Anda di halaman 1dari 71

COMPOUNDING AND DISPENSING

“SEDIAAN SOLID”
Kelompok 5
Iin Sugianti 18340022
RahMat Munthaha 18340023
Siti Aisa 18340024
Delvianti Mendila 18340025
Rini Karnita 18340026
Nurul Arafah 18340027
PENDAHULUAN
Bentuk sediaan sediaan
padat antara lain seperti
serbuk, tablet, kapsul.

Dengan adanya bentuk


sediaan tersebut
diharapkan dapat
memberikan kenyamanan
dan keamanan bagi
konsumen

Sistem penghantaran obat


yang ideal adalah sistem
yang jika diberikan dalam
dosis tunggal dapat
menghantarkan obat sedini
mungkin, memberikan efek
farmakologi panjang dan
menghantarkan obat
langsung pada tempat
kerjanya (sasaran target)
dengan aman.
3

Rumusan masalah
✖ Apa saja bentuk sedian solid
konvensional dan DDS (Drug
Delivery System)?
✖ Apa saja permasalahan dalam
compounding sediaan solid?
✖ Bagaimana solusi apoteker dalam
menyelesaikan permasalahan dalam
compounding sediaan solid?
4

tujuan
✖ Untuk mengetahui apa saja bentuk
sedian solid konvensional dan DDS
(Drug Delivery System).
✖ Untuk mengetahui apa saja
permasalahan dalam compounding
sediaan solid?
✖ Untuk mengetahui bagaimana solusi
apoteker dalam menyelesaikan
permasalahan dalam compounding
sediaan solid
5

Serbuk

Suppositoria Granul

Sediaan
Solid

Pil Tablet

Kapsul
6

SERBUK
7

SERBUK
✖ Serbuk adalah campuran kering bahan obat
atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk
pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.
Karena mempunyai luas permukaan yang luas,
serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut
dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan.
Anak-anak atau orang dewasa yang sukar
menelan kapsul atau tablet lebih mudah
menggunakan obat dalam bentuk serbuk. Obat
yang terlalu besar volumenya untuk dibuat
tablet atau kapsul dalam ukuran yang lazim,
dapat dibuat dalam bentuk serbuk. Sebelum
digunakan, biasanya serbuk oral dapat
dicampur dengan air minum (Farmakope
Indonesia V)
8

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN


SERBUK
KEUNTUNGAN KERUGIAN
 Penyebaran obat lebih luas dan lebih  Obat-obatan yang rusak oleh udara tidak
cepat daripada sediaan compact lain boleh diberikan dalam bentuk serbuk
(tablet dan kapsul)

 Diharapkan lebih stabil dibandingkan  Membutuhkan waktu dalam meraciknya.


dengan sediaan cair

 Lebih cepat di absorbsi  Tidak tepat untuk obat yang tidak enak
rasanya.
 Jumlah volume obat yang tidak praktis
/sukar dapat diberikan dalam bentuk
pulvis

 Memberikan kebebasan pada dokter


untuk pemilihan obat/kombinasi obat dan
dosisnya

 Untuk anak-anak dan orang dewasa yang


sukar menelan obat.
9
10

ATURAN PEMBUATAN SERBUK


✖ Jangan mencampur obat berkhasiat keras dalam keadaan
tidak diencerkan (lumpang dilapisi dulu dengan SL).
✖ Jika bahan serbuk mempunyai BJ yang berlainan, kemudian
masukkan bahan yang BJ yang besar dahulu baru kemudian
bahan yang BJnya lebih rendah
✖ Jangan menggerus bahan serbuk dalam jumlah banyak
sekaligus
✖ Bahan-bahan dalam serbuk kering sehingga untuk
menggerus Kristal dan bahan higroskopis menggunakan
lumpang panas (contoh: untuk bahan higroskopis seperti
NaBr)
✖ Untuk bahan-bahan yang mudah menguap atau tidak tahan
pemanasan, jangan menggunakan lumpang panas (contoh:
peroksida-peroksida, NaHCO3)
11

