ANGKATAN LXXVII
ANGKATAN LXXVII
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah
saya nyatakan dengan benar.
iv
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) Angkatan LXXVII Universitas Indonesia, yang
diselenggarakan pada tanggal 12 Agustus – 30 September 2013 di PT Actavis
Indonesia. Kegiatan PKPA dan penyusunan laporan PKPA merupakan bagian dari
kegiatan perkuliahan program pendidikan profesi apoteker dengan tujuan untuk
meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan mahasiswa. Setelah
mengikuti kegiatan PKPA, diharapkan apoteker yang lulus nantinya dapat
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki kepada masyarakat
pada saat memasuki dunia kerja khususnya di bidang perindustrian.
Dalam pelaksanaan kegiatan PKPA ini penulis tak luput mendapat banyak
bantuan, bimbingan, dan saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si, Apt. sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Indoenesia.
2. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt. selaku Pejabat Sementara
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia sampai dengan tanggal 20
Desember 2013.
3. Bapak Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia dan juga sebagai Pembimbing II dari
Universitas Indonesia.
4. Bapak Thomas Runkel sebagai Presiden Direktur PT. Actavis Indonesia.
5. Bapak Mowo Rekotomo sebagai Production Manager PT. Actavis
Indonesia.
6. Ibu Fitria Utami, S.Si sebagai Supervisor Fasilitas Beta Laktam dan juga
sebagai Pembimbing di PT. Actavis Indonesia.
7. Oktaviana dan Hotfy Yulita serta seluruh staff di Fasilitas Beta Laktam PT
Actavis Indonesia.
8. Seluruh staff Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
v
Penulis,
2013
vi
NPM : 1206329436
Fakultas : Farmasi
Praktek Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di PT. Actavis Indonesia Jalan Raya
Bogor KM 28, Jakarta Timur. Kegiatan PKPA ini bertujuan agar mahasiswa
profesi apoteker dapat melihat langsung aktivitas yang berlangsung dalam suatu
industri farmasi, memperoleh pengetahuan dan wawasan tentang segala aspek
yang terkait di industri farmasi terutama dalam hal penerapan CPOB di PT.
Actavis Indonesia dan dapat memiliki pemahaman yang mendalam mengenai
peran dan tugas apoteker di industri farmasi. Tugas khusus yang diberikan
berjudul Validasi Proses Produk Amoxicillin 750 mg Disper Tablet PT. Actavis
Indonesia. Tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan validasi
proses produk Amoxicillin 750 mg Disper Tablet di PT Actavis Indonesia.
viii
ix
xi
xii
1 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan kegiatan Prakter Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
PT. Actavis Indonesia adalah untuk:
a. Memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan segala aspek
CPOB di PT. Actavis Indonesia.
b. Memahami peran dan tugas apoteker dalam industri farmasi.
Universitas Indonesia
4 Universitas Indonesia
2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) (Badan Pengawasan Obat
dan Makanan, 2012)
CPOB bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB
mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Pada pembuatan obat,
pengendalian menyeluruh sangatlah penting untuk menjamin bahwa konsumen
menerima obat yang bermutu tinggi.
Pedoman CPOB sesuai dengan Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM) meliputi 12 aspek, yaitu: Manajemen Mutu; Personalia; Bangunan dan
Fasilita; Peralatan; Sanitasi dan Higiene; Produksi; Pengawasan Mutu; Inspeksi
Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok; Penanganan Keluhan
Terhadap Produk dan Penarikan Kembali Produk; Dokumentasi; Pembuatan dan
Analisa Berdasarkan Kontrak; Kualifikasi dan Validasi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
oleh orang yang berbeda serta tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang
lain. Masing-masing personil hendaklah diberi wewenang penuh dan sarana yang
memadai yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif.
Kepala bagian Produksi hendaklah seorang apoteker yang terdaftar dan
terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis
yang memadai dalam bidang pembuatan obat dan keterampilan manajerial
sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara profesional.
Kepala bagian Produksi hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh
dalam produksi obat, termasuk:
a. Memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur agar
memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan;
b. Memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan produksi dan
memastikan bahwa petunjuk kerja diterapkan secara tepat;
c. Memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani
oleh kepala bagian Produksi sebelum diserahkan kepada kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu);
d. Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian
produksi;
e. Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan; dan
f. Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di
departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.3 Bangunan dan Fasilitas (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2012)
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain,
konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat
dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan
desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi
kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, serta memudahkan
pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan
pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat
menurunkan mutu obat.
Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindarkan
pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah
dan air serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan
tidak sesuai, hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap
pencemaran tersebut.
Bangunan dan fasilitas hendaklah didesain, dikonstruksi, dilengkapi dan
dirawat sedemikian agar memperoleh perlindungan maksimal terhadap pengaruh
cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarang serangga, burung,
binatang pengerat, kutu atau hewan lain. Hendaklah tersedia prosedur untuk
pengendalian binatang pengerat dan hama.
Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat, dibersihkan dan,
bila perlu, didisinfeksi sesuai prosedur tertulis rinci. Catatan pembersihan dan
Universitas Indonesia
2.2.5 Sanitasi dan Higiene (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2012)
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil,
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, bahan
pembersih dan desinfeksi, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
e. Pengembalian
Semua bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk
ruahan yang dikembalikan ke gudang penyimpanan hendaklah
didokumentasikan dengan benar dan direkonsiliasi.
Bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan
hendaklah tidak dikembalikan ke gudang penyimpanan kecuali memenuhi
spesifikasi yang telah ditetapkan.
Universitas Indonesia
f. Pengolahan
Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan hendaklah diperiksa
sebelum dipakai. Semua peralatan yang dipakai dalam pengolahan
hendaklah diperiksa sebelum digunakan. Peralatan hendaklah dinyatakan
bersih secara tertulis sebelum digunakan. Semua kegiatan pengolahan
hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur yang tertulis. Tiap
penyimpangan hendaklah dipertanggungjawabkan dan dilaporkan. Semua
produk antara dan ruahan hendaklah diberi label.
h. Pengemasan
Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk
ruahan menjadi produk jadi. Pengemasan hendaklah dilaksanakan di
bawah pengendalian yang ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan
mutu produk akhir yang dikemas.
Semua kegiatan pengemasan hendaklah dilaksanakan sesuai dengan
instruksi yang diberikan dan menggunakan bahan pengemas yang
tercantum dalam Prosedur Pengemasan Induk. Rincian pelaksanaan
pengemasan hendaklah dicatat dalam Catatan Pengemasan Bets.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok (Badan
Pengawasan Obat dan Makanan, 2012)
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB.
Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam
pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang
kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara
obyektif. Manajemen hendaklah membentuk tim inspeksi diri yang
berpengalaman dalam bidangnya masing-masing dan memahami CPOB. Audit
independen oleh pihak ketiga juga dapat bermanfaat.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan, di samping itu, pada
situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi
penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya
dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan
dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri.
Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem
manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu
umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau suatu tim
yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan.
Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah
bertanggung jawab bersama bagian lain yang terkait untuk memberi persetujuan
pemasok yang dapat diandalkan memasok bahan awal dan bahan pengemas yang
memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
Universitas Indonesia
bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat
dari peredaran secara cepat dan efektif.
Tiap keluhan yang menyangkut kerusakan produk hendaklah dicatat yang
mencakup rincian mengenai asal-usul keluhan dan diselidiki secara menyeluruh
dan mendalam. Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah dilibatkan dalam
pengkajian masalah tersebut.
Jika produk pada suatu bets ditemukan atau diduga cacat, maka hendaklah
dipertimbangkan untuk memeriksa bets lain untuk memastikan apakah bets lain
juga terpengaruh. Khusus bets yang mengandung hasil pengolahan ulang dari bets
yang cacat hendaklah diselidiki.
Setelah melakukan penyelidikan dan evaluasi terhadap laporan dan
keluhan mengenai suatu produk hendaklah dilakukan tindak lanjut. Tindak lanjut
ini mencakup:
a. Tindakan perbaikan bila diperlukan;
b. Penarikan kembali satu bets atau seluruh produk akhir yang bersang-kutan;
dan
c. Tindakan lain yang tepat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.12 Kualifikasi dan Validasi (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2012)
CPOB menguraikan prinsip kualifikasi dan validasi yang dilakukan di
industri farmasi. yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek
kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas,
peralatan dan proses yang dapat memengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi.
Pendekatan dengan kajian risiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang
lingkup dan cakupan validasi.
Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai
bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau
mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa
mencapai hasil yang diinginkan. Validasi diklasifikasikan menjadi tiga, yakni
validasi pembersihan, validasi metode analisis, dan validasi proses.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
22 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
yaitu: PT Anugrah Argon Medika (AAM), PT Mensa Bina Sukses (MBS), dan PT
Sawah Besar Farma (SBF) .
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
helm dan safety shoes yang sesuai, dan harus waspada terhadap lalu lintas di
gudang terutama forklift yang sedang beroperasi (SOP: tata cara masuk area
gudang). Gudang di PT Actavis Indonesia terdiri tiga bagian yaitu:
a. Gudang penyimpanan bahan baku (raw material) dan bahan kemas
(packaging material),
b. Gudang penyimpanan bahan aktif penisilin di gedung Beta Lactam
Facility (BLF), dan
c. Gudang penyimpanan produk jadi (finished goods).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
a. Kondisi AC
Kondisi penyimpanan AC ini bersuhu di bawah 25 oC (15-25 oC),
digunakan untuk menyimpan bahan kemas primer, bahan baku dan produk
sitotoksik yang memiliki persyaratan penyimpanan pada suhu tersebut.
b. Kondisi non AC
Kondisi penyimpanan AC ini bersuhu di bawah 25-30 oC, digunakan untuk
menyimpan bahan kemas sekunder dan tersier, serta bahan baku yang
memiliki persyaratan penyimpanan pada suhu tersebut.
c. Lemari pendingin
Lemari pendingin bersuhu di bawah 8-15 oC, biasanya digunakan untuk
menyimpan bahan baku vitamin. Terdapat satu produk sitotoksik yang
disimpan dengan suhu penyimpanan di bawah 8 oC.
d. Lemari penyimpanan narkotik
Bahan baku dan produk narkotik disimpan dalam lemari besi khusus
penyimpanan narkotik dan terkunci. Kunci dipegang oleh apoteker
penanggung jawab.
e. Gudang tahan api yang digunakan untuk meyimpan bahan-bahan yang
mudah meledak dan terbakar.
