangan
Pengecekan suhu ruangan (25-30°C) agar obat tetap stabil pada
suhu ruangan, pengecekan suhu ruangan dilakukan setiap hari. Apabila
suhu tidak sesuai dengan stabilitas maka dilakukan pencatatan, lalu
dilakukan pelaporan kepada panitia penyimpan barang medis kemudian
akan ditindak lanjuti oleh pemeriksa barang medis untuk diperiksa
apakah sediaan tersebut masih stabil atau tidak.
6) Laporan Jumlah pasien dan Jumlah resep
7) Laporan pendapatan
8) Laporan pengkajian resep (Respon time)
Menghitung respon time secara berkala, mulai dari resep diverifikasi
sampai obat atau alkes diberikan pada pasien. SPM untuk obat non racikan
adalah ≤ 30 menit dan racikan ≤60 menit.
9) Laporan Indikator mutu kebenaran pelabelan serta indikator mutu
prescribing error.
a) Indikator mutu kelengkapan penulisan resep (prescribing error)
b) Indikator mutu kebenaran pelabelan dan penyiapan obat
c) Pengukuran indeks kepuasan pasien di UPF, yaitu: Petugas UPF
memberi kuisioner kepada pasien/ keluarga pasien yang sedang
menebus resep di UPF.
darurat. Setiap Rumah Sakit wajib memberikan pelayanan gawat darurat. Gawat
darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera
guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut.
Gawat adalah kondisi yang mengancam jiwa namun tidak memerlukan
penanganan yang segera, contoh keadaan gawat yaitu, kanker dan penyakit kronis
sedangkan, darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan
medis segera guna menyelamatkan nayawa dan mencegah kecacatan lebih lanjut,
contoh keadaan gawat yaitu kecelakaan lalu lintas, perdarahan serta penyakit akut.
Terdapat 4 ruangan tindakan untuk pasien yang baru datang yang disesuaikan dari
kegawatan kondisi pasien seperti pada gambar dibawah ini:
Ruang Triage
pelayanan obat serta alat kesehatan untuk pasien gawat daruratPenanggung jawab
di UPF adalah seorang apoteker. Sistem pelayanan resep di UPF IRD dapat
dilakukan dengan sistem pinjam, yaitu obat atau alat kesehatan diambil terlebih
dahulu oleh dokter atau perawat yang bersangkutan dan dilakukan pencatatan, dan
dokter akan menuliskan resep untuk obat atau alat kesehatan tersebut setelah
dilakukan tindakan medis. Pelayanan sistem pinjam disebabkan karena pasien
dalam kondisi gawat sehingga membutuhkan pelayanan yang cepat dan tepat
kecuali untuk pasien dengan P2 dan P3. Terdapat 4 macam buku peminjaman
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang dibedakan
berdasarkan jenis dan keadaan pasien yaitu emergency, bedah, obgyn dan IKA
(pasien anak). Untuk pasien P2 dan P3, pengambilan obat atau alat kesehatan
dilakukan oleh keluarga pasien dengan resep yang ditulis dokter sehingga setelah
obat diterima maka diserahkan pada dokter untuk dilakukan tindakan medis.
Berikut struktur organisasi dari UPF IGD berikut :
APOTEKER PENANGGUNG JAWAB
Silvia Yunita Lumban Tobing, S. Farm., Apt.
KETUA APOTEKER
PELAKSANA PENANGGUNG JAWAB
Hartanti UPF
Yani Sugeng
Cicilia Aprilianti, Aditya Eka
Widarto, Amd.
Amd. Farm Kurniawan
Farm
Gambar 37. Struktur Organisasi Unit Pelayanan Farmasi Instalasi Gawat Darurat
alkes adalah obat diambil terlebih dahulu oleh dokter atau perawat yang
bersangkutan kemudian dilakukan pencatatan di sebuah buku. Pencatatan tersebut
meliputi nama pasien, nama dokter serta jumlah dan jenis perbekalan farmasi
yang digunakan. Selanjutnya jika tindakan perawatan terhadap pasien tersebut
telah selesai dilakukan, maka dokter yang bersangkutan akan menuliskan resep
sesuai dengan obat atau alkes yang telah digunakan. Sistem pinjam ini digunakan
di UPF IRD karena pasien dalam kondisi gawat darurat sehingga membutuhkan
pelayanan yang cepat dan tepat.
3. Kegiatan Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai di UPF IRD
a. Pemilihan
Pemilihan dilakukan untuk menentukan apakah sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai yang diperlukan sesuai dengan jumlah
resep atau kunjungan serta pola penyakit pada pasien yang datang ke Rumah
sakit. Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
ini berdasarkan formularium rumah sakit yang dibuat oleh komite farmasi dan
terapi Rumah Sakit serta berdasarkan pola penyakit, efektivitas dan keamanan,
pengobatan berbasis bukti, mutu, harga dan ketersediaan di pasaran.
b. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan
hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis,
tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan di UPF IRD dilakukan
setiap seminggu sekali dengan mengacu pada data bulan sebelumnya serta
berdasarkan rata-rata penggunaan setiap minggunya ditambah buffer stock
untuk 2 minggu dan dikurangi dengan sisa stock yang masih ada.
c. Pengadaan
Pengadaan Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
merupakan kegiatan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan
yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah dan waktu yang tepat
dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan di UPF
IRD dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian atas delegasi yang diberikan
oleh Apoteker penanggung jawab di UPF IRD. Pengadaan pada UPF IRD
dilakukan untuk persediaan 2 minggu dimana 1 minggu untuk pelayanan dan 1
minggu sebagai buffer stock. Pengadaan sediaan farmasi untuk UPF IRD
melalui permintaan ke gudang obat atau alat kesehatan tiap hari Senin, obat
akan dikirim dari gudang setiap hari selasa atau rabu dan alat kesehatan
dikirim hari rabu.
d. Penerimaan
Penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
harus dilakukan pengecekan barang yang diterima secara fisik dengan Surat
Pesanan (SP) untuk menjamin spesifikasi kualitas dan kuantitasnya meliputi
jumlah dan jenis, mutu, waktu penyerahan,kekuatan sediaan, dan harga.Waktu
Expired Date (ED) minimal 2 tahun dan untuk obat atau alkes yang mendekati
ED harus didokumentasikan. Jika semua persyaratan terpenuhi maka akan
dikeluarkan berita acara penerimaan barang. Selanjutnya petugas farmasi akan
melakukan validasi di komputer dengan memasukkan data ke inventory
program dan secara otomatis jumlah obat di komputer UPF IGD akan
bertambah dan jumlah obat di gudang farmasi obat/alkes akan berkurang.
Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik,
misalnya faktur pembelian, surat pesanan, dan berita acara.
e. Penyimpanan
Sistem penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai di UPF IGD disusun menggunakan prinsip FIFO (first in first out)
dan FEFO (First expired first out) yaitu sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai yang masa kadaluwarsanya lebih awal atau diterima
lebih awal harus digunakan (dikeluarkan) lebih awal. Penyimpanan tersebut
dipisahkan antara sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
berdasarkan jenis, bentuk sediaan, stabilitas suhu, dan disusun secara alfabetis.
Pelabelan di rak obat dan alkes ditulis dengan jelas, terutama untuk obat high
alert dan LASA. Obat High alert diberi stiker merah “HIGH ALERT”, dan
diletakkan ditempat yang mudah dicari. Contoh OWATI yang tersedia di IGD
.
Pasien melakukan pembayaran
.
Keluarga pasien menyerahkan syarat administrasi berupa
fotocopy kartu JKN, case mix dan SEP, sedangkan untuk
pasien IKS menyerahkan administrasi berupa fotocopy
kartu keanggotaan asuransi pinjaman dan kartu rujukan
Gambar 40. Pendistribusian Obat Untuk Pasien IKS dan JKN di UPF IRD
Adapun alur pendistribusian obat untuk pasien yang tidak diketahui
identitas diri serta keluarganya yaitu:
Gambar 41. Pendistribusian Obat Untuk Pasien yang Tidak Diketahui Identitasnya
Untuk pendistribusian obat pada pasien yang tidak mampu dilakukan
sebagai berikut:
apotek IGD untuk diisi kembali oleh petugas instalasi farmasi bagian IGD.
Contoh obat floor stock ambulance: Cairan infus normal saline 0,9%, Ringer
laktat, Dextro 40%, Adrenaline, Atropin sulfas, Diazepam dan Furosemide.
Ketua pelaksana
(1 orang TTK)
IBS. Hal itu mempengaruhi fungsi dari kamar operasi di ruang OK sentral, berikut
perubahan fungsinya yaitu :
1) Kamar operasi 7 digunakan untuk operasi bedah digestif
2) Kamar operasi 8 dan 10 digunakan untuk operasi bedah orthopedi
3) Kamar operasi 9 digunakan untuk operasi bedah saraf
4) Kamar operasi 12 digunakan untuk operasi bedah mata
5) Kamar operasi 4, 6, 2 digunakan untuk operasi pasien paviliun
Pelayanan OK lantai 5 terdiri dari 9 kamar operasi, adapun jenis fungsi
dari kamar operasi tersebut sebagai berikut:
1) Kamar operasi 1 digunakan untuk operasi bedah digestive
2) Kamar operasi 2 digunakan untuk operasi bedah onkologi
3) Kamar operasi 3 dan 4 digunakan untuk operasi bedah urologi
4) Kamar operasi 5 digunakan untuk operasi extirpasi/insisi biopsy yaitu
operasi kecil untuk pasien rawat jalan dari poli
5) Kamar operasi 6 digunakan untuk operasi THT
6) Kamar operasi 7 dan 8 digunakan untuk operasi obgyn
7) Kamar operasi 9 digunakan untuk operasi pada bedah anak
Yanfar OK Sentral dan lantai 5 melayani kebutuhan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai untuk pasien rawat inap bangsal dan rawat
jalan yang menjalani operasi di OK Sentral dan lantai 5. Pelayanan di yanfar OK
Sentral dan lantai 5 di laksanakan setiap hari Senin sampai dengan Jumat. Waktu
pelayanan yanfar OK Sentral yaitu pukul 07.00 sampai 17.00 atau sampai operasi
terakhir selesai jika ada operasi yang memanjang. Yanfar OK Sentral dan lantai 5
juga melayani operasi on call pada hari Sabtu dan Minggu. Status pasien yang
dilayani yaitu pasien rawat jalan dan rawat inap umum, JKN, Jamkesmasda dan
pasien tagihan (Ikatan Kerja Sama).
b. OK IGD
OK IGD terdiri dari 3 kamar operasi. Yanfar OK IGD menyediakan
kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang
diperlukan untuk operasi yang dilakukan pada pasien-pasien dari IGD dan pasien
rawat inap yang membutuhkan operasi bersifat CITO (segera). Pelayanan Farmasi
di OK IGD selama 24 jam setiap hari dengan pembagian shift pagi pukul 07.00
s/d 14.00 WIB, shift sore pukul 14.00 s/d 21.00 WIB, dan shift malam pukul
21.00 s/d 07.00 WIB. Status pasien yang dilayani di OK IGD antara lain adalah
pasien umum, JKN, dan pasien tagihan (Ikatan Kerja Sama), Jamkesmasda.