Evaluasi serbuk
✖ Kerapatan serbuk
✖ Sifat adhesi dan kohesi
✖ Muatan elektrostatik serbuk
✖ Polimorfisme serbuk
✖ Keseragaman bobot
12

ATURAN PEMBUATAN SERBUK


TABUR
✖ Serbuk tabur yang mengandung
lemak diayak dengan ayakan no. 44
✖ Serbuk tabur yang tidak
mengandung lemak diayak dengan
ayakan no. 60
✖ Contoh: ZnO bereaksi dengan udara
menjadi Zn Carbonat yang
menggumpal jadi harus diayak
dengan ayakan 100
✖ Seluruh serbuk harus terayak semua
13

CARA MENCAMPUR BAHAN-


BAHAN OBAT DALAM SERBUK
14

DERAJAT KEHALUSAN SERBUK


✖ Serbuk sangat kasar : 5/8
✖ Serbuk Kasar : 10/40
✖ Serbuk Agak Kasar : 22/60
✖ Serbuk Agak Halus : 44/85
✖ Serbuk Halus : 85
✖ Serbuk Sangat Halus : 120
✖ Serbuk Sangat Halus : 200/300
15

KARAKTERISTIK SERBUK
✖ Homogen dan kering,
homogenitasnya di pengaruhi ukuran
partikel dan densitasnya/berat jenis
✖ Memiliki derajat kehalusan tertentu
✖ Memiliki luas permukaan yang luas
✖ Mudah larut dan mudah terdispersi
16

EVALUASI SERBUK
✖ Kerapatan serbuk
✖ Keseragaman bobot
✖ Sifat adhesi dan kohesi serbuk
✖ Daya mengalir serbuk
✖ Polimorfisme serbuk
17

Kerapatan serbuk
✖ Ukuran partikel yang isodiametris dengan berbentuk shperis atau bulat
memiliki nilai porositas yang tetap yaitu 37-40%, sedangkan yang
berbentuk kubus yaitu 46%.
✖ Porositas atau keadaan yang beronga-rongga ini dapat digunakan untuk
menjelaskan tingkat konsolidasi suatu serbuk. Nilai porositas ini merupakan
perbandingan nilai volume antar partikel dengan volume total.
Volume total = Volume antar partikel (Vp) + volume partikel (Vr) maka,
Volume antar partikel (Vp) = Volume total (V ) - volume partikel sehingga,
Nilai porositas (e) = V – Vr / V x 100% atau
(e) = 1 – Vr /) V x 100 %
Dimana : (e) adalah nilai porositas
V adalah volume total
Vr adalah volume partikel
18

Keseragaman bobot
✖ Timbang isi dari 20 bungkus satu
persatu
✖ Campur isi ke-20 bungkus tadi dan
timbang sekaligus.
✖ Hitung bobot isi rata-rata.
✖ Penyimpangan antara penimbangan
satu persatu terhadap bobot isi rata-
rata tidak lebih dari 15% tiap 2
bungkus dan tidak lebih dari 10%
tiap 18 bungkus.
19

Sifat adhesi dan kohesi serbuk


Ada empat cara yang dapat digunakan untuk mengukur gaya adhesi dan kohesi yaitu:
a. Pengukuran besarnya gaya rentang
Besarnya gaya rentang yang dibutuhkan adalah kumpulan serbuk mulai jatuh yang
dibutuhkan sebagai gaya adhesi dan kohesidari kumpulan serbuk tersebut.
b. Kecepatan pengayakan
Kecepatan pengayakan dengan alat pengayakan.
c. Tes mobilitas
Yang dihitung adalah jumlah miniumal partikel kasar yang ditambahkan kedalm serbuk
halus tersebut sampai diperoleh aliran yang baik yang menandakan gaya kohesi diantara
partikel sudah mencapai batas yang dibutuhkan.
d. Pengukuran “angle of ropose
Dengan membiarkan sejumlah tertentu serbuk yang ditentukan besar gaya adhesi dan
kohesinya mengalir secara bebas melalui sebuah corong yang pada bagian bawahnya
berlubang. Serbuk yang keluar dari lubang corong bagian bawahnya ditampung pada suatu
bidang datar yang benar-benar rata.
20