Universitas Indonesia
jika MKT > 15 oC. Jika perlu, dilakukan pemindahan penyimpanan produk
sementara.
Proses distribusi terdiri dari dua bagian yaitu distribusi bahan baku dan
bahan kemas serta distribusi produk jadi. Distribusi bahan baku dan bahan kemas
ke lokasi produksi. Distribusi obat jadi untuk market lokal melalui distributor dan
distribusi obat jadi untuk market luar negri dan eksport melalui forwarder. Proses
distribusi bahan baku dan bahan kemas yang akan digunakan untuk produksi
dilakukan berdasarkan work order (WO) picklist yang dikeluarkan oleh bagian
PPIC yang juga terhubung dengan sistem Mfg Pro. Picklist berisi jenis dan jumlah
bahan baku dan bahan kemas yang dibutuhkan untuk proses produksi, yang telah
disesuaikan dengan forecast marketing.
Untuk bahan baku, setelah WO picklist keluar maka petugas gudang akan
menyiapkan bahan baku yang diminta, selanjutnya akan diserahkan ke bagian
dispensing untuk ditimbang melaui pintu airlock IV. Penimbangan dilakukan oleh
1 orang petugas gudang dan 1 orang dari petugas produksi serta disaksikan oleh
seorang dispensing supervisor dari pihak produksi. Sisa bahan baku akan
dikembalikan lagi kedalam gudang melalui pintu airlock IV. Untuk bahan kemas,
petugas gudang akan menyiapkan bahan sesuai dengan jumlah yang diminta dan
mengantarkan ke bagian produksi yang meminta. Pada saat serah terima bahan
baku maupun bahan kemas, dilakukan pengecekan ulang oleh bagian produksi
terhadap jumlah bahan yang diterima, jika sesuai, picklist akan ditandatangani.
Setelah itu, WO picklist dibawa kembali ke gudang untuk dilakukan component
issue (pemotongan) pada sistem dengan tujuan agar jumlah barang yang ada di
gudang dengan yang ada di sistem sama. Kemudian picklist tersebut akan
diserahkan kembali ke bagian produksi yang bersangkutan untuk selanjutnya
disimpan dalam job sheet/batch record sebagai dokumen.
Setelah proses produksi selesai maka bagian produksi akan melakukan
penerimaan work order (WO receive) ke lokasi “income-fg” dengan status
karantina untuk diperiksa oleh QC. Untuk produk obat yang telah lulus dari
pengujian maka akan dilakukan pemindahan barang dari bagian produksi ke
gudang finished good, kemudian barang diperiksa oleh petugas gudang yang
meliputi pemeriksaan fisik, jumlah serta nomor bets dan setelah cocok maka
Universitas Indonesia
barang akan diterima dan diletakkan sesuai dengan spesifikasi penyimpanan dari
produk tersebut. Pada saat penerimaan maka akan ada pencatatan pada log book
mengenai produk obat yang diterima serta pemasukan data dalam sistem Mfg-Pro
yang dilakukan oleh pihak produksi saat WO receive. Proses penerimaannya
dilakukan pada loading area yang telah disiapkan.
Proses distribusi produk jadi kepada distributor dilakukan berdasarkan
packing list yang dikeluarkan oleh bagian marketing. Dalam hal ini distributor
akan mengirimkan order ke bagian marketing, kemudian marketing akan
memasukkan data pesanan dari distributor (placement order) ke sistem Mfg Pro,
setelah itu akan dikeluarkan packing list-nya. Packing list ini kemudian akan
dihitung nilai rupiah dari barang yang akan didistribusikan oleh bagian keuangan,
sedangkan dari petugas gudang akan menyiapkan barang yang diminta dan order
distributor harus sudah sesuai dengan multipack berdasarkan packing list yang
diterima. Setelah barang yang diminta sudah siap, maka akan dibuat surat
panggilan ke distributor untuk mengambil barang. Setelah itu, bagian keuangan
akan melakukan pemotongan stok barang yang ada di dalam sistem (shipment)
dan mencetak invoice. Kemudian barang tersebut akan diserahkan kepada
distributor sesuai dengan jadwal yang ditentukan dan proses penyerahan barang
ke distributor dilakukan di ruang transito untuk dilakukan crosscheck kesesuaian
barang.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
ekspor) maupun non inventory (helm, kertas, dll) yang berfungsi untuk
menunjang proses produksi.
e. Mengawasi POR sampai bahan baku dan bahan kemas masuk ke gudang
dan saat berada dalam status QC.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
cover, dan masker. Untuk membatasi pertukaran udara antar ruang dan menjaga
kestabilan tekanan udara, diperlukan suatu ruang antara (Buffer room / Airlock).
Airlock adalah ruangan penyangga yang tingkat kebersihannya berbeda.
Dua pintu airlock harus dalam keadaan tertutup bila tidak sedang digunakan untuk
lewat. Pada saat lewat, hanya satu pintu airlock yang dapat terbuka. Hal ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang. Dengan adanya ruang
antara tersebut, maka tidak akan terjadi campur baur udara antara area hitam
dengan area abu-abu.
Kegiatan departemen produksi dilakukan berdasarkan permintaan dari
bagian pemasaran yang dituangkan dalam perencanaan produksi oleh bagian
PPIC. Bagian PPIC memberikan perintah produksi berupa work order picklist
sebagai dokumen permintaan bahan baku dan bahan kemas ke gudang untuk
pelaksanaan produksi. Alur proses produksi secara rinci terangkum dalam Batch
Record, yaitu mulai dari jenis produk, nomor bets, jumlah yang dihasilkan,
formula, data penimbangan bahan baku, daftar pemeriksaan alat sebelum proses
produksi, catatan selama proses produksi, jumlah karyawan yang mengerjakan,
waktu pengerjaan, dan proses pengemasan primer sampai proses pengemasan
sekunder. Selain itu juga semua kegiatan yang dilakukan selama proses produksi
harus sesuai dengan yang ada di dalam batch record dan tercatat di dalam batch
record. Setelah proses produksi selesai, dilakukan sanitasi/pembersihan terhadap
semua mesin yang dipakai dan diberi label “BERSIH” lengkap dengan nama
pembersihnya dan tanggal pembersihan.
Seluruh proses produksi seperti pencampuran, pengisian, dan pengemasan
harus memiliki penandaan pada setiap ruang proses yang sedang berjalan.
Penandaan tersebut berupa papan identitas yang berisi nama ruangan, proses yang
dilakukan, nama produk yang sedang diproduksi, nomor bets dan tanggal
dilakukannya proses. Tujuan penandaan tersebut adalah untuk mencegah
terjadinya kontaminasi agar bahan awal atau bahan kemas tidak masuk ruangan
yang tidak semestinya.
Kegiatan proses pembersihan seluruh ruangan produksi pada setiap
fasilitas dilakukan secara rutin atau terjadwal. Berdasarkan SOP Pembersihan
Mesin Secara Umum, terdapat tiga macam proses pembersihan, yaitu::
Universitas Indonesia
Status pembersihan tiap alat yang digunakan selama proses produksi harus
didokumentasikan di dalam batch record dan logbook. Pembersihan antar produk
adalah berupa kegiatan sanitasi total dengan tujuan agar produk yang lain tidak
terkontaminasi oleh produk sebelumnya. Selain itu, kegiatan pemantauan ruangan
pada ruang produksi juga dilakukan seperti pemantauan tekanan dengan
menggunakan alat Magnahelic, pemantauan suhu, pemantauan mikroba, dan
pemantauan jumlah partikel yang dilakukan setiap satu bulan sekali oleh bagian
mikrobiologi, dan pemantauan purified water yang dilakukan setiap satu minggu
sekali dan di-sampling oleh petugas dari departemen QC.
Akan dilakukan pengambilan sampel untuk produk ruahan maupun produk
jadi yang dihasilkan selama proses produksi ke laboratorium mikrobiologi dan
laboratorium kimia untuk dilakukan pengujian secara mikrobiologi dan kimia,
begitu pula untuk sampel pertinggal yang digunakan sebagai kontrol produk jadi
yang akan diedarkan dimasyarakat.
Universitas Indonesia
coordinator) dengan dibantu oleh lima orang supervisor yang bertanggung jawab
di masing-masing area.
Bangunan fasilitas multiproduk merupakan bangunan beton berbentuk
huruf U yang terdiri dari ruang untuk penimbangan, pencampuran, granulasi,
pengempaan tablet, penyalutan tablet, pengisian kapsul, pengisian sediaan cair,
dan pengemasan. Terdapat perbedaan tekanan udara pada ruangan produksi dan
koridor untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang. Ruangan produksi pada
area Solid memiliki tekanan udara negatif, sedangkan koridor memiliki tekanan
udara positif. Sebaliknya pada area Liquid, pengaturan tekanan diatur sebaliknya
dimana ruang produksi memiliki tekanan udara positif dan koridor memiliki
tekanan udara negatif. Perbedaan tekanan udara pada ruangan dan koridor diatur
antara 10-30 kPa.
Setiap ruangan dilengkapi dengan pendingin ruangan yang suhunya diatur
o
15-25 C, pengatur tingkat kelembaban (RH) yang diatur tidak melebihi 75%,
listrik, penerangan, dan fasilitas pendeteksi asap.
Alur proses produksi diawali dengan kegiatan penimbangan bahan baku
oleh bagian dispensing. Bagian dispensing melakukan penimbangan berdasarkan
picklist yang dikeluarkan oleh bagian perencanaan (PPIC). Setelah penimbangan
selesai, bahan baku tersebut akan dibawa ke ruang produksi melalui airlock
material menuju ruang penyimpanan Work In Process (WIP). Bahan yang telah
diterima dari bagian dispensing oleh bagian produksi dilakukan pengecekan ulang
di ruang penimbangan.
