Anda di halaman 1dari 90

SKRIPSI

UJI AKTIVITAS PENINGKAT STAMINA


SEDIAAN SIRUP FRAKSI MINYAK
RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)
DENGAN METODE SWIMMING TEST

SITI AMINATUL SAADAH

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA


DEPARTEMEN FARMAKOGNOSI DAN FITOKIMIA
SURABAYA
2020
Lembar Pengesahan

UJI AKTIVITAS PENINGKAT STAMINA SEDIAAN


SIRUP FRAKSI MINYAK RIMPANG KENCUR
(Kaempferia galanga L.) DENGAN METODE
SWIMMING TEST

SKRIPSI

Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada


Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

2020

Oleh:

Siti Aminatul Saadah


NIM : 051611133207

Skripsi ini telah disetujui


tanggal 15 September 2020 oleh:

Pembimbing Utama, Pembimbing Serta,

Prof. Dr. apt. Sukardiman, M.S. apt. Neny Purwitasari, S.Farm.,M.Sc.


NIP 196301091988101001 NIP 198004192006042001
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Siti Aminatul Saadah

NIM : 051611133207

adalah mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, menyatakan


dengan sesungguhnya bahwa saya tidak melakukan tindakan/kegiatan
plagiasi dalam menyusun Naskah Tugas Akhir/Skripsi dengan judul:

Uji Aktivitas Peningkat Stamina Sediaan Sirup Fraksi Minyak


Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) dengan Metode Swimming
Test

Apabila di kemudian hari diketahui bahwa isi Naskah Skripsi ini merupakan
hasil plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan
kelulusan dan atau pencabutan gelar yang saya peroleh.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Surabaya, 15 September 2020


Yang membuat pernyataan,

Siti Aminatul Saadah


NIM. 051611133207
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Siti Aminatul Saadah

NIM : 051611133207

Menyatakan bahwa demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui


abstrak Skripsi yang saya tulis dengan judul:

Uji Aktivitas Peningkat Stamina Sediaan Sirup Fraksi Minyak


Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) dengan Metode
Swimming Test

untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu


Digital Library Perpustakaan Universitas Airlangga untuk kepentingan
akademik, sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Surabaya, 15 September 2020


Yang membuat pernyataan,

Siti Aminatul Saadah


NIM. 051611133207
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “UJI AKTIVITAS PENINGKAT STAMINA
SEDIAAN SIRUP FRAKSI MINYAK RIMPANG KENCUR (Kaempferia
galanga L.) DENGAN METODE SWIMMING TEST” dengan sebaik-
baiknya sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi
(S.Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
Penyusunan skripsi ini terselesaikan tentunya atas bantuan dan
dukungan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ingin memberikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. apt. Sukardiman, MS. selaku ketua proyek sekaligus sebagai
pembimbing utama yang dengan tulus ikhlas yang senantiasa
meluangkan waktu untuk memberikan perhatian, arahan, bimbingan,
kritik, dan saran hingga naskah skripsi ini dapat terselesaikan.
2. apt. Neny Purwitasari, S. Farm., M.Sc. selaku dosen pembimbing serta
yang dengan tulus ikhlas membimbing, memberikan arahan, kritik dan
saran kepada saya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
3. Rektor Universitas Airlangga Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak.
atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya untuk mengikuti
pendidikan program sarjana di Universitas Airlangga.
4. Prof. Dr. apt. Umi Athiyah, M.S. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga beserta para Wakil Dekan yang telah
memberikan kesempatan dan fasilitas selama penulis menempuh
program sarjana, baik secara akademik maupun non akademik.
5. Dr. apt. Aty Widyawaruyanti, M.Si. dan apt. Tutik Sri Wahyuni, S.Si.,
M.Si., Ph.D. selaku dosen penguji yang bersedia meluangkan waktu,

v
memberikan kritik, saran dan masukan sehingga skripsi ini dapat
selesai dengan sebaik-baiknya.
6. Dosen wali penulis Dr. apt. Aty Widyawaruyanti, M.Si. yang sudah
senantiasa memberikan dorongan semangat dan motivasi tiada henti
hingga saya dapat menyelesaikan pendidikan sarjana saya di Fakultas
Farmasi Universitas Airlanga dengan baik.
7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen yang telah mengajar, mendidik, dan
menginspirasi penulis selama menjalani studi di Fakultas Farmasi.
8. Staf karyawan Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia, Pak Jarwo,
Pak Iwan, Mas Eko, Pak Lismo, dan Mbak Aini atas bantuan yang
telah diberikan kepada saya selama pengerjaan penelitian ini.
9. Keluarga yang saya sayangi dan sangat saya cintai bapak saya Ahmad
Basori, ibu saya Siti Mardiyah, serta kakak-kakak saya Ahmad Rif’an
Fauzi, Ahmad Saifudin Zuhri, Farida dan keponakan tergemas saya
Farasya atas segala doa, kasih sayang, serta dukungan moril maupun
materiil yang selalu diberikan kepada penulis sehingga penulis bisa
berdiri sampai di titik ini.
10.Teman-teman seperjuangan satu tim “Proyek Prof. Maman” Ardi,
Prima, Nailul, Alif, Putri, Farah, Naufal, Dewa, Firda, Yoga,
khususnya “tim kencur” Gung Feby dan Rana, terimakasih atas
bantuannya selama pengerjaan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat terdekat saya selama di Farmasi : Farah Kamalia,
Ahmad Faiz Ardani, Fakhri, Nail, Aina, Yuniar, Aqila, Wahyu, dan
seluruh angkatan OPIUM yang senantiasa membantu secara langsung
maupun tidak. Teman-teman seperjuangan Devi, Septi, Ika, Ellen,
Danika, terimakasih atas segalanya dan semoga tali persaudaraan kita
tetap terjalin dimanapun dan sampai kapanpun.

vi
12.Serta seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang
secara langsung maupun tak langsung membantu dalam penyelesaian
skripsi ini..
Akhir kata, semoga Allah SWT membalas kebaikan dan
memudahkan segala urusan bapak dan ibu, serta kawan-kawan
sekalian. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan pada umumnya, dan ilmu kefarmasian pada
khususnya.

Penulis

vii
RINGKASAN

Uji Aktivitas Peningkat Stamina Sediaan Sirup Fraksi


Minyak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) dengan
Metode Swimming Test

Siti Aminatul Saadah

Seiring perkembangan jaman, penggunaan obat penambah stamina

semakin meluas. Persaingan dan peningkatan taraf hidup di era ini

mendorong masyarakat untuk meningkatkan pola aktivitas kerjanya guna

memenuhi kebutuhan sosial dan ekonominya. Pola aktivitas yang meningkat

membutuhkan tenaga yang lebih banyak, sehingga dapat menyebabkan

kelelahan. Bagi Sebagian orang yang memerlukan kekuatan fisik, kelelahan

akan mengganggu karena dapat menurunkan aktivitas, daya kerja dan

konsentrasi. Oleh karena itu, kondisi tubuh yang sehat diperlukan untuk

menjaga pola aktivitas kerja agar tetap maksimal.

Umumnya, masyarakat menggunakan obat ataupun suplemen

penambah stamina sintetis yang telah banyak beredar untuk mengatasi rasa

lelah. Namun penggunaan obat-obatan sintetis seringkali menimbulkan

masalah efek samping jangka panjang yang berbahaya. Oleh karena itu,

diharapkan penggunaan obat tradisional mampu memberikan solusi sebagai

pengobatan alternatif untuk meminimalisir efek samping tersebut. Salah satu

tanaman obat yang dapat digunakan sebagai obat peningkat stamina adalah
viii
kencur (Kaempferia galanga L.). Masyarakat telah lama mengenal sari

kencur sebagai obat untuk mengembalikan kondisi tubuh yang kelelahan,

dengan memberikan efek penguat (tonik). Berdasarkan penelitian

sebelumnya, fraksi minyak rimpang kencur mempunyai aktivitas muscle

relaxant dan antikelelahan pada hewan coba. Dalam fraksi minyak rimpang

kencur mengandung banyak komponen senyawa, salah satunya adalah etil-

p-metoksisinamat (EPMS) yang merupakan metabolit sekunder terbesar dari

rimpang kencur yaitu sebesar 50,43%. Hal ini menjadi dasar pertimbangan

penggunaan fraksi minyak rimpang kencur sebagai obat alternatif peningkat

stamina yang aman dan potensial.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian sirup

fraksi minyak rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) terhadap lama

struggling dan perubahan kadar asam laktat darah pada hewan coba sebagai

peningkat stamina. Lama struggling dan kenaikan kadar asam laktat dalam

darah digunakan sebagai parameter dari kelelahan karena aktivitas fisik.

Sehingga diharapkan dengan pemberian sampel memberikan efek peningkat

stamina pada hewan coba yang direnangkan.

Bentuk sediaan yang dibuat adalah sirup dengan formulasi bahan aktif

dan bahan tambahan sedemikian rupa sehingga diperoleh sediaan sirup yang

sesuai. Sediaan sirup dipilih karena pertimbangan stabilitas bahan baku dan

aseptabilitas rasa. Selain itu bentuk sediaan sirup proses absorbsinya lebih

cepat dibandingkan bentuk sediaan lain (Ansel et al., 2011).

ix
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah swimming test

untuk mengamati ketahanan berenang hewan uji. Hewan uji yang digunakan

adalah tikus putih jantan galur Wistar yang dibagi menjadi 4 kelompok

secara acak, dimana masing-masing kelompok terdiri dari 6 tikus. Keempat

kelompok tersebut terdiri dari 1 kelompok kontrol negatif dengan pemberian

bahan pembawa sirup fraksi minyak rimpang kencur tanpa bahan aktif dan 3

kelompok perlakuan pemberian sirup fraksi minyak rimpang kencur masing-

masing dengan dosis 1%, 2% dan 3%. Sebelum perlakuan, tikus dipuasakan

selama 12 jam dengan tetap diberi minum. Bahan uji sirup diberikan secara

peroral pada masing-masing tikus sebanyak 0,81 ml/200g BB tikus

menggunakan sonde. Pengukuran lama struggling dimulai ketika tikus mulai

berenang sampai kepala dan tungkai depan tenggelam dalam 7-15 detik.

Sedangkan pengukuran kadar asam laktat darah dilakukan sebelum dan

sesudah hewan coba direnangkan.

Data perubahan asam laktat dianalisis menggunakan uji t dua sampel

berpasangan pada masing-masing kelompok perlakuan. Hasil analisis data

kadar asam laktat darah diperoleh hanya pada kelompok dosis III yang

menunjukkan adanya perbedaan kadar asam laktat darah yang signifikan

sebelum dan sesudah direnangkan karena angka signifikan kurang dari 0,05

(p<0,05). Sedangkan pada data lama struggling menunjukkan kelompok

kontrol negatif paling rendah dengan rata-rata 83,50 ± 22,74 detik dan rata-

rata kelompok perlakuan sirup fraksi minyak rimpang kencur dengan dosis

I, II, dan III adalah 91,17 ± 22,00 detik; 101 ± 16,59 detik dan 194,5 ± 81,13

x
detik. Data lama struggling dianalisa menggunakan anova one way dan

dilanjutkan uji post hoc dengan LSD. Berdasarkan hasil analisa diketahui

terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol negatif dengan

kelompok pemberian sirup fraksi minyak rimpang kencur (Kaempferia

galanga L.) dosis III, yang mengandung 3% fraksi minyak rimpang kencur.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian

sirup fraksi minyak rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) dengan dosis

III yaitu bahan aktif sebanyak 3% mempunyai aktivitas peningkat stamina

pada tikus secara in vivo. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan

meningkatnya ketahanan renang atau struggling kelompok tikus dosis III

yang berbeda secara signifikan dibandingkan kelompok kontrol negatif,

dosis I dan dosis II. Peningkatan lama struggling kelompok tikus dosis III

juga disertai dengan perubahan bermakna pada kadar asam laktat darah

sebelum dan sesudah perlakuan.

xi
ABSTRACT

Stamina-Enhancing Activity Test Of Oil Fraction Syrup From Kencur


Rhizome (Kaempferia galanga L.) Using Swimming Test Method

Siti Aminatul Saadah

This study aims to determine the stamina enhancing effect of kencur


rhizome (Kaempferia galanga L.) oil fraction syrup. This study used
swimming test as a method to observe the swimming endurance of animal
samples. Duration of struggling and elevated levels of lactic acid in the blood
were used as parameters of fatigue due to physical activity. This study was
an in vivo experimental study that uses sample of 24 healthy male Wistar
rats. The sample were randomized into 4 groups. Three groups receiving 1%,
2% and 3% dosage from oil fraction of kencur rhizome (Kaempferia galanga
L.) and one negative control group. The syrup test material was given orally
to each rat as much as 0.81 ml / 200g BW. Swimming test was referring to
the duration of struggling in second. Blood lactic acid concentration was
measured twice, before and after the swimming test. The result showed that
there was a significant difference (p<0,05) in struggling duration only
between group III, with 3% dosage from oil fraction of kencur rhizome
(Kaempferia galanga L.), and the negative control group. The increase in the
duration of struggling in group III was also accompanied by significant
changes (p <0.05) in blood lactic acid levels of the rats before and after
treatment. From the results, it can be concluded that the administration of
kencur rhizome oil fraction syrup (Kaempferia galanga L.) with a dose of
3% has stamina-enhancing activity.

