Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam ilmu farmasi sangat penting bagi seorang farmasist
untuk mengetahui dan mempelajari tentang tonisitas. Tonisitas ini
diperlukan untuk mengetahui pengaruh berbagai larutan obat yang
diperiksa berdasarkan efek yang timbul ketika disuspensikan
dengan darah. Sangat penting untuk mengetahui bahwa membrane
sel darah merah tidak permeable terhadap hampir semua obat. Jadi
bukan bersifat semipermeabel sempurna.
Pada percobaan ini kami membahas tentang tonisitas
dimana pengertian tonisitas itu sendiri adalah membandingkan
tekanan osmosa antara dua cairan yang dipisahkan oleh
membrane semipermeabel. Membran semipermeabel adalah suatu
membran yang memiliki pori-pori yang dapat dilewati oleh partikel
pelarut, tetapi tidak dapat dilewati oleh partikel zat terlarut. Pada
pembahasan tentang tonisitas, dikenal berbagai istilah diantaranya
isotonis, hipertonis, hipotonis dan osmosis atau tekanan osmosis.
Osmosis merupakan proses perpindahan molekul-molekul
zat pelarut (air) dari tempat yang berkonsentrasi rendah menuju ke
tempat yang berkonsentrasi tinggi dengan melewati membran
semipermeabel. Osmosis adalah perpindahan air melalui membran
permeabel selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang
lebih pekat. Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh
pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien
tekanan sepanjang membran.
Dalam bidang farmasi suatu larutan harus besifat isotonis
karena larutan larutan famasi yang diperuntukan bagi membran
membran tubuh sensitif harus mempunyai tekanan osmotik yang
sama dengan tubuh. Dimana berdasarkan hal tersebut larutan yang
isotonis tidak akan menyebabkan suatu jaringan membengkak atau
berkonstraksi bila mereka berkontak dan juga tidak menyebabkan
rasa tidak enak bila diteteskan ke mata, saluran hidung, darah atau
jaringan tubuh lainnya.
B. Maksud dan Tujuan Percobaan
1. Maksud Percobaan
Maksud dilakukan nya percobaan ini adalah memahami
dan mengetahui peristiwa osmosis dan menghitung jumlah
bahan pegisotonis yang ditambahkan untuk membuat larutan
isotonis.
2. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu
1. Mengamati peristiwa osmosis pada kentang dalam larutan
NaCl 0,9% (isotonis), larutan dekstrosa 3% ( hipotonis) dan
larutan dekstrosa 15% (hipertonis).
2. Menghitung banyaknya bahan yang digunakan
untukmembuat larutan isotonis,hipotonis dan hipertonis.
C. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan ini, yaitu untuk mengamati keadaan dan
perubahan yang terjadi pada kentang sebelum dan sesudah
diletakkan pada larutan yang sifatnya hipertonis, hipotonis dan
isotonis.
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
Sifat koligatif adalah sifat larutan yang hanya bergantung
pada banyaknya partikel zat terlarut, dan bukan pada jenisnya.
Larutan-larutan yang mengandung jumlah partikel terlarut, dan
bukan pada jenisnya. Larutan-larutan yang mengandung jumlah
partikel terlarut sama akam memperlihatkan sifat koligatif yang
sama, meskipun jenis zat terlarutnya berbeda-beda. Pengaruh jenis
zat terlarut kecil sekali peranannya, selama zat itu tergolong non
elektrolit tak atsiri (tidak mudah menguap), suatu zat yang tak
membentuk ion dan tak mempunyai uap berarti (Yazid, 2005).
Beberapa sifat penting larutan bergantung pada banyaknya
zat terlarut dalam larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel
zat terlarut. Sifat-sifat ini disebut sifat koligatif sebab sifat-sifat
tersebut memiliki sumber yang sama, dengan kata lain, semua sifat
tersebut bergantung pada banyaknya partikel zat yang ada, apakah
partikel-partikel tersebut atom, ion atau molekul. Yang disebut
sebagai sifat koligatif larutan ialah penurunan titik uap, kenaikan
titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik. Dalam
pembahasan mengenai sifat koligatif larutan non-elektrolit, perlu
diingat bahwa yang dibahas adalah larutan yang relatif encer, yang
berarti larutannya memiliki konsentrasi 0,2 M (Chang, 2004).
Terdapat empat sifat yang berhubungan dengan larutan
encer, atau kirakira larutan yang lebih pekat, yang tergantung
pada jumlah partikel terlarut yang ada. Jadi sifat-sifat tersebut ialah
penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku,
dan tekanan osmotik yang disebut sifat koligatif larutan. Kegunaan
praktis sifat-sifat koligatif banyak dan beragam, juga penelitian sifat-
sifat koligatifmemainkan peranan penting dalam metode penetapan
bobot molekul dan pengembangan teori larutan (Petrucci, 1985).
Hukum Rovalt merupakan dasar bagi empat sifat larutan
encer yang disebut sifat koligatif (dan bahasa latin colligare
mengumpul bersama) sebab sifat-sifat itu bergantung pada efek
kolektif jumlah partikel zat terlarut, bukan pada sifat partikel yang
terlibat, keempat sifat itu ialah: penurunan tekanan uap larutan
relatif terhadap tekanan uap murni, peningkatan titik didih,
penurunan titik beku dan gejala tekanan osmostik (Oxtoby,2001).
Ada empat sifat koligatif larutan, yaitu (Yazid, 2005) :
1. Penurunan tekanan uap
Tekanan uap adalah ukuran kecendrungan molekul-molekul
suau cairan untuk lolos menguap. Makin mudah molekul-molekul
cairan menjadi uap, makin besar tekanan uapnya.