Keterangan :
A. Narkotik psikotropik
B. Narkotik psikotropik.
C. Alat kesehatan 1
D. Alat kesehatan 2
E. Alat kesehatan 3
F. Meja administrasi.
G. Obat anestesi, high alert
(injeksi).
H. Obat termolabil.
I. Meja billing
J. TV
K. Galon air minum
L. Breathing circuit anak dan
dewasa
M. Stok gudang dan cairan infus
Gambar 47. Denah ruangan di OK IGD
c. OK IPU
OK IPU (Instalasi Pelayanan Utama) terdiri dari 4 kamar operasi. Yanfar
OK IPU merupakan unit pelayanan farmasi yang khusus melayani kebutuhan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai untuk pasien rawat
inap IPU yang akan menjalani operasi di OK IPU, baik itu pasien umum, JKN dan
tagihan. Waktu pelayanan yanfar OK IPU di RSU dr.Saiful Anwar yaitu 24 jam,
dengan pembagian shift pagi pukul 07.00-14.00, shift siang pukul 14.00-21.00
dan shift malam pukul 21.00-07.00.
Mencatat kebutuhan obat dan alkes di Mencatat kebutuhan obat dan alkes di
buku permintaan bedah lembar permintaan anestesi
Petugas farmasi menyiapkan obat dan alkes sesuai permintaan petugas bedah/petugas anestesi
Tidak Sesuai
Setelah operasi selesai, petugas anestesi/bedah akan mengisi daftar obat dan alkes yang digunakan
pasien pada lembar pemakaian dan diserahkan pada farmasi, dan mengembalikan sisa obat dan
alkes yang tidak digunakan
Petugas farmasi akan mengecek kesesuaian pemakaian pada lembar pemakaian dan
mengembalikan sisa obat/alkes yang tidak digunakan
Petugas farmasi menghitung total biaya pemakaian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai dengan menginput ke dalam inventory
penulisan nama obat dengan menggunakan kapitalisasi pada suku kata yang
berbeda dari nama obat. Berikut obat-obat yang tergolong LASA sebagai
berikut :
diCYNONE, dyNASTAT, doPamin, doBUTamin, LIDOcain, XYLOcain,
ROPIVAcain, PEHAcain.
8) Golongan narkotika dan psikotropika : disimpan dalam lemari khusus yang
tidak bisa dipindahkan atau lemari yang menempel pada dinding dan
dilengkapi dengan kunci ganda. Lemari penyimpanan obat narkotika dan
psikotropika harus selalu dalam kondisi terkunci dan kunci lemari dibawa
oleh penanggung jawab atau petugas yang didelegasikan.
e. Distribusi
Sistem distribusi di UPF OK terpadu menggunakan sistem floor stock,
karena permintaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai yang dilakukan oleh petugas kamar operasi tidak menggunakan
peresepan, namun dengan menuliskan kebutuhannya di buku permintaan
(bukan dengan peresepan). Selain itu item yang diminta masih berupa
perkiraan kebutuhan yang belum tentu seluruhnya digunakan. Apabila setelah
selesai operasi terdapat barang sisa yang tidak terpakai maka dikembalikan ke
UPF OK terpadu dan dicocokan kesesuaian dengan lembar pemakaian dokter.
Kecuali untuk obat narkotika, psikotropika, dan alat khusus (implan)
diharuskan untuk menulis resep setelah tindakan operasi selesai.
f. Pengendalian
Pengendalian stok barang dilakukan dengan pencatatan di kartu stok setiap
hari dan kegiatan stock opname setiap bulan, untuk mengetahui kesesuaian
jumlah dan jenis barang antara dokumentasi dengan kondisi fisik barang. Hal
itu untuk menghindari adanya barang hilang, overstock, stock out, ED, dan
rusak. Jika terdapat obat death stock (3 bulan berturut-turut tidak dikeluarkan),
maka penanganannya akan diinfokan stok tersebut ke depo OK terpadu lain
yang membutuhkan. Penanganan obat yang mendekati masa kadaluarsa atau
rusak dilakukan retur ke gudang.
(Methampyrone)
Dynastat ( Inhibitor seleksi COX-2, terapi jangka
Parecoxib) vial pendek nyeri post-op
40mg
Tramadol inj Hanya untuk nyeri sedang sampai baerat
50mg/ml pasca operasi yang tidak dapat
menggunakan analgetik oral
Buvipakain inj 0,5% Obat untuk memberikan efek anestesi
local dan regional pada berbagai macam
prosedur seperti: operasi, prosedur dental,
oral surgery, obstetrical, serta prosedur
Anestetik diagnostic maupun terapi
Regional Bupivakain Heavy Khusus untuk analgesia spinal
Inj 0,5%+ Glukosa
8%
Ropivakain inj Analgesia dan anestesi regional
7,5mg/ml
Pehacain (lidocain Anestesi local dengan teknik infiltrasi
Anestetik 2%+adrenaline 12,5
Local mcg)
Lidokain Anestesi local dengan teknik infiltrasi
Ketamin Anastetik tunggal untuk prosedur
diagnostic dan terapi saat tidak
diperlukan efek pelumpuhan otot dan
untuk induksi anestesi general
Propofol inj Insiasi dan maintenans monitored
Anestetik anesthesia care (MAC), induksi dan
umum maintenans umum, pasien ICU yang
memerlukan sedasi cth: pasien ventilasi
mekanik
Isofluran Induksi dan maintenans general
Sevoflurane cairan Induksi dan maintenans general
ih
Atropin inj 0,25
mg/ml
Obat untuk Diazepam inj Premedikasi tindakan minor untuk
prosedur 5mg/ml mengurangi kecemasan cth: esofagosfi
preoperative dan gastroskopi
Premedikasi sebelum op
Midazolam inj Dapat digunakan untuk premedikasi
Program Studi Profesi Apoteker 28
Universitas Muhammadiyah Surakarta 115
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017
(Ethamsylate) inj
125mg/ml
Anti asma Aminofilin inj Pengobatan dan pencegahan
24mg/ml bronkospasme yang berhubungan dengan
asma, emfisema dan bronkritis kronik
Amiodaron inj vial Aritmia atrium dan ventrikel, gangguan
50mg/ml jantung serius yang berhubungan dengan
Anti
irama jantung
Aritmia
Fargoxin ( Digoxin Gagal jantung kongestif, gagal jantung
inj 0,25 mg/ml) dengan AF dan aritmia supraventrikular
Furosemid inj 10 Terapi edema pada gagal jantung,
Diuretik mg/ml sirosis, penyakit ginjal edema pulmonal,
dieresis cepat
Gentamycin salep Terapi topical untuk infeksi ocular
mata 0,3% eksterna seperti
Antibiotic
konjuctivitis,keratitis,ulkus kornea dan
dan
blefaritis yang disebabkan bakteri dari
antiseptic
strain
topical mata
Kloramfenikol Infeksi okulareksterna seperti yang
disebabkan oleh bakteri yang sensitive
Anti Catapres (klonidin Terapi hipertensi pada hipertensi esensial,
hipertensi 0,15mg/ml) kritis hipertensi
Dopamin inj Ketidakseimbangan hemodinamik pada
40mg/ml pasien syok yang berhubungan dengan
kardiogenik,septicemia,endotoksin
Obat
Ephineprine inj Terapi anafilaksis akut, gangguan
Vasoaktif
1mg/ml hemodinamik karena syok kardiogenik
dan obaat
dan distribusi, resusitasi bayi baru lahir
inotropik
Norepinephrinr inj Hipotensi akut, terapi penunjang untuk
1mg/ml cardiac arrest dan pasca cardiac arrest,
syok Td <70 mmHg
D5%, D40%, Untuk mencukupi kebutuhan cairan dan
Manitol 20%, NS elektrolit
0,9% (100 ml, 500
Cairan infus
ml, 1 L), RL, sterile
water for inj (WFI),
voluven 6%,
Illiadin spray Rhinitis akut, radang sinus
Dekongesta
(oxymetazoline paranasal,laryngitis, faringitis, untuk
n nasal
HCL) diagnostic,dekongesti lapisan mukosa
ALAT KESEHATAN
Jenis Alkes Contoh
Benang Catgut cromic, catgut plain, cromado cromic, ethilon,
mersilk, monocryl, monocyn, premilene.
Catheter Folly catheter (berbagai ukuran), catether mount,
rectal tube (berbagai ukuran).
Disposible spuit Disp. spuit (1 ml, 3 ml, 5 ml, 10 ml, 20 ml) disp. Spuit
50 ml catheter (LT), disp. Spuit 50 ml eccentric
ECG Chest lead ECG
Endotracheal tube ETT Cuff (berbagai ukuran), ETT uncuff (berbagai
ukuran), ETT non king (berbagai ukuran).
Feeding tube Feeding tube (5, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18).
