Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap zat kimia memiliki sifat-sifat yang khas yang dapat dibagi
menjadi beberapa bagian yang luas. Di antaranya yaitu ada yang
disebut dengan sifat intensif dan sifat ekstensif. Yang dimaksud
dengan sifat intensif adalah sifat yang tidak tergantung dari ukuran
sampel, sedangkan yang dimaksud dengan sifat ekstensif adalah sifat
yang tergantung dari ukuran sampel.
Salah satu dari sifat intensif yaitu densitas. Densitas atau yang
biasa juga disebut dengan massa jenis, bobot jenis, atau kerapatan
zat merupakan karakteristik mendasar yang dimiliki oleh suatu zat.
Kerapatan suatu zat merupakan hasil perbandingan antara massa
suatu sampel dalam satuan gram dengan volume dari sampel tersebut
dalam satuan milliliter, sehingga satuan dari densitas adalah g/mL.
Massa jenis suatu benda bersifat tetap, artinya jika ukuran dan
bentuk benda diubah, massa jenis benda tidak berubah. Untuk
menentukan massa benda dapat dilakukan dengan menimbang benda
tersebut dengan timbangan yang sesuai, seperti neraca analitik atau
yang lainnya.


Dewasa ini telah banyak alat yang dibuat untuk memudahkan
kita dalam mengukur bobot jenis dan kerapatan zat. Bobot jenis zat
dapat diukur dengan menggunakan berbagai jenis alat ukur salah
satunya piknometer. Dengan menggunakan piknometer, kita dapat
melihat perbedaan hasil akhir bobot jenis dan massa jenis suatu zat.
Alat piknometer ini, dipengaruhi oleh sifat larutan, pH dan pengaruh
temperatur.
Di antara sifat-sifat yang dimiliki oleh zat,salah satu sifat yang
paling berpengaruh terhadap bioavailabilitas dari sediaan farmasi
adalah bobot jenis dan rapat jenisnya. Cara penentuan bobot jenis
sangat penting diketahui oleh seorang farmasis karena tiap larutan
mempunyai bobot jenis dan rapat jenis yang berlainan sehingga
dalam penggunaan setiap zat dapat diidentifikasikan secara kualitatif
yang sangat erat hubungannya dengan massa dan volumenya.
Di samping itu, dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka
akan mempermudah dalam memformulasi obat. Karena dengan
mengetahui bobot jenisnya maka kita dapat menentukan apakah
suatu zat dapat bercampur atau tidak dengan zat lainnya.
Dibidang farmasi bobot jenis digunakan untuk mengetahui
kekentalan suatu zat cair. Selain itu digunakan untuk mengetahui
kemurnian suatu zat dengan menghitung berat jenisnya, kemudian
dibandingkan dengan teori yang ada, jika berat jenisnya mendekati
maka dapat dikatakan zat tersebut memiliki kemurnian yang tinggi.
B. Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara-cara penentuan bobot jenis
dan kerapatan suatu larutan tertentu dengan menggunakan metode
tertentu.
C. Tujuan Percobaan
1. Menentukan bobot jenis zat cair yaitu sirup ABC, sirup DHT, sirup
Freiss, sirup Marjan, Pocari Sweat, dan parafin cair.
2. Menentukan kerapatan suatu padatan.