2. Kenaikan titik didih
Titik didih suatu cairan adalah suhu pada saat tekanan uap
jenuh itu sama dengan tekanan udara luar. Biasanya yang
dimaksud dengan titik didih adalah titik didih normal, yaitu titik didih
pada tekanan udara luar 1 atmosfir. Titik didih normal air adalah
100
o
C.
3. Penurunan titik beku
Akibat lain dari turunnya tekanan uap larutan adalah
turunnya titik beku. Suhu pada saat larutan mulai membeku pada
tekanan luar 1 atm disebut titik beku. Titik beku normal air adalahv
0
o
C.
4. Tekanan osmotik
Osmosis adalah proses berpindahnya molekul-molekul
pelarut dari larutan encer kelarutan yang lebih pekat melalui selaput
(membran/penyekat) semipermeabel, yaitu selaput berpori yang
hanya dapat dilewati partikel pelarut tetapi tidak dapat dilewati
partikel zat terlarut.
Osmosis didefinisikan sebagai tekanan berlebih, atau
tekanan yang lebih besar daripada tekanan di atas pelarut murni,
yang harus diberikan pada larutan untuk mencegah lewatnya
pelarut melalui membran yang semipermeabel sempurna (Martin,
1990)
Osmosis pada literatur lain adalah proses berpindahnya
molekul-molekul pelarut dari larutan encer ke larutan yang lebih
pekat melalui selaput(membran/penyekat)semipermeabel.
Membran semipermeabel adalahselaput berpori yang hanya dapat
dilalui artikel pelaru tetapi tidak dapat dilalui partikel zat terlarut
(Eztien Yazid, 2006).
Membran semipermeabel adalah dalam proses difusi,
molekul pelarut dan zat terlarut keduanya bergerak bebas. Dalam
hal lain, jika larutan dibatasi dalam suatu membran permeabel
terhadap molekul pelarut, terjadilah suatu gejala osmosis, dan
pembatas yang hanya melewatkan salah satu molekul komponen
biasanya air (Martin,1990).
Ada dua teori untuk menjelaskan peristiwa osmosis, yaitu (Yazid,
2005) :
1. Teori tekanan uap
Menurut teori ini larutan encer memiliki tekanan uap lebih
besar daripada larutan yang lebih pekat. Bila kedua macam larutan
ini dipisahkan dengan selaput semipermeabel akan terjadi
pemindahan secara bertahap molekul-molekul pelarut dari larutan
yang memiliki tekanan uap besar (encer) ke larutan yang tekanan
uapnya rendah (pekat). Perpindahan ini akan berhenti setelah
terjadi kesetimbangan, yaitu bilatekanan uap kedua larutan telah
sama.
2. Teori kinetika molekul
Teori ini menjelaskan bahwa setiap molekul suatu larutan
maupun gas diatas suhu absolute 0
o
C selalu dalam keadaan
bergerak. Energi gerak molekul kimia tersebut dinyatakan sebagai
potensial kimia. Didalam system larutan, molekul air bergerak oleh
adanya potensial kimia air (potensial air) dan semua zat bergerak
oleh adanya potensial kimia zat terlarut. Pada larutan yang sangat
encer, energy gerak atau potensial airnya dianggap paling besar
sedangkan lartan yang pekat potensial airnya rendah. Hal ini
disebabkan dalam larutan pekat molekul air banyak berikatan
dengan zat terlarut sehingga sedikit yang dapat bergerak. Dengan
demikian osmosis pada dasarnya merupakan difusi dari daerah
yang memiliki potensial air yang lebih tinggi kedaerah yang
potensial airnya rendah melalui selaput semipermeabel. Difusi ini
akan berhenti setelah tercapai keadaan setimbang, dimana
potensial air kedua larutan telah sama (Martin, 1993).
Tonisitas adalah membandingkan teanan osmosa antara
dua cairan yang dipisahkan oleh membran semipermeabel.
Tonisitas bergantung pada jumlah partikel zat terlarut dari sebuah
larutan senyawa, hal dari sifat dasar partikel, ketika berubah
menjadi ion , molekul atau jumlah dari molekul. Beberapa senyawa
seperti dekstrosa dan sukrosa tidak terdisosiasi kedalam larutan
tetapi ada dalam larutan sebagai molekul. Contoh lain seperti
natrium klorida dan garam serupa, terdisosiasi lebih atau kurang
benar-benar menjadi ion. Hal ini membutuhkan hanya 0,9 gr/mol
dari natrium klorida (mol.wt 58,45) per 100 ml. Untuk membuat
sebuah larutan isotonis dengan 9,2 gr/moldari sukrosa
(mol.wt342,3) yang mebutuhkan hasil dengan efek tekanan osmotik
yang sama. Dapat dilihat bahwa disosiasi dari sebuah senyawa
memberikan efek pertanda pada produksi tekanan osmotik, dimana
berat molekul dari senyawa dianggap tidak penting (
Scoviles.1895).
Tonisitas larutan dapat ditentukan dengan menggunakan
salah satu metode berikut ini. Pertama, dalam metode hemolisis,
pengaruh berbagai larutan oabt diperiksa berdasarkan efek yang
