Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam praktek kefarmasian modern adalah sangat penting memahami teori dan teknologi
sistem disperse. Meskipun aspek kuantitatif dari subyek ini perkembangannya tidak seperti
aspek kuantitatif dari kimia mikromolekular, namun teori-teori yang dapat dikemukakan
dalam bidang kimia koloidal sangat membantu dalam mendekati problema-problema yang
masih menjadi teka-teki yang timbul dalam penyediaan dan pembuatan emulsi, suspensi,
salep, serbuk, dan tablet. Pengetahuan mengenai fenomena interfasial dan sifat-sifat
karakteristik koloid dan partikel-partikel kecil merupakan dasar untuk dapat memahami
kelakuan sistem disperse farmasi (Moechtar:1989).
Sistem terdispersi terdiri dari partikel-partikel kecil yang dikenal sebagai fase terdispers,
terdistribusi keseluruh medium kontinu atau medium disperse. Bahan-bahan yang terdispersi
bisa mempunyai jangkauan ukuran dari partikel-partikel yang berdimensi atom dan molekul
sampai partikel-partikel yang ukurannya diukur dalam millimeter. Oleh karena itu, cara yang
paling mudah untuk menggolongkan sistem disperse berdasarkan garis tengah partikel rata-
rata dari bahan terdispers(Attwood: )

B. Tujuan

a. Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri suspensi.


b. Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri larutan.
c. Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri koloid.
d. Mahasiswa dapat membedakan antara koloid, suspensi dan larutan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dispersi

Sistem disperse adalah suatu sistem dimana suatu substansi(fase dispersi) terbagi dalam
unit yang berlainan(tersendiri) dalam substansi lain(fase kontinu atau pembawa). Ukuran
partikel dalam sistem farmasi adalah lebih dari 10 µm (1 µm = 10-6 m). Sifat dari sistem
disperse koloidal telah banyak dipelajari oleh ilmuwan termasuk ilmuwan farmasi.

B. Klasifikasi Sistem Dispersi

Klasifikasi sistem disperse berdasarkan ukuran partikel yaitu :


1. Dispersi molecular
Partikel zat yang didispersikan berukuran lebih kecildari 1 nm. Partikel tidak
terlihat dalam mikroskop electron, dapat melewati ultrafiltrasi dan membrane
semipermeabel, mengalami difusi cepat. Contohnya seperti larutan.
Larutan adalah sistem disperse yang ukuran partikel-partikelnya sangat kecil
sehingga tidak dapat dibedakan (diamati) antara partikel pendispersi walaupun
menggunakan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi (mikroskop ultra).
Tingkatan ukuran partikel larutan adalah molekul atau ion-ion sehingga larutan
merupakan campuran yang homogen dan sukar dipisahkan dengan penyaringan dan
sentrifuge.
Oleh karena ukuran partikel zat terdispersi dengan medium pendispersinya
hampir sama maka sifat zat terdispersi dalam larutan akan terpengaruh (berubah) dengan
adanya zat terdispersi. Bila ke dalam air ditambahkan garam dapur maka air akan
membeku dibawah 00C, semakin banyak garam yang ditambahkan semakin besar
penurunan titik bekunya.
2. Dispersi kasar
Ukuran partikel lebih besar dari 0,5 µm (µ). Partikel terlihat dibawah mikroskop;
tidak dapat melewati kertas saring normal atau mendialisis melalui membrane
semipermeabel; partikel-partikel tidak mendifusi.. Contohnya suspensi.

2
Suspensi merupakan suatu system disperse dengan partikel yang berukuran
relative besar tersebar merata didalam medium pendispersinya. Pada umumnya sistem
disperse merupakan campuran heterogen. Sebagai contoh adalah endapan hasil reaksi
atau pasir yang dicampur dengan air. Dalam sistem dispersi tersebut partikel-partikel
terdispersi dapat diamati dengan mikroskop atau bahkan dengan mata telanjang. Suspensi
merupakan sistem disperse yang tidak stabil, sehingga bila tidak diaduk secara terus
menerus akan mengendap akibat gaya gravitasi bumi. Cepat lambatnya suspensi
mengendap tergantung besar kecilnya ukuran partikel zat terdispersi. Semakin besar
ukuran partikel tersuspensi semakin cepat proses pengendapan terjadi. Pemisahan
suspensi dapat dilakukan dengan proses penyaringan (filtrasi). Contoh suspensi adalah
pengendapan Fe(OH).