Keywords: Stamina-enhancing, Kaempferia galanga L, Swimming test,


Syrup

xii
DAFTAR ISI

Halaman
Lembar Pengesahan .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
RINGKASAN .......................................................................................... viii
ABSTRACT .............................................................................................. xii
DAFTAR ISI ............................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………............xviii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 4
1.3 Tujuan ............................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum…………………………………………..........4
1.3.2 Tujuan Khusus…………………………………………..........4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kencur (Kaempferia galanga L.)...................................... 5
2.1.1 Klasifikasi Tanaman ................................................................ 5

2.1.2 Nama Daerah............................................................................ 5

2.1.3 Habitat dan Persebaran ............................................................ 6

2.1.4 Deskripsi Tanaman .................................................................. 6

2.1.5 Kandungan Kimia .................................................................... 7

2.1.6 Kegunaan ................................................................................. 7

2.2 EPMS (Etil p-metoksisinamat) ......................................................... 7

xiii
xiv

2.3 Sediaan Sirup .................................................................................. 10


2.4 Propilenglikol .................................................................................. 11
2.5 Sukrosa .......................................................................................... . 12
2.6 Pembuatan Fraksi Minyak Rimpang Kencur ................................ . 13
2.7 Peningkat Stamina......................................................................... . 14
2.7.1 Kelelahan ............................................................................... 14

2.7.2 Faktor-faktor yang Menyebabkan Kelelahan Otot ................ 15

2.7.3 Stamina................................................................................... 18

2.7.4 Bahan-Bahan yang Dapat Meningkatkan Stamina ................ 18

2.8 Metode Pengukuran Kelelahan…. ................................................ . 20


2.8.1 Wingate Cycle Test................................................................. 20

2.8.2 Uji Renang (Swimming Test) ................................................. 21

2.8.3 Pengukuran Asam Laktat Darah ............................................ 21

BAB III. KERANGKA KONSEPTUAL


3.1 Uraian Kerangka Konseptual ........................................................ . 23
3.2 Hipotesis Penelitian....................................................................... . 25
3.3 Skema Kerangka Konseptual ........................................................ . 26
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1 Bahan, Alat dan Hewan Coba ....................................................... . 27
4.1.1 Bahan Penelitian ..................................................................... 27

4.1.2 Alat Penelitian......................................................................... 27

4.1.3 Hewan Coba ........................................................................... 27

4.2 Rancangan Penelitian .................................................................... . 28


4.3 Variabel Penelitian ........................................................................ . 29
4.3.1 Variabel Bebas ....................................................................... 29

4.3.2 Variabel Tergantung .............................................................. 30

xiv
xv

4.3.3 Variabel Terkontrol ................................................................ 30

4.4 Metode........................................................................................... . 30
4.4.1 Penentuan Dosis Sampel Uji .................................................. 30

4.4.2 Penyiapan Bahan Uji ............................................................. 31

4.4.3 Prosedur Penelitian Uji Aktivitas .......................................... 33

4.4.4 Uji Renang ............................................................................. 34

4.4.5 Kadar Asam Laktat ................................................................ 34

4.4.6 Cara Kerja Uji Aktivitas ........................................................ 34

4.5. Analisis Statistik........................................................................... . 37


BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Data Hasil Penelitian ..................................................................... . 38
5.2 Analisa Data .................................................................................. . 41
5.2.1 Data Kadar Asam Laktat........................................................ 41

5.2.2 Data Lama Struggling ............................................................ 44

5.3 Pengaruh Pemberian Sirup Fraksi Minyak Rimpang Kencur


Terhadap Peningkatan Stamina..................................................... . 46
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ................................................................................... . 54
6.2 Saran .............................................................................................. . 54
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. . 55
LAMPIRAN………………………………………………………….... . 59

xv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
II.1 Hasil Penetapan Kadar EPMS Dalam Sampel Fraksi Minyak
Kencur (Kaempferia galanga L.) 8
II.2 Rentang Penggunaan Propilenglikol 11
II.3 Rentang Penggunaan Sukrosa 13
IV.1 Empat Kelompok Uji Aktivitas Peningkat Stamina 28
IV.2 Rancangan Formula Sirup Fraksi Minyak Rimpang Kencur 32
V.1 Hasil Pengukuran Kadar Asam Laktat 39
V.2 Hasil Pengukuran Lama Struggling 40
V.3 Analisis Statistik Uji T Dua Sampel Berpasangan Data Kadar
Asam Laktat Kelompok Kontrol Negatif 42
V.4 Analisis Statistik Uji T Dua Sampel Berpasangan Data Kadar
Asam Laktat Kelompok Dosis I 42
V.5 Analisis Statistik Uji T Dua Sampel Berpasangan Data Kadar
Asam Laktat Kelompok Dosis II 43
V.6 Analisis Statistik Uji T Dua Sampel Berpasangan Data Kadar
Asam Laktat Kelompok Dosis III 43
V.7 Analisis Statistik ANOVA One Way Data Lama Struggling 44
V.8 Analisis Statistik Post Hoc Data Lama Struggling dengan LSD
Test 45

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Kencur (Kaempferia galanga L.) 5
2.2 Struktur Senyawa Etil p-Metoksisinamat (EPMS) 8
2.3 Hasil Penetapan Kadar EPMS Dalam Fraksi Minyak Kencur
(Kaempferia galanga L.) Diamati Di Bawah Lampu UV
254 Nm 9
2.4 Struktur Kimia Propilenglikol 11
2.5 Struktur Sukrosa (C12H22O11 , BM = 343,20) 12
2.6 Skema Kerja Pembuatan Fraksi Minyak Rimpang Kencur
(Kaempferia galanga L.) 14
2.7 Algoritme Terjadinya Muscle Fatigue dan Penimbunan
Asam Laktat 16
2.8 Struktur Kimia Senyawa Kafein 19
3.1 Skema Kerangka Konseptual 26
4.1 Skema Kerja Uji Aktivitas Sediaan Sirup Fraksi Minyak
Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) 36
5.1 Grafik Rata-rata Kadar Asam Laktat Darah Sebelum dan
Sesudah Perlakuan 39
5.2 Grafik Rata-rata Lama Struggling Tikus 40

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1 Data Perubahan Kadar Asam Laktat Darah 60
2 Analisis Uji T Dua Sampel Berpasangan (Perubahan
Kadar Asam Laktat darah 61
3 Data Lama Struggling 65
4 Analisis ANOVA One Way Data Lama Struggling 66
5 Determinasi Tanaman Kencur (Kaempferia galanga L.) 69
6 Dokumentasi Penelitian 70

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat tradisional merupakan ramuan bahan berupa tumbuhan, hewan,
mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebu
(Permenkes RI, 2016). Secara empiris, tanaman obat sebagai obat tradisional
telah digunakan untuk mencegah, menyembuhkan serta untuk memelihara
kesehatan. WHO sebagai asosiasi kesehatan dunia merekomendasikan
penggunaan dan mendukung upaya-upaya dalam peningkatan keamanan dan
khasiat dari obat tradisional (WHO, 2015). Indonesia merupakan negara
yang memiliki potensi megabiodiversitas tanaman obat berkhasiat yang
termasuk kategori kedua di dunia. Sebanyak 7.500 dari 30.000 jenis tanaman
khas Indonesia memiliki khasiat herbal atau tanaman obat (Salim dan
Munadi, 2017).
Salah satu tanaman obat yang sering digunakan di Indonesia adalah
tanaman kencur (Kaempferia galanga L.). Kencur merupakan salah satu
tanaman obat tradisional yang banyak digunakan oleh masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari, baik sebagai bumbu masakan maupun bahan baku
obat tradisional. Secara empiris, kencur digunakan sebagai penambah nafsu
makan, infeksi bakteri, obat batuk, disentri, tonikum, ekspektoran, masuk
angin, dan sakit perut (Pujiharti, 2012). Sari kencur dikenal sebagai obat
untuk mengembalikan kondisi tubuh yang kelelahan, dengan memberikan
efek penguat (tonik) (Depkes, 1989). Jamu beras kencur merupakan jamu
yang paling terkenal dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai
suplemen penambah stamina dan menjaga daya tahan tubuh (Nugraha et al.,
2012).

1
2

Rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) mengandung minyak atsiri


sebanyak 1,11% w/v. Komponen paling banyak dari minyak atsiri tersebut
adalah etil-p-metoksisinamat (31,77%) (Tewtrakul et al., 2005). Etil p-
metoksisinamat atau biasa disebut EPMS merupakan metabolit sekunder
terbesar dari rimpang kencur segar atau kering (Vogel, 1968). Menurut
Sukardiman (2013) di dalam penelitiannya, kandungan EPMS dalam fraksi
minyak kencur cukup besar, yaitu sekitar 62,16%. Penelitian Anas (2010)
juga menunjukkan kadar EPMS sebesar 50,43% dalam fraksi minyak
rimpang kencur. EPMS dilaporkan memiliki aktivitas analgesik dan
antiinflamasi dengan mekanisme kerja secara nonselektif menghambat
COX-1 ataupun COX-2 (Ridtitid et al., 2008; Umar et al., 2012).
Banyak masyarakat memanfaatkan kencur untuk menjaga kesehatan.
Kondisi fisik yang sehat sangat penting untuk melakukan aktivitas sehari-
hari. Dalam aktivitas fisik, yang paling berperan adalah kontraksi otot yang
tentu saja membutuhkan energi. Kontraksi otot yang terus-menerus akan
menimbulkan rasa lelah. Ketika tubuh mengalami kelelahan, aktivitas akan
turun, berkurangnya kewaspadaan akibat berkurangnya konsentrasi serta
menimbulkan kegelisahan dan kebingungan (Nurhayati, 2008).
Kelelahan atau fatigue merupakan kondisi yang ditimbulkan oleh
kontraksi otot yang terus-menerus dan kuat dalam waktu lama, sehingga otot
tidak mampu lagi berkontraksi dikarenakan neuromuscular junction tidak
bisa lagi meneruskan rangsang yang mengakibatkan akumulasi asam laktat
dalam tubuh. Penimbunan asam laktat ini sebagai hasil pembentukan energi
saat otot berkontraksi akan menimbulkan nyeri otot akibat iskemia pada
jaringan otot (Guyton,2011; Suhartono, 2005).
Tonikum atau stimulan merupakan salah satu minuman yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat luas sebagai minuman suplemen untuk
menambah tenaga dan mengurangi kelelahan akibat kerja fisik. Salah satu
contohnya adalah kafein. Selain itu, tanaman kencur juga banyak digunakan
3

sebagai tonikum atau stimulan. Serbuk kencur dilaporkan memiliki efek


tonik terhadap mencit jantan (Nurhayati, 2008). Penelitian lain dilakukan
oleh (Idrus, 2016) menggunakan fraksi minyak rimpang kencur yang
menunjukkan efek muscle relaxant. Penelitian Rochmi (2016) juga
melaporkan adanya aktivitas antikelelahan pada tikus dengan menggunakan
fraksi minyak rimpang kencur. Beberapa penelitian diatas dapat dilihat
bahwa perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang potensi fraksi minyak
kencur yang memiliki kandungan EPMS cukup besar ini untuk
dikembangkan menjadi obat herbal terstandar sebagai peningkat stamina.
Sehingga penelitian ini akan membuktikan aktivitas peningkat stamina dari
fraksi minyak kencur (Kaempferia galanga L.) dalam sediaan sirup secara
in vivo pada tikus.
Dalam perkembangan jaman telah banyak ditemukan berbagai bentuk
sediaan obat antara lain dalam sediaan tablet, sirup, suspensi, emulsi. Pada
penelitian ini dipilih bentuk sediaan sirup, bentuk sirup diharapkan dapat
memberikan kemudahan dalam pemakaiannya, karena di samping mudah
dalam pemakaiannya sirup juga mempunyai rasa yang manis dan warna yang
menarik karena mengandung bahan pemanis dan bahan pewarna. Karena
ketidakmampuan beberapa anak-anak dan orang tua untuk menelan bentuk
sediaan padat seperti tablet atau kapsul, membuat apoteker sering diminta
untuk meracik obat dalam bentuk sediaan cair oral. Sehingga diharapkan
bentuk sediaan sirup dapat disukai dan dinikmati oleh semua kalangan
masyarakat dari yang muda sampai yang tua terutama anak-anak. Sediaan
obat dalam larutan mempunyai banyak keuntungan, selain mudah dalam
pemakaian terutama bagi anak kecil, juga mempunyai keuntungan seperti
lebih cepat diabsorbsi dalam saluran cerna, sehingga obat cepat diabsorbsi
dan semakin cepat pula tercapainya efek terapetik (Ansel et al., 2011).
4

Pada penelitian ini akan dilakukan uji aktivitas peningkat stamina dari
sediaan sirup fraksi minyak rimpang kencur dengan mengamati lama renang
tikus setelah diberikan sediaan sirup fraksi minyak kencur.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah fraksi minyak kencur (Kaempferia galanga L.) dalam sediaan
sirup dapat menunjukkan aktivitas peningkat stamina pada tikus dengan
metode swimming test?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pemberian fraksi minyak rimpang
kencur (Kaempferia galanga L.) dalam sediaan sirup yang dapat
menunjukkan aktivitas peningkat stamina pada hewan coba tikus
dengan metode swimming test.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui pengaruh pemberian fraksi minyak rimpang kencur
(Kaempferia galanga L.) dalam sediaan sirup terhadap lama
struggling tikus dengan metode swimming test.
2. Mengetahui pengaruh pemberian fraksi minyak rimpang kencur
(Kaempferia galanga L.) dalam sediaan sirup terhadap perubahan
kadar asam laktat dalam darah tikus dengan metode swimming
test.

1.4 Manfaat Penelitian


Melalui penelitian ini, diperoleh data ilmiah mengenai aktivitas
peningkat stamina dari fraksi minyak rimpang kencur (Kaempferia galanga
L.) dalam sediaan sirup sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk
pengembangan obat tradisional dengan khasiat peningkat stamina yang
aman dan potensial.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kencur (Kaempferia galanga L.)


2.1.1 Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Kaempferia
Jenis : Kaempferia galanga L.
(United States Departemen of Agriculture, 2019)

Gambar 2.1 Kencur (Kaempferia galanga L.) (Nag et al, 2015)

2.1.2 Nama Daerah


Ceuko (Aceh), Tekur (Gayo), Kencur (Melayu), Kaciwe (Batak Karo),
Kopuh, Kopuk (Mentawai), Cakue (Minangkabau), Cokur (Lampung),
Kencur (Jawa Tengah), Cikur (Sunda), Kencor Cekor (Madura), Cekuh

5
6

(Bali), Kencur (Minahasa), Humapato, Humapete (Gorontalo), Bataka


(Manado), Tukulo (Buol), Tadosi (Bari), Cakuru (Makassar), Leku bojas,
Ceku (Bugis), Kuncur (Timor), Cakur, Cangkor, Asuli (Ambon), Souru
(Haruku), Soulo (Nusa Laut), Onegai (Buru), Bataka (Ternate), Cekur
(Sasak), Cekir (Sumba), Sokus (Roti), Soku (Bima) (Depkes RI, 1977).

2.1.3 Habitat dan Persebaran


Kencur dapat tumbuh di berbagai tempat di dataran rendah hingga
pegunungan dengan ketinggian daerah antara 80-700 m. tanaman ini
menghendaki tanah yang subur dan gembur. Kencur tumbuh lebih baik pada
tempat yang sedikit terlindung (Syukur dan Hernani, 2001).

2.1.4 Deskripsi Tanaman


Habitus : Terna yang hamper menutup tanah, tidak berbatang, rimpang.
Daun : Daun berbentuk jorong lebar sampai hamper bundar, pangkal,
hampir berbentuk jantung, ujung mendadak lancip, bagian atas
tidak berambut, bagian bawah berambut halus, pinggir
bergelombang berwarna merah kecoklatan, bagian tengah
berwarna hijau.
Bunga : Perbungaan, panjang 4 cm dan mengandung 4 sampai 12
bunga. Kelopak berbentuk tabung, Panjang lebih kurang 3 cm,
bergerigi 2 sampai 3 buah. Tajuk beerwarna putih dengan
tabung Panjang 2,5 cm sampai 5 cm, ujung berbelah-belah
berbentuk pita, Panjang 2,5 sampai 3 cm, lebar 1,5 mm sampai
3 mm.
Akar : Akar berbentuk gelendong, kadang-kadang berumbi, panjang
1 cm sampai 1,5 cm.

Rimpang : Rimpang pendek berwarna coklat, berbentuk jari dan tumpul.


Bagian luarnya seperti bersisik. Daging rimpang tidak keras,
7

rapuh, mudah patah dan bergetah. Berbau harum, dengan rasa


pedas khas. (Depkes RI, 1989)

2.1.5 Kandungan Kimia


Rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) mengandung minyak atsiri
sebanyak 1,11% w/v. Komponen dari minyak atsiri tersebut diidentifikasi
sebagai etil-p-metoksisinamat (31,77%), metil sinamat (23,23%), α-pinena
(1,28%), carvone (11,13%), eucayptol (9,59%), pentadekana (6,41%),
borneol (2,87%), camhene (2,47%), dan benzena (1,33%). Etil-p-
metoksisinamat (EPMS) merupakan metabolit sekunder terbesar dari
rimpang kencur segar atau kering (Tewtrakul et al., 2005).