GIBS Gypsona 10 cm/ 15 cm, Softban 10 cm/15 cm
Handschoen Hand. Non steril (berbagai ukuran), hand. Steril
(berbagai ukuran), maxitex duplex, surgical glove
steril gynecolog (berbagai ukuran).
Mess Mess ( no 10, 11, 15, 22), skin graft knife blades
Needle Needle, spinal needle, stimuplex ultra needle, wing
Needle
Pembalut Elastomul haft, hypafix, lyostip, tricofix
Plester Handsaplast jumbo, tegaderm
pendistribusian, dan pemeliharaan barang yang berupa obat, alat kesehatan dan
pembekalan kesehatan lainnya yang tujuannya akan digunakan untuk
melaksanakan program kesehatan. Standar pelayanan farmasi di rumah sakit yang
meliputi pengelolaan alat kesehatan, sediaaan farmasi dan bahan medis habis
pakai melalui sistem satu pintu yaitu satu kebijakan kefarmasiaan termasuk
pembuatan formularium, pengadaan, dan pendistribusian sediaan farmasi, alkes,
dan bahan medis habis pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan
pasien melalui instalasi farmasi rumah sakit, dimana semua perbekalan farmasi
yang digunakan di lingkungan rumah sakit merupakan tanggung jawab dari
instalasi farmasi rumah sakit. Proses pengelolaan perbekalan farmasi tersebut
dilakukan oleh instalasi farmasi yaitu gudang farmasi agar tercapainya sistem satu
pintu.
2. Implementasi Gudang Di RSUD dr. Saiful Anwar Malang
Gudang di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Saiful Anwar Malang terbagi
menjadi dua bagian, yaitu gudang obat serta gudang alat kesehatan dan bahan
kimia.
a. Gudang Obat
Obat adalah barang yang digunakan untuk keperluan medik dasar yang
pengadaannya secara langsung. Barang obat meliputi obat, bahan obat, kosmetik.
Contoh barang farmasi yang terdapat di gudang obat adalah sebagai berikut :
1) Obat misal : parasetamol, metamizol, amlodipin, asam traneksamat, vitamin
B12, Obat Anti Tuberkulosis (OAT), Metadon, Obat Malaria, Obat Anti Retro
Viral (ARV)
2) Bahan obat misal : alkohol, gliserin, meropenem.
3) Kosmetik misal : acne facial wash, evalen gel, benzolac gel, ketomed,
kloderma gel.
b. Gudang Alat Kesehatan Dan Bahan Kimia
Gudang alat kesehatan (alkes) dan bahan kimia adalah tempat untuk
menyimpan alat-alat kesehatan, reagen, gas medik dan bahan beracun dan
berbahaya (B3).
1) Alkes misal : blood set, infus set, Nasogastric Tube (NGT), spuit, tensimeter,
stetoskop, termometer.
2) Reagen misal : Fehling reagen, natrium klorida (NaCl), methylen blue.
3) Gas medik misal : oksigen (O₂), nitrogen oksida (N₂O) dan karbon dioksida
(CO₂).
4) Bahan beracun dan berbahaya misal : formalin, alkohol, hidrogen peroksida
(H₂O₂).
3. Pengelolaan Kegiataan Perbekalan Farmasi Gudang Di RSUD Dr. Saiful
Anwar Malang
Gudang farmasi di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Saiful Anwar Malang
memiliki beberapa kegiatan yaitu :
a. Pemilihan
Kegiatan untuk menetapkan jenis, sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan sediaan farmasi,
alkes, dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) berdasarkan formularium dan
standar pengobatan, pola penyakit, efektifitas dan keamanan, mutu dan harga,
dan ketersediaan di pasaran.
Pada pemilihan sediaan farmasi di gudang obat Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Saiful Anwar Malang menggunakan metode pemilihan berdasarkan
acuan dari formularium nasional (fornas), formularium rumah sakit, obat
hibah, pola konsumsi, usulan user dan e-katalog.
Pada gudang alat kesehatan dan bahan kimia melakukan usulan pemilihan
barang di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Saiful Anwar Malang berdasarkan e-
katalog, pola konsumsi dan usulan user.
b. Perencanaan
Kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan sediaan
farmasi, alkes dan BMHP sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk
menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan
efisien. Perencanaan menggunakan metode konsumsi, epidemiologi, metode
kombinasi.
Pada gudang obat, alkes dan bahan kimia di RSUD dr. Saiful Anwar
Malang, perencanaan barang dilakukan untuk kebutuhan bulanan.
Perencanaan dilakukan dengan mempertimbangkan stok sisa, kebutuhan rata-
rata per bulan, usulan obat, alkes dan bahan kimia dari instalasi atau Unit
Pelayanan Farmasi (UPF).
c. Pengadaan
Kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan.
Pengadaan harus menjamin ketersediaan, jumlah, waktu yang tepat dengan
harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Hal-hal yang perlu
diperhatikan antara lain: bahan baku obat harus disertai sertifikat analisa,
bahan berbahaya harus menyertakan Medical Safety Data Sheet (MSDS),
sediaan farmasi alkes dan BMHP harus mempunyai Nomor Ijin Edar (NIE),
masa kadaluarsa minimal 2 tahun, kecuali vaksin, reagensia. Pengadaan dapat
dilakukan melalui pembelian, memproduksi sediaan farmasi, sumbangan /
dropping / hibah.
Pengadaan obat, alkes dan bahan kimia di gudang RSUD dr. Saiful Anwar
Malang dilakukan dengan cara melalui lelang, penunjukkan langsung atau
melalui e-purchasing.
Untuk kebutuhan yang bersifat cito dimana ketersediaan diseluruh UPF
rumah sakit dan gudang mengalami kekosongan maka gudang obat, alkes dan
bahan kimia akan mengusulkan permintaan kepada Kepala Urusan
perencanaan yang diteruskan ke bagian pengadaan atas sepengetahuan Kepala
Instalasi Farmasi RSSA. Bagian pengadaan segera melakukan pengadaan obat
cito tersebut.
d. Penerimaan
Kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu,
waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau Surat Pesanan
(SP) dengan kondisi fisik yang diterima.
Penerimaan obat, alkes dan bahan kimia di gudang farmasi RSUD dr.
Saiful Anwar Malang merupakan bagian dari pengelolaan obat-obatan yang
berfungsi menerima obat, alkes dan bahan kimia yang dikirim oleh rekanan
Penyimpanan obat, alkes dan bahan kimia di gudang farmasi RSUD Dr.
Saiful Anwar dilakukan secara baik dan teratur menurut Standar Prosedur
Operasional (SPO) penyimpanan barang farmasi yaitu :
Penyimpanan barang farmasi secara alfabetis berdasarkan sistem FIFO
(barang yang datang terlebih dahulu digunakan terlebih dahulu) dan FEFO
(barang dengan waktu kadaluarsa terdekat dikeluarkan terlebih dahulu
Gas medik berupa CO₂ tabung hitam, N₂O tabung warna biru dan O₂
tabung warna putih ditempatkan terpisah dan di tempat terbuka, karena gas
medik merupakan bahan yang mudah meledak. Untuk bahan termolabil yang
membutuhkan suhu rendah, penyimpanan di lemari pendingin. Bahan yang
mudah terbakar disimpan ditempat yang terbuka.
Pelaksana gudang obat, alkes dan bahan kimia memasukkan data barang
ke dalam kartu stok. Petugas administrasi menginput barang masuk ke
inventory barang farmasi tersebut dengan bukti barang masuk. Petugas
administrasi mengarsipkan berkas berita acara penerimaan barang, surat
perintah kerja, bukti pengiriman barang.
f. Pendistribusian
Kegiatan dalam rangka menyalurkan sediaan farmasi, alkes dan BMHP
dari tempat penyimpanan ke UPF dengan tetap menjamin mutu, stabilitas,
jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
Distribusi perbekalan farmasi dari gudang obat, alkes dan bahan kimia di
RSUD dr. Saiful Anwar Malang ke UPF menggunakan SP online. Permintaan
barang dari UPF biasanya dilakukan setiap hari Senin pada tiap minggu untuk
memenuhi kebutuhan satu minggu, namun jika memang obat dan atau alkes
sudah habis sebelum hari Senin minggu yang akan datang, UPF dapat
mengajukan SP online lagi walaupun jumlah yang diminta tidak bisa
maksimal mengingat pembatasan dari program inventory. Obat dan atau alkes
dikeluarkan berdasarkan sistem FIFO dan FEFO.
Saat kondisi darurat, untuk mendapatkan perbekalan farmasi saat gudang
farmasi obat, alkes dan bahan kimia tutup, maka dilakukan sesuai prosedur:
1) Petugas gudang farmasi obat dan atau alkes akan mengambil kunci di pos
satpam lalu membuka pintu gudang farmasi.
2) Menanyakan ulang kebutuhan perbekalan farmasi pada petugas UPF.
3) Menyiapkan kebutuhan perbekalan farmasi yang dibutuhkan.
4) Mengkonfirmasikan kepada petugas UPF bahwa barang sudah dapat
diambil.
5) Petugas UPF mengambil barang di gudang.
6) Mengunci kembali pintu gudang farmasi obat dan menitipkan kunci di pos
satpam.
g. Penarikan dan Pemusnahan
Harus dilakukan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan perundangan
yang berlaku. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar /
ketentuan peraturan perundangan dilakukan oleh pemilik ijin edar (mandatory
recall) berdasarkan perintah oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) atau berdasarkan sukarela oleh pemilik ijin edar (voluntery recall)
dengan tetap memberikan laporan kepada kepala BPOM. Pemusnahan
dilakukan bila produk tidak sesuai persyaratan mutu, kadaluarsa, dicabut ijin
edar, tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan.
h. Pengendalian
Tujuan pengendalian untuk penggunaan obat sesuai dengan forumularium
rumah sakit, sesuai dengan diagnosis dan terapi, dan memastikan persediaan
efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan kekurangan, kerusakan,
kadaluarsa, dan kehilangan.