3. Dispersi koloid
Nama koloid untuk pertama kali diberikan oleh Thomas Graham pada tahun 1861.
Istilah koloid berasal dari bahasa Yunani, yaitu kolla yang berarti lem dan oid yang
berarti seperti. Secara harfiah, koloid dapat diartikan seperti lem. Karena, koloid
diibaratkan seperti lem dalam hal kemampuan difusinya. Nilai difusi koloid sama
rendahnya dengan lem.
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih
di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah)
tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Dimana di
antara campuran homogen dan heterogen terdapat sistem pencampuran yaitu koloid, atau
bisa juga disebut bentuk (fase) peralihan homogen menjadi heterogen.
Campuran homogen adalah campuran yang memiliki sifat sama pada setiap
bagian campuran tersebut, contohnya larutan gula dan hujan. Sedangkan campuran
heterogen sendiri adalah campuran yeng memiliki sifat tidak sama pada setiap bagian
campuran, contohnya air dan minyak, kemudian pasir dan semen.
Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat
berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem
koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan
(air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones,
hairspray, jelly, dll.

3
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut
dinamakan juga dengan fasa terdispersi atau solut, sedangkan zat pelarut disebut dengan
fasa pendispersi atau solvent, Contohnya larutan gula atau larutan garam. Sistem koloid
merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat
homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm),
sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak
terpengaruh oleh gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak
terjadi pengendapan. Secara sepintas, koloid hampir sama dengan larutan. Namun, untuk
membuktikan apakah suatu campuran itu dapat digolongkan koloid atau bukan, maka
diperlukan suatu alat bantu, yaitu mikroskop ultra karena ukuran Berdasarkan tabel di
atas, koloid terdiri dari dua fase zat. Salah satu zat bersifat continue dan yang lain bersifat
discontinue (terputus-putus). Selanjutnya, fase continue disebut sebagai medium dispersi
dan zat yang berfase diskontinu disebut sebagai zat terdispersi.

C. Suspensi

Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat yang
terbagi secara halus disebarkansecara merata dalam pembawa obat dimana obat tersebut
menunjukkan kelarutan yang sangat minimum. Beberapa suspense resmi diperdagangkan
dalam bentuk siap pakai, ada juga yang tersedia dalam bentuk serbuk kering (dry syrup)
untuk disuspensikan dalam cairan pembawa (umumnya berupa air), salah satu contohnya
adalah suspensi antibiotika yang biasa ditemukan dalam bentuk drysyrup.
Terdapat banyak pertimbangan dalam pengembangan dan pembuatan suatu suspensi
farmasetik yang baik. Di samping khasiat terapeutik, stabilitas kimia dari komponen-
komponen formulasi, kelanggengan sediaan dan bentuk estetik dari sediaan. Ada sifat lain
yang lebih spesifik untuk suspensi farmasi.
Suatu suspensi farmasi yang dibuat dengan tepat mengendap secara lambat dan harus rata
kembali bila dikocok. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran
partikel dari suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan. Suspensi
harus bisa dituang dari wadah dengan cepat dan homogen.

4
Terdapat beberapa point yang dapat menjadi penilai kestabilan sediaan suspensi. Yaitu:
1) Volume Sedimentasi.
Adalah Suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume mula-
mula dari suspensi (Vo) sebelum mengendap. Rumus F = Vu/Vo
Bila F = 1 atau mendekati 1, maka sediaan baik karena tidak adanya supernatant jernih
pada pendiaman.
Bila F > 1 terjadi “floc” sangat longgar dan halus sehingga volume akhir lebih besar
dari volume awal. Formulasi lebih baik jika dihasilkan kurva garis horisontal.