Daya mengalir serbuk


a. Pengukuran “angle of ropose
Dengan membiarkan sejumlah tertentu serbuk yang ditentukan
besar gaya adhesi dan kohesinya mengalir secara bebas melalui
sebuah corong yang pada bagian bawahnya berlubang. Serbuk yang
keluar dari lubang corong bagian bawahnya ditampung pada suatu
bidang datar yang benar-benar rata.
b. Fenomena aliran serbuk melalui sebuah lubang.
Pada cara ini serbuk dibiarkan mengalir searah dengan gaya
gravitasi bumi. Namun kenyataannya tidak demikian sederhananya,
karena gaya yang berpengaruh terhadap aliran serbuk bukan hanya
gaya gravitasi bumi saja, tetapi ada gaya-gaya lain yang turut
berpengaruh seperti gaya adhesi dan kohesi. Akibatnya aliran suatu
serbuk adalah merupakan resultant dari gaya-gaya tersebut
21

Polimorfisme serbuk

Senyawa organik maupun senyawa anorganik


yang memiliki minimal 2 bentuk kristal yang
berbeda dalam bentuk padatnya disebut bentuk
polimorfisme. Bentuk polimorfisme ini pada
umumnya di bedakan pada 2 bagian yang
pertama bentuk stabil dan kedua bentuk nyata
stabil
22

GRANUL
23

GRANUL
✖ Granul adalah gumpalan-gumpalan
yang lebih kecil umumnya berbentuk
tidak merata dan menjadi seperti
partikel tunggal yang lebih besar
24

CARA PEMBUATAN GRANUL


✖ Granulasi basah
Pada granulasi basah bahan
dilembabkan dengan larutan
pengikat yang cocok, sehingga
serbuk terikat bersama dan
terbentuk massa yang lembab.
Pelarut yang digunakan umumnya
bersifat volatil sehingga mudah
dihilangkan pada saat
dikeringkan.Massa lembab kemudian
dibagi-bagi sehingga terbentuk
butiran granul.
25

✖ Granulasi kering
Pada granulasi kering obat dan bahan pembantu mula-mula
dicetak menjadi tablet yang cukup besar, yang massanya tidak
tentu. Selanjutnya tablet yang terbentuk dihancurkan dengan
mesin penggranul kering gesekan atau dengan cara sederhana
menggunakan alu di atas sebuah ayakan sehingga terbentuk
butiran granul. Keuntungannya antara lain: lebih mudah
diperkirakan waktu pengosongannya di lambung,
pengosongannya di lambung tidak bergantung adanya makanan
di lambung, variasi absorpsinya rendah, dan memiliki risiko yang
lebih rendah untuk terjadinya sediaan tunggal, antara lain proses
pembuatannya lebih sulit dan lebih mahal, dan proses pengisian
ke pasul gelatin sulit terutama untuk partikel yang berbeda
ukuran. Sediaan multiunit, seperti granul, lebih cocok digunakan
sebagai sediaan lepas terkendali dibandingkan sediaan tunggal
karena dapat mengurangi variasi absorpsi dan risiko terjadinya
dose dumping
26

Evaluasi granul
1. Distribusi ukuran partikel
2. Laju alir
3. Uji kandungan obat
4. Uji keterapungan
5. Uji daya mengembang
6. Uji disolusi
7. Uji kandungan air
8. Kecepatan alir
9. Sudut istirahat
10. Bobot jenis nyata
11. Bobot jenis mampat
12. Bobot jenis benar
13. Kompresibilitas
27