Tersedia empat mesin untuk proses granulasi, yaitu High Shear
Mixer/HSM TK Fielder (kapasitas maks. 120 kg), Fluid Bed Dryer/FBD Huttlin
200-DJ (kapasitas maks. 240 kg), Lytzen Oven, dan IBC Bin Blender Servolift
(kapasitas maks. 800 kg). Mesin-mesin tersebut dapat digunakan untuk proses
granulasi basah maupun kering dalam jumlah/volume besar sesuai dengan
spesifikasi cara pembuatan produk. Bagian MPF memiliki ruang granulasi small
scale untuk melakukan proses trial maupun proses produksi dalam jumlah/volume
kecil. Pada ruang granulasi small scale terdapat 3 mesin utama, yaitu High
ShearMixer/HSM Yong Sheuan, Fluid Bed Dryer/FBD Yong Sheuan, dan Bin
Blender Tamaru dengan kapasitas maksimal masing-masing mesin sebesar 40 kg.
Universitas Indonesia
Setelah proses granulasi selesai, granulat atau produk antara yang menunggu
proses pencetakan disimpan dalam ruang WIP. Dalam proses produksi dilakukan
kegiatan pengawasan dalam proses (In Process Control/IPC). Pemeriksaan yang
dilakukan untuk produk antara (granulat) yaitu pemeriksaan kadar air (Moisture
Content) pada granulat yang dihasilkan.
Untuk proses pencetakan tablet, tersedia empat mesin cetak tablet yaitu
mesin Jenn Chiang JC DSH 35B (kapasitas 39 station), Killian RTS 20 (kapasitas
20 station), Sejong MRC-31S (kapasitas 31 station), dan Manesty BB4 (kapasitas
27 station). Untuk mesin pengisian kapsul terdapat dua mesin yaitu Sejong SF-
100N dan Sejong SF-100 masing-masing dengan 12 holder yang memiliki 14
station. Tersedia pula dua buah mesin penyalut tablet/coating, yaitu Nicomac
Elite-100 (kapasitas maks. 100 liter) dan Bamtri Film Coating Machine (kapasitas
maks. 90 liter) untuk beberapa produk yang memerlukan proses penyalutan. Hasil
IPC pada setiap proses produksi didokumentasikan kedalam lembar kerja/MPPCR
untuk tiap produk. Selanjutnya, sampel produk ruahan dari tablet atau kapsul
dikirim ke QC untuk dilakukan pemeriksaan terhadap spesifikasi setiap sediaan.
Tablet dan kapsul yang sudah jadi selanjutnya siap untuk dikemas.
Terdapat sepuluh line pada proses pengemasan primer yang saling
terhubung (in line) dengan bagian pengemasan sekunder. Line 1 sampai dengan
line 3 merupakan bagian pengemasan untuk produk yang dikemas dalam bentuk
blister. Line 4 tidak diaktifkan secara in line dikarenakan pada line 4 hanya
dilakukan proses pengemasan sekunder untuk produk yang dikemas secara
manual. Line berikutnya yaitu line 5 sampai dengan line 7 merupakan bagian
pengemasan produk yang dikemas dalam bentuk strip. Pada line 8 dilakukan
proses pengemasan ke dalam kemasan botol plastik. Mesin-mesin yang digunakan
pada proses pengemasan primer pada line 1 sampai dengan line 8 dapat digunakan
untuk mengemas produk tablet maupun kapsul.
Line selanjutnya yaitu line 9 dan line 10 berada pada area produksi Liquid.
Pada area ini dilakukan proses produksi untuk sediaan cairan enema dan syrup.
Line 9 merupakan area produksi untuk sediaan cairan enema dimana proses
produksi dilakukan dengan cara labeling terlebih dahulu pada kemasan tube dan
kemudian dilakukan proses pengisian cairan enema ke dalam kemasan tube.
Universitas Indonesia
Untuk sediaan berupa syrup, proses produksi dilakukan dengan melalui dua proses
utama yaitu pencampuran dan pengisian ke dalam wadah. Terdapat dua buah tanki
pencampuran yang dilengkapi dengan pipa penghubung, vakum, dan pengaduk
untuk mendukung proses produksi masing-masing dengan kapasitas 600 liter dan
2000 liter. Terdapat pula satu buah tanki penyimpanan dengan kapasitas 2000 liter
dan dua buah tanki penyimpanan dengan kapasitas 10.000 liter.
Proses IPC yang dilakukan untuk sediaan cair adalah pengukuran pH.
Sediaan syrup tersebut kemudian diisikan ke dalam botol-botol di line 10 dan
kemudian dilanjutkan dengan proses pemasangan dan pengencangan tutup botol.
Untuk sediaan cair yang melalui proses pengencangan tutup botol perlu dilakukan
proses IPC berupa pengukuran torsi untuk menguji kekuatan menutup botol
(capping torque). Selanjutnya produk tersebut siap untuk diberi label dan dikemas
ke dalam box.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
direndam menggunakan NaOH 2% (pH 10), selama satu jam (SOP Pemusnahan
Sisa-Sisa Produk Penisilin, 2012). Proses inaktivasi dilakukan terhadap seluruh
bagian yang akan di buang keluar area BLF. Inaktivasi dilakukan di ruang cuci
area BLF.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dalam menjamin mutu suatu produk mulai dari pemesanan bahan baku dan
kemasan obat sampai siap dikonsumsi konsumen, termasuk didalamnya pemilihan
pemasok dan distributor. Sistem mutu ditetapkan berdasarkan Cara Pembuatan
Obat yang baik (CPOB) dan Global Quality Manual Standard dan peraturan
Authority lainnya. Departemen ini dipimpin oleh seorang manajer QA yang
bertanggung jawab kepada kepala bagian QO (Head of Quality Operation).
Tujuan departemen QA antara lain untuk menjamin bahwa sistem
kebijakan mutu sesuai dengan GMP pada keseluruhan aspek yang mempengaruhi
kualitas produk (baik operasional maupun kualitas produksi) dan menjamin bahwa
obat yang didistribusikan ke konsumen adalah yang benar-benar berkualitas sesuai
dengan spesifikasi dan regulasi yang berlaku. Departemen QA memiliki
kewenangan dan bertanggung jawab untuk menyusun kebijakan mutu (Quality
Policy) perusahaan yang dapat menjamin mutu obat yang dihasilkan agar sesuai
dengan persyaratan mutu yang telah ditetapkan dan memastikan bahwa seluruh
bagian yang terlibat dalam proses pembuatan obat telah melaksanakan kebijakan
tersebut.
Departemen QA juga bertanggung jawab dalam pengembangan dan
pemeliharaan sistem penjaminan mutu yang mana termasuk di dalamnya antara
lain: SOP, training, PQR, validasi, customer complaint, non conformance,
technical agreement, audit, change control, recall, CAPA.
Dari hal diatas maka dapat dijabarkan mengenai ruang lingkup tugas dan
tanggung jawab Departemen QA, antara lain sebagai berikut:
a. Penanganan dan pengaturan sistem dokumentasi dan GMP Compliance
Tugas QA salah satunya adalah menangani dokumen yang berlaku,
dalam hal penyimpanannya, fotokopi dokumen induk, dan penanganan
dokumen yang sudah tidak berlaku, dan termasuk juga didalamnya
penanganan dokumen registrasi (Priyambodo, 2007).
Sistem dokumentasi dalam industri farmasi merupakan bagian dari
sistem informasi manajemen yang meliputi antara lain (Priyambodo,
2007):
1. Prosedur Tetap (Standard Operating Prosedure/SOP)
2. Spesifikasi (bahan baku, pengemas, produk jadi)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
bagian QC, serta data dari bagian produksi yaitu data IPC dan validasi
proses.
Data-data diatas akan diolah dan disimpulkan oleh QA yang
nantinya digunakan untuk menilai apakah produk yang dihasilkan telah
memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan, atau diperlukan adanya
tindakan perbaikan seperti perubahan baik itu dari spesifikasi, metode
analisis maupun dalam proses pembuatan atau yang mengarah kepada
revalidasi.
Tinjauan produk tahunan meliputi semua produk termasuk produk
ekspor, lokal, dan toll-in. Dokumen yang berhubungan dengan tinjauan
produk tahunan ini akan disimpan oleh QA selama 6 tahun dan
selanjutnya akan dimusnahkan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Apabila terjadi OOS pada saat analisis maka hal yang harus
dilakukan adalah segera menyiapkan laporan tertulis mengenai insiden
yang terjadi.Tindakan lanjutan yang dapat diambil sesuai hasil
pemeriksaan yang di dapat, antara lain:
1. Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh yang sama dan
produk yang sudah released.
2. Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh yang sama oleh
pemeriksa atau analis yang berbeda.
3. Membandingkan hasil pemeriksaan ulang dengan persyaratan test
method dan farmakope.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
l. Technical Agreement
Merupakan kontrak tertulis yang menggambarkan secara detail
kualitas dan kesesuaian (Compliance) serta tanggungjawab setiap bagian
yang berhubungan dengan proses produksi dan control kualitas produk.
Kontrak tertulis ini dilakukan terhadap produk toll. Untuk bekerja
sama dalam pembuatan obat berdasarkan kontrak, ada pihak pemberi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dilakukan setiap 3 bulan selama tahun pertama, setiap 6 bulan untuk tahun kedua
dan selanjutnya setahun sekali sepanjang masa edar yang diusulkan.