2.1.6 Kegunaan
Kencur banyak dimanfaatkan sebagai tonikum yaitu sebagai obat
bengkak-bengkak, reumatik, obat batuk, obat sakit perut, menghilangkan
keringat, penambah nafsu makan, infeksi bakteri, ekspektoran
(memperlancar keluarnya dahak), disentri, karminatif, menghangatkan
badan, pelangsing, penyegar, mengobati luka dan bengkak perut, encok
(Rukmana, 1994). Ekstrak kencur (Kaempferia galanga L.) mampu
menghambat agregasi platelet (Moriyama et al., 2002). Rimpang kencur juga
bersifat analgetikum, yaitu meredakan rasa sakit pada gigi, sakit kepala
ataupun rematik (Hargono, 2000).

2.2 EPMS (Etil p-metoksisinamat)


EPMS (Etil p-metoksisinamat) merupakan metabolit sekunder terbesar
dari rimpang kencur segar ataupun kering (Tewtrakul et al., 2005). EPMS
termasuk golongan senyawa ester dengan cincin benzena dan gugus metoksi
yang bersifat nonpolar serta gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat
sedikit polar sehingga pada proses ekstraksinya dapat menggunakan pelarut-
pelarut yang mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat, metanol,
air, dan heksana (Barus, 2009).
8

Senyawa EPMS mempunyai rumus molekul C12H14O3, dengan berat


molekul 206,24 yang terdiri dari C 69,88%, H 6,84%, O 23,27%. Senyawa
EPMS mempunyai bentuk kristal berwarna putih, dengan jarak lebur 48-
49ºC (Ekowati et al., 2009).

Gambar 2. 2 Struktur Senyawa Etil p-Metoksisinamat (EPMS)


(Umar et al., 2012)

Tabel II.1 Hasil Penetapan Kadar EPMS Dalam Sampel Fraksi Minyak
Kencur (Kaempferia galanga L.).
Replikasi Kadar dalam 2 µl Kadar EPMS (b/v)
1 1,030 µg 51,50%
2 1,028 µg 51,40%
3 0,968 µg 48,40%
X (rata-rata) 50,43%
SD 1,76
KV 3,49%

Rata-rata kadar EPMS dalam fraksi minyak kencur (Kaempferia


galanga L.) sebesar 50,43 ± 1,76 % dengan nilai koefisien variasi sebesar
3,49 %.
9

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Gambar 2.3 Hasil Penetapan Kadar EPMS dalam Fraksi Minyak Kencur
(Kaempferia galanga L.) Diamati Dibawah Lampu UV 254 nm
(Anas, 2010)

Keterangan gambar 2.3


1. Standar 300 ppm sebanyak 2 μl
2. Sampel 1 (fraksi minyak kencur sebanyak 2 μl)
3. Standar 400 ppm sebanyak 2 μl
4. Sampel 2 (fraksi minyak kencur sebanyak 2 μl)
5. Standar 500 ppm sebanyak 2 μl
6. Sampel 3 (fraksi minyak kencur sebanyak 2 μl)
7. Standar 600 ppm sebanyak 2 μl
8. Recovery 1 (fraksi minyak kencur sebanyak 2 μl)
9. Standar 700 ppm sebanyak 2 μl
10. Recovery 2 (fraksi minyak kencur sebanyak 2 μl)
11. Recovery 3 (fraksi minyak kencur sebanyak 2 μl)
Dari gambar 2.3 dapat dilihat perbedaan dari penampakan noda yang
dihasilkan dari standar EPMS dari beberapa macam konsentrasi dengan
penampakan noda yang dihasilkan oleh sampel.
Penetapan kadar ini dilakukan menggunakan larutan baku dengan
konsentrasi 300 ppm, 400 ppm, 500 ppm, 600 ppm dan 700 ppm. Eluen yang
digunakan dalam proses eluasi merupakan campuran n-hexana dan etil asetat
10

dengan perbandingan 9 : 1 serta penambahan 2 tetes asam formiat setiap 10


ml campuran tersebut (Anas, 2010)

2.3 Sediaan Sirup


Sirup adalah larutan oral yang mengadung sukrosa atau gula lain
dengan kadar tinggi. Istilah sirup juga digunakan untuk bentuk sediaan cair
lain yang dibuat dengan pengental dan pemanis termasuk suspensi oral
(Departemen Kesehatan RI, 2014). Menurut Farmakope Indonesia, sediaan
sirup mengandung sakarosa, dimana kadar sakarosa yang digunakan tidak
kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0%. Sirup dapat mengandung gula
atau pengganti gula dengan atau tanpa flavor dan bahan obat. Sebagian besar
sirup selain bahan obat dan air juga mengandung pelarut (pembawa),
pemanis, pengental, pewarna dan pengawet (Rowe et al., 2012). Berdasarkan
bahan bakunya sirup dibedakan menjasi sirup esens, sirup glukosa, dan sirup
buah-buahan (Satuhu, 1994).
Alasan pemilihan bentuk sediaan sirup didasarkan pada lebih
mudahnya diabsorbsi oleh tubuh dan dapat menutupi bau dan rasa bagi
beberapa orang yang tidak menyukai bau tanaman kencur sehingga dapat
meningkatkan aseptabilitas sediaan oleh hampir semua tingkat usia. Selain
itu, kelebihan bentuk sediaan sirup dibandingkan sediaan padat yaitu
memberikan kemudahan saat meminum obat bagi yang mengalami kesulitan
menelan obat. Setiap obat yang dapat larut dalam air dan stabil dalam larutan
berair dapat dibuat menjadi sediaan sirup (Ansel, 1989).
11

2.4 Propilenglikol

Gambar 2.4 Struktur Kimia Propilenglikol (Rowe et al., 2012).

Propilenglikol adalah salah satu bahan tambahan yang ditambahkan


pada sediaan sirup. Propilengilkol sendiri merupakan cairan jernih, kental,
tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis namun sedikit pedas
menyerupai gliserin dan higroskopis. Stabil secara kimia jika dicampur
dengan gliserin, air dan alkohol. Propilenglikol dapat bercampur dengan air
dan etanol (95%)p. Dalam formulasi, bahan ini digunakan sebagai kosolven,
bahan penstabil, pelarut, plastisizer, humektan, desinfektan, dan pengawet
(Rowe et al., 2012).

Tabel II. 2 Rentang Penggunaan Propilenglikol (Rowe et al., 2012).


Penggunaan Bentuk sediaan Konsentrasi (%)
Humektan Topikal 15
Pengawet Larutan, semisolid 15-30
Solven atau kosolven Larutan aerosol 10-30
Larutan oral 10-25
Parenteral 10-60
Topikal 5-80
12

2.5 Sukrosa

Gambar 2.5 Struktur Sukrosa (C12H22O11 , BM = 343,20)


(Rowe et al., 2012)
Sukrosa merupakan salah satu bahan tambahan yang sering digunakan
dalam formulasi sediaan oral. Penambahan sukrosa tidak hanya bertujuan
untuk mendapatkan rasa manis yang diinginkan dan viskositas tertentu tetapi
juga stabilitas yang akan didapatkan disbanding dengan cairan yang encer
(Ansel et al., 2011).
Sukrosa mempunyai pemerian hablur putih atau tidak berwarna; massa
hablur atau berbentuk kubus; atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa
manis; stabil di udara (Departemen Kesehatan RI, 2014). Kelarutannya
sukrosa yaitu praktis tidak larut dalam kloroform, dalam etanol (1:400),
dalam etanol 95% (1:170), propan-2-ol (1:400), dalam air (1:0,5), dan dalam
air mendidih 100ºC (1:0,2) (Rowe et al., 2012).
13

Tabel II.3 Rentang Penggunaan Sukrosa (Rowe et al., 2012)


Penggunaan Konsentrasi (% w/w)
Sirup untuk sediaan oral 67
cair
Bahan pemanis 67
Bahan pengikat 2-20
(granulasi kering)
Bahan pengikat 50-67
(granulasi basah)
Pelapis tablet (sirup) 50-67

2.6 Pembuatan Fraksi Minyak Rimpang Kencur


Metode fraksinasi minyak rimpang kencur (Anas, 2013)
1. Proses ekstraksi dengan cara maserasi
Sejumlah 1 kg serbuk halus rimpang kencur dimaserasi dengan 4 liter
etanol 96% sebanyak 4 kali 24 jam. Hasil ekstrak yang didapat
kemudian dipekatkan dengan mengunakan rotavapor.
2. Pemisahan fraksi minyak
Ekstrak pekat ditambahkan air (perbandingan ekstrak : air = 3 : 1),
kemudian dikocok sehingga diperoleh dua lapisan cairan yang tidak
saling campur yaitu fase air dan fase minyak kencur. Didapatkan
fraksi minyak sebanyak 270 ml. Fase minyak kencur berada di bagian
bawah, karena fraksi minyak kencur memiliki berat jenis yang lebih
besar dibandingkan air. (BJ fraksi minyak kencur 91,99% b/v).
14

Serbuk rimpang kencur (Kaempferia galanga L.)

Maserasi dengan pelarut etanol


96% sebanyak 4 kali 24 jam,
disaring dengan corong buchner
Ekstrak etanol encer
Pekatkan dengan
menggunakan rotavapor
Ekstrak etanol pekat

Ditambahkan air
(ekstrak : air = 3 : 1)

Fase air Fase minyak

Fraksi minyak rimpang


kencur
Gambar 2.6 Skema Kerja Pembuatan Fraksi Minyak
Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.)
2.7 Peningkat Stamina
2.7.1 Kelelahan
Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh agar
terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah
istirahat. Rasa lelah dapat terjadi karena aktivitas fisik maupun mental yang
dapat menjadi gejala suatu penyakit. Dalam hubungan dengan aktivitas fisik,
rasa lelah berarti ketidakmampuan untuk mempertahankan kekuatan otot
yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas tertentu (Marbun, 1993).
Gejala kelelahan bisa disebabkan adanya suatu infeksi, penyakit
jantung, paru-paru, radang hati, kencing manis, dan lebih serius lagi penyakit
multiple sclenosis, AIDS atau kanker. Sebab lain dari perasaan lelah adalah
15

tekanan darah rendah, atau naik-turunnya secara drastis dan kekurangan


cairan tubuh (Tjay dan Rahardja, 2007).
Untuk melakukan kontraksi, otot membutuhkan energi dalam bentuk
ATP (Adenosine Triphosphate). ATP merupakan senyawa fosfat yang
berenergi tinggi yang menyimpan energi untuk tubuh (Sloane, 2004). Otot
yang berkontraksi terus menerus akan lelah, kemudian tidak mampu lagi
berkontraksi akibat kekurangan ATP, neumuscular junction tidak mampu
meneruskan rangsang, disertai akumulasi asam laktat (Herwana et al., 2005).

2.7.2 Faktor-faktor yang Menyebabkan Kelelahan Otot


Penyebab pasti terjadinya kelelahan otot masih belum jelas. Faktor-
faktor yang diperkirakan memegang peranan penting dalam proses kelelahan
otot yaitu: (Suhartono, 2005)
a. Penimbunan asam laktat
Asam laktat yang terakumulasi dalam otot akan diubah menjadi
laktat dan ion hidrogen (H+). Mekanisme kerja H+ dalam
mempengaruhi proses kontraksi adalah sebagai berikut :
- Penghambatan fosfofruktokinase, enzim pembatas kecepatan
untuk glikolisis.
- Penghambatan transformasi fosforilase, dimana mengurangi
glikogen diubah menjadi glukosa.
- Mengurangi kekuatan otot dengan menghambat myosin
ATPase
- Mengurangi eksitabilitas membran serabut otot.
Selain itu, ion hidrogen juga menghambat mobilisasi jaringan
lemak dari jaringan lemak, menyebabkan penggunaan cadangan
glikogen yang meningkat. Sehingga, penimbunan asam laktat ini
menyebabkan penurunan pH otot. Hal ini mungkin menghambat
enzim-enzim kunci pada jalur-jalur penghasil energi atau proses
16

penggabungan eksitasi-kontraksi. Penimbunan ini juga menimbulkan


nyeri otot yang timbul saat latihan olahraga intensitas tinggi (latihan
anaerobik) sedang berlangsung. Aktivitas kontraktil di otot tertentu
tidak dapat dipertahankan pada tingkat (level) yang telah ditentukan
untuk sebelumnya. Pada akhirnya tegangan otot menurun seiring
dengan timbulnya kelelahan otot. Kemudian asam laktat dibawa oleh
darah ke hati dan menimbulkan 3 keadaan di bawah ini:
1. pH darah menurun. Hal ini akan merangsang pernafasan yang
cepat untuk mensuplai O2.
2. Pada otot dan hati sebagian besar asam laktat dikonversi untuk
menghasilkan energi dengan proses aerobik.
3. Sisa asam laktat dikonversi menjadi proses yang memerlukan
energi kembali menjadi glukosa/glikogen.
Kelelahan otot

Sebagian energi dihasilkan Sebagian energi dihasilkan


oleh proses aerobik oleh proses anaerobik

Asam laktat terakumulasi dalam otot

Muscle fatigue

Asam laktat dibawa oleh darah ke hati

Keasaman darah Pada otot dan hati Asam laktat yang


yang meningkat sebagian asam tersisa dikonversi
merangsang O2 laktat diubah oleh menjadi proses yg
pernafasan yang proses aerobik membutuhkan
cepat untuk untuk menghasilkan energi kembali
mensuplai O2 energi menjadi glikogen

Gambar 2.7 Algoritme Terjadinya Muscle Fatigue dan


Penimbunan Asam Laktat
17

a. Habisnya energi ATP


Oksigen diperlukan untuk pemulihan sistem energi ATP.
Selama latihan olahraga, simpanan kreatin fosfat pada otot-otot
yang aktif berkurang, asam laktat menumpuk dan simpanan
glikogen mungkin terpakai. Biasanya pengaruh efek tersebut
tergantung pada intensitas dan lamanya latihan.
Selama masa recovery, pasokan ATP segar diberikan oleh
proses fosforilasi oksidatif yang menggunakan oksigen yang
baru diperoleh, yang disediakan oleh aktivitas pernafasan yang
terus meningkat setelah latihan berhenti. Sebagian besar ATP
ini digunakan untuk mensintesis ulang kreatin fosfat untuk
memulihkan cadangannya. Hal ini dapat diselesaikan dalam
waktu beberapa menit. Setiap asam laktat yang tertimbun
diubah kembali menjadi asam piruvat, yang sebagian digunakan
oleh fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP. Asam
piruvat sisanya diubah kembali menjadi glukosa oleh hati.
Sebagian besar glukosa ini digunakan untuk memulihkan
cadangan glikogen di otot dan hati yang telah habis terpakai
selama latihan. Jalur proses glikolisis ini disebut Embden-
Meyerhof pathway.
b. Jenis serabut otot
Waktu timbulnya kelelahan otot berbeda-beda sesuai jenis
serabut otot, sebagian serabut otot lebih tahan terhadap kelelhan
otot dibandingkan serabut otot lainnya.
c. Beban latihan
Latihan (exercise) dengan beban yang berat lebih cepat
menimbulkan Lelah, dimana subyek berusaha sekuat tenaga
melawan beban yang diberikan.
18

2.7.3 Stamina
Stamina adalah kemampuan daya tahan yang lama pada organisme
untuk melawan kelelahan dalam batas waktu tertentu. Adapun definisi lain
stamina adalah kekuatan dan energi fisik seseorang yang memungkinkan
dapat bertahan dalam kerja atau dalam kesehatan tubuh; daya tahan;
ketabahan dan ketahanan mental; keuletan (Ariadi, 2012). Paru-paru,
jantung, pusat saraf, dan otot bekerja berat dalam hal meningkatkan stamina
(Ariadi, 2012).
Beberapa faktor yang mempengaruhi stamina antara lain keturunan atau
genetik, usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, asupan gizi, dan status gizi.