Karakteristik granul
✖ Berbentuk partikel
✖ Berpengaruh pada kelembapan
udara
✖ Luas permukaan kecil
✖ Kecepatan alir sesuai dengan ukuran
partikel
28

TABLET
29

TABLET
✖ Tablet adalah sediaan padat
mengandung bahan obat dengan
atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatan
dapat digolongkan sebagai tablet
cetak dan tablet kempa. (FI V).
30

KARAKTERISTIK
✖ Sediaan yang mempunyai bentuk
dan tekstur yang padat dan
kompak
✖ Tablet mempunyai kekerasan
tertentu, dapat bertahan dari
berbagai goncangan mekanik pada
saat pembuatan, pengepakan dan
transportasi.
✖ Memiliki kerapuhan tidak lebih dari
1%
31

KOMPONEN SEDIAAN TABLET


a. Zat aktif
zat aktif yang akan diformulasikan dalam bentuk sediaan tablet
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kemurniannya tinggi, stabil,
kompatibel dengan semua eksipien, bentuk partikel sferis, ukuran dan
distribusi ukuran partikelnya baik, mempunyai sifat alir yang baik, tidak
mempunyai muatan pada permukaan (absence of static charge on
surface), dan mempunyai sifat organoleptis yang baik.
b. Zat tambahan
 Bahan pengisi
Contoh : Laktosa, lakstosa anhidrat, laktosa semprot kering,
amilum maidis, starch 1500, mannitol, sorbitol, avicel, kalsium fosfat
dihidrat, kalsium laktat trihidrat granular, emdex, celutab, dekstrosa
(cerelose, amylose), kalsium fosfat tribasic, kalsium karbonat,
emcompress, maltodekstrin, amilum sorbitol, fast-flo lactose (FFL),
amilum (pati), mikrokristalin selulosa, kalsium sulfat dihidrat, kalsium
karbonat, trikalsium fosfat
32

lanjutan
 Bahan pengikat
Contoh dari bahan pengikat adalah Air, amilum maidis, amilum manihot, amilum tritici,
pati jagung pragelatinisasi, starch 1500, gelatin (berbagai tipe), sukrosa, gom arab,
polivinilpirolidon, metilselulosa (berbagai derajat viskositas), ,natrium
karboksimetilselulosa (NaCMC) (derajat viskositas rendah), etilselulosa (berbagai
derajat viskositas), polivinil alcohol (berbagai derajat viskositas), polietilen glikol 6000,
tragakan, natrium alginat, hidroksipropilmetilselulosa (HPMC), magnesium aluminium
silikat, etanol glukosa, pati (amilum), glukosa
 Bahan penghancur
Contoh dari bahan penghancur adalah Pati alam (singkong, kentang, jagung, dll),
natrium starch glycollate (primogel, explotab), pati pragelatinisasi, starch 1500, avicel
PH 101, PH 102 (mikrokristalin selulosa), solka floc (selulosa kayu yang dimurnikan),
asam alginate, explotab, gom guar, PVP, metilselulosa, natrium karboksimetilselulosa,
hidroksipropilmetil selulosa, pati natrium glikolat, alginate, amberlite IPR 88, povidon
XL
 Bahan pelicin
 Zat penyedap
 Zat pewarna
33

METODE PEMBUATAN TABLET

a. Granulasi Basah
b. Granulasi Kering
c. Metode Kempa Langsung
34

EVALUASI

a. Keseragaman Bobot
b. Uji Kekerasan
c. Uji Keraphuan
d. Uji Disolusi
e. Waktu Hancur
f. Keseragaman Ukuran
g. Uji Keregasan Tablet
35
PERMASALAH DALAM
PENCETAKAN TABLET
✖ Capping
Pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian atas/bawah tablet dari
badan tablet
✖ Laminasi :
Pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih
✖ Chipping :
Keadaan dimana bagian bawah tablet terpotong
✖ Cracking :
Keadaan dimana tablet pecah, lebih sering di bagian atas-tengah
✖ Picking :
Perpidahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada
permukaan punch
✖ Sticking :
Keadaan dimana granul menempel pada dinding die (ada adhesi)
✖ Mottling :
Keadaan dimana distribusi zat warna pada permukaan tablet tidak merata
36

