Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA
Kelompok 4

Shift A4

Kamis 07.00-10.00

Disusun Oleh:
Yasmin Fatinah 260110160031 (Pembahasan )
Astrina Fuji N. 260110160032 (Metode)
Yulin Prisdiany 260110160033 (Abstrak)
Maratul Mahdiyyah 260110160034 (Perhitungan dan Grafik)
Naomi Fenty 260110160036 (Kesimpulan)
Ziyad Aslam G 260110160035 (Pembahasan)
Ira Maya 260110160037 (Perhitungan dan Grafik)
Felia Rizka S. 260110160038 (Perhitungan dan Grafik)
Hilallya Maurizka 260110160039 (Pendahuluan)
Idzni Rusydina E. 260110160040 (Editor)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2016
ABSTRAK

Larutan dapat didefinisikan sebagai campuran homogen dua zat atau lebih
yang saling melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat
dibedakan lagi secara fisik. Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut. Larutan
juga terbagi menjadi larutan jenuh dan larutan tidak jenuh. Larutan jenuh adalah
suatu larutan yang zat terlarutnya berada dalam kesetimbangan dengan fase padat
(zat terlarut). Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang
mengandung zat terlarut dalam konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan
sempurna pada temperatur tertentu. Suatu obat harus mempunyai kelarutan dalam
air agar manjur secara terapi sehingga obat masuk ke sistem sirkulasi dan
menghasilkan suatu efek terapeutik. Senyawa-senyawa yang tidak larut seringkali
menunjukkan absorbsi yang tidak sempurna. Kelarutan sendiri dapat diartikan
sebagai sejumlah zat terlarut yang dapat larut dalam jumlah pelarut tertentu pada
temperatur tertentu. Dalam larutan, zat terlarut adalah zat yang larut, dan pelarut
adalah zat yang tidak larut ke dalamnya. Untuk pelarut tertentu, beberapa zat
terlarut memiliki kelarutanlebih besar daripada yang lain.Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi kelarutan adalah pengadukan, suhu, luas permukaan,
viskositas, ukuran partikel, pH larutan, dan polimerfisme.
Kata kunci: Larutan, larutan jenuh, larutan tak jenuh, kelarutan

ABSTRACT

The solution can be defined as a homogeneous mixture of two or more substances


that dissolve each other and each constituent substance indistinguishable
physically. The solution consists of the solute and solvent. The solution is also
divided into a saturated solution and the solution is not saturated. Saturated
solution is a solution of the solute is in equilibrium with the solid phase (solute).
The solution is not saturated or nearly saturated is a solution containing dissolved
substances in the concentrations needed to perfect saturation at a given
temperature. A drug must have a solubility in water that is therapeutically
efficacious drugs that enter the circulatory system and produce a therapeutic
effect. The compounds that are insoluble often show incomplete absorption.
Solubility itself can be defined as the amount of a solute that can be dissolved in a
certain amount of solvent at a given temperature. In solution, the solute is a
substance that is soluble, and the solvent is a substance that does not dissolve into
it. For certain solvents, some solutes have greater solubility than others. The
factors that affect the solubility is stirring, temperature, surface area, viscosity,
particle size, pH, and polimerfisme.
Keywords: solution, a solution of saturated, unsaturated solution, solubility