Pada pengendalian sediaan farmasi di gudang obat atau alkes dan bahan
kimia di RSUD dr. Saiful Anwar Malang menggunakan kartu stok baik
manual maupun komputerisasi, dan tiap bulan dilakukan stock opname.
i. Pencatatan dan pelaporan
Kegiatan pengelolaan meluputi perencanaan, pengadaan, penerimaan,
pendistribusian, pengendalian, pengembalian, pemusnahan dan penarikan.
Pelaporan dibuat sesuai periodik yang dilakukan instalasi farmasi dalam
periode waktu tertentu (bulanan triwulan, semester atau pertahun).
Pencatatan dan pelaporan sediaan farmasi di gudang obat, alkes dan bahan
kimia di RSUD dr. Saiful Anwar Malang dilakukan tiap bulan dan triwulan.
Pelaporan pada RS berupa stok akhir bulan, laporan suhu penyimpanan reagen
dan B3, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, laporan Narkotika dan
Psikotropika. Laporan-laporan tersebut diserahkan kepada kepala urusan
gudang farmasi setiap awal bulan. Kemudian kepala urusan logistik farmasi
akan menganalisa data masuk dan menyerahkan hasil analisa kepada kepala
urusan evaluasi dan managemen mutu kemudian diserahkan ke kepala
instalasi RS dan dilanjutkan ke direktur dan kemudian pelaporan di serahkan
ke provinsi.
memenuhi kebutuhan obat kemoterapi injeksi pasien yang rawat inap maupun
rawat jalan di RSUD Dr. Saiful Anwar, seperti halnya dengan unit pelayan
farmasi yang lain UPF onkologi juga melakukan kegiatan pengeloaan tugas dan
fungsi pokok UPF onkologi secara manajerial yang meliputi:
a. Pengadaan
Proses pengadaan di UPF onkologi dilakukan dengan membuat
permintaan atau memasukkan Surat Permintaan (SP) secara online ke gudang
obat atau alkes setiap satu minggu sekali.
b. Penerimaan
Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang sudah
ada di gudang obat atau alkes akan diambil oleh caraka dengan mencocokkan
surat pesanan tanda penerimaan dan barang diperiksa kualitas dan
kuantitasnya meliputi jumlah dan jenis, kekuatan sediaan. Barang yang sampai
UPF dicek dan divalidasi di komputer sehingga secara otomatis jumlah obat di
komputer UPF onkologi akan bertambah dan jumlah obat di gudang obat atau
alkes akan berkurang. Apabila barang yang diterima tidak sesuai dengan yang
direncanakan maka barang dikembalikan ke gudang obat dan alkes dengan
konfirmasi terlebih dahulu pada petugas gudang.
c. Penyimpanan
Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang
disimpan di UPF onkologi dikelompokkan berdasarkan suhu dan stabilitas.
d. Pelaporan
Pelaporan yang dilakukan di UPF onkologi yaitu :
1) Pelaporan keluar dan masuk barang, untuk mengetahui jumlah pemakaian
barang berdasarkan barang fast moving, slow moving atau death moving.
2) Laporan penerimaan dan pengeluaran aset
Pelaporan ini dimaksudkan untuk mengetahui jumlah aset dan nominal
barang yang diterima dari gudang dan dikeluarkan ke bagian produksi
selama satu bulan sekali pada waktu akhir bulan.
3) Obat yang mendekati expired date kurang dari 6 bulan
jenis yaitu jenis masker surgical dan masker N95, untuk penanganan
sediaan steril non sitostatika hanya memakai masker surgical saja.
d) Sarung tangan
Sarung tangan yang dipilih harus memiliki permeabilitas yang minimal
sehingga dapat memaksimalkan perlindungan bagi petugas dan cukup
panjang untuk menutup pergelangan tangan. Sarung tangan terbuat dari
latex dan tidak berbedak (powder free). Khusus untuk penanganan sediaan
sitostatika harus menggunakan dua lapis dan untuk penanganan non
sitostaika bisa memakai satu lapis saja
e) Kacamata
Kaca mata pelindung digunakan pada saat penanganan sediaan sitostatika.
2) Cytotoxic Safety Cabinet
Cytotoxic Safety Cabinet adalah alat yang digunakan untuk rekonstitusi
obat sitostatika yang dapat melindungi petugas dari paparan obat atau bahan yang
bersifat toksik , obat yang direkonstitusi dan lingkungan sekitar. Berdasarkan
aliran udara Cytotoxic Safety Cabinet memiliki Aliran udara yang vertikal
biasanya digunakan untuk rekonstitusi obat sitostatika dan yang horisontal untuk
pencampuran obat non sitostatika dan TPN (Total Parenteral Nutrition).
Ruangan yang digunakan untuk pencampuran obat sitostatika dan sediaan
steril lainya terdiri dari:
a) Ruang persiapan
b) Ruangan yang digunakan untuk administrasi dan penyiapan alat kesehatan dan
bahan obat (etiket, pelabelan dan cairan infus).
c) Ruang cuci tangan dan ruang ganti pakaian sebelum masuk ke ruang antara,
petugas harus mencuci tangan, ganti pakaian kerja dan memakai alat
pelindung diri (APD).
d) Ruang antara (ante room) Petugas yang akan masuk ke ruang steril melalui
suatu ruang antara.
e) Ruang steril (clean room) harus memenuhi syarat sebagai berikut:
i. Permukaan lantai datar dan halus, tanpa sambungan, keras, resisten
terhadap zat kimia dan fungi, serta tidak mudah rusak.
ii. Permukaan dinding rata dan halus, terbuat dari bahan yang keras, tanpa
sambungan, resisten terhadap zat kimia dan fungi, serta tidak mudah rusak,
sudut-sudut pertemuan lantai dengan dinding dan langit-langit dengan
dinding dibuat melengkung dengan radius 20 – 30 mm, colokan listrik
datar dengan permukaan dan kedap air dan dapat dibersihkan.
iii. Jumlah partikel berukuran 0,5 mikron tidak lebih dari 350.000 partikel.
iv. Saluran dan kabel dibuat diatas plafon
v. Jumlah jasad renik tidak lebih dari 100 per meter kubik udara.
vi. Suhu 16-25°C.
vii. Kelembaban 45-55%.
viii. Di lengkapi High Efficiency Particulate Air (HEPA) Filter.
ix. Tekanan udara di dalam ruang steril lebih positif dari pada tekanan udara
di luar ruangan steril. Ruangan steril untuk handling sitostatika harus
bemuatan negatif, sedangkan ruangan non steril untuk handling non
sitostatika bermuatan positif.
x. Pass box untuk tempat masuk dan keluarnya alat kesehatan dan bahan obat
sebelum dan sesudah dilakukan pencampuran yang terletak di antara ruang
persiapan dan ruang steril dan dilengkapi dengan lampu UV untuk
membunuh bakteri.
Adapun denah ruangan rekonstitusi sediaan sitostatika di RSUD Dr. Saiful
Anwar sebagai berikut :
Keterangan :
1. Pintu masuk ke UPF onkologi
2. Lemari dan kulkas untuk menyimpan obat sitostatika
3. Pass box
4. Meja administrasi
5. Wastafel
6. Ruang ganti pakaian
7. Pintu masuk ruang rekonstitusi
8. BSC (Biological Safety Cabinet)
9. Ruang rekonstitusi
Alur permintaan handling sitostatika di RSUD Dr. Saiful Anwar sebagai
berikut:
Resep dan protokol resep sitostatika
yang ditulis oleh dokter diberikan ke
pasien
Penyerahan
2) Distribusi
Produk non-steril yang telah dibuat didistribusikan ke masing-masing UPF
IRNA/ instalasi lain yang melakukan permintaan produk non-steril dengan
cara mengambil produk ke unit produksi melalui masing-masing petugas /
caraka ruangan, sediaan yang diberikan disesuaikan dengan surat permintaan
dan diketahui oleh penanggung jawab produksi.
3) Pelaporan produksi non steril
a) Pelaporan jenis produk non steril
b) Jumlah sediaan yang dibuat dalam 1 bulan
c) Pelaporan jumlah bahan baku yang dipakai dalam produksi
M. Ward Pharmacy
1. Latar Belakang
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah
sakit untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut
telah diatur dalam Permenkes Nomor 72 tahun 2016 tentang standar pelayanan
kefarmasian di rumah sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan kefarmasian
di Rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang
bermutu dan terjangkau bagi semua masyarakat termasuk pelayanan farmasi
klinik. Apoteker khususnya yang bekerja di rumah sakit dituntut untuk
merealisasikan perluasan paradigma pelayanan kefarmasian dari orientasi
produk (drug oriented) menjadi orientasi pasien (patient oriented). Pelayanan
kefarmasian selain harus mampu menjamin keamanan, khasiat dan mutu obat
agar mampu memberikan manfaat bagi kesehatan dan berbasis bukti (evidence
base medicines), juga harus mampu mengidentifikasi, menyelesaikan dan
mencegah masalah terkait penggunaan obat yang aktual dan potensial.
Kegiatan pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien adalah
praktek Apoteker pada ruang rawat inap (ward pharmacy) dengan visite sebagai
salah satu aktivitasnya. Visite Apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan
Apoteker kepada pasien diruang rawat dalam rangka mencapai hasil terapi
(clinical outcome) yang lebih baik. Akitivitas visite dapat dilakukan secara
mandiri atau kolaborasi secara aktif dengan tim dokter dan profesi kesehatan
lainnya dalam proses penetapan keputusan terkait terapi obat pasien.
Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan
Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of
life) terjamin.
Pelayanan farmasi klinik menurut Permenkes Nomor 72 tahun 2016
tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi:
a. Pengkajian dan pelayanan resep;
b. Penelusuran riwayat penggunaan obat;
c. Rekonsiliasi obat;
d. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
e. Konseling;
f. Visite;
g. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
j. Dispensing sediaan steril, dan
k. Pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD)
6) melakukan penelitian.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam PIO:
1) sumber daya manusia;
2) tempat; dan
3) perlengkapan.
e. Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi obat dari apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya.
Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas
kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif apoteker, rujukan dokter, keinginan
pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan
kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap apoteker.
Pemberian konseling obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi,
meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan
meningkatkan costeffectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan
penggunaan obat bagi pasien (patient safety).
Secara khusus konseling obat ditujukan untuk:
1) meningkatkan hubungan kepercayaan antara apoteker dan pasien;
2) menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien;
3) membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obat;
4) membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan obat
dengan penyakitnya;
5) meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan;
6) mencegah atau meminimalkan masalah terkait obat;
7) meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam hal
terapi;
8) mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan; dan
9) membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan obat sehingga dapat
mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien.
Kegiatan dalam konseling obat meliputi:
1) membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien;
Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar rumah sakit baik
atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program rumah sakit yang biasa
disebut dengan pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care). Sebelum
melakukan kegiatan visite apoteker harus mempersiapkan diri dengan
mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi obat dari
rekam medik atau sumber lain.
g. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup
kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan rasional bagi
pasien.
Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko
Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD).
Kegiatan dalam PTO meliputi:
1) Pengkajian pemilihan Obat, dosis, cara pemberian Obat, respons terapi,
Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);
2) Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait Obat; dan
3) Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi Obat.
Tahapan dalam melakukan PTO:
1) Pengumpulan data pasien;
2) Identifikasi masalah terkait obat;
3) Rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat;
4) Pemantauan; dan
5) Tindak lanjut.
Faktor yang harus diperhatikan:
1) Kemampuan penelusuran informasi dan penilaian kritis terhadap bukti
terkini dan terpercaya (Evidence Best Medicine);
2) Kerahasiaan informasi; dan kerjasama dengan tim kesehatan lain (dokter
dan perawat).
h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan
setiap respon terhadap obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim
yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek
samping obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja
farmakologi.
MESO bertujuan:
1) Menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang
berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang;
2) Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang
baru saja ditemukan;
3) Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi
angka kejadian dan hebatnya ESO;
4) Meminimalkan risiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki; dan
5) Mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki.
Kegiatan pemantauan dan pelaporan ESO:
1) Mendeteksi adanya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki (ESO);
2) Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai risiko tinggi
mengalami ESO;
3) Mengevaluasi laporan ESO dengan algoritme Naranjo;
4) Mendiskusikan dan mendokumentasikan ESO di Tim/Sub Komite/Tim
Farmasi dan Terapi;
5) Melaporkan ke pusat monitoring efek samping obat Nasional.
Faktor yang perlu diperhatikan:
1) Kerjasama dengan Komite/Tim Farmasi dan Terapi dan ruang rawat; dan
2) Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.
i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi penggunaan
obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif.
Tujuan EPO yaitu:
1) Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat;
2) Membandingkan pola penggunaan obat pada periode waktu tertentu;
3) Memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan obat; dan
4) Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.
penggunaan obat dengan melihat obat yang digunakan sudah mencapai goal
terapinya atau belum, sehingga Apoteker bisa mempertimbangkan terapi obat
yang digunakan oleh pasien bisa di usulkan untuk dilanjutkan, di ganti,
dihilangkan atau dilakukan peningkatan atau penurunan dosisnya. Hasil dari
pemantauan yang dilakukan oleh apoteker di dokumentasikan dengan metode
SOAP (Subjektif-Objektif-Assesment-Plan) di lembar CPPT (catatan
Perkembangan Pasien Terpadu) dalam rekam medik.
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Monitoring Efek Samping Obat dilakukan dengan cara mendeteksi adanya
kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki, mengidentifikasi obat-obatan dan
pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek samping obat memantau
efek samping yang potensial maupun aktual dari penggunaan obat yang sudah
diberikan. Apabila terjadi efek samping obat yang potensial maupun aktual,
tenaga kesehatan yang menemukan efek samping obat menuliskan temuannya di
lembar kuning dan dilaporkan ke pusat MESO Nasional.
h. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
Evaluasi penggunaan obat merupakan satu kesatuan dengan pemantauan
terapi obat. Evaluasi penggunaan obat menjadi langkah selanjutnya dari
pemantauan terapi obat maupun monitoring efek samping obat. Evaluasi
Penggunaan Obat di rumah sakit Dr. Saiful Anwar lebih berfokus pada
penggunaan obat antibiotik. Evaluasi yang dilakukan ada dua yaitu
1) Secara kuantitatif menggunakan metode DDD (defined daily dose) yaitu dosis
rata-rata harian untuk indikasi tertentu pada orang dewasa. Secara kuantitatif
dapat dihitung dengan mengetahui jumlah penggunaan antibiotika di rumah
sakit yang diukur secara retrospektif dan prospektif dan melalui studi validasi.
Secara retrospektif dengan melihat jumlah penggunaan antibiotik melalui
rekam medis. Secara prospektif dengan wawancara pada pasien. Studi validasi
adalah studi yang dilakukan secara prospektif untuk mengetahui perbedaan
antara jumlah antibiotika yang benar-benar digunakan pasien dibandingkan
dengan yang tertulis di rekam medik. Parameter perhitungan konsumsi
antibiotika di rumah sakit Dr. Saiful Anwar ada dua yaitu :
pahit dan risiko dimuntahkan pasien. Oleh karena itu, petugas meminta pasien
menyebutkan namanya atau mengatakan sesuatu yang lain untuk memastikan
bahwa metadona telah ditelan.Pasien harus menandatangani formulir yang
tersedia, sebagai bukti bahwa ia telah menerima dosis metadona hari itu.
c. Tahap stabilisasi
Adapun tahap fase stabilitasi PTRM adalah sebagai berikut:
1) Tahap ini bertujuan untuk menaikkan dosis secara perlahan hingga
memasuki tahap rumatan. Pada tahap ini risiko intoksikasi dan overdosis
cukup tinggi pada 10-14 hari pertama.
2) Dosis yang dianjurkan dalam tahap ini adalah menaikkan dosis awal 5-10
mg tiap 3-5 hari. Hal ini bertujuan untuk melihat efek dari dosis yang
sedang diberikan. Total kenaikan dosis tiap minggu tidak boleh lebih 30
mg. Apabila pasien masih menggunakan heroin maka dosis metadona
perlu ditingkatkan.
3) Kadar metadona dalam darah akan terus meningkat selama 5 hari setelah
dosis awal atau penambahan dosis. Waktu paruh metadona cukup panjang
yaitu 24 jam, sehingga bila dilakukan penambahan dosis setiap hari akan
meningkatkan risiko toksisitas akibat akumulasi dosis. Karena itu,
penambahan dosis dilakukan setiap 3-5 hari.
4) Sangat penting untuk diingat bahwa tak ada hubungan yang jelas antara
besarnya jumlah dosis opiat yang dikonsumsi seorang pengguna opiat
dengan dosis metadona yang dibutuhkannya pada PTRM.
5) Selama minggu pertama tahap stabilisasi pasien harus datang setiap hari di
klinik atau bila mana perlu dirawat di rumah sakit untuk diamati secara
cermat oleh profesional medis terhadap efek metadona (untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya overdosis dan penilaian
selanjutnya).
d. Kriteria Peningkatan Dosis
Prinsip terapi pada PTRM adalah start low go slow aim high yang artinya
memulai dosis yang rendah adalah aman, peningkatan dosis perlahan adalah
aman, dan dosis rumatan yang tinggi adalah lebih efektif.
e. Tahap Rumatan
Dosis rumatan rata-rata adalah 60-120 mg per hari. Dosis rumatan yang
berikan harus dipantau dan disesuaikan setiap hari secara teratur tergantung
dari keadaan pasien.
f. Fase Penghentian Metadon
Metadona dapat dihentikan secara bertahap perlahan (tappering off).
Penghentian metadona dapat dilakukan pada keadaan berikut:
1) Pasien sudah dalam keadaan stabil, seperti datang setiap hari, stabil secara
emosional, kooperatif, bekerja, ada dukungan dari keluarga
2) Minimal 6 bulan pasien dalam keadaan bebas heroin
Penurunan dosis maksimal sebanyak 10%. Penurunan dosis yang
direkomendasikan adalah setiap 2 minggu. Pemantauan perkembangan
psikologis pasien harus diperhatikan. Jika keadaan emosi pasien tidak stabil,
dosis dapat dinaikkan kembali.
g. Pemantauan Pasien
Penilaian yang dilakukan terhadap pasien meliputi:
1) Derajat keparahan gejala putus obat
2) Intoksikasi
3) Penggunaan obat lain
4) Efek samping
5) Persepsi pasien terhadap kecukupan dosis
6) Kepatuhan terhadap regimen obat yang diberikan
7) Kualitas tidur, nafsu makan,dan lain-lain.
h. Kriteria Drop out
Pasien dinyatakan drop-out dari program apabila dalam 7 hari berturut-
turut pasien berhenti meminum obat dan tanpa informasi keberadaan. Apabila
pasien drop-out berminat untuk kembali menjalani PTRM, perlu dilakukan
assesment ulang, yang disesuaikan dengan kondisi pasien. Apabila pasien
drop-out berulang kali dan tetap menyatakan keinginannya untuk kembali
menjalani PTRM, lakukan asesmen ulang secara komprehensif dengan
formulir wajib lapor untuk meninjau ulang rencana terapi yang lebih sesuai.
1) Periksa urin pasien di awal terapi untuk tujuan diagnostik yaitu untuk
memastikan apakah pasien pernah atau tidak menggunakan opiat atau zat
adiktif lain sebelumnya. Tahap ini merupakan suatu tindakan wajib.
2) Tiap-tiap klinik melakukan monitoring terhadap semua pasiennya paling
tidak dengan melakukan cek urin mendadak secara berkala, minimal satu
kali dalam setahun.
3) Jika pasien mendesak untuk membawa take home doses, maka tes urin
dapat dilakukan sebagai bahan pertimbangan untuk membantu
pengambilan keputusan.