timbul ketika disuspensikan dengan darah. Husa dan teman-
temannya menggunakan metode ini. Kemudian mereka mencoba
sebuah metode kuantitatif yang dikembangkan oleh Hunter
berdasarkan pada kenyataan bahwa suatu larutan yang hipotonis
akan membebaskan oksihemoglobin dalam perbandingan yang
sama dengan jumlah sel-sel yang dihemolisisnya, atas dasar
tersebut dapat ditentukan faktor Vont Hoff, untuk kemudian
dibandingkan dengan nilai yang diperoleh daya krioskopik,
koefisien keaktifan dan koefisien osmosis (Martin, 1993).
Ada dua teori yang menjelaskan tentang peristiwa osmosis
yaitu teori tekanan uap dan teori kinetika molekul. Teori tekanan
uap adalah larutan encer memiliki tekanan uap yang lebih besar
dari pada larutan yang lebih pekat, bila kedua macam larutan ini
dipisahkan dengan selaput semipermeabel akan terjadi
perpindahan secara bertahap molekul-molekul pelarut dari larutan
yang memiliki tekanan uap besar (encer) larutan yang tekanan
uapnya rendah (pekat). Perpindahan ini akan berhenti setelah
tercapai kesetimbangan yaitu bila tekanan uap kedua larutan telah
sama. Sedangkan, teori tekanan molekul menjelaskan bahwa
setiap molekul sutu larutan maupun gas, diatas suhu absolut 0
o
C
selalu dinyatakan sebagai potensial kimia. Di dalam sistem larutan,
molekul air bergerak oleh adanya potensial kimia zat terlarut pada
larutan yang sangat encer, energi gerak atau potensial airnya
dianggap paling besar sedangkan larutan yang pekat potensial
airnya rendah. Hal ini disebabkan dalam larutan pekat molekul air
banyak berikatan dengan zat terlarut sehingga sedikit banyak yang
dapat bergerak. Dengan demikian osmosis pada dasarnya
merupakan difusi dari daerah yang memiliki potensial air yang lebih
tinggi ke daerah potensial airnya rendah melalui selaput
semipermeabel (Yazid, 2005).
Larutan yang isotonis tidak akan menyebabkan suatu
jaringan membengkak atau berkontraksi bila mereka berkontak dan
juga tidak menyebabkan rasa tidak enak bila diteteskan kemata,
saluran hidung, darah atau jaringan tubuh lainnya. Satu contoh
sediaan farmasu semacam itu adalah larutan natrium klorida
isotonis (Martin.1990).
Perlunya diusahakan kondisi isotonis bagi sebuah larutan
yang dipakai untuk membran yang halus dapat digambarkan
dengan mencampur sedikit darah dengan natrium klorida encer
yang tonisitasnya berbeda-beda. Misalnya saja, bila sedikit darah
didefibrinasi untuk mencegah terjadinya pembekuan dengan
memberinya larutan yang megandung 0,9 gram natrium klorida per
100 ml, sel itu akan tetap berada dalam bentuk normalnya. Larutan
dapat dikatakan mempunyai konsentrasi garam yang sam dengan
tekanan osmotik yang sama dengan konsentrasi garam dan
tekanan osmotik sel darah merah; larutan itu dikatakan isotonis
dengan darah. Jika sel darah disuspensikan dengan lautan natrium
klorida 2% air dalam sel akan keluar melalui membran sel untuk
mengencerkan larutan garam disekeliling sel tersebut sampai
konsentrasi garam dikedua sisi membran eritrosi identik. Keluarnya
air dari dalam sel menyebabkan sel mengerut dan mengecil atau
crenated. Dalam hal seperti ini larutan garam disebut hipertonis
dengan sel darah. Jika darah dicampur dengan natrium klorida 0,2
% atau air suling, air akan memasuki sel darah, akibatnya sel itu
akan membengkan dan pecah dengan membebaskan hemoglobin.
Gejala ini dikenal sebagai peristiwa hemolisis. Larutan garam
lemah atau air ini disebut hipotonis dengan darah (Martin.1990).
B. Uraian bahan
1. Air suling (Ditjen POM.1979)
Namaresmi : Aqua destillata
Nama lain : Aquadest, air suling
RM / BM : H
2
O / 18,02
Rumus struktur :
Pemerian : Cairanjernih, tidakberwarna,
tidakberbau, dantidakberasa
Penyimpanan : Dalamwadahtertutupbaik
Kegunaan : Sebagai pelarut, dan bersifat hipotonik
2. Natriumklorida (Ditjen POM.1979)
Nama resmi : NATRII CHLORIDUM
Nama lain : Natrium klorida
RM / BM : NaCl / 58,44
Rumus struktur :
Pemerian : Hablur heksahedral tidak berwarna atau
serbuk hablur putih; tidak berbau;rasa
asin.
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 air
mendidih dan dalam lebih kurang 10
bagian gliserol P; sukar larut dalam
etanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai bahan bersifat isotonis
3. Glukosa (Ditjen POM.1979)
Nama resmi : Glucosum
Nama lain : Glukosa
RM / BM :