PIL
37

PIL
✖ Pillulae berasal dari kata ‘pila’ artinya
bola kecil Obat berbentuk bundar
seperti bola ini bermacam-macam
bobotnya dan masing-masing diberi
nama sendiri. Pillulae menurut FI edisi III
ialah suatu sediaan berupa massa bulat
mengadung satu atau lebih bahan obat
yang di gunakan untuk obat dalam dan
bobotnya 50-300 mg per pil (ada juga
yang menyebutkan bobot pil adalah 1-5
gram
38

KARAKTERISTIK PIL
✖ Memiliki berat ideal antara 100 mg-
150 mg rata-rata 120 mg
✖ Bentuk tidak berubah saat
penyimpanan
✖ Tidak terlalu keras, sehingga dapat
hancur dalam saluran pencernaan
39

KOMPONEN PIL
a. Zat utama
Berupa bahan obat yang harus memenuhi persyaratan farmakope,
misalnya KmnO4, asetosal, digitalis folium, garam ferro.
b. Zat tambahan
• Zat pengisi
fungsinya untuk memperbesar volume massa pil agar mudah
untuk dibuat. Contoh : akar manis (Radix Liquiritae), bolus alba, atau
bahan lain yang cocok (glukosa, amilum).
• Zat pengikat
fungsinya untuk memperbesar daya kohesi dan adhesi massa pil
agar massa pil saling melekat menjadi massa yang kompak. Contoh :
Sari akar manis, gom akasia, tragakan, campuran bahan tersebut
(PGS) atau bahan lain yang cocok (Glukosa, sirop, mucilago, kanji,
adeps, glycerinum cum tragakan extragentian,)
40

lanjutan
• Zat penabur
fungsinya untuk memperkecil gaya gesekan antara molekul yang sejenis
maupun tidak sejenis,sehingga massa pil tidak lengket satu sama lain,atau
pil lenket satu pil dengan pil lainnya. Contoh : lycopodium dan talcum.
• Zat pembasah
fungsinya untuk memperkecil sudut kontak ( < 90) antar molekul sehingga
massa menjadi basah dan lembek serta mudah di bentuk. Contoh : air, air-
gliserin, gliserin ,sirop,madu
• Zat penyalut
fungsinya adalah
✖ Untuk menutupi rasa dan bau yang tidak enak.
✖ Mencegah perubahan karena pengaruh udara
✖ Supaya pil pecah di dalam usus tidak di lambung (enteric coated pil )
41

METODE PEMBUATAN PIL


42

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN


PIL
Keuntungan Kerugian
Menutupi rasa obat yang tidak enak Obat yang dikehendaki memberikan
aksi cepat
Relatif lebih stabil dibanding sediaan Obat yang dalam keadaan larutan
lain yang mudah bereaksi dengan pekat dapat mengiritasi lambung
udara dan cahaya.
Baik untuk obat yang dikehendaki Bahan Obat padat/serbuk yang
memberikan aksi yang lambat. voluminous dan Bahan Obat cair
dalam jumlah besar
Mudah digunakan atau ditelan. Penyimpanan lama sering menjadi
keras dan tidak memenuhi waktu
hancur
Ada kemungkinan ditumbuhi jamur
(dapat diatasi dengan bahan
pengawet)
43

EVALUASI

a. Pengujian Keseragaman Bobot Pil


b. Waktu hancur pil biasa tidak lebih dari 15
menit, pil bersalut tidak lebih dari 60
menit.
44