1
PENDAHULUAN kelarutan zat polar dalam air.
Kemampuan zat terlarut membentuk
ikatan hidrogen lebih merupakan
Larutan adalah campuran faktor yang jauh lebih berpengaruh
yang homogen dari dua atau lebih dibandingkan dengan polaritas. Air
zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit melarutkan fenol, alkohol, aldehida,
keton, dll yang mengandung oksigen
disebut zat terlarut, sedangkan zat
dan nitrogen yang dapat membentuk
yang jumlahnya lebih banyak ikatan hidrogen dalam air. Pelarut
disebut zat pelarut. Kelarutan dari non polar tidak dapat mengurangi
zat terlarut, yaitu jumlah maximum gaya tarik-menarik antara ion-ion
yang terlarut yang akan larut dalam elektrolit kuat dan lemah, karena
sejumlah tertentu. Dalam konteks tetapan dielektrik pelarut yang
kualitatif, ada zat-zat yang dapat rendah. Pelarut juga tidak dapat
memecahkan ikatan kovalen dan
larut, sedikit larut atau tidak larut.
elektrolit yang berionisasi lemah
Zat yang dikatakan tidak larut jika karena pelarut non polar termasuk
sebagian besar zat tersebut melarut dalam golongan pelarut aprotik dan
bila ditambahkan air, jika tidak zat tidak dapat membentuk jembatan
tersebut digambarkan sebagai hidrogen dengan non elektrolit. Oleh
sedikit larut atau tidak dapat larut. karena itu zat terlarut ionik dan polar
Semua senyawa ionik merupakan tidak larut atau hanya dapat larut
sedikit dalam pelarut nonpolar
elektrolit kuat, tetapi daya larutnya
(Martin, 1983).
tidak sama( Chang, 2004 : 345).
Kelarutan / Solubility (s)
Secara kuantitatif, kelarutan meruapakan jumlah atau konsentrasi
suatu zat dinyatakan sebagai maksimum zat yang dapat larut
konsentrasi zat terlarut didalam dalam sejumlah pelarut. Kelarutan
larutan jenuhnya pada suhu dan setiap zat memiliki harga yang
tekanan tertentu. Kelarutan berbeda-beda. Zat yang sukar larut
jika dilarutkan akan mengalami
dinyatakan dalam satuan mililiter
reaksi kesetimbangan antara zat
pelarut yang dapat melarutkan satu padat yang tidak larut dan ion-ion
gram zat. Misalnya 1 gram asam yang larut, contoh : MA(s) (aq) +
salisilat akan larut dalam 500 mL air. (aq). Karean areaksinya berupa reksi
Kelarutan juga dinyatakan dalam kesetimbangan maka akan memiliki
satuan molalitas, molaritas dan tetapan kesetimbangan yang disebut
persen (Tungandi, 2009). tetapan hasil kali kelarutan
(solubility product constant) dan
Kelarutan sebagian besar dilambangkan denganKsp.
disebabkan oleh polaritas dari Persamaan Ksp untuk MA dapat
pelarut, yaitu dari momen dipolnya. dituliskan : Ksp= . Kelarutan dapat
Namun Hildebrand membukti bahwa dihitung dari nilai Ksp begitu pula
pertimbangan tentang dipol momen sebaliknya (Syarif, 2016).
saja tidak cukup untuk menerangkan

2
Ketergantungan konstanta kualitatif didefinisikan sebagai
kesetimbangan pada temperature interaksi spontan dari dua atau lebih
ditunjukan oleh nilai-nilai yang zat untuk membentuk
merupakan konsekuensi dari dispersinmolekuler homogen. Secara
persamaan Van’t Hoff, atau secara khusus, kelarutan obat dapat
ringkas dapat ditulis . adalah entalpi dinyatakan dalam beberapa cara.
reaksi pada temperature T. Menurut U.S. Pharmacopeia and
Persamaan Van’t Hoff menunjukan National Formulary, definisi
bahwa ketika bernilai negatif (reaksi kelarutan obat adalah jumlah ml
eksotermik), K akan berkurang pelarut di mana akan larut 1 garm zat
dengan temperatur, sedangkan ketika terlarut. Kelarutan secara kuantitatif
bernilai postif (reaksi endotermik), K juga dinyatakan dalam molalita,
akan meningkat dengan temperatur. molarita, dan presentase (Martin,dkk,
Entalpi rekasi seringkali memiliki 1990).
nilai yang hamper konstan di dalam
interval temperatur yang lebar. Pada
kasus demikian, diperoleh persamaan METODE
. Dimana masing-masing
menunjukan konstanta ALAT
kesetimbangan pada temperatur Dalam praktikum ini,
Persamaan ini menunjukan bahwa In
K bersifat linier dalam 1/T ( Moran dilakukan penentuan uji kelarutan
dan Howard, 2004). dengan metode berat tetes. Alat yang
Daya kelarutan suatu zat digunakan dalam penelitian adalah
berkhasiat memegang peranan
penting dalam formulasi suatu batang pengaduk, buret, gelas kimia,
sediaan farmasi. Lebih dari 50% kaki tiga, kawat kassa, labu
senyawa kimia baru yang ditemukan
saat ini bersifat hidrofobik. erlenmeyer, labu ukur, pembakar
Kegunaan secara klinik dari obat- gas, pipet ukur, tabung reaksi, dan
obat hidrofobik menjadi tidak efisien
dengan rendahnya daya kelarutan, termometer.
dimana akan mengakibatkan
kecilnya penetrasi obat tersebut di BAHAN
dalam tubuh. Kelarutan suatu zat
berkhasiat yang kurang dari 1 mg/ml Bahan yang dibutuhkan
mempunyai tingkat disolusi yang dalam percobaan ini adalah asam
kecil karena kelarutan suatu obat
dengan tingkat disolusi obat tersebut benzoat, indikator fenol, KCL 0,1 M,
sangat berkaitan (Jufri,dkk, 2004). NaoH 0,01 N, dan Pb(NO3)2 0,075
Untuk kelarutan sendiri M.
didefinisikan dalam besaran
kuantitatif sebagai konsentrasi zat PROSEDUR
terlarut dalam larutan jenuh pada
temperatur tertentu, dan secara