/ 180
Rumus struktur :



Pemerian: Hablur tidak berwarna, serbuk halus atau
butiran putih; tidak berbau; rasa manis.
Kelarutan : mudah larut dalam air; sangat mudah
larut dalam air mendidih;agak sukar larut
dalam etanol (95%) P mendidih; sukar
larut dalam etanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai bahan yang bersifat hipertonis

4. Kentang(Setiadi,2009:31)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta/spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida/Dycotyledonae
OH
CH
2
OH
H
OH
OH O
Subkelas : Asteridae
Ordo : Solanales/Tubiflorae (berumbi)
Famili : Solanaceae (berbunga terompet)
Genus : Solanum
Spesies : Solanum tuberosum
Nama binomial : Solanum tuberosum LINN
C. Prosedur Kerja (Anonim, 2014).
1. Menghitung jumlah bahan pengisotonis yang digunakan
a. Hitunglah banyaknya dextrose yang digunakan agar
isotonis dengan cairan tubuh. Jika akan dibuat larutan
dextrose sebanyak 100 ml.
b. Tentukan tonisitas dari 100 ml larutan glukosa 30%.
c. Buat larutan dibawah ini:
1. Larutan NaCl fisiologis
2. Larutan dextrose isotonis
3. Larutan glukosa 30%
2. Pengamatan terhadap penggunaan larutan isotonis, hipertonis,
dan hipotonis
a. Bersihkan kentang dari kulitnya, potong kentang dengan
ukuran 2 X 1 cm sebanyak 3 potong. Usahakan beratnya
sama.
b. Masukkan kentang kedalam larutan NaCl fisiologis,
larutan glukosa 30% dan aquadest. Biarkan selama 30
menit.
c. Keluarkan dari larutan kemudian letakkan di atas tissue,
kemudian timbang, lalu amati.