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Keadaan bahan secara keseluruhan secara mudah dapat
dibagi menjadi zat padat dan fluida. Zat padat cenderung tegar dan
mempertahankan bentuknya, sementara fluida tidak mempertahankan
bentuknya tetapi mengalir. Fluida meliputi cairan, yang mengalir di
bawah pengaruh gravitasi sampai menempati daerah terendah yang
mungkin dari penampungnya, dan gas, yang mengembang mengisi
penampungnya tanpa peduli bentuknya. Perbedaan antara zat padat
dan cairan tidak tajam. Walaupun es dianggap sebagai zat padat,
aliran sungai es sangat dikenal. Demikian pula kaca dan bahkan batu
di bawah tekanan yang besar, cenderung mengalir sedikit untuk
periode waktu yang panjang (Petrucci, 1999).
Bobot jenis adalah konstanta atau tetapan bahan yang
bergantung pada suhu unutuk padat, cair, dan bentuk gas yang
homogen. Didefinisikan sebagai hubungan dari massa suatu bahan
terhadap volumenya. Atau bobot jenis adalah suatu karakteristik
bahan yang penting yang digunakan untuk pengujian identitas dan
kemurnian dari bahan obat dan bahan pembantu, terutama dari cairan
dan zat-zat bersifat seperti malam (Voigt, 1994).
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat
dibanding dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya 25
o
C).
Rapat jenis (specific gravity) adalah perbandingan antara bobot jenis
suatu zat pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai 25
o
/25
o
,
25
o
/4
o
, 4
o
,4
o
). Untuk bidang farmasi biasanya 25
o
/25
o
(Tim asisten
UNHAS, 2008).
Kerapatan atau densitas adalah massa per satuan. Satuan
umumnya adalah kilogram per meter kubik, atau
ungkapan yang umum, gram per sentimeter kubik, atau gram per
milliliter. Pernyataan awal mengenai kerapatan adalah bobot jenis.
Satuannya sudah kuno dan sebaiknya tidak dipakai lagi. Penjelasan
berikut diberikan sebagai petunjuk. (Brescia dkk., 1975).
Penentuan bobot jenis berlangsung dengan pikonometer,
Areometer, timbangan hidrostatis (timbangan Mohr-Westphal) dan
cara manometeris. Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi, penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan, dan
kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada perbandingan bobot zat di
udara pada suhu 25
0
terhadap bobot air dengan volume dan suhu
yang sama. Bila suhu ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah
perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang ditetapkan terhadap
bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila pada suhu 25
0
C
zat berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah
tertera pada masing-masing monografi, dan mengacu pada air yang
tetap pada suhu 25
0
C (Voigt, 1994).
Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut
cairan, zat padat, dan air merupakan pilihan yang tepat untuk
digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah
dimurnikan. (Ansel, 1989).
Menurut defenisi, rapat jenis adalah perbandingan yang
dinyatakan dalam desimal, dari berat suatu zat terhadap berat dari
standar dalam volume yang sama kedua zat mempunyai temperatur
yang sama atau temperatur yang telah diketahui. Air digunakan untuk
standar untuk zat cair dan padat, hidrogen atau udara untuk gas.
Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan,
zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan
sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan
(Lachman, 1994).
Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis adalah bilangan murni
atau tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan
menggunakan rumus yang cocok. Bobot jenis untuk penggunaan
praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari
suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada suhu 4
0
C atau
temperatur lain yang telah ditentukan (Ansel, 1989).
Kerapatan partikel, karena partikel bisa keras dan lembut dalam
satu hal dan kasar serta berpori dalam hal lainnya, seseorang harus
menyatakan kerapatan dengan hati-hati. Kerapatan partikel secara
umum didefinisikan sebagai berat per satuan volume, kesulitan timbul
bila seseorang mencoba untuk menentukan volume dan partikel yang
mengandung retakan-retakan mikroskopis pori-pori dalam ruang
kapiler (Martin, 1993).
Untuk mudahnya, bisa didefinisikan tiga tipe kerapatan, yaitu
(Martin, 1993):
1. Kerapatan sebenarnya dari bahan itu sendiri, tidak termasuk
rongga-rongga dan pori-pori di dalam partikel yang lebih besar
dari dimensi molekuler atau dimensi atomis dalam kisi-kisi kristal.
2. Kerapatan granul, seperti ditentukan oleh perpindahan tempat dari
air raksa, yang tidak mempenetrasi pada tekanan biasa ke dalam
pori-pori yang lebih kecil sekitar 10 mili micron.
3. Kerapatan bulk, seperti ditentukan dari volume bulk dan berat
suatu serbuk kering dalam sebuah gelas ukur.
Kerapatan sebenarnya adalah kerapatan dari bahan padat
yang nyata (sebenarnya). Metode untuk menentukan kerapatan
padatan tidak berpori dengan pemindahan cairan di mana padatan
tersebut tidak larut ditemukan dalam buku-buku farmasi umum. Jika
bahan berpori seperti halnya kebanyakan serbuk-serbuk, kerapatan
sebenarnya dapat ditentukan dengan menggunakan densitometer
helium (Martin, 1993).
Kerapatan granul bisa ditentukan dengan suatu metode yang
serupa dengan metode pemindahan cairan. Digunakan air raksa,
karena air raksa mengisi ruang-ruang kosong tetapi tidak berpenetrasi
ke dalam pori-pori dalam dari partikel. Kerapatan bulk didefinisikan
sebagai massa dari suatu serbuk dibagi dengan volume bulk (Martin,
1993).
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam
bobot jenis yaitu (Lachman, L., 1994) :
1. Bobot jenis sejati
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk ronggga
yang terbuka dan tertutup.
2. Bobot jenis nyata
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang
terbuka, tetapi termasuk pori yang tertutup.
3. Bobot jenis efektif
Massa parikel dibagi volume partikel termausk pori yang tebuka
dan tertutup.
Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias).
Kerapatan relatif merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat
digunakan untuk pemeriksan konsentrasi dan kemurniaan senyawa
aktif, senyawa bantu dan sediaan farmasi. (Voigt, 1994).
Metode penentuan untuk cairan (Roth, Hermann J dan Gottfried
Blaschke, 1988) :
1. Metode Piknometer
Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan
penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan
wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian
metode piknometer akan bertambah hingga mencapai
keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume piknometer.
Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.
2. Metode Neraca Hidrostatik
Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu suatu benda
yang dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar
berat volume cairan yang terdesak.
3. Metode Neraca Mohr-Westphal
Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok timbangan
yang ditoreh menjadi 10 bagian sama dan disitimbangkan dengan
bobot lawan. Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca
Mohr-Westphal adalah penggunan waktu yang singkat dan mudah
dlaksanakan.
4. Metode areometer
Penentuan kerapatan dengan areometer berskala (timbangan
benam, sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya
tabung gelas tercelup yang sepihak diberati dan pada kedua ujung
ditutup dengan pelelehan.