2.7.4 Bahan-Bahan yang Dapat Meningkatkan Stamina


1. Tonikum
Tonikum adalah obat yang menguatkan badan dan
merangsang selera makan (Ramli, 2003). Tonikum adalah istilah
yang dahulu digunakan untuk kelas preparat obat-obatan yang
dipercaya mempunyai kemampuan mengembalikan tonus normal
pada jaringan. Tonikum mempunyai efek yang menghasilkan
tonus normal yang ditandai dengan ketegangan terus-menerus
(Dorland WAN, 1996). Efek dari tonikum adalah tonik yaitu
berupa efek yang memacu dan memperkuat semua sistem organ
serta menstimulan perbaikan sel-sel tonus otot. Efek tonik ini
terjadi karena efek stimulan yang dilakukan terhadap sistem saraf
pusat. Efek tonus ini dapat digolongkan ke dalam golongan
psikostimulansia. Senyawa ini dapat menghilangkan kelelahan
dan penat, serta meningkatkan kemampuan berkonsentrasi dan
kapasitas yang bersangkutan (Mutschler, 1986).
19

2. Kafein

Gambar 2.8 Struktur Kimia Senyawa Kafein


Rumus molekul : C8H10N4O2
Nama IUPAC : 1,3,7-Trimethylpurine-2,6-dione
Kafein merupakan xantin yang paling kuat, menghasilkan
stimulasi korteks dan medula dan bahkan stimulasi spiral pada dosis
yang besar, kafeina juga memperpanjang waktu kemampuan
seseorang untuk melakukan pekerjaan yang melelahkan tubuh.
Konsumsi kafein dapat menyebabkan kurangnya rasa mengantuk,
lelah dan daya pikirannya lebih cepat dan lebih jernih atau lebih baik
(Sunaryo, 1995).
Kafein mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari antara lain
pada kopi, teh, kakao, dan cola (Tjay dan Rahardja, 2007). Namun
konsumsi kafein secara rutin dapat menyebabkan terjadinya
ketergantungan ataupun toleransi. Tanda-tanda dan gejala-gejala dari
konsumsi kafein secara berlebihan antara lain timbul kecemasan,
insomnia, wajah memerah, diuresis, gangguan saluran cerna, kejang
otot, takikardia, aritmia, peningkatan energi dan agitasi psikomotor
(Sukandar, 2008).
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan POM No.
00.05.23.3644 tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Suplemen
Makanan, disebutkan bahwa batas konsumsi kafein maksimum
20

adalah 150 mg/hari dibagi minimal dalam 3 dosis. Dengan kata lain,
batas kandungan kafein dalam minuman adalah 50 mg per sajian.
Kopi dapat mengandung 50-200 mg kafein per cangkir tergantung
penyeduhan. Untuk teh dapat mengandung 40-200 mg kafein per
cangkir.

3. Analgesik
Analgesik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi system
saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit
tanpa mempengaruhi kesadaran. Berdasarkana mekanisme kerja
pada tingkat molekul, analgesik dibagi menjadi dua golongan yaitu
analgesic narkotik dan analgesik non narkotik (Siswandono dan
Soekardjo, 2000).
Analgesik narkotik adalah senyawa yang dapat menekan SSP
secara selektif, yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit sedang
atau berat. Golongan ini umumnya dapat menimbulkan euforia
sehingga banyak disalahgunakan. Pemberian obat secara terus
menerus menimbulkan ketergantungan fisik, mental (kecanduan)
hingga kematian (Siswandono dan Soekardjo, 2000).
Analgesik non-narkotik bekerja pada saraf perifer dan sentral
pada SSP, yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit ringan-
sedang. Obat ini bekerja menurunkan suhu badan yang tinggi saat
demam dan sebagai antiradang untuk pengobatan rematik
(Siswandono dan Soekardjo, 2000).

2.8 Metode Pengukuran Kelelahan


2.8.1 Wingate Cycle Test
Para ahli fisiologi dari Institut Wingate di Israel melakukan provokasi
kelelahan otot dengan tes kebugaran anaerobik selama 30 detik yang diberi
nama Wingate Cycle Test. Index fatigue (dalam %) dihitung dengan
21

membandingkan selisih jumlah putaran lima detik terakhir, dibagi dengan


jumlah putaran pedal lima detik pertama kemudian dikalikan 100%
(Suhartono, 2005)

2.8.2 Uji Renang (Swimming Test)


Berenang merupakan salah satu aktivitas berat yang membutuhkan
energi besar. Dengan tersedianya ATP yang cukup, maka kemampuan
kontraksi otot dapat dipertahankan sampai batas waktu tertentu. Berenang
dapat menghabiskan energi ± 500 kalori/jam pada manusia dewasa.
Uji renang digunakan untuk pengukuran kelelahan otot secara
kuantitatif. Uji renang dilakukan sebagai aktivitas fisik untuk memicu
terjadinya kelelahan. Kelelahan inilah yang akan mempengaruhi lama
renang (struggling). Struggling merupakan periode waktu dalam detik
selama hewan coba tikus dalam keadaan berenang sekuat tenaga dengan
kepala dan kedua tungkai depan tidak tenggelam selama periode
pengamatan. Struggling tersebut merupakan keadaan yang menunjukkan
tikus berenang sekuat tenaga sebagai insting untuk bertahan hidup (survive)
dalam air karena tikus bukan merupakan binatang air. Keadaan ini
menyebabkan metabolisme yang terjadi kemungkinan besar anaerob. Dalam
keadaan anaerob terjadi pengurangan ATP dan akumulasi asam laktat
sebagai produk sisa metabolit pada otot. Tikus yang digunakan pada
penelitian ini telah dipuasakan selama 12 jam, sehingga tikus berada dalam
keadaan kelaparan. Kondisi kelaparan seperti ini akan mengakibatkan
kehabisan energi. Sehingga tikus akan kelelahan sampai tidak mampu lagi
berkontraksi.

2.8.3 Pengukuran Asam Laktat Darah


Akumulasi kadar asam laktat dalam darah dari aktivitas fisik dapat
menjadi indikator kelelahan. Dikatakan lelah (fatigue) bila kadar asam laktat
darah melebihi 20 mmol/L (Suhartono, 2005). Hal tersebut juga di dukung
22

oleh penelitian (Westerblad et al., 2002) bahwa kelelahan otot disebabkan


oleh asidosis intraseluler akibat akumulasi asam laktat. Peningkatan asam
laktat dalam plasma atau otot selama aktivitas berat disebabkan oleh
kebutuhan energi yang sangat tinggi, yaitu sekitar 100 kali lipat
dibandingkan dengan kondisi istirahat. Kebutuhan energi pada saat aktivitas
berat diperoleh dari metabolisme anaerob, dimana dalam kondisi ini
metabolisme glukosa yang tidak sempurna dengan hasil akhir berupa 2 ATP
ditambah produk sisa berupa asam laktat.
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Uraian Kerangka Konseptual


Aktivitas fisik berhubungan erat dengan kontraksi otot. Untuk
melakukan kontraksi, otot memerlukan energi dalam bentuk ATP
(Adenosine Triphosphate). ATP adalah senyawa fosfat yang berenergi tinggi
yang menyimpan energi untuk tubuh. ATP terbentuk dari nukleutida
adenosine ditambah dengan gugus fosfat dalam ikatan berenergi tinggi.
Hidrolisis ATP melepaskan satu fosfat menjadi ADP dan melepaskan energi
(Sloane, 2004).
Terbatasnya jumlah ATP di dalam tubuh mengakibatkan ATP tersebut
hanya mampu mencukupi untuk aktivitas maksimal selama beberapa detik
saja. Untuk kebutuhan energi yang besar, energi mampu dihasilkan dari
metabolisme aerobik (dengan oksigen) melalui pembakaran karbohidrat,
lemak dan protein dalam tubuh. Meskipun ATP yang dihasilkan besar,
namun proses yang dibutuhkan jiga sedikit lebih lama. Di saat tubuh
memerlukan energi dalam waktu cepat, akhirnya energi yang dihasilkan
berasal dari metabolisme anaerob (tanpa oksigen). Metabolisme anaerob
mempunyai kekurangan yaitu ATP yang dihasilkan sedikit atau terbatas
serta memiliki hasil sisa metabolisme yaitu asam laktat (Widiyanto, 2007).
Ketika ATP habis, otot tidak mampu lagi melakukan kontraksi dan
terjadinya akumulasi asam laktat yang kemudian menimbulkan kondisi
kelelahan. Akumulasi asam laktat dalam sel otot akan menyebabkan asidosis
intraseluler, serta asam laktat dalam sel otot akan berdifusi ke dalam darah
dan meningkatkan kadar asam laktat plasma (Herwana et al, 2005).
Sehingga, tanda bahwa terjadi kelelahan dapat dinilai dari kadar asam laktat.

23
24

Serta selain karena suasana asam, keadaan iskemia jaringan otot


menimbulkan rasa nyeri (Guyton, 2011).
Rasa nyeri merupakan salah satu bentuk respon tubuh terhadap sesuatu
yang ganjil dalam tubuh. Nyeri merupakan suatu gejala yang berfungsi
sebagai isyarat adanya gangguan di jaringan, seperti peradangan (rema,
encok), infeksi jasad renik atau kejang otot. Adanya rangsangan baik
mekanis, kimiawi atau fisis (kalor, listrik) dapat memicu pelepasan zat-zat
tertentu yang disebut mediator nyeri, antara lain histamin, bradikinin,
leukotrien dan prostaglandin (Tjay dan Rahardja, 2007). Saat tubuh lelah,
terjadi akumulasi asam laktat yang tinggi di otot dan darah. Kemudian tubuh
merespon dengan timbulnya rasa nyeri.
Untuk mengatasi kelelahan akibat akumulasi asam laktat, dapat
digunakan tonikum sebagai peningkat stamina yang memiliki efek tonik
yang memacu dan memperkuat semua sistem organ serta menstimulan
perbaikan sel-sel tonus otot. Efek ini terjadi karena efek stimulan yang
dilakukan terhadap sistem saraf pusat yang dapat menghilangkan kelelahan
dan penat, serta meningkatkan kemampuan berkonsentrasi (Mutschler,
1986). Konsumsi kafein sebagai penambah stamina juga dapat menyebabkan
kurangnya rasa mengantuk, lelah dan daya pikirannya lebih cepat dan lebih
jernih atau lebih baik (Sunaryo, 1995). Selain itu, obat yang digunakan untuk
mengatasi rasa nyeri akibat kelelahan disebut analgetik (Sukmono, 2009).
Analgesik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat
secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi
kesadaran (Siswandono dan Soekardjo, 2000).
Namun, efek samping yang banyak ditimbulkan dari senyawa-senyawa
di atas mendorong para ahli mengembangkan pengobatan tradisional dengan
memanfaatkan tanaman herbal untuk obat tradisisonal. Selain relatif aman,
penggunaan tanaman herbal juga menghasilkan sedikit efek samping.
25

Salah satu tanaman yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia


sebagai obat tradisional adalah kencur (Kaempferia galanga L.). Rimpang
kencur telah sering dimanfaatkan sebagai obat penghilang rasa sakit oleh
masyarakat Indonesia (Sostroamidjojo, 2001). Sari kencur terkenal sebagai
obat untuk mengembalikan kondisi tubuh yang kelelahan, dengan
memberikan stimulansia (tonik) sebagai peningkat stamina. Rimpang kencur
mengandung 31,77% EPMS yang merupakan komponen utama dan terbesar
dalam rimpang kencur (Kaempferia galanga L.). Sedangkan di dalam fraksi
minyak rimpang kencur sebesar 50,43% (Anas, 2010). Penelitian Rochmi
(2016) melaporkan adanya aktivitas antikelelahan pada tikus dengan
menggunakan fraksi minyak rimpang kencur. Penelitian lain dilakukan oleh
(Idrus, 2016) menggunakan fraksi minyak rimpang kencur yang
menunjukkan efek muscle relaxant.

Sehingga kandungan EPMS yang besar dari fraksi minyak rimpang


kencur (Kaempferia galanga L.) memiliki aktivitas sebagai peningkat
stamina yang kemudian dapat dikembangkam menjadi obat herbal terstandar
dalam sediaan sirup.

3.2 Hipotesis Penelitian


Sediaan sirup fraksi minyak kencur (Kaempferia galanga L.) dengan
kandungan EPMS memiliki aktivitas peningkat stamina pada hewan coba
tikus dengan metode uji renang (swimming test).
26

3.3 Skema Kerangka Konseptual

Akumulasi asam laktat dari hasil metabolisme anaerob menyebabkan


kelelahan otot karena otot tidak mampu lagi untuk kontraksi juga
disertai adanya rasa nyeri.

Untuk mengatasi lelah dapat • Analgesik bekerja dengan


menghilangkan rasa nyeri.
digunakan obat yang memiliki
• Tonikum bekerja dengan
efek tonik sebagai peningkat
merangsang stimulan pada
stamina dan analgesik.
sistem saraf pusat

Secara empiris rimpang kencur memiliki khasiat sebagai obat


penghilang rasa sakit oleh masyarakat Indonesia (Sostroamidjojo,
2001). Sari kencur terkenal sebagai obat untuk mengembalikan
kondisi tubuh yang kelelahan, dengan memberikan stimulansia (tonik)
sebagai peningkat stamina (Nugraha et al., 2012).

Aspek aseptabilitas
Kandungan EPMS yang besar dari fraksi rasa, stabilitas bahan
minyak rimpang kencur sebesar 50,43% obat dan kecepatan
(Anas, 2010), memiliki aktivitas absorbsi, merupakan
analgesik, muscle relaxant dan pertimbangan
antikelelahan sehingga berpotensi untuk pemilihan bentuk
dikembangkan sebagai peningkat stamina sediaan sirup
(Ansel et al., 2011).

Sediaan sirup fraksi minyak rimpang kencur (Kaempferia galanga L.).


memiliki aktivitas sebagai peningkat stamina.