BAB III
CARA KERJA
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang dipakai dalam percobaan ini adalah gelas ukur
50 ml, gelas kimia 250 ml, timbangan analitik, pipet tetes,
aluminium foil, pisau, botol semprot, Erlenmeyer 1000 ml, dan
stopwatch.
2. Bahan
Bahan yang dipakai dalam percobaan ini adalah kentang,
larutan glukosa 30%, larutan NaCl 0,9%, aquadest, dan tissue.
B. Cara Kerja
1. Menghitung jumlah bahan pengisotonis yang digunakan
a. Dihitung banyaknya dextrose yang digunakan agar isotonis
dengan cairan tubuh. Jika akan dibuat larutan dextrose
sebanyak 100 ml.
b. Ditentukan tonisitas dari 100 ml larutan glukosa 30%.
c. Dibuat larutan dibawah ini:
1. Larutan NaCl fisiologis
2. Larutan dextrose isotonis
3. Larutan glukosa 30%


2. Pengamatan terhadap penggunaan larutan isotonis, hipertonis,
dan hipotonis
a. Dibersihkan kentang dari kulitnya,
b. Dipotong dengan ukuran 2 X 1 cm sebanyak 3 potong.
Usahakan beratnya sama.
c. Dimasukkan kentang kedalam larutan NaCl fisiologis,
larutan glukosa 30% dan aquadest.
d. Dibiarkan selama 30 menit.
e. Dikeluarkan dari larutan kemudian letakkan di atas tissue,
f. Ditimbang berat kentang, lalu diamati.











BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Menghitung bahan pengisotonis
Larutan isotonis Banyaknya zat (g)
NaCl 0,9 % (500 mL) 4,5 gram
Dextrosa 15 % (250 mL) 37,5 gram
Dextrosa 3 % (250 mL) 7,5 gram

2. Pengamatan Kentang terhadap Larutan



KLP
Berat Kentang (gram)
Sebelum Sesudah
Isotonis Hipotonis Hipertonis Isotonis Hipotonis Hipertonis
1 3,91 3,91 3,91 3,94 4,12 3,45
2 11,15 11,14 11,11 11,13 12,22 10,16
3 4,88 4,86 4,88 4,87 5,03 4,35
4 2,11 2,13 2,19 2,06 2,18 1,83
5 3,86 3,86 3,86 3,82 3,90 3,42