B. Uraian Bahan
1. Asam Borat (Ditjen POM 1979 : 49)
Nama resmi : ACIDIUM BORICUM
Nama lain : Asam Borat
RM / BM : C
3
BO
3
/ 61,83
Kerapatan : 1,435 g/mL
Pemerian : Hablur halus dan ringan, tidak berwarna, tidak
berbau.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 350 bagian air,
dalam lebih kurang 3 bagian etanol (95%) P,
dalam 8 bagian kloroform P dan dalam 3
bagian eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel percobaan kerapatan
2. Alkohol (Ditjen POM 1979 : 65)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol / Alkohol
RM / BM : C
2
H
5
OH / 46,07
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap,
dan mudah bergerak; bau khas; rasa panas.
Mudah terbakar dengan memberikan nayala
biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam
kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya; di tempat sejuk, jauh dari nyala api.
Kegunaan : sebagai penghilang lemak dan mempercepat
pengeringan piknometer
3. Air Suling (Ditjen POM 1979 : 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air Suling
RM / BM : H
2
O / 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : untuk membersihkan piknometer sebelum
dikeringkan dengan alkohol
4. Parafin Cair (Ditjen POM 1979 : 474)
Nama resmi : PARAFFINUM LIQUIDUM
Nama lain : Parafin Cair
Pemerian : cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi,
tidak berwarna, hamper tidak berbau, hamper
tidak mempunyai rasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol
(95%) P; larut dalam kloroform P dan dalam
eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya.
Kegunaan : Sebagai sampel dan penghilang pori tertutup
5. Komposisi Sirup ABC
Gula, air, perisa cocpandan, pengawet natrium benzoate,
pengatur keasaman, sari kelapa, sari pandan, pewarna ponceau 4
R Cl 16255 dan tartrazin Cl 19140.
6. Komposisi Sirup DHT
Gula pasir, air, pewarna ponceau, perasa pisang ambon.
7. Komposisi Sirup Freiss
Air, gula, pengatur keasaman, perisa artificial jeruk
(mengandung antioksidan BHA), pemanis buatan, natrium siklamat
0,08% minimum siap saji (ADI 0-11 mg/kg berat badan), sukraiosa
0,003% minimum siap saji (ADI 0-15 mL/kg berat badan), penstabil
(natrium karboksimetil selulosa), pengawet (natrium benzoat),
garam, pewarna makanan (kuning FCF Cl 15985, tartrazin Cl
19140), sari buah jeruk 0,01%.
8. Komposisi Sirup Marjan
Gula pasir, air, konsentrat melon, pengatur keasaman asam
sitrat, perisa melon, pewarna (Tartrazin (CI 19140) & Biru berlian
(CI 42090)).
9. Komposisi Pocari Sweat
Air, gula, pengatur keasaman, perisa sitrus, natrium klorida,
kalium klorida, kalsium laktat, magnesium karbonat, dan
antioksidan asam askorbat.
C. Prosedur Kerja
1. Menentukan Kerapatan Bulk
a. Timbang asam borat sebanyak 10 g, kemudian masukkan
kedalam gelas ukur 50 mL
b. Ukur volume zat padat
c. Hitung kerapatan bulk menggunakan persamaan