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Bahan, Alat dan Hewan Coba


4.1.1Bahan Penelitian
1. Bahan uji yaitu fraksi minyak rimpang kencur (Kaempferia
galanga L.) yang berasal dari daerah Gresik.
2. Aquadest
3. Propilenglikol
4. Sukrosa
5. Reagen kering asam laktat (lactat pro stripe)

4.1.2Alat Penelitian
1. Timbangan
2. Mikropipet
3. Gelas beaker, batang pengaduk, botol
4. Sonde
5. Stopwatch
6. Bak renang atau akuarium kaca
7. Lactate Pro Test Meter

4.1.3 Hewan Coba


Dalam penelitian ini, hewan coba yang digunakan adalah tikus putih
jantan galur Wistar yang diperoleh dari Laboratorium Hewan Departemen
Farmakognosi dan Fitokimia Universitas Airlangga dengan berat badan
kurang lebih 150-250 g dan dalam kondisi yang sehat.
Hewan coba tikus putih dibagi menjadi 4 kelompok secara acak, yaitu
3 kelompok yang mendapat sampel uji fraksi minyak rimpang kencur

27
28

(Kaempferia galanga L.) dengan 3 dosis yang berbeda sebagai kelompok


perlakuan dan 1 kelompok lain sebagai kelompok kontrol negatif.

4.2 Rancangan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental secara in vivo
dengan desain penelitian paralel silang (cross over). Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui aktivitas peningkat stamina dari sampel yaitu sediaan
sirup fraksi minyak rimpang kencur (Kaemferia galanga L.). Terdapat 4
kelompok uji pada masing-masing pengujian, yaitu kelompok kontrol
negatif (plasebo), dan kelompok perlakuan dengan tiga macam dosis fraksi
minyak rimpang kencur (dosis 1%; dosis 2%; dosis 3%). Aktivitas peningkat
stamina akan digambarkan oleh lama hewan coba struggling dan nilai
kenaikan akumulasi kadar asam laktat.

Tabel IV.1 Empat Kelompok Uji Aktivitas Peningkat Stamina

Kelompok Perlakuan
Kontrol negatif Diberi campuran propilenglikol, sukrosa
dan aquadest (0,81 ml/200 g BB tikus)
Perlakuan 1 Diberi sediaan sirup fraksi minyak rimpang
kencur (Kaempferia galanga L.) dengan
dosis 1%
Perlakuan 2 Diberi sediaan sirup fraksi minyak rimpang
kencur (Kaempferia galanga L.) dengan
dosis 2%
Perlakuan 3 Diberi sediaan sirup fraksi minyak rimpang
kencur (Kaempferia galanga L.) dengan
dosis 3%
29

Hewan uji dibagi dalam 4 kelompok, yang dilakukan dengan


menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL), yakni dengan
melakukan pemberian nomor pada hewan uji, kemudian dilakukan
pengundian. Jumlah minimal per kelompok mengikuti rumus Federer,

yakni : ( t -1 ) ( n-1 ) ≥ 15
keterangan : t = kelompok perlakuan = 4
n = jumlah sampel per kelompok perlakuan
maka : ( t-1) (n-1) ≥ 15
(4-1) (n-1) ≥ 15
3n-3 ≥ 15
n ≥ 6

Penelitian ini menggunakan 6 ekor tikus untuk setiap kelompok


perlakuan. Sehingga jumlah sampel keseluruhan sebesar 24 ekor tikus yang
terdiri dari 4 kelompok.

4.3 Variabel Penelitian


4.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas atau variabel prediktor atau variable independent,
adalah variabel yang menjadi penyebab utama pokok permasalahan yang
diteliti (Zainuddin, 2014). Variabel bebas pada penelitian ini meliputi :
1. Sediaan sirup fraksi minyak rimpang kencur (Kaempferia galanga L.)
dosis 1%
2. Sediaan sirup fraksi minyak rimpang kencur (Kaempferia galanga L.)
dosis 2%
3. Sediaan sirup fraksi minyak rimpang kencur (Kaempferia galanga L.)
dosis 3%
4. Sediaan campuran propilenglikol, sukrosa, dan aquadest (kontrol
negatif).
30

4.3.2 Variabel Tergantung


Variabel Tergantung atau variabel terikat atau variabel dependent,
adalah variabel yang menunjukan akibat dengan adanya variabel sebab dan
variabel intervening (Zainuddin, 2014). Variabel tergantung pada penelitian
ini meliputi :
1. Kelelahan otot pada tikus yang diukur dengan uji renang (swimming
test) dengan menghitung lama struggling tikus.
2. Pengukuran kenaikan kadar asam laktat dalam darah sebelum dan
sesudah uji renang dilakukan.

4.3.3 Variabel Terkontrol


Variabel terkontrol atau variabel kendali adalah variabel yang
sepanjang penelitian berlangsung dibuat sedemikian rupa sehingga konstan
atau dalam kondisi yang sama dan tidak bias (Zainuddin, 2014). Variabel
terkontrol pada penelitian ini meliputi galur tikus hewan coba, umur hewan
coba, jenis kelamin hewan coba, berat badan hewan coba, pakan hewan coba,
kandang, suhu dan sistem perkandangan hewan coba, aktivitas fisik hewan
coba, waktu pengamatan dan dosis pemberian sampel.

4.4 Metode
4.4.1 Penentuan Dosis Sampel Uji
Dosis minimum satu kali minum pada manusia adalah 1 sendok makan
(15 ml dan dalam sehari dikonsumsi 2-3 kali). Konversi dosis dari manusia
ke tikus dikalikan 0,018 = 0,54 ml – 0,81 ml/ 200g BB tikus.
1. Dosis empiris kencur untuk tonikum 7 gram serbuk simplisia kering
(Ningsih, 2012). Sedangkan dalam 1 ml fraksi minyak rimpang kencur
setara dengan 3,3 gram serbuk simplisia kering dan mengandung
50,43% EPMS (Anas, 2010).
2. Dosis antikelelahan 80,44 mg fraksi minyak rimpang kencur kering
yang mengandung 24,7% EPMS (Rochmi, 2016)
31

24,7% x 80,44 mg = 19,87 mg EPMS


Dosis 1 = 1% fraksi minyak rimpang kencur
1% x 0,81 ml = 0,0081 gram
= 8,1 mg/ 200g BB tikus
(mengandung 4,08 mg EPMS)
Dosis 2 = 2 % fraksi minyak rimpang kencur (setara dengan 1x
minum dosis empiris)
2% x 0,81 ml = 0,0162 gram
= 16,2 mg/ 200g BB tikus
(mengandung 8,17 mg EPMS)
Dosis 3 = 3% fraksi minyak rimpang kencur
3 % x 0,81 ml = 0,0243 gram
= 24,3 mg/ 200g BB tikus
(mengandung 12,25 mg EPMS)

4.4.2 Penyiapan Bahan Uji


a. Pembuatan Sediaan Kontrol Negatif
Kontrol negatif merupakan sediaan peningkat stamina yang
mengandung bahan tambahan tanpa adanya bahan aktif, dalam hal
ini fraksi minyak rimpang kencur. Pada kelompok kontrol negatif,
hewan coba diberikanlarutan campuran dari 15% propilenglikol,
65% sukrosa, dan aquadest. Larutan campuran ini dibuat dengan
volume 10 ml.
Cara pembuatan sebagai berikut :
1. 6,5 g sukrosa dilarutkan dengan sebagian aquadest ad larut
2. Menambahkan 1,5 g propilenglikol ke (1) diaduk ad
homogen.
32

3. Campuran (2) dipindahkan ke botol yang telah dikalibrasi


dengan volume 10 ml kemudian ditambahkan aquadest
hingga tepat tanda dan kocok sampai homogen.
4. Pada kelompok kontrol negatif diberikan sediaan sebanyak
0,81 ml/ 200 g BB tikus.
b. Pembuatan Sediaan Sirup Fraksi Minyak Rimpang Kencur
(Kaemferia galanga L.)

Tabel IV.2 Rancangan Formula Sirup Fraksi Minyak Rimpang Kencur

Formula 1 Formula 2 Formula 3


Nama bahan
Kadar Jumlah Kadar Jumlah Kadar Jumlah

Fraksi Minyak
Kencur 1% 0,1 g 2% 0,2 g 3% 0,3 g
Sukrosa 65% 6,5 g 65% 6,5 g 65% 6,5 g
Propilen-
15% 1,5 g 15% 1,5 g 15% 1,5 ml
glikol
Ad 10 Ad 10 Ad 10
Aquadest
ml ml ml
Cara pembuatan sediaan sirup fraksi minyak rimpang kencur adalah
sebagai berikut:
a. Formula 1
1. Mengkalibrasi botol dengan volume 10 ml.
2. Menimbang sukrosa sebanyak 6,5 gram
3. Menimbang propilenglikol sebanyak 1,5 gram
4. Menimbang fraksi minyak rimpang kencur sebanyak 0,1
gram.
5. Menambahkan (4) ke dalam (3) diaduk secara ad homogen
33

6. Menambahkan (2) yang sudah dilarutkan ke dalam beberapa


bagian aquadest, sedikit demi sedikit ke dalam campuran (5)
hingga homogen
7. Memindahkan campuran (6) ke dalam botol kemudian
menambahkan aquadest sampai tepat tanda. Kocok ad
homogen.
b. Prosedur pembuatan untuk formula 2 dan 3 sama dengan formula 1
hanya berbeda penambahan jumlah fraksi minyak rimpang kencur,
yaitu masing-masing 0,2 gram dan 0,3 gram.

4.4.3 Prosedur Penelitian Uji Aktivitas


Sebelum digunakan dalam penelitian, sejumlah tikus diadaptasi terlebih
dahulu selama 7 hari dan diberi pakan standar dan minum air ad libitum yaitu
pemberian makan dan minum pada jam-jam yang sama dengan jumlah yang
sama. Tikus dipelihara dalam ruangan berventilasi cukup, suhu ruangan
berkisar antara 28-32ºC, dan siklus pencahayaan 12 jam. Kandang
dibersihkan secara berkala setiap 2 hari sekali. Pemeliharaan dilakukan oleh
petugas laboratorium.
Pada hari ke-8, tikus dipuasakan selama 12 jam sebelum dilakukan
percobaan dengan tujuan agar tidak ada faktor makanan lain yang
mengganggu saat dilakukan percobaan. Sebelum dilakukan uji renang tikus
dibagi menjadi 2 kelompok secara acak, yaitu kelompok kontrol negatif, dan
kelompok perlakuan. Kemudian masing-masing tikus diperiksa kadar asam
laktat dalam darah sebagai nilai kadar asam laktat awal.
Pada tikus kelompok kontrol akan diberikan campuran propilenglikol,
sukrosa dan aquadest. Sedangkan kelompok perlakuan akan diberikan sirup
fraksi minyak rimpang kencur (Kaemferia galanga L.) dengan tiga dosis
berbeda (dosis 1%; 2% dan 3%). Kedua larutan tersebut diberikan dengan
menggunakan sonde. Lalu setelah 30 menit pemberian larutan, baru
34

dilakukan uji renang (swimming test) pada kedua kelompok. Uji renang
dimaksudkan sebagai aktivitas fisik yang menyebabkan kelelahan pada
tikus.
Setelah dilakukan uji renang, tikus diperiksa kadar asam laktat dalam
darah kembali untuk menghitung perubahan nilai asam laktat akibat aktivitas
fisik (uji renang).

4.4.4 Uji Renang


Uji renang dilakukan sebagai aktivitas fisik untuk memicu terjadinya
kelelahan. Pada uji renang akan dinilai kemampuan struggling tikus.
Struggling adalah periode waktu dalam detik selama tikus percobaan dalam
keadaan berenang sekuat tenaga dengan kepala dan kedua tungkai depan
berada di atas permukaan air (tidak tenggelam). Pengukuran berdasarkan
waktu tikus mulai berenang sampai tenggelam yaitu tikus berada di bawah
permukaan air selama 7-15 detik.

4.4.5 Kadar Asam Laktat


Sampel darah didapat dengan cara memotong sedikit ujung distal ekor
tikus. Sebanyak satu tetes darah diletakkan pada kaca objek kemudian
langsung dilakukan pengukuran kadar asam laktat dengan menggunakan
reagen kering lactate pro test stripe (Arkray) dengan alat Lactate Pro Meter
(Arkray). Pengukuran kadar asam laktat dilakukan dua kali yaitu sebelum uji
renang untuk mendapatkan nilai awal kadar asam laktat dalam darah, dan
segera sesudah uji renang. Selisih kadar asam laktat dalam darah setelah uji
renang dan nilai awal asam laktat, digunakan untuk mendeteksi terjadinya
akumulasi asam laktat dalam darah akibat aktivitas fisik.

4.4.6 Cara Kerja Uji Aktivitas


1. Tikus diadaptasi terlebih dahulu selama 7 hari dan diberi pakan
standar dan minum air ad libitum.
35

2. Pada hari ke-8, tikus dipuasakan selama 12 jam; dengan tetap


diberi minum.Tikus ditimbang dan dikelompokkan secara acak
menjadi beberapa kelompok sebagai berikut :
- Kelompok perlakuan dosis I
- Kelompok perlakuan dosis II
- Kelompok perlakuan dosis III
- Kelompok kontrol negatif
3. Setiap tikus diperiksa kadar asam laktat dalam darah dan dicatat
sebagai nilai kadar asam laktat awal.
4. Kepada masing-masing tikus disonde :
- Kelompok perlakuan I : sirup fraksi minyak rimpang kencur
dosis I
- Kelompok perlakuan II : sirup fraksi minyak rimpang kencur
dosis II
- Kelompok perlakuan III : sirup fraksi minyak rimpang kencur
dosis III
- Kontrol negatif : sirup campuran propilenglikol,
sukrosa dan aquadest
5. Setelah 30 menit, dilakukan uji renang (swimming test) pada setiap
kelompok dan dicatat berapa lama kemampuan struggling tikus.
6. Setelah dilakukan uji renang, tikus diperiksa kadar asam laktat
dalam darah sebagai kadar asam laktat akhir.
36

24 ekor tikus putih galur Wistar dengan berat badan 150-250 g

Adaptasi pakan standar ad libitum selama 7 hari

Adaptasi pakan standar ad libitum selama 7 hari

Cek asam laktat dalam darah sebelum perlakuan

Kelompok perlakuan sampel sirup Kelompok


fraksi minyak rimpang kencur kontrol negatif

Dosis 1% Dosis 2% Dosis 3% Plasebo

6 ekor 6 ekor 6 ekor 6 ekor

Uji renang

Pencatatan lama
struggling

Pengambilan data kadar asam laktat


dalam darah setelah perlakuan

Gambar 4.1 Skema Kerja Uji Aktivitas Sediaan Sirup Fraksi Minyak
Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.)
37

4.5 Analisis Statistik


1. Analisis Anova One Way
Data lama struggling yang diperoleh dianalisis menggunakan
Anova One Way yang dilanjutkan dengan Post Hoc metode LSD test.
Hipotesis yang diajukan adalah :
Ho : Tidak ada sepasang kelompok yang berbeda secara signifikan
Ha : Ada sepasang kelompok yang berbeda secara signifikan
Untuk menilai hipotesis statistik, terlebih dahulu ditentukan
harga p hitung yang akan dibandingkan dengan harga tingkat
kepercayaan 95% (α =0,05).untuk uji aktivitas peningkat stamina, bila
p hitung < harga α = 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima.