Contoh pertinggal atau retained sample diambil dari tiap bets bahan baku
(kecuali pelarut dan cairan yang mudah menguap) yang digunakan untuk proses
produksi. Contoh pertinggal disimpan sampai 1 tahun setelah waktu daluarsa
untuk tujuan peninjauan kembali kualitas suatu produk bila diperlukan dan hanya
digunakan sebagai sampel pembanding dalam penanganan keluhan dari
konsumen. Sampel pertinggal bahan baku dibagi menjadi dua jenis yaitu zat
berkhasiat dan zat tambahan. Pelarut seperti alkohol dan cairan yang mudah
menguap tidak diambil contohnya untuk pertinggal. Jumlah contoh pertinggal
yang diambil untuk tiap bets harus mencukupi untuk dilakukan minimal dua kali
pemeriksaan lengkap dan disimpan pada kondisi penyimpanan yang telah
ditentukan yaitu 15-25 °C. Wadah tersebut dapat berupa botol, wadah plastik atau
alu-bag untuk contoh pertinggal. Wadah diberi label dilengkapi dengan nama
bahan, nomor bets, tanggal pengambilan serta paraf. Contoh pertinggal
didokumentasikan di dalam satu buku khusus (log book) sesuai jenis dan nomor
urut untuk selanjutnya disimpan diruang penyimpanan selama 11 tahun. Jika
penyimpanannya sudah melebihi 11 tahun maka contoh pertinggal dapat
dimusnahkan. Penyimpanan dilakukan di ruang retained sample dan disimpan di
rak berdasarkan nama / kode produk dan jenisnya. Untuk produk psikotropika
diletakkan dilemari khusus yang berada di ruang retained sample.
Spesifikasi dan metode analisa bahan baku dibuat dengan mengacu pada
farmakope (di PT. Actavis Indonesia acuan yang digunakan adalah European
Pharmacopoeia), metode yang dikembangkan oleh New Product Development
Department (NPD), master spesifikasi yang dapat berasal dari PT. Actavis
Indonesia atau pihak ketiga (toll out). Spesifikasi dan metode analisa yang telah
dibuat, ditinjau oleh manajer Quality Control Department dan disetujui oleh
Quality Assurance Manager. Setelah disetujui, spesifikasi dan metode analisa
yang dibuat diinput ke dalam sistem dan didistribusikan.
Dokumen spesifikasi dan metode analisa yang telah disetujui berlaku
selama lima tahun sejak tanggal berlaku dokumen tersebut (valid date) ditetapkan.
Tanggal berlaku (valid date) paling lambat ditetapkan tujuh hari setelah dokumen
Universitas Indonesia
b. Laboratorium Mikrobiologi
Laboratorium mikrobiologi di bawah pengawasan manajer laboratorium
yang dalam tugasnya dibantu oleh seorang orang group leader, dua orang analis
dan seorang laboran. Tugas dari laboratorium mikrobiologi ini adalah melakukan
uji kontaminasi mikroorganisme baik pada bahan baku, produk ruahan (bulk),
maupun obat jadi setelah dikemas (after fill), stabilitas sampel, serta melakukan
uji potensi pada antibiotik dan vitamin. Selain itu, laboratorium mikrobiologi juga
melakukan pemantauan lingkungan secara rutin/terjadwal baik di area produksi
maupun di laboratorium mikrobiologi sendiri yang meliputi pemantauan udara
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Pengembangan Produk
Pelaksanaan rencana pengembangan produk dimulai dari “trial” atau
produksi skala laboratorium. Berdasarkan data yang diperoleh dilakukan evaluasi,
dan dilanjutkan dengan proses optimasi. Dalam optimasi ini dilakukan variasi,
baik cara maupun jumlah material yang digunakan sehingga didapatkan hasil yang
terbaik. Hasil optimasi dibuat laporan, yang mendasari proses selanjutnya, yaitu
proses validasi. Proses validasi bertujuan untuk membuat langkah kerja
produksi/standar prosedur operasional. Hasil yang sudah sesuai dengan harapan
dan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sebelumnya, formula tersebut
dapat segera dilakukan dalam skala produksi dengan persetujuan “Operation
Director” dan “Head of Technology Transfer”.
Departemen Penelitian dan Pengembangan Produk kemudian membuat
Master Production dan Process Control Record (MPPCR) yang disetujui oleh QA
dan diserahkan kepada produksi untuk dilakukan produksi produk skala besar.
Universitas Indonesia
d. Penjaminan Mutu
Bagian Penjaminan Mutu dari Departemen Penelitian dan Pengembangan
Produk bertugas menjaga agar dalam proses pengembangan mutu, produk yang
dihasilkan tetap berkualitas. Hal yang dilakukan antara lain penetapan standar
kerja (SOP), review dokumen, inspeksi laboratorium dan pelaksanaan
pengembangan produk tahap “small scale”, dan penanganan CAPA.
Universitas Indonesia
c. Tahap validasi
Pembuatan protokol validasi
Pengerjaan validasi
Pembuatan laporan validasi
Universitas Indonesia
ruangan, jendela, dan arah terhadap matahari. AHU (Air Handling Unit)
merupakan suatu sistem kontrol udara sehingga udara yang dihasilkan dalam area
produksi berkualitas dan memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Sistem ini
berperan penting dalam pengaturan kualitas udara, aliran udara, dan perbedaan
tekanan antar ruang. Kualitas udara memiliki beberapa parameter yang dapat
dikontrol seperti temperatur, RH, tekanan, dan jumlah partikel.
Spesifikasi yang diharapkan pada AHU area laboratorium mikrobiologi
yang ada di PT Actavis Indonesia yaitu menghasilkan pertukaran udara > 120 kali
per jam untuk kelas 100 dan > 20 kali per jam untuk kelas 10.000, dengan
temperatur ruangan antara 20-25 oC, dan kecepatan aliran udara 0,3-0,36 m/detik.
Sedangkan spesifikasi yang diharapkan pada AHU area produksi penisilin, non
penisilin, dan topikal adalah mampu menghasilkan pertukaran udara 5-20 kali per
jam, dengan beda tekanan antar koridor dan ruang proses sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan, serta temperatur ruangan antara 20-25 oC.
Untuk menyaring udara selama proses produksi, digunakan HEPA filter yang
memiliki kemampuan untuk menahan partikel (efisiensi) 99,95% dan 99,997%
terhadap partikel yang berdiameter > 0,4 mikron. Untuk mendukung kerja HEPA,
dipasang prefilter dengan efisiensi 30-35% dan medium filter yang memiliki
efisiensi 90-95%. Pemeriksaan HEPA filter dilakukan dengan cara pengukuran
jumlah partikel (partikel count), uji kebocoran/leak test (integrity test) dan
pemeriksaan kecepatan aliran udara (air flow velocity). Pemeriksaan
kebocoran/integrity test yang dilakukan setelah pemasangan terdiri dari 3 objek,
yaitu pemeriksaan kebocoran pada media (material filter), pada frame, dan pada
seal. Pemeriksaan kebocoran dilakukan dengan cara mengukur jumlah partikel
(partikel count) untuk mengetahui jumlah partikel di udara. Pemeriksaan
kecepatan aliran udara (air flow velocity) bertujuan untuk memeriksa kemampuan
penyapuan udara (sweeping action) yang berpengaruh terhadap pola aliran udara
serta untuk mengetahui tingkat kemampatan filter.
Penggunaan filter tersebut dalam AHU tergantung dari persyaratan kondisi
ruangan yang dibutuhkan pada area abu-abu dan area produksi. Pada area abu-abu
penisilin dapat digunakan prefilter saja, prefilter bersama medium filter, atau
ketiga jenis filter tersebut yang didasarkan atas apakah proses yang dilaksanakan
Universitas Indonesia
di ruang tersebut berkontak langsung dengan produk atau tidak. Misalnya, untuk
proses tabletting dan capsule filling digunakan ketiga jenis filter tersebut. Di area
produksi padat non penisilin, ruang granulasi, dan capsule filling/tabletting
memakai ketiga jenis filter, sementara untuk area produksi sediaan liquid cukup
menggunakan prefilter dan medium filter. Sedangkan pada daerah pengemasan
cukup menggunakan prefilter saja. Ruangan-ruangan pada tempat produksi
sediaan topikal umumnya menggunakan prefilter dan medium filter.
Setiap area memiliki AHU yang terpisah dan tersendiri. Sistem penyaring
udara seperti prefilter dan medium filter dengan efisiensi standar untuk produksi
penisilin amat diperhatikan. Kebanyakan ruangan produksi memiliki AHU
tersendiri dengan tekanan yang diatur berbeda untuk tiap ruangan dan dimonitor.
Dalam beberapa ruangan, khususnya ruang penyangga, terdapat blower tambahan
untuk menjaga agar tekanan di koridor lebih besar daripada ruang proses.
Ruangan maupun peralatan non penisilin harus dalam keadaan bebas kontaminasi
penisilin, karena senyawa ini berbahaya terhadap lingkungan. Untuk menjamin
bahwa ruangan maupun peralatan dalam keadaan bebas kontaminasi penisilin,
maka harus dilakukan uji kontaminasi penisilin terlebih dahulu.
Untuk menjamin efisiensi dari filter yang dipakai maka selalu dilakukan
pemantauan secara berkala dengan menggunakan differential pressure gauge,
particle counter, room pressure, serta pengukuran kontaminasi mikroba. Metode
pemantauannya antara lain kebersihan partikel udara menggunakan particle
counter dan kebersihan kontaminasi mikroba. Pemeriksaan kebersihan yang
dilakukan selama 3 hari berturut-turut mencakup pemeriksaan keberhasilan
partikel dan kebersihan kontaminasi mikroba menggunakan cara hapus, cawan
petri, dan contoh makanan.
Air lock atau ruang penyangga merupakan ruang antara yang memisahkan 2
area dengan tingkat kebersihan yang berbeda. Setiap bahan, alat maupun
personalia yang akan masuk/keluar dari area yang satu ke area yang lain harus
melalui ruang penyangga. Untuk memasuki ruangan yang lebih bersih ruangan
sebelumnya, dibedakan menjadi 2 jalur, yaitu untuk personil melalui ruang
penyangga personil dan untuk barang melalui ruang penyangga bahan. Fungsi
ruang penyangga yaitu memisahkan 2 tingkat kebersihan yang berbeda sehingga
Universitas Indonesia
tidak hubungan langsung antara udara bersih dengan udara kotor, misalnya antara
area hitam dengan area abu-abu. Setiap personil, barang, mesin, atau peralatan
yang akan memasuki area abu-abu harus melewati ruang penyangga. Antara ruang
produksi yang dikategorikan area abu-abu dan black area terdapat suatu ruang
penyangga. Untuk memperoleh tekanan yang lebih positif pada ruang penyangga,
terdapat blower yang dilengkapi dengan filter efisiensi 90-95%. Perbedaan
tekanan dimonitor oleh suatu alat bernama differential pressure gauge
(magnehelic).