KAPSUL
45

KAPSUL
✖ Menurut farmakope Indonesia Edisi V,
sediaan Kapsul adalah sediaan padat yang
terdiri dari obat dalam cangkang keras atau
lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya
terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga
terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
46

MACAM-MACAM KAPSUL
a. Kapsul cangkang keras
Bahan penyusun :
 Bahan dasar
1. Gelatin
2. Gula
3. Air (10-15 %)
 bahan tambahan
Pewarna, pengawet, pemburam dan flavoiring agent
b. Kapsul cangkang lunak
Bahan penyusun :
 Bahan dasar
1. Gelatin
2. Bahan pelunak
3. Gula
4. Air (6-13 %)
 Bahan tambahan
Pewarna, pengawet, pemburam dan flavoiring agent
47

KOMPONEN KAPSUL
a. Zat aktif obat
b. Cangkang kapsul
c. Zat tambahan :
 Bahan Pengisi
contohnya : Laktosa, Avicel, Aerosil
 Bahan pelicin,
 Surfaktan
48

CANGKANG KAPSUL DAN


BOBOTNYA

Ukuran kapsul menunjukkan ukuran


volume dari kapsul.Ukuran kapsul
dinyatakan dengan kode.Ukuran terbesar
000 dan terkecil 5.

Ukuran kapsul : 000 00 0 1 2 3 4 5


Untuk hewan : 10 11 12
49

METODE PEMBUATAN CANGKANG


KAPSUL KERAS
50

CARA PENGISIAN KAPSUL


✖ Tangan
✖ Alat bukan mesin
✖ Alat mesin
51

Evaluasi kapsul

a. Uji keseragaman bobot


 Kapsul berisi obat kering
Kapsul berisi obat cair/pasta
b. Waktu hancur
c. Uji higroskopisitas
d. Uji disolusi
52

permasalahan yang perlu


diperhatikan dalam pembuatan
kapsul
53

SUPPOSITORIA
54

SUPPOSITORIA
✖ Menurut Farmakope Indonesia ed. V
Supositoria adalah sediaan padat
dalam berbagai bobot dan bentuk,
yang diberikan melalui rektal, vagina
atau uretra. Umumnya meleleh,
melunak atau melarut pada suhu
tubuh.
55

Karakteristik suppositoria
✖ Suppositoria vaginal (ovula) umumnya
berbentuk bulat atau bulat telur dan
berbobot lebih kurang 5 g, dibuat dari zat
pembawa yang larut dalam air atau yang
dapat bercampur dalam air, seperti
polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi.
56

METODE PEMBUATAN
SUPPOSITORIA
57

Kelebihan dan kekurangan


suppositoria
KELEBIHAN KEKURANGAN

Dapat digunakan untuk obat yang tidak Daerah absorpsinya lebih kecil
bisa diberikan melalui rute oral karena
gangguan saluran cerna seperti mual,
pasien dalam keadaan tidak sadar,
atau pada saat pembedahan.

Dapat diberikan pada bayi, anak-anak, Absorpsi hanya melalui difusi pasif
lansia yang susah menelan, dan pasien
gangguan mental.

Zat aktif tidak sesuai melalui rute oral, Pemakaian kurang praktis
misal karena efek samping pada
saluran cerna, atau mengalami First
Pass Effect (FPE)

Tidak dapat digunakan untuk zat-zat


yang rusak oleh pH di rektum.
58

EVALUASI SUPPOSITORIA
✖ Pengawasan bobot dan volume
✖ Uji titik leleh
✖ Uji waktu larut
✖ Uji kekerasan
59

SEDIAAN SOLID
DDS
DRUG DELIVERY SYSTEM
60

DRUG DELIVERY SYSTEM ATAU


SISTEM PENGHANTARAN OBAT
✖ Istilah “Sistem Penghantaran Obat”
(SPO) atau Drug Delivery System
pada dasarnya adalah istilah yang
menggambarkan bagaimana suatu
obat dapat sampai ke tempat target
aksinya. Sistem penghantaran obat
digunakan untuk memaksimalkan
indeks terapi dari obat dan juga
untuk mengurangi efek samping
61