2. Menentukan Kerapatan Mampat
a. Timbang zat padat sebanyak 10 gram
b. Masukkan kedalam gelas ukur
c. Ketuk sebanyak 100 kali ketakutan
d. Ukur volume yang terbentuk
e. Hitung kerapatan mampat dengan persamaan
Bobot Zat Padat (g)
Kerapatan Bulk =
Volume Bulk (mL)



3. Menentuan Kerapatan Sejati
a. Timbang piknometer yang bersih dan kering bersama tutupnya
(W1)
b. Isi piknometer dengan zat padat kira-kira mengisi 2/3 bagian
volumenya. Timbang piknometer berisi zat padat beserta
tutupnya (W3)
c. Isikan parafin cair perlahan-lahan ke dalam piknometer berisi
zat padat, kocok-kocok, dan isi sampai penuh sehingga tidak
ada gelembung udara di dalamnya
d. Timbang piknometer berisi zat padat dan parafin cair tersebut
beseta tutupnya (W4)
e. Bersihkan piknometer dan isi penuh dengan parafin cair hingga
tidak ada gelembung didalamnya.
f. Timbang piknometer berisi penuh parafin cair dan tutupnya
(W2)
g. Hitung kerapatan zat menggunakan persamaan




Bobot Zat Padat (g)
Kerapatan Mampat =
Volume Mampat (mL)
(W3-W1)
Ppadatan =
(W2-W1)-(W4-W3)
4. Menentukan Bobot Jenis Cairan
a. Gunakan piknometer yang bersih dan kering
b. Timbang piknometer kososng (W1), lalu isi dengan air suling,
bagian luar piknometer dilap sampai kering dan ditimbang
(W2)
c. Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan
cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama
pada saat pengukuran air suling, dan timbang (W3)
d. Hitung bobot jenis cairan menggunakan persamaan