2) Derajat Flokulasi.
Adalah Suatu rasio volume sedimentasi akhir dari suspensi flokulasi (Vu)terhadap
volume sedimentasi akhir suspensi deflokulasi (Voc).

3) Metode Reologi
Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan redispersibilitas,membantu
menemukan perilaku pengendapan, mengatur vehicle dan susunan partikel untuk tujuan
perbandingan.
4) Ukuran Partikel
Perubahan ukuran partikel Digunakan cara Freeze-thaw cycling yaitu temperatur
diturunkan sampaititikbeku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini
dapat dilihat pertumbuhan kristal, yang pokok menjaga tidak terjadi perubahan ukuran
partikel dan sifat Kristal.
Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi adalah:
a. Deflokulasi
Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.
Sedimentasi yang terjadi lambat masing - masing partikel mengendap terpisah dan
ukuran partikel adalah minimal. Sedimen terbentuk lambat. Akhirnya sedimen
akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi. Wujud suspensi
menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama. Terlihat bahwa
ada endapan dan cairan atas berkabut.

5
b. Flokulasi
Partikel merupakan agregat yang bebas. Sedimentasi terjadi cepat. Sedimen
terbentuk cepat. Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah
terdispersi kembali seperti semula. Wujud suspensi kurang menyenangkan sebab
sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.

Tabel sifat dan sistem dispersI

Sistem Dispersi
Sifat
Larutan Koloid Suspensi
Bentuk Homogen, tidak Homogen secara Heterogen
campuran dapat dibedakan makroskopis, tapi
heterogen jika
damati dengan
mikroskop ultra

Ukuran <1 nm 1-100 nm >100 nm


Fase Terdiri dari 1 fase Terdiri dari 2 fase Terdiri dari 2 fase

Kestabilan Stabil Umumnya stabil Tidak stabil

Penyaringan Tidak dapat disaring


Tidak dapat disaring, Dapat disaring
kecuali dengan
penyaring ultra
Didiamkan Tidak memisah dan Tidak memisah Memisah dan
tidak mengendap (tahan lama) dan mengendap
sukar mengendap

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

a. Sistem dispersi adalah sistem dimana suatu zat tersebar merata (fase terdispersi) di
dalam zat lain (fase pendispersi atau medium). Fase terdispersi bersifat diskontinu
(terputu-putus) sedangkan medium disperse bersifat kontinu.
b. Klasifiasi sistem disperse berdasarkan ukuran partikel terdiri atas tiga bagian yaitu :
disperse molecular, disperse koloid, dan disperse kasar.
c. Disperse moleculer yaitu Partikel zat yang didispersikan berukuran lebih kecildari 1
nm. Partikel tidak terlihat dalam mikroskop electron, dapat melewati ultrafiltrasi dan
membrane semipermeabel, mengalami difusi cepat. Contohnya seperti larutan.
d. Disperse kasar yaitu ukuran partikel lebih besar dari 0,5 µm (µ). Partikel terlihat
dibawah mikroskop; tidak dapat melewati kertas saring normal atau mendialisis
melalui membrane semipermeabel; partikel-partikel tidak mendifusi.. Contohnya
suspensi.
e. Diperse koloid yaitu suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih
di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah)
tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Dimana di
antara campuran homogen dan heterogen terdapat sistem pencampuran yaitu koloid,
atau bisa juga disebut bentuk (fase) peralihan homogen menjadi heterogen.

7
DAFTAR PUSTAKA

Martin alfred, dkk. 1993. Farmasi Fisik Edisi Ketiga. UI-PRESS:Jakarta.


Moechtar,1989.Farmasi Fisika.Yogyakarta :UGM Press.
Purba, Michael. 2007. Kimia 2B untuk SMA Kelas XI, semester 2. Jakarta:Erlangga.
Parning, Horale, dan Tiopan (anggota IKAPI). 2006. Kimia 2B SMA Kelas XISemester Kedua.
Jakarta: Yudhistira.

Anda mungkin juga menyukai