JENIS SEDIAN SOLID DDS


62

METODE

✖Gastroretentive
Sediaan yang dirancang untuk tetap
tinggal di lambung.Bentuk sediaan yang
dapat dipertahankan di dalam lambung.
disebut gastroretentive drug delivery
system (GRDDS). GRDDS dapat
memperbaiki pengontrolan
penghantaran obat yang memiliki
jendela terapeutik sempit, dan
absorbsinya baik di lambung.ive
63

Metode yang termasuk dalam


grdds
64

Faktor-faktor yang
mempengaruhi gastroretentive
65

Keuntungan dan keterbatasan

KEUNTUNGAN
✖ Meningkatkan absorpsi obat, karena meningkatkan GRT dan
meningkatkan waktu kontak bentuk sediaan pada tempat
absorpsinya.
✖Obat dihantarkan secara terkontrol.
✖Penghantaran obat untuk aksi lokal di lambung.
✖ Meminimalkan iritasi mukosa oleh obat, dengan melepaskan
obat secara lambat pada laju yang terkontrol
✖ Treatmen gangguan gastrointestinal seperti refluks
gastroesofagus
✖Mudah diberikan dan pasien merasa lebih nyaman.
66

KETERBATASAN
✖ Diperlukan konsentrasi cairan yang cukup tinggi dalam
lambung untuk daya apung penghantaran obat, mengapung
di dalamnya dan untuk bekerja secara efisien.
✖ Tidak cocok untuk obat yang memiliki masalah pada
stabilitas GIT
✖ Sistem ini tidak cocok untuk obat yang membuat iritasi pada
mukosa lambung dan obat yang tidak stabil pada cairan asam
lambung
✖ Sistem ini tidak memberikan keuntungan yang signifikan
pada dosis yang konvensional yang diserap melalui jalur
gastrointestinal
✖ Obat obatan yang diabsorbsi secara baik sepanjang saluran
pencernaan dan yang menjalani first-pass metabolisme
signifikan mungkin kurang pas untuk GRDDS karena
pengosongan lambung yang lambat dapat menyebabkan
penurunan bioavailabilitas sistemik.
67
Contoh resep dengan
permasalahan
Permasalahan Compounding
Permasalahan :
Telfast merupakan tablet film coated, salut tersebut
dimaksudkan untuk menutupi rasa, bau bahan obat yang
tidak enak, sehingga jika digerus akan menimbulkan rasa dan
aroma obat yang tidak enak ketika dikonsumsi.
Penyelesaian Masalah :
Telfast diberikan dalam tablet utuh.
Perhitungan :
Telfast tab = 20 tablet @ 60mg
Loratadin = 10 tablet
Cetirizin = 10 tablet
Cara Pembuatan :
1. Ambil Telfast tablet 60mg sebanyak 20 tablet, diberi etiket
putih.
2. Loratadine 10 tablet digerus sampai halus tambahkan
Cetirizine 10 tablet gerus sampai homogen.
3. Seluruh serbuk ditimbang, bobot rata-rata dihitung untuk
20 kapsul. Kemudian ditimbang satu persatu untuk tiap
kapsul, dan dimasukan kedalam cangkang kapsul.
4. 20 kapsul dimasukkan ke dalam pot/plastik obat. Diberi
etiket putih.
68

Permasalahan Compounding
Permasalahan :
Resep tersebut dapat berpotensi
terjadinya polemik puyer dimana obat
dapat menempel pada kertas
pembungkus sehingga menyebabkan
terjadinya kurang dosis yang dapat
menimbulkan resistensi.
Penyelesaian Masalah :
Starcef diberikan dalam bentuk syrup
dengan kekuatan sediaan 100mg/5ml
diberikan dosis 2x sehari 2,5ml untuk
penggunaan selama 5 hari.
Perhitungan :
Starcef dry syrup: 1 botol
Cara pembuatan:
Starcef dilarutkan dengan penambahan
air sebanyak 20ml kocok sampai
homogen kemudian diberikan etiket putih.
69