Di area penisilin, ruang penyangga amat berperan agar daerah yang lebih
bersih tidak langsung berhubungan dengan udara dengan tingkat kebersihan
rendah dan daerah produksi penisilin tidak berhubungan langsung dengan daerah
non penisilin, untuk mencegah pencemaran penisilin keluar.
b. Kalibrasi
Kalibrasi adalah suatu tindakan untuk memastikan kebenaran nilai-nilai
yang ditunjukkan oleh alat atau sistem pengukuran dengan cara membandingkan
dengan nilai kebenaran konvensional yang diwakili oleh standar ukur yang
memiliki kemampuan telusur ke standar nasional atau internasional. Kalibrator
primer yang dimiliki oleh perusahaan adalah kalibrator yang telah dikalibrasi
terhadap standar kalibrasi eksternal dengan akurasi dan presisi yang lebih tinggi
yang mana ketelusurannya jelas serta dilengkapi dengan sertifikat yang
menyatakan hasil pengukuran alat. Laboratorium kalibrasi yang terakreditasi dan
digunakan oleh PT.Actavis Indonesia antara lain: PPMB, LIPI, Balai Metrologi,
serta beberapa institusi yang berada di luar negeri.
Kategori alat ukur dapat dipilih menjadi alat ukur yang berkaitan dengan
suatu proses dan alat ukur yang bersifat indikator. Untuk alat ukur yang berkaitan
dengan suatu proses, alat itu harus dikalibrasi berkala. Suatu alat ukur dirancang
dengan spesifikasi tertentu. Tetapi dengan berjalannya waktu, karakteristik dari
alat tersebut dapat berubah atau menyimpang karena aus, kotoran, bahkan
mungkin saat transportasi. Untuk mencegah kesalahan yang diakibatkan karena
penyimpangan karakteristik tersebut, alat ukur harus selalu dirawat dan dikalibrasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-
lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.
Limbah yang termasuk golongan bahan buangan berbahaya (B3) tersebut
dikumpulkan dan disimpan dalam wadah terpisah untuk kemudian diangkut
(transporter B3). Berdasarkan karakteristiknya limbah PT Actavis Indonesia
dibagi menjadi 3 yaitu limbah padat, cair, dan limbah penisillin.
a. Limbah Padat
Limbah padat PT. Actavis terdiri dari recycle waste (limbah anorganik),
hazardous waste (limbah B3), dan domestic waste (limbah organik). Untuk
recycle waste penanganannya dikirim kepada pihak ketiga untuk di daur ulang
atau diangkut untuk dimusnahkan, sementara untuk hazardous waste dikirim ke
PT Wastec International dan PT Indocement Tunggal Perkasa untuk diangkut dan
digunakan sebagai bahan bakar alternatif. Sedangkan domestic waste dibuang ke
tempat pembuangan akhir bantar gebang dengan biaya retribusi dari dinas
kebersihan tata kota DKI Jakarta. Pemusnahan limbah padat bertujuan agar
limbah padat layak dibuang sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan dan juga tidak disalahgunakan.
b. Limbah Cair
Limbah cair PT Actavis berasal dari produksi, laboratorium dan sebagian
domestik. Pengolahan limbah cair agar limbah industri maupun air limbah
domestik PT Actavis Indonesia layak dibuang ke saluran umum (Sungai
Kalibaru/Cipinang) sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Teknik pengolahan
limbah cair PT Actavis dibedakan menjadi 3 yaitu pengolahan fisika, kimia, dan
biologi. Penjelasan singkat mengenai proses pengelolahan limbah cair PT Actavis,
sebagai berikut:
Pengelolaan limbah secara fisika dan kimia pada kolam I. Limbah cair
masuk ke kolam I dengan kapasitas 10 m2. Pada kolam I terjadi proses
pengumpula dan homogenisasi limbah (equalisasi), pemisahan minyak dari
kotoran yang mengambang (oil separator), proses sedimentasi dan proses
penetralan limbah (netralisasi) untuk mendapatkan pH 6 – 9. Apabila pH dibawah
6 maka ditambahkan NaOH, bila pH diatas 9 maka ditambahkan HCl. Kotoran
yang mengambang diangkat, sedangkan lumpur akan tersedimentasi atau
Universitas Indonesia
mengendap. Limbah cair kemudian disaring melalui filter I dan dipompa masuk
ke kolam 2.
Pengelolaan limbah secara biologis pada kolam 2. Kolam 2 mempunyai
kapsitas 350 m2. Pada kolam 2 dilakukan proses aerasi, yaitu mengalirkan
oksigen dengan menggunakan aerator. Aerator yang terdapat pada kolam 2
berjumlah 2 unit. Proses aerasi ini mempunyai tujuan untuk memberikan suplai
oksigen kepada bakteri aerob, yaitu bakteri yang dibutuhkan untuk menguraikan
limbah. Bakteri ini diperoleh dari penambahan lumpur akrif (active slug). Pada
kolam 2 dilakukan peninjauan terhadap Biological Oxygen Demand (BOD) dan
Chemical Oxygen Deamand (COD).
Limbah dari kolam 2 dialiri (overflow) ke kolam 3 yang mempunyai
kapasitas 150 m2. Pada kolam ini juga dilakukan proses aerasi. Air pada kolam 3
dapat digunakan untuk reservoir sistem pamadam kebakaran dan dapt digunakan
untuk menyiram kebun. Kontrol biologis dilakukan dengan memelihara ikan.
Air limbah dari kolam 3 masuk kesaringan II kemudian masuk ke kolam 4.
Untuk pematauan biologis pada kola mini dipelihara ikan mas. Ila dalam keadaan
normal maka ika mas berenang dipermukaan, tetapi bila terjadi penurunana
kualitas air karena kenaikkan kadar COD dan BOD maka ikan akan terdapat luka–
luka.
Pemeriksaan kualitas limbah cair melalui 3 cara yaitu cara kimia, fisika
dan mikrobiologi. Pada pemeriksaan secara kimia dilakukan pemeriksaan
terhadap COD, BOD, pH limbah, zat padat tersuspensi, KMnO4 dan fenol. Semua
pemeriksaan tersebut dilakukan setiap 3 bulan sekali oleh BPLHD (Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jakarta) dan 1 bulan sekali di QC
laboratorium serta laboratorium mikrobiologi PT Actavis Indonesia untuk
pemeriksaan mikro. Pemeriksaan fisika meliputi pemeriksaan warna dan
penampakan visual limbah.
c. Limbah Penisillin
Limbah penisillin tergolong kedalam limbah B3 (bahan buangan
berbahaya) dan mendapat perhatian khusus karena ada sebagian orang yang alergi
terhadap penisillin sehingga dapat menimbulkan reaksi hipersensitivitas bila
kontak atau terpapar dengan penisillin. Cara penanganan yang paling awal adalah
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
85 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
produksi harus terdokumentasikan dengan baik, mulai dari bahan baku yang
diterima, kebersihan mesin, log book penggunaan mesin, pengaturan aktual mesin,
sampai hasil produk ruahan yang diperoleh, dan berapa banyak produk reject
dalam proses produksi. Proses pengisian job sheet menggunakan tinta biru untuk
menjaga keaslian dari dokumen.
Dalam tiap tahap produksi, operator selalu melakukan optimasi terlebih
dahulu untuk mencapai spesifikasi yang dipersyaratkan dalam job sheet. Produk
hasil optimasi ini dikategorikan sebagai produk reject. Setelah diperoleh
spesifikasi yang diinginkan, proses produksi dapat berjalan dan selanjutnya
dilakukan IPC (in process control) pada tahap awal, tengah, dan akhir proses
produksi. Untuk tablet, IPC yang dilakukan meliputi: kadar air, bobot tablet,
kekerasan, diameter, ketebalan, keregasan, dan waktu hancur. Untuk kapsul, IPC
yang dilakukan meliputi: kadar air, bobot kapsul terisi, bobot granul per kapsul,
panjang kapsul, dan waktu hancur. Sampel produk hasil IPC dikategorikan
sebagai reject IPC. Selain IPC, operator dari produksi juga mengirimkan sampel
untuk diuji oleh Laboratorium Kimia dan Mikrobiologi. Sampel tersebut dikirim
untuk dilakukan uji antara lain: Final mixing blend uniformity, Carr’s Index,
Particle size distribution, Disolusi dan Content Uniformity dan mikrobiologi.
Pada BLF, semua orang yang akan memasuki BLF sebelumnya dilakukan
tes alergi terhadap penisilin terlebih dahulu dan sebelum keluar dari BLF.
Karyawan maupun pengunjung BLF diwajibkan untuk mandi jika akan keluar dari
gedung BLF. Sistem airlock pada ruang betalaktam sedikit berbeda dengan MPF
dan TPF. Pada BLF, koridor grey area memiliki tekanan udara (+++). Udara dari
koridor grey area masuk ke ai lock cutdown yang tekanan udaranya (++),
selanjutnya ke airlock sink yang tekanan udaranya (+). Di sebelah air lock sink
terdapat air lock bubble yang dekat dengan black area dengan tekanan udara (++).
Hal ini bertujuan untuk menahan udara agar tidak kembali ke ruang produksi beta
laktam serta mencegah adanya udara yang keluar dari area produksi.
Proses produksi sediaan padat di fasilitas beta laktam, pada prinsipnya
memiliki alur atau proses produksi yang sama dengan proses produksi untuk
sediaan padat pada fasilitas multi produk (MPF). Yang membedakan keduanya
adalah proses/alur keluar masuk bahan baku penisilin, proses dispensing bahan
Universitas Indonesia
baku penisilin, penyimpanan bahan baku penisilin dan sisa bahan baku non
penisilin yang sudah masuk ke area penisilin, serta pengolahan limbah produksi
dimana pengolahan limbah di BLF dilakukan di area terpisah. Semua barang yang
keluar dari fasilitas penisilin harus diinaktivasi dengan larutan NaOH pH 10.