3
Hal yang pertama dilakukan adalah No Zat Suhu Volume
alat dan bahan yang akan digunakan
.
disiapkan terlebih dahulu. Setelah itu
larutan jenuh asam benzoat dibuat
dalam tabung reaksi A kemudian  1.  Asam 30° C  1,78 1,53
dipanaskan sampai suhu 70℃ , asam Benzoat
benzoat ditambahkan kembali hingga  2.  Asam 40° C  1,52 1,48
diperoleh 70 ml larutan asam
Benzoat
benzoat. Tabung A dimasukkan ke
 3.  Asam 50° C  1,41 1,43
dalam tabung B dan direndam dalam
air yang terdapat dalam beaker glass. Benzoat
Larutan pada tabung A terus diaduk  4.  Asam 60° C 1,38 1,40
hingga mencapai suhu 60℃, setelah Benzoat
itu dipipet 10 ml dan diencerkan
dalam labu ukur 100 ml. Setelah itu 1. Massa Asam Oksalat
larutan terus diaduk hingga mencapai
suhu 50, 40, 30, 20. Pengambilan
dan pengenceran sampel dilakukan gr x 1000
0,1 N = = 0,063 gr
kembali. Titrasi ke enam larutan 63 x 10
asam benzoat dengan larutan titer
NaOH 0,01 N memakai indikator
merah fenol. Setelah itu kedua buret 2. Massa NaOH
diisi dengan masing-masing larutan gr x 1000
Pb(NO3)2 0,075 M dan larutan KCl 0,1 N = = 1 gr
40 x 250
0,1 M. Kemudian 10 tabung reaksi
disiapkan dan masukkan ke
dalamnya 10 ml larutan Pb nitrat dan 3. Massa Asam Benzoat
KCl, amati pada konsentrasi berapa gr x 1000
endapan PbCl2 mulai terbentuk. 0,1 N = = 0,61 gr
122 x 50
Ulangi percobaan. Pada 10 tabung
reaksi lainnya tuangkan kedalamnya
10 ml larutan Pb(NO3)2 dan KCl, 4. Pembakuan NaOH
kemudian dipanaskan. Catat suhu
ketika PbCl2 endapan tepat melarut. 1. N1V1 = N2V2
Demikian seterusnya sampai seluruh 0,1 x 10 = N2 X 7
tabung diamati suhu pelarut
N2 = 0,142
endapannya.
2. N1V1 = N2V2
0,1 x 10 = N2 X 6,9
HASIL DAN PERHITUNGAN N2 = 0,144
 Pengaruh suhu terhadap 3. N1V1 = N2V2
kelarutan

4
0,1 x 10 = N2 X 7,5 N1 x 10 = 0,139 X

N2 = 0,133 1,41
Nrata-rata = 0,139 N N1 = 0,019
2. N1V1 = N2V2
N1 x 10 = 0,139 X

1,43
Titrasi Asam Benzoat
N1 = 0,019
1. Suhu 30° C
Nrata-rata = 0,019
1. N1V1 = N2V2
Log N = -1,72
N1 x 10 = 0,139 X 1,78
1/T = 0,0030
N1 = 0,024
4. Suhu 60° C
2. N1V1 = N2V2
1. N1V1 = N2V2
N1 x 10 = 0,139 X 1,53
N1 x 10 = 0,139 X
N1 = 0,021
1,38
Nrata-rata = 0,0225
N1 = 0,019
Log N = -1,64
3. N1V1 = N2V2
1/T = 0,0033
N1 x 10 = 0,139 X

1,40
2. Suhu 40° C
N1 = 0,019
1. N1V1 = N2V2
Nrata-rata = 0,019
N1 x 10 = 0,139 X 1,52
Log N = -1,72
N1 = 0,021
1/T = 0,0030
2. N1V1 = N2V2
N1 x 10 = 0,139 X 1,48
N1 = 0,020
Nrata-rata = 0,02115
Log N = 1,69
1/T = 0,00319