4) Hasil tes urin yang positif terhadap heroin menjadi pertimbangan untuk
meningkatkan dosis metadona. Apabila pasien masih menggunakan heroin
maka dosis metadona perlu ditingkatkan
Kemungkinan terjadinya efek samping metadon yang berat biasanya
terjadi ketika dokter sedang meningkatkan dosis. Efek samping yang biasanya
terjadi adalah konstipasi, mengantuk, berkeringat, mual, muntah, masalah
seksual, gatal-gatal, jerawat.
Bahaya utama karena overdosis metadon adalah terhambatnya pernafasan,
yangdapat diatasi dengan memberi nalokson-HCl (Narcan) sesuai dengan
SOP. Nalokson merupakan sejenis opioid antagonis, yang bekerja pada
reseptor mu dan secara cepat memblokade reseptor mu sehingga
dapatmenimbulkan gejala putus zat secara cepat. Pemberian naloxon
bisasampai 24 jam karena waktu paruh Metadona yang panjang karena
itupasien perlu perawatan di rumah sakit.
Interaksi Metadon dengan obat lain yaitu antagonis opiat harus dihindari.
Barbiturat, efavirenz, estrogen, fenitoin, karbamazepin, nevirapin, rifampisin,
spironolakton, dan verapamil akan menurunkan kadar Metadona dalam darah.
Amitriptilin, flukonazol, flufoksamin, dan simetidin akan meningkatkan kadar
Metadona dalam darah. Etanol secara akut akan meningkatkan efek Metadona
dan Metadona akan menunda eliminasi etanol.
Beberapa alasan yang perlu pertimbangan untuk mengeluarkan pasien dari
PTRM, antara lain:
matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap
dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama
beberapa tahun.
1) Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
TBC. Percikan dahak yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat
melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan sehingga
sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil
berkembang biak dengan cara membelah diri di paru, yang mengakibatkan
peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke kelenjar
limfe disekitar hilus paru dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara
terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-
6 minggu.
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi
tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer
tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan
tubuh (imunitasseluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat
menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian ada beberapa
kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-
kadang daya tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya
dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC.
2) Tuberkulosis Pasca Primer
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat
terinfeksi HIV atau status gizi buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer
adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.
c. Cara Penularan TBC
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan
bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita
TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita
TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru
akan berkembangbiak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan
tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening.
Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ
tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah
bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena
yaitu paru-paru. Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru,
maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat).
Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha
dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru.
Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya
menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-
bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan
fotorontgen.
d. Gejala penyakit TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi 2, yaitu gejala umum dan
gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara
klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk
menegakkan diagnosa secara klinik.
1) Gejala Sistemik/Utama
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam.
a) Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang
timbul.
b) Penurunan nafsu makan dan berat badan.
c) Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah).
d) Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2) Gejala Khusus
a) Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru -paru)
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
Tabel 13. Kisaran Dosis OAT Lini Pertama Bagi Pasien Dewasa
Penyelenggara Kesehatan :
a) Keterlambatan diagnosis
b) Pengobatan tidak mengikut,
c) Penggunaan paduan OAT tidak adekuat yaitu karena jenis obatnya yang
kurang, atau karena di lingkungan tersebut telah terdapat resistensi yang
tinggi terhadap OAT
d) Tidak ada guideline
e) Tidak ada / kurangnya pelatihan TB
f) Tidak ada pemantauan pengobatan
g) Organisasi program nasional TB yang kurang baik.
Obat :
a) Jangka waktu pengobatan lama lebih dari 6 bulan sehingga membosankan
pasien
b) Obat tidak dapat diserap dengan baik misal rifampisin diminum setelah
makan
c) Regimen / dosis obat tidak tepat
3) Faktor Program
b) Tidak ada fasilitas untuk biakan dan uji kepekaan
c) Tidak ada program DOTS-PLUS
d) Program DOTS belum berjalan dengan baik
e) Memerlukan biaya besar
4) Faktor AIDS–HIV : Kemungkinan terjadi TB-MDR lebih besar
5) Faktor Kuman : M. tuberculosis super strains karena sangat virulen, daya
tahan hidup lebih tinggi, berhubungan dengan TB-MDR.
e. Kategori Resistensi M. tuberculosis terhadap OAT:
1) Monoresistance : kebal terhadap salah satu OAT.
2) Poly-resistance : kebal terhadap lebih dari satu OAT, selain kombinasi
isoniazid dan rifampisin.
3) Multidrug-resistance (MDR) : kebal terhadap sekurang-kurangnya isoniazid
dan rifampisin.
a) Jika sejak awal terbukti resistan terhadap kanamisin, maka paduan standar
adalah sebagai berikut:
Cm – Lfx – Eto – Cs – Z - (E) / Lfx – Eto – Cs – Z – (E)
b) Jika sejak awal terbukti resistan terhadap fluorokuinolon maka paduan standar
adalah sebagai berikut:
Km-Mfx-Eto-Cs-PAS-Z-(E) / Mfx-Eto-Cs-PAS-Z-(E)
c) Jika sejak awal terbukti resistan terhadap kanamisin dan fluorokuinolon (TB
XDR) maka paduan standar adalah sebagai berikut:
Cm-Mfx-Eto-Cs-PAS-Z-(E) / Mfx-Eto-Cs-PAS-Z-(E)
Keterangan :
Km : Kanamycin Lfx : Levofloxacin
Eto : Etionamid Cs : Cycloserine
Z : Pirazinamid E : Etambutol
Cm : Capreomycin Mfx : Moxifloxacin
Paduan standar ini diberikan pada pasien yang sudah terkonfirmasi TB RR
(Rifampicin Resistant)/ MDR secara laboratoris. Paduan pengobatan ini diberikan
dalam dua tahap yaitu tahap awal dan tahap lanjutan. Tahap awal adalah tahap
pemberian obat oral dan suntikan dengan lama paling sedikit 6 bulan atau 4 bulan
setelah terjadi konversi biakan. Tahap lanjutan adalah pemberian paduan OAT
oral tanpa suntikan. Lama pengobatan seluruhnya paling sedikit 18 bulan setelah
terjadi konversi biakan. Lama pengobatan berkisar 19-24 bulan.
Tabel 14. Dosis OAT untuk Pengobatan TB MDR dan Efek Sampingnya
Nama 33 – 50 51 – 70
<33kg > 70 kg Efek Samping Obat
OAT kg kg
Nausea, vomiting,
PZA (500 30-40 1000- 1750- 2000- anorexia, hyperuricemia,
mg) mg/kg/hari 1750 mg 2000 mg 2500 mg rash, mild arthralgia dan
myalgia.
Gangguan penglihatan,
Nyeri sendi, efek GI
Etambutol 25 800-1200 1200- 1600- (anoreksia, mual, muntah,
(400 mg) mg/kg/hari mg 1600 mg 2000 mg sakit perut), demam,
malaise, pusing.
Retrobulbarn neuritis
Reaksiefek
adalah alergi, Ototoksik
samping utama
Kanamisin 15-20 500-750 dan nefrotoksik kanamisin
1000 mg 1000 mg
(1000 mg) mg/kg/hari mg dapat timbul pada
penggunaan jangka lama.
Kapreomisi Kehilangan pendengaran,
15-20 500-750 750-1000
n (1000 750 mg hipokalemia,
mg/kg/hari mg mg
mg) hipomagnesemia, rash.
Levofloxaci Syok, gejala anafilaktik,
750 750-1000
n 750 mg 750 mg konvulsi, gagal ginjal akut,
mg/hari mg
(250 mg) ikterus. agranulositosis.
Keluhan saluran cerna,
Sikloserin 15-20 750-1000
500 mg 750 mg perubahan tingkah laku,
(250 mg) mg/kg/hari mg
neuropatiperifer, rash
hepatotoksik,
Etionamid 15-20 750-1000
500 mg 750 mg hipotiroidism,
(250 mg) mg/kg/hari mg
neuropatiperifer, rash
PAS 150 Keluhan pada saluran
8g 8g 8g
(granul 4 mg/kg/hari cerna, hepatotoksikdan
g) hipotiroidisme.
Program Studi Profesi Apoteker 28
Universitas Muhammadiyah Surakarta 180
LAPORAN MANAJERIAL
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
07 Agustus – 29 September 2017
b) Reverse Transcription
Enzim reverse transcriptase akan merubah materi genetik virus sehingga bisa
menyatu dengan DNA CD4.
c) Integration
Genetik virus masuk ke nukleus CD4, menggunakan enzim integrase untuk
bergabung dengan genetik sel dan beberapa tahun akan menghilang atau tidak
aktif.
d) Transcription
Ketika selinduk menjadi aktif, virus akan menggunakan enzim tertentu untuk
memproduksi materi genetiknya.
e) Assembly
Enzim protease akan memutuskan protein HIV, sehingga menjadi protein
mandiri. Protein yang bergabung dengan genetik virus akan membentuk virus
baru.
f) Budding
Tahap akhir dari siklus hidup virus. Pada tahap ini, virus akan keluar dari sel
induk dan mengambil bagian di membran sel induk, kemudian mengikat CD4
yang baru dan kembali lagi memulai proses yang sama.
Retroviral Syndrome (ARS) atau primary HIV infection. Selama periode ini
banyak virus diproduksi, sistem imun akan bekerja untuk membasmi virus sampai
pada batas stabil dalam tubuh. CD4 akan meningkat, tetapi tidak bisa kembali lagi
ke kondisi seperti sebelum terinfeksi.
2. Infeksi HIV Asimptomatik
HIV bereproduksi pada tingkat yang paling rendah, jumlah CD4 dalam
kondisi yang stabil, bisa berlangsung sampai 8 tahun. Menjelang pertengahan dan
akhir periode ini, jumlah virus akan meningkat dan CD4 akan menurun Timbul
constitutional symptoms of HIV sebagai akibat peningkatan jumlah virus dalam
tubuh.
3. AIDS
Jumlah CD4 <200sel/mm3. Tahap ini muncul jika sistem imun tubuh
sudah rusak parah dan beresiko terhadap infeksi oportunistik. Tanpa pengobatan,
penderita AIDS akan bertahan dalam waktu 3 tahun, dan jika mengalami infeksi
oportunistik yang parah maka usia harapan hidup hanya1 tahun.