Sebelum dilakukan pengemasan primer, produk-produk ruahan disimpan
dalam ruangan WIP (Work in Process), dan diberikan label berwarna ungu.
Terdapat tiga ruangan WIP yaitu WIP untuk hasil penimbangan, WIP granulasi
dan WIP untuk psikotropika. Pada masing-masing ruang WIP, terdapat timbangan
untuk menimbang hasil produk ruahan, dan terdokumentasikan melalui log book
WIP. Penyimpanan di ruang WIP juga menggunakan palet. Khusus untuk WIP
produk psikotropik, drum-drum penyimpan produk ruahan, dirantai dan dikunci.
Secara umum uraian mengenai produksi diatas menunjukkan bahwa dalam
bidang produksi, PT. Actavis Indonesia telah memenuhi persyaratan sesuai yang
ditetapkan oleh CPOB atau GMP.
Departemen mutu PT. Actavis Indonesia dibagi menjadi 2 departemen,
yaitu Departemen Pemastian Mutu (Quality Assurance/QA) dan Departemen
Pengawasan Mutu (Quality Control/QC). Proses pengawasan mutu (QC)
dilakukan seiring dengan adanya proses penjaminan mutu dari Departemen
Pemastian Mutu (QA). Untuk itu, kedua departemen ini berada dibawah satu
pengendalian Head of Quality Operation yang menjamin bahwa sistem kebijakan
mutu sesuai dengan GMP pada keseluruhan aspek yang mempengaruhi kualitas
produk (baik operasional maupun kualitas produksi), dan menjamin bahwa obat
yang didistribusikan ke konsumen adalah yang benar-benar berkualitas sesuai
dengan spesifikasi dan regulasi yang berlaku.
Upaya pemastian mutu dilakukan oleh departemen QA. QA memastikan
bahwa semua pengaturan dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat
yang dihasilkan memiliki mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Agar
proses yang dilakukan selalu sama untuk mendapatkan obat dengan mutu yang
seragam, maka QA bertanggungjawab dalam pembuatan Standard Operating
Procedure (SOP). SOP dibuat oleh masing-masing departemen yang terlibat
langsung dengan SOP tersebut dalam bentuk draft, kemudian SOP diserahkan ke
departemen QA, apabila SOP merupakan hasil revisi dari SOP terdahulu maka
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
kesalahan laboratorium maka perlu investigasi lebih lanjut oleh QA. Dalam
keseluruhan aspek tersebut, departemen QA PT. Actavis Indonesia telah
melakukan dengan baik setiap proses yang berkaitan dengan pemastian mutu
produk sesuai dengan regulasi yang berlaku.
Jika terdapat OOS, maka harus dilaksanakan investigasi dan harus
diselesaikan dalam waktu 30 hari kerja kecuali penyelesaian tindakan perbaikan
dan pencegahan yang mungkin memakan waktu lebih lama. Laporan investigasi
harus dibuat secara lengkap mencakup hasil analisa yang akan dipakai, keputusan
yang akan diambil, tindakan perbaikan dan pencegahan dan penyebab OOS atau
hasil uji tidak normal. Penyebab OOS terbagi menjadi tiga kategori yaitu
kesalahan laboratorium, kesalahan di luar proses antara lain kesalahan operator
produksi, kegagalan alat produksi, atau kesalahan sampling dan kesalahan yang
berhubungan dengan proses produksi. Untuk prosedur investigasinya meliputi
investigasi laboratorium, investigasi diperluas, dan investigasi produksi.
Penanganan keluhan dilakukan oleh departemen QA jika keluhan berupa
cacat produk seperti dalam blister terdapat kekurangan jumlah obat sedangkan
jika keluhan berupa efek toksikologi maka penanganan keluhan dilakukan oleh
medical yang terdapat di Scientific Affairs (SCA). Keluhan dapat diterima dari
costumer, dari pabrik atau produsen (misalnya stabilitas) dan dari inspektor
(BPOM). Jika terdapat keluhan, keluhan tersebut pertama kali akan diterima oleh
pihak marketing, kemudian akan dilakukan screening oleh marketing untuk
menentukan jenis keluhannya, apakah cacat produk atau berhubungan dengan
efek obat. Jika keluhan berupa cacat fisik, QA akan melakukan investigasi lebih
lanjut dan melakukan analisis dengan departemen lain yang terkait. Investigasi
dapat dilakukan dengan cara meminta sampel yang dikeluhkan dengan sampel
pratinggal. Alur permasalahan akan terus ditelusuri hingga didapatkan solusi dan
tindakan perbaikan maupun pencegahannya. Data ini kemudian didokumentasikan
ke dalam CAPA (Corective Action and Preventive Action). Jika berkaitan dengan
formulasi, investigasi akan dilanjutkan ke departemen pengembangan produk
untuk dilakukan perbaikan. Jika solusi telah ditemukan, akan dikembalikan ke QA
selanjutnya akan diberitahukan ke konsumen.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
transfer, semua SPF (Spesification of Finished Product) dan TDP (Technical Data
Package) didapat dari Actavis Group kemudian diterapkan di PT. Actavis
Indonesia dengan cara dilakukan uji coba untuk memastikan bahwa formula yang
diperoleh dari Actavis Group dapat diterapkan di Indonesia. Setelah dilakukan uji
coba dan diperoleh formula yang optimal kemudian dilakukan validasi untuk
skala pilot kemudian dilakukan uji stabilitas. Khusus untuk produk transfer
registrasi produk dilakukan dua tempat yaitu di Negara tempat obat tersebut
beredar dan di Indonesia.
Pada departemen Pengembangan Produk (Product Development) terdapat
alat yang digunakan untuk uji coba beserta validasi metode analisis namun perlu
beberapa tambahan alat seperti spektrofotometri, AAS dan GC.
Departemen Engineering dan EHS merupakan unit yang penting dalam
kelangsungan kinerja setiap departemen di PT. Actavis Indonesia. Tanggung
jawab bagian Engineering tidak hanya mencakup pemeliharaan peralatan atau
mesin yang digunakan untuk proses produksi saja, tapi juga mencakup
pemeliharaan gedung, fasilitas penunjang, penanganan limbah hingga kesehatan
dan keselamatan kerja karyawan.
Bagian Engineering juga melakukan kalibrasi dan kualifikasi secara
berkala masing-masing untuk alat ukur dan mesin/peralatan. Kualifikasi dilakukan
terhadap peralatan dan sistem penunjang untuk proses produksi. Untuk alat atau
sistem baru kualifikasi dilakukan URS (User requirement Specification) yang
terdiri dari kualifikasi desain , kualifikasi instalasi, kualifikasi operasi, dan
kualifikasi unjuk kerja. Namun karena PT. Actavis Indonesia merupakan
perusahaan farmasi yang telah lama berdiri sebelum CPOB diberlakukan, ada
beberapa peralatan yang telah lama digunakan namun sama sekali belum
terkualifikasi baik dari kualifikasi desain hingga kualifikasi unjuk kerja. Dalam
kasus seperti ini, berdasarkan kesepakatan dengan Quality assurance maka
kualifikasi cukup dimulai dari kualifikasi operasi saja karena alat telah diinstalasi
sejak lama dan output alat sudah terlihat dari sekian bets yang dihasilkan dari alat
tersebut. Pengujian hanya dilakukan terhadap beberapa parameter operasi yang
sangat menentukan dalam proses kerja alat secara keseluruhan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan PKPA, dapat
disimpulkan bahwa :
1. PT Actavis Indonesia telah menerapkan pedoman CPOB dan GMP Eropa
di segala aspek perusahaan untuk semua proses baik dalam proses
produksi, pengawasan dan pengendalian mutu, serta kegiatan lain yang
terkait. Aspek-aspek CPOB tersebut telah diimplementasikan dan
didokumentasikan dengan baik. Semua bagian di dalam struktur organisasi
PT Actavis Indonesia juga telah dapat bekerja sama dan menciptakan
suasana kerja yang kondusif dan nyaman
2. Seorang apoteker dalam industri farmasi memiliki peranan yang penting
yaitu, menjadi personil kunci antara lain sebagai kepala produksi, kepala
pengawasan mutu dan kepala bagian pemastian mutu.
5.2 Saran
1. Tetap mempertahankan kerjasama yang baik antar departemen pada PT
Actavis Indonesia sehingga dihasilkan kinerja yang lebih baik.
2. Terus menjaga dan mempertahankan kualitas produk sesuai dengan CPOB
atau GMP yang telah ada.
DAFTAR ACUAN
Badan Pengawasan Obat dan Makanan. (2012). Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik (CPOB). Jakarta: BPOM RI.
PT. Actavis Indonesia. (2013). SOP Approved Supplier. Jakarta: PT. Actavis
Indonesia.
PT. Actavis Indonesia. (2013). SOP Tata Cara Masuk-Keluar Karyawan dan
Tamu di Area Produksi Beta Lactam Facility. Jakarta: PT. Actavis
Indonesia
PT. Actavis Indonesia. (2012). SOP Toll Manufacturing & Analysis. Jakarta: PT.
Actavis Indonesia.
PT. Actavis Indonesia. (2011). SOP Pelatihan Karyawan. Jakarta: PT. Actavis
Indonesia.
PT. Actavis Indonesia. (2009). SOP Pembersihan Mesin Secara Umum. Jakarta:
PT. Actavis Indonesia.
PT. Actavis Indonesia. (2009). SOP Self Inspection (Inspeksi Diri). Jakarta: PT.
Actavis Indonesia.
PT. Actavis Indonesia. (2009). SOP Tata Cara Masuk Area Gudang. Jakarta: PT.