B. Perhitungan
Pembuatan Bahan Pengisotonis :
a. NaCl 0,9%



b. Dextrosa 15 %



c. Dextrosa 3 %





KLP
Penampakan Morfologi
Isotonis Hipotonis Hipertonis
1 Tetap Mengembang Mengerut
2 Tetap Mengembang Mengerut
3 Tetap Mengembang Mengerut
4 Tetap Mengembang Mengerut
5 Tetap Mengembang Mengerut
C. Pembahasan
Tonisitas adalah membandingkan tekanan osmosa antara
dua cairan yang dipisahkan oleh membran semipermeabel. Suatu
larutan dikatakan isotonis terhadap cairan lainnya bial memiliki
tekanan osmosa yang sama. Bila cairan yang satu tekanan
osmosanya lebih tinggi daripada yang lain, maka cairan yang lebih
tinggi dikatakan hipertonis terhadap yang lebih rendah, sebaliknya
cairan yang memiliki tekanan osmosa yang lebih rendah disebut
hipotonis terhadap cairan yang lebih tinggi tekanan osmosanya.
Penurunan titik beku merupakan penurunan titik beku suatu
larutan tergantung pada jumlah bagian-bagian yang terlarut dalam
larutan. Untuk larutan encer penurunan titik beku kira-kira
sebanding dengan tekanan osmosa. Jadi penurunan titik beku
larutan dapat digunakan untuk mengukur kepekatan larutan, karena
makin pekat larutan maka makin tinggi pula penurunan titik
bekunya.
Penurunan titik beku yang dipakai untuk perhitungan
isotonis, berdasarkan anggapan bahwa larutan isotonis mempunyai
titik beku yang sama dengan titik beku cairan tubuh. Sedangkan
penurunan titik beku darah adalah -0,52
o
C.
Hipotonis merupakan larutan yang konsentrasinya rendah
memiliki tekanan osmotik yang rendah. Hipertonis adalah larutan
berkonsentrasi tinggi memiliki tekanan osmotik yang tinggi. Dan
isotonis adalah tekanan osmotik sama (konsentrasi sama maka
antara kedua larutan tidak akan terjadi osmosis).
Dalam percobaan ini digunakan kentang sebagai bahan
sampel pada percobaan larutan isotonis, hipertonis, dan hipotonis.
Untuk mempermudah hasil pengamatan.
Dalam percobaan ini kentang dibersihkan dari kulitnya,
dipotong kentang dengan ukuran 2x1 cm sebanyak 3 potong lalu di
masukkan kentang kedalam larutan NaCl fisiologis, larutan
Dekstrossa 15% dan dekstrosa 3%, kemudian didiamkan selama
30 menit. Setelah itu dikeluarkan larutan tersebut kemudian
diletakkan di atas tissue lalu kemudian ditimbang lalu diamati.
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, kentang
mengalami perubahan. Dari hasil pengamatan dapat kita ketahui
bahwa sel sel kentang mengalami perubahan ukuran. Ada yang
mengalami pertambahan ukuran maupun pengurangan ukuran
sesuai dengan medianya sendiri. Hal ini terjdi kerena sifat larutan
yang hipertonis maupun hipotonis terhadap kentang.
Kentang I yang direndam pada larutan NaCl 0,9%
mengalami penurunan berat namun tidak secara signifikan berat
kentang sebelum di timbang adalahg 4,88 gr setelah di celupkan
pada Nacl bobot kentang sedikit berkurang namun hanya sdikit saja
yaitu 4,87 gr ,keadaan kentang setelah direndam dengan larutan
NaCl 0,9% tidak mengalami perubahan bentuk, hal tersebut terjadi
karena tekanan cairan di luar dan di dalam sel kentang sama
sehingga cairan yang ada di dalam kentang tidak perlu
menyeimbangkan diri dengan keadaan di luar,hal ini di sebut
dengan isotonis.
Kentang II yang direndam dalam larutan Destrosa 3 %
mengalami pertambahan berat yakni dari 4,86 gram menjadi
5,03gram.Hal ini disebabkan Keadaan kentang setelah direndam
menjadi mengembang, karena air akan masuk kembali ke dalam
sel sehingga menjadi mengembang atau hemolisis ,hal itu terjadi
karena tekanan cairan dalam sel kentang lebih tinggi dari
konsentrasi di luar kentang, sehingga untuk menyeimbangkan
dirinya kentang menyerap aquades ke dalam selnya sehingga
terjadilah pengembangan sel dan berat kentang menjadi
bertambah. Peristiwa tersebut dinamakan hipotonis.
kentang III yang direndam didalam larutan destrosa 15 %
mengalami glukosa mengalami perubahan bentuk dan
pengurangan berat pada kentang, berat kentang sebelum direndam
ke dalam larutan glukosa adalah 4,88 gr namun setelah di rendam
beratnya menjadi 4,35 gr ,bentuk kentang menjadi mengkerut
sehingga mengurangi beratnya, kentang mengeluarkan cairan dari
dalam sel sehingga plasma akan mengkerut (krenasi) dan
menyebabkan berat kentang menjadi berkurang , proses
pengkerutan yang terjadi pada kentang di sebabkan karena
pengaruh tekanan osmotik ,tekanan yang terus menurun sehingga
sampai di suatu titik di mana protoplasma sel terlepas dari dinding
sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membran.
Akhirnya cytorrhysis plasma pada seluruh dinding sel terlepas
.Peristiwa tersebut di namakan hipertonis namun, hal itu tidak
bersifat permanen,karena sel yang mengkerut akan kembali
menyesuaikan dirinyadan kembali ke bentuk semula.
Pada praktikum ini digunakan kentang karena pada kentang
terdapat selaput mirip membran semipermeabel yang hanya dapat
dilewati oleh partikel pelarut ,kentang memiliki pori yang besar
sehingga air dapat keluar masuk dengan mudah .Kentang di beri 3
perlakuan dengan merendam kentang pada larutan NaCl 0,9 %
yang digunakan sebagai larutan isotonis dimana larutan tersebut
digunakan sebagai larutan isotonis karena NaCl 0,9% sama
dengan cairan tubuh. Kemudian kentang di rendam pada larutan
glukosa 30% sebagai larutan hipertonis ,glukosa 30% di gunakan
karena memiliki konsentrasi yang lebih tinggi sehingga lebih
mudah melihat perubahan yang terjadi pada kentang,kemudian
kentang direndam pada aquadest yang digunakan sebagai larutan
hipotonis,aquades di gunakan sebagai larutan hipotonis karena
agar lebih mudah terlihat perubahan yang terjadi apabila
konsentrasi larutan yang digunakan lebih rendah dari pada
konsentrasi yang di miliki sel kentang.
Berdasarkan hasil praktikum sesuai dengan literatur
(yazid,2006) yang ada yaitu apabila isotonis berarti tidak
mengalami perubahan bentuk, jika mengalami penambahan berat
maka tidak signifikan. Apabila hipotonis mengalami penambahan
berat dan perubahan bentuk menjadi mengembang atau hemolisis.
Apabila hipertonis maka mengalami pengurangan berat dan terjadi
perubahan bentuk yaitu mengkerut atau krenasi.
Sangat penting seorang farmasist mengetahui tentang
isotonis suatu larutan. Ini disebabkan karena dalam membuat suatu
larutan haruslah isotonis terhadap konsentrasi darah dalam tubuh.
Apabila larutan yang dibuat tidak isotonis akan menimbulkan
bahaya bagi tubuh.
Manfaat tonisitas dalam bidang farmasi yaitu untuk
mengetahui bahwa membrane sel darah merah tidak permeable
terhadap hampir semua obat. Jadi bukan bersifat semipermeabel
sempurna. Sifat tersebut memungkinkan membrane sel darah
merah dapat dilalui bukan saja oleh molekul-molekul air tetapi juga
oleh larutan-larutan lain, misalnya Urea, ammonium klorida, alkohol
dan asam borat.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Larutan NaCl 0,9 % merupakan larutan yang bersifat
isotonis.hal ini ditandai dengan tidak adanya perubahan berat
kentang sebelum dan sesudah direndam didalam kentang,yaitu
tetap 2,9482 gram
2. Larutan Destrosa 3% merupakan larutan yang bersifat
hipotonis.hal ini ditandai dengan adanya pertambahan berat
kentang sebelum dan sesudah direndam didalam kentang,yaitu
dari 2,3440 gram menjadi 2,4772 gram.
3. Larutan destrosa 15 % merupakan larutan yang bersifat
hipertonis. hal ini ditandai dengan adanya penyusutan berat
kentang sebelum dan sesudah direndam didalam kentang,yaitu
dari 2,7720 gram menjadi 2,2746 gram.
B. SARAN
Sebaiknya para praktikan mempersiapkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan praktikum (alat, bahan, dan atribut) dengan baik
dan tidak membuat keributan saat berada di dalam laboratorium.
Diharapkan kepada asisten agar selalu mendampingi praktikan dalam
praktikum untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam melakukan
percobaan.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Penerbit Erlangga : Jakarta.