W3-W1
Dt =
W2-W1
BAB III
METODE KERJA
A. Alat
Alat yang digunakan selama praktikum, yaitu Corong, Gelas
Ukur 50 mL, Pipet Tetes, Piknometer 25 mL, Timbangan Analitik, dan
Tap Density Tester.
B. Bahan
Bahan yang digunakan selama praktikum, yaitu Asam Borat,
Alkohol, Air suling, Parafin cair, Sirup ABC, Sirup DHT, Sirup Freiss,
Sirup Marjan, Pocari Sweat, dan Tissu.
C. Cara Kerja
1. Menentukan Kerapatan Bulk
a. Ditimbang Asam Borat sebanyak kurang lebih 10 g.
b. Dimasukkan ke dalam gelas ukur.
c. Diukur volume Asam Borat.
d. Ditentukan kerapatan bulk dengan menghitung perbandingan
antara berat Asam Borat dengan volume Asam Borat.
2. Menentukan Kerapatan Mampat
a. Ditimbang Asam Borat sebanyak kurang lebih 10 g.
b. Dimasukkan ke dalam gelas ukur.
c. Diketuk sebanyak 100 kali ketukan menggunakan alat tap
density tester.
d. Diukur volume Asam Borat.
e. Ditentukan kerapatan mampat dengan menghitung
perbandingan antara berat Asam Borat dengan volume Asam
Borat setelah dimampatkan.
3. Menentukan Kerapatan Sejati
a. Ditimbang piknometer kosong yang sebelumnya telah
dibersihkan dengan air suling dan alkohol dan dikeringkan
beserta tutupnya.
b. Diisi piknometer dengan paraffin cair hingga penuh dan tidak
ada rongga udara di dalamnya, kemudian ditimbang.
c. Dibersihkan piknometer dengan air suling dan alcohol lalu
dikeringkan beserta tutupnya.
d. Dimasukkan Asam Borat sebanyak kurang lebih 10 g ke dalam
piknometer, kemudian ditimbang.
e. Dimasukkan paraffin cair secara perlahan-lahan ke dalam
piknometer tersebut hingga penuh, dikocok-kocok hingga tidak
ada lagi rongga udara di dalamnya, kemudian ditimbang pada
suhu 25
o
C.
f. Ditentukan berat parafin pada suhu 25
o
C dengan menghitung
selisih antara berat piknometer yang berisi paraffin cair dengan
berat piknometer kosong.
g. Ditentukan berat asam borat dengan menghitung selisih antara
berat parafin cair pada suhu 25
o
C dengan berat piknometer
kosong.
h. Ditentukan berat Asam Borat dan parafin dengan menghitung
selisih antara berat piknometer berisi asam borat dan paraffin
cair pada suhu 25
o
C dengan berat piknometer kosong.
i. Ditentukan berat parafin yang digantikan dengan menghitung
selisih antara berat parafin pada suhu 25
o
C dengan berat asam
borat dan selisihnya dengan berat sampel parafin
j. Ditentukan volume asam borat dengan menghitung
perbandingan antara berat paraffin yang digantikan dengan
bobot jenis paraffin cair.
k. Ditentukan kerapatan sejatinya dengan menghitung
perbandingan antara berat asam borat dengan volume asam
borat.
4. Menentukan Bobot Jenis Cairan
a. Ditimbang piknometer kosong yang sebelumnya telah
dibersihkan dengan air suling dan alkohol dan dikeringkan
beserta tutupnya
b. Masukkan parafin cair kedalam piknometer hingga penuh dan
tidak ada lagi rongga udara didalamnya
c. Ditimbang piknometer berisi parafin beserta tutupnya
d. Ditentukan berat parafin dengan selisih antara berat piknometer
berisi parafin cair dengan piknometer kosong
e. Ditentukan bobot jenis parafin dengan menghitung
perbandingan antara berat parafin dengan volume piknometer
f. Diulangi percobaan untuk sampel sirup ABC, sirup DHT, sirup
Freiss, sirup Marjan, dan Pocari Sweat.
















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Hasil Pengamatan
1. Tabel Hasil Pengamatan Bobot Jenis
Sampel Bobot Jenis (g/mL)
Sirup ABC 1,42
Sirup Marjan 0,74
Pocari Sweat 0,99
Sirup Freiss 1,09
Sirup DHT 1,35
Parafin cair 0,99

2. Tabel Hasil Pengamatan Kerapatan
Kelompok
Kerapatan Bulk
(g/mL)
Kerapatan
Mampat (g/mL)
Kerapatan Sejati
(g/mL)
I 0,90 1,00 1,78
II 0,83 0,91 1,72
III 0,83 0,91 1,76
IV 0,83 0,91 1,82
V 0,77 0,90 1,55






B. Perhitungan
1. Perhitungan Bobot Jenis
Rumus :



a. Sirup ABC
Dt = W3-W1
Volume piknometer
= 46,96-11,28
25
= 1,42 g/mL
b. Sirup DHT
Dt = W3-W1
Volume piknometer
= 55,00-22,03
25
= 1,31 g/mL




W3-W1
Dt =
W2-W1
c. Sirup Freiss
Dt = W3-W1
Volume piknometer
= 50,59-23,32
25
= 1,09 g/mL
d. Sirup Marjan
Dt = W3-W1
Volume piknometer
= 49,17-30,62
25
= 0,74 g/mL
e. Pocari Sweat
Dt = W3-W1
Volume piknometer
= 46,50-21,53
25
= 0,99 g/mL





2. Perhitungan Kerapatan Bulk
Rumus :



Kerapatan Bulk = 10 g
12 mL
= 0,83 g/mL
3. Perhitungan Kerapatan Mampat
Rumus :




Kerapatan Mampat = 10 g
11 mL
= 0,91 g/mL
4. Perhitungan Kerapatan Sejati
Rumus :