Actavis Indonesia.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
TUGAS KHUSUS
VALIDASI PROSES
PRODUK AMOXICILLIN 750 mg DISPER TABLET
PT. ACTAVIS INDONESIA
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
ii
Tabel 2.1 Contoh parameter kritis pada proses produksi sediaan tablet ............. 8
Tabel 4.1 Pengujian yang dilakukan pada In Process Control (IPC) ................... 17
Tabel 4.2 Spesifikasi Produk Jadi ......................................................................... 17
Tabel 4.3 Pengambilan sampel pada Produk ........................................................ 18
Tabel 4.4 Pengambilan sampel untuk kontrol lingkungan akan kontaminasi
Mikroba ................................................................................................ 20
Tabel 4.5 Hasil Pengujian pada pengambilan sampel validasi proses produk
Amoxicillin 750 mg Disper Tablet ....................................................... 22
iii
1 Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Bram Hik, FFar UI, 2014
2
Pada tugas khusus ini akan membahas mengenai validasi proses terhadap
produk Amoxicillin 750 mg Disper Tablet yang diproduksi oleh PT. Actavis
Indonesia. Amoxicillin 750 mg Disper Tablet merupakan produk yang sudah lama
dibuat dan diedarkan sebelumnya yang mengandung Amoxicillin Trihidrat sebagai
bahan aktifnya. Validasi proses yang dilakukan adalah validasi prospektif dengan
adanya perubahan pada proses pengeringan yang semula menggunakan mesin Fluid
Bed Dryer (FBD) Arthur White menjadi FBD Yong Sheuan untuk mendapatkan hasil
produksi yang secara konsisten memenuhi spesifikasi dan kualitas.
1.2 Tujuan
Tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan validasi proses
produk Amoxicillin 750 mg Disper Tablet di PT Actavis Indonesia.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Bram Hik, FFar UI, 2014
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Validasi
Istilah validasi pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Bernard T. Loftus,
Direktur Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat pada akhir tahun
1970-an. Validasi didefinisikan sebagai membuat bukti terdokumentasi yang
menyediakan kepastian yang tinggi bahwa proses yang direncanakan akan melakukan
secara konsisten sesuai dengan hasil yang telah dimaksud (WHO, 1997). Menurut
European Medicines Agency (EMEA, 2001) validasi adalah tindakan menunjukkan
dan mendokumentasikan bahwa prosedur beroperasi secara efektif. Validasi proses
adalah cara untuk memastikan dan memberikan bukti dokumenter bahwa proses
(dalam parameter tertentu yang didesain) mampu secara konsisten menghasilkan
produk jadi dengan kualitas yang dibutuhkan. Sedangkan, menurut CPOB 2012
validasi adalah tindakan pembuktian bahwa proses, misal pemberian dosis terserap
yang dikehendaki pada produk, akan mencapai hasil yang diharapkan sesuai
persyaratan.
CPOB mensyaratkan tiga aspek yang perlu dilakukan validasi, yaitu
validasi proses, validasi pembersihan dan validasi metode analisis. Validasi proses
dilakukan terhadap produk baru dan harus sudah selesai dilakukan sebelum
produk tersebut dipasarkan. Revalidasi dapat dilakukan bila terjadi perubahan
besar pada proses yang berdampak signifikan pada kualitas produk. Validasi
secara berkala perlu dilakukan untuk memelihara status validasi melalui analisis
data bets produksi yang terkumpul. Sebelum dilakukan validasi, hendaknya
fasilitas, sistem dan peralatan yang digunakan telah terkualifikasi, serta metode
analisis yang digunakan juga sudah tervalidasi. Validasi pembersihan bertujuan
sebagai konfirmasi efektivitas prosedur pembersihan. Parameter-parameter yang
dianalisis pada validasi pembersihan adalah kandungan residu dari suatu produk,
bahan pembersih dan pencemaran mikroba (Badan Pengawas Obat dan Makanan,
2012). Penentuan batas residu dan cemaran hendaknya ditentukan secara rasional
3 Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Bram Hik, FFar UI, 2014
4
dengan didasarkan pada bahan yang terkait dengan proses pembersihan. Validasi
pembersihan umumnya dilakukan hanya pada permukaan alat yang bersentuhan
langsung dengan produk. Selain itu, interval waktu antara penggunaan alat dan
pembersihan juga perlu divalidasi. Validasi metode analisis bertujuan u n t u k
membuktikan bahwa suatu metode analisis sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Validasi metode analisis umumnya dilakukan terhadap empat jenis pengujian,
yaitu uji identifikasi, uji kuantitatif kandungan impuritas, uji batas impuritas dan uji
kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan atau obat atau komponen obat
tertentu.
Evaluasi secara berkala perlu dilakukan terhadap aspek-aspek yang
divalidasi sebagai konfirmasi bahwa validasi masih absah. Validasi ulang terutama
perlu dilakukan jika terjadi perubahan-perubahan yang berpengaruh secara
signifikan terhadap produk yang dihasilkan oleh suatu proses. Pengkajian ulang
terhadap data-data sebelumnya juga dapat dilakukan untuk menunjukan bahwa
suatu proses perlu divalidasi ulang.
Rangkaian validasi proses terdiri dari kualifikasi, validasi proses, pemantauan
dan pengkajian proses serta revalidasi bila diperlukan. Kualifikasi merupakan
suatu usaha untuk membuktikan bahwa perlengkapan/mesin yang digunakan
dalam suatu proses akan memberikan hasil yang memenuhi kriteria yang
diinginkan secara konsisten. Proses kualifikasi memiliki tahap-tahap (Badan
Pengawas Obat dan Makanan, 2012):
1. Kualifikasi desain, merupakan proses melengkapi dan mendokumentasikan
kajian desain (design review) untuk memastikan bahwa seluruh aspek mutu
telah dipertimbangkan dan dikaji pada tahap perancangan
2. Kualifikasi instalasi, merupakan proses pemeriksaan instalasi untuk
memastikan bahwa seluruh komponen memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan dan telah dipasang secara tepat.
3. Kualifikasi operasional, merupakan proses pengujian untuk memastikan
bahwa masing-masing komponen atau kombinasi dari komponen tersebut
berfungsi sesuai rancangan dan memenuhi kriteria kinerja yang ditetapkan
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Bram Hik, FFar UI, 2014
5
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Bram Hik, FFar UI, 2014
6
3. Validasi retrospektif
Validasi ini merupakan validasi yang dilakukan terhadap produk yang
telah divalidasi sebelumnya untuk membuktikan konsistensi dari produk yang
dihasilkan. Validasi retrospektif hanya dilakukan untuk proses yang sudah mapan,
namun tidak berlaku jika terjadi perubahan pada formula, prosedur pembuatan
atau peralatan. Validasi retrospektif didasarkan pada penelurusan riwayat dokumen
produksi, pengujian dan pengendalian bets untuk 10 – 30 bets berturut-turut. Pada
validasi retrospektif juga dilakukan analisis kapabilitas proses.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Bram Hik, FFar UI, 2014
7
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Bram Hik, FFar UI, 2014
8
Tabel 2.1 Contoh parameter kritis pada proses produksi sediaan tablet salut
Tahapan proses Contoh peralatan Parameter kritis Contoh pengujian
Penimbangan Timbangan Kebersihan Cemaran mikroba
Granulasi High shear mixer, Lama pencampuran, Keseragaman
fluid bed dryer, kecepatan pengadukan, kandungan, susut
granulator mesh volume massa granul, pengeringan,
suhu granul, suhu distribusi ukuran
pengeringanwaktu partikel, tap
pengeringan, waktu density/bulk density,
pengayakan, ukuran kadar air
pengayakan, kecepatan
pengayakan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Bram Hik, FFar UI, 2014
9
Parameter-parameter uji yang perlu dikaji antara lain, susut pengeringan, laju alir,
keragaman bobot, keseragaman sediaan, kadar, waktu hancur dan disolusi. Pada
proses pencetakan tablet, perlu diperhatikan kecepatan pencetakan, bobot dan tekanan
dari alat cetak tablet, yang akan mempengaruhi parameter-parameter kritis dari sediaan
tablet tersebut. Penampilan tablet juga perlu dipertimbangkan, seperti warna
yang berpengaruh terhadap persepsi pelanggan dan logo yang tertera pada emboss
tablet untuk meningkatkan pengenalan akan merek.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Bram Hik, FFar UI, 2014
10
4. Tinjauan
Dokumen-dokumen yang ditinjau dalam laporan validasi prospektif meliputi,
a. Catatan pengolahan Batch (CPB)
b. Riwayat vendor bahan baku dan bahan kemas
c. Riwayat perubahan proses yang terjadi
d. Riwayat penyimpangan selama proses yang terjadi
e. Hasil uji di luar spesifikasi
f. Quality surveaillance
g. Status validasi
5. Formula
Formula baku yang digunakan untuk memproduksi suatu produk
berisikan daftar bahan baku yang digunakan beserta kode produknya,
jumlah yang digunakan dan kegunaannya.
6. Peralatan dan perlengkapan
Status peralatan dan perlengkapan yang meliputi preventive maintenance,
status kualifikasi dan kalibrasi, daftar peralatan yang digunakan selama
produksi serta catatan-catatan variasi mesin yang terjadi.
7. Hasil dan pembahasan
Hasil dan pembahasan berisikan evaluasi hasil dari parameter kritis dan
parameter uji serta justifikasi terhadap penyimpangan yang terjadi terhadap
kualitas produk.
8. Kesimpulan
Kesimpulan berisikan rangkuman profile data dan deskripsi distribusi data
dari parameter yang dianalisis. Kesimpulan menyatakan apakah proses masih
valid atau tidak.
9. Rekomendasi
Rekomendasi yang bisa diberikan terhadap hasil analisis proses yang
dilakukan. Rekomendasi dapat berupa saran untuk dilakukannya perbaikan
pada proses, peninjauan desain proses ataupun investigasi terhadap
proses yang terjadi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Bram Hik, FFar UI, 2014
BAB 3
METODOLOGI PENGKAJIAN
11 Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Bram Hik, FFar UI, 2014
BAB 4
PEMBAHASAN
12 Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Bram Hik, FFar UI, 2014
13
4.2.1.2 Granulasi
1. Masukkan ke dalam TK Fielder Amoxicillin Trihidrat dan bahan pengikat.
Campur dengan menyetel lama pengadukan, kecepatan granulator dan
kecepatan impeller.
2. Tambahkan purified water dengan mengatur kecepatan granulator, kecepatan
impeller, tekanan liquid pot, kecepatan nozzle dam lama pengadukan.