Ditjen POM.1979. Farmakope Indonesiaedisi III. Jakarta; Depkes RI.

Martin,Alfred.1990.Farmasi Fisika I.Penerbit universitas Indonesia :
Jakarta

Martin, Alfred, dkk. 1993 . Farmasi Fisika: Dasar-dasar farmasi fisika
dalam ilmu farmasetika, diterjemahkan oleh Yoshita , edisi III , jilid II.
Jakarta; penerbit UI.

Oxtoby, dkk.Prinsip prinsip Kimia Modern.Erlangga: Jakarta. 2001

Petrucci, Ralp Suminar. 1985. Kimia Dasar. Erlangga: Jakarta.

Scovilles.1895.The art of compounding:united state of america.Tim
penerbit UNHAS
Yazid, Estein, 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis.Penerbit Andi :
Yogyakarta.











B ersihkan kentang


P otong kentang sebanyak 3
potong


K entang

K entang

K entang

L arutan NaCl
0,9%

L arutan
Dekstrosa
30%

Larutan
Dekstrosa 3%

Diamkan selama 30
30
men it

A mati perubahan

SKEMA KERJA























LABORATORIM FARMASEUTIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN PRATIKUM
TONISITAS








OLEH :
NAMA : NOVITA RISKI AMALIA S
STAMBUK : 15020130080
KELAS : 2.3
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN : VINDI VEBRIANY TUNA

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2014

Anda mungkin juga menyukai