2. Analisis Uji T Dua Sampel Berpasangan


Data perubahan kadar asam laktat darah sebelum dan sesudah
perlakuan dianalisis statistik menggunakan uji t dua sampel berpasangan
atau juga biasa disebut paired sample t test. Uji t dua sampel
berpasangan berguna untuk membandingkan selisih dua mean dari dua
sampel yang berpasangan, dimana dua sampel yang dimaksud adalah
sampel yang sama namun mempunyai dua data dari sebuah perlakuan.
Dasar pengambilan keputusan :
- Jika nilai sig.(2-tailed) < 0,05, maka terdapat perbedaan yang
signifikan antara data sebelum dan sesudah perlakuan.
- Jika nilai sig.(2-tailed) > 0,05, maka tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara data sebelum dan sesudah perlakuan.
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Data Hasil Penelitian

Uji peningkat stamina pada tikus dilakukan dengan cara direnangkan di


dalam air. Sebelum perlakuan, tikus dipuasakan selama 12 jam, dengan tetap
diberi minum. Tikus ditimbang dan dikelompokan menjadi 4 kelompok
secara acak, yaitu 1 kelompok sebagai kontrol negatif dan 3 kelompok
perlakuan yang diberikan sampel sirup fraksi minyak rimpang kencur
(Kaempferia galanga L.) dengan dosis bertingkat. Masing-masing kelompok
terdiri dari 6 ekor tikus.
Kelompok kontrol negatif diberikan sediaan sirup tanpa bahan aktif
fraksi minyak rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) sebanyak 0,81
ml/200g BB tikus. Sedangkan kelompok uji diberikan sediaan sirup fraksi
minyak rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) dengan dosis 1%, 2% dan
3%. Perlakuan kepada 4 kelompok hewan coba tersebut dilakukan secara
peroral menggunakan sonde. Setelah 1 jam perlakuan, dicatat kadar asam
laktat dalam darah masing-masing tikus, kemudian dilakukan uji renang
kepada tiap kelompok. Pengamatan dilakukan terhadap lama struggling dan
dicatat sesuai kelompoknya. Struggling adalah periode waktu dalam detik
selama tikus percobaan dalam keadaan berenang sekuat tenaga dengan
kepala dan kedua tungkai depan berada di atas permukaan air (tidak
tenggelam).
Setelah dilakukan uji renang, masing-masing tikus segera diperiksa
kadar asam laktat dalam darah untuk menghitung nilai kenaikannya dari
kadar sebelum renang. Berikut adalah hasil pengamatan uji aktivitas.

38
39

Tabel V.1 Hasil Pengukuran Kadar Asam Laktat

Kelompok Hasil Asam laktat (mmol/L)

perlakuan pengukuran Sebelum Sesudah

Rata-rata 6,1833 6,6167


Kontrol negatif
SD 0,7139 3,8551

Rata-rata 7,9167 7,1833


Dosis I
SD 1,4607 0,7834

Rata-rata 6,7667 6,5667


Dosis II
SD 0,3445 0,8981

Rata-rata 6,7500 9,4500


Dosis III
SD 0,7092 2,5774

12
Rata-rata kadar asam laktat darah

10

8
(mmol/L)

4 Sebelum
Sesudah
2

0
Kontrol Dosis I Dosis II Dosis III
negatif
Kelompok

Gambar 5.1 Grafik Rata-rata Kadar Asam Laktat Darah Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
40

Perubahan kadar asam laktat dalam darah dihitung berdasarkan selisih


kadar asam laktat dalam darah antara sesudah dan sebelum uji renang. Selisih
kadar asam laktat yang diperoleh dapat berupa kenaikan maupun penurunan
dari data sebelum perlakuan. Berdasarkan tabel V.1, diperoleh data rata-rata
kadar asam laktat darah hewan coba kelompok kontrol negatif sebelum
perlakuan (6,1833 ± 0,7139) mmol/L dan sesudah perlakuan (6,6167 ±
3,8551) mmol/L. Kelompok dosis I sebelum perlakuan (7,9167 ± 1,4607)
mmol/L dan sesudah perlakuan (7,1833 ± 0,7834) mmol/L. Kelompok dosis
II sebelum perlakuan (6,7667 ± 0,3445) mmol/L dan sesudah perlakuan
(6,5667 ± 0,8981) mmol/L, selanjutnya pada kelompok dosis III sebelum
perlakuan (6,7500 ± 0,7092) mmol/L dan setelah perlakuan (9,4500 ±
2,5774) mmol/L.

Tabel V.2 Hasil Pengukuran Lama Struggling

Lama Kelompok perlakuan


struggling Kontrol
Dosis I Dosis II Dosis III
(detik) negatif
Rata-rata 83,50 91,17 101 194,5
SD 22,74 22,00 16,59 81,13

250
Lama renang (detik)

200

150

100

50

0
Kontrol Dosis I Dosis II Dosis III
Negatif
Kelompok

Gambar 5.2 Grafik Rata-rata Lama Struggling Tikus


41

Dari tabel V.2 dapat diketahui hasil pengamatan lama struggling tikus
pada kelompok kontrol negatif adalah 83,50 ± 22,74 detik. Sedangkan untuk
kelompok tikus dengan perlakuan pemberian sediaan sirup fraksi minyak
rimpang kencur dosis I, II, dan III adalah 91,17 ± 22,00 detik, 101 ± 16,59
detik dan 194,5 ± 81,13 detik.

5.2 Analisa Data


5.2.1 Data Kadar Asam Laktat
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan perubahan kadar asam laktat
darah sebelum dan sesudah perlakuan dianalisis statistik menggunakan uji t
dua sampel berpasangan atau juga biasa disebut paired sample t test. Uji t
dua sampel berpasangan berguna untuk membandingkan selisih dua mean
dari dua sampel yang berpasangan, dimana dua sampel yang dimaksud
adalah sampel yang sama namun mempunyai dua data dari sebuah
perlakuan. Dalam uji ini, keempat kelompok masing-masing dilakukan uji t
berpasangan.
Berikut dasar pengambilan keputusan pada tabel paired sample test :
• Jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05, maka terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil kadar asam laktat darah sebelum dan sesudah
perlakuan.
• Jika nilai Sig. (2-tailed) > 0,05, maka tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil kadar asam laktat darah sebelum dan sesudah
perlakuan.
42

1. Uji T Dua Sampel Berpasangan (Kontrol Negatif)


Tabel V.3 Analisis Statistik Uji T Dua Sampel Berpasangan Data Kadar
Asam Laktat Kelompok Kontrol Negatif

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Std. Interval of the
Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper T Df tailed)
Pair PRE -.43333 3.63740 1.48496 - 3.38388 -.292 5 .782
1 TEST - 4.25055
POST
TEST

Berdasarkan tabel V.3 hasil uji statistik paired sample test di atas
menunjukkan nilai sig 0,782 (> 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil kadar asam laktat darah
sebelum dan sesudah direnangkan.

2. Uji T Dua Sampel Berpasangan (Dosis I)


Tabel V.4 Analisis Statistik Uji T Dua Sampel Berpasangan Data Kadar
Asam Laktat Kelompok Dosis I

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Std. Interval of the
Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper T Df tailed)
Pair PRE .73333 1.18434 .48351 -.50956 1.97622 1.517 5 .190
1 TEST -
POST
TEST

Berdasarkan tabel V.4 hasil uji statistik paired sample test di atas
menunjukkan nilai sig 0,190 (> 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak
43

terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil kadar asam laktat darah
sebelum dan sesudah direnangkan.

3. Uji T Dua Sampel Berpasangan (Dosis II)


Tabel V.5 Analisis Statistik Uji T Dua Sampel Berpasangan Data Kadar
Asam Laktat Kelompok Dosis II

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Std. Interval of the
Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper T Df tailed)
Pair PRE .2000 1.13842 .46476 -.99470 1.39470 .430 5 .685
1 TEST - 0
POST
TEST

Berdasarkan tabel V.5 hasil uji statistik paired sample test di atas
menunjukkan nilai sig 0,685 (> 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil kadar asam laktat darah
sebelum dan sesudah direnangkan.

4. Uji T Dua Sampel Berpasangan (Dosis III)


Tabel V.6 Analisis Statistik Uji T Dua Sampel Berpasangan Data Kadar
Asam Laktat Kelompok Dosis III

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Std. Interval of the
Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t Df tailed)
Pair PRE - 1.99600 .81486 - -.60533 -3.313 5 .021
1 TEST - 2.700 4.79467
POST 00
TEST
44

Berdasarkan tabel V.6 hasil uji statistik paired sample test di atas
menunjukkan nilai sig 0,021 (< 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil kadar asam laktat darah
sebelum dan sesudah direnangkan.

5.2.2 Data Lama Struggling

Data yang diperoleh dari pengamatan lama struggling sebagai uji


aktivitas peningkat stamina kemudian dianalisis statistik dengan
menggunakan Analysis of Variance (Anova) one way untuk mengetahui
signifikansi perbedaan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan
dalam dosis bertingkat. Apabila hasil analisis yang diperoleh menunjukkan
adanya perbedaan secara signifikan antara kelompok kontrol dengan
kelompok perlakuan, maka dilanjutkan dengan analisis post hoc dengan LSD
(Least Square Difference) test untuk mengetahui pasangan uji yang memiliki
perbedaan yang signifikan.

Tabel V.7 Analisis Statistik ANOVA one way Data Lama Struggling
ANOVA
lama stuggling
Sum of Mean
Squares Df Square F Sig.
Between .451 3 .150 9.847 .000
Groups
Within Groups .306 20 .015
Total .757 23

Hipotesis penelitian :
• Ho : Tidak ada perbedaan perubahan lama struggling secara
signifikan antara kelompok kontrol, dosis I, dosis II dan dosis III.
• Ha : Terdapat perbedaan perubahan lama struggling secara
signifikan antara kelompok kontrol, dosis I, dosis II dan dosis III.
45

Hasil analisis statistik anova one way data lama struggling, diperoleh
angka signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan
bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat minimal sepasang
kelompok yang memiliki perbedaan lama struggling secara signifikan.
Selanjutnya, untuk mengetahui pasangan uji yang memiliki perbedaan yang
signifikan dilakukan uji analisis post hoc dengan LSD test.

Tabel V.8 Analisis Statistik Post Hoc Data Lama Struggling dengan LSD
Test

Kontrol
Sampel Dosis I Dosis II Dosis III
negatif
Kontrol
0,568 0,213 0,000*
negatif

Dosis I 0,568 0,489 0,000*

Dosis II 0,213 0,489 0,002*

Dosis III 0,000* 0,000* 0,002*

(*) menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p<0,05)

Berdasarkan tabel V.8 hasil pengujian post hoc dengan LSD test
menunjukkan bahwa lama struggling tikus antara kelompok kontrol negatif
dengan kelompok perlakuan pemberian sirup fraksi minyak rimpang kencur
dosis I dan dosis II tidak memiliki perbedaan yang signifikan dikarenakan
angka signifikansi p > 0,05 yaitu masing-masing 0,568 dan 0,213.
Sedangkan lama struggling tikus antara kelompok kontrol negatif dan
kelompok perlakuan pemberian sirup fraksi minyak rimpang kencur dosis III
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan karena angka signifikansi p
< 0,05 yaitu 0,000.
46

5.3 Pengaruh Pemberian Sirup Fraksi Minyak Rimpang Kencur


Terhadap Peningkatan Stamina
Pada zaman sekarang ini pemakaian obat atupun suplemen penambah
stamina semakin meluas. Hal ini seiring dengan kebutuhan masyarakat yang
kian meningkatkan pola dari aktivitas kerjanya, masyarakat pada era ini
membutuhkan kerja ekstra keras sebab makin banyaknya tuntutan maupun
kompetisi guna memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi. Pola kerja
aktivitas yang kian meningkat membutuhkan tenaga yang lebih banyak,
sehingga dapat menyebabkan kelelahan, sebab itu kebutuhan akan obat
penambah stamina menjadi meningkat.
Penimbunan asam laktat dalam darah akan timbul seiring dengan
aktivitas kerja fisik yang tinggi (Hermansen, 1981). Mekanisme asam laktat
yang dapat menghambat enzim-enzim pada jalur utama penghasil energi
dapat menyebabkan otot sulit melakukan kontraksi lagi. Kadar asam laktat
dalam darah yang tinggi tersebut akan menimbulkan nyeri otot (Suhartono,
2005). Nyeri otot inilah yang kemudian menyebabkan kurangnya kekuatan
otot akibat rasa lelah dan penat. Rasa nyeri otot tetuntunya sangat
mengganggu bagi seseorang dalam beraktivitas sehari-hari apalagi jika
dalam mobilitas kerja yang tinggi. Untuk mengatasi kelelahan akibat
akumulasi asam laktat, dapat digunakan tonikum sebagai peningkat stamina
yang memiliki efek tonik yang memacu dan memperkuat semua sistem organ
serta menstimulan perbaikan sel-sel tonus otot (Mutschler, 1986).
Salah satu tanaman obat yang sering digunakan di Indonesia adalah
tanaman kencur (Kaempferia galanga L.). Kencur merupakan salah satu
tanaman obat tradisional yang banyak digunakan oleh masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari, baik sebagai bumbu masakan maupun bahan baku
obat tradisional. Secara empiris, sari kencur dikenal sebagai obat untuk
mengembalikan kondisi tubuh yang kelelahan, dengan memberikan efek
penguat (tonik) (Depkes, 1989). Masyarakat telah lama mengenal jamu beras
47

kencur karena merupakan jamu yang paling terkenal dan banyak


dimanfaatkan sebagai suplemen penambah stamina dan menjaga daya tahan
tubuh (Nugraha et al., 2012). Fraksi minyak rimpang kencur memiliki
kandungan EPMS yang cukup besar, yaitu sekitar 50,43% (Anas, 2010).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Idrus, 2016), fraksi minyak rimpang
kencur menunjukkan efek muscle relaxant pada hewan coba. Selain itu
serbuk kencur juga dilaporkan memiliki efek tonik terhadap mencit jantan
(Nurhayati, 2008).
Penelitian Rochmi (2016) juga melaporkan adanya aktivitas
antikelelahan pada tikus dengan menggunakan fraksi minyak rimpang
kencur pada dosis 80,44 mg. Sampel fraksi minyak kencur masing-masing
dosis dilarutkan dalam CMC Na 0,5 % sebagai pembawa. Kepada masing-
masing tikus diberikan 1 ml suspensi sediaan.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui adanya aktivitas
peningkat stamina dari sediaan sirup fraksi minyak rimpang kencur
(Kaempferia galanga L.) dengan mengamati dan mengukur lama renang
atau struggling tikus di dalam air, serta perubahan kadar asam laktat darah
sebelum dan sesudah di renangkan dalam air. Hewan uji yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan galur wistar, yang mana tikus
bukan merupakan hewan yang hidup di air sehingga jika hewan uji ini
dimasukkan ke dalam air akan berusaha berenang sekuat tenaga atau
struggling sebagai upaya mempertahankan diri. Ketahanan berenang berupa
lama struggling tiap tikus inilah yang akan diukur pada setiap dosis yang
berbeda. Selain lama struggling, setelah diberikan sediaan sirup fraksi
minyak rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) juga diukur kadar asam
laktat dalam darah sebelum dan sesudah direnangkan. Hal ini didasarkan
pada sistem aerobik dan anaerobik yang dapat berjalan secara simultan pada
saat aktivitas fisik. Sistem metabolisme energi aerobik merupakan
metabolisme dengan adanya oksigen, sedangkan sistem metabolisme
48