Bobot Zat Padat (g)
Kerapatan Bulk =
Volume Bulk (mL)
Bobot Zat Padat (g)
Kerapatan Mampat =
Volume mampat (mL)
W3-W1
Ppadatan =
(W2-W1)-(W4-W3)
Keterangan :
a. Berat piknometer kosong a/(W1) = 21,53 g
b. Berat Piknometer + paraffin b/(W2) = 41,81 g
c. Berat piknometer + sampel c/(W3) = 31,15 g
d. Berat piknometer + sampel + paraffin d/(W4) = 45,98 g
e. Berat parafin (b-a=e) = 41,81 - 21,53 = 20,28 g
f. Berat sampel (c-a=f) = 31,15-21,53 = 9,61 g
g. Sampel + parafin (d-a=g) = 45,98 21,53 = 24,44 g
h. Berat paraffin yang digantikan oleh sampel (g-(e-f)=h)= 13,77 g
i. Volume sampel (i) = h
Bobot Jenis Parafin
= 13,77
41,81-21,53
25
= 13,77
0,81
= 17 mL
j. Kerapatan sejati F = 9,61 = 0,56 g/mL
I 17




Atau dengan rumus :
Ppadatan = W3-W1
(W2-W1)-(W4-W3)
= 31,51-21,53
(41,81-21,53) (45,98-31,15)
= 9,61
20,28-14,83
= 9,61
5,45
= 1,76 g/mL
C. Pembahasan
Bobot jenis (specific gravity) adalah rasio bobot suatu zat terhadap
bobot zat baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan
dinyatakan dalam bentuk decimal. Bobot jenis menyatakan hubungan
antara bobot suatu zat terhadap bobot suatu zat baku. Kerapatan (density)
adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume.
Kerapatan juga merupakan turunan besaran karena menyangkut massa
dan volume.
Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau
cairan digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan
dalam menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan
kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat
pula diketahui tingkat kelarutan/daya larut suatu zat.
Alat yang digunakan pada percobaan penentuan bobot jenis dan
kerapatan sejati adalah piknometer, sedangkan untuk kerapatan bulk
hanya menggunakan gelas ukur, dan untuk kerapatan mampat
menggunakan alat tap density pada saat proses pengetukan. Yang
menjadi sampel dalam percoaan ini adalah asam borat, paraffin cair, sirup
Freiss, sirup DHT, sirup ABC, dan sirup Marjan. Pada percobaan ini zat
cair yang digunakan pada percobaan menentukan kerapatan sejati adalah
paraffin cair agar pada saat dicampurkan dengan asam borat, asam borat
ini tidak larut dalam paraffin dan tidak menguap.
Untuk melakukan percobaan penetapan bobot jenis, piknometer
dibersihkan dengan menggunakan air suling hingga kering. Jika masih
terdapat air dalam piknometer maka akan mempengaruhi hasil
penimbangan piknometer kosong, yang akhirnya juga mempengaruhi nilai
bobot jenis sampel. Piknometer dibersihkan dengan menggunakan air
suling dan alkohol, kemudian dikeringkan. Digunakan alohol agar dapat
mempercepat proses pengeringan, karena alkohol sifatnya mudah
menguap. Piknometer yang telah dibersihkan tidak boleh tersentuh
langsung dengan tangan karena dapat mempengaruhi hasil penimbangan
piknometer kosong, yang akhirnya juga mempengaruhi nilai bobot jenis
sampel. Setelah kering piknometer ditimbang pada timbangan digital
dalam keadaan kosong beserta tutupnya. Setelah ditimbang, piknometer
lalu diisikan dengan sampel hingga penuh dan tidak ada lagi gelembung
udara di dalamnya. Setelah penuh, piknometer dibersihkan dengan tissue
hingga bersih kemudian ditimbang.
Adapun keuntungan dari penentuan bobot jenis dengan
menggunakan piknometer adalah mudah dalam pengerjaan. Sedangkan
kerugiannya yaitu berkaitan dengan ketelitian dalam penimbangan. Jika
proses penimbangan tidak teliti maka hasil yang diperoleh tidak sesuai
dengan hasil yang ditetapkan literatur.
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh hasil perhitungannya
yaitu bobot jenis dari sirup Freiss 1,0919 g/ml, bobot jenis paraffin 0,7948
g/ml, bobot jenis sirup DHT 1,2979 g/ml, bobot jenis sirup ABC 0,5668