3. Lanjutkan proses granulasi dengan mengatur kecepatan granulator, impeller
dan waktu granulasi serta mencatat amperemeter dari impeller dan
4.2.1.3 Pengeringan
1. Conditioning mesin FBD Yong Sheuan dengan penyetelan suhu air inlet (1),
suhu air inlet (2), waktu bag filter shaking, waktu shaking pause, kemiringan
damper angle, kelembaban air inlet dan waktu conditioning.
2. Masukkan granul pada wadah 1 ke dalam mesin FBD Yong Sheuan
3. Lakukan pengeringan pertama dengan penyetelan suhu air inlet (1), suhu air
inlet (2), waktu bag filter shaking, waktu shaking pause, kemiringan damper
angle, kelembaban air inlet dan waktu pengeringan.
4. Setelah pengeringan pertama selesai, buka container kemudian lakukan
pengadukan secara manual.
5. Lanjutkan pengeringan kedua dengan penyetelan suhu air inlet (1), suhu air
inlet (2), waktu bag filter shaking, waktu shaking pause, kemiringan damper
angle, kelembaban air inlet dan waktu pengeringan
6. Cek moisture content granul setelah pengeringan dengan penyetelan
parameter switch of mode, suhu dan berat
7. Ayak granulat kering dengan menggunakan ayakan no. 3 berdiameter 6,73
mm.
8. Timbang sisa granulat kering yang keras dan tidak bisa diayak. Lakukan
proses pengecilan ukuran granul dengan mengggunakan Fitzpatrick Mill
dengan menggunakan ayakan no. 3 berdiameter 6,73 mm.
9. Cek moisture content granul yang telah diayak dengan penyetelan parameter
switch of mode, suhu dan berat
10. Timbang bobot granul setelah dikeringkan dan diayak, simpan granul dalam
kantong plastik dan tutup rapat.
11. Lakukan proses pengeringan dengan cara yang sama terhadap granul pada
wadah 2 dan wadah 3.
4.2.1.4 Pencampuran
1. Masukkan seluruh granul (wadah 1, wadah 2 dan wadah 3) ke dalam TK.
Fielder kemudian tambahkan bahan penghancur, lubrikan, anti adheren, bahan
pengisi, dan pengharum yang telah diayak dengan ayakan no 10 berdiameter 2
mm.
2. Campur dengan mengatur lama pengadukan, kecepatan granulator dan
kecepatan impeller.
3. Cek moisture content hasil pencampuran dengan penyetelan parameter switch
of mode, suhu dan berat pada alat untuk pengecekan moisture content.
4. Simpan granul (hasil pencampuran akhir) dalam wadah yang dilapisi plastik
dan tertutup rapat.
Pastikan parameter tersebut telah terpenuhi, catat dalam kolom yang tersedia
dan paraf supervisor.
9. Saat proses pencetakan tablet berjalan lakukan pemeriksaan terhadap berat per
10 tablet setiap 10 menit, simpan tablet pada wadah sampel.
10. Setelah proses pencetakan tablet selesai, periksa sampel rata-rata sesuai
parameter berat rata-rata yang tercantum pada batch record mencakup
keseragaman berat tablet, kekerasan, ketebalan tablet, waktu hancur,
keregasan.
11. Setelah seluruh proses pencetakan tablet selesai lakukan pemeriksaan
terhadap keutuhan jumlah punch dan dies
12. Ambil sampel rata-rata secara random 40 tablet untuk dikirim ke lab kimia
dan 20 tablet untuk dikirim ke lab mikrobiologi.
13. Simpan hasil pencetakan tablet ke dalam wadah yang dilapisi kantong plastik
dan tertutup rapat.
14. Timbang hasil pencetakan tablet
Tabel 4.4 Pengambilan sampel untuk kontrol lingkungan akan kontaminasi mikroba
Ruangan Lokasi Banyak Sampel Tes
Dispensing Dekat alat timbangan 1 titik Kontaminasi Mikroba
Dekat TK. Fielder
Granulation 1 titik Kontaminasi Mikroba
(mesin granulasi)
Dekat FBD Yong Sheuan
Drying 1 titik Kontaminasi Mikroba
(mesin pengeringan)
Dekat Jenn Chiang
Tabletting 1 titik Kontaminasi Mikroba
(mesin pencetakan tablet)
campuran. Sedangkan pengujian yang dilakukan pada tahap Post Process Control
(PPC) antara lain berat rata-rata 20 tablet, keragaman berat, berat 10 tablet, uji
kekerasan, ketebalan, diameter tablet, waktu hancur tablet, keregasan, penampilan
tablet, keseragaman sediaan, dan uji disolusi.
Tabel 4.5 Hasil Pengujian pada pengambilan sampel validasi proses produk
Amoxicillin 750 mg Disper Tablet
Tahap Parameter Spesifikasi Batch 1 Batch 2
Sesuai limit pada
Final Drying Moisture Content Sesuai Sesuai
protokol validasi
Sesuai limit pada
Dry Sieving Moisture Content Sesuai Sesuai
protokol validasi
Blend uniformity
Sesuai limit pada
(95,0% - 105,0%) Sesuai Sesuai
protokol validasi
dalam sampel ± 15%
Sesuai limit pada
Moisture content Sesuai Sesuai
Final Mixing protokol validasi
Distribusi ukuran Sesuai limit pada
Sesuai Sesuai
partikel protokol validasi
Sesuai limit pada
Carr’s index Sesuai Sesuai
protokol validasi
Bobot rata-rata dari 20 Sesuai limit pada
Sesuai Sesuai
tablet protokol validasi
Sesuai limit pada
Keragaman bobot Sesuai Sesuai
protokol validasi
Tabletting
Sesuai limit pada
Kekerasan Sesuai Sesuai
protokol validasi
Sesuai limit pada
Ketebalan Sesuai Sesuai
protokol validasi
Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa hasil pengujian IPC pada produk
Amoxicillin 750 mg Disper Tablet telah memenuhi persyaratan kriteria penerimaan.
Carr’s index merupakan metode untuk mengetahui kemampuan alir dari serbuk atau
granul berdasarkan kerapatan serbuk. Berdasarkan keterangan kemampuan alir, kedua
bets produk Amoxicillin 750 mg Disper Tablet memiliki kemampuan laju alir baik.
Hal tersebut menunjukkan bahwa granul dapat mengalir dengan baik dan diharapkan
tidak ada permasalahan dalam proses pencetakan tablet.
Data hasil pengujian Post Process Control (PPC) dapat dilihat pada tabel 4.5.
Berdasarkan hasil pengujian Post Process Control (PPC), dapat diketahui bahwa
produk Amoxicillin 750 mg Disper Tablet memenuhi persyaratan kriteria penerimaan
pengujian Post Process Control (PPC) pada masing-masing parameter. Seperti halnya
pada pengujian IPC, metode dan kriteria penerimaan yang digunakan berdasarkan
metoda analisa dan spesifikasi yang telah dikaji dan disetujui.
Uji variasi berat terdiri dari uji berat rata-rata 20 tablet dan uji keseragaman
berat. Pengujian tersebut dilakukan pada sejumlah 180 tablet yang diambil pada awal,
tengah, dan akhir proses pencetakan tablet. Pada uji keseragaman berat, kedua bets
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Uji kekerasan, ketebalan, dan diameter tablet dilakukan pada sejumlah 150
tablet yang diambil pada awal, tengah, dan akhir proses pencetakan tablet.
Berdasarkan hasil pengujian, kedua bets validasi memenuhi persayaratan yang telah
ditetapkan.
Prinsip uji disolusi produk Amoxicillin 750 mg Disper Tablet dilakukan
sesuai dengan yang tertera pada farmakope, sedangkan proses lebih lanjut
berdasarkan metoda analisa yang telah dikaji dan disetujui di PT. Actavis Indonesia.
Berdasarkan hasil pengujian, kedua bets memenuhi persyaratan uji disolusi yang telah
ditetapkan.
Pengujian Post Process Control (PPC) juga dilakukan pada parameter
penampilan tablet. Pengujian tersebut dilakukan dengan mengamati adanya kerusakan
yang terjadi pada tablet yang telah dicetak. Kerusakan yang diamati yaitu capping,
black spot, picking, sticking, dan mottling. Berdasarkan hasil pengujian, seluruh
sampel pada masing-masing bets tidak terjadi kerusakan pada tablet.
Pengujian mikrobiologi dilakukan pada kedua bets produk. Pengujian
mikrobiologi yang dilakukan yaitu uji batas mikroba, jamur, dan Escherichia coli.
Berdasarkan hasil pengujian mikrobiologi, uji mikroba pada kedua bets memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan.
Setiap ruangan yang digunakan dalam proses produksi harus selalu dipantau
dan dikontrol secara berkelanjutan untuk pemenuhan kondisi ruangan yang
dibutuhkan selama proses pembuatan obat. Berdasarkan hasil pemantauan ruangan
yang digunakan pada produk Amoxicillin 750 mg Disper Tablet, kondisi ruangan
pada kedua bets memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.
Berdasarkan pengkajian terhadap proses pembuatan dan hasil pengujian pada
kedua bets produk Amoxicillin 750 mg Disper Tablet, proses pembuatan produk
tersebut dengan adanya perubahan mesin pengeringan FBD Arthur White menjadi
FBD Yong Sheuan mampu menghasilkan produk jadi yang memenuhi persyaratan
dan kualitas yang ditetapkan.
5.1 Kesimpulan
Validasi proses yang dilakukan pada produk Amoxicillin 750 mg
Disper Tablet berjalan dengan baik, dicatat dan dilakukan dokumentasi
dengan baik dalam batch record serta telah memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan.
5.2 Saran
a. Perlu ditingkatkannya kerjasama antara bagian pemastian mutu dengan
produksi agar pelaksanaan validasi berjalan lebih baik.
b. Hasil dari uji-uji dalam IPC dan PPC yang telah dilakukan sebaiknya
langsung dicatat dan dimasukkan ke dalam batch record.
c. Validasi prospektif yang dilakukan sebaiknya dilakukan 3 bets berturut-
turut.
26 Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Bram Hik, FFar UI, 2014