anaerobik merupakan metabolisme tanpaadanya oksigen dan menghasilkan


sisa asam laktat. Jika dibandingkan dengan sistem anaerobik, sistem aerobik
akan menghasilkan lebih banyak energi namun membutuhkan waktu yang
lebih lama dalam proses pembentukannya (Hernawati, 2010).
Pada saat tikus direnangkan secara paksa, tikus memerlukan energi
dalam waktu yang cepat sehingga metabolisme utama yang digunakan
adalah metabolisme anaerob (Herwana et al, 2005). Dalam keadaan darurat,
metabolisme aerob tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan energi
karena proses pembakaran oksigen untuk pembentukan energi relatif lebih
lama dibandingkan anaerob (Widiyanto, 2007). Sedangkan, sistem
metabolisme anaerob akan memenuhi kebutuhan energi sehingga otot
mampu berkontraksi dengan kuat dan cepat. Akan tetapi, energi atau ATP
yang dihasilkan terbatas dan seiring dengan peningkatan sisa kadar asam
laktat dalam darah menyebabkan kontraksi otot juga tidak bertahan lama.
Ketika otot sudah lelah, aktivitas struggling tikus akan terhenti karena otot
tidak mampu lagi berkontraksi. Ketahanan stuggling tikus diukur
berdasarkan waktu tikus mulai berenang sekuat tenaga dengan kepala dan
kedua tungkai depan berada di atas permukaan air (tidak tenggelam) sampai
tenggelam, yaitu tikus berada di bawah permukaan air selama 7-15 detik
Selain itu, akumulasi asam laktat dalam darah yang terus meningkat selama
aktivitas fisik tersebut dapat menyebabkan kram otot. Oleh karena itu,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pengobatan herbal
yang aman untuk digunakan sebagai peningkat stamina dengan
memperlambat munculnya rasa lelah bahkan mengatasinya.
Pembuatan sediaan sirup fraksi minyak rimpang kencur (Kaempferia
galanga L.) dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia,
Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga Surabaya. Dibuat 3 sediaan dengan
dosis bertingkat dan 1 sediaan kontrol negatif masing-masing 10 ml. Dosis
yang digunakan sebagai berikut :
49

Dosis I = 1% fraksi minyak rimpang kencur


Dosis II = 2% fraksi minyak rimpang kencur
Dosis III = 3% fraksi minyak rimpang kencur
Bentuk sediaan yang dibuat adalah sirup dengan formulasi bahan aktif
dan bahan tambahan sedemikian rupa sehingga diperoleh sediaan sirup yang
sesuai. Sediaan sirup dipilih karena pertimbangan stabilitas bahan baku dan
aseptabilitas rasa. Selain itu bentuk sediaan sirup proses absorbsinya lebih
cepat dibandingkan bentuk sediaan lain (Ansel et al., 2011). Jumlah sirup
yang diberikan pada masing-masing tikus dalam setiap kelompok dosis yang
berbeda adalah sebanyak 0,81 ml/200 g BB tikus.
Data yang diperoleh dari penelitian lama struggling tikus dianalisis
menggunakan anova one way dan dilanjutkan pengujian post hoc dengan
LSD test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan struggling
tikus antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok dosis I dan dosis II
pemberian sirup fraksi minyak rimpang kencur (Kaempferia galanga L.)
tidak memiliki perbedaan yang signifikan, namun memiliki perbedaan yang
signifikan pada kelompok dosis III. Sedangkan untuk data perubahan kadar
asam laktat darah sebelum dan sesudah perlakuan pada masing-masing
kelompok dianalisis menggunakan uji t dua sampel berpasangan. Hasil
analisis pada kelompok kontrol negatif, dosis I dan dosis II tidak
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara hasil kadar asam
laktat darah sebelum dan sesudah direnangkan. Namun, pada kelompok
dosis III menunjukkan bahwa hasil kadar asam laktat darah antara sebelum
dan sesudah direnangkan terdapat perbedaan yang signifikan. Berdasarkan
hasil tersebut menunjukkan bahwa sirup fraksi minyak rimpang kencur
(Kaempferia galanga L.) dapat meningkatkan kemampuan struggling pada
kelompok dosis III disertai perubahan kadar asam laktat dalam darah yang
signifikan dibandingkan dengan kelompok tikus kontrol negatif, kelompok
dosis I dan dosis II.
50

Hasil analisis statistik anova one way untuk data lama struggling
dihasilkan angka signifikasi pada faktor sampel yang kurang dari 0,05
(p<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima
yang berarti terdapat minimal 1 pasang kelompok yang memiliki perbedaan
secara signifikan. Meskipun dari hasil rata-rata lama struggling kelompok
perlakuan lebih besar dari kelompok kontrol negatif, dari hasil analisis post
hoc dengan LSD test dan menunjukkan bahwa lama struggling tikus antara
kelompok kontrol negatif, kelompok perlakuan fraksi minyak rimpang
kencur dosis I dan dosis II tidak memiliki perbedaan yang signifikan
(p>0,05). Sedangkan lama struggling tikus antara kelompok kontrol negatif
dan kelompok perlakuan fraksi minyak rimpang kencur dosis III terdapat
perbedaan yang signifikan karena (p<0,05).
Berdasarkan hasil analisis yang tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan antara lama struggling tikus antara kelompok kontrol negatif,
kelompok perlakuan fraksi minyak rimpang kencur dosis I dan dosis II
dikarenakan dosis yang terlalu kecil. Dosis yang terlalu kecil menyebabkan
efek obat tidak dapat dihasilkan. Sedangkan data pada kelompok perlakuan
dosis III menunjukkan adanya aktivitas dari sirup fraksi minyak rimpang
kencur.
Sebelum perlakuan, masing-masing tikus dalam semua kelompok
dipuasakan selama 12 jam tetapi air minum tetap diberikan. Hal ini
dimaksudkan untuk meminimalisir kemungkinan pengaruh dari luar yaitu
makanan yang dikonsumsi. Makanan dapat berngaruh terhadap kandungan
bahan berkhasiat dari fraksi minyak rimpang kencur yang dapat
memengaruhi aktivitas yang ditimbulkan, karena pengaruh dari luar akan
sulit dikontrol. Selain itu, untuk memudahkan selama pemberian sirup fraksi
minyak rimpang kencur secara oral pada tikus, karena jika tanpa dipuasakan
terlebih dahulu sebelum perlakuan kemungkinan makanan akan keluar
melalui mulut selama pemberian secara oral.
51

Pada kelompok tikus kontrol negatif, yang diberikan hanyalah bahan


pembawa obat tanpa adanya bahan aktif fraksi minyak rimpang kencur.
Sedangkan pada kelompok uji diberikan sirup yan mengandung bahan
tambahan dan bahan aktif fraksi minyak rimpang kencur (Kaempferia
galanga L.). Salah satu faktor yang berperan dalam kemampuan struggling
adalah adanya sumber energi yang umumnya dinyatakan dalam kalori.
Semakin banyak kalori semakin banyak pula energi yang dihasilkan. Minyak
sendiri merupakan sumber energi, terlebih lagi dalam fraksi minyak rimpang
kencur (Kaempferia galanga L.) yang mengandung banyak komponen
sangat mungkin mengandung bahan yang dapat mempercepat atau sebagai
katalisator dalam metabolisme sehingga dapat menghasilkan energi yang
lebih cepat. Hal ini dibuktikan pada tikus kelompok fraksi rimpang kencur
(Kaempferia galanga L.) menghasilkan waktu struggling yang lebih lama
dibandingkan kelompok kontrol negatif. Kelompok kontrol negatif memiliki
waktu struggling dengan rata-rata 83,50 ± 22,74 detik. Sedangkan untuk
kelompok tikus dengan perlakuan sirup fraksi minyak rimpang kencur
dengan dosis I, II, dan III adalah 91,17 ± 22,00 detik; 101 ± 16,59 detik dan
194,5 ± 81,13 detik.
Selain itu stimulan ringan efek tonik dapat meningkatkan kemampuan
struggling pada tikus. Efek tonik merupakan efek yang memacu dan
memperkuat semua sistem dan organ serta menstimulan perbaikan sel-sel
tonus otot yang dapat menghilangkan rasa kelelahan dan penat (Mutschler,
1986). Efek stimulan yang merangsang saraf pusat dapat meningkatkan
konsentrasi atau kewaspadaan pada kondisi tikus yang direnangkan secara
paksa. Sehingga efek tonik ini juga mempengaruhi kemampuan struggling
terhadap tikus kelompok pemberian sirup fraksi minyak rimpang kencur
(Kaempferia galanga L.).
Pada metabolisme anaerob, akumulasi asam laktat bersifat labil. Asam
laktat diubah menjadi laktat dan ion Hidrogen (H+) yang bersifat asam yang
52

dapat menyebabkan asidosis serta kelelahan. Peningkatan asam laktat akan


sebanding dengan lama struggling. Semakin besar aktivitas fisik maka
semakin tinggi metabolisme anaerob, serta hasil sisanya produk asam laktat
pun juga akan meningkat (Herwana et al, 2005). Sehingga semakin tinggi
kadar asam laktat dalam darah maka semakin cepat akan timbulnya
kelelahan yang berdampak pada kemampuan struggling tikus akan lebih
singkat. Selain akibat pengaruh asam laktat dalam menghambat metabolisme
penghasil energi, rasa nyeri yang diakibatkan juga akan menyebabkan
kelelahan. Harapannya, efek peningkat stamina dari fraksi minyak rimpang
kencur (Kaempferia galanga L.) akan dapat meningkatkan aktivitas fisik dan
memperlama timbulnya rasa lelah.
Hasil analisis penelitian data kadar asam laktat darah menggunakan uji
t dua sampel berpasangan bahwa hanya pada kelompok dosis III yang
menunjukkan adanya perbedaan kadar asam laktat darah yang signifikan
sebelum dan sesudah direnangkan karena angka signifikan kurang dari 0,05
(p<0,05). Sedangkan, pada kelompok kontrol negatif, dosis I dan dosis II
tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Akan tetapi, karena
asam laktat bersifat labil, sebenarnya dalam kodisi ini memungkinkan asam
laktat dapat diubah kembali menjadi energi oleh proses aerobik. Maka sangat
dimungkinkan pada saat itu juga terjadi proses aerobik dimana oksigen dapat
mengubah asam laktat menjadi energi.
Proses metabolisme di dalam tubuh merupakan serangkaian proses
yang kompleks untuk menghasilkan energi saat aktivitas fisik. Pada saat
terjadi metabolisme baik aerobik dan anaeorobik dapat terjadi secara
simultan, sehingga akan sulit untuk memastikan letak pengaruh pemberian
sampel uji pada proses atau reaksi pembentukan asam laktat dalam darah.
Pengukuran asam laktat pada penelitian ini diukur setelah tikus tidak mampu
lagi melakukan struggling, dimana kemampuan struggling dari masing-
masing sampel berbeda. Sehingga akan sulit membandingkan variabel
53

kenaikan kadar asam laktat pada struggling tikus dalam waktu yang berbeda
untuk mengetahui pengaruh pemberian sampel terhadap kenaikan kadar
asam laktat.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian sirup fraksi
minyak rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) dengan dosis III yaitu
bahan aktif sebanyak 3% mempunyai aktivitas peningkat stamina pada tikus
secara in vivo. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan menigkatnya ketahanan
renang atau struggling kelompok tikus dosis III yang berbeda secara
signifikan dibandingkan kelompok kontrol negatif, dosis I dan dosis II.
Peningkatan lama struggling kelompok tikus dosis III juga disertai dengan
perubahan bermakna pada kadar asam laktat darah sebelum dan sesudah
perlakuan. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan oleh efek tonik dari yang
terjadi karena efek stimulan yang dilakukan terhadap sistem saraf pusat
sehingga dapat menambah stamina tikus.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Sirup fraksi minyak rimpang kencur (Kaempferia galanga L.)
dosis 3% memiliki aktivitas peningkat stamina menggunakan
metode swimming test ditunjukkan dengan adanya perbedaan
bermakna lama struggling pada saat direnangkan.
2. Sirup fraksi minyak rimpang kencur (Kaempferia galanga L.)
dosis 3% memiliki aktivitas peningkat stamina menggunakan
metode swimming test ditunjukkan dengan adanya perbedaan
bermakna pada kadar asam laktat dalam darah sebelum dan
sesudah direnangkan dibandingkan kelompok kontrol.

6.2 Saran
5. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme kerja
senyawa EPMS dari fraksi minyak rimpang kencur (Kaempferia
galanga L.) sebagai peningkat stamina.
6. Dilakukan penelitian lanjutan untuk membandingkan potensi
rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) sebagai peningkat
stamina terhadap obat sintetis atau obat yang sering digunakan
masyarakat.