3. Suhu 50° C
1. N1V1 = N2V2

5
 Hasil kali kelarutan (Ksp) 0,1 x 54,5 x 7
Gr =
1000
AgNO3 KCl To Awal
Gr = 0,038 gram
Terdapat
1 ml 70o
endapan putih
KSP
Terdapat  Tabung 1 (1 ml)
1,2 ml 80o
endapan putih VxN
[Pb2+] =
V total
Terdapat 5 x 0,075
5 ml 1,4 ml 90o = = 0,0625
endapan putih 6
VxN
[Cl-] =
Terdapat V total
1,6 ml 90o
endapan putih 1 x 0,1
= = 0,0167
6

o
Terdapat banyak Ksp = [Pb2+][Cl-]
1,8 ml 90
endapan putih = (0,0625)(0,0167)
= 0,00104
 PembuatanlarutanAgNO3 Log Ksp = -2,982
0,075 N  Tabung 2 (1,2 ml)
VxN
gr 1000 [Pb2+] =
N = x x val V total
Mr ml
5 x 0,075
= = 0,0604
gr 1000 6,2
0,075 = x x1
169 25 VxN
[Cl-] =
V total
0,075 x 169 x 25
Gr = 1,2 x 0,1
1000 = = 0,0193
6,2
Gr = 0,31 gram Ksp = [Pb2+][Cl-]

 PembuatanlarutanKCl 0,1 N = (0,0604)(0,0193)


gr 1000 = 0,00116
N = x x val
Mr ml Log Ksp = -2,935
gr 1000
0,1 = x x1
54,5 7
 Tabung 3 (1,4 ml)

6
VxN VxN
[Pb2+] = [Cl-] =
V total V total
5 x 0,075 1,8 x 0,1
= = 0,0585 = = 0,0264
6,4 6,8
VxN Ksp = [Pb2+][Cl-]
[Cl-] =
V total
= (0,0551)(0,0264)
1,4 x 0,1
= = 0,0218 = 0,00145
6,4
Log Ksp = -2,838
Ksp = [Pb2+][Cl-]
= (0,0585)(0,0218)
1 1 1
= = = 0,0029oK
T 70+273 343
= 0,00127
Log Ksp = -2,896 1 1 1
= = = 0,0028oK
T 80+273 353

 Tabung 4 (1,6 ml) 1 1 1


= = = 0,0027oK
VxN T 90+273 363
[Pb2+] =
V total
1 1 1
5 x 0,075 = = = 0,0027oK
= = 0,0568 T 90+273 363
6,6
VxN 1 1 1
[Cl-] = = = = 0,0027oK
V total T 90+273 363

1,6 x 0,1 PersamaanVan’t Hoff


= = 0,0242
6,6
Ksp = [Pb2+][Cl-] −∆ H 1
Log Ksp = x +C
2,303 x 0,082 T
= (0,0568)(0,0242)
= 0,00137 y =a x+b

Log Ksp = -2,863 Diket: a = -595,625

b = -1,258
 Tabung 5 (1,8 ml)
VxN −∆ H
[Pb2+] = a =
2,303 x 0,082
V total
5 x 0,075
= = 0,0551 −∆ H
6,8 -595,625 =
2,303 x 0,082

7
-∆ H = -595,625 x 2,303 x Jufri. 2004. Formulasi Gameksan
0,082
Dalam Bentuk Mikroemulsi.
∆ H = 112,48
Tersedia online di

https://www.academia.edu/87

96257/Kelarutan_Semu

[diakses pada tanggal 7

PEMBAHASAN Desember 2016]

Martin, A. 1983. Farmasi Fisika.


SIMPULAN
Jakarta : UI Press.
1. Semakin tinggi suhu,
semakin besar kelarutan.
Martin. 1990. Farmasi Fisik :

2. Panas kelarutan diferensial Dasar-Dasar Farmasi Fisik

didapat dari perubahan entalpi dari Dalam Ilmu Farmasetik.


persamaan log ksp / vant hoff.
Jakarta : Universitas

3. Hasil kali kelarutan Indonesia Press.

menunjukkan tingkat kelarutan suatu Moran, M. J dan Howard, N S. 2004.


elektrolit.
Termodinamika Teknik Jilid

4. Panas kelarutan senyawa 2. Jakarta : Erlangga.

sukar larut dapat dihitung.


Syarif, Y. 2016. Rangkuman Materi

DAFTAR PUSTAKA Kelarutan dan Ksp. Tersedia

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar online di http://tanya-


dan konsep Inti Edisi
tanya.com/belajar-kimia-
Keempat.Jakarta : Erlangga.
kelarutan-ksp/ [diakses pada

tanggal 7 Desember 2016].

8
Tungadi, Robert. 2009.“Penuntun
Praktikum Farmasi Fisika“.
Jurusan Farmasi. Universitas
Negeri Gorontalo. Gorontalo

Anda mungkin juga menyukai