Gambar 60. Efek ARV pada Viral Load dan Jumlah CD4
d. Rejimen ARV diIndonesia
1) AZT (Zidovidine) + 3TC (Lamivudine) + NVP (Duviral + Neviral)
a) AZT 300 mg 2 x sehari
b) 3TC150 mg 2 x sehari
c) NVP
Lead in dose untuk 14 hari : 200 mg 1x sehari. Setelah 14 hari dan
tidak ada ruam kulit : 200 mg 2 x sehari.
2) AZT+3TC + EFV(Duviral + Efavir)
3) d4T+3TC + NVP
4) d4T+3TC + EFV(Efavirenz)
9. Diagnosis HIV
a. Ditemukannya antibody HIV dalam darah.
b. DiIndonesia: Antibodi test 3 metode
c. Jenis tes antibodi HIV:
1) Rapid Test.
2) ELISA
3) Western Blot.
LSM IRD
Pendukung
Keterangan :
a. Entry Point
b. Rawat jalan
c. Rawat inap
d. KIA (PMTCT)
e. LSM
f. Jangkauan
g. Praktek swasta
h. Lain-lain
12. Diagnosis pada Dewasa
a. Sebaiknya berdasarkan hasil laboratorium dan klinik.
b. Tidak semua tempat memiliki sarana laboratorium.
c. Diagnosis berdasarkan gejaladapat mengikuti pedoman Nasional.
13. Pengobatan HIV/AIDS
a. Pengobatan suportif
1) Meningkatkan keadaan umum penderita
2) Pemberian gizi.
3) Obat-obatan simptomatik
4) Vitamin.
5) Psikososial.
b. Pengobatan infeksi oportunistik.
c. Pengobatan anti retroviral.
14. Pencegahan HIV
a. Setia pada pasangan (suami/istri)
b. Memakai kondom.
c. Tidak menggunakan jarum bekas pakai.
d. Penggunaan alat pelindung bagi tenaga kesehatan.
e. Bagi ODHA (Orang dengan HIV/AIDS)
1) Melakukan positive prevention: upaya untuk menghentikan penularan HIV
hanya kepada diri mereka, sehingga tidak menulari orang-orang yang
mereka cintai (anak/ isteri/ keluarga/ teman).
2) Mengubah perilaku beresiko agar tidak terjadi re-infeksi virus HIV.
Memanfaatkan semaksimal mungkin kesempatan untuk bisa sehat dan
produktif dengan kegiatan yang berguna untuk keluarga dan masyarakat.
15. Manajemen Obat Program ARV
Laporan penggunaan dan permintaan obat ARV dilakukan setiap satu
bulan sekali. Laporan dibuat setiap tanggal 25. Laporan yang dibuat ada 2 yaitu
laporan fisik dan laoran online. Kedua laporan tersebut dikirim ke dinas kota dan
dinas provinsi. Laporan yang dibuat berisi regimen obat yang digunakan, jumlah
pasien selama 1 bulan yang memakai ARV, jumlah obat yang digunakan selama
satu bulan dan jumlah permintaan obat untuk bulan berikutnya. Jumlah obat yang
diminta untuk bulan berikutnya mempertimbangkan sisa stock obat yang masih
ada dan ditambah jumlah obat untuk buffer stock selama 2 bulan. Laporan yang
dibuat secara online bisa langsung terbaca oleh dinas kota dan dinas provinsi,
setelah laporan terbaca obat yang diminta akan disiapkan. Obat yang telah selesai
disiapkan, pihak dinas kota akan menghubungi pihak rumah sakit untuk
mengambil obat yang telah disiapkan.
16. Alur Pelayanan Pengambilan Obat ARV di RSUD Dr. Saiful Anwar
Alur pelayanan pengambilan obat ARV yang telah dilaksanakan oleh
Instalasi farmasi RSUD Dr. Saiful Anwar adalah sebagai berikut :
Pasien dengan hasil test positif HIV akan mendapatkan resep pengobatan HIV
Penegakan diagnosa HIV melalui test serta konseling dari psikolog di poli VCT
RSSA
Pasien yang belum terapi ARV Pasien yang sudah mendapat terapi ARV
cek laboratorium dan kontrol
dokter maksimal tiap 3 bulan
sekali Pengambilan obat ARV di UPF
dilakukan setiap 1 bulan sekali
BAB IV
KEGIATAN MAHASISWA PRAKTEK KERJA PROFESI
A. Matrikulasi
Mahasiswa PKPA (Praktek Kerja Profesi Apoteker) akan mengikuti
kegiatan matrikulasi sebelum Praktek langsung pelayanan kefarmasian RSSA.
Matrikulasi merupakan kegiatan pengenalan dan pembekalan awal berupa kuliah
umum diberikan oleh pemateri dari Instalasi Farmasi yang sudah berpengalaman
di bidang masing-masing sesuai dengan materi yang diberikan. Kegiatan ini
diadakan selama 5 hari. Tujuan diberikan kuliah umum untuk memberikan
wawasan kepada mahasiswa PKP mengenai aturan dan kegiatan kefarmasian yang
ada di RSUD Dr. Saiful Anwar. Materi kuliah tersebut yang didapat oleh
mahasiswa PKP selama matrikulasi diharapkan dapat digunakan sebagai bekal
pengetahuan sebelum melaksanakan praktek pelayanan farmasi di RSUD Dr.
Saiful Anwar Malang.
Matrikulasi dilaksanakan pada tanggal 08 sampai 12 Agustus 2017 secara
terjadwal oleh Instalasi Farmasi RSUD Dr. Saiful Anwar.
Tabel 18. Materi Matrikulasi yang Diberikan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Hari/ Jam Materi Tim Diklit IFRSSA
Tanggal
Selasa/ 07.30-09.00 PRE TEST Tim Diklit IFRSSA
8 agustus 09.00-10.30 Profil Instalasi Farmasi Estika Mei Diana
2017 RSSA S.Farm Apt
10.30-11.30 Peresepan dan medication Drs Bambang Sidharta
safety di RSSA MS., Apt
11.30-12.15 Standar Pelayanan Farmasi Drs Agus Sunarto
berdasarkan Permenkes M.Fharm-Klin Apt
N0.72 2016
12.15-12.45 Ishoma -
12.45-13.30 Sistem distribusi Drs Agus Sunarto
perbekalan farmasi kepada M.Fharm-Klin Apt
pasien di RSSA
13.30-14.15 Efisiensi biaya dan Drs Agus Sunarto
pengendalian perbekalan M.Fharm-Klin Apt
farmasi
Rabu/ 07.00-07.45 Klasifikasi RS dan Drs. Irfan Afandi M.Sc.
9 agustus Struktur Organisasi Apt
2018 07.45-08.30 Instalasi farmasi sebagai Drs. Irfan Afandi M.Sc.
penunjang medik di RS Apt
08.30-09.15 Sistem Informasi Drs. Irfan Afandi M.Sc.
Manajemen RSSA Apt
09.15-10.00 Pelayanan farmasi di rawat Rif”atul Hamidah
inap RSSA S.Farm Apt
10.00-10.45 Pelayanan Farmasi di Rif”atul Hamidah
rawat jalan RSSA S.Farm Apt
10.45-11.30 Pelayanan Farmasi di IGD Silvia Yunita Lumban
Tobing S.Farm Apt
11.30-12.00 Ishoma -
RS
13.30-14.15 Peran Apoteker dalam Lya Widhayunita
MESO M.Sc., Apt
14.14-15.00 Manajemen Mutu Instalasi Indri Widyatusti M.Sc.,
Farmasi Apt.
Jumat/ 07.00-07.45 Strategi Pemasaran Dr Abdul Razak, Apt.,
11 Farmasi di RS Ap. FRS
Agustus 07.45-08.30 Perencanaan perbekalan VickyPurpitasari
2017 farmasi di RSSA S.Farm., Apt.
08.30-09.15 Peran Apoteker dalam VickyPurpitasari
keselamatan pasien di RS S.Farm., Apt.
(KPRS)
09.15-10.00 Pelayanan konseling Dwi Darmayanti
farmasi di RSSA S.Farm., Apt.
10.00-10.45 PIO di RSSA Sofia Ariyani S.si., Apt
10.45-11.30 Peran Apoteker dalam Irham S.Farm., Apt.
PPRA
11.30-12.30 Ishoma -
12.30-13.15 Pembagian dan penjelasan Lisa Ristiyani
jadwal lapangan S.FARm., Apt
13.15-14.00 Penyusunan laporan akhir Lisa Ristiyani
PKPA S.FARm., Apt
Sabtu/ 08.00-08.45 Pelayanan farmasi di Nunik Wahyuni
12 Critical Care (HCU, S.Farm., Apt
Agustus CVCU, ICU, NICU,
2017 PICU)
08.45-09.30 Pendokumentasian farmasi Ida Kurniah S.farm.,
klinik di rekam medik Apt
09.30-10.15 Ward Pharmacy di RSSA Jainuri Erik Pratama
M.Fharm-Klin., Apt
10.15-11.00 Studi kasus penggunaan Jainuri Erik Pratama
1. Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan Mahasiswa PKP di IRNA II sebagai berikut :
a. Mahasiswa ikut serta secara langsung dalam pelayanan kefarmasian (mulai
pengambilan obat, peracikan, pemberian etiket) dengan pendampingan dari
Apoteker Penanggung Jawab atau petugas yang berada di tempat.
b. Membantu menyiapkan obat untuk pasien rawat inap di ruangan dengan
menggunakan sistem Pelayanan Obat Dosis Sehari (PODS) dengan
pendampingan petugas UPF.
c. Mengerjakan tugas evaluasi prescribing eror, kebenaran penyiapan dan
pelabelan obat, pengkajian resep dan kuisioner.
d. Diskusi bersama Apoteker Penanggung jawab UPF IRNA II (Ida Kurniah,
S. Farm., Apt.) mengenai kegiatan manajerial UPF IRNA II meliputi alur
pelayanan, sistem pengelolaan manajerial, sediaan-sediaan fast moving,
alat kesehatan khusus yang hanya digunakan untuk pasien IRNA II pasca
bedah.
2. Manfaat
Manfaat yang diperoleh mahasiswa selama belajar praktek profesi di UPF
IRNA II adalah:
a. Mahasiswa dapat mengetahui alur pelayanan resep untuk pasien rawat inap
di UPF IRNA II.
b. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami alur proses pelayanan obat
dengan sistem PODS (Pemberian Obat Dosis Sehari) dengan
pendampingan dati TTK ruangan.
c. Mahasiswa dapat mengetahui sistem pengelolaan manajerial serta sediaan-
sediaan yang fast moving dan alat kesehatan khusus yang digunakan pada
IRNA II pasca bedah, serta dapat mengetahui pelaporan yang dilakukan di
UPF IRNA II.
pelaporan).
c. Mengetahui jenis dan manfaat obat dan alat kesehatan yang ada.
2. Manfaat
a. Mahasiswa dapat mempelajari standar kualifikasi model bangunan untuk
produksi steril (premix KCl dan handling sitostatika) dan non steril di
RSUD Dr.Saiful Anwar.
b. Mahasiswa mengetahui alat-alat yang digunakan untuk produksi steril dan
non steril di RSUD Dr. Saiful Anwar.
c. Mahasiswa mengetahui proses penyiapan dan cara pencampuran sitostatika
di dalam BSC dan pendistribusian ke UPF terkait.
d. Mahasiswa memahami unit produksi baik secara manajerial maupun
fungsional.
e. Mahasiswa mengetahui macam-macam obat sitostatika dan tata letak
penyimpanan obat sitostatika di Unit produksi RSUD Dr.Saiful Anwar
Malang.
O. Morning Report
Morning Report (MR) adalah kegiatan presentasi yang rutin dilakukan
setiap minggu di hari selasa pukul 07.00-08.30 di ruang Trowulan lantai II yang
dihadiri oleh Apoteker di RSUD Dr. Saiful Anwar untuk meningkatkan mutu
Apoteker. Kegiatan ini juga diharapkan dapat menjalin dan mempererat
kerjasama sesama Apoteker, dan juga dapat menjadi wadah berkumpulnya
Apoteker untuk dapat bertukar pikiran, berbagi pengalaman dan ilmu
pengetahuan.
1. Tujuan
Tujuan mahasiswa PKP mengikuti kegiatan morning report adalah untuk
menambah pengetahuan mengenai studi penggunaan obat pada kasus-kasus yang
riil di rumah sakit serta asuhan kefarmasian yang dilakukan.
2. Kegiatan
Mahasiswa PKPA mengikuti presentasi studi kasus (morning report) oleh
apoteker ruangan setiap hari selasa jam 07.00-08.30 setelah presentasi selesai
dilanjutkan dengan sesi tanya jawab mengenai materi yang telah disampaikan.
3. Manfaat
a. Menambah pengetahuan, informasi dan wawasan tentang penyakit yang
ada di lingkungan masyarakat serta penatalaksanaan terapi dan
penggunaan obat untuk kasus terapi tertentu
b. Mendapatkan informasi terbaru tentang perkembangan ilmu farmasi
Tabel 19. Kegiatan Morning Report
Hari/
No. Judul & Kesimpulan Pemateri
Tanggal
2. Kegiatan
Tabel 20. Kegiatan PKRS Mahasiswa PKPA
R. EVALUASI
1. Tujuan
Tujuan diadakannya evaluasi adalah untuk mengukur pemahaman
mahasiswa PKPA terhadap pelayanan kefarmasian di rumah sakit serta
menyamakan presepsi antara pembimbing di rumah sakit dengan mahasiswa
PKPA terkait praktek pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang benar.
2. Kegiatan
Kegiatan evaluasi dilaksanakan pada hari terakhir PKPA di RSUD Dr.
Saiful Anwar, yaitu pada tanggal 29 September 2017. Mahasiswa PKPA
diberikan beberapa pertanyaan oleh pengevaluasi mengenai manajerial
(administrasi dan perundang-undangan, klasifikasi RS, organisasi RS dan IFRS,
akredetasi RS), pengelolaan sediaan farmasi(pemilihan, perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan,
pengendalian, administrasi) dan peran fungsional farmasi di RS (pelayanan farmasi
klinik, peran lintas sektoral), kemampuan analisa farmasi klinik. Hasil evaluasi
mahasiswa PKPA akan dinilai dan dituliskan pada lembar penilaian evaluasi
PKPA.
3. Manfaat
Manfaat dilaksanakannya evaluasi adalah untuk mengukur pemahaman
mahasiswa PKPA terhadap pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Kegiatan
evaluasi ini dapat menjadi latihan dan persiapan bagi mahasiswa PKPA untuk
menghadapi sidang PKPA rumah sakit yang akan dilaksanakan oleh fakultas.
BAB V
PEMBAHASAN
Indikator mutu. SPM Rumah Sakit berupa pencatatan respon time yang dihitung
dari resep mulai datang hingga diserahkan pasien, dimana waktu rentang <30
menit untuk obat nonracikan dan <60 menit untuk obat racikan, selain itu
membagikan kuesioner kepada pasien atau keluarga pasien untuk mengetahui
kepuasan konsumen (pasien) terhadap kinerja pelayanan farmasi di rumah sakit
dan juga evaluasi kesesuaian resep dokter dengan formularium. Indikator mutu
pelayanan farmasi berupa prescribing eror dan angka kebenaran penyiapan dan
pelabelan obat. Mahasiswa juga mengikuti morning report Apoteker dan
melakukan pembahasan tentang kasus terapi pasien di ruangan rawat inap, serta
melakukan promosi kesehatan rumah sakit.
Menurut PerMenKes Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit, kegiatan farmasi di Rumah Sakit dibagi menjadi
dua meliputi pengelolaan sediaan farmasi dan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan
pengelolaan meliputi pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan
administrasi. Berdasarkan PerMenKes No.72 Tahun 2016 menyatakan bahwa
pengelolaan sediaan farmasi, bahan medis habis pakai dan alat kesehatan di rumah
sakit harus dilakukan oleh instalasi farmasi sistem satu pintu. Sistem tersebut
ditetapkan dengan tujuan untuk memudahkan pengendalian, monitoring dan
evaluasi dalam penggunaan sediaan farmasi, bahan medis habis pakai, dan alat
kesehatan sehingga menghindari peredaran obat yang dilakukan oleh pihak lain
selain farmasi. Sistem satu pintu juga diterapkan untuk menjamin kualitas, efikasi,
dan keamanan ketika digunakan pada pasien. RSUD Saiful Anwar Malang telah
menerapkan sistem satu pintu dalam pengelolaan sediaan farmasi, bahan medis
habis pakai, dan alat kesehatan.
Kegiatan pengelolaan yang pertama adalah pemilihan. Pemilihan
dilakukan oleh Komite Farmasi Terapi yang berperan untuk mengembangkan
kebijakan tentang penggunaan obat di Rumah Sakit, dan melakukan seleksi obat
untuk Formularium Rumah Sakit yang berdasarkan usulan dari SMF dengan
Evidence Base Medicine, dan Formularium Nasional.
Perencanaan kebutuhan RSUD Dr. Saiful Anwar Malang dengan metode
konsumsi dan epidemiologi yang disesuaikan dengan anggaran yang tersedia dan
oleh tim pemusnahan dan petugas farmasi sebagai saksi, sedangkan jika akan
memusnahkan obat Narkotika Psikotropika dilakukan oleh tim pemusnahan dan
dihadiri petugas BPOM/ Dinas Kesehatan sebagai saksi pemusnahan dan dibuat
berita acara pemusnahan, kemudian mempersiapkan metode tempat dan waktu
dilaksanakan pemusnahan.
Beberapa kegiatan pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang yaitu dilakukan oleh
Instalasi Farmasi bersama dengan Komite Farmasi dan Terapi (KFT) di Rumah
Sakit dan dilakukan oleh Instalasi Farmasi sendiri. Pengendalian persediaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai bertujuan untuk
memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kekurangan atau
kekosongan barang. Kegiatan pengendalian yang dilakukan Instalasi Farmasi
bersama dengan KFT yaitu evaluasi penggunaan beberapa obat yang memerlukan
persetujuan dari KFT seperti penggunaan antibiotik yang direstriksi dalam
Formularium Rumah Sakit. Kegiatan pengendalian yang dilakukan oleh Instalasi
Farmasi yaitu pencatatan kartu stok, pencatatan suhu, evaluasi kesesuaian
peresepan dokter dengan formularium dan stock opname setiap bulan untuk
mengevaluasi barang slow moving (dalam 3 bulan tidak digunakan) dan death
stock (6 bulan berturut-turut tidak digunakan). Bentuk pengendalian di ruangan
antara lain yaitu Fornas Retriksi (sesuai dengan formularium rumah sakit) atau
berdasarkan diagnosis dan terapinya. Bentuk pengendalian selanjutnya dengan
KCO (Kartu Catatan Obat) sehingga dapat mencegah permintaan obat yang
berlebih selama rawat inap.
Kegiatan selanjutnya adalah administrasi yang meliputi pencatatan dan
pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai. Pencatatan dilakukan setiap hari seperti data
penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan. Pelaporan dilakukan setiap bulan
dilakukan oleh UPF ke Instalasi Farmasi berupa laporan pendapatan, laporan
Narkotika dan Psikotropika, laporan stock opname (persediaan barang), laporan
indikator mutu, laporan obat dan alkes yang mendekati ED (expired date), slow
moving, dan death moving. Selain itu, dilakukan pelaporan mengenai aset rumah
sakit setiap 3 bulan sekali yang dilaporkan kepada BPKAD.
BAB VI
KESIMPULAN
BAB VII
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lanjutan
Lampiran 3. Lanjutan
Lampiran 3. Lanjutan
Lampiran 3. Lanjutan
Lampiran 3. Lanjutan
Lampiran 3. Lanjutan