54
DAFTAR PUSTAKA

Anas, Y. M., 2010. Penetapan Parameter Standar Umum dan Fingerprint


Fraksi Minyak Dari Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.).
Skripsi. Surabaya : Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
Ansel, H.C., Allen, L. V, Popovich, N.G., 2011. Pharmaceutical Dosage
Forms And Drug Delivery Systems, 10th ed. D. B. Troy, ed.,
Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Ansel, H. C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi 4. Jakarta:
UI Press, 506-510, 513.
Ariadi, I., 2012. Efektivitas Latihan Sirkuit dengan Periodisasi Jangka
Pendek Terhadap Stamina Pada Atlet Puslat Kendal Tahun 2012.
Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Barus, R., 2009. Amidasi Etil-p-Metoksisinamat yang Diisolasi dari Kencur
(Kaempferia galanga L.). Thesis. Medan: Universitas Sumatera
Utara
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia
Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RepubIik Indonesia. 1977. Materia Medika
Indonesia Jilid V. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Materia Medika
Indonesia Jilid V. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan.
Dorland WAN, M. A., 1996. Kamus Kedokteran Dorland 26th Edition.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ekowati, J., Wahyuning, N. D., Poerwono, H., Budiati, T., Sasaki, S.,
Yamauchi, T., Higashiyama, K ., 2009. Structure Modification of p-
Methoxycinnamic Acid Isolated from Kaempferia galanga to
55
56

Improve Its antinocyceptive activity. Second Collaborative Joint


Seminar USM-Unair. Surabaya: Indonesia.
Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2011. Textbook of Medical Physiology 12th
Edition. Jakarta: EGC
Hargono, D., 2000. Obat Analgetik dan Antiinflamasi Nabati. Cermin
Dunia Kedokteran. No. 129. Jakarta.
Hermayanti, 2013. Uji Efek Tonikum Ekstrak Daun Ceguk (Quisqualis
indica L.) Terhadap Hewan Uji Mencit (Mus musculus). Jurnal
Bionature, Volume 14 (2), pp. 95-99.
Hermansen, L., 1981. Effect Of Metabolic Changes On Force Generation In
Skeletal Muscle During Maximal Exercise. Ciba Foundation
Symposium. Human Muscle Fatigue : Physiological Mechanisms.
Pitman Medical London.
Hernani, S., 2001. Budidaya Tanaman Obat Komersial. Jakarta: Penebar
Swadaya. P.118.
Hernawati. 2010. Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik. FMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Herwana, E., Pudjiadi, L. L., Wahab, R., Nugroho, D., Hendrata, T.,
Setiabudy, R., 2005. Efek Pemberian Minuman Stimulan terhadap
Kelelahan pada Tikus. Universa Medicina, Volume 24 (1), pp. 8-14.
Idrus, Ode A. M., 2016. Uji Aktivitas Muscle Relaxant Dari Fraksi Minyak
Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) dengan Metode Rotarod.
Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga.
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 Tentang Formularium Obat
Herbal Asli Indonesia. Jakarta : Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.
Lukman, F. H. & Vivi., 2013. Uji Anti Lelah (Anti Fatigue) Kombinasi Nira
Aren Dan Air Tebu Dengan Metode Ketahanan Berenang (Natatory
57

Exhaution) Pada Mencit Jantan. Pharmacy, Volume 10. No. 2. ISSN


1693-3591, pp 124-137
Marbun, B., 1993. Sindrom Lelah Kronik. Jurnal Kedokteran dan Farmasi,
Volume Medika No.7, pp. 51-52.
Moriyama, H., Lizuka, T., Nagai, M., Terazono, M., Hoshi, K., 2002.
Antiplatelet Aggregating Activity of Extracts of Indonesian
Medicinal Plants I. Natural Medicines, Volume 56 (5), pp. 178-183.
Mutschler, E., 1986. Dinamika obat : Buku Ajar Farmakologi dan
Toksikologi. Edisi V, diterjemahkan oleh Mathilda B. Widianto dan
Anna Setiadi Ranti ed. Bandung: Penerbit ITB.
Nag, S., Mandal, S., 2015. Importance of Ekangi (Kaempferia galanga L.)
as Medicinal Plants-a Review. International Journal of Innovative
Research and Review, Volume 3 No.1, pp. 101.
Ningsih, Dwi., 2012. Efek Tonikum Ekstrak Etanol 70% Etil Asetat dan N-
Heksana Rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) Terhadap Mencit
Putih Jantan (Mus Musculus). Jurnal Biomedika, Vol. 1 No. 2
Nurhayati, T., 2008. Uji Efek Sediaan Serbuk Instan Rimpang Kencur
(Kaempferia galanga L.) sebagai Tonikum terhadap Mencit Jantan
Galur Swiss Webster. Skripsi . Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Parmadi,. Rahmawati, R., Anom., 2014. Efek Tonikum Ekstrak Etanolik
Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) Pada Mencit Jantan (Mus
musculus L.). Indonesian Journal on Medical Science, Volume
Volume 1 No 1.
Pujiharti, N. Y,. 2012. Budidaya Tanaman Obat Keluarga (Toga), Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian.
Ramli, A., Pamoentjak, K., 2003. Kamus Kedokteran, Arti dan Keterangan
Istilah. Jakarta
58

Ridtitid, W., Sae-wonga, C., Reanmongkol, W. & Wongnawa, M., 2008.


Antinociceptive activity of the methanolic extract of Kaempferia
galanga Linn.in experimental animals. Journal of
Ethnopharmacology, Volume 118, p. 225–230.
Rochmi, A., 2016. Uji Aktivitas Antikelelahan Fraksi Minyak dari Rimpang
Kencur (Kaempferia galanga L.) Dengan Metode Swimming Test
Pada Tikus. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga.
Rowe, R. C., Sheskey, P. J. & Quinn, M. E., 2012. Handbook of
Pharmaceutical Excipients. 7th edition. London: Publisher-Science
and Practice Royal Pharmaceutical Society of Great Britain. Page
453-455.
Rukmana, R., 1994. Kencur. Yogyakarta: Kanisius. hal. 9-10.
Salim, Z dan Munadi, E. 2017. Info Komoditi Tanaman Obat. Balai
Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Republik Indonesia.
Jakarta
Satuhu, S., 1994. Penanganan dan Pengolahan Buah. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Septian Alif Nugraha., Siadi, K., Sudarmin., 2012. Uji Antimikroba Etil P-
Metoksi Sinamat dari Rimpang Kencur terhadap Bacillus subtilis.
Indonesian Journal of Chemical Science, pp. 1(2):147-151.
Shetu, H. J., Trisha, K. T., Sikta, S. A., Anwar, R., Sakib, S., & Rashed, B.
(2018). Pharmacological importance of Kaempferia galanga (
Zingiberaceae ): A mini review. International Journal of Research
in Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, Vol.3 No.3, pp. 32–
39.
Sloane, E., 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : ECG.
Siswandono dan Soekardjo B. 2000. Hubungan Struktur-Altivitas Obat
Analgetika. Kimia Medisinal 2 edition. Surabaya: Airlangga
University Press.
59

Sostroamidjojo, S., 2001. Obat Asli Indonesia. Jakarta : Dian Rakyat, pp.
170
Suhartono, 2005. Pengaruh Kelelahan Otot Anggota Gerak Bawah terhadap
Keseimbangan Postural pada Subyek Sehat. Laporan Penelitian,
Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Sukandar,. Yulinah, E., 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI.
Sukardiman, 2013. Pengembangan Obat Fitofarmaka Antikanker Kolon dari
Campuran Fraksi Diterpenlakton dari Sambiloto dan Fraksi Minyak
Kencur. Laporan Penelitian Ristek Insinas.
Sunaryo, 1995. Perangsang Susunan Saraf Pusat. Dalam: Farmakologi
dan Terapi. 4 ed. Jakarta: FK UI Press.
Tewtrakul, S., Yuenyongsawad, S., Kummee, S. & Atsawajaruwan, L.,
2005. Chemical Components and Biological Activities of Volatile
Oil of Kaempferia galanga Linn. Songklanakarin J. Sci. Technol.,
Volume 27 (Suppl. 2), pp. 503-507.
Tjay, T. H. & Rahardja, K., 2007. Obat-Obat Penting : Khasiat,
Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. 6th edition. Jakarta:
Gramedia, hal.312.
Umar, M. I., Asmawi, M. Z., Sadikun, A., Atanghwo, I. J.,Yam, M. F., Altaf,
R., Ahmed, A., 2012. Bioactivity-guided Isolation of Ethyl-p-
methoxycinnamate, an Anti-inflamantory Constituen, From
Kaemferia galanga L. Extract. Journal Molecules, 17(ISSN 1420-
3049), pp. 8720-8734.
[USDA] United States Department of Agriculture National Nutrient
Database, 2019. Kaempferia galanga L. National Agricultural
Library. USA. Diakses dari
https://plants.usda.gov/core/profile?symbol=KAGA2, pada tanggal
17 Desember 2019
60

Vogel, A., 1968. A text Book of Practical Organic Chemistry Including


Qualitative Organic Analysis. London: Longman.
Westerblad, H., Allen, D. G. & Lannergren, J., 2002. Muscle Fatigue: Lactic
acid or inorganic phosphate the major cause?. News Physiol Sci,
Volume 17, pp. 17-21.
WHO, 2015. WHO Director-General Addresses Traditional Medicine
Forum. pp. http://www.who.int/dg/speeches/2015/traditional-
medicine/en/ yang diakses pada 2 November 2019.
Widiyanto, 2007. Latihan Fisik dan Laktat. Jurnal Midikora. Yogyakarta:
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta
Zainuddin, M., 2014. Metodologi Penelitian Kefarmasian dan Kesehatan.
Surabaya: Airlangga University Press, p.39-43.
LAMPIRAN

61
62

Lampiran-1. Data Perubahan Kadar Asam Laktat Darah

Kelompok Hewan Asam Laktat (mmol/L)


Perlakuan Coba Sebelum Sesudah
Tikus 1 5,7 4,5
Tikus 2 7,1 5,2
Tikus 3 6,8 6,7
Kontrol Tikus 4 5,9 7,8
negatif Tikus 5 6,4 13,4
Tikus 6 5,2 2,1
Rata-rata 6,1833 6,6167
SD 0,7139 3,8551
Tikus 1 6,9 7,2
Tikus 2 8,2 6,6
Tikus 3 7,7 7,9
Tikus 4 7,2 6,1
Dosis I
Tikus 5 6,8 7,1
Tikus 6 10,7 8,2
Rata-rata 7,9167 7,1833
SD 1,4607 0,7834
Tikus 1 7,0 7,1
Tikus 2 6,3 6,5
Tikus 3 6,7 7,1
Dosis II Tikus 4 7,3 4,8
Tikus 5 6,7 6,8
Tikus 6 6,6 7,1
Rata-rata 6,7667 6,5667
SD 0,3445 0,8981
Tikus 1 6,2 8,2
Tikus 2 6,2 9,1
Tikus 3 7,8 14,2
Tikus 4 7,5 10,3
Dosis III
Tikus 5 6,4 7,1
Tikus 6 6,4 7,8
Rata-rata 6,7500 9,4500
SD 0,7092 2,5774
63

Lampiran-2. Analisis Uji T Dua Sampel Berpasangan (Perubahan


Kadar Asam Laktat Darah)

1. Kontrol negatif
Paired Samples Statistics
Std. Std. Error
Mean N Deviation Mean
Pair 1 PRE 6.183 6 .71391 .29145
TEST 3
POST 6.616 6 3.85508 1.57383
TEST 7

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 PRE TEST & 6 .389 .446
POST TEST

Paired Samples Test


Paired Differences
95%
Confidence
Std. Std. Interval of the Sig.
Deviatio Error Difference (2-
Mean n Mean Lower Upper t df tailed)
Pair PRE - 3.63740 1.484 - 3.383 -.292 5 .782
1 TEST - .433 96 4.250 88
POST 33 55
TEST
64

2. Dosis I

Paired Samples Statistics


Std. Std. Error
Mean N Deviation Mean
Pair 1 PRE 7.9167 6 1.46071 .59633
TEST
POST 7.1833 6 .78337 .31981
TEST

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.
Pair 1 PRE TEST & 6 .588 .220
POST TEST

Paired Samples Test


Paired Differences
95%
Confidence
Std. Std. Interval of the Sig.
Mea Deviati Error Difference (2-
n on Mean Lower Upper T df tailed)
Pair PRE .733 1.1843 .48351 - 1.9762 1.517 5 .190
1 TEST - 33 4 .50956 2
POST
TEST

3. Dosis II

Paired Samples Statistics


Std. Std. Error
Mean N Deviation Mean
Pair 1 PRE 6.7667 6 .34448 .14063
TEST
POST 6.5667 6 .89815 .36667
TEST
65

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.
Pair 1 PRE TEST & 6 -.599 .209
POST TEST

Paired Samples Test


Paired Differences
95%
Confidence
Std. Std. Interval of the Sig.
Deviat Error Difference (2-
Mean ion Mean Lower Upper t df tailed)
Pair PRE .200 1.138 .46476 - 1.3947 .430 5 .685
1 TEST - 00 42 .99470 0
POST
TEST

4. Dosis III
Paired Samples Statistics
Std. Std. Error
Mean N Deviation Mean
Pair 1 PRE 6.7500 6 .70922 .28954
TEST
POST 9.4500 6 2.57740 1.05222
TEST

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 PRE TEST & 6 .865 .026
POST TEST
66

Paired Samples Test


Paired Differences
95%
Confidence
Std. Std. Interval of the Sig.
Deviati Error Difference (2-
Mean on Mean Lower Upper t df tailed)
Pair PRE - 1.9960 .8148 - - - 5 .021
1 TEST - 2.700 0 6 4.794 .6053 3.31
POST 00 67 3 3
TEST
67

Lampiran-3. Data Lama Struggling

Struggling (detik)
Hewan
Coba Kelompok
Dosis I Dosis II Dosis III
Kontrol
Tikus 1 110 100 121 143
Tikus 2 92 123 86 288
Tikus 3 106 82 80 307
Tikus 4 75 76 116 162
Tikus 5 55 104 108 147
Tikus 6 63 62 95 120
Rata-rata 83,50 91,17 101 194,5
SD 22,74 22,00 16,59 81,13
68

Lampiran-4. Analisis ANOVA One Way (Lama Struggling)

Tests of Normality
Kolmogorov-
Smirnova Shapiro-Wilk
Stati Stati
Dosis stic Df Sig. stic df Sig.
lama stuggling kontrol .176 6 .200* .927 6 .556
negatif
dosis I .183 6 .200* .978 6 .941
dosis II .181 6 .200* .936 6 .631
dosis III .282 6 .147 .845 6 .143
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variances


Levene
Statistic df1 df2 Sig.
lama Based on Mean 2.620 3 20 .079
stuggling Based on Median .795 3 20 .511
Based on Median .795 3 8.932 .527
and with adjusted
df
Based on 2.491 3 20 .090
trimmed mean
69

Descriptives
lama stuggling
95% Confidence
Std. Interval for Mean
Deviatio Std. Lower Upper Mini Maxi
N Mean n Error Bound Bound mum mum
kontrol 6 1.9075 .12301 .0502 1.7784 2.0366 1.74 2.04
negatif 2
dosis I 6 1.9490 .10724 .0437 1.8365 2.0615 1.79 2.09
8
dosis II 6 1.9993 .07253 .0296 1.9232 2.0754 1.90 2.08
1
dosis III 6 2.2596 .17096 .0697 2.0802 2.4391 2.08 2.49
9
Total 24 2.0289 .18142 .0370 1.9523 2.1055 1.74 2.49
3

ANOVA
lama stuggling
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between .451 3 .150 9.847 .000
Groups
Within .306 20 .015
Groups
Total .757 23
70

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons
Dependent Variable: lama stuggling
LSD
95% Confidence
Mean Interval
Difference Std. Lower Upper
(I) dosis (J) dosis (I-J) Error Sig. Bound Bound
kontrol dosis I -.04145 .07137 .568 -.1903 .1074
negatif dosis II -.09179 .07137 .213 -.2407 .0571
dosis III -.35210* .07137 .000 -.5010 -.2032
dosis I kontrol .04145 .07137 .568 -.1074 .1903
negatif
dosis II -.05034 .07137 .489 -.1992 .0985
dosis III -.31065* .07137 .000 -.4595 -.1618
dosis II kontrol .09179 .07137 .213 -.0571 .2407
negatif
dosis I .05034 .07137 .489 -.0985 .1992
dosis III -.26032* .07137 .002 -.4092 -.1114
dosis III kontrol .35210* .07137 .000 .2032 .5010
negatif
dosis I .31065* .07137 .000 .1618 .4595
dosis II .26032* .07137 .002 .1114 .4092
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
71

Lampiran-5. Determinasi Tanaman Kencur (Kaempferia galanga L.)


72

Lampiran-6. Dokumentasi Penelitian

A. Penyiapan Sampel Uji Dan Kontrol Negatif

sukrosa propilenglikol Sampel sirup fraksi


minyak rimpang kencur
B. Uji In Vivo

Hewan uji Penyondean sampel

Tikus yang Strip dan laktate pro


direnangkan meter

Anda mungkin juga menyukai