g/ml, dan sirup Marjan 1,3522 g/ml.
Pada percobaan penentuan kerapatan zat, bahan yang dipakai
yaitu asam borat sebanyak kurang lebih 10 g. Percobaan kali ini dilakukan
untuk menentukan kerapatan bulk, mampat dan kerapatan sejati.
Pada kerapatan bulk, zat yang telah ditimbang massanya
kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur untuk mengukur volume
bulknya. Selanjutnya dihitung kerapatan bulk.
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh hasil perhitungan, yaitu
kerapatan bulk untuk sampel asam borat dengan berat asam borat
10,0040 g dan volumenya 10,1 ml adalah 0,9904 g/ml; kerapatan bulk
untuk sampel asam borat dengan berat asam borat 10,0041 g dan
volumenya 11 ml adalah 0,9090 g/ml; kerapatan bulk untuk sampel asam
borat dengan berat asam borat 10,0011 g dan volumenya 12 ml adalah
0,8334 g/ml; kerapatan bulk untuk sampel asam borat dengan berat asam
borat 10,0014 g dan volumenya 12 ml adalah 0,8334g/ml; dan kerapatan
bulk untuk sampel asam borat dengan berat asam borat 10,0016 g dan
volumenya 12,5 ml adalah 0,8001 gr/ml.
Pada kerapatan mampat, zat yang telah ditimbang massanya
kemudian dimasukkan ke gelas ukur, kemudian gelas ukur diketuk
sebanyak 100 ketukan menggunakan alat tap density tester hingga zat
yang ada di dalam gelas ukur menjadi mampat, kemudian diukur volume
mampatnya. Selanjutnya dihitung kerapatan mampat.
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh hasil perhitungan, yaitu
kerapatan mampat untuk sampel asam borat dengan berat asam borat
10,0040 g dan volume mampatnyanya 10 ml adalah 1,0040 g/ml;
kerapatan mampat untuk sampel asam borat dengan berat asam borat
10,0041 g dan volume mampatnyanya 9,8 ml adalah 1,0200 g/ml;
kerapatan mampat untuk sampel asam borat dengan berat asam borat
10,0011 g dan volume mampatnyanya 11 ml adalah 0,9092 g/ml;
kerapatan mampat untuk sampel asam borat dengan berat asam borat
10,0014 g dan volume mampatnyanya 11 ml adalah 0,9092 g/ml; dan
kerapatan mampat untuk sampel asam borat dengan berat asam borat
10,0016 g dan volume mampatnyanya 11,5 ml adalah 0,8697 g/ml.
Untuk kerapatan sejati, ditimbang piknometer kosong yang telah
dibersihkan sebelumnya, setelah itu dimasukkan paraffin hingga penuh
dan tidak ada lagi rongga udara di dalamnya. Setelah terisi penuh,
piknometer berisi paraffin ditimbang beserta tutupnya. Setelah selesai,
piknometer kemudian dibersihkan dan dikeringkan kemudian diisi dengan
asam borat sebanyak 2/3 bagian volume piknometer. Lalu piknometer
yang berisi asam borat tersebut ditimbang. Setelah ditimbang, isi
piknometer tersebut dengan paraffin hingga penuh. Kocok-kocok
piknometer tersebut agar tidak ada lagi rongga udara di dalamnya.
Setelah itu, piknometer yang berisi asam borat dan paraffin ditimbang, dan
selanjutnya dihitung kerapatan sejatinya.
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh hasil perhitungan, yaitu
kerapatan sejati dari asam borat adalah 0,4521 g/ml. Berdasarkan
literatur, kerapatan asam borat adalah 1,435 g/ml. Jika dibandingkan
antara hasil yang diperoleh dengan literatur, selisih perbedaannya yaitu
0,9829 g/ml.
Adapun beberapa faktor kesalahan yang bias saja terjadi selama
praktikum sehingga dapat mempengaruhi hasil akhir dari percobaan,
yaitu:
1. Kesalahan pembacaan skala pada alat.
2. Cairan yang digunakan sudah tidak murni lagi sehingga
mempengaruhi bobot jenisnya.
3. Pengaruh suhu dari pemegang alat, juga berpengaruh pada alat.
4. Kesalahan-kesalahan praktikan seperti tidak sengaja memegang
piknometer.
5. Terdapat gelembung atu titik air dalam piknomter sebelum ditimbang.




















BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini,
yaitu:
1. Hasil perhitungan bobot jenis dari beberapa sampel:
Sampel Bobot Jenis (g/ml)
Sirup Freiss 1,0919
Paraffin 0,7948
Sirup DHT 1,2979
Sirup ABC 0,5668
Sirup Marjan 1,3522

Jadi, sampel yang memiliki bobot jenis paling besar adalah sirup
marjan dan yang paling kecil adalah sirup ABC.
2. Hasil perhitungan kerapatan bulk:
Kelompok
Berat Asam
Borat (g)
Volume
Asam Borat
(ml)
Kerapatan Bulk
(g/ml)
I 10,0040 10,1 0,9904
II 10,0041 11 0,9090
III 10,0011 12 0,8334
IV 10,0014 12 0,8334
V 10,0016 12,5 0,8001



3. Hasil perhitungan kerapatan mampat:
Kelompok
Berat
Asam Borat
(g)
Volume Asam
Borat
Setelah
dimampatkan (ml)
Kerapatan
Mampat (g/ml)
I 10,0040 10 1,0040
II 10,0041 9,8 1,0200
III 10,0011 11 0,9092
IV 10,0014 11 0,9092
V 10,0016 11,5 0,8697

4. Hasil perhitungan kerapatan sejati untuk sampel asam borat yaitu
0,4521 g/ml.
B. Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan selama
percobaan,yaitu:
1. Sebaiknya sebelum praktikum, di harapkan alat-alat dan bahan-
bahan sudah tersedia dengan baik.
2. Sebaiknya kita para praktikan harus lebih fokus dan berhati-hati
dalam menggunakan alat-alat yang digunakan agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Sebaiknya selama praktikum berlangsung, praktikan baiknya lebih
berhati-hati dan teliti untuk memperkecil faktor kesalahan yang
bias saja terjadi dan agar hasil pengukuran yang diperoleh lebih
baik.





















DAFTAR PUSTAKA

Ansel H.C. 1989. Pengenatar Bentuk Sediaan Farmasi Terjemahan
Faridah Ibrahim. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Brescia, Arents dan Meislich, 1975, Fundamental Chemistry, New York.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.

Lachman, L. dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri II Edisi III
diterjemahkan oleh Siti suyatmi. Jakarta: UI Press.

Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisika. Jakarta: UI Press.

Petrucci R . H. 1999. Kimia Dasar Prinsip dan Teori Modern. Jakarta:
Erlangga

Roth, Hermann J dan Gottfried Blaschke. 1988. Analisis Farmasi.
Yogyakarta: UGM-Press.

Tim asisten. 2008. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Makassar:
Jurusan Farmasi UNHAS.

Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V. Yogyakarta:
UGM-Press.











LAMPIRAN












SKEMA KERJA
A. Menentukan Bobot Jenis Cairan






Siapkan alat dan bahan
Bersihkan dan keringkan
piknometer dan tutupnya
Timbang piknometer kosong
dan tutupnya
Masukkan sampel yang akan dihitung bobot
jenisnya hingga penuh
Timbang piknometer berisi sampel
dan tutupnya
Hitung bobot jenis sampel dengan
rumus


B. Menentukan Kerapatan Bulk

C. Menentukan Kerapatan Mampat
Siapkan alat dan bahan
Timbang 10 g asam borat dengan
timbangan digital
Masukkan ke dalam gelas ukur
Hitung kerapatan bulk dengan
rumus


D. Menentukan Kerapatan Sejati
Siapkan alat dan bahan
Timbang 10 g asam borat dengan
timbangan digital
Masukkan ke dalam gelas ukur
Ketuk dengan alat tap density
tester sebanyak 100 ketukan
Hitung kerapatan mampat dengan
rumus

Siapkan alat dan bahan
Timbang piknometer yang bersih dan kering beserta tutupnya
Masukkan paraffin cair ke dalam
piknometer hingga penuh dan tidak ada
rongga udara di dalamnya
Masukkan asam borat ke dalam piknometer
sebanyak 2/3 bagian volume piknometer
Timbang piknometer yang berisi paraffin
cair dan tutupnya
Bersihkan dan keringkan
piknometer
Timbang piknometer yang berisi asam
borat dan tutupnya
Masukkan paraffin cair ke dalam piknometer hingga
penuh dan tidak ada rongga udara di dalamnya
Timbang piknometer yang berisi asam
borat, paraffin, dan tutupnya
Hitung kerapatan sejati dengan rumus

Anda mungkin juga menyukai