KESIMPULAN
1. Bentuk sediaan solid konvensional antara lain serbuk, granul, tablet, kapsul, pil,
suppositoria. Sediaan DDS (Drug Delivery System) meliputi gastroretentive drug
delivery system, sustained release dan enteric coated.
2. Permasalahan dalam pembuatan sediaan solid yaitu:
 Serbuk, tablet hisap, dan tablet
Dalam meracik sediaan ini perlu perhatian :
✖ Kurangi ukuran partikel bahan-bahan menjadi ukuran partikel terkecil yang
layak.
✖ Lakukan pemeriksaan untuk menjamin bahwa semua bahan bahan tercampur
homogen.
✖ Monitor kelembaban jika uap air dapat menyebabkan hidrolisis, sediaan
teradhesi ke pada bahan wadah, atau melunakkan atau disolusi sebahagian
dari cangkang kapsul.
✖ Lakukan penimbangan secara teliti untuk menjamin bahwa tiapunit akan tidak
kurang dan tidak lebih dari 110% dari berat secara teori untuk tiap unit.
✖ Kemas unit sediaan berdasarkan spesifikasi wadah untuk kapsul dan tablet
dari bahan aktif.
70
KESIMPULAN
 Beberapa hal yang diperhatikan dalam peracikan serbuk:
✖ Jika serbuk mengandung lemak, harus diayak dengan pengayak No. 44
✖ Jika bobot obatnya kurang dari 50 mg atau umlahnya tidak dapat ditimbang, harus dilakukan pengenceran menggunakan zat
tambhan yang cocok.
✖ Jika obat berupa serbuk kasar terutama simplisia nabati, digerus terlebih dahulu sampai derajat kehalusan yang sesuai dengan
yang tertera pada pengayak dan derajat halus serbuk. Setelah itu, dikeringkan padasuhu tidah lebih dari 50 0.
✖ Jika obat berupa cairan, misalnya tingtur dan ekstrak cair pelarutnya diuapkan hingga hamper kering dan diserbukkan dengan zat
tambahan yang cocok.
✖ Jika obat bermassa lembek, misalnya ekstrak kental dilarutkan ke dalam pelarut yang sesuai secukupnya dan diserbukkan dengan
zat tambahan yang cocok.
✖ Jika serbuk obat mengandung bagian yang mudah menguap, serbuk itu dikeringkan dengan pertolongan kapur tohor atau bahan
pengering lain yang cocok.
 Beberapa persoalan yang dihadapi dalam pembuatan sediaan kapsul:
✖ Serbuk yang memiliki bobot jenis ringan (voluminous) atau berbentuk kristal harus digerus terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke
dalam kapsul.
✖ Serbuk yang mudah mencair seperti KIdan NaI akan merusak dinding kapsul sehingga dinding kapsul mudah rapuh.
✖ Campuran bahan memiliki titik lebur lebih rendah daripada titik lebur masing-masing bahan obat, seperti campuran asetosal dan
antipirin serta campuran kamfora dan salol.
✖ Bahan cairan kental yang jumlahnya sedikit dapat dikeringkan dengan menambahkan bahan inert, kemudian baru dimasukkan ke
dalam kapsul.
✖ Minyak lemak dapat langsung dimasukkan ke dalam kapsul kemudian ditutup
3. Sebagai seorang apoteker solusi dalam menyelesaikan permasalahan dalam compounding sediaan solid adalah
melakukan kajian resep yang meliputi kajian administratif, kajian kesesuaian farmasetik, dan kajian pertimbangan
klinis
71

Sekian